You are on page 1of 12

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
Jln. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145
Telp. 0721-701609, Fax 0721-704947
Form. A.2
RENCANA PENGAJUAN JUDUL

Yang bertanda tangan di bawah ini mengajukan Rencana Pengajuan Judul Makalah
Ilmiah/Skripsi sebagai berikut :
1. Judul

:
IMPLEMENTASI PROGRAM PEMEKARAN DESA
TERHADAP PEMBANGUNAN DESA ( Studi Kasus Di Desa
Yogyakarta Selatan Kecamatan Gadingrejo Kabupaten
Pringsewu)

2. Permasalahan Pokok :
Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi
dalam menyelenggarakan pemerintahan dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan
kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Pemberian otonomi daerah
diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas sektor publik di
Indonesia. Sarundajang (2000:35) menyatakan bahwa otonomi daerah, sebagai salah satu
bentuk desentralisasi pemerintahan pada hakikatnya ditujukan untuk memenuhi kepentingan
bangsa secara keseluruhan, yaitu upaya untuk lebih mendekati tujuan-tujuan penyelenggaraan
pemerintahan untuk mewujudkan cita-cita masyarakat yang lebih adil dan makmur.
Lebih lanjut dalam undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, mengemukakan bahwa
tujuan pemberian otonomi daerah, berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan
pemerataan serta pemeliharaan hubungan antara pemerintah pusat dan daerah serta antar

daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi
daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur urusan rumah tangganya
sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah. Menurut Bagir Manan: Otonomi adalah
kebebasan dan kemandirian (vrijheid dan zelfsatndigheid) satuan pemerintahan lebih rendah
untuk mengatur dan mengurus sebagian urusan pemerintahan. Otonomi ditujukan untuk
meningkatkan Pelayanan publik, ketersediaan fasilitas umum yang memadai dan terjangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat, peningkatan kesejahteraan hidup bagi seluruh masyarakat di
daerah, serta partisipasi masyarakat dalam menciptakan suasana yang demokratis di daerah
semakin berkembang, juga keterjalinan komunikasi yang seimbang dan berkualitas antara
pemerintah daerah, DPRD dan masyarakat, dalam mendorong kesuksesan otonomi itu sendiri
(Nimatul Huda , 2009 : 71-72 ). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah telah membawa perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan daerah. Salah satu
perubahan itu adalah adanya ruang dan kesempatan bagi pemerintah daerah untuk melakukan
pemekaran wilayah sebagai suatu wujud dari proses pelaksanaan otonomi. Pemekaran
wilayah tersebut berupa pemekaran kecamatan dan pemekaran desa/kelurahan.
Moroteus Martyan (2014:4) menyatakan bahwa pemekaran wilayah merupakan
salah satu bentuk konkrit dari kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Kebijakan ini
merupakan suatu langkah strategis yang ditempuh oleh pemerintah untuk meningkatkan
kualitas pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan baik dalam rangka pelayanan, pemberdayaan
dan pembangunan menuju terwujudnya suatu tatanan kehidupan masyarakat yang maju,
mandiri, sejahtera, adil dan makmur. Dengan kata lain, hakikat pemekaran daerah otonom
lebih ditekankan pada aspek mendekatkan pelayanan pemerintahan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pemekaran wilayah merupakan
cara atau pendekatan untuk mempercepat akselerasi pembangunan daerah.

Tujuan pembentukan, pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah adalah


untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pelayanan, percepatan
demokrasi, percepatan perekonomian daerah, percepatan pengelolaan potensi daerah,
peningkatan keamanan dan ketertiban, serta peningkatan hubungan serasi antara pusat dan
daerah (Tri Ratnawati, 2009 :23). Tekait dengan pemekaran desa, dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan
Desa dan Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan, Pasal 2 menyatakan bahwa:
Pembentukan desa bertujuan untuk meningkatkan Pelayanan publik guna mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya pemekaran desa, diharapkan
pelayanan terhadap masayarakat akan menjadi lebih baik dan pembangunan desa bisa lebih
optimal.
Dimana dengan memotivas kader serta para pemimpin sehingga memiliki
kemampuan dalam menganalisis, berinovasi, berkreatifitas untuk membentuk kemandirian
serta bertanggung-jawab terhadap segala perubahan yang terjadi.Pemekaran desa adalah
pemecahan satu wilayah desa menjadi dua atau lebih dengan pertimbangan karena keluasan
wilayahnya, kondisi geografis, pertumbuhan jumlah penduduk, efektifitas dan efisensi dalam
pelayanan publik serta kondisi sosial politik yang ada (Yunaldi, 2008).
Kebijakan Pemekaran Wilayah Desa secara intensif hingga saat ini telah berkembang
di Indonesia sebagai salah satu jalan untuk pemerataan pembangunan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.Secara historis, desa merupakan cikal bakal terbentuknya
masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum bangsa ini terbentuk.
Menurut Peraturan pemerintah Nomor 72 tahun 2005 disebutkan bahwa desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yangberwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005, Tentang Desa bahwa pembentukan Desa
merupakan pemekaran dari suatu Desa menjadi satu Desa atau lebih. Tujuan dilakukannya
pemekaran desa adalah untuk membuka peluang-peluang baru bagi upaya pemberdayaan
masyarakat, dan meningkatkan intensitas pembangunan guna mensejahterakan masyarakat,
selain itu dengan adanya pemekaran daerah maka tuntutan akan mutu dari pelayanan yang
diberikan pemerintah makin meningkat.
Pemekaran desa merupakan perubahan yang berwawasan lingkungan yang terjadi
pada suatu desa. Sesuai dengan visi negara bahwasanya pemekaran desa mempunyai visi
perubahan yang berwawasan lingkungan (Imam Sapii : 2013) . Pembangunan merupakan
suatu perubahan yang secara alamiah terjadi dalam masyarakat, baik menyangkut perubahan
sosial, struktur

sosial ataupun pertumbuhan ekonomikarena sebuah pembangunan

hakekatnya adalah perubahan ke arah yang lebih baik (Ginanjar Kartasasmita : 1994). Salah
satu tujuan pembentukan, penghapusan , penggabungan ataupun pemekaran desa adalah
untuk meningkatkan daya guna pembangunan. Jadi, apapun hasilnya itu merupakan cerminan
kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu melaksanakan pembangunan
agar agar mencapai hasil yang optimal harus didukung oleh kedua belah pihak baik dari
pemerintah maupun pihak masyarakat. Tujuan akhir dari sebuah pembangunan desa bukan
saja mengejar kelengkapan secara materil atau kebendaan / pembangunan fisik semata
melainkan juga yang bersifat non-fisik sperti, ketentraman, keamanan bagi seluruh
masyarakat yang berada di desa tersebut.
Pringsewu merupakan Kabupaten baru dengan luas wilayah sekitar 625,1 km2 atau
62.510 Ha terdiri dari 8 kecamatan dan memiliki 101 desa/kelurahan . Salah satunya yaitu
Kecamatan Gadingrejo, di kecamatan ini terdiri dari 15 desa salah satunya yaitu desa
Yogyakarta Selatan. Sebuah desa induk dapat dimekarkan setelah masa penyelenggaraan
pemerintahan, minimal telah mencapai usia 5 tahun.Maksud dari ditetapkannya syarat-syarat

teknis ini tidak lain dari upaya pemerintah untuk membina penyelenggaraan pemerintahan
desa. Pembinaan mana disasarkan pada efektivitas fungsi pelayanan dan pemberdayaan
masyarakat disatu sisi, serta akselerasi pembangunan desa di sisi yang lain. Selanjutnya jika
ditinjau pada Pekon Yogyakarta Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu tentang
pembentukan desanya yang telah diprakarsai oleh para tokoh masyarakat Pada tahun 1918
yang merupakan desa induk dan kemudian pada tahun 2012 dimekarkan dengan nama Pekon
Yogyakarta Selatan. Adapun jumlah dusun didesa Yogyakarta sendiri sebelum adanya
pemekaran pada dusun Yogyakarta Selatan berjumlah 6 dusun seperti dalam tabel dibawah
ini, yaitu :
Tabel 1. 1 Jumlah Dusun di Desa Yogyakarta Selatan Sebelum dan Sesudah Pemekaran
NO
Nama Dusun di Desa Yogyakarta (Desa
Nama Dusun di Desa Yogyakarta
Induk)
Selatan (Desa pemekaran baru)
Sebelum Pemekaran
Sesudah Pemekaran
1.
2.
3.
4.
5.
Sumber

Dusun 1 Yogyakarta
Dusun 1
Dusun 2 Yogyakarta Barat
Dusun 1
Dusun 3 Klaten
Dusun 5 Jogowiryo
Dusun 6 Yogyakarta Selatan (Jujugan)
: Kantor Desa Yogyakarta Selatan 2015

Berdasarkan data pada tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat perbandingan yang
mencolok jumlah dusun dese sesudah dan sebelum dimekarkan di desa yogyakarta selatan.
Jumlah dusun sebelum dimekarkan berjumlah 6 dusun , namun setelah dimekarkan menjadi 2
dusun. Dengan adanya pemekaran desa ini di harapkan pembangunan lebih merata dan
mampu menjangkau sela-sela desa tersebut.
Sesuai dengan perkembangan pola berfikir masyarakat yang semakin maju, maka
masyarakat desa Yogyakarta Selatan merasa bahwa dirinya mampu untuk melakukan tata
laksana administrasi kepemerintahan yang terdapat dalam tatanan masyarakatnya, maka desa
tersebut mengusulkan untuk menjadi desa yang mandiri, yaitu dengan melakukan pemekaran
pemerintahan dari desa induknya demi percepatan dan pemerataan pembangunan. Kemudian
dusun Yogyakarta Selatan ketika memasuki tahun 2012 dusun Yogyakarta Selatan telah resmi
dimekarkan menjadi desa mandiri berdasarkan PERDA No. 6 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Desa, setelah terlaksananya pemekaran desa Yogyakarta Selatan sendiri


membawahi 2 dusun yaitu:
1. Dusun I
2. Dusun II
.
Terlaksananya proses pemekaran desa Yogyakarta Selatan

tersebut tentu dengan

memperhatikan syarat dan ketentuan-ketentuan desa untuk layak dimekarkan. Sesuai dengan
amanah yang tercantum dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Peraturan
Pemerintah No.72 Tahun 2005 yaitu dengan memiliki Jumlah penduduk 1.395 jiwa, dengan
luas wilayah 13.000 km2 , dan memiliki wilayah dan seluruh komponen, sarana
pemerintahan desa, serta terpenuhinya sarana pendidikan. Adapun jumlah penduduk desa
Yogyakarta Selatan disaat bergabung dengan desa induknya dan sesudah dimekarkan dapat
dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Yogyakarta Selatan Sebelum dan Sesudah Dimekarkan
N
Jumlah penduduk sebelum
Jumlah penduduk sesudah
O
Dimekarkan
Dimekarkan
1
2.965 jiwa
1.395 jiwa
Sumber
: Data Profil Desa Yogyakarta Selatan dan Yogyakarta 2015
Kemudian setelah dilaksanakanya proses pemekaran Desa Yogyakarta Selatan tersebut,
penduduk masyarakatnya mengharapkan adanya peningkatan pembangunan dan kemandirian
dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang
Dasar 1945, pemerintahan daerah yang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan masyarakat,
serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, keistimewaan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Namun pada kenyataannya setelah 3 tahun dimekarkan desa Yogyakarta Selatan
masih belum banyak perubahan pembangunan desa yang lebih baik. Seperti masih banyak
program pembanguna desa yang belum terealisasikan. Adapun tabel rencana pembangunan
desa Yogyakarta Selatan yang sudah belum dan sudah terrealisasikan adalah :

NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nama Program Pembangunan


Pengerasan jalan under lok dusun II
sepanjang 200 m
Pengerasan jalan under lok dusun I
sepanjang 200 m
Pembuatan gorong-gorong
Pembangunan balai pekon
SPP
Pembangunan PUSKESDES

Status
TEREALISASI

KETERANGAN
PNPM

TEREALISASI

PNPM

TEREALISASI
APBD Kab
TEREALISASI
APBD Prov
TEREALISASI
PNPM
BELUM
PNPM
TEREALISASI
7.
Pengadaan fasilitas kantor balai desa
TEREALISASI
APBD Kab
8.
Pengerasan jalan paving
BELUM
Dinas PU
TEREALISASI
9.
Pelatihan keterampilan anyaman
BELUM
PNPM
TEREALISASI
10.
Pengadaan Alat pertanian mesin bajak BELUM
Dinas Pertanian
TEREALISASI
11.
Pengadaan mesin sedot
BELUM
Dinas Pertanian
TEREALISASI
12.
Pembangunan Talut di Dusun I TEREALISASI
APBD Kab
Sepanjang 200 m
13.
Bantuan Posyandu
TEREALISASI
ASABRI
14.
Pembangunan sumur BOR
BELUM
PNPM
TEREALISASI
15.
Pengadaan MCK
BELUM
Dinas Sosial
TEREALISASI
16.
Pembangunan Gedung PAUD
BELUM
PNPM
TEREALISASI
17.
Bantuan Beasiswa
TEREALISASI
Dinas Sosial
18.
Rehab rumah RTM
MASIH BERJALAN Dinas Sosial
Sumber: Data Kantor Desa Yogyakarta Selatan Kecamatan Gadingrejo Kab. Pringsewu
Berdasarkan data diatas dapat kita lihat masih banyak program program pembangunan di
desa Yogyakarta Selatan yang belum terrealisasikan. Dalam implementasi pemekaran desa
yogyakarta selatan tersebut tentunya mempunyai konsekuensi-konsekuensi tersendiri seperti
permasalahn anggaran desa, santunan pemerintah desa dan BPD, Pembagian wilayah desa
dan sebagainya.
Paradigma penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses implementasi
program pemekaran desa di Desa Yogyakarta Selatan agar mengetahui pengaruh dalam
pembangunannya apakah sudah sesuai dengan tujuan pemekaran desa itu sendiri atau belum.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai
proses perkembangan pembangunan setelah dilaksanakanya pemekaran desa. Oleh karena itu

penulis tertarik untuk membahasnya lebih lanjut dengan judul: IMPLEMENTASI


PROGRAM PEMEKARAN DESA TERHADAP PEMBANGUNAN DESA ( Studi Kasus Di
Desa Yogyakarta Selatan Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu).

Rumusan Masalah
:
1 Bagaimanakah proses implementasi pemekaran desa Yogyakarta Selatan
2

terhadap pembangunan desa ?


Faktor-faktor apa saja yang menghambat proses proses implementasi
pemekaran desa Yogyakarta Selatan?

Tujuan Penelitian
:
1 Mengetahui proses implementasi pemekaran desa Yogyakarta Selatan
2

terhadap pembangunan desa .


Mengetahui faktor-faktor yang menghambat proses proses implementasi
pemekaran desa Yogyakarta Selatan.

Metode Penelitian
:
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan menginterprestasikan data kualitatif. Penelitian deskriptif dijelaskan
sebagai peneliti yang bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta
dan karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu. Penelitian ini berusaha
menggambarkan situasi atau kejadian . data yang dikumpulkan bersifat deskriptif,
sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi
maupun membuat imlikasi (Saiffudin Azwar, 2004:7)
Sehubungan dengan penelitian ini, penulis akan terjun langsung ke desa
Yogyakarta Selatan untuk meneliti masalah yang berhubungan dengan fokus penelitian
yaitu tentang implementasi pemekaran desa terhadap pembangunan desa.

B. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah, untuk melihat, menggambarkan, dan
menganalisis, mencatat dan menginterprestasikan kondisi lapangan khususnya
mengenai implementasi kebijakan pemekaran desa terhadap pembangunan desa di

desa Yogyakarta Selatan kecamatan Gadingrejo,Kabupaten Pringsewu. Penelitian ini


juga didesain untuk memperoleh informasi yang objektif. Penelitian ini difokuskan
pada Implementasi kebijakan pemekaran desa terhadap pembangunan desa di desa
Yogyakarta Selatan kecamatan Gadingrejo,Kabupaten Pringsewu.
Adapun indikator yang dijadikan acuan dalam membahas implementasi kebijakan
pemekaran desa,yaitu ada empat variabel menurut teori Edward III yaitu; komunikasi,
sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah di desa Yogyakarta Selatan Kecamatan Gadingrejo
Kabupaten Pringsewu. Lokasi ini dipilih karena desa ini slah satu desa pemekaran
yang ada di Kabupaten Pringsewu. Masih banyak program-program pembangunan
yang belum terrealisasi.
D. Sumber Data
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung mrlalui interview, dimana dalam penelitian
ini data primer diperoleh langsung dari informan.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diambil melalui refrensi-referensi, arsip-arsip, serta dokumen-dokumen
lainnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa macam
instrumen yaitu :
1. Studi Kepustakaan
Yaitu kegiatan dalam mencari data melalui sumber buku-buku, laporan, peraturan, dan
literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian.
2. Wawancara

Yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung
dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada informan agar didapat data yang
bersifat obyektif. Dalam mengungkap pertanyaan-pertanyaan kepada informan, penulis
menggunakan panduan wawancara.
3. Teknik dokumentasi, yaitu suatu cara untuk mencari, mengumpulkan, dan
mempelajari dokumen-dokumen, surat-surat, catatan-catatan, buku-buku dan laporanlaporan tertulis yng ada serta berkaitan erat dengan permasalahan yang diteliti.

F. Teknik Analisis Data


Data yang terkumpul dalam penelitian ini diolah dan dianalisis secara kualitatif
dengan menggunakan model proses penelitian kualitatif dari Milles dan
Hubberman(dalam
langkah,yaitu

Moleong,2010).Analisis

terdiri

dari

reduksi

data

kualitatif

data,penyajian

terdiri
data,dan

dari

tiga

penarikan

kesimpulan/verifikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar


Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta.
Lexy J., Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah, Cet. 1, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2007 ), hal.128
Kartasasmita, Ginanjar.1996. Pembangunan Untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan Dan
Pemerataan. Jakarta : Cidesindo.
Makagansa.H.R.2008.Tantangan Pemekaran Daerah.Yogyakarta.FUSPAD

Martyran, Doroteus. 2014. Evaluasi Pemekaran Desa Gema Raya di Kecamatan Kelam
Permai Kabupaten Sintang. Dalam Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan, VOL 3, Nomor 4,
edisi

Desember

2014.

Kalimantan

Barat:

Universitas

Tanjungpura.

http://Jurmafis.untan.ac.id. Di akses tanggal 10 Oktober 2015 pukul 10.00.


Moleong.2010.Metodologi

penelitian

kualitatif.Bandung:PT

Remaja

Rosdakarya.

Nimatul Huda, Otonomi Daerah, Cet. 2, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009 ), hal.71-72
Sapii , Imam. 2013. Dampak Pemekaran Desa Terhadap Pembangunan Infrastruktur Desa
Pecahan, Studi Kasus Pemekaran Desa Bagorejo Kecamatan Gumukmas Kabupaten
Jember ( Artikel ilimah). Jember: Jurusan Ilmu Adminsitrasi, Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik, Universitas Jember (UNEJ).

Sarundajang, S.H. 2003. Birokrasi Dalam Otonomi Daerah. Jakarta : Pustaka Sinar Jaya.
Sinambela,Poltak.Lijan.2010. Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan, dan Implementasi,
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sugiyono.2012.Metode Penelitian Kualitatif.Bandung;Alfabeta.
Suharto,Edi.Analisis

Kebijakan

Publik.2005.Analisis

kebijakan

publik,Bandung:Alfabeta
Suwitri.2008.Konsep Dasar Kebijakan Publik,Bandung.PT.Remaja Rosdakarya

Tri Ratnawati, Pemekaran Daerah, Cet. 1, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009 ), hal.23

Widjaja,HAW.2003.Otonomi Desa merupakan Otonomi yang asli,bulat dan


utuh.Jakarta:Raja
Grafindo.
________2002.Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom. Jakarta: Raja Grafindo.

Yunaldi, Wendra SH, MH. 2008. Opini Pemekaran Daerah, Ambisis Elit Atau Kebutuhan
Rakyat. DPD RI
Budiardjo,M.2008.Dasar-Dasar Ilmu Politik(Edisi revisi).Jakarta:PT Gramedia Pustaka Umum

Dunn,

William.2005.Pengantar

Analisis

Kedua,Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


Sumber-sumber lain
PP NO 72 TAHUN 2005
PP NO 32 TAHUN 2004
PERMENDAGRI NO 28 TAHUN 2006

UUD 1945
PERDA NO 6 TAHUN 2011
WEBSITE PRINGESWU

Kebijakan

Publik

Edisi

You might also like