You are on page 1of 3

HAMBATAN DALAM PROSES KOMUNIKASI

Secara umum hambatan yang terjadi selama konukasi adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Kurangnya penggunaan sumber komunikasi yang tepat.


Kurangnya perencanaan dalam berkomunikasi.
Penampilan, sikap dan kecakapan yang kurang tepat selama berkomunikasi.
Kurangnya pengetahuan.
Perbedaan persepsi.
Perbedaan harapan.
Kondisi fisik dan mental yang kurang baik.
Pesan yang tidak jelas.
Prasangka yang buruk
Transmisi/ media yang kurang baik.
Penilaian yang prematur.
Tidak ada kepercayaan.
Ada ancaman.
Perbedaan status, pengetahuan, dan bahasa.
Distorsi.

UPAYA-UPAYA UNTUK MENGATASI HAMBATAN


Untuk mengatasi hambatan tersebut dapat ditanggulangi cara sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

mengecek arti atau maksud yang disampaikan


meminta penjelasan lebih lanjut
mengecek umpan balik atau hasil
mengulangi pesan yang disampaikan memperkuat dengan bahasa isyarat
mengakrabkan antar pengirim dan penerima
membuat pesan secara singkat, jelas dan tepat
mengurangi informasi/ pesan yang meluas
menggunakan orientasi penerima.

Secara umum, kekurangan yang terjadi dalam proses komunikasi dapat diperbaiki dengan
cara berikut:
Meningkatkan kesadaran diri. Kesadaran diri merupakan hal utama untuk memperbaiki
kekurangan yang terjadi selama komunikasi. Kesadaran diri dapat muncul apabila ada
pengetahuan dan kemauan yang cukup untuk memperbaiki kualitas komunikasinya.
Kesadaran diri dapat diingatkan melalui belajar kepada orang lain, mempelajari diri sendiri
terhadap saran, kritik atau perubahan-perubahan yang terjadi. Faktor-faktor pribadi perawat
yang harus disadari adalah tentang sikap, nilai-nilai, kepercayaan, perasaan dan perilaku.
Komunikasi yang efektif membutuhkan orang-orang yang terlibat didalamnya
memaksimalkan kesadaran dirinya. Roger (1967) menekankan bahwa untuk memahamiorang
lain dalam proses komunikasi, kesadaran atau pemahaman terhadap diri sendiri adalah
prasyarat yang pentng. Seorang perawat dapat berkomunikasi secara baik dengan klien bila
mempunyai kesadaran diri yang baik.

Melatih keterampilan interpersonal. kemampuan berkomunikasi yang baik, sistematis,


sopan merupakan modal utama perawat dalam menjalin hubungan interpersonal. Kemampuan
tersebut perlu ada upaya pembelajaran dan pelatihan yang tidak mudah dan butuh waktu yang
tidak pendek. Seorang anak yang sejak kecil diajarkan bertutur kata yang baik, halus, sopan
santun, dapat membedakan bagaimana berkomunikasi dengan teman sebaya, dengan orang
tua, atau dengan orang yang bru dikenal merupakan keterampilan yang perlu di biasakan.
Membiasakan komunikasi yang baik akan sangat mempengaruhi kualitas komunikasi yang
diharapkan. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dapat dilakukan secara terstruktur
melalui wadah pembelajaran dan pelatihan terencana maupun dengan cara pengenalan dan
kebiasaan yang secara alami terjadi seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan individu.
Untuk mendapatkan hasil komunikasi yang efektif maka seorang perawat perlu meningkatkan
ketrampilan komunikasi tersebut secara terstruktur dan terencana, misalnya bagaimana
strategi yang efektif dalam berkomunikasi dengan pasien anak-anak, pasien dewasa, atau
pasien lansia dengan berbagai karakteristiknya masing-masing. Egan (1985) dan Dickson
(1989) menjelaskan bahwa untuk meningkatkan ketrampilan interpersonal dilakukan melalui
tahap-tahap pelatihan sebagai berikut :
a). mengidentifikasi tingkat ketrampilan verbal dan nonverbal seseorang dalam
kontek komunikasi
b). mengidentifikasi bagaimana menggunakan ketrampilan tersebut
c). mempraktikan ketrampilan
d). Mengevaluasi praktik melalui umpan balik yang terfokus
e). Mengevaluasi proses pelatihan
f). Menerapkan komunikasi langsung pada pasien atau orang lain.
Meningkatkan pengetahuan tentang konsep. Paling tidak ada dua hal yang harus diketahui
oleh seorang perawat agar terhindar dari hambatan-hambatan komunikasi. Pertama adalah
pengetahuan perawattentang topik atau materi yang dikomunikasikan. Pengetahuan ini sangat
membantu kelancaran perawat dalam melaksanakan komunikasi. Kedua pengetahuan tentang
strategi yang tepat dalam berkomunikasi. Strategi komunikasi sangat tergantung pada tujuan
tindakan atau intervensi yng akan dilakukan.heron (1990) mengkategorikan enam intervensi
yang melibatkan ketrampilan dan strategi khusus dalam berkonikasi antara lain :
1.

2.
3.

4.

Intervensi preskriptif, yaitu intervensi komunikasi yang bertujuan untuk mengarahkan


perilaku orang lain. Misalnya perawat menganjurkan pasien untuk umum obat atau
makan secara teratur.
Intervensi informatif,. Contoh dari intervensi komunikasi ini adalah perawat
menjelaskan tentang prosedur tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Intervensi konfrontatif, bertujuan menantang sudut pandang , sikap atau perilaku
klien, misalnya perawat melarang klien yang akan turun dari tempat tidur meskipun
klien mengaku mampu dan tidak akan terjadiapa-apa bila beraktifitas.
Intervensi katartik, komunikasi yang bertujuan untuk memberi ruang atau
kesempatan. Bahkan kalau diperlukan mengajak klien mengungkapkan apa yang
dirasakan klien atau keluarganya. Misalnya: silahkan ibu mengungkapkan semua
perasaan ibu kalau memang itu yang terbaik.

5.

6.

Intervensi katalitik, intervensi ini bertujuan untuk membantu klien mengeluarkan


informasi dan pemahaman diri klien, misalnya Bisa ibu jelaskan, apa yang saya
sampaikan tadi, apa resikonya bila makan tidak teratur?
Intervensi suportif, yaitu intervensi untuk menguatkan arti diri atau kondisi yang
dialami oleh klien. Intervensi ini biasanya digunakan pada saat konseling.

Memperjelas tujuan interaksi. Salah satu tanda komunikasi yang efektif adalah
tercapainya tujuan komunikasi. Kejelasan komunikasi membantu perawat untuk tetap fokus
dalam berkomunikasi hingga tujuan komunikasi tercapai. Tujuan interaksi dapat dicapai
apabila komunikasi dilaksanakan pada situasi dan kondisi yang tepat, dan strategi intervensi
komunikasi yang digunakan juga efektif.

You might also like