You are on page 1of 13

HEMATOLOGI I

Oleh
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten

:
: Fadhila Meilasari
: B1A015051
: III
:1
: Afrizal Vikri Avani

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN 1

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Darah merupakan cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang
berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan
tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme dan juga sebagai
pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Selain itu darah merupakan jaringan
pengikat terspesialisasi yang dibentuk dari sel-sel bebas. Sel-sel darah dapat
dibedakan menjadi eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan
trombosit (keping darah). Plasma darah tersusun atas 90% air, 7-8% protein
(albumin, globulin), 1% elektrolit dan sisanya 1-2% berbbagai zat makanan seperti
glukosa, asam amino, lipid dan vitamin, intermediet metabolit seperti piruvat dan
laktat, limbah nitrogen seperti urea dan asam urat, gas-gas seperti CO 2 dan O2,
garam-garam mineral dan hormon. (Frandson, 1986 ).
Sistem sirkulasi adalah sistem transport yang menyuplai zat-zat yang
diabsorpsi dari saluran pencernaan dan oksigen ke jaringan. Sistem sirkulasi juga
mengembalikan karbondioksida ke paru-paru dan produk-produk metabolisme
lainnya

ke

ginjal,

berfungsi

dalam

pengaturan

temperatur

tubuh

dan

mendistribusikan hormon-hormon dan zat-zat lain yang mengatur fungsi sel. Darah
yaitu pembawa zat-zat ini dipompakan melalui sistem tertutup yang pada mamalia
(Ganong, 1983).
Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi
sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh,
pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya dengan
tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transportasi dengan darah.
Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi
sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang
kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan
dan bahkan dapat mengakibatkan kematian (Paulsen, 2000).
Status hematologi merupakan gambaran profil darah untuk mengetahui indikasi
fisiologis pada hewan. Beberapa uji hematologi yang lazim diamati pada suatu
penelitian meliputi uji kadar hemoglobin (Hb), jumlah eritrosit, leukosit, trombosit;

nilai hematokrit (Hm), laju endap darah (LED), dan menentukan indeks eritrosit
(Ismoyowati, 2006) . Nilai parameter hematologi dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti usia, jenis kelamin, ras, faktor nutrisi dan lingkungan, ketinggian, alat dan
metode tes yang dipakai (Aprianti, 2006). Hematologi digunakan untuk
mengidentifikasi dan memeriksa obat untuk anemia, leukemia dan hemofilia (sejenis
penyakit darah). Tes hematologi yang dilakukan untuk memeriksa hasil pengobatan
tertentu misalnya kemoterapi kanker dan juga untuk mendapatkan hasil tentang
pasien kesehatan secara keseluruhan (Sanaullah et al., 2012).
Leukosit atau sel darah putih yang dapat membentuk sistem imun merupakan
unit yang paling aktif karena berperan dalam melawan berbagai penyakit infeksi dan
benda asing. Leukosit terdapat di sumsum tulang (jaringan mieloid) dan sebagian
pada jaringan limfa kemudian tetap tersimpan di sumsum tulang sampai dibutuhkan
disistem sirkulasi, ketika dibutuhkan akan meningkat jumlahnya. Leukosit yang
dibentuk pada sumsum tulang yaitu granulosit (neutrofil dan eousinofil), monosit dan
sedikit limfosit, sedangkan yang dibentuk pada kelenjar limfa yaitu agranulosit hanya
pada limfosit (Lestari et al., 2013).
Hematokrit adalah istilah yang menunjukan besarnya volume sel-sel eritrosit
seluruhnya didalam 100 mm3 darah dan dinyatakan dalam persen. Nilai hematokrit
atau volume sel packed adalah suatu istilah yang artinya prosentase berdasarkan
volume dari darah, yang terdiri dari sel-sel darah merah. Mengukur kadar hematokrit
darah hewan uji digunakan tabung mikrohematokrit yang berupa pipa kapiler
berlapiskan EDTA (Etil Diamin Tetra Acetat) yang berfungsi sebagai bahan anti
pembekuan darah. Nilai hematokrit standar adalah sekitar 45%, namun nilai ini dapat
berbeda-beda tergantung species. Nilai hematokrit biasanya dianggap sama
manfaatnya dengan hitungan sel darah merah total (Frandson, 1992).
I.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk memberikan keterampilan pada
mahasiswa tentang cara pengambilan darah hewan, mengetahui perbedaan bentuk sel
darah pada berbagai hewan, serta cara melakukan perhitungan sel darah merah, sel
darah putih dan kadar hemoglobin hewan.

II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1 Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan Hayem, larutan
Turk, larutan 0,1 N HCL, aquades, ikan nilem (Osteochillus vittatus), mencit
(Mus musculus), ayam (Gallus gallus domesticus).
Alat yang digunakan adalah haemometer, haemositometer, Tabung Sahli,
pipet kapiler, mikroskop, objek gelas dan kaca penutup, spuit dan hand counter.
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Menghitung jumlah leukosit ( pengenceran 10 kali)
a. Darah dihisap menggunakan pipet thoma leukosit hingga angka 1
b. Larutan Turk dihisap hingga angka 11
c. Pipa karet diambil dari pipet, kemudin pipet dipegang pada kedua ujungnya
dengan ibu jari dan telunjuk lalu dikocok selama dua menit
d. Tetesan larutan darah petama dan kedua dibuang, tetesan ketiga baru
digunakan untuk perhitungan.
e. Bilik hitung disiapkan, cairan dalam pipet diteteskan ke bilik hitung sehingga
cairan dapat masuk dengan sendiriya
f.

Bilik hitung dilihat di bawah mikroskop, mula-mula dengan perbesaran


lemah, kemudian dengan perbesaran kuat

g. Jumlah leukosit yang terdapat di bujur sangkar sedang dihitung. Jadi jumlah
bujur sangkar yang dihitung menjadi 4 x 16 = 64 bujur sangkar dengan sisi
masing-masing 1/4 mm, dengan rumus:
Jumlah leukosit per mm3 = 25 (L1+L2+L3+L4)
2.2.2 Menghitung jumlah eritrosit (pengenceran 100 kali)
a. Darah diisap menggunakan pipet thoma eritrosit hingga angka 1
b. Larutan Hayem diisap hingga angka 101
c. Pipa karet diambil dari pipet, kemudin pipet dipegang pada kedua
ujungnya dengan ibu jari dan telunjuk lalu dikocok selama dua menit
d. Tetesan larutan darah petama dan kedua dibuang, tetesan ketigga baru
digunakan untuk perhitungan.
e. Bilik hitung disiapkan, cairan dalam pipet diteteskan ke bilik hitung
sehingga cairan dapat masuk dengan sendiriya

f. Bilik hitung dilihat di bawah mikroskop, mula-mula dengan perbesaran


lemah, kemudian dengan perbesaran kuat
g. Jumlah eritrosit dalam bujur sagkar kecil dihitung, dengan rumus:
Jumlah eritrosit per mm3 = 5000(E1+E2+E3+E4+E5)
II.2.3 Mengukur kadar hemoglobin dengan metode Sahli
a. Darah diisap menggunakan pipet sahli sampai angka 20L
b. Tabung pengencer diisi dengan HCl 0,1 N hingga angka 2
c. Darah dimasukkan ke tabung pengencer, diaduk dan dibiarkan selama
1 menit
d. Akuades ditambahkan hingga warna tabung pengencer sama dengan
warna tabung indikator.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan


Tabel 3.1.1 Hasil Pengamatan Perhitungan Hematologi
No

Nama

1.
2.
3.
4.
5.

Ayam
Ikan Nilem
Mencit
Ikan Nilem
Mencit

Jumlah sel darah


Eritrosit
Leukosit
445.000
4950
1775
20.075
6323

26.925
2.050.000
1765x103
38x104
3635000

Kadar
Hemoglobi
n
5%
3,5%
6,1%
7,9%
12,6%

Nilai
hematokrit
12%
24%
8%
13%
23%

Tabel 3.1.2. Gula darah


Kel
1
2
3
4
5

Kadar gula
mg/dL
218
115
92
101
107

1.
2.
3.
4.
5.

Hewan uji :
Ayam
Ikan nilem
Mencit
Ikan nilem
Mencit
Perhitungan (Kelompok 1) sampel darah ayam:

A. eritrosit ayam = 5000 E


= 5000 x 89 x 5
= 445.000 sel/mm3
B. leukosit ayam = 25 L
= 25 x 1077
= 26.925 sel/mm3
C. Glukosa Darah = 218
Hemoglobin = 5%
Hematokrit = 12%

3.2 Pembahasan
Darah digunakan pada praktikum ini sebagai bahan untuk mengetahui
jumlah eritrosit, jumlah leukosit dan kadar hemoglobin pada berbagai darah
hewan. Adapun cara pengambilan darah pada berbagai jenis hewan berbeda-

beda. Cara pengambilan darah mencit dilakukan dengan memotong sedikit


ekornya menggunakan gunting, kemudian darah dikeluarkan dari ekor mencit
dengan cara ekor mencit diurut dan darah yang dihasilkan ditampung kedalam
wadah. Darah ikan diambil dengan cara pangkal ekornya dipotong atau dengan
cara membuka operculum ikan kemudia darahnya diambil dari jantung ikan.
Namun kedua cara tersebut kurang baik untuk dilakukan karena kemungkinan
besar ikan akan mati jika dilakukan dengan cara tersebut. Cara yang baik untuk
melakukan pengambilan darah pada ikan adalah melalui vena caudal ikan.
Sedangkan darah pada ayam dapat diambil pada bagian pembuluh vena jugularis
pada sayap dengan menggunakan jarum suntik (Soetrisno, 1987).
Cara pengambilan darah probandus untuk mengukur kadar gula darah
adalah sebagai berikut :
1. Siapkan peralatan yang dibutuhkan, yaitu: Glucometer, Alkohol, Kasa/kapas,
Jarum Penusuk (Lancet) dan alat penusuk (Lancing Device) dan Test Strip.
2. Bersihkan dan pastikan kedua tangan kering sebelum mengambil sampel agar
tidak terkontaminasi.
3. Masukkan jarum penusuk (lancet) ke lancing device. Pastikan bahwa jarum
yang dipakai masih baru dan steril. Jarum penusuk hanya digunakan untuk
sekali pakai.
4. Letakkan ujung jari yang akan ditusuk. Sebaiknya menggunakan ujung jari
berbeda-beda agar tidak menimbulkan pengerasan kulit. Gunakan jari tengah,
jari manis atau telunjuk untuk pengambilan sampel. Jangan menggunakan
kelingking atau ibu jari.
5. Gunakan kapas beralkohol untuk membersihkan ujung jari yang akan ditusuk
agar tidak infeksi.
6. Tusukkan jarum ke ujung jari . Lap darah pertama yang keluar dengan kapas
dan biarkan bulatan kecil darah terbentuk di ujung jari. Dengan perlahan
tekan jari Anda agar darah dapat lebih mudah keluar. Jangan menekan terlalu
kuat agar cairan otot tidak bercampur dengan sampel darah. Hal ini dapat
membuat hasil pengukuran kacau.
7. Tempelkan ujung test strip ke bulatan darah sampai terbasahi merata bagian
untuk sampelnya. Jangan meneteskan darah ke strip dan jangan terlalu keras
menempelkan test strip. Bila sampel darah sudah memadai maka alat akan

mulai mengukur (waktu pengukuran terlihat di display dalam hitungan


mundur).
8. Tempelkan kasa atau kapas beralkohol ke ujung jari yang tertusuk untuk
menghentikan perdarahan.
(Hoffbrand ,1987).
Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengukuran
jumlah eritrosit, laukosit dan kadar Hb yaitu bermacam-macam dan mempunyai
fungsi yang berbeda, diantaranya adalah hemositometer sebagai perangkat yang
dirancang untuk penghitungan sel darah. Larutan Hayem berfungsi untuk
pengenceran eritrosit, sedangkan untuk mengencerkan leukosit dengan
menggunakan larutan Turk. Larutan EDTA berfungsi agar darah tidak mudah
menggumpal atau sebagai anti koagulan. Pengukuran kadar Hb menggunakan
pengencer HCl atau akuades, besarnya kadar Hb dapat diukur dengan
membandingkan larutan darah yang digunakan dengan larutan yang ada pada
haemometer. Pipet thoma digunakan untuk menampung larutan dan mikroskop
untuk mengamati sel darah serta hand counter digunakan untuk menghitung
jumlah eritrosit dan leukosit (Frandson, 1986).
Darah merupakan jaringan pengikat yang umumnya mempunyai
komposisi berupa plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah terdiri dari 1%
gas, 90% air, 7-8% protein, 1% elektrolit dan sisanya (1-2%) adalah zat lain.
Sel-sel darah dapat dibedakan menjadi eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel
darah putih) dan trombosit (keping darah). Eritrosit merupakan tipe sel darah
yang jumlahnya paling melimpah dibandingkan dengan se-sel darah lainnya.
Fungsi utama dari darah adalah untuk mengirimkan oksigen beserta zat-zat lain
yang dibutuhkan oleh tubuh. Fungsi lain dari darah adalah untuk mengangkut
zat-zat kimia serta bahan-bahan hasil dari metabolisme. Darah juga memiliki
fungsi sebagai pertahanan tubuh yang menghalau virus, patogen dan bakteri,
memperbaiki jaringan yang rusak dan penyebab meningkatnya hematokrit.
Selain itu darah juga berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh serta pengatur
keseimbangan zat dan pH (Lagrer et al., 1977).
Hematokrit merupakan

suatu

hasil

pengukuran

yang

menyatakan

perbandingan sel darah merah terhadap volum darah. Hematokrit menunjukkan


persentase zat padat (kadar sel darah merah, dan Iain-Iain) dengan jumlah cairan
darah. Semakin tinggi persentase hematokrit berarti konsentrasi darah makin

kental. Glukosa (kadar gula darah), suatu gula monosakarida, karbohidrat


terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa
merupakan prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh
seperti glikogen, ribose dan deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam
laktosa susu, dan dalam glikolipid. (Madesto, 2010).
Darah digunakan pada praktikum ini sebagai bahan untuk mengetahui
jumlah eritrosit, jumlah leukosit dan kadar hemoglobin pada berbagai darah
hewan. Adapun cara pengambilan darah pada berbagai jenis hewan berbedabeda. Cara pengambilan darah mencit dilakukan dengan memotong sedikit
ekornya menggunakan gunting, kemudian darah dikeluarkan dari ekor mencit
dengan cara ekor mencit diurut dan darah yang dihasilkan ditampung kedalam
wadah. Darah ikan diambil dengan cara pangkal ekornya dipotong atau dengan
cara membuka operculum ikan kemudia darahnya diambil dari jantung ikan.
Namun kedua cara tersebut kurang baik untuk dilakukan karena kemungkinan
besar ikan akan mati jika dilakukan dengan cara tersebut. Cara yang baik untuk
melakukan pengambilan darah pada ikan adalah melalui vena caudal ikan.
Sedangkan darah pada ayam dapat diambil pada bagian pembuluh vena jugularis
pada sayap dengan menggunakan jarum suntik (Soetrisno, 1987).
Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengukuran jumlah
eritrosit, laukosit dan kadar Hb yaitu bermacam-macam dan mempunyai fungsi
yang berbeda, diantaranya adalah hemositometer sebagai perangkat yang
dirancang untuk penghitungan sel darah. Larutan Hayem berfungsi untuk
pengenceran eritrosit, sedangkan untuk mengencerkan leukosit dengan
menggunakan larutan Turk. Larutan EDTA berfungsi agar darah tidak mudah
menggumpal atau sebagai anti koagulan. Pengukuran kadar Hb menggunakan
pengencer HCl atau akuades, besarnya kadar Hb dapat diukur dengan
membandingkan larutan darah yang digunakan dengan larutan yang ada pada
haemometer. Pipet thoma digunakan untuk menampung larutan dan mikroskop
untuk mengamati sel darah serta hand counter digunakan untuk menghitung
jumlah eritrosit dan leukosit (Frandson, 1986).
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan data dari sampel darah
Jumlah leukosit sampel darah ayam yaitu 26.925 sel/mm3 dan jumlah eritrositnya
sebanyak 445000 sel/mm3 sedangkan untuk kadar hemoglobinnya adalah sebesar
218 gr/dL. Jumlah leukosit darah Mencit sebanyak 1765x10 3 dan 3635000

sel/mm3, jumlah eritrosit 1775 dan 6323 sel/mm3 dan dengan persentase kadar
Hb sebesar 92 dan 107 gr/dL. Jumlah leukosit pada ikan nilem 2050000 dan 38
x104 sel/mm3. Jumlah eritrosit ikan nilem 4950 dan 20.075 sel/mm3 , dan dengan
persentase kadar Hb 115 dan 101 gr/dL. Hasil ini sesuai dengan pustaka karena
menurut Oslon (1973), jumlah eritrosit pada ikan adalah 50.000 3.000.000 sel /
mm3, jumlah leukosit pada sel darah ikan 20.000 150.000 sel / mm 3. Jumlah
eritrosit yang tertera pada diatas tidak sesuai dengan referensi, begitupula jumlah
leukositnya, tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam referensi. Sebab
menurut Dukes (1995), jumlah leukosit pada ayam berkisar antara 16.000
40.000 sel / mm3.
Berdasarkan pecobaan hematologi yang meliputi perhitungan jumlah
eritrosit, leukosit dan kadar hemoglobin yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
jumlah eritrosit lebih banyak dari pada leukosit. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Kimball (1988) yaitu leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit
dari pada eritrosit. Keadaan ini disebabkan karena jumlah eritrosit dalam
keadaan normal adalah tetap dan baru disintesis secepat kerusakan sel tersebut
(Kimball, 1988).
Jumlah leukosit pada mamalia adalah 4000-11000 sel/mm3 (Hoffbrand,
1987). Hasil pengamatan terhadap jumlah leukosit yang dilakukan, dapat
dikatakan bahwa kadarnya normal. Jumlah sel darah putih dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor fisiologis dan faktor lingkungan (Modesto, 2010).
Sedangkan jumlah eritrosit mencit yang diperoleh tidak sesuai dengan referensi.
Jumlah eritrosit pada mamalia betina 3,9-5,6 juta sel/mm 3 dan pada mamalia
jantan 4,5-6,5 juta sel/mm3 (Hoffbrand & Pettit, 1987).
Menurut Sutrisno (1987) faktor yang mempengaruhi banyaknya eritrosit
dan leukosit meliputi umur, jenis kelamin, exercise dan emosi, status makanan,
bangsa ternak, iklim, stress, bahan kimia, pregnancy dan menstruasi yang
menyebabkan jumlahnya berkurang serta tinggi tempat/iklim, karena eritrosit
akan meningkat jumlahnya pada daerah pegunungan yang dingin daripada di
daerah pantai yang panas. Kenaikan jumlah leukosit juga terjadi pada infeksi
bakteri, keracunan bakteri, pregnancy, menstruasi, penurunan infeksi virus,
septichaemia dan toxemia. Hewan yang terinfeksi akan mempunyai jumlah
leukosit yang banyak, karena leukosit berfungsi melindungi tubuh dari infeksi.

Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi karena infeksi usus, keracunan bakteri,
septicoemia, kehamilan, dan partus.

IV.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :


1

Cara pengambilan darah pada mencit yaitu dengan cara memotong ujung
ekornya, darah ikan diambil dengan cara pangkal ekornya dipotong atau dengan

cara membuka operculum ikan kemudian darahnya diambil dari jantung ikan
atau darah ikan diambil melalui vena caudal ikan, sedangkan pada ayam darah
2

diambil dari pembuluh vena pada sayap.


Eritrosit pada ikan berbentuk elips dan memiliki inti sedangkan pada mamalia

berbentuk bulat dan tidak berinti.


Jumlah leukosit, eritrosit dan kadar Hb pada tiap hewan berbeda-beda. Jumlah
eritrosi ayam adalah 445000 sel/mm3, jumlah leukositnya adalah sebesar 26.925
sel/mm3 sedangkan Hb nya sekitar 218 gr/dL.

DAFTAR REFERENSI
Aprianti, S. 2006. Nilai Rujukan Hematologi pada Orang Dewasa Sehat Berdasarkan
Sysmex Xt-1800i. Indonesian Journal of Clinical Pathology and
Medical Laboratory, 12(3) : pp. 127-130.

Dukes, H. 1995.The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing


Associated, New York.
Frandson, R. D. 1986. Anatomy and physiology of Farm Animals. Lea and Febiger,
Philadelphia.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta : UGM Press.
Ganong, W. F. 1983. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Hoffbrand, A. V & J. E. Pettit. 1987. Haematologi. Jakarta : Penerbit EGC.
Kimball, J.W. 1988. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Lagrer, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller & D.R. Passino. 1977. Ichtyology 2nd Edition.
New York : Jhon Whilley and Sons.
Lestari, Siti Hilda A., Ismoyowati, & Mohandas Indradji. 2013. Kajian Jumlah
Leukosit dan Diferensial Leukosit pada Berbagai Jenis Itik Lokal Betina
Yang Pakannya Di suplementasi Probiotik. Jurnal Ilmiah Peternakan,
1(2): 699 709.
Modesto, Kathya. 2010. Effects of Roundup Transorb on fish: Hematology,
antioxidant defenses and acetylcholinesterase activity.Departamento de
Cincias Fisiolgicas. Universidade Estadual de Londrina, 8 (1) : 781787.
Paulsen, D.F. 2000. Histology and Cell Biology 4th Edition. New York : Mc Graw
Hill.
Sanaullah, Khan., Amir, Khan., Khattak, F.S., Nassem, Arslan. 2012. An Accurate
and Cost Effective Approch to Blood Cell Count. International Journal
of Computer Applications, 50 (1) : 18-24.
Soetrisno. 1987. Fisiologi Ternak. Purwokerto : Fakultas Peternakan Unsoed Press.

You might also like