You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis,
yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena
gangguan dalam pembentukan alat genitalia eksternal, yaitu kegagalan penutupan
saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan
peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di
dalam skrotum sehingga skrotum membengkak.
Sekitar 10% bayi baru lahir mengalami hidrokel, dan umumnya akan hilang
sendiri dalam tahun pertama kehidupan. Biasanya tidak terasa nyeri dan jarang
membahayakan sehingga tidak membutuhkan pengobatan segera. Pada bayi hidrokel
dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu , testis turun
dari rongga perut bayi kedalam skrotum, dimana setiap testis ada kantong yang
mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis tersebut. Pada orang
dewasa, hidrokel bisa berasal dari proses radang atau cedera pada skrotum. Radang
yang terjadi bisa berupa epididimitis (radang epididimis) atau orchitis (radang testis).
Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali bila
mengandung cairan membentuk hidrokel, yang jelas bersifat diafan (tembus cahaya)
pada transiluminasi. Jika tidak dapat ditemukan karena besarnya hidrokel, testis harus
dicari di sebelah dorsal karena testis terletak di ventral epididimis sehingga tunika
vaginalis berada di sebelah depan. Bila ada hidrokel, testis dengan epididimis
terdorong ke dorsal oleh ruang tunika vaginalis yang membesar. Hidrokel testis
mungkin kecil atau mungkin besar sekali.
Hidrokel bisa disebabkan oleh rangsangan patologik seperti radang atau tumor
testis. Pada operasi, sebagian besar dinding dikeluarkan. Kadang ditemukan hidrokel
terbatas di funikulus spermatikus yang berasal dari sisa tunika vaginalis di dalam
funikulus; benjolan tersebut jelas terbatas dan bersifat diafan pada transiluminasi.
Jarang sekali ditemukan benjolan di funikulus yang dapat dihilangkan dengan
tekanan, sedangkan memberikan kesan terbatas jelas di sebelah kranial. Bila
1

demikian, terdapat tunika vaginalis yang berhubungan melalui saluran sempit dengan
rongga perut dan berisi cairan rongga perut. Hernia inguinalis lateralis atau indirek
yang mengandung sedikit cairan rongga perut ini kadang diberikan nama salah
hidrokel komunikans. Karena hubungan dengan rongga perut terlalu sempit sekali.
Kelainan ini memberi kesan hidrokel funikulus; kantong hernia ini tidak dapat
dimasuki usus atau omentum.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Testis
Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada
orang dewasa adalah 432,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid kedua
buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar
tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan
parietalis, serta tunika dartos. Otot kremaster yang berada disekitar testis
memungkinkan

testis

dapat

digerakan

mendekati

rongga

abdomen

untuk

mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil.


Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap
lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel
spermatogenia dan sel Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel
Leyding. Sel-sel spermatogenia pada proses spermatogenesis

menjadi sel

spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makanan pada bakal sperma,


sedangkan sel-sel Leyding atau disebut sel interstisial testis berfungsi dalam
menghasilkan hormon testosteron. Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli
seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan atau maturasi diepididimis
setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari
epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu
setelah dicampur dengan cairan-caidari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis,
serta cairan prostat menbentuk cairan semen.
Vaskularisasi
Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :
1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta
2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior
3.

Arteri

kremasterika

yang

merupakan

cabang

arteri

epigastrika.

Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus

Pampiniformis. Plesksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal
sebagai varikokel.

Gambar 1. Anatomi normal testis


2.2 HIDROCELE
2.2.1 Definisi
Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara
lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang
berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarny

2.2.2 Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1)
belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di
daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis
atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi
cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi,
atau trauma pada testis/epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi
cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam
funikulus spermatikus.
Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya yaitu:
1. Hidrokel_primer
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus
vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik
yang melintasi kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel
jenis ini tidak diperlukan terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan
menutup dan cairan dalam tunika akan diabsorpsi.
2. Hidrokel_sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam
suatu masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe.
Dapat disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat
karena radang atau karena suatu proses neoplastik. Radang lapisan mesotel
dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya produksi cairan berlebihan yang
tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam
lapisan luar tunika.

Berdasarkan kejadian:
5

1.

2.

Hidrokel akut
Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri. Cairan
berwarna kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan sel polimorf.
Hidrokel kronis
Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara perlahan dan
walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat, jarang

menyebabkan nyeri.
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa
macam hidrokel, yaitu
1. Hidrokel testis.
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat
diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang
hari.
2. Hidrokel funikulus.
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari
testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong
hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
3. Hidrokel Komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum
sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis
kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat
anak menangis. Pada palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat
dimasukkan kedalam rongga abdomen
2.2.3 Patofisiologi
Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun
ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya
rongga peritoneum dengan prosessus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara
tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan
yang berasal dari sistem limfatik disekitar. Hidrokel cord terjadi ketika processus
vaginalis terobliterasi di atas testis sehingga tetap terdapat hubungan dengan
peritoneum, dan processus vaginalis mungkin tetap terbuka sejauh batas atas scrotum.

Area seperti kantung di dalam canalis inguinalis terisi dengan cairan. Cairan tersebut
tidak masuk ke dalam scrotum.
Cairan yang seharusnya merupakan keseimbangan antara produksi dan
reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah
terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Dan terjadilah penimbunan
di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang terus-menerus, mengakibatkan
Obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. Dan terjadilah atrofi
testis dikarenakan akibat dari tekanan pembuluh darah yang ada di daerah sekitar
testis tersebut.
Selama perkembangan janin, testis terletak di sebelah bawah ginjal, di dalam
rongga peritoneal. Ketika testis turun melalui canalis inguinalis ke dalam scrotum,
testis diikuti dengan ekstensi peritoneum dengan bentuk seperti kantung, yang dikenal
sebagai processus vaginalis. Setelah testis turun, procesus vaginalis akan terobliterasi
dan menjadi fibrous cord tanpa lumen. Ujung distal dari procesus vaginalis menetap
sebagai tunika yang melapisi testis, yang dikenal sebagai tunika vaginalis.
Normalnya, region inguinal dan scrotum tidak saling berhubungan dengan abdomen.
Organ viscera intraabdominal maupun cairan peritonel seharusnya tidak dapat masuk
ke dalam scrotum ataupun canalis inguinalis. Bila procesus vaginalis tidak tertutup,
dikenal sebagai persistent patent processus vaginalis peritonei (PPPVP).

Gambar 2. Patogenesis Hidrokel


Bila PPPVP berdiameter kecil dan hanya dapat dilalui oleh cairan, dinamakan
sebagai hidrokel komunikan. Bila PPPVP berdiameter besar dan dapat dilalui oleh
usus, omentum, atau organ viscera abdomen lainnya, dinamakan sebagai hernia.
Banyak teori yang membahas tentang kegagalan penutupan processus vaginalis. Otot
polos telah diidentifikasi terdapat pada jaringan PPPVP, dan tidak terdapat pada
peritoneum normal. Jumlah otot polos yang ada mungkin berhubungan dengan
tingkat patensi processus vaginalis. Sebagai contoh, jumlah otot polos yang lebih
besar terdapat pada kantung hernia dibandingkan dengan PPPVP dari hidrokel.
Penelitian terus berlanjut untuk menentukan peranan otot polos pada pathogenesis ini.
Mekanisme terjadinya PPPVP juga berhubungan dengan adanya peningkatan
tekanan intraabdominal. Keadaan apapun yang menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan intraabdominal dapat menghambat atau menunda proses penutupan processus
vaginalis. Keadaan tersebut antara lain batuk kronis (seperti pada TB paru), keadaan
8

yang membuat bayi sering mengedan (seperti feses keras), dan tumor intraabdomen.
Keadaan tersebut di atas menyebabkan peningkatan risiko terjadinya PPPVP yang
dapat berakibat sebagai hidrokel maupun hernia.

Gambar 3. Jenis-jenis Hidrokel

2.2.4 Gambaran Klinis


Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi
kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi.
Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang
sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan
ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis
dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu (1) hidrokel testis, (2) hidrokel funikulus,
dan (3) hidrokel komunikan. Pembagian ini penting karena berhubungan dengan
metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.

Gambar 4. Hidrokel komunikans (pada anak)

Gambar 5. Hidrokel non-komunikans (pada dewasa)


Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis
sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak
berubah sepanjang hari.
Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak
di sebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar
kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
10

Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis


dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan
peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu
bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah
dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen.
2.2.5 Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada posisi
berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila terdapat
resolusi pada tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan kemungkinan hidrokel
komunikan atau hernia.
Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver untuk meningkatkan
tekanan intraabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan dengan
menyuruh pasien meniup balon, atau batuk. Pada bayi, dapat dilakukan dengan
memberikan tekanan pada abdomen (palpasi dalam) atau dengan menahan kedua
tangan bayi diatas kepalanya sehingga bayi akan memberontak sehingga akan
menimbulkan tonjolan.
Pemeriksaan transiluminasi pada scrotum menunjukkan cairan dalam tunika
vaginalis mengarah pada hidrokel. Namun, tes ini tidak sepenuhnya menyingkirkan
hernia.

Gambar 6. Tes Transiluminasi

11

2.2.6 Pemeriksaan penunjang


1. Transiluminasi
Merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya menemukan
massa skrotum..Dilakukan didalam suatu ruang gelap, sumber cahaya
diletakkan pada sisi pembesaran skrotum . Struktur vaskuler, tumor, darah,
hernia dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai
bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa,
seperti hidrokel .
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan
membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel), vena abnormal
(varikokel) dan kemungkinan adanya tumor.

2.2.7 Diagnosa banding


Secara umum adanya pembengkakan skrotum memberikan gejala yang
hampir sama dengan hidrokel, sehingga sering salah terdiagnosis. Oleh karena itu
diagnosis banding hidrokel adalah :
Hernia scrotalis:
Hidrokel dan hernia inguinalis bermanifestasi klinis sebagai benjolan
pada daerah testis dengan perbedaan utama berupa benjolan pada hernia
bersifat hilang timbul, sedangkan pada hidrokel, benjolan dapat berkurang tapi
lama. Dengan melakukan tes transiluminasi, hidrokel memberikan hasil tes
yang positif sedangkan pada hernia inguinalis hasil tes negatif. Pentingnya
membedakan kedua kasus tersebut sehubungan dengan penanganan yang
dilakukan untuk kemudian mengurangi komplikasi yang dapat terjadi.

12

Varikokel
Adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran
darah balik vena spermatika interna. Gambaran klinis : Anamnesa :
1. Pasien biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun
menikah.
2. Terdapat benjolan di atas testis yang tidak nyeri.
3. Terasa berat pada testis Pemeriksaan Fisik : (Pasien berdiri dan diminta
untuk manuver valsava). Inspeksi dan Palpasi terdapat bentukan seperti
kumpulan cacing di dalam kantung, yang letaknya di sebelah kranial dari
testis, permukaan testis licin, konsistensi elastis. Pada posisi berbaring,
benjolan akan menghilang, sedangkan pada hidrokel tidak hilang, hanya dapat
berkurang tetapi butuh waktu yang lama.
Torsi Testis
Adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi
gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya gangguan
aliran darah dari pada testis. Gambaran klinis :
Anamnesa :
1. Timbul mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan skrotum.
2. sakit perut hebat, kadang mual dan muntah.
3. nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal.
Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi testis bengkak, terjadi retraksi testis ke arah kranial, karena
funikulus spermatikus terpuntir dan memendek, testis pada sisi yang terkena
lebih tinggi dan lebih horizontal jika dibandingkan testis sisi yang sehat.
2. Palpasi teraba lilitan / penebalan funikulus spermatikus

Pemeriksaan fisik yang paling sensitive pada torsio testis adalah hilangnya reflex
kremaster. Refleks kremaster dilakukan dengan menggores atau mencubit paha
bagian medial, menyebabkan kontraksi musculus cremaster yang akan

13

mengangkat testis. Refleks kremaster dikatakan positif bila testis bergerak ke arah
atas minimal 0.5 cm.

Pada torsio appendix testis, teraba adanya nodul keras berdiameter 2-3 mm di
ujung atas testis, dapat tampak berwarna kebiruan, yang dikenal dengan blue dot
sign.

Prehns sign

negative

mengindikasikan

nyeri

tidak

berkurang

dengan

pengangkatan testis dapat menunjukkan adanya torsio testis, merupakan operasi


CITO dan harus dikoreksi dalam 6 jam.
Hematocele
Adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis, biasanya didahului oleh
trauma.
Gambaran klinik : benjolan pada testis
Pemeriksaan Fisik :
- Masa kistik
Transiluminasi (-)
Tumor testis
Keganasan pada pria terbanyak usia antara 15-35 tahun. Gambaran klinis :
Anamnesa : keluhan adanya pembesaran testis yang tidak nyeri. Terasa berat pada
kantong skrotum Pemeriksaan Fisik : Benjolan pada testis yang padat, keras, tidak
nyeri pada palpasi.
2.2.8 Penatalaksanaan
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi.
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi,
kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi.
Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah: (1) hidrokel yang
besar sehingga dapat menekan pembuluh darah, (2) indikasi kosmetik, dan (3)

14

hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam
melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali
hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel,
sekaligus melakukan herniorafi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan
skrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara
Winkelman atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus
dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto.

15

BAB III
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. A

Umur

: 56 tahun

Jenis Kelamin

: laki-laki

Alamat

: muara takus

Agama

: Islam

Suku

:-

No RM

: 136384

Tgl masuk RS

: 26 September 2016

Tgl keluar RS

: 1 Oktober 2016

II. ANAMNESIS
alloanamnesis
Riwayat Pribadi
Keluhan Utama: Terdapat benjolan besar pada kemaluan sejak 2 tahun yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluh terdapat benjolan di skrotum sejak 2 tahun yang lalu,
benjolan awalnya hanya sebesar jari jempol tangan, tapi lama-lama membesar,
benjolan tidak terasa nyeri dan tidak hilang timbul dalam perubahan posisi
ataupun saat mengejan. Tidak ada keluhan saat BAK. Pasien tidak demam,
tidak mual atau muntah. Pasien mengaku tidak ada benjolan di tempat lain.
Riwayat trauma pada daerah kemaluan disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak pernah menderita sakit seperti ini.

Riwayat Penyakit Keluarga


16

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gejala yang sama. Riwayat
hipertensi, diabetes mellitus, asma, maupun alergi disangkal.

Riwayat Pengobatan : -

III. PEMERIKSAAN FISIK


(Dilakukan pada tanggal 26 september 2016)
Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Composmentis

Vital sign:

Tekanan darah

: 120/80 mmhg

HR

: 88 x/menit

RR

: 24 x/menit

Suhu

: 37C

Status generalis:

Kepala:
Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung

: tidak ada sekret/bau/perdarahan

Telinga

: tidak ada sekret/bau/perdarahan

Mulut

: bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat.

Leher:
KGB

: tidak ada pembesaran

Tiroid

: tidak ada pembesaran

Thoraks:
Cor:
I: ictus cordis tidak tampak
P: ictus codis teraba di ICS IV MCLS
P: batas jantung ICS IV PSL dekstra sampai ICS V MCL sinistra
A: S1S2 tunggal
Pulmo:
I: Simetris, tidak ada retraksi
17

P: Fremitus raba normal


P: Sonor
A: Vesikuler +/+, Ronkhi:-/- Wheezing : -/Abdomen:
I: Flat, distensi (-)
A: Bising usus (+) normal
P: Timpani
P: Soepel, tidak ada nyeri tekan (-)
Ekstremitas:
Akral hangat

+ +

Oedem

+ +

- - -

Status Lokalis:
Regio scrotalis dextra
Inspeksi:
Terlihat benjolan di scrotum dextra

Kulit tidak meradang, warna sama dengan kulit sekitar

Teraba massa kistik berbatas tegas

Perabaan suhu sama dengan sekitarnya

Nyeri tekan (-)

Nyeri lepas (-)

Testis dextra tidak teraba

Palpasi:

Auskultasi: (Tidak dilakukan)


Transiluminasi: (Tidak dilakukan)
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium:
Hematologi
18

Hb

: 14,4 gr/dl

Lekosit

: 8,9 x 109 /L

Hematokrit

: 43,9 %

Trombosit

: 245 x 109 /L

CT

: 7 menit

BT

: 3 menit

Hasil Usg

Kesan: hidrokel kanan


IV. DIAGNOSIS KERJA
Hidrokel testis dextra
V. DIAGNOSA BANDING
Hernia scrotalis
Varikokel

19

Torsio testis
Hematokel
Tumor testis
VI. PLANNING
Cek Laboratorium lengkap
Konsul anastesi
Pro hidrokelektomi
Tgl 27 September 2016 pukul 08.00 wib(setelah dilakukan hidrokelektomi)
S: nyeri luka operasi (+)
O: Keadaan Umum
Kesadaran

: sedang
: composmentis

Vital sign: TD: 120/70 mmhg


HR

: 84x/menit

RR

: 26 x/menit

Suhu

: 36,4C

Status generalis
Status lokalis

: Dalam batas normal


: Verband (+) : regio genitalia
: Tabung drainase cairan

A : Hidrokel testis Dextra post Hidrokelektomi H1


P :

IVFD RL 20 tpm
Cefotaxime 2x1 mg
ketorolak 2x1 amp

Tgl 28 September 2016


S: nyeri luka operasi (+)
O: Keadaan Umum
Kesadaran

: sedang
: composmentis

Vital sign: TD: 120/80 mmhg


20

HR

: 84 x/menit

RR

: 26 x/menit

Suhu

: 37,4C

Status generalis
Status lokalis

: Dalam batas normal


: Verband (+) : regio genitalia
: tabung drainase cairan

A : Hidrokel testis Dextra post Hidrokelektomi H2


P :

IVFD RL 20 tpm
Cefotaxime 2x1 mg
ketorolak 2x1 amp

Tgl 29 September 2016


S: nyeri luka operasi berkurang
O: Keadaan Umum
Kesadaran

: baik
: composmentis

Vital sign: TD: 120/70 mmhg


HR

: 88 x/menit

RR

: 24x/menit

Suhu

: 37,4C

Status generalis
Status lokalis

: Dalam batas normal


: Verband (+) : regio genitalia
: Tabung drainase cairan

A : Hidrokel testis Dextra post Hidrokelektomi H3


P :

IVFD RL 20 tpm
Cefotaxime 2x1 mg
ketorolak 2x1 amp

Tgl 30 September 2016


S: nyeri luka operasi berkurang
21

O: Keadaan Umum
Kesadaran

: baik
: composmentis

Vital sign: TD: 120/80 mmhg


HR

: 84x/menit

RR

: 26 x/menit

Suhu

: 37,0C

Status generalis
Status lokalis

: Dalam batas normal


: Verband (+) : regio genitalia
: Tabung drainase cairan

A : Hidrokel testis Dextra post Hidrokelektomi H4


P :

IVFD RL 20 tpm
Cefotaxime 2x1 mg
ketorolak 2x1 amp

Tgl 1 Oktober 2016


S: nyeri luka operasi berkurang
O: Keadaan Umum
Kesadaran

: baik
: composmentis

Vital sign: TD: 120/80 mmhg


HR

: 84x/menit

RR

: 26 x/menit

Suhu

: 37,0C

Status generalis
Status lokalis

: Dalam batas normal


: Verband (+) : regio genitalia
: Tabung drainase cairan

A : Hidrokel testis Dextra post Hidrokelektomi H4


P : Up infus
Up tabung drainase cairan+ up kateter
Ganti perban
Boleh pulang
22

Kontrol poli

DAFTAR PUSTAKA
1. Kapita Selekta Edisi III, Jilid 2, 2009, Media Aesculapius, Jakarta :
383.
2. Purnomo Basuki, Dasar-dasar Urologi edisi ke dua, Sagung Seto,
Jakarta: 140-142.
3. Syamsuhidayat R, Jong W.D, Buku Ajar Bedah, EGC,Jakarta,
pemeriksaan penunjang: 797-798.

23

You might also like