You are on page 1of 75

DESAIN ALAT TANAM BENIH LANGSUNG TIPE DRUM

UNTUK BENIH PADI YANG DIPELETKAN

YAHYA AL MAHDI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Reaksi
Tanah Sawah dan Lumpur terhadap Penekanan Plat adalah benar karya saya
denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Yahya Al Mahdi
NIM F14100096

ABSTRAK
YAHYA AL MAHDI, Desain Alat Tanam Benih Langsung Tipe Drum Untuk
Benih Padi Yang Dipeletkan, Dibimbing oleh WAWAN HERMAWAN.
Penanaman padi langsung bisa menghemat waktu dan uang dalam
penanaman. Baru-baru ini, benih padi dilapisi dengan nutrisi dan protektan dalam
bentuk pelet, untuk perkecambahan yang lebih baik dan produktivitas yang lebih
tinggi. Untuk menabur pelet di sawah, diperlukan perancang dan pengembangan
alat tanam benih langsung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan desain
yang optimal dari alat tanam langsung untuk benih padi pellet. Proses desain
mekanik yang digunakan untuk penelitian ini, termasuk: 1) identifikasi masalah,
2) desain konseptual, 3) analisis desain, 4) penyusunan, dan 5) evaluasi desain.
Dalam perancangan, jenis drum alat tanam telah dimodifikasi untuk mendapatkan
ukuran drum yang optimal, diameter keluaran beniht, jarak tanam, dan desain roda
yang tepat. Kriteria desain adalah: 1) jarak tanam pelet 20 cm, 2) dapat
menempatkan pelet di kedalaman 2,5 cm, dan 3) dapat ditarik oleh kekuatan
manusia. Berdasarkan hasil desain, prototipe alat tanam itu dirancang dan diuji
dalam menabur pelet di sawah. Hasil uji kapasitas lapang efektif alat tanam benih
(menggunakan plat ski) adalah 0,08 ha/jam dan efisiensi lapangan adalah 49.54%,
kapasitas lapangan efektif dan efisiensi lapangan alat tanam tanpa plat ski adalah
0.12 ha/jam dan 49.37%. jarak tanam rata-rata atabela dengan menggunakan plat
ski sebesar 25.6 cm sedangkan jarak tanam rata-rata atabela tanpa plat ski sebesar
24.9 cm.
Kata kunci: alat tanam benih langsung, benih padi, pellet, desain, uji kinerja

ABSTRACT
YAHYA AL MAHDI, Design of Drum Type Direct Seeder for Pelleted Rice Seed,
Supervised by WAWAN HERMAWAN
Direct sowing of rice could save both time and money for planting. Recently,
the rice seeds is coated with nutrients and protection agent in the form of pellets,
for a better germination and a higher productivity. For sowing the pellets in the
paddy fields, it is needed to design and develop a direct seeder. This research
objective was to get an optimum design of a direct seeder for pelleted rice seeds.
The standard mechanical design process employed for this research, including: 1)
problem identification, 2) conceptual design, 3) design analysis, 4) drafting, and
5) design evaluation. In designing process, a drum type manual seeder was
modified to get the optimum drum size, seed outlet diameter, drum spacing, and
proper wheel design. The design criteria were: 1) can drill the pellets in 20 cm
spacing, 2) can put the pellets in 2.5 cm depth, and 3) can be drawn by a man
power. Based on the design result, a prototype of the seeder was constructed and
tested in sowing the pellets on a paddy field. Test results showed that effective
field capacity of the seeder (using ski plate) was 0.08 ha/hour and the field
efficiency was 49.54%, the effective field capacity and field efficiency of the
seeder (without ski plate) was 0.12 ha/hour and 49.37%. Average seed placement
spacing (using ski plate) was 25.6 cm, while average seed placement spacing
(without ski plate) was 24.9 cm.
Keywords: direct seeder, rice seeds, pellets, design, performance test

DESAIN ALAT TANAM BENIH LANGSUNG TIPE DRUM


UNTUK BENIH PADI YANG DIPELETKAN

YAHYA AL MAHDI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Desain Alat Tanam Benih Langsung Tipe Drum untuk Benih Padi
yang Dipeletkan
Nama
:Yahya Al Mahdi
NIM
:F14100096

Disetujui oleh

Dr Ir Wawan Hermawan, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, MEng
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga penelitian dan skripsi ini berhasil diselesaikan.
Penelitian yang dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo
untuk pengambilan data serta Laboratorium Mekatronika dan Robotika sejak
bulan Desember 2014 sampai April 2014 ini berjudul Desain Alat Tanam Benih
Langsung Tipe Drum untuk Benih Padi yang Dipeletkan.
Penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya kepada Bapak Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS selaku dosen pembimbing
serta Prof. Dr. Ir. Tineke Mandang, MS dan Dr. Ir Mohammad Solahudin, MS
selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan dukungan serta arahan dan
bimbingan selama penelitian dan pembuatan skripsi. Di samping itu, terima kasih
penulis sampaikan kepada Bapak Wana, Bapak Darma, Bapak Udin, dan Mas
Firman dari Laboratorium Siswadhi Soepardjo, Adhika Rozi Ahmad, Elgy
Muhammad Rizkia, Mohammad Ikhsan, Rizky Ramadhani, Santosa Adi Nugraha,
dari TMB 47 serta Pijar, Iwan Suwandi, dan Rusnadi dari TEP 46 yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga penulis
sampaikan kepada Ibu Sri Sulastri, Kakak Al Husain Al Habib, Kakak Zainal
Abidin, Adik Muhammad Ilyas, Adik Hanna Imtihana, Pakde Narjo serta seluruh
keluarga, atas semua bantuan saran, doa, bantuan, dan kasih sayangnya.
Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi
yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi
pertanian.

Bogor, September 2014


Yahya Al Mahdi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Benih Padi yang Dilapisi

Jajar Legowo

Alat Tanam Benih Langsung

Kondisi Tanah Sawah

Antropometri

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Alat dan Bahan

Jadwal Penelitian

Tahapan Desain

ANALISIS DESAIN

Kriteria Perancangan

Rancangan Fungsional

Analisis Teknik Rancangan Struktural

Konsep Desain

17

Metode Pengujian Kinerja

18

HASIL DAN PEMBAHASAN

20

Kinerja Fungsional

20

Kinerja Penanaman

20

SIMPULAN DAN SARAN

24

Simpulan

24

Saran

24

DAFTAR PUSTAKA

25

LAMPIRAN

27

DAFTAR TABEL
1. Rancangan fungsional
2. Penentuan diameter roda
3. Jumlah sirip yang dibutuhkan berdasarkan kondisi lahan yang akan
diolah
4. Jumlah jari-jari berdasarkan ukuran roda (Phongsupasamit 1988)
5. Penentuan diameter tengah drum
6. Penentuan diameter luar drum
7. Analisis berat komponen mesin

8
9
9
9
10
11
14

DAFTAR GAMBAR
1. Sistem tanam legowo 4:1

2. Alat tanam benih langsung yang telah ada


3. Desain roda alat tanam
4. Desain drum benih
5. Skema analisis desain roda, drum, dan plat ski
6. Desain dimensi drum
7. Prototipe drum
8. Desain plat ski alat tanam
9. Desain lengan penarik alat tanam
10. Posisi komponen atabela
11. Sketsa pipa lengan penarik
12. Posisi dan arah gaya pada rangka
13. Sketsa posisi mansia menarik atabela
14. Gambar teknik alat tanam benih langsung
15. Pola penanaman dalam pengujian kinerja
16. Lahan sawah hasil pengujian fungsional
17. Pengukuran Indeks pelumpuran
18. Pengukuran indeks kelunakan
19. Pengujian kinerja atabela di lahan sawah
20. Sketsa posisi roda yang diinginkan dan di lapangan
21. Pengukuran beban tarik

3
4
9
10
11
11
12
12
13
14
18
18
18
18
18
20
21
21
22
23
24

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Diagram Alir Penelitian


Jadwal Kegiatan Penelitian
Penentuan Diameter metering device
Tabel data antropometri posisi berdiri operator di Indonesia
Data Pengukuran Indeks Pelumpuran (IP)
Data Pengukuran Indeks Kelunakan (IK)
Data Perhitungan Indeks Keseragaman Tanah Hasil Pelumpuran (IS)
Data Pengukuran Waktu Penanaman Benih
Data Kecepatan Maju Penanaman Benih Atabela dengan Plat Ski

27
28
29
30
31
32
33
34
35

10. Data Kecepatan Maju Penanaman Atabela Tanpa Plat Ski


11. Data Pengukuran Kemacetan Roda Dengan Plat Ski
12. Data Pengukuran Kemacetan Roda Tanpa Plat Ski
13. Data Perhitungan Kapasitas Kerja Penanaman Benih
14. Data Pengukuran Jarak Tanam
15. Data Pengujian Beban Tarik Dengan Plat Ski
16. Data Pengujian Beban Tarik Tanpa Plat Ski
17. Gambar teknik atabela

36
37
38
39
40
41
42
43

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produksi beras nasional saat ini cenderung tergolong rendah, hal ini
disebabkan karena alih fungsi lahan-lahan sawah di jawa sehingga produktivitas
lahan menurun. Menurut menteri pertanian Indonesia (Antaranews 2013) bahwa
masyarakat Indonesia tercatat sebagai konsumen beras tertinggi di dunia, yakni
mencapai 30 kg per kapita per tahun. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu
dilakukan peningkatan intensitas tanam dan penggunaan tenaga mekanis.
Untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman padi yang optimal, sebelum
disebar sebaiknya benih diberi perlakuan khusus (seed treatment), sebagai usaha
imunisasi terhadap serangan hama dan penyakit dan merangsang pertumbuhan
akar. Dengan cara ini pertumbuhan akar lebih cepat sehingga mampu bersaing
dengan gulma untuk memperebutkan unsur hara. Saat ini telah dikembangkan
benih padi yang berbentuk pelet, dimana benih pelet ini memiliki banyak
kelebihan, diantaranya tahan terhadap serangan hama penyakti karena telah
dilapisi oleh seed coating.
Usaha budidaya padi konvensional banyak menyerap tenaga kerja mulai
dari kegiatan pengolahan tanah, penanaman dan pemanenan. Sementara
ketersediaan tenaga kerja atau buruh tani mulai berkurang karena banyak generasi
muda enggan untuk terjun ke pertanian. Selama ini tenaga kerja khususnya yang
berperan dalam kegiatan tanam dilakukan oleh kaum perempuan yang sudah tua.
Di masa mendatang diperkirakan akan semakin sulit mencari tenaga kerja untuk
tanam padi, dan biasanya masa tanam yang bersamaan sehingga pada masa itu
terjadi peningkatan permintaan tenaga kerja. Dilain pihak ketersediaanya terbatas.
Oleh karena itu, sangat perlu dicari cara lain dalam usaha budidaya padi yang
dapat menghemat penggunaan tenaga kerja (Anonim 2013).
Penanam benih padi secara langsung (tabela) merupakan salah satu solusi,
dimana penanaman benih padi dilakukan tanpa melalui proses penyemaian
terlebih dahulu. Cara ini terbukti menghemat waktu dan biaya penanaman.
Penanamannya menggunakan sebuah alat tanam benih padi secara langsung
(atabela) yang saat ini mulai banyak digunakan di Indonesia (Harjono 2008).
Atabela di Indonesia yang banyak dikembangkan adalah yang tipe drum yang
ditarik manusia. Namun ada juga yang bermotor seperti yang dikembangkan oleh
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan). Akan tetapi alat
yang dikembangkan BBP Mektan masih memiliki permasalahan, yaitu posisi
operator yang berada di belakang alat, sehingga operator harus menghindari benih
yang telah ditanam. Atabela yang ada saat ini hanya bisa untuk menanam benih
padi dalam bentuk gabah, belum mampu menanam benih padi yang berbentuk
pelet. Selanjutnya juga alat belum disesuaikan dengan sistem penanam legowo,
dimana padi sawah ditanam dengan pola beberapa barisan tanaman yang
kemudian diselingi satu barisan kosong. Oleh karena itu, perlu didesain sebuah
alat penanam benih langsung untuk benih padi dalam bentuk pelet.

2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan alat penanam benih
dalam bentuk pelet secara langsung pada sistem penanaman legowo 4-1 dan
mendapatkan data kinerja alat pada penanaman benih padi.

TINJAUAN PUSTAKA
Benih Padi yang Dilapisi (Seed Coating)
Pelet padi adalah melapisi benih padi menggunakan perekat dengan bahan
kimia bioaktif untuk memastikan benih terjaga dengan baik dan meningkatkan
ukuran untuk mempermudah dalam penanganan. Padi yang dilapisi dengan nutrisi
dan protektan tanaman dapat meningkatkan perkecambahan dan pertumbuhan
bibit padi sehingga nilai fisiologi mutu benih akan bertambah. Hal tersebut
dikarenakan bibit padi terhindar dari berbagai hama dan penyakit pada tanaman
(Anonim 2008).
Pelet padi ini memiliki ukuran seperti kelereng dengan diameter pelet
sebesar 1 cm. Dengan bentuk yang lebih besar dan bulat maka penjatuhan benih
dengan menggunakan alat tanam lebih mudah, sehingga memudahkan dalam
pengontrolan. Karena padi yang berbentuk pellet maka pengeluaran dapat diatur
dengan baik (mengurangi terjadinya pengeluaran lebih dari satu maupun
tersangkut), sehingga hasil tanam yang terjadi sesuai dengan yang diinginkan
(Anonim 2008).
Jajar Legowo
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi
tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki
barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada
barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo
merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) (Anonim 2012).
Jajar legowo (4 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap empat baris
tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak
tanaman antar barisan. Dengan sistem legowo seperti ini maka setiap baris
tanaman ke-1 dan ke-4 akan termodifikasi menjadi tanaman pinggir yang
diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip
penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada
setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-4) dengan jarak tanam setengah dari
jarak tanam antar barisan (Anonim 2012).
Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (4 : 1) adalah 20 cm
(antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm
(barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat dilihat melalui Gambar 1.

3
20

20

20

40

20

Gambar 1 Sistem tanam legowo 4:1


Alat Tanam Benih Langsung
Atabela adalah singkatan dari alat tanam benih padi secara langsung,
dimana benih padi langsung disebar di lahan budidaya tanpa melalui proses
penyemaian terlebih dahulu. Cara ini berbeda dengan budidaya padi sistem pindah
tanam atau transplanting, dalam hal pembibitannya. Dalam sistem pindah tanam,
benih padi disemaikan terlebih dahulu di lahan yang terpisah dengan lahan
budidaya. Dengan demikian, dibutuhkan tenaga untuk persiapan lahan semai,
penyebaran benih, pencabutan bibit yang sudah siap tanam (dalam Bahasa Jawa:
ngarit), dan tenaga tanam. Ditambah lagi tenaga transportasi untuk memindah
bibit dari lokasi penyemaian menuju ke lokasi budidaya, karena seringkali
lahannya berjauhan. Akan tetapi, dengan atabela maka tenaga untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tersebut tidak ada. Jadi dengan atabela dapat mengurangi
penggunaan tenaga kerja yang tentunya dapat mengurangi biaya produksi jika
menggunakan tenaga kerja upahan atau buruh tani (Anonim 2013).
Atabela sudah banyak dikembangkan di Indonesia, baik yang bertenaga
manusia maupun dengan penambahan motor sebagai penggerak (umumnya
diaplikasikan pada traktor roda dua). Atabela dengan penggerak manusia di
Indonesia sudah banyak digunakan. Diantaranya alat tanam benih langsung tipe
drum (drum seeder) seperti yang diterapkan di lahan pasang surut Delta Telang I
Kabupaten Banyuasin. Prinsip kerjanya sangat sederhana, benih dimasukkan ke
tabung-tabung (tempat benih berbentuk drum) yang dapat memuat 2 kg benih.
Pada saat alat ditarik, benih akan keluar melalui lubang yang ada dibagian kanan
dan kiri drum. Tiap drum mempunyai dua macam ukuran lubang, yaitu rapat dan
renggang. Untuk model IRRI drum seeder mempunyai 6 buah drum, masingmasing drum untuk 2 baris tanaman. Kapasitas kerja alat 8 jam/ha dengan seorang
operator dan satu pembantu, serta kebutuhan benih 35-40 kg/ha

Gambar 2 Alat tanam benih langsung yang telah ada


(Sumber : Harjono 2008)
Prototipe atabela yang ditarik traktor roda dua pernah direkayasa di Balai
Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) dan telah diuji lapang.
Alat ini mempunyai sepesifikasi 5 baris tanam dengan lebar alur 25 cm, dan
menunjukan kapasitas kerja 3.73 jam/ha. Penjatuhan benih sebanyak 24 kg/ha,
dengan kedalaman 1-2 cm. Namun karena bobot alat yang relatif berat (55 kg)
maka mobilitas alat tersebut di lahan sawah agak terganggu terutama pada saat
membelok (Harjono dan Purwanta 1998). Kemudian dilakukan modifikasi dengan
mengurang jumlah baris tanamnya menjadi 4 baris, akan tetapi alat atau mesin ini
masih menggunakan traktor roda dua. Dari modifikasi ini dihasilkan peningkatan
kapasitas kerja yaitu menjadi 4.29 jam/ha serta peningkatan keluaran benih yaitu
menjadi 25.49 kg/ha.
Kondisi Tanah Sawah
Kadar air tanah ialah perbandingan antara berat air dengan berat tanah. Bulk
density tanah merupakan perbandingan antara massa tanah seluruhnya dengan
volume tanah total (Wesley 1973). Kadar air tanah dinyatakan dalam basis basah
(bb) dan basis kering (bk). Setiap kenaikan kadar air sebesar 1 % maka tahanan
tarik akan menurun sebesar 10 %. Semakin kecil nilai bulk density maka tingkat
kegemburannya akan semakin besar. Bulk density yang terlalu tinggi akan
menghambat penetrasi akar, perkembangbiakkan tanaman, dan drainase.
Porositas adalah proporsi ruang pori (ruang kosong) yang terdapat dalam
satuan volume tanah yang ditempati oleh air dan udara (Plaster 1992). Porositas
dapat ditentukan dari bulk density (d) dan densitas partikel (Dp). Jika tidak ada
ruang pori, maka bulk density akan sama dengan densitas partikel dan memiliki
nilai rasio sama dengan satu. Semakin banyak ruang pori, maka semakin kecil
bulk density (Plaster 1992).
Tahanan penetrasi tanah ialah sebuah parameter gabungan yang
menggambarkan beberapa sifat tanah yang berlainan, tetapi secara umum dapat
mencerminkan kekuatan tanah (Astika 1988). Untuk mengukur tahanan penetrasi,
digunakan sebuah alat sederhana yang disebut penetrometer yang ditekan ke
dalam tanah dan gaya yang terjadi diamati dalam hubungannya dengan kedalaman
penetrasi.
Tahanan tanah terhadap penetrasi sebuah alat pasak ialah indeks gabungan
dari kepadatan tanah, kadar air, tekstur, dan tipe mineral liat. Tahanan penetrasi
adalah suatu indeks kekuatan tanah pada suatu kondisi pengukuran. Kepadatan

5
tanah, kadar air tanah, tekstur, dan mineral liat merupakan indeks kekuatan tanah.
Tahanan penetrasi akan meningkat jika kadar air dan kedalamannya menurun
(Baver et al. 1978).
Antropometri
Antropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmiarto (1991) adalah satu
kumpulan data numeric yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh
manusia seperti ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut
untuk penanganan masalah desain. Penerapan data antropometri ini akan dapat
dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) dari suatu
distribusi normal.
Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan
fasilitas akomodasi, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor
seperti panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi statis maupun dinamis.
Menurut Nurmianto (2004), manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam
hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya.
Ukuran tubuh sangat diperlukan dalam pembuatan tata letak dalam suatu
ruang kerja, termasuk penyebaran posisi kerja yang baik, sehingga dapat jarak
tubuh, tinggi duduk tegak, tinggi duduk normal, tinggi lutut, tinggi siku, tebal
paha, jarak lutut sampai paha atas, jarak paha atas sampai ke betis, lebar siku,
lebar duduk, dan berat badan (Sanders 1987).
Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan
SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan
bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan
atau lebih rendah dari nilai tersebut (Nurmianto 2004).
Secara umum data antropometri yang diterapkan untuk hal-hal yang khusus,
cukup diambil dari persentil ke-5, ke-50, ke-95, atau antara persentil ke-5 sampai
persentil ke-95. Persentil ke-100 hanya diterapkan pada rancangan yang
digunakan oleh semua orang, contoh perlengkapan di rumah-rumah sakit. Untuk
alat yang dapat diatur sesuai dengan operatornya, misalnya posisi tempat duduk,
posisi pegangan kendali, desain sebaiknya dirancang agar dapat memenuhi selang
persentil ke-5 sampai ke-95 (Zander 1972).

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini meliputi kegiatan identifikasi kebutuhan hingga proses
pembuatan model 3 dimensi dan simulasi dari mesin yang dirancang, selanjutnya
dilakukan pembuatan prototipe mesin, dan pengujian kinerja mesin. Diagram alir
penelitian disajikan pada Lampiran 1.
Kegiatan identifikasi kebutuhan dan pengambilan data penelitian di
lapangan akan dilaksanakan pada Januari 2014 hingga Februari 2014. Proses
perancangan konsep desain dilakukan pada Maret 2014 hingga April 2014 di
Bagian Teknik Mesin dan Otomasi (TMO) Departemen Teknik Mesin dan
Biosistem, Institut Pertanian Bogor (IPB). Sedangkan pembuatan protipe

6
dilakukan di bengkel Daud Teknik Cibeureum, Adapun pengujian kinerja alat
dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk konstruksi alat tanam adalah stainless steel
untuk konstruksi drum serta plat ski, besi pejal untuk konstruksi poros as roda,
plat besi untuk konstruksi roda, besi pipa untuk konstruksi rangka penarik, serta
bearing untuk memutar poros roda.
Bahan yang digunakan untuk pengujian kinerja alat tanam adalah benih padi
yang telah dipeletkan sebagai komoditas yang akan ditanam. Adapun peralatan
yang digunakan untuk pengujian kinerja adalah meteran sebagai alat pengukur
jarak (meteran), neraca pegas untuk mengukur gaya tarik alat tanam, timbangan
digital untuk mengukur berat rata-rata benih padi yang dipeletkan, serta stopwatch
untuk mengetahui waktu kerja.
Pembuatan konsep desain dan evaluasi desain (untuk menganalisis stress
dan strain dari konsep desain yang telah dibuat serta untuk proses simulasi
gerakan operasi dari model alat) akan menggunakan software SolidWorks
Premium 2012. Peralatan yang yang digunakan adalah alat tulis, mesin hitung,
seperangkat komputer (software Microsoft Excel 2010) dan mesin cetak
(printer).
Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan selama 4 bulan yaitu dari JanuariApril 2014. Susunan
jadwal kegiatan penelitian disajikan dalam Lampiran 2.
Tahapan Desain
Penelitian ini merupakan suatu rangkaian penelitian yang mencakup tahapan
konseptualisasi desain, pembuatan prototipe hingga pengujian kinerja. Penelitian
dilakukan untuk pembuatan konsep disain dari alat tanam benih langsung ini.
Berikut ini merupakan penjelasan lebih rinci menganai tahapan-tahapan penelitian
yang akan dilakukan:
Identifikasi Masalah
Pada tahap ini didentifikasi kondisi lahan sawah, karakteristik benih padi
dalam bentuk pellet, cara penanaman benih padi secara manual, konstruksi
beberapa jenis alat penanam benih padi, serta beberapa mekanisme untuk
pengaturan penjatahan benih. Selain itu akan dipelajari juga kebutuhan calon
pengguna atabela, dan permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan atabela
sebelumnya.
Perumusan dan Penyempurnaan Konsep Desain
Pada tahap ini dibuat beberapa konsep alternatif dari penanam benih tipe
drum. Konsep yang akan dibuat disesuaikan dengan spesifikasi yang memenuhi
kebutuhan dan kondisi penanamannya.
Data hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan akan dianalisis untuk
menentukan besarnya gaya mekanis dan beban kerja mekanis yang dibutuhkan

7
dalam kegiatan penanaman benih padi yang dipeletkan di sawah. Analisis teknik
dan perhitungan rancangan dilakukan untuk menentukan secara akurat dari bentuk,
ukuran, bahan, dan cara pembuatan alat yang akan dirancang.
Uji Optimasi Konsep Desain
Pada tahap ini dilakukan proses seleksi dari beberapa desain konsep
rancangan mesin yang telah dimodelkan dalam CAD. Kriteria seleksi lebih
ditekankan kepada unjuk kerja rancangan mesin yang akan dibuat dan kesesuaian
konsep desain terhadap spesifikasi desain dan kondisi penanaman benih padi yang
dipeletkan. Beberapa parameter yang digunakan sebagai kriteria seleksi desain
adalah akurasi penanaman benih, kemudahan operasi, kemudahan pembuatan,
biaya pembuatan, kelincahan gerak dan kesesuaian mekanisme. Parameter
tersebut akan digunakan sebagai kriterian untuk proses go/no-go screening dari
konsep desain yang akan dirancang.
Pembuatan Model 3 Dimensi (3D)
Pada tahap ini dilakukan proses pemodelan konsep desain yang terbaik ke
dalam bentuk gambar 3D menggunakan software SolidWorks Premium 2012.
Hasil dari pemodelan ini sebagai bentuk visualisasi rancangan struktural dari
mesin yang akan dibuat.
Pembuatan Prototipe
Hasil rancangan atabela selanjutnya dibuatkan dalam bentuk prototipe
atabela, di bengkel konstruksi. Prototipe ini harus dipastikan dapat diuji pada
penanaman benih padi di sawah.

ANALISIS DESAIN
Kriteria Perancangan
Alat tanam benih langsung ini merupakan modifikasi dari atabela yang telah
dirancang sebelumnya. Pengembangan atabela bertujuan untuk menggantikan
benih padi tanpa coating menjadi benih padi yang dipeletkan dan menggantikan
posisi operator yang awalnya dibelakang atabela menjadi didepan atabela,
sehingga atabela dapat berfungsi lebih efektif lagi. Kriteria perancangan
dijalaskan pada beberapa poin berikut.
1. Alat tanam benih langsung dijalankan secara manual dengan cara ditarik
2. Jarak tanam yang dianjurkan yaitu sebesar 20 cm dengan jarak antar alur
sebesar 20 cm.
3. Kedalaman tanam padi pelet yaitu 2.5 cm.
4. Benih padi pelet yang digunakan dengan diameter rata-rata 1 cm
5. Volume drum harus mencukupi jumlah benih untuk menanami lahan seluas
900 m2.
6. Kapasitas penanaman menggunakan mesin penanam harus lebih tinggi
daripada penanaman dengan menggunakan manusia.

8
Rancangan Fungsional
Berdasarkan fungsinya, alat tanam benih langsung benih padi pelet berfungsi
untuk menanam benih padi pelet dengan jarak tanam dan kedalaman yang sesuai.
Rancangan fungsional disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Rancangan fungsional
Fungsi utama
Atabela mampu
menanam benih padi
pelet dengan
kedalaman 2.5 cm,
jarak tanam 20 cm
dan jarak antar alur
20 cm.

Sub fungsi
Menampung benih
padi pelet.

Penggerak atabela

Pembuka alur

Menempatkan posisi
atabela diatas
permukaan lumpur
Menarik atabela
Memudahkan dalam
belok
Menyalurkan daya

Alternatif mekanisme

Alternatif
yang dipilih
-Hopper drum
dengan bahan
stainless steel

-Dinding akrilik
-Hopper persegi
panjang
-Hopper trapezium
-Hopper drum
-Roda
tipe
IRRI - Roda tipe
(standard)
IRRI
-Roda tipe jepang
(standard)
-Roda sirip siku
-Roda sirip lengkung
-Tipe hoe
- Tipe plat
-Tipe shovel
dengan
-Tipe shoe
penambahan
-Tipe plat
pembuka alur
-Plat lurus
- Plat ski
-Plat ski
-Traktor roda 2
-Penambahan motor
-Manual (operator)
-Poros tak langsung
-Penggunanan
spherical plain bearing
-Rantai dan sproket
-Sabuk dan puli
-Poros langsung

- Manual
(operator)
- Penggunaan
spherical plain
bearing
- Poros
langsung

Analisis Teknik Rancangan Struktural


Dalam merancang alat tanam benih langsung (atabela) ini ada beberapa
analisis yang harus dilakukan sebelum atabela ini dilakukan pabrikasi, hal ini
dilakukan agar dihasilkan atabela yang dapat digunakan dilahan sawah dengan
sistem legowo 4:1.
Roda

Roda merupakan alat penggerak alat tanam benih langsung yang mana
digunakan untuk traksi. Roda untuk lahan sawah harus memerhatikan sirip-sirip
roda dimana harus dilakukan analisis diantaranya sudut sirip, panjang sirip
maupun jumlah siripnya. Desain roda yang paling penting adalah diameter roda
itu sendiri, diameter roda ditentukan berdasarkan jarak tanam dan jumlah lubang
tanam dalam satu kali putaran, dengan slip 10 %. Adapun desain roda alat tanam
dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Desain roda alat tanam


Tabel 2 Penentuan diameter roda
Jumlah
Lubang
(buah)

Jarak tanam
(cm)

4
5
6
7

20
20
20
20

Keliling roda Keliling+ Macet


(cm)
10 % (cm)
80
100
120
140

88
110
132
154

Diameter roda
(cm)
28.03
35.03
42.04
49.04

Dari perhitungan pada Tabel 2 tersebut didapat diameter yang cocok dengan
asumsi terjadi slip sebesar 10 % yaitu sebesar 49.04 cm.
Tabel 3 Jumlah sirip yang dibutuhkan berdasarkan kondisi lahan yang akan diolah
Kondisi Lahan
Berawa-rawa
Lahan berlumpur
Lahan sawah
Lahan kering

Jumlah Sirip
6
68
8 12
8 14

Dari Tabel 3 tersebut diketahui untuk merancang sebuah sirip dari roda
atabela untuk lahan berlumpur digunakan 8 sirip dimana sudut antar sirip (juring)
sebesar 450.
Adapun untuk jumlah jari-jari roda yang dibutuhkan tergantung pada
diameter roda, ukuran roda dan kualitas dari jari-jari tersebut. Klasifikasi jumlah
jari-jari yang dibutuhkan berdasarkan ukuran roda dapat dilihat pada Tabel 4
(Phongsupasamit 1988)
Tabel 4 Jumlah jari-jari berdasarkan ukuran roda (Phongsupasamit 1988)
Ukuran roda
Roda ukuran kecil
Roda ukuran normal
Roda ukuran besar

Jumlah Jari-jari
3
4-6
8

Dari Tabel 4 tersebut diketahui untuk merancang sebuah jari-jari roda


atabela untuk roda dengan ukuran normal berjumlah 4 dimana sudut antara jarijari sebesar 900.

10
Drum Benih
Drum benih merupakan tempat dimana benih dikumpulkan (hopper) yang
kemudian di jatuhkan satu-persatu melalui lubang-lubang drum. Drum benih
berkaitan dengan jumlah dan ukuran benih yang keluar. Jumlah benih yang keluar
adalah benih yang dapat mencukupi lahan sawah seluas 900 m2dengan sistem
tanam jajar legowo 4 : 1, dan setiap lubang tanam untuk satu benih. Adapun
ukuran diameter lubang drum berdasarkan ukuran dan kecepatan maju operator.
Penentuan diameter ini perlu dilakukan pengujian dengan menggunakan prototipe
dengan menguji beberapa ukuran diameter dan kecepatan yang berbeda. Selain itu
volume drum disesuaikan dengan volume benih yang berada dalam drum, dalam
kasus ini maka volume drum yang digunakan yaitu 2.5 kali volume benih agar
benih dapat keluar sesuai dengan yang dibutuhkan yaitu satu lubang untuk satu
benih. Adapun desain drum benih dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Desain Drum Benih


Sebelum menentukan diameter drum, pertama yang harus dilakukan adalah
menghitung kapasitas (volume) benih padi pelet yang dapat diisi drum. Analisis
yang dilakukan adalah menentukan kapasitas drum sehingga dalam satu kali
operasi benih padi pelet yang berisi dalam drum dapat mencukupi lahan sawah
berukuran 900 m2. Dalam sistem penanaman berdasarkan sistem legowo 4:1
dengan jarak tanam 20x20 cm dan tiap lubang tanam berisi satu benih padi pellet.
Dari perhitungan didapat hasil yang ditunjukan pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5 Penentuan diameter tengah drum
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Keterangan
Luas sawah
Jarak tanam (panjang)
(lebar)
Jumlah benih total
Volume 1 pelet
Volume pelet benih
Drum diisi benih
Volume 1 drum
Panjang 1 drum
Diameter tengah drum

Jumlah
900.00
20.00
20.00
18000.00
0.52
9424.77
40.00
11780.97
25.00
24.49

Satuan
m2
cm
cm
butir
cm3
cm3
persen
cm3
cm
cm

11
Dengan demikian apabila dalam satu kali operasi, jumlah benih padi pelet
yang dibutuhkan untuk mencukupi lahan sawah seluas 900 m2 digunakan diameter
tengah drum yaitu 25 cm. Sedangkan diameter luar ditunjukan pada Tabel 6
Tabel 6 Penentuan diameter luar drum
Jumlah
Lubang
(buah)

Jarak
tanam
(cm)

4
5
6
7

20
20
20
20

Keliling
roda
(cm)
80
100
120
140

Keliling+
Macet 10
% (cm)
88
110
132
154

Diameter
roda
(cm)

Diameter
drum
(cm)

28.03
35.03
42.04
49.04

Jarak plat ski


dari rangka
utama (cm)

8.03
15.03
22.04
29.04

23.03
30.03
37.04
44.04

Dari perhitungan didapat diameter luar drum yang dibutuhkan untuk


memenuhi benih padi pelet yaitu 30 cm dengan jumlah lubang (metering device)
sebanyak 7 buah. Adapun gambar skema desain roda, drum, dan plat ski
ditunjukan pada Gambar 5, selain itu gambar desain dimensi drum dapat dilihat
pada Gambar 6.

Gambar 5 Skema analisis desain roda, drum, dan plat ski

Gambar 6 Desain dimensi drum

12
Analisis selanjutnya yang perlu dilakukan yaitu menentukan diameter
metering device, dengan diameter benih padi pelet sebesar 10 mm. Dalam hal ini
perlu dilakukan pengujian dengan membuat prototipe yaitu menggunakan drum
kecil yang dilubangi disekeliling permukaan drum dengan diameter masingmasing yaitu 11, 12, dan 13 mm. kemudian drum tersebut dilubangi di tengahnya
dan dimasukan paralon agar drum dapat diputar. Selanjutnya kedua poros drum
ditumpu pada dua penyangga agar drum dapat berputar dengan kecepatan yang
seragam dan tidak terjatuh saat dilakukan pengujian. Adapun gambar prototipe
dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Prototipe drum


Dari proses pengujian didapat hasil yang tertera pada Lampiran 3. Pengujian
dilakukan pada diameter yang berbeda-beda. Pengujian dilakukan pengulangan
selama tiga kali pengulangan dengan kecepatan yang berbeda-beda pula, hal ini
dilakukan untuk menentukan kecepatan yang sesuai pada lahan sawah agar jumlah
penjatuhan sesuai dengan yang diinginkan , dimana setiap lubang hanya satu yang
jatuh yaitu pada saat posisi lubang berada tepat dibawah. Dilihat dari tabel didapat
diameter yang sesuai untuk benih dengan diameter 10 mm yaitu lubang drum
sebesar 12 mm.
Plat Ski
Kondisi tanah sawah yang berlumpur dapat mengakibatkan alat tanam
terendam, dengan demikian perlu digunakan plat ski agar alat tanam tetap berada
diatas permukaan tanah lumpur. Selain itu plat ski ditambahkan pembuka alur
yang digunakan agar benih yang jatuh langsung masuk kedalam lumpur dengan
kedalaman 2.5 cm, serta penambahan ruang penjatuhan dimana saat benih jatuh
tidak tersangkut pada plat ski, akan tetapi langsung jatuh pada lahan sawah.
Adapun desain plat ski alat tanam dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Desain plat ski alat tanam

13
Plat ski ini dirancang dua buah, sehingga tiap drum memiliki satu buah plat
ski dengan dua pembuka alur. Pembuka alur dirancang dengan membentuk anak
panah untuk memudahkan dalam pembukaan lumpur dengan tinggi pembuka alur
sebesar 2.5 cm sesuai dengan kedalaman tanam yang diinginkan.
Plat ski dipasangkan pada rangka utama dengan dijepit menggunakan mur
dan baud. Analisis berat atabela disimulasikan pada software SolidWorks dimana
total berat atabela (Wa) sebesar 38 kg.
=

. (1)
Keterangan :
= gaya gesek pada plat ski (N)
= koefisien gesek antara permukaan tanah sawah dengan dasar
plat ski yaitu sebesar 0.3 (Kawiji, 1984)
W = gaya normal alat yaitu berat total alat bersama isi (berat total
maksimum dirancang sebesar 38 kg atau 380 N)
=

= 0.3 380
= 114 N
Dengan nilai tahanan penetrasi tanah (TPT) pada lahan sawah dengan sudut 90o
sebesar 7 kPa (Mudzakir 2013).
TPT = F/A ... (2)
A

=
= 0.016285 m2 = 162.85 cm2

Lengan Penarik
Lengan Penarik merupakan salah satu bagian utama atabela yang berfungsi
sebagai lengan untuk pegangan tangan dimana atabela ditarik serta atabela serta
menjaga posisi atabela agar selalu stabil. Bentuk serta dimensi rangka ini harus
sesuai dengan karakteristik tubuh manusia, khususnya karakteristik tubuh manusia
Indonesia sehingga operator yang menggunakan tidak akan mengalami cidera.
Adapun desain lengan penarik alat tanam dapat dilihat pada Gambar 9, sedangkan
posisi komponen atabela dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 9 Desain lengan penarik alat tanam

14

Drum (Hopper)

Rangka utama

Roda
Lengan penarik

Plat ski

Gambar 10 Posisi komponen atabela


Dengan asumsi beban maksimum yang disangga oleh rangka tersebut adalah
total beban (40 kg) yang dapat diuraikan sebagai berikut :
Drum (hopper) + benih pellet
= 16 kg
Rangka utama
= 3 kg
Lengan penarik
= 7 kg
Roda (kanan dan kiri)@ 8 kg
= 16 kg
Plat ski (kanan dan kiri) @ 3 kg
= 6 kg
Analisis tiap komponen berat mesin disajikan pada Tabel 8
Tabel 7 Analisis berat komponen mesin
Komponen
Drum (hopper)
Roda
Plat ski

Jarak terhadap titik


acuan stress (m)
0.25
0.25
0.10
Total

Berat
(N)
160
160
60

Momen terhadap
titik acuan (N.m)
40
40
6
80

Sketsa penampang tampak samping dari pipa yang digunakan untuk rangka
dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Sketsa pipa lengan penarik

15

A1

Lengan penarik

Rangka utama

F1

lF1

Gambar 12 Posisi dan arah gaya pada rangka


Untuk menghitung diameter pipa yang digunakan terlebih dahulu dihitung
gaya yang dibutuhkan untuk menarik atabela yaitu dengan menghitung gaya gesek
pada plat ski dan tahanan gelinding roda yaitu dengan rumus:
=

Keterangan :
= gaya gesek pada plat ski (N)
= koefisien gesek antara permukaan tanah sawah dengan dasar
plat ski yaitu sebesar 0.3
W = gaya normal alat yaitu berat total alat bersama isi (berat total
maksimum dirancang sebesar 38 kg atau 380 N)
=

= 0.3 380
= 114 N
Sedangkan tahanan gelinding pada roda dapat dihitung dengan rumus:
=

... (3)
Keterangan :
= tahanan gelinding roda (N)
= koefisien tahanan gelinding untuk tanah lumpur koefisien
tahanan gelinding roda sebesar 0.3 (Endro 1991)
w = gaya normal alat yaitu berat beban yang ditumpu roda (berat
drum sebesar 16 kg atau 160 N)
=

= 0.3 160
= 48 N
Sehingga besar total gaya yang terjadi yaitu:
=
+
.. (4)
= 114 + 48 N
= 162 N
Geometri bahan rangka lingkaran, sehingga inersia bahan yang digunakan
dihitung berdasarkan rumus inersia lingkaran, yaitu :
I = 1/64 D4 .... (5)
Dengan memasukkan persamaan tersebut dengan c sebesar D kedalam
persamaan, maka persamaan tersebut menjadi :
M x 0.5 ((D D ))
a =
x D xD
10.2 M
a =
(D D )

16
Jika diketahui ( b) sebesar 28 kg/mm2, dan safety factor (Sf) yang
digunakan sebesar 6 dimana diameter luar (D1) pipa diambil 25 mm, maka
tebal rangka dapat dihitung sebagai berikut.
= 28 /
a =
a =

(D

10.2 M

= 4.6 kg/mm

D )
10.2 x (162 N x 25 mm)
4.6 kgmm =
(25 D )mm
4.6 kgmm =

41310

(25 D )mm

41310 = 71875 - 4.6


= 6644.56
= 19
Berdasarkan hasil perhitungan, maka tebal plat pipa minimum yang
digunakan sebesar (25 mm 19 mm) / 2 = 3 mm. Berdasarkan perhitungan diatas
maka pipa untuk rangka lengan penarik yang digunakan dengan tebal 3 mm.
Jarak pegangan lengan penarik kebagian dasar lumpur yaitu sebesar 680 mm
yang digunakan berdasarkan data antropometri posisi berdiri operator pada tinggi
kepalan tangan (Lampiran 4). Adapun sketsa posisi manusia menarik atabela
dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Sketsa posisi manusia menarik atabela


Kebutuhan Daya
Dalam menjalankan alat tanam perlu diperhatikan kebutuhan daya yang
diperlukan untuk menarik alat tanam. Apabila daya yang dibutuhkan cukup besar
maka operator akan mengalami kesulitan dalam mengontrol pergerakan alat tanam.
Dengan demikian perlu diperhatikan massa keseluruhan alat tanam

17
Kebutuhan daya dapat dicari dengan mengukur jumlah gaya gesek pada plat
ski dengan tahanan gelinding pada roda dikalikan dengan kecepatan maju atabela.
Gaya gesek pada plat ski dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
=

= 0.3 380
= 114 N
Sedangkan tahanan gelinding pada roda dapat dihitung dengan rumus:
=

= 0.3 160
= 48 N
Sehingga besar total gaya yang terjadi yaitu:
=
+
= 114 + 48 N
= 162 N
Untuk mencari besarnya tenaga tarik dihitung dengan menggunakan rumus:
=
.. (6)
Keterangan :
= tenaga tarik (W)
= gaya tarik total (N)
V
= kecepatan maju (m/detik)
Bila diasumsikan pada saat alat dioperasikan di sawah kecepatan maju atabela
sebesar 0.4 m/detik, maka kebutuhan tenaga tarik atabela adalah:
=

= 162 0.4 /
= 64.8 Watt
Besarnya kebutuhan tenaga untuk menarik atabela ini masih dibawah rata-rata
tenaga manusia untuk bekerja yaitu sebesar 0.1 hp atau 75 Watt.
Konsep Desain
Konsep umum dari disain yang dibuat adalah mengacu pada bentuk dasar
alat tanam benih langsung tipe drum, dengan dilakukan beberapa modifikasi,
yakni 1) penyesuaian ukuran lubang keluaran benih pada drum karena
penggunaan benih padi berbentuk pelet, 2) memindahkan posisi pengguna (user)
dari yang awalnya di belakang menjadi di depan sehingga benih yang telah
ditanam tidak terinjak pengguna, 3) menambahkan pembuka alur untuk
penempatan benih dalam tanah (kedalaman 2.5 cm), 4) memperbaiki desain sirip
roda untuk meningkatkan daya putarnya. Adapun skema alat tanam benih
langsung disajikan pada Gambar 14, sedangkan gambar teknik untuk atabela
disajikan pada Lampiran 17.

18

Gambar 14 Gambar teknik alat tanam benih langsung


Metode Pengujian Kinerja
Prototipe atabela diuji di lahan sawah pada penanaman benih padi. Untuk
pengujian, disiapkan satu petak sawah berukuran lebih kurang 10 m 20 m yang
diolah hingga kondisi siap tanam (lumpur rata dan air macak-macak). Atabela
dioperasikan dengan seorang operator yang telah dilatih terlebih dahulu dalam
penggunaan atabela dan cara mengoperasikannya. Benih yang digunakan dalam
pengujian yaitu benih padi bentuk pelet dengan ukuran yang seragam (diameter
10 mm), sejumlah mencukupi penanaman seluas 200 m2. Pola operasi atabela
adalah seperti pada Gambar 15, empat baris tanam dalam satu lintasan. Di ujung
petakan, alat diangkat dan dipindahkan pada lajur berikutnya.

Keterangan :

: Benih tertanam
: Lintasan alat
: Lintasan berbelok

Gambar 15 Pola penanaman dalam pengujian kinerja


Sebelum pengujian dilakukan terlebih dahulu dilakukan pengukuran indeks
pelumpuran, hal ini dilakukan agar dapat diketahui apakah lahan sawah yang akan
digunakan sudah sesuai dengan lahan sawah yang umum digunakan. Pengukuran
indeks pelumpuran ini dilakukan dengan mengambil sampel lumpur pada titik-

19
titik tertentu di tiap lintasan yang akan dilakukan pengujian, sampel tersebut
dimasukan kedalam tabung kemudian diendapkan selama 48 jam. Setelah itu
diukur perbedaan ketinggian dari endapan lumpur dan air.
Setelah diukur indeks pelumpuran selanjutnya diukur indeks kelunakan, hal
ini dilakukan agar dapat diketahui apakah lahan sawah yang akan digunakan
sudah sesuai dengan lahan sawah yang umum digunakan. Pengukuran indeks
kelunakan ini dilakukan dengan menjatuhkan bola golf dari ketinggian 1m dari
atas permukaan lumpur pada titik-titik tertentu di tiap lintasan yang akan
dilakukan pengujian, setelah itu diukur ketinggian permukaan atas bola golf
terhadap permukaan golf menggunakan mistar. Indeks pelumpuran dihitung
dengan mengukur perbedaan ketinggian antara ketinggian air dan tanah hasil
pelumpuran, selanjutnya dilakukan penghitungan volume dari ketinggian yang
didapat menggunakan rumus volume tabung.
V=
x t .. (7)
Keterangan : V =Volume tabung (cm3)
r = Jari-jari lingkaran (cm)
t = Tinggi tabung (cm)
Ip= ( ) x 100% .. (8)
Keterangan : Ip : Indeks pelumpuran (%)
Vs : Volume tanah dalam tabung setelah diendapkan selama 48 jam
(cc)
Vt : Volume total contoh suspensi air-tanah dalam tabung (cc)
Selanjutnya dilakukan perhitungan indeks keseragaman tanah hasil
pelumpuran untuk mengetahui indeks keseragaman tingkat pencampuran tanah
dengan air (suspensi air-tanah) dan kelunakan tanah hasil pelumpuran.
Setelah itu dilakukan pengukuran kinerja penanaman benih yang dilakukan
untuk mengetahui karakteristik dari alat atau mesin yang akan digunakan selama
proses penanaman benih, sehingga alat atau mesin dapat digunakan sesuai
kebutuhan. Dalam pengukuran unjuk kerja perlu dilakukan beberapa pengukuran
diantaranya waktu penanaman mekanis, kecepatan maju, kemacetan roda, jarak
tanam, kedalaman tanam, dan beban tarik. Pengukuran ini dilakukan dengan dua
perlakuan yang berbeda dimana pengujian dilakukan dengan menggunakan plat
ski dan tanpa plat ski.
Pengukuran waktu total penanaman benih secara mekanis dilakukan untuk
mengetahui berapa lama waktu proses penanaman yang dilakukan untuk luasan
tertentu, waktu total merupakan penjumlahan waktu efektif dan waktu belok.
Pengukuran ini dilakukan menggunakan stopwatch.
Kecepatan maju penanaman benih dilakukan untuk mengetahui kecepatan
yang dibutuhkan operator menarik atabela pada lahan sawah. Pengukuran
kecepatan didapat dengan mengukur panjang lintasan yang akan dilalui atabela
dibagi dengan waktu tempuh selama atabela melewati lintasan tersebut.
Kemacetan roda merupakan keadaan dimana roda tidak berputar ketika
atabela ditarik, sehingga terjadi kemacetan pada roda. Kemacetan roda
berpengaruh pada jarak tanam pada benih yang tertanam. Kemacetana roda
didapat dengan menggunakan rumus :
= (1
) 100% .... (9)

20
Keterangan : Kr = Kemacetan roda (%)
Jt = Jarak toritis
Ja = Jarak tempuh atabela
Pengukuran jarak tanam dan kedalaman penanaman digunakan agar pada
saat proses penanaman jarak antar tanam tiap benih seragam dengan interval 20
cm antar benih tertanam..
Selanjutnya pengukuran beban tarik dilakukan untuk mengetahui daya yang
dibutuhkan untuk menarik atabela pada lahan sawah, daya tarik (Watt) didapat
dengan mengkalikan gaya tarik (N) dan kecepatan (m/detik).
Selain itu untuk mengukur besarnya daya untuk menarik atabela, akan
dilakukan pengukuran gaya tariknya menggunakan timbangan tarik digital yang
dipasangkan pada rangka tarik dan ditarik horizontal. Tenaga tarik dihitung
dengan rumus
Ptarik Ftarik V . (10)
Keterangan : Ptarik : Tenaga tarik (Watt),
Ftarik : Gaya untuk menarik atabela (N), dan
V
: Kecepatan maju operasi atabela (m/detik).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kinerja Fungsional
Pengujian fungsional dilakukan untuk mengetahui apakah atabela dapat
berfungsi dengan baik, dalam pengujian ini hanya sebatas apakah atabela dapat
berjalan di permukaan sawah, pembuka alur dapat berfungsi dengan baik, serta
benih dapat jatuh melalui metering device dari drum. Pengujian fungsional
bertujuan agar pada saat dilakukan pengujian kinerja, atabela dapat bekerja
dengan maksimal. Dari hasil pengujian fungsional didapat hasil yang baik
meskipun harus dilakukan sedikit modifikasi di bagian plat ski, agar penjatuhan
benih lebih bagus. Pada pengujian fungsional ini digunakan benih yang hampir
menyerupai benih aslinya, yaitu benih yang seragam dengan diameter sebesar 1cm.
Adapun gambar kinerja fungsional dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16 Lahan sawah hasil pengujian fungsional


Kondisi Lumpur
Indeks pelumpuran yang sesuai untuk lahan yang akan ditanami benih padi
di lahan sawah yaitu kisaran 80-90% (Sawamura et al 1986). Dari pengukuran

21
indeks pelumpuran di lahan sawah yang digunakan untuk pengujian kinerja
atabela disajikan pada Lampiran 5.

Gambar 17 Pengukuran Indeks pelumpuran


Setelah dilakukan pengujian didapat rata-rata indeks pelumpuran pada lahan
sawah yaitu 82.09%. Dengan demikian lahan sawah tersebut sudah layak untuk
dilakukan penanaman benih, karena sesuai dengan literatur yang ada.
Indeks kelunakan yang sesuai untuk lahan yang akan ditanami benih padi di
lahan sawah yaitu kisaran 90 hingga 100% (Sawamura et al 1986). Dari
pengukuran indeks kelunakan di lahan sawah yang digunakan untuk pengujian
kinerja atabela disajikan pada Lampiran 6.

Gambar 18 Pengukuran indeks kelunakan


Setelah dilakukan pengujian didapat rata-rata indeks kelunakan pada lahan
sawah yaitu 85.4% pada tempat A dan 88% pada tempat B. Dengan demikian
lahan sawah tersebut cukup layak untuk dilakukan penanaman benih, karena
kurang dari persentase yang dibutuhkan (sesuai dengan literatur yang ada).
Adapun CVIP dan CVIK tanah hasil pelumpuran yang sesuai untuk lahan
yang akan ditanami benih padi di lahan sawah yaitu kurang dari 50%, sedangkan
dari perhitungan didapat CVIP sebesar 5.195% dan CVIK sebesar 4.418%, dengan
demikian nilai CVIK dan CVIP sudah sesuai dengan literatur. Dari perhitungan
Dari penghitungan indeks keseragaman tanah hasil pelumpuran di lahan sawah
yang digunakan untuk pengujian kinerja atabela disajikan pada Lampiran 7.
Setelah dilakukan pengujian didapat rata-rata indeks keseragaman tanah
hasil pelumpuran pada lahan sawah yaitu 99.04%. Dengan demikian lahan sawah
tersebut sudah layak untuk dilakukan penanaman benih, karena sesuai dengan
literatur yang ada (90% hingga 100%).

22
Kinerja Penanaman
Setelah kinerja fungsional dapat berjalan dengan baik selanjutnya dilakukan
pengujian kinerja penanaman. Dalam pengujian kinerja ini beberapa point penting
yang perlu dilakukan pengukuran diantaranya indeks pelumpuran (IP), indeks
kelunakan (IK), indeks keseragaman (IS), pengukuran unjuk kerja penanaman
benih secara mekanis (direct seeding) yang terdiri dari penentuan waktu
penanaman benih padi pelet, kecepatan maju penanaman benih padi pelet,
kemacetan roda, interval, jumlah, dan kedalaman benih tertanam, beban tarik,
serta efektifitas penanaman oleh atabela.

Gambar 19 Pengujian kinerja atabela di lahan sawah


Kapasitas Kerja Penanaman Benih
Data pengukuran waktu penanaman benih disajikan pada Lampiran 8. Dari
pengukuran didapat rata-rata waktu efektif selama 35.4 detik dan rata-rata waktu
belok selama 20.2 detik.
Pengukuran kecepatan pada lahan sawah menggunakan plat ski dengan
jarak 10 m didapat kecepatan rata-rata sebesar 0.43 m/detik, dimana pengukuran
kecepatan disajikan pada Lampiran 9.
Adapun pengukuran kecepatan pada lahan sawah tanpa menggunakan plat
ski dengan jarak 10 m didapat kecepatan rata-rata sebesar 0.66 m/detik, dimana
pengukuran kecepatan disajikan pada Lampiran 10.
Kecepatan atabela menggunakan plat ski didapat kecepatan yang lebih
rendah dibandingkan atabela tanpa plat ski, hal ini dikarenakan dengan
penggunaan plat ski maka beban yang dihasilkan atabela lebih besar, selain itu
penggunaan plat ski mengakibatkan terjadinya gesekan antara plat dengan
permukaan lumpur sehingga atabela menjadi lebih sulit untuk ditarik.
Dari perhitungan kapasitas kerja penanaman benih menggunakan plat ski
didapat kapasitas lapangan efektif (KLE) sebesar 0.0763 ha/jam dan kapasitas
lapangan teoritis (KLT) sebesar 0.154 ha/jam, sehingga didapat efisiensi atabela
menggunakan plat ski sebesar 49.54%. Sedangkan kapasitas kerja penanaman
benih tanpa plat ski didapat kapasitas lapang efektif sebesar 0.117 ha/jam dan
kapasitas lapang teoritis (KLT) sebesar 0.237 ha/jam, sehingga didapat efisiensi
atabela tanpa plat ski sebesar 49.37%. Perhitungan kapasitas kerja penanaman
disajikan pada Lampiran 13.
Kemacetan Roda
Dari pengukuran kemacetan pada lahan sawah menggunakan penambahan
plat ski didapat kemacetan roda rata-rata sebesar 21.61%. Adapun data
pengukuran kemacetan roda disajikan pada Lampiran 11.

23
Pengukuran kemacetan roda pada lahan sawah tanpa menggunakan plat ski
didapat kemacetan rata-rata sebesar 17.90%. Adapun data pengukuran kemacetan
roda disajikan pada Lampiran 12.
Kemacetan roda atabela menggunakan plat ski didapat kemacetan yang
lebih tinggi dibandingkan atabela tanpa plat ski. Hal ini dikarenakan dengan
penggunaan plat ski maka beban yang dihasilkan atabela lebih besar, selain itu
penggunaan plat ski mengakibatkan terjadinya gesekan antara plat dengan
permukaan lumpur yang mengakibatkan roda atabela terhambat untuk maju. Pada
atabela dengan menggunakan plat ski roda tidak efetif bekerja, karena menembus
lapisan yang lebih padat sehingga diameter roda aktual menjadi lebih kecil, seperti
terlihat pada Gambar 20.
Yang diinginkan

Yang terjadi di lapanagan

R
Tanah keras

Tanah keras

Gambar 20 Sketsa posisi roda yang diinginkan dan di lapangan


Jarak Tanam, Jumlah Benih, dan Kedalaman Penanaman
Dari pengukuran didapat interval tanam rata-rata benih tertanam dengan
atabela menggunakan plat ski yaitu 25.6 cm dengan standar deviasi sebesar 2.5,
sedangkan interval tanam rata-rata benih tertanam dengan atabela tanpa plat ski
yaitu 24.9 cm, dengan standar deviasi sebesar 2.7. Interval tanam menggunakan
atabela dengan plat ski menghasilkan nilai lebih jauh dibandingkan dengan
interval tanam menggunakan atabela tanpa plat ski, hal ini disebabkan karena
pada atabela dengan plat ski memiliki beban yang besar sehingga kemacetan yang
dihasilkan juga lebih besar dibandingkan dengan yang tanpa plat ski. Solusi untuk
mengatasi agar jarak tanam sesuai yang diinginkan (25 cm) maka perlu
penambahan corong pengeluaran sehingga benih padi pellet yang keluar dari
lubang drum (hopper) tidak terlempar saat atabela ditarik. Data pengukuran jarak
tanam disajikan pada Lampiran 14. Adapun jumlah benih yang jatuh setiap lubang
keluaran ketika atabela dijalankan pada jalan yang lurus maka jumlah benih yang
jatuh rata-rata 1 buah, sedangkan jumlah benih yang jatuh pada saat berbelok ratarata 2 buah. Dari perhitungan didapat ketepatan jarak antar benih atabela dengan
menggunakan plat ski sebesar 72%, sedangkan ketepatan jarak antar benih atabela
tanpa plat ski sebesar 75.5%.
Kedalaman tanam benih untuk atabela dengan plat ski (penambahan
pembuka alur) memiliki kedalaman sebesar 2.5 cm, sedangkan atabela tanpa plat
ski tidak memiliki kedalaman atau berada di atas permukaan lumpur. Plat ski ini
perlu digunakan karena apabila tanpa plat ski maka tidak ada proses pembukaan
alur, sehingga solusi yang perlu dilakukan yaitu penggantian bahan plat ski atau
dengan mengurangi ketebalan plat ski. Karena plat ski yang digunakan di

24
lapangan memiliki ketebalan 3 mm, dengan bahan logam baja, adapun solusi yang
dapat dilakukan yaitu dengan mengurangi ketebalan plat ski menjadi 2 mm atau
mengubah bahan menjadi bahan yang lebih ringan seperti penggunaan bahan baja
ringan (seperti alumunium).
Beban Tarik
Dari pengukuran didapat gaya tarik rata-rata atabela dengan plat ski sebesar
257.02 N dengan kecepatan sebesar 0.43 m/detik, sehingga didapat beban tarik
untuk menarik atabela sebesar 111.75 Watt. Adapun data dari pengujian beban
tarik dengan plat ski disajikan pada Lampiran 15. Sedangkan pengukuran beban
tarik tanpa menggunakan plat ski didapat gaya tarik sebesar 121.64 N dengan
kecepatan sebesar 0.66 m/detik, shingga didapat beban tarik atabela sebesar 80.29
Watt. Dari pengukuran didapat beban tarik atabela menggunakan plat ski lebih
besar dibandingkan tanpa plat ski, hal itu terjadi karena pada atabela yang
menggunakan plat ski memiliki beban tambahan dan tejadi tambahan gesekan
antara plat ski dan permukaan lumpur, hal tersebut pun terbukti dari kecepatan
maju atabela menggunakan plat ski lebih lamban jika dibandingkan dengan
atabela yang tanpa plat ski. Adapun data dari pengujian beban tarik tanpa plat ski
disajikan pada Lampiran 16.

Gambar 21 Pengukuran beban tarik

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Alat tanam benih langsung padi dirancang dan dibuat dapat digunakan
untuk penanaman benih padi dalam bentuk pelet secara langsung dengan
menggunakan sistem legowo 4:1. Kecepatan maju dari atabela dengan plat ski
yaitu 0.43 m/detik sedangkan kecepatan maju atabela tanpa plat ski yaitu 0.66
m/detik. Kemacetan roda atabela dengan plat ski sebesar 21.61% sedangkan
kemacetan roda atabela tanpa plat ski sebesar 17.90%. Interval tanam
menggunakan atabela dengan plat ski yaitu 25.6 cm dan kedalaman 2.5 cm
sedangkan interval tanam menggunakan atabela tanpa plat ski yaitu 24.9 cm dan
kedalaman tanam 0 cm (berada di atas permukaan lumpur). Ketepatan jarak antar
benih atabela dengan menggunakan plat ski sebesar 72%, sedangkan ketepatan
jarak antar benih atabela tanpa plat ski sebesar 75.5%. Beban tarik untuk atabela
dengan plat ski sebesar 111.75 Watt. Kapasitas lapangan efektif atabela dengan
plat ski sebesar 0.0763 ha/jam, kapasitas lapangan teoritis atabela dengan plat ski
sebesar 0.154 ha/jam, dan efisiensi atabela menggunakan plat ski sebesar 49.54%.

25
Kapasitas lapangan efektif atabela tanpa plat ski sebesar 0.117 ha/jam dan
kapasitas lapangan teoritis atabela tanpa plat ski sebesar 0.237 ha/jam, sehingga
didapat efisiensi atabela tanpa plat ski sebesar 49.37%. Atabela dengan
penambahan plat ski memiliki beban tarik yang besar sehingga kemacetan tinggi
dan mengalami kesulitan untuk ditarik.
Saran
Dari hasil pengujian didapat hasil pengukuran yang sesuai untuk atabela ini,
dengan demikian disarankan agar atabela ini digunakan pada lahan sawah dengan
indeks pelumpuran yang sesuai. Karena apabila dilakukan pada lahan sawah yang
kurang cocok maka akan timbul beberapa kendala, di antaranya kesulitan dalam
menarik atabela karena tekstur tanah yang lengket ataupun tanah yang terlalu
lembek sehingga pada saat belok maka sebagian atabela akan tenggelam sebagian
di permukaan lumpur. Bahan plat ski perlu diganti dengan bahan yang lebih
ringan dan memiliki koefisien gesek dengan lumpur lebih rendah

DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1990.Budidaya Tanaman Padi. Kanisius.Yogyakarta.
Anonim. 2008. Seed Treatment [diacu 2 November 2013] Tersedia dari :
http://agritech.tnau.ac.in
Anonim. 2012. Cara Meningkatkan Poduksi Tanaman Padi dengan Sistem Tanam
Jaja Legowo. [internet]. [diacu 2 November 2013] Tersedia dari :
http://www.gerbangpertanian.com
Anonim. 2013. Peran Alat Tanam Benih Langsung (ATABELA) Dalam Mengatasi
Kelangkaan Tenaga Kerja Pada Lahan Padi Sawah di Sulawesi Utara.
[internet].
[diacu
2
November
2013]
Tersedia
dari:
http://sulut.litbang.deptan.go.id
Arisandi IR. 2013. Studi Antropometri dan Gerak Kerja Pemanen Kelapa Sawit
seta Aplikasinya untuk Penyempurnaan Desain Alat Panen (Egrek dan
Dodos) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Darmawijaya I. 1997. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta : UGM Press
Endro. 1991. Perancangan dan Pembuatan Mesin Panen Padi Tanpa
Pemotongan. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada.
Harjono, Purwanta Y, Sulistyosari N. 2008. Rekayasa Mesin Tanam Langsung
Benih Padi Pada Lahan Sawah. Jurnal Enjiniring Pertanian. Vol. VI, No. 1
Kawiji. 1984. Disain Alat Tanam Padi (Transplanter) Sistem Rotary. [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mudzakir A. 2013. Karakteristik Reaksi Tanah Sawah dan Lumpur Terhadap
Penekanan Plat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nurmianto E. 2004 Ergonomika Konsep Dasar dan Aplikasinya.Ed ke-2.
Surabaya : Gua Widya
Phongsupasamit S. 1998. Basic Research on Walking Tractor Plows and Their
Engineering Design Theories. Kyushu Dissertation
Plaster EJ. 1992. Soil Science and Management. New York (US): Delmar

26
Prasetyo, Adiningsih S, Subagyono K, Simanungkalit RDM. 2004. Mineralogi,
kimia, fisika dan biologi tanah sawah. Dalam Tanah Sawah dan Teknologi
Pengelolaannya. Puslitbangtanah. Bogor.
Sanders SM and McCormick. 1993. Human Factor Engineering and Design
Seventh Edition. McGaw Hill. New Delhi
Suparyono, Setyono, 1993.Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wesley LD. 1973.Mekanika tanah. Bandung (ID): Badan Penerbit Pekerjaan
Umum.
Widodo J. 2013. Konsumsi beras masyarakat Indonesia tertinggi di dunia.
[internet]. [diacu 1 November 2013] Tersedia dari:
http://www.antaranews.com/berita/398839/ konsumsi-beras-masyarakatindonesia-tertinggi-di-dunia

27
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Mulai
Data dan
informasi
penunjang

Identifikasi masalah

Perumusan dan pengajuan


konsep desain

Evaluasi dan uji konsep desain

Analisis teknik atau perhitungan


perancangan desain mesin
Gambar teknik

Pembuatan prototipe

Uji fungsional mesin

Modifikasi

Tidak

Berhasil
Ya
Uji kinerja mesin

Modifikasi

Tidak

Berhasil
Ya
Selesai

28
Lampiran 2 Jadwal kegiatan penelitian
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Nama Kegiatan
Identifikasi
permasalahan
Merumuskan ide
awal rancangan
fungsional
Menyempurnakan
ide rancangan
struktural
Gambar teknik
Konsultasi
rancangan
Pemodelan dan
simulasi
Analisis dan
gambar teknik
revisi
Pabrikasi
Pengujian
Fungsional
Pengujian Kinerja
Pembuatan
Laporan Akhir

Bulan Ke-

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

29

Lampiran 3 Penentuan diameter lubang keluaran benih pada tabung


Diameter
lubang
benih
(mm)

11

12

13

Pengulangan
1
2
3
Av
1
2
3
Av
1
2
3
Av

putaran 1
Jumlah
biji
Waktu
jatuh
4
2
1
2
4
2
3
2
4
2
6
2
3
1
4
2
7
1
12
2
10
2
10
2

Pengujian
putaran 2
Jumlah
biji
Waktu
jatuh
5
2
0
2
4
2
3
2
4
2
5
1
4
1
4
1
7
1
12
2
8
2
9
2

Rata-rata
putaran 3
Jumlah
biji
Waktu
jatuh
3
3
1
2
3
2
2
2
4
2
5
2
4
1
4
2
6
1
6
1
8
2
7
1

Kecepatan

Jumlah
biji

waktu

4
1
4
3
4
5
4
4
7
10
9
8

2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2

m/s
0.1886
0.2200
0.2200
0.2084
0.2200
0.2640
0.4400
0.2829
0.4400
0.2640
0.2200
0.2829

30
Lampiran 4 Tabel data antropometri posisi berdiri operator di Indonesia
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Pengukuran
(Posisi Berdiri)
Berat Badan
Tinggi Badan
Tinggi Mata
Tinggi Bahu
Tinggi Siku Tangan
Tinggi Pinggang
Tinggi Pinggul
Tinggi Genggaman Tangan
Tinggi Ujung Tangan
Jangkauan Tangan Keatas
Terbuka
Jangkauan Tangan Keatas
Menggenggam
Jangkauan Tangan Kedepan
Terbuka
Jangkauan Tangan Kedepan
Menggenggam
Jengkal 2 Tangan Kesamping
Terbuka
Jengkal 2 Tangan Kesamping
Tertutup
Jengkal 2 Siku
Panjang Telapak Kaki
Lebar Telapak Kaki

Percentile 5
46.00
149.00
137.40
123.00
91.20
83.50
77.60
60.00
51.50
187.80

Percentile 50
Dalam cm
55.00
160.00
149.10
133.50
99.50
93.50
86.00
68.10
57.90
202.00

Percentile 95
71.00
170.00
160.00
141.20
109.00
103.50
95.00
76.00
63.00
217.80

178.00

192.00

208.00

66.50

77.00

85.00

57.70

66.00

73.50

152.50

167.30

178.00

135.50

147.00

157.90

73.00
22.00
9.30

84.60
24.40
10.50

93.00
26.50
11.50

Sumber : Arisandy 2013


Percentile 5 merupakan data antropometri yang kurang dari atau sama
dengan 5% dari jumlah populasi yang ada. Percentile 50 merupakan data
antropometri yang kurang dari atau sama dengan 50% dai jumlah populasi yang
ada. Percentile 95 merupakan data antropometri yang kurang dari atau sama
dengan 95% dai jumlah populasi yang ada.

31
Lampiran 5 Data pengukuran indeks pelumpuran (IP)
Diameter tabung plastic
:
Tinggi tabung plastic
:
Volume tabung plastik
:
Data Indeks pelumpuran pada berbagai lintasan :
Nomer Kode Volume tanah (Vs)
Lintasan
Tabung
[cm3]
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

P1A
P2A
P3A
P4A
P5A
P1B
P2B
P3B
P4B
P5B

36.556
35.594
33.670
30.784
31.746
33.670
34.632
35.594
36.556
30.784

35 mm
43 mm
41,37 cm3
Volume air
(Vw) [cm3]

Volume total
(Vt) [cm3]

4.810
5.772
7.696
10.582
9.620
7.696
6.734
5.772
4.810
10.582

41.366
41.366
41.366
41.366
41.366
41.366
41.366
41.366
41.366
41.366

Indeks
Pelumpuran
(IP) [%]
88.37
86.05
81.40
74.42
76.74
81.40
83.72
86.05
88.37
74.42
82.09

32
Lampiran 6 Data pengukuran indeks kelunakan (IK)
Diameter bola golf
:
42.67 mm
Bobot bola golf
:
45.93 g
Data indeks kelunakan pada berbagai lintasan :
Jarak posisi permukaan atas bola
golf terhadap permukaan lumpur
Indeks Kelunakan (IK) [%]
Lintasan
PBG (cm)
Tempat A
Tempat B
Tempat A
Tempat B
1
2.0
1.8
80.0
82
2
1.5
2.1
85.0
79
3
0.5
0.6
95.0
94
4
2.0
1.2
80.0
88
5
1.3
0.3
87.0
97
Rata-rata
85.4
88

33
Lampiran 7 Data perhitungan indeks keseragaman tanah hasil pelumpuran (IS)
Lintasan
1
2
3
4
5
Rata-rata
Lintasan
1
2
3
4
5

Indeks Pelumpuran (%) Kelompok


A
B
88.37
81.40
86.05
83.72
81.40
86.05
74.42
88.37
76.74
74.42
Indeks Kelunakan (%) KElompok
A
B
80
82
85
79
95
94
80
88
87
97

Rata-rata

IP Rata-rata
84.88
84.88
83.72
81.40
75.58
IK Rata-rata
81.0
82.0
94.5
84.0
92.0

Standar
Deviasi
4.933
1.644
3.289
9.867
1.644
Standar
Deviasi
1.414
4.243
0.707
5.657
7.071

CVIP (%)
5.812
1.937
3.928
12.122
2.176
5.195
CVIK (%)
1.746
5.174
0.748
6.734
7.686
4.418

Lintasan

Indeks Keseragaman Tanah


Hasil Pelumpuran (IS) [%]

1
2
3
4
5
Rata-rata

99.24
99.29
99.53
98.11
99.01
99.04

34
Lampiran 8 Data pengukuran waktu penanaman benih
Penanaman benih dengan atabela menggunakan plat ski
Luas lahan tertanam :
Panjang lahan tertanami benih (P)
: 19.65
Lebar lahan tertanami benih (L)
:3
Luas lahan tertanami benih (A = P*L)
: 58.95
: 0.005895
Waktu kerja total :
Waktu mulai
: 07.00
Waktu selesai
: 07.10
Waktu kerja total (TL)
: 0.617
Waktu penanaman benih:
Waktu
Jumlah
Pengukuran
Waktu belok (TB)
efektif (TE)
(TE+TB)
ke[detik]
[detik]
[detik]
1
44.0
11.0
55
2
32.0
23.0
55
3
36.0
20.0
56
4
32.0
22.0
54
5
33.0
25.0
58
Rata-rata
35.4
20.2
Total
278
Penanaman benih dengan atabela tanpa plat ski
Luas lahan tertanam :
Panjang lahan tertanami benih (P)
: 19.65
Lebar lahan tertanami benih (L)
:3
Luas lahan tertanami benih (A = P*L)
: 58.95
: 0.005895
Waktu kerja total :
Waktu mulai
: 07.20
Waktu selesai
: 07.30
Waktu kerja total (TL)
: 0.617
Waktu penanaman benih atabela tanpa plat ski:
Waktu
Jumlah
Pengukuran
Waktu belok (TB)
efektif (TE)
(TE+TB)
ke[detik]
[detik]
[detik]
1
30
8.0
38
2
25
9.0
34
3
27
10.0
37
4
25
10.0
35
5
28
9.0
37
Rata-rata
27
9.2
Total
181

m
m
m2
ha
WIB
WIB
jam

m
m
m2
ha
WIB
WIB
jam

35
Lampiran 9 Data kecepatan maju penanaman benih atabela dengan plat ski
Pengukuran
ke-

Panjang
lintasan [m]

Waktu tempuh
[detik]

Kecepatan maju
[m/detik]

1
2
3
4
5
Rata-rata
(Va)

10
10
10
10
10

21.0
26.0
27.0
23.0
21.0

0.48
0.38
0.37
0.43
0.48

10

23.6

0.43

36
Lampiran 10 Data kecepatan maju penanaman atabela tanpa plat ski
Pengukuran
ke1
2
3
4
5
Rata-rata (Va)

Panjang
lintasan [m]
10
10
10
10
10
10

Waktu tempuh
[detik]
15.0
16.0
16.0
14.0
15.0
15.2

Kecepatan maju
[m/detik]
0.67
0.63
0.63
0.71
0.67
0.66

37
Lampiran 11 Data pengukuran kemacetan roda dengan plat ski
Jarak tempuh teoritis 5 lintasan roda
Jarak tempuh aktual 5 lintasan roda
Jarak tempuh Roda
Pengukuran keATABELA (m)
1
9,60
2
10,20
3
10,25
4
10,17
5
9,85
Rata-rata
10,01

:
:

7.85 m
7.85 m
Kemacetan (%)
18.23
23.04
23.41
22.81
20.30
21.61

38
Lampiran 12 Data pengukuran kemacetan roda tanpa plat ski
Jarak tempuh teoritis 5 lintasan roda
Jarak tempuh aktual 5 lintasan roda
Jarak tempuh Roda
Pengukuran keATABELA (m)
1
9,50
2
9,65
3
9,62
4
9,48
5
9,56
Rata-rata
9,56

:
:

7,85 m
7,85 m
Kemacetan (%)
17,37
18,65
18,40
17,19
17,89
17,90

39
Lampiran 13 Data perhitungan kapasitas kerja penanaman benih
Kapasitas kerja penenanaman benih dengan atabela menggunakan plat ski
Luas lahan tertanam (A) = 58.95 m2 = 0.00589 ha
Waktu selama penanaman (T) = 278 detik = 0.0772 jam
Lebar olah (Lo) = 1 m
Kapasitas lapang efektif (KLE)
=A/T
= 0.00589 / 0.0772
= 0.0763 ha/jam
Kecepatan maju teoritis (VT)
= 0.43 m/detik
Kapasitas lapang teoritis (KLT)
=
= 1 0.43
= 0.43 m2/detik
= 0.154 ha/jam
Efisiensi lapang (ELP)
= KLE / KLT
= 0.0763 / 0. 154
=0.4954 = 49.54 %
Kapasitas kerja penenanaman benih dengan atabela tanpa plat ski
Luas lahan tertanam (A) = 58.95 m2 = 0.00589 ha
Waktu selama penanaman (T) = 181 detik = 0.0503 jam
Lebar olah (Lo) = 1 m
Kapasitas lapang efektif (KLE)
=A/T
= 0.00589 / 0.0503
= 0.117 ha/jam
Kecepatan maju teoritis (VT)
= 0.66 m/detik
Kapasitas lapang teoritis (KLT)
=
= 1 0.66
= 0.66 m2/detik
= 0.237 ha/jam
Efisiensi lapang (ELP)
= KLE/KLT
= 0.117 / 0.237
= 0.4937 = 49.37 %

40
Lampiran 14 Data pengukuran jarak tanam
Titik ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Rata-rata
Standard Deviasi

Interval Tanam (cm)


Dengan Plat ski Tanpa Plat ski
25
27
26
25
25
20
28
25
27
29
30
21
28
26
29
29
23
24
23
24
29
22
29
24
25
23
25
28
24
23
28
22
23
23
26
25
25
23
26
28
26
25
27
29
22
22
25
29
25
29
26
25
28
22
21
23
20
27
24
26
25.6
24.9
2,5

2,7

Ketepatan jarak antar benih atabela menggunakan plat ski


.
=1
100% = 72%
Ketepatan jarak antar benih atabela tanpa plat ski
.
=1
100% = 75.5%

41
Lampiran 15 Data pengujian beban tarik dengan plat ski
Pengulangan ke1
2
3
4
5
Rata-rata

Gaya Tarik (N)


245.25
264.87
274.68
245.25
255.06
257.02

Kecepatan(m/s)
0.43
0.43
0.43
0.43
0.43
0.43

Daya Tarik (Watt)


106.63
115.16
119.43
106.63
110.90
111.75

42
Lampiran 16 Data pengujian beban tarik tanpa plat ski
Pengulangan ke1
2
3
4
5
Rata-rata

Gaya Tarik (N)


117.72
107.91
127.53
117.72
137.34

Kecepatan(m/s)
0.66
0.66
0.66
0.66
0.66

Daya Tarik (Watt)


77.70
71.22
84.17
77.70
90.64
80.29

43

Lampiran 17 Gambar teknik atabela

ITEM
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

10
B

12
5

PART NUMBER

Material

Rangka Utama
Mur & Baud (M10)
spherical plain bearing
As Roda
Roda Kanan
Roda Kiri
Pengunci As Roda
Kawat Pengunci
Rangka penarik
Drum Benih
Plat Ski
Pintu Pemasukan Benih
pengunci poros
kawat pengunci poros

Besi kolom 30 x 30 mm
Besi baja
Besi Baja
Besi Baja
Besi strip 3 mm
Besi strip 3 mm
Besi baja
Besi baja
Besi pipa 25 mm
Stainless steel 2 mm
Besi baja 3 mm
Stainless Steel 2 mm
Besi baja
Besi baja

QTY.
1
4
2
2
1
1
2
2
1
1
2
2
2
2

13

4
8
1

14

11
Digambar pada : 1 Desember 2013
Digambar oleh :

Yahya Al Mahdi

Diperiksa oleh :

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS

Judul Gambar :

Gambar Assembly
Alat Tanam Benih Langsung
Catatan :

Departemen Teknik Mesin & Biositem


Fateta -IPB
2013

Proyeksi : Amerika

Unit dalam : mm

A4
Skala 1 : 10

20
A

25

385

40

200

25

200

50
750

150

940

1195
Digambar pada : 1 Desember 2013
Digambar oleh :

Yahya Al Mahdi

Diperiksa oleh :

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS

Judul Gambar :

Gambar Orthogonal
Alat Tanam Benih Langsung
Catatan :

Departemen Teknik Mesin & Biositem


Fateta -IPB
2013

Proyeksi : Amerika

200

Unit dalam : mm

A4
Skala 1 : 13

600
A

R2

57

,5
B

620

20

36

3
C

R100

55

135

Digambar pada : 1 Desember 2013


Digambar oleh :

Yahya Al Mahdi

Diperiksa oleh :

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS

Judul Gambar :

Gambar Orthogonal
Tampak Depan
Alat Tanam Benih Langsung
Catatan :

Departemen Teknik Mesin & Biositem


Fateta -IPB
2013

Proyeksi : Amerika

Unit dalam : mm

A4
Skala 1 : 6

20
A

70

40

385

25

200

25

12

60

100

335

Digambar pada : 1 Desember 2013


Digambar oleh :

Yahya Al Mahdi

Diperiksa oleh :

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS

Judul Gambar :

Gambar Orthogonal
Tampak Atas
Alat Tanam Benih Langsung
Catatan :

Departemen Teknik Mesin & Biositem


Fateta -IPB
2013

Proyeksi : Amerika

Unit dalam : mm

A4
Skala 1 : 8

760
50

20

20

10

200

100

300
25

910
Digambar pada : 1 Desember 2013
Digambar oleh :

Yahya Al Mahdi

Diperiksa oleh :

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS

Judul Gambar :

Gambar Orthogonal
Tampak Kanan
Alat Tanam Benih Langsung
Catatan :

Departemen Teknik Mesin & Biositem


Fateta -IPB
2013

Proyeksi : Amerika

Unit dalam : mm

A4
Skala 1 : 8

25
A

12

250
B

25

300

20

250
2,5

25

20

50

R1

50

150

70

680
Digambar pada : 1 Desember 2013

Judul Gambar :

Digambar oleh :

Yahya Al Mahdi

Diperiksa oleh :

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS

Catatan :

Departemen Teknik Mesin & Biositem


Fateta -IPB
2013

Proyeksi : Amerika

Gambar Orthogonal
Drum Benih

Unit dalam : mm

A4
Skala 1 : 10

25
A

86

17,5
B

30

46

60

150

650

70

100

DETAIL A
SCALE 2 : 5

Digambar pada : 1 Desember 2013

Judul Gambar :

Digambar oleh :

Yahya Al Mahdi

Diperiksa oleh :

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS

Catatan :

Departemen Teknik Mesin & Biositem


Fateta -IPB
2013

Proyeksi : Amerika

Gambar Detil 1
Drum Benih

Unit dalam : mm

A4
Skala 1 : 5

C
A

20

25
R1

B
B

25

50

R1

A
SECTION A-A
SCALE 1 : 5

200

200

15

200
5

2,5

60

30
DETAIL C
SCALE 2 : 5
30
DETAIL B
SCALE 2 : 5

Digambar pada : 1 Desember 2013

Judul Gambar :

Digambar oleh :

Yahya Al Mahdi
Diperiksa oleh :

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS

Catatan :

Departemen Teknik Mesin & Biositem


Fateta -IPB
2013

Proyeksi : Amerika

Gambar Detil 2
Drum Benih

Unit dalam : mm

A4
Skala 1 : 5

100
86
A

30

46

R12

60

30

Digambar pada : 1 Desember 2013


Digambar oleh :

Yahya Al Mahdi

Diperiksa oleh :

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS

Judul Gambar :

Gambar Orthogonal Pintu


Pemasukan Benih Padi
Catatan :

Departemen Teknik Mesin & Biositem


Fateta -IPB
2013

Proyeksi : Amerika

Unit dalam : mm

A4
Skala 1 : 2

R125

SECTION B-B
SCALE 1 : 1

86

DETAIL D
SCALE 2 : 1
60

30

46

Digambar pada : 1 Desember 2013


Digambar oleh :

Yahya Al Mahdi

Diperiksa oleh :

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS

Judul Gambar :

Gambar Detai 1
Pintu Pemasukan Benih Padi
Catatan :

Departemen Teknik Mesin & Biositem


Fateta -IPB
2013

Proyeksi : Amerika

Unit dalam : mm

A4
Skala 1 : 1

50

60

630

40

20

40

Digambar pada : 1 Desember 2013


Digambar oleh :

Yahya Al Mahdi

Diperiksa oleh :

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS

Judul Gambar :

Gambar Orthogonal
Roda
Catatan :

Departemen Teknik Mesin & Biositem


Fateta -IPB
2013

Proyeksi : Amerika

Unit dalam : mm

A4
Skala 1 : 10

F
A

20

40

C
B

DETAIL F
SCALE 1 : 3

40

20

60

20

10

DETAIL E
SCALE 1 : 3
50

20

Digambar pada : 1 Desember 2013

SECTION C-C

SCALE 1 : 6

Judul Gambar :

Digambar oleh :

Yahya Al Mahdi
Diperiksa oleh :

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS

Catatan :

Departemen Teknik Mesin & Biositem


Fateta -IPB
2013

Proyeksi : Amerika

Gambar Detail 1
Roda

Unit dalam : mm

A4
Skala 1 : 6

40

760

320

180

40

760
40

40

285

365
Digambar pada : 1 Desember 2013
Digambar oleh :

Yahya Al Mahdi

Diperiksa oleh :

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS

Judul Gambar :

Gambar Orthogonal
Rangka Utama
Catatan :

Departemen Teknik Mesin & Biositem


Fateta -IPB
2013

Proyeksi : Amerika

Unit dalam : mm

A4
Skala 1 : 8

40
D

1,5

40

95
60
20

SECTION D-D
SCALE 1 : 2

10

35

10

DETAIL H
SCALE 1 : 4

65
20

20
C

G
DETAIL G
SCALE 1 : 4
Digambar pada : 1 Desember 2013
Digambar oleh :

Yahya Al Mahdi

Diperiksa oleh :

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS

Judul Gambar :

Gambar Orthogonal
Rangka Utama
Catatan :

Departemen Teknik Mesin & Biositem


Fateta -IPB
2013

Proyeksi : Amerika

Unit dalam : mm

A4
Skala 1 : 8

200

300

170

240

41

26

10

300

R1

AH

00

Digambar pada : 1 Desember 2013


Digambar oleh :

Yahya Al Mahdi

Diperiksa oleh :

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS

Judul Gambar :

Proyeksi : Amerika

Gambar Orthogonal
Plat Ski
Catatan :

Departemen Teknik Mesin & Biositem


Fateta -IPB
2013

120

55

25

40

DETAIL AH
SCALE 2 : 5

Unit dalam : mm

A4
Skala 1 : 5

H
A

200

102

300

25

50

240

40

65

55

60

DETAIL H
SCALE 2 : 5
Digambar pada : 1 Desember 2013

Judul Gambar :

Digambar oleh :

Yahya Al Mahdi

Diperiksa oleh :

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS

Catatan :

Departemen Teknik Mesin & Biositem


Fateta -IPB
2013

Proyeksi : Amerika

Gambar Detil 1
Plat Ski

Unit dalam : mm

A4
Skala 1 : 5

25

385

385

10

143

200

11

360

660

Digambar pada : 1 Desember 2013


Digambar oleh :

Yahya Al Mahdi

Diperiksa oleh :

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS

Judul Gambar :

Gambar Orthogonal
Rangka Penarik
Catatan :

Departemen Teknik Mesin & Biositem


Fateta -IPB
2013

Proyeksi : Amerika

Unit dalam : mm

A4
Skala 1 : 10

61

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Yahya Al Mahdi dilahirkan di
Tasikmalaya, 6 Desember 1991. Penulis merupakan anak ketiga dari 5
bersaudara dari Bapak Heru Pratita (Alm.) dan Ibu Sri Sulastri. Penulis
menyelesaikan pendidikannya di SMA Negeri 5 Bogor pada tahun 2010.
Pada tahun yang sama juga, penulis diterima sebagai mahasiswa di
Institut Pertanian Bogor Departemen Teknik Teknik Mesin dan
Biosistem melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten
praktikum pada mata kuliah Gambar Teknik pada tahun ajaran
2012/2013 dan 2013/2014. Diluar bidang akademik, penulis mengikuti organisasi
Engineering Desain Club (EDC) pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Penulis juga
pernah melaksanakan Praktik Lapangan selama 40 hari kerja di PT Madubaru PG
Madukismo Yogyakarta dengan judul Aplikasi Mesin pada Budidaya Tebu dan Pengolahan
Gula pada tahun 2013.

You might also like