Professional Documents
Culture Documents
YAHYA AL MAHDI
ABSTRAK
YAHYA AL MAHDI, Desain Alat Tanam Benih Langsung Tipe Drum Untuk
Benih Padi Yang Dipeletkan, Dibimbing oleh WAWAN HERMAWAN.
Penanaman padi langsung bisa menghemat waktu dan uang dalam
penanaman. Baru-baru ini, benih padi dilapisi dengan nutrisi dan protektan dalam
bentuk pelet, untuk perkecambahan yang lebih baik dan produktivitas yang lebih
tinggi. Untuk menabur pelet di sawah, diperlukan perancang dan pengembangan
alat tanam benih langsung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan desain
yang optimal dari alat tanam langsung untuk benih padi pellet. Proses desain
mekanik yang digunakan untuk penelitian ini, termasuk: 1) identifikasi masalah,
2) desain konseptual, 3) analisis desain, 4) penyusunan, dan 5) evaluasi desain.
Dalam perancangan, jenis drum alat tanam telah dimodifikasi untuk mendapatkan
ukuran drum yang optimal, diameter keluaran beniht, jarak tanam, dan desain roda
yang tepat. Kriteria desain adalah: 1) jarak tanam pelet 20 cm, 2) dapat
menempatkan pelet di kedalaman 2,5 cm, dan 3) dapat ditarik oleh kekuatan
manusia. Berdasarkan hasil desain, prototipe alat tanam itu dirancang dan diuji
dalam menabur pelet di sawah. Hasil uji kapasitas lapang efektif alat tanam benih
(menggunakan plat ski) adalah 0,08 ha/jam dan efisiensi lapangan adalah 49.54%,
kapasitas lapangan efektif dan efisiensi lapangan alat tanam tanpa plat ski adalah
0.12 ha/jam dan 49.37%. jarak tanam rata-rata atabela dengan menggunakan plat
ski sebesar 25.6 cm sedangkan jarak tanam rata-rata atabela tanpa plat ski sebesar
24.9 cm.
Kata kunci: alat tanam benih langsung, benih padi, pellet, desain, uji kinerja
ABSTRACT
YAHYA AL MAHDI, Design of Drum Type Direct Seeder for Pelleted Rice Seed,
Supervised by WAWAN HERMAWAN
Direct sowing of rice could save both time and money for planting. Recently,
the rice seeds is coated with nutrients and protection agent in the form of pellets,
for a better germination and a higher productivity. For sowing the pellets in the
paddy fields, it is needed to design and develop a direct seeder. This research
objective was to get an optimum design of a direct seeder for pelleted rice seeds.
The standard mechanical design process employed for this research, including: 1)
problem identification, 2) conceptual design, 3) design analysis, 4) drafting, and
5) design evaluation. In designing process, a drum type manual seeder was
modified to get the optimum drum size, seed outlet diameter, drum spacing, and
proper wheel design. The design criteria were: 1) can drill the pellets in 20 cm
spacing, 2) can put the pellets in 2.5 cm depth, and 3) can be drawn by a man
power. Based on the design result, a prototype of the seeder was constructed and
tested in sowing the pellets on a paddy field. Test results showed that effective
field capacity of the seeder (using ski plate) was 0.08 ha/hour and the field
efficiency was 49.54%, the effective field capacity and field efficiency of the
seeder (without ski plate) was 0.12 ha/hour and 49.37%. Average seed placement
spacing (using ski plate) was 25.6 cm, while average seed placement spacing
(without ski plate) was 24.9 cm.
Keywords: direct seeder, rice seeds, pellets, design, performance test
YAHYA AL MAHDI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
Judul Skripsi : Desain Alat Tanam Benih Langsung Tipe Drum untuk Benih Padi
yang Dipeletkan
Nama
:Yahya Al Mahdi
NIM
:F14100096
Disetujui oleh
Dr Ir Wawan Hermawan, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Desrial, MEng
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga penelitian dan skripsi ini berhasil diselesaikan.
Penelitian yang dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo
untuk pengambilan data serta Laboratorium Mekatronika dan Robotika sejak
bulan Desember 2014 sampai April 2014 ini berjudul Desain Alat Tanam Benih
Langsung Tipe Drum untuk Benih Padi yang Dipeletkan.
Penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya kepada Bapak Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS selaku dosen pembimbing
serta Prof. Dr. Ir. Tineke Mandang, MS dan Dr. Ir Mohammad Solahudin, MS
selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan dukungan serta arahan dan
bimbingan selama penelitian dan pembuatan skripsi. Di samping itu, terima kasih
penulis sampaikan kepada Bapak Wana, Bapak Darma, Bapak Udin, dan Mas
Firman dari Laboratorium Siswadhi Soepardjo, Adhika Rozi Ahmad, Elgy
Muhammad Rizkia, Mohammad Ikhsan, Rizky Ramadhani, Santosa Adi Nugraha,
dari TMB 47 serta Pijar, Iwan Suwandi, dan Rusnadi dari TEP 46 yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga penulis
sampaikan kepada Ibu Sri Sulastri, Kakak Al Husain Al Habib, Kakak Zainal
Abidin, Adik Muhammad Ilyas, Adik Hanna Imtihana, Pakde Narjo serta seluruh
keluarga, atas semua bantuan saran, doa, bantuan, dan kasih sayangnya.
Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi
yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi
pertanian.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Jajar Legowo
Antropometri
METODE
Jadwal Penelitian
Tahapan Desain
ANALISIS DESAIN
Kriteria Perancangan
Rancangan Fungsional
Konsep Desain
17
18
20
Kinerja Fungsional
20
Kinerja Penanaman
20
24
Simpulan
24
Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
27
DAFTAR TABEL
1. Rancangan fungsional
2. Penentuan diameter roda
3. Jumlah sirip yang dibutuhkan berdasarkan kondisi lahan yang akan
diolah
4. Jumlah jari-jari berdasarkan ukuran roda (Phongsupasamit 1988)
5. Penentuan diameter tengah drum
6. Penentuan diameter luar drum
7. Analisis berat komponen mesin
8
9
9
9
10
11
14
DAFTAR GAMBAR
1. Sistem tanam legowo 4:1
3
4
9
10
11
11
12
12
13
14
18
18
18
18
18
20
21
21
22
23
24
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produksi beras nasional saat ini cenderung tergolong rendah, hal ini
disebabkan karena alih fungsi lahan-lahan sawah di jawa sehingga produktivitas
lahan menurun. Menurut menteri pertanian Indonesia (Antaranews 2013) bahwa
masyarakat Indonesia tercatat sebagai konsumen beras tertinggi di dunia, yakni
mencapai 30 kg per kapita per tahun. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu
dilakukan peningkatan intensitas tanam dan penggunaan tenaga mekanis.
Untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman padi yang optimal, sebelum
disebar sebaiknya benih diberi perlakuan khusus (seed treatment), sebagai usaha
imunisasi terhadap serangan hama dan penyakit dan merangsang pertumbuhan
akar. Dengan cara ini pertumbuhan akar lebih cepat sehingga mampu bersaing
dengan gulma untuk memperebutkan unsur hara. Saat ini telah dikembangkan
benih padi yang berbentuk pelet, dimana benih pelet ini memiliki banyak
kelebihan, diantaranya tahan terhadap serangan hama penyakti karena telah
dilapisi oleh seed coating.
Usaha budidaya padi konvensional banyak menyerap tenaga kerja mulai
dari kegiatan pengolahan tanah, penanaman dan pemanenan. Sementara
ketersediaan tenaga kerja atau buruh tani mulai berkurang karena banyak generasi
muda enggan untuk terjun ke pertanian. Selama ini tenaga kerja khususnya yang
berperan dalam kegiatan tanam dilakukan oleh kaum perempuan yang sudah tua.
Di masa mendatang diperkirakan akan semakin sulit mencari tenaga kerja untuk
tanam padi, dan biasanya masa tanam yang bersamaan sehingga pada masa itu
terjadi peningkatan permintaan tenaga kerja. Dilain pihak ketersediaanya terbatas.
Oleh karena itu, sangat perlu dicari cara lain dalam usaha budidaya padi yang
dapat menghemat penggunaan tenaga kerja (Anonim 2013).
Penanam benih padi secara langsung (tabela) merupakan salah satu solusi,
dimana penanaman benih padi dilakukan tanpa melalui proses penyemaian
terlebih dahulu. Cara ini terbukti menghemat waktu dan biaya penanaman.
Penanamannya menggunakan sebuah alat tanam benih padi secara langsung
(atabela) yang saat ini mulai banyak digunakan di Indonesia (Harjono 2008).
Atabela di Indonesia yang banyak dikembangkan adalah yang tipe drum yang
ditarik manusia. Namun ada juga yang bermotor seperti yang dikembangkan oleh
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan). Akan tetapi alat
yang dikembangkan BBP Mektan masih memiliki permasalahan, yaitu posisi
operator yang berada di belakang alat, sehingga operator harus menghindari benih
yang telah ditanam. Atabela yang ada saat ini hanya bisa untuk menanam benih
padi dalam bentuk gabah, belum mampu menanam benih padi yang berbentuk
pelet. Selanjutnya juga alat belum disesuaikan dengan sistem penanam legowo,
dimana padi sawah ditanam dengan pola beberapa barisan tanaman yang
kemudian diselingi satu barisan kosong. Oleh karena itu, perlu didesain sebuah
alat penanam benih langsung untuk benih padi dalam bentuk pelet.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan alat penanam benih
dalam bentuk pelet secara langsung pada sistem penanaman legowo 4-1 dan
mendapatkan data kinerja alat pada penanaman benih padi.
TINJAUAN PUSTAKA
Benih Padi yang Dilapisi (Seed Coating)
Pelet padi adalah melapisi benih padi menggunakan perekat dengan bahan
kimia bioaktif untuk memastikan benih terjaga dengan baik dan meningkatkan
ukuran untuk mempermudah dalam penanganan. Padi yang dilapisi dengan nutrisi
dan protektan tanaman dapat meningkatkan perkecambahan dan pertumbuhan
bibit padi sehingga nilai fisiologi mutu benih akan bertambah. Hal tersebut
dikarenakan bibit padi terhindar dari berbagai hama dan penyakit pada tanaman
(Anonim 2008).
Pelet padi ini memiliki ukuran seperti kelereng dengan diameter pelet
sebesar 1 cm. Dengan bentuk yang lebih besar dan bulat maka penjatuhan benih
dengan menggunakan alat tanam lebih mudah, sehingga memudahkan dalam
pengontrolan. Karena padi yang berbentuk pellet maka pengeluaran dapat diatur
dengan baik (mengurangi terjadinya pengeluaran lebih dari satu maupun
tersangkut), sehingga hasil tanam yang terjadi sesuai dengan yang diinginkan
(Anonim 2008).
Jajar Legowo
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi
tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki
barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada
barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo
merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) (Anonim 2012).
Jajar legowo (4 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap empat baris
tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak
tanaman antar barisan. Dengan sistem legowo seperti ini maka setiap baris
tanaman ke-1 dan ke-4 akan termodifikasi menjadi tanaman pinggir yang
diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip
penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada
setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-4) dengan jarak tanam setengah dari
jarak tanam antar barisan (Anonim 2012).
Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (4 : 1) adalah 20 cm
(antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm
(barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat dilihat melalui Gambar 1.
3
20
20
20
40
20
5
tanah, kadar air tanah, tekstur, dan mineral liat merupakan indeks kekuatan tanah.
Tahanan penetrasi akan meningkat jika kadar air dan kedalamannya menurun
(Baver et al. 1978).
Antropometri
Antropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmiarto (1991) adalah satu
kumpulan data numeric yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh
manusia seperti ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut
untuk penanganan masalah desain. Penerapan data antropometri ini akan dapat
dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) dari suatu
distribusi normal.
Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan
fasilitas akomodasi, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor
seperti panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi statis maupun dinamis.
Menurut Nurmianto (2004), manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam
hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya.
Ukuran tubuh sangat diperlukan dalam pembuatan tata letak dalam suatu
ruang kerja, termasuk penyebaran posisi kerja yang baik, sehingga dapat jarak
tubuh, tinggi duduk tegak, tinggi duduk normal, tinggi lutut, tinggi siku, tebal
paha, jarak lutut sampai paha atas, jarak paha atas sampai ke betis, lebar siku,
lebar duduk, dan berat badan (Sanders 1987).
Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan
SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan
bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan
atau lebih rendah dari nilai tersebut (Nurmianto 2004).
Secara umum data antropometri yang diterapkan untuk hal-hal yang khusus,
cukup diambil dari persentil ke-5, ke-50, ke-95, atau antara persentil ke-5 sampai
persentil ke-95. Persentil ke-100 hanya diterapkan pada rancangan yang
digunakan oleh semua orang, contoh perlengkapan di rumah-rumah sakit. Untuk
alat yang dapat diatur sesuai dengan operatornya, misalnya posisi tempat duduk,
posisi pegangan kendali, desain sebaiknya dirancang agar dapat memenuhi selang
persentil ke-5 sampai ke-95 (Zander 1972).
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini meliputi kegiatan identifikasi kebutuhan hingga proses
pembuatan model 3 dimensi dan simulasi dari mesin yang dirancang, selanjutnya
dilakukan pembuatan prototipe mesin, dan pengujian kinerja mesin. Diagram alir
penelitian disajikan pada Lampiran 1.
Kegiatan identifikasi kebutuhan dan pengambilan data penelitian di
lapangan akan dilaksanakan pada Januari 2014 hingga Februari 2014. Proses
perancangan konsep desain dilakukan pada Maret 2014 hingga April 2014 di
Bagian Teknik Mesin dan Otomasi (TMO) Departemen Teknik Mesin dan
Biosistem, Institut Pertanian Bogor (IPB). Sedangkan pembuatan protipe
6
dilakukan di bengkel Daud Teknik Cibeureum, Adapun pengujian kinerja alat
dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk konstruksi alat tanam adalah stainless steel
untuk konstruksi drum serta plat ski, besi pejal untuk konstruksi poros as roda,
plat besi untuk konstruksi roda, besi pipa untuk konstruksi rangka penarik, serta
bearing untuk memutar poros roda.
Bahan yang digunakan untuk pengujian kinerja alat tanam adalah benih padi
yang telah dipeletkan sebagai komoditas yang akan ditanam. Adapun peralatan
yang digunakan untuk pengujian kinerja adalah meteran sebagai alat pengukur
jarak (meteran), neraca pegas untuk mengukur gaya tarik alat tanam, timbangan
digital untuk mengukur berat rata-rata benih padi yang dipeletkan, serta stopwatch
untuk mengetahui waktu kerja.
Pembuatan konsep desain dan evaluasi desain (untuk menganalisis stress
dan strain dari konsep desain yang telah dibuat serta untuk proses simulasi
gerakan operasi dari model alat) akan menggunakan software SolidWorks
Premium 2012. Peralatan yang yang digunakan adalah alat tulis, mesin hitung,
seperangkat komputer (software Microsoft Excel 2010) dan mesin cetak
(printer).
Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan selama 4 bulan yaitu dari JanuariApril 2014. Susunan
jadwal kegiatan penelitian disajikan dalam Lampiran 2.
Tahapan Desain
Penelitian ini merupakan suatu rangkaian penelitian yang mencakup tahapan
konseptualisasi desain, pembuatan prototipe hingga pengujian kinerja. Penelitian
dilakukan untuk pembuatan konsep disain dari alat tanam benih langsung ini.
Berikut ini merupakan penjelasan lebih rinci menganai tahapan-tahapan penelitian
yang akan dilakukan:
Identifikasi Masalah
Pada tahap ini didentifikasi kondisi lahan sawah, karakteristik benih padi
dalam bentuk pellet, cara penanaman benih padi secara manual, konstruksi
beberapa jenis alat penanam benih padi, serta beberapa mekanisme untuk
pengaturan penjatahan benih. Selain itu akan dipelajari juga kebutuhan calon
pengguna atabela, dan permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan atabela
sebelumnya.
Perumusan dan Penyempurnaan Konsep Desain
Pada tahap ini dibuat beberapa konsep alternatif dari penanam benih tipe
drum. Konsep yang akan dibuat disesuaikan dengan spesifikasi yang memenuhi
kebutuhan dan kondisi penanamannya.
Data hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan akan dianalisis untuk
menentukan besarnya gaya mekanis dan beban kerja mekanis yang dibutuhkan
7
dalam kegiatan penanaman benih padi yang dipeletkan di sawah. Analisis teknik
dan perhitungan rancangan dilakukan untuk menentukan secara akurat dari bentuk,
ukuran, bahan, dan cara pembuatan alat yang akan dirancang.
Uji Optimasi Konsep Desain
Pada tahap ini dilakukan proses seleksi dari beberapa desain konsep
rancangan mesin yang telah dimodelkan dalam CAD. Kriteria seleksi lebih
ditekankan kepada unjuk kerja rancangan mesin yang akan dibuat dan kesesuaian
konsep desain terhadap spesifikasi desain dan kondisi penanaman benih padi yang
dipeletkan. Beberapa parameter yang digunakan sebagai kriteria seleksi desain
adalah akurasi penanaman benih, kemudahan operasi, kemudahan pembuatan,
biaya pembuatan, kelincahan gerak dan kesesuaian mekanisme. Parameter
tersebut akan digunakan sebagai kriterian untuk proses go/no-go screening dari
konsep desain yang akan dirancang.
Pembuatan Model 3 Dimensi (3D)
Pada tahap ini dilakukan proses pemodelan konsep desain yang terbaik ke
dalam bentuk gambar 3D menggunakan software SolidWorks Premium 2012.
Hasil dari pemodelan ini sebagai bentuk visualisasi rancangan struktural dari
mesin yang akan dibuat.
Pembuatan Prototipe
Hasil rancangan atabela selanjutnya dibuatkan dalam bentuk prototipe
atabela, di bengkel konstruksi. Prototipe ini harus dipastikan dapat diuji pada
penanaman benih padi di sawah.
ANALISIS DESAIN
Kriteria Perancangan
Alat tanam benih langsung ini merupakan modifikasi dari atabela yang telah
dirancang sebelumnya. Pengembangan atabela bertujuan untuk menggantikan
benih padi tanpa coating menjadi benih padi yang dipeletkan dan menggantikan
posisi operator yang awalnya dibelakang atabela menjadi didepan atabela,
sehingga atabela dapat berfungsi lebih efektif lagi. Kriteria perancangan
dijalaskan pada beberapa poin berikut.
1. Alat tanam benih langsung dijalankan secara manual dengan cara ditarik
2. Jarak tanam yang dianjurkan yaitu sebesar 20 cm dengan jarak antar alur
sebesar 20 cm.
3. Kedalaman tanam padi pelet yaitu 2.5 cm.
4. Benih padi pelet yang digunakan dengan diameter rata-rata 1 cm
5. Volume drum harus mencukupi jumlah benih untuk menanami lahan seluas
900 m2.
6. Kapasitas penanaman menggunakan mesin penanam harus lebih tinggi
daripada penanaman dengan menggunakan manusia.
8
Rancangan Fungsional
Berdasarkan fungsinya, alat tanam benih langsung benih padi pelet berfungsi
untuk menanam benih padi pelet dengan jarak tanam dan kedalaman yang sesuai.
Rancangan fungsional disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Rancangan fungsional
Fungsi utama
Atabela mampu
menanam benih padi
pelet dengan
kedalaman 2.5 cm,
jarak tanam 20 cm
dan jarak antar alur
20 cm.
Sub fungsi
Menampung benih
padi pelet.
Penggerak atabela
Pembuka alur
Menempatkan posisi
atabela diatas
permukaan lumpur
Menarik atabela
Memudahkan dalam
belok
Menyalurkan daya
Alternatif mekanisme
Alternatif
yang dipilih
-Hopper drum
dengan bahan
stainless steel
-Dinding akrilik
-Hopper persegi
panjang
-Hopper trapezium
-Hopper drum
-Roda
tipe
IRRI - Roda tipe
(standard)
IRRI
-Roda tipe jepang
(standard)
-Roda sirip siku
-Roda sirip lengkung
-Tipe hoe
- Tipe plat
-Tipe shovel
dengan
-Tipe shoe
penambahan
-Tipe plat
pembuka alur
-Plat lurus
- Plat ski
-Plat ski
-Traktor roda 2
-Penambahan motor
-Manual (operator)
-Poros tak langsung
-Penggunanan
spherical plain bearing
-Rantai dan sproket
-Sabuk dan puli
-Poros langsung
- Manual
(operator)
- Penggunaan
spherical plain
bearing
- Poros
langsung
Roda merupakan alat penggerak alat tanam benih langsung yang mana
digunakan untuk traksi. Roda untuk lahan sawah harus memerhatikan sirip-sirip
roda dimana harus dilakukan analisis diantaranya sudut sirip, panjang sirip
maupun jumlah siripnya. Desain roda yang paling penting adalah diameter roda
itu sendiri, diameter roda ditentukan berdasarkan jarak tanam dan jumlah lubang
tanam dalam satu kali putaran, dengan slip 10 %. Adapun desain roda alat tanam
dapat dilihat pada Gambar 3.
Jarak tanam
(cm)
4
5
6
7
20
20
20
20
88
110
132
154
Diameter roda
(cm)
28.03
35.03
42.04
49.04
Dari perhitungan pada Tabel 2 tersebut didapat diameter yang cocok dengan
asumsi terjadi slip sebesar 10 % yaitu sebesar 49.04 cm.
Tabel 3 Jumlah sirip yang dibutuhkan berdasarkan kondisi lahan yang akan diolah
Kondisi Lahan
Berawa-rawa
Lahan berlumpur
Lahan sawah
Lahan kering
Jumlah Sirip
6
68
8 12
8 14
Dari Tabel 3 tersebut diketahui untuk merancang sebuah sirip dari roda
atabela untuk lahan berlumpur digunakan 8 sirip dimana sudut antar sirip (juring)
sebesar 450.
Adapun untuk jumlah jari-jari roda yang dibutuhkan tergantung pada
diameter roda, ukuran roda dan kualitas dari jari-jari tersebut. Klasifikasi jumlah
jari-jari yang dibutuhkan berdasarkan ukuran roda dapat dilihat pada Tabel 4
(Phongsupasamit 1988)
Tabel 4 Jumlah jari-jari berdasarkan ukuran roda (Phongsupasamit 1988)
Ukuran roda
Roda ukuran kecil
Roda ukuran normal
Roda ukuran besar
Jumlah Jari-jari
3
4-6
8
10
Drum Benih
Drum benih merupakan tempat dimana benih dikumpulkan (hopper) yang
kemudian di jatuhkan satu-persatu melalui lubang-lubang drum. Drum benih
berkaitan dengan jumlah dan ukuran benih yang keluar. Jumlah benih yang keluar
adalah benih yang dapat mencukupi lahan sawah seluas 900 m2dengan sistem
tanam jajar legowo 4 : 1, dan setiap lubang tanam untuk satu benih. Adapun
ukuran diameter lubang drum berdasarkan ukuran dan kecepatan maju operator.
Penentuan diameter ini perlu dilakukan pengujian dengan menggunakan prototipe
dengan menguji beberapa ukuran diameter dan kecepatan yang berbeda. Selain itu
volume drum disesuaikan dengan volume benih yang berada dalam drum, dalam
kasus ini maka volume drum yang digunakan yaitu 2.5 kali volume benih agar
benih dapat keluar sesuai dengan yang dibutuhkan yaitu satu lubang untuk satu
benih. Adapun desain drum benih dapat dilihat pada Gambar 4.
Keterangan
Luas sawah
Jarak tanam (panjang)
(lebar)
Jumlah benih total
Volume 1 pelet
Volume pelet benih
Drum diisi benih
Volume 1 drum
Panjang 1 drum
Diameter tengah drum
Jumlah
900.00
20.00
20.00
18000.00
0.52
9424.77
40.00
11780.97
25.00
24.49
Satuan
m2
cm
cm
butir
cm3
cm3
persen
cm3
cm
cm
11
Dengan demikian apabila dalam satu kali operasi, jumlah benih padi pelet
yang dibutuhkan untuk mencukupi lahan sawah seluas 900 m2 digunakan diameter
tengah drum yaitu 25 cm. Sedangkan diameter luar ditunjukan pada Tabel 6
Tabel 6 Penentuan diameter luar drum
Jumlah
Lubang
(buah)
Jarak
tanam
(cm)
4
5
6
7
20
20
20
20
Keliling
roda
(cm)
80
100
120
140
Keliling+
Macet 10
% (cm)
88
110
132
154
Diameter
roda
(cm)
Diameter
drum
(cm)
28.03
35.03
42.04
49.04
8.03
15.03
22.04
29.04
23.03
30.03
37.04
44.04
12
Analisis selanjutnya yang perlu dilakukan yaitu menentukan diameter
metering device, dengan diameter benih padi pelet sebesar 10 mm. Dalam hal ini
perlu dilakukan pengujian dengan membuat prototipe yaitu menggunakan drum
kecil yang dilubangi disekeliling permukaan drum dengan diameter masingmasing yaitu 11, 12, dan 13 mm. kemudian drum tersebut dilubangi di tengahnya
dan dimasukan paralon agar drum dapat diputar. Selanjutnya kedua poros drum
ditumpu pada dua penyangga agar drum dapat berputar dengan kecepatan yang
seragam dan tidak terjatuh saat dilakukan pengujian. Adapun gambar prototipe
dapat dilihat pada Gambar 7.
13
Plat ski ini dirancang dua buah, sehingga tiap drum memiliki satu buah plat
ski dengan dua pembuka alur. Pembuka alur dirancang dengan membentuk anak
panah untuk memudahkan dalam pembukaan lumpur dengan tinggi pembuka alur
sebesar 2.5 cm sesuai dengan kedalaman tanam yang diinginkan.
Plat ski dipasangkan pada rangka utama dengan dijepit menggunakan mur
dan baud. Analisis berat atabela disimulasikan pada software SolidWorks dimana
total berat atabela (Wa) sebesar 38 kg.
=
. (1)
Keterangan :
= gaya gesek pada plat ski (N)
= koefisien gesek antara permukaan tanah sawah dengan dasar
plat ski yaitu sebesar 0.3 (Kawiji, 1984)
W = gaya normal alat yaitu berat total alat bersama isi (berat total
maksimum dirancang sebesar 38 kg atau 380 N)
=
= 0.3 380
= 114 N
Dengan nilai tahanan penetrasi tanah (TPT) pada lahan sawah dengan sudut 90o
sebesar 7 kPa (Mudzakir 2013).
TPT = F/A ... (2)
A
=
= 0.016285 m2 = 162.85 cm2
Lengan Penarik
Lengan Penarik merupakan salah satu bagian utama atabela yang berfungsi
sebagai lengan untuk pegangan tangan dimana atabela ditarik serta atabela serta
menjaga posisi atabela agar selalu stabil. Bentuk serta dimensi rangka ini harus
sesuai dengan karakteristik tubuh manusia, khususnya karakteristik tubuh manusia
Indonesia sehingga operator yang menggunakan tidak akan mengalami cidera.
Adapun desain lengan penarik alat tanam dapat dilihat pada Gambar 9, sedangkan
posisi komponen atabela dapat dilihat pada Gambar 10.
14
Drum (Hopper)
Rangka utama
Roda
Lengan penarik
Plat ski
Berat
(N)
160
160
60
Momen terhadap
titik acuan (N.m)
40
40
6
80
Sketsa penampang tampak samping dari pipa yang digunakan untuk rangka
dapat dilihat pada Gambar 11.
15
A1
Lengan penarik
Rangka utama
F1
lF1
Keterangan :
= gaya gesek pada plat ski (N)
= koefisien gesek antara permukaan tanah sawah dengan dasar
plat ski yaitu sebesar 0.3
W = gaya normal alat yaitu berat total alat bersama isi (berat total
maksimum dirancang sebesar 38 kg atau 380 N)
=
= 0.3 380
= 114 N
Sedangkan tahanan gelinding pada roda dapat dihitung dengan rumus:
=
... (3)
Keterangan :
= tahanan gelinding roda (N)
= koefisien tahanan gelinding untuk tanah lumpur koefisien
tahanan gelinding roda sebesar 0.3 (Endro 1991)
w = gaya normal alat yaitu berat beban yang ditumpu roda (berat
drum sebesar 16 kg atau 160 N)
=
= 0.3 160
= 48 N
Sehingga besar total gaya yang terjadi yaitu:
=
+
.. (4)
= 114 + 48 N
= 162 N
Geometri bahan rangka lingkaran, sehingga inersia bahan yang digunakan
dihitung berdasarkan rumus inersia lingkaran, yaitu :
I = 1/64 D4 .... (5)
Dengan memasukkan persamaan tersebut dengan c sebesar D kedalam
persamaan, maka persamaan tersebut menjadi :
M x 0.5 ((D D ))
a =
x D xD
10.2 M
a =
(D D )
16
Jika diketahui ( b) sebesar 28 kg/mm2, dan safety factor (Sf) yang
digunakan sebesar 6 dimana diameter luar (D1) pipa diambil 25 mm, maka
tebal rangka dapat dihitung sebagai berikut.
= 28 /
a =
a =
(D
10.2 M
= 4.6 kg/mm
D )
10.2 x (162 N x 25 mm)
4.6 kgmm =
(25 D )mm
4.6 kgmm =
41310
(25 D )mm
17
Kebutuhan daya dapat dicari dengan mengukur jumlah gaya gesek pada plat
ski dengan tahanan gelinding pada roda dikalikan dengan kecepatan maju atabela.
Gaya gesek pada plat ski dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
=
= 0.3 380
= 114 N
Sedangkan tahanan gelinding pada roda dapat dihitung dengan rumus:
=
= 0.3 160
= 48 N
Sehingga besar total gaya yang terjadi yaitu:
=
+
= 114 + 48 N
= 162 N
Untuk mencari besarnya tenaga tarik dihitung dengan menggunakan rumus:
=
.. (6)
Keterangan :
= tenaga tarik (W)
= gaya tarik total (N)
V
= kecepatan maju (m/detik)
Bila diasumsikan pada saat alat dioperasikan di sawah kecepatan maju atabela
sebesar 0.4 m/detik, maka kebutuhan tenaga tarik atabela adalah:
=
= 162 0.4 /
= 64.8 Watt
Besarnya kebutuhan tenaga untuk menarik atabela ini masih dibawah rata-rata
tenaga manusia untuk bekerja yaitu sebesar 0.1 hp atau 75 Watt.
Konsep Desain
Konsep umum dari disain yang dibuat adalah mengacu pada bentuk dasar
alat tanam benih langsung tipe drum, dengan dilakukan beberapa modifikasi,
yakni 1) penyesuaian ukuran lubang keluaran benih pada drum karena
penggunaan benih padi berbentuk pelet, 2) memindahkan posisi pengguna (user)
dari yang awalnya di belakang menjadi di depan sehingga benih yang telah
ditanam tidak terinjak pengguna, 3) menambahkan pembuka alur untuk
penempatan benih dalam tanah (kedalaman 2.5 cm), 4) memperbaiki desain sirip
roda untuk meningkatkan daya putarnya. Adapun skema alat tanam benih
langsung disajikan pada Gambar 14, sedangkan gambar teknik untuk atabela
disajikan pada Lampiran 17.
18
Keterangan :
: Benih tertanam
: Lintasan alat
: Lintasan berbelok
19
titik tertentu di tiap lintasan yang akan dilakukan pengujian, sampel tersebut
dimasukan kedalam tabung kemudian diendapkan selama 48 jam. Setelah itu
diukur perbedaan ketinggian dari endapan lumpur dan air.
Setelah diukur indeks pelumpuran selanjutnya diukur indeks kelunakan, hal
ini dilakukan agar dapat diketahui apakah lahan sawah yang akan digunakan
sudah sesuai dengan lahan sawah yang umum digunakan. Pengukuran indeks
kelunakan ini dilakukan dengan menjatuhkan bola golf dari ketinggian 1m dari
atas permukaan lumpur pada titik-titik tertentu di tiap lintasan yang akan
dilakukan pengujian, setelah itu diukur ketinggian permukaan atas bola golf
terhadap permukaan golf menggunakan mistar. Indeks pelumpuran dihitung
dengan mengukur perbedaan ketinggian antara ketinggian air dan tanah hasil
pelumpuran, selanjutnya dilakukan penghitungan volume dari ketinggian yang
didapat menggunakan rumus volume tabung.
V=
x t .. (7)
Keterangan : V =Volume tabung (cm3)
r = Jari-jari lingkaran (cm)
t = Tinggi tabung (cm)
Ip= ( ) x 100% .. (8)
Keterangan : Ip : Indeks pelumpuran (%)
Vs : Volume tanah dalam tabung setelah diendapkan selama 48 jam
(cc)
Vt : Volume total contoh suspensi air-tanah dalam tabung (cc)
Selanjutnya dilakukan perhitungan indeks keseragaman tanah hasil
pelumpuran untuk mengetahui indeks keseragaman tingkat pencampuran tanah
dengan air (suspensi air-tanah) dan kelunakan tanah hasil pelumpuran.
Setelah itu dilakukan pengukuran kinerja penanaman benih yang dilakukan
untuk mengetahui karakteristik dari alat atau mesin yang akan digunakan selama
proses penanaman benih, sehingga alat atau mesin dapat digunakan sesuai
kebutuhan. Dalam pengukuran unjuk kerja perlu dilakukan beberapa pengukuran
diantaranya waktu penanaman mekanis, kecepatan maju, kemacetan roda, jarak
tanam, kedalaman tanam, dan beban tarik. Pengukuran ini dilakukan dengan dua
perlakuan yang berbeda dimana pengujian dilakukan dengan menggunakan plat
ski dan tanpa plat ski.
Pengukuran waktu total penanaman benih secara mekanis dilakukan untuk
mengetahui berapa lama waktu proses penanaman yang dilakukan untuk luasan
tertentu, waktu total merupakan penjumlahan waktu efektif dan waktu belok.
Pengukuran ini dilakukan menggunakan stopwatch.
Kecepatan maju penanaman benih dilakukan untuk mengetahui kecepatan
yang dibutuhkan operator menarik atabela pada lahan sawah. Pengukuran
kecepatan didapat dengan mengukur panjang lintasan yang akan dilalui atabela
dibagi dengan waktu tempuh selama atabela melewati lintasan tersebut.
Kemacetan roda merupakan keadaan dimana roda tidak berputar ketika
atabela ditarik, sehingga terjadi kemacetan pada roda. Kemacetan roda
berpengaruh pada jarak tanam pada benih yang tertanam. Kemacetana roda
didapat dengan menggunakan rumus :
= (1
) 100% .... (9)
20
Keterangan : Kr = Kemacetan roda (%)
Jt = Jarak toritis
Ja = Jarak tempuh atabela
Pengukuran jarak tanam dan kedalaman penanaman digunakan agar pada
saat proses penanaman jarak antar tanam tiap benih seragam dengan interval 20
cm antar benih tertanam..
Selanjutnya pengukuran beban tarik dilakukan untuk mengetahui daya yang
dibutuhkan untuk menarik atabela pada lahan sawah, daya tarik (Watt) didapat
dengan mengkalikan gaya tarik (N) dan kecepatan (m/detik).
Selain itu untuk mengukur besarnya daya untuk menarik atabela, akan
dilakukan pengukuran gaya tariknya menggunakan timbangan tarik digital yang
dipasangkan pada rangka tarik dan ditarik horizontal. Tenaga tarik dihitung
dengan rumus
Ptarik Ftarik V . (10)
Keterangan : Ptarik : Tenaga tarik (Watt),
Ftarik : Gaya untuk menarik atabela (N), dan
V
: Kecepatan maju operasi atabela (m/detik).
21
indeks pelumpuran di lahan sawah yang digunakan untuk pengujian kinerja
atabela disajikan pada Lampiran 5.
22
Kinerja Penanaman
Setelah kinerja fungsional dapat berjalan dengan baik selanjutnya dilakukan
pengujian kinerja penanaman. Dalam pengujian kinerja ini beberapa point penting
yang perlu dilakukan pengukuran diantaranya indeks pelumpuran (IP), indeks
kelunakan (IK), indeks keseragaman (IS), pengukuran unjuk kerja penanaman
benih secara mekanis (direct seeding) yang terdiri dari penentuan waktu
penanaman benih padi pelet, kecepatan maju penanaman benih padi pelet,
kemacetan roda, interval, jumlah, dan kedalaman benih tertanam, beban tarik,
serta efektifitas penanaman oleh atabela.
23
Pengukuran kemacetan roda pada lahan sawah tanpa menggunakan plat ski
didapat kemacetan rata-rata sebesar 17.90%. Adapun data pengukuran kemacetan
roda disajikan pada Lampiran 12.
Kemacetan roda atabela menggunakan plat ski didapat kemacetan yang
lebih tinggi dibandingkan atabela tanpa plat ski. Hal ini dikarenakan dengan
penggunaan plat ski maka beban yang dihasilkan atabela lebih besar, selain itu
penggunaan plat ski mengakibatkan terjadinya gesekan antara plat dengan
permukaan lumpur yang mengakibatkan roda atabela terhambat untuk maju. Pada
atabela dengan menggunakan plat ski roda tidak efetif bekerja, karena menembus
lapisan yang lebih padat sehingga diameter roda aktual menjadi lebih kecil, seperti
terlihat pada Gambar 20.
Yang diinginkan
R
Tanah keras
Tanah keras
24
lapangan memiliki ketebalan 3 mm, dengan bahan logam baja, adapun solusi yang
dapat dilakukan yaitu dengan mengurangi ketebalan plat ski menjadi 2 mm atau
mengubah bahan menjadi bahan yang lebih ringan seperti penggunaan bahan baja
ringan (seperti alumunium).
Beban Tarik
Dari pengukuran didapat gaya tarik rata-rata atabela dengan plat ski sebesar
257.02 N dengan kecepatan sebesar 0.43 m/detik, sehingga didapat beban tarik
untuk menarik atabela sebesar 111.75 Watt. Adapun data dari pengujian beban
tarik dengan plat ski disajikan pada Lampiran 15. Sedangkan pengukuran beban
tarik tanpa menggunakan plat ski didapat gaya tarik sebesar 121.64 N dengan
kecepatan sebesar 0.66 m/detik, shingga didapat beban tarik atabela sebesar 80.29
Watt. Dari pengukuran didapat beban tarik atabela menggunakan plat ski lebih
besar dibandingkan tanpa plat ski, hal itu terjadi karena pada atabela yang
menggunakan plat ski memiliki beban tambahan dan tejadi tambahan gesekan
antara plat ski dan permukaan lumpur, hal tersebut pun terbukti dari kecepatan
maju atabela menggunakan plat ski lebih lamban jika dibandingkan dengan
atabela yang tanpa plat ski. Adapun data dari pengujian beban tarik tanpa plat ski
disajikan pada Lampiran 16.
25
Kapasitas lapangan efektif atabela tanpa plat ski sebesar 0.117 ha/jam dan
kapasitas lapangan teoritis atabela tanpa plat ski sebesar 0.237 ha/jam, sehingga
didapat efisiensi atabela tanpa plat ski sebesar 49.37%. Atabela dengan
penambahan plat ski memiliki beban tarik yang besar sehingga kemacetan tinggi
dan mengalami kesulitan untuk ditarik.
Saran
Dari hasil pengujian didapat hasil pengukuran yang sesuai untuk atabela ini,
dengan demikian disarankan agar atabela ini digunakan pada lahan sawah dengan
indeks pelumpuran yang sesuai. Karena apabila dilakukan pada lahan sawah yang
kurang cocok maka akan timbul beberapa kendala, di antaranya kesulitan dalam
menarik atabela karena tekstur tanah yang lengket ataupun tanah yang terlalu
lembek sehingga pada saat belok maka sebagian atabela akan tenggelam sebagian
di permukaan lumpur. Bahan plat ski perlu diganti dengan bahan yang lebih
ringan dan memiliki koefisien gesek dengan lumpur lebih rendah
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1990.Budidaya Tanaman Padi. Kanisius.Yogyakarta.
Anonim. 2008. Seed Treatment [diacu 2 November 2013] Tersedia dari :
http://agritech.tnau.ac.in
Anonim. 2012. Cara Meningkatkan Poduksi Tanaman Padi dengan Sistem Tanam
Jaja Legowo. [internet]. [diacu 2 November 2013] Tersedia dari :
http://www.gerbangpertanian.com
Anonim. 2013. Peran Alat Tanam Benih Langsung (ATABELA) Dalam Mengatasi
Kelangkaan Tenaga Kerja Pada Lahan Padi Sawah di Sulawesi Utara.
[internet].
[diacu
2
November
2013]
Tersedia
dari:
http://sulut.litbang.deptan.go.id
Arisandi IR. 2013. Studi Antropometri dan Gerak Kerja Pemanen Kelapa Sawit
seta Aplikasinya untuk Penyempurnaan Desain Alat Panen (Egrek dan
Dodos) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Darmawijaya I. 1997. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta : UGM Press
Endro. 1991. Perancangan dan Pembuatan Mesin Panen Padi Tanpa
Pemotongan. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada.
Harjono, Purwanta Y, Sulistyosari N. 2008. Rekayasa Mesin Tanam Langsung
Benih Padi Pada Lahan Sawah. Jurnal Enjiniring Pertanian. Vol. VI, No. 1
Kawiji. 1984. Disain Alat Tanam Padi (Transplanter) Sistem Rotary. [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mudzakir A. 2013. Karakteristik Reaksi Tanah Sawah dan Lumpur Terhadap
Penekanan Plat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nurmianto E. 2004 Ergonomika Konsep Dasar dan Aplikasinya.Ed ke-2.
Surabaya : Gua Widya
Phongsupasamit S. 1998. Basic Research on Walking Tractor Plows and Their
Engineering Design Theories. Kyushu Dissertation
Plaster EJ. 1992. Soil Science and Management. New York (US): Delmar
26
Prasetyo, Adiningsih S, Subagyono K, Simanungkalit RDM. 2004. Mineralogi,
kimia, fisika dan biologi tanah sawah. Dalam Tanah Sawah dan Teknologi
Pengelolaannya. Puslitbangtanah. Bogor.
Sanders SM and McCormick. 1993. Human Factor Engineering and Design
Seventh Edition. McGaw Hill. New Delhi
Suparyono, Setyono, 1993.Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wesley LD. 1973.Mekanika tanah. Bandung (ID): Badan Penerbit Pekerjaan
Umum.
Widodo J. 2013. Konsumsi beras masyarakat Indonesia tertinggi di dunia.
[internet]. [diacu 1 November 2013] Tersedia dari:
http://www.antaranews.com/berita/398839/ konsumsi-beras-masyarakatindonesia-tertinggi-di-dunia
27
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Mulai
Data dan
informasi
penunjang
Identifikasi masalah
Pembuatan prototipe
Modifikasi
Tidak
Berhasil
Ya
Uji kinerja mesin
Modifikasi
Tidak
Berhasil
Ya
Selesai
28
Lampiran 2 Jadwal kegiatan penelitian
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Nama Kegiatan
Identifikasi
permasalahan
Merumuskan ide
awal rancangan
fungsional
Menyempurnakan
ide rancangan
struktural
Gambar teknik
Konsultasi
rancangan
Pemodelan dan
simulasi
Analisis dan
gambar teknik
revisi
Pabrikasi
Pengujian
Fungsional
Pengujian Kinerja
Pembuatan
Laporan Akhir
Bulan Ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
29
11
12
13
Pengulangan
1
2
3
Av
1
2
3
Av
1
2
3
Av
putaran 1
Jumlah
biji
Waktu
jatuh
4
2
1
2
4
2
3
2
4
2
6
2
3
1
4
2
7
1
12
2
10
2
10
2
Pengujian
putaran 2
Jumlah
biji
Waktu
jatuh
5
2
0
2
4
2
3
2
4
2
5
1
4
1
4
1
7
1
12
2
8
2
9
2
Rata-rata
putaran 3
Jumlah
biji
Waktu
jatuh
3
3
1
2
3
2
2
2
4
2
5
2
4
1
4
2
6
1
6
1
8
2
7
1
Kecepatan
Jumlah
biji
waktu
4
1
4
3
4
5
4
4
7
10
9
8
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
m/s
0.1886
0.2200
0.2200
0.2084
0.2200
0.2640
0.4400
0.2829
0.4400
0.2640
0.2200
0.2829
30
Lampiran 4 Tabel data antropometri posisi berdiri operator di Indonesia
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Pengukuran
(Posisi Berdiri)
Berat Badan
Tinggi Badan
Tinggi Mata
Tinggi Bahu
Tinggi Siku Tangan
Tinggi Pinggang
Tinggi Pinggul
Tinggi Genggaman Tangan
Tinggi Ujung Tangan
Jangkauan Tangan Keatas
Terbuka
Jangkauan Tangan Keatas
Menggenggam
Jangkauan Tangan Kedepan
Terbuka
Jangkauan Tangan Kedepan
Menggenggam
Jengkal 2 Tangan Kesamping
Terbuka
Jengkal 2 Tangan Kesamping
Tertutup
Jengkal 2 Siku
Panjang Telapak Kaki
Lebar Telapak Kaki
Percentile 5
46.00
149.00
137.40
123.00
91.20
83.50
77.60
60.00
51.50
187.80
Percentile 50
Dalam cm
55.00
160.00
149.10
133.50
99.50
93.50
86.00
68.10
57.90
202.00
Percentile 95
71.00
170.00
160.00
141.20
109.00
103.50
95.00
76.00
63.00
217.80
178.00
192.00
208.00
66.50
77.00
85.00
57.70
66.00
73.50
152.50
167.30
178.00
135.50
147.00
157.90
73.00
22.00
9.30
84.60
24.40
10.50
93.00
26.50
11.50
31
Lampiran 5 Data pengukuran indeks pelumpuran (IP)
Diameter tabung plastic
:
Tinggi tabung plastic
:
Volume tabung plastik
:
Data Indeks pelumpuran pada berbagai lintasan :
Nomer Kode Volume tanah (Vs)
Lintasan
Tabung
[cm3]
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata
P1A
P2A
P3A
P4A
P5A
P1B
P2B
P3B
P4B
P5B
36.556
35.594
33.670
30.784
31.746
33.670
34.632
35.594
36.556
30.784
35 mm
43 mm
41,37 cm3
Volume air
(Vw) [cm3]
Volume total
(Vt) [cm3]
4.810
5.772
7.696
10.582
9.620
7.696
6.734
5.772
4.810
10.582
41.366
41.366
41.366
41.366
41.366
41.366
41.366
41.366
41.366
41.366
Indeks
Pelumpuran
(IP) [%]
88.37
86.05
81.40
74.42
76.74
81.40
83.72
86.05
88.37
74.42
82.09
32
Lampiran 6 Data pengukuran indeks kelunakan (IK)
Diameter bola golf
:
42.67 mm
Bobot bola golf
:
45.93 g
Data indeks kelunakan pada berbagai lintasan :
Jarak posisi permukaan atas bola
golf terhadap permukaan lumpur
Indeks Kelunakan (IK) [%]
Lintasan
PBG (cm)
Tempat A
Tempat B
Tempat A
Tempat B
1
2.0
1.8
80.0
82
2
1.5
2.1
85.0
79
3
0.5
0.6
95.0
94
4
2.0
1.2
80.0
88
5
1.3
0.3
87.0
97
Rata-rata
85.4
88
33
Lampiran 7 Data perhitungan indeks keseragaman tanah hasil pelumpuran (IS)
Lintasan
1
2
3
4
5
Rata-rata
Lintasan
1
2
3
4
5
Rata-rata
IP Rata-rata
84.88
84.88
83.72
81.40
75.58
IK Rata-rata
81.0
82.0
94.5
84.0
92.0
Standar
Deviasi
4.933
1.644
3.289
9.867
1.644
Standar
Deviasi
1.414
4.243
0.707
5.657
7.071
CVIP (%)
5.812
1.937
3.928
12.122
2.176
5.195
CVIK (%)
1.746
5.174
0.748
6.734
7.686
4.418
Lintasan
1
2
3
4
5
Rata-rata
99.24
99.29
99.53
98.11
99.01
99.04
34
Lampiran 8 Data pengukuran waktu penanaman benih
Penanaman benih dengan atabela menggunakan plat ski
Luas lahan tertanam :
Panjang lahan tertanami benih (P)
: 19.65
Lebar lahan tertanami benih (L)
:3
Luas lahan tertanami benih (A = P*L)
: 58.95
: 0.005895
Waktu kerja total :
Waktu mulai
: 07.00
Waktu selesai
: 07.10
Waktu kerja total (TL)
: 0.617
Waktu penanaman benih:
Waktu
Jumlah
Pengukuran
Waktu belok (TB)
efektif (TE)
(TE+TB)
ke[detik]
[detik]
[detik]
1
44.0
11.0
55
2
32.0
23.0
55
3
36.0
20.0
56
4
32.0
22.0
54
5
33.0
25.0
58
Rata-rata
35.4
20.2
Total
278
Penanaman benih dengan atabela tanpa plat ski
Luas lahan tertanam :
Panjang lahan tertanami benih (P)
: 19.65
Lebar lahan tertanami benih (L)
:3
Luas lahan tertanami benih (A = P*L)
: 58.95
: 0.005895
Waktu kerja total :
Waktu mulai
: 07.20
Waktu selesai
: 07.30
Waktu kerja total (TL)
: 0.617
Waktu penanaman benih atabela tanpa plat ski:
Waktu
Jumlah
Pengukuran
Waktu belok (TB)
efektif (TE)
(TE+TB)
ke[detik]
[detik]
[detik]
1
30
8.0
38
2
25
9.0
34
3
27
10.0
37
4
25
10.0
35
5
28
9.0
37
Rata-rata
27
9.2
Total
181
m
m
m2
ha
WIB
WIB
jam
m
m
m2
ha
WIB
WIB
jam
35
Lampiran 9 Data kecepatan maju penanaman benih atabela dengan plat ski
Pengukuran
ke-
Panjang
lintasan [m]
Waktu tempuh
[detik]
Kecepatan maju
[m/detik]
1
2
3
4
5
Rata-rata
(Va)
10
10
10
10
10
21.0
26.0
27.0
23.0
21.0
0.48
0.38
0.37
0.43
0.48
10
23.6
0.43
36
Lampiran 10 Data kecepatan maju penanaman atabela tanpa plat ski
Pengukuran
ke1
2
3
4
5
Rata-rata (Va)
Panjang
lintasan [m]
10
10
10
10
10
10
Waktu tempuh
[detik]
15.0
16.0
16.0
14.0
15.0
15.2
Kecepatan maju
[m/detik]
0.67
0.63
0.63
0.71
0.67
0.66
37
Lampiran 11 Data pengukuran kemacetan roda dengan plat ski
Jarak tempuh teoritis 5 lintasan roda
Jarak tempuh aktual 5 lintasan roda
Jarak tempuh Roda
Pengukuran keATABELA (m)
1
9,60
2
10,20
3
10,25
4
10,17
5
9,85
Rata-rata
10,01
:
:
7.85 m
7.85 m
Kemacetan (%)
18.23
23.04
23.41
22.81
20.30
21.61
38
Lampiran 12 Data pengukuran kemacetan roda tanpa plat ski
Jarak tempuh teoritis 5 lintasan roda
Jarak tempuh aktual 5 lintasan roda
Jarak tempuh Roda
Pengukuran keATABELA (m)
1
9,50
2
9,65
3
9,62
4
9,48
5
9,56
Rata-rata
9,56
:
:
7,85 m
7,85 m
Kemacetan (%)
17,37
18,65
18,40
17,19
17,89
17,90
39
Lampiran 13 Data perhitungan kapasitas kerja penanaman benih
Kapasitas kerja penenanaman benih dengan atabela menggunakan plat ski
Luas lahan tertanam (A) = 58.95 m2 = 0.00589 ha
Waktu selama penanaman (T) = 278 detik = 0.0772 jam
Lebar olah (Lo) = 1 m
Kapasitas lapang efektif (KLE)
=A/T
= 0.00589 / 0.0772
= 0.0763 ha/jam
Kecepatan maju teoritis (VT)
= 0.43 m/detik
Kapasitas lapang teoritis (KLT)
=
= 1 0.43
= 0.43 m2/detik
= 0.154 ha/jam
Efisiensi lapang (ELP)
= KLE / KLT
= 0.0763 / 0. 154
=0.4954 = 49.54 %
Kapasitas kerja penenanaman benih dengan atabela tanpa plat ski
Luas lahan tertanam (A) = 58.95 m2 = 0.00589 ha
Waktu selama penanaman (T) = 181 detik = 0.0503 jam
Lebar olah (Lo) = 1 m
Kapasitas lapang efektif (KLE)
=A/T
= 0.00589 / 0.0503
= 0.117 ha/jam
Kecepatan maju teoritis (VT)
= 0.66 m/detik
Kapasitas lapang teoritis (KLT)
=
= 1 0.66
= 0.66 m2/detik
= 0.237 ha/jam
Efisiensi lapang (ELP)
= KLE/KLT
= 0.117 / 0.237
= 0.4937 = 49.37 %
40
Lampiran 14 Data pengukuran jarak tanam
Titik ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Rata-rata
Standard Deviasi
2,7
41
Lampiran 15 Data pengujian beban tarik dengan plat ski
Pengulangan ke1
2
3
4
5
Rata-rata
Kecepatan(m/s)
0.43
0.43
0.43
0.43
0.43
0.43
42
Lampiran 16 Data pengujian beban tarik tanpa plat ski
Pengulangan ke1
2
3
4
5
Rata-rata
Kecepatan(m/s)
0.66
0.66
0.66
0.66
0.66
43
ITEM
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
10
B
12
5
PART NUMBER
Material
Rangka Utama
Mur & Baud (M10)
spherical plain bearing
As Roda
Roda Kanan
Roda Kiri
Pengunci As Roda
Kawat Pengunci
Rangka penarik
Drum Benih
Plat Ski
Pintu Pemasukan Benih
pengunci poros
kawat pengunci poros
Besi kolom 30 x 30 mm
Besi baja
Besi Baja
Besi Baja
Besi strip 3 mm
Besi strip 3 mm
Besi baja
Besi baja
Besi pipa 25 mm
Stainless steel 2 mm
Besi baja 3 mm
Stainless Steel 2 mm
Besi baja
Besi baja
QTY.
1
4
2
2
1
1
2
2
1
1
2
2
2
2
13
4
8
1
14
11
Digambar pada : 1 Desember 2013
Digambar oleh :
Yahya Al Mahdi
Diperiksa oleh :
Judul Gambar :
Gambar Assembly
Alat Tanam Benih Langsung
Catatan :
Proyeksi : Amerika
Unit dalam : mm
A4
Skala 1 : 10
20
A
25
385
40
200
25
200
50
750
150
940
1195
Digambar pada : 1 Desember 2013
Digambar oleh :
Yahya Al Mahdi
Diperiksa oleh :
Judul Gambar :
Gambar Orthogonal
Alat Tanam Benih Langsung
Catatan :
Proyeksi : Amerika
200
Unit dalam : mm
A4
Skala 1 : 13
600
A
R2
57
,5
B
620
20
36
3
C
R100
55
135
Yahya Al Mahdi
Diperiksa oleh :
Judul Gambar :
Gambar Orthogonal
Tampak Depan
Alat Tanam Benih Langsung
Catatan :
Proyeksi : Amerika
Unit dalam : mm
A4
Skala 1 : 6
20
A
70
40
385
25
200
25
12
60
100
335
Yahya Al Mahdi
Diperiksa oleh :
Judul Gambar :
Gambar Orthogonal
Tampak Atas
Alat Tanam Benih Langsung
Catatan :
Proyeksi : Amerika
Unit dalam : mm
A4
Skala 1 : 8
760
50
20
20
10
200
100
300
25
910
Digambar pada : 1 Desember 2013
Digambar oleh :
Yahya Al Mahdi
Diperiksa oleh :
Judul Gambar :
Gambar Orthogonal
Tampak Kanan
Alat Tanam Benih Langsung
Catatan :
Proyeksi : Amerika
Unit dalam : mm
A4
Skala 1 : 8
25
A
12
250
B
25
300
20
250
2,5
25
20
50
R1
50
150
70
680
Digambar pada : 1 Desember 2013
Judul Gambar :
Digambar oleh :
Yahya Al Mahdi
Diperiksa oleh :
Catatan :
Proyeksi : Amerika
Gambar Orthogonal
Drum Benih
Unit dalam : mm
A4
Skala 1 : 10
25
A
86
17,5
B
30
46
60
150
650
70
100
DETAIL A
SCALE 2 : 5
Judul Gambar :
Digambar oleh :
Yahya Al Mahdi
Diperiksa oleh :
Catatan :
Proyeksi : Amerika
Gambar Detil 1
Drum Benih
Unit dalam : mm
A4
Skala 1 : 5
C
A
20
25
R1
B
B
25
50
R1
A
SECTION A-A
SCALE 1 : 5
200
200
15
200
5
2,5
60
30
DETAIL C
SCALE 2 : 5
30
DETAIL B
SCALE 2 : 5
Judul Gambar :
Digambar oleh :
Yahya Al Mahdi
Diperiksa oleh :
Catatan :
Proyeksi : Amerika
Gambar Detil 2
Drum Benih
Unit dalam : mm
A4
Skala 1 : 5
100
86
A
30
46
R12
60
30
Yahya Al Mahdi
Diperiksa oleh :
Judul Gambar :
Proyeksi : Amerika
Unit dalam : mm
A4
Skala 1 : 2
R125
SECTION B-B
SCALE 1 : 1
86
DETAIL D
SCALE 2 : 1
60
30
46
Yahya Al Mahdi
Diperiksa oleh :
Judul Gambar :
Gambar Detai 1
Pintu Pemasukan Benih Padi
Catatan :
Proyeksi : Amerika
Unit dalam : mm
A4
Skala 1 : 1
50
60
630
40
20
40
Yahya Al Mahdi
Diperiksa oleh :
Judul Gambar :
Gambar Orthogonal
Roda
Catatan :
Proyeksi : Amerika
Unit dalam : mm
A4
Skala 1 : 10
F
A
20
40
C
B
DETAIL F
SCALE 1 : 3
40
20
60
20
10
DETAIL E
SCALE 1 : 3
50
20
SECTION C-C
SCALE 1 : 6
Judul Gambar :
Digambar oleh :
Yahya Al Mahdi
Diperiksa oleh :
Catatan :
Proyeksi : Amerika
Gambar Detail 1
Roda
Unit dalam : mm
A4
Skala 1 : 6
40
760
320
180
40
760
40
40
285
365
Digambar pada : 1 Desember 2013
Digambar oleh :
Yahya Al Mahdi
Diperiksa oleh :
Judul Gambar :
Gambar Orthogonal
Rangka Utama
Catatan :
Proyeksi : Amerika
Unit dalam : mm
A4
Skala 1 : 8
40
D
1,5
40
95
60
20
SECTION D-D
SCALE 1 : 2
10
35
10
DETAIL H
SCALE 1 : 4
65
20
20
C
G
DETAIL G
SCALE 1 : 4
Digambar pada : 1 Desember 2013
Digambar oleh :
Yahya Al Mahdi
Diperiksa oleh :
Judul Gambar :
Gambar Orthogonal
Rangka Utama
Catatan :
Proyeksi : Amerika
Unit dalam : mm
A4
Skala 1 : 8
200
300
170
240
41
26
10
300
R1
AH
00
Yahya Al Mahdi
Diperiksa oleh :
Judul Gambar :
Proyeksi : Amerika
Gambar Orthogonal
Plat Ski
Catatan :
120
55
25
40
DETAIL AH
SCALE 2 : 5
Unit dalam : mm
A4
Skala 1 : 5
H
A
200
102
300
25
50
240
40
65
55
60
DETAIL H
SCALE 2 : 5
Digambar pada : 1 Desember 2013
Judul Gambar :
Digambar oleh :
Yahya Al Mahdi
Diperiksa oleh :
Catatan :
Proyeksi : Amerika
Gambar Detil 1
Plat Ski
Unit dalam : mm
A4
Skala 1 : 5
25
385
385
10
143
200
11
360
660
Yahya Al Mahdi
Diperiksa oleh :
Judul Gambar :
Gambar Orthogonal
Rangka Penarik
Catatan :
Proyeksi : Amerika
Unit dalam : mm
A4
Skala 1 : 10
61
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Yahya Al Mahdi dilahirkan di
Tasikmalaya, 6 Desember 1991. Penulis merupakan anak ketiga dari 5
bersaudara dari Bapak Heru Pratita (Alm.) dan Ibu Sri Sulastri. Penulis
menyelesaikan pendidikannya di SMA Negeri 5 Bogor pada tahun 2010.
Pada tahun yang sama juga, penulis diterima sebagai mahasiswa di
Institut Pertanian Bogor Departemen Teknik Teknik Mesin dan
Biosistem melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten
praktikum pada mata kuliah Gambar Teknik pada tahun ajaran
2012/2013 dan 2013/2014. Diluar bidang akademik, penulis mengikuti organisasi
Engineering Desain Club (EDC) pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Penulis juga
pernah melaksanakan Praktik Lapangan selama 40 hari kerja di PT Madubaru PG
Madukismo Yogyakarta dengan judul Aplikasi Mesin pada Budidaya Tebu dan Pengolahan
Gula pada tahun 2013.