You are on page 1of 17

Hamalik peranan kurikulum dibagi menjadi tiga, yaitu peranan konservatif, peranan

kritis atau evaluatif, dan peranan kreatif.


1. Peranan Konservatif
Salah satu Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilainilai budaya sebagai warisan masa lalu serta mentransmisikan dan menafsirkan
warisan sosial budaya tersebut pada generasi muda. Dikaitkan dengan era
globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
memungkinkan mudahnya pengaruh budaya asing dan menggerogoti budaya
lokal, kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat
merusak nilai nilai luhur masyarakat, sehingga keajekan dan identitas
masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik.
2. Peranan Kritis atau Evaluatif
, kurikulum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu
dipertahankan, dan nilai atau budaya baru mana yang harus dimiliki anak didik.
Dalam rangka inilah peran kritis dan evaluatif kurikulum diperlukan. Kurikulum
harus berperan dalam menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang
dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik, kurikulum turut aktif
berpartisipasi dalam kontrol sosial dan memberi penekanan pada unsur berpikir
kritis. Nilai nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaaan dimasa
mendatang dihilangkan, serta diadakan modifikasi dan perbaikan. Dengan
demikian, kurikulum harus merupakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria
tertentu.
3. Peranan Kreatif
Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan
konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dimasa sekarang dan masa mendatang.
kurikulum harus mengandung hal hal baru sehingga dapat membantu
siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat
berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat yang senantiasa bergerak
maju secara dinamis. Mengapa kurikulum harus berperan kreatif ? Sebab,
manakala kurikulum tidak mengandung unsur unsur baru maka pendidikan
selamanya akan tertinggal, yang berarti apa yang diberikan sekolah pada
akhirnya akan kurang bermakna, karena tidak relevan lagi dengan kebutuhan
dan tuntutan sosial masyarakat. Untuk potensi yang ada padanya, maka

kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan, dan


keterampilan yang baru yang memberikan manfaat bagi masyarakat.
A. Peranan Kurikulum dalam Pembelajaran
Kurikulum merupakan pengalaman belajar yang terorganisasi dalam bentuk
tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan sekolah, sedangkan pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk membimbing dan mengerahkan peserta
didik agar terjadi tindakan belajar sehingga memperoleh pengalaman belajar. Kurikulum
merupakan program pembelajaran
Tujuan pendidikan antara lain agar siswa atau peserta didik mampu terjun ke
masyarakat, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan memiliki kepribadian yang
baik. Untuk itu peserta didik harus belajar berbagai disiplin ilmu dan mengerti bagaimana
cara menerapkan disiplin ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai disiplin
ilmu tersebut tentu harus dipelajari dalam sebuah proses yang disebut dengan
pembelajaran.
Peranan kurikulum dalam pembelajaran dapat dilihat dari silabus dalam setiap mata
pelajaran. Silabus biasanya disusun dalam satu semester dan terdiri atas berbagai
komponen, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, urutan
topik, skenario pembelajaran, pendekatan dan strategi, media dan sumber belajar serta
sistem penilaian. Komponen silabus memiliki kesamaan dengan komponen pembelajaran.
Jika kurikulum adalah programnya, maka pembelajaran merupakan implementasinya.
Jika kurikulum adalah konsepnya, maka pembelajaran adalah penerapannya.
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua istilah yang berbeda tetapi tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan segala sesuatu yang ideal,
sedangkan pembelajaran merupakan realisasi dan idealisme suatu gagasan. Apa artinya
sebuah kurikulum yang sudah dirancang dengan baik, jika tidak ada proses
pembelajarannya.

MAKALAH KURIKULUM 2013 SD


Menurut Beans , pembelajaran tematik sebagai upaya

untuk mengintegrasikan

perkembangan dan peertumbuhan siswa dan kemampuan pengetahuannya ( Beans, 1993


dalam Udin Syaefudin dkk. , 2006:4) implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran

matematika diharapkan peserta didik memenuhi karakteristik pembelajaran tematik


sebagi berikut :
a. Anak didik sebagai pusat pembelajaran
b. Memberikan pengalaman langsung (direct experiences)
c. Menghilangkan batas pemisahanan antar pelajaran
d. Flexible atau luwes
e. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan anak didik
f. Menggunakan prisip PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan)
g. Holistic
Bermakna
Komponen kurikulum
Secara garis besarnya Kurikulum memiliki kelima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2)
materi atau bahan ajar; (3) strategi mengajar; (4) organisasi kurikulum; (5) evaluasi
kurikulum dan penyempurnaan pengajaran. Kelima komponen tersebut memiliki keterkaitan
yang erat dan tidak bisa dipisahkan. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan
tentang masing-masing komponen tersebut
1. Tujuan
Dalam kurikulum, tujuan memegang peranan penting, akan mengarahkan semua
kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-komponen lainnya. Tujuan kurikulum pada
hakikatnya adalah tujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan pada anak
didik dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat
secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa : " Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab".
Tujuan pendidikan antara lain:
1. Tujuan Institusional (Kompetensi Lulusan)
Adalah tujuan yang yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan, contoh :
SD, SMP, SMA
2. Tujuan kurikuler (Standart Kompetensi)
Adalah tujuan bidang studi atau mata pelajaran sehingga mencapai hakikat

keilmuan yang ada didalamnya.


3. Tujuan instruksional (Kompetensi Dasar)
Tujuan instruksional (Kompetensi Dasar) dirumuskan sebagai kemampuankemampuan yang diharapkan dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan
proses belajar mengajar.
a. Tujuan instruksional Umum (Indikator Umum) : Kemampuan tersebut
sifatnya lebih luas dan mendalam.
b. Tujuan instruksional khusus (Indikator khusus) : Kemampuan lebih terbatas
dan harus dapat diukur pada saat berlangsunganya prose belajar mengajar.
2. Materi atau Bahan ajar
Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya, lingkungan orangorang, alat-alat, dan ide-ide. Tugas utama seorang guru adalah menciptakan lingkungan
tersebut, untuk mendorong siswa melakukan interaksi yang produktif dan memberikan,
dirancang dalam suatu rencana mengajar. Dalam menentukan materi pembelajaran atau
bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Dalam hal ini,
materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk :
a) Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling
berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan
menspesifikasi hubungan-hubungan antara variabel-variabel dengan maksud
menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
b) Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan- kekhususan,
merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
c) Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari
analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
d) Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan
hubungan antara beberapa konsep.
e) Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang
harus dilakukan peserta didik.
f) Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari
terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
g) Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam
materi.

h) Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas suatu uraian atau pendapat.
i) Defmisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam
garis besarnya.
j) Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam
upaya mencapai tujuan kurikulum.
Topik-topik atau sub-sub topik tersebut tersusun dalam sekuens tertentu
yang membentuk suatu sekuens bahan ajar. Ada beberapa cara untuk menyusun
sekuens bahan ajar, yaitu :
a) Sekuens kronologis; susunan materi pembelajaran yang mengandung urutan
waktu.
b) Sekuens kausal; susunan materi pembelajaran yang mengandung hubungan
sebab-akibat.
c) Sekuens struktural; susunan materi pembelajaran yang mengandung struktur
materi.
d) Sekuens logis dan psikologis; sekuensi logis merupakan susunan materi
pembelajaran dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan, dari yang
sederhana menuju kepada yang kompleks. Sedangkan sekuens psikologis
sebaliknya dari keseluruhan menuju bagian-bagian, dan dari yang kompleks
menuju yang sederhana. Menurut sekuens logis materi pembelajaran disusun
dari nyata ke abstrak, dari benda ke teori, dari fungsi ke struktur, dari
masalah bagaimana ke masalah mengapa.
e) Sekuens spiral ; susunan materi pembelajaran yang dipusatkan pada topik
atau bahan tertentu yang populer dan sederhana, kemudian dikembangkan,
diperdalam dan diperluas dengan bahan yang lebih kompleks.
f) Sekuens rangkaian ke belakang; dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan
langkah akhir dan mundur kebelakang.
g) Sekuens

berdasarkan hierarki

belajar;

prosedur

pembelajaran

dimulai

menganalisis tujuan-tujuan yang ingin dicapai, kemudian dicari suatu hierarki


urutan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi tersebut.
Hierarki tersebut menggambarkan urutan perilaku apa yang mula-mula harus
dikuasai peserta didik, berturut-berturut sampai dengan perilaku terakhir.

3. Strategi Mengajar
Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang
digunakan dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya
terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu
saja. Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam
melaksanakan pengajaran, mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbiungan dan mengatur
kegiatan, baik yang secara umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran.
Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan bagaimana kurikulum itu
dilaksanakan disekolah. Kurikulum merupakan rencana, ide, harapan, yang harus
diwujudkan secara nyata disekolah, sehingga mampu mampu mengantarkan anak didik
mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang baik tidak akan mencapai hasil yang
maksimal, jika pelaksanaannya menghasilkan sesuatu yang tidak baik bagi anak didik.
Komponen strategi pelaksanaan kurikulum meliputi pengajaran, penilaian, bimbingan dan
penyuluhan dan pengaturan kegiatan sekolah.
4. Organisasi Kurikulum.
Komponen organisasi berkaitan dengan bagaimana materi disusun (diorganisasikan)
sehingga peserta didik memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan. Organisasi
materi dan pengalaman belajar memiliki dua dimensi: horizontal dan vertikal. Organisasi
horizontal menyangkut ruang lingkup dan keterpaduan dari keseluruhan materi. Organisasi
horizontal merupakan kaitan antara satu mata pelajaran dengan pelajaran lain pada kelas
yang sama. Organisasi
vertikal mencakup urutan dan kesinambungan materi pelajaran berupa hubungan
longitudinal/pengalaman belajar peserta didik.
Beberapa jenis organisasi kurikulum yaitu :
1. Mata pelajaran terpisah-pisah (isolated subject).
Kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah sendiri- sendiri tanpa
ada hubungan dengan mata pelajaran lain. Diberikan waktu tertentu tanpa melihat
perbedaan siswa semua dipandang sama.
2. Mata pelajaran berkorelasi (correlated).
Korelasi berpungsi untuk mengurangi kelemahan-kelemahan akibat pemisahan mata
pelajaran.
3. Bidang studi (broad field).

Organisasi kurikulum berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran dan


mengkorelasikan beberapa mata pelajaran dan sejenis yang memiliki ciri-ciri yang sama
dan difungsikan disatu bidang mata pelajaran.
4. Program yang berpusat pada anak (child centered).
Program yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan siswa, bukan pada mata
pelajaran.
5. Inti masalah (core programs).
Core program adalah program berupa unit-unut masalah, dimana masalah diambil dari
suatu mata ajar tertentu, disini bermaksud untuk dapat memecahkan masalah.
6. Eclectic program
Yaitu suatu program mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum yang terpusat
pada mata ajar dan peserta didik.
5. Evaluasi kurikulum
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Evaluasi ditujukan untuk
menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditujukan serta menilai proses pelaksanaan
mengajar secara keseluruhan. Sebagaimana dikemukakan oleh Wright bahwa : curriculum
evaluation may be defined as the estimation of growth and progress of students toward
objectives or values of the curriculum1. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas,
evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan
ditinjau dari berbagai kriteria.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebij akan
pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu
sendiri. Hasil - hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah
dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan
peserta didik, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara
penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.
Ada pun beberapa model evaluasi kurikulum diantaranya;
a) Context; yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis
tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program
yang bersangkutan, seperti : kebijakan departemen atau unit kerja yang
bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai oleh unit kerja dalam kurun
waktu tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi dalam unit kerja yang

bersangkutan, dan sebagainya.


b) Input; bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan
pendidikan, seperti : dokumen kurikulum, dan materi pembelajaran yang
dikembangkan, staf pengajar, sarana dan pra sarana, media pendidikan
yang digunakan dan sebagainya.
c) Process; pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut, meliputi :
pelaksanaan proses belajar mengajar, pelaksanaan evaluasi yang
dilakukan oleh para pengajar, penglolaan program, dan lain-lain.
d) Product, keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan, yang
mencakup ; jangka pendek dn jangka lebih panjang.
Model CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak pada
pandangan bahwa keberhasilan progran pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti :
karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan,
prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. Evaluasi model ini bermaksud
membandingkan kinerja (performance) dari berbagai dimensi program dengan sejumlah
kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan
kelemahan program yang dievaluasi.
Penyempurnaan Pengajaran
1. Hasil-hasil evaluasi, baik evaluasi hasil belajar, maupun evaluasi pelaksanaan
mengajar secara keseluruhan merupakan umpan balik bagi penyempurnaanpenyempurnaan lebih lanjut. Sesuai dengan komponen-komponen yang dievaluasi,
pada dasarnya semua komponen mengajar mempunyai kemungkinan untuk
disempurnakan. Suatu komponen mendapatkan prioritas lebih dulu atau mendapatkan
penyempurnaan lebih banyak, dilihat dari peranannya dan tingkat kelemahannya
(Rowntree, 1974: 150-151). Penyempurnaan juga mungkin dilakukan secara langsung
begitu didapatkan sesuatu informasi umpan balik, atau ditangguhkan sampai jangka
waktu tertentu bergantung pada urgensinya dan kemungkinannya mengadakan
penyempurnaan. Penyempurnaan mungkin dilaksanakan sendiri oleh guru, tetapi
dalam hal-hal tertentu mungkin dibutuhkan bantuan atau saran-saran orang lain baik
sesame personalia sekolah atau ahli pendidikan dari luar sekolah. Penyempurnaan
juga mungkin bersifat menyeluruh atau hanya menyangkut bagian-bagian tertenu.
Semua hal tersebut bergantung pada kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi

Dimensi Kurikulum Nana Syaodih Sukmadinata


Nana Syaodih Sukmadinata (2005) mengemukakan pengertian kurikulum ditinjau
dari tiga dimensi, yaitu:
1) Kurikulum sebagai ilmu
Kurikulum sebagai Ilmu mengkaji konsep, asumsi, teori-teori dan prinsip-prinsip
dasar tentang kurikulum.
2) Kurikulum sebagai sistem
Kurikulum sebagai sistem

menjelaskan

kedudukan

kurikulum

dalam

hubungannnya dengan sistem-sistem lain, komponen-komponen kurikulum,


kurikulum dalam berbagai jalur, jenjang, jenis pendidikan, manajemen
kurikulum, dan sebagainya. an sebagai rencana.
3) Kurikulum sebagai rencana
Kurikulum sebagai rencana diungkap beragam rencana dan rancangan tau desain
kurikulum. Rencana bersifat menyeluruh untuk semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan atau khusus untuk jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Demikian pula, dengan rancangan atau desain, terdapat desain berdasarkan
konsep, tujuan, isi, proses, masalah, kebutuhan siswa.
Dimensi Kurikulum Menurut Purwadi
Purwadi (2003) mengemukakan bahwa kurikulum memiliki enam dimensi, antara
lain:
1) Kurikulum sebagai ide
2) Kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan
panduan dalam melaksanakan kurikulum
3) Kurikulum menurut persepsi pelajar
4) Kurikulum operasional yang dilaksnakan atau dioperasionalkan oleh pengajar
dikelas.
5) Kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik
6) Kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum
Dimensi Kurikulum Menurut S. Hamid Hasan
S. Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah kurikulum
memiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya
saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut, yaitu:
1) Kurikulum sebagai ide
Kurikulum sebagai ide yang dihasilkan melalui teori dan penelitian, terutama di
bidang kurikulum dan pendidikan.
2) Kurikulum sebagai rencana tertulis
Kurikulum sebagai rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai
suatu ide yang meliputi tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
3) Kurikulum sebagai suatu kegiatan

Kurikulum sebagai suatu kegiatan yang merupakan implementasi dari kurikulum


sebagai rencana tertulis dalam bentuk praktek mengajar.
4) Kurikulum sebagai hasil
Kurikulum sebagai hasil dari yang merupakan konsekuensi dari kurikulum
sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk pencapaian tujuan kurikulum untuk
mencapai perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari peserta didik.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa dimensi kurikulum merupakan sebuah
sistem yang menjadi perwujudan dari kurikulum itu sendiri, dimana satu dimensi
dengan dimensi lainnya saling berhubungan. Mulai dari sebuah ide atau buah
pemikiran yang ditulis menjadi sebuah rencana, kemudian diimplementasikan dalam
bentuk aktivitas atau kegiatan, dan pada akhirnya di evaluasi sehingga membuahkan
hasil.
A. MAKNA DIMENSI KURIKULUM
Bila kita merujuk pada dimensi pengertian dari S. Hamid Hasan 1988, maka dapat
dengan mudah mengungkap ke empat dimensi kurikulum tersebut bila dikaitkan dengan
pengertian kurikulum. Dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling berhubungan.
Berikut adalah uraiannya:
1) Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi ide
Pengertian kurikulum sebagai dimensi yang berkaitan dengan ide pada dasarnya
mengandung makna bahwa kurikulum itu adalah sekumpulan ide yang akan
dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum selanjutnya. Ide ada pada setiap
orang. Seorang siswa memiliki satu ide kurikulum apabila ia berbicara tentang apa
yang sebenarnya menjadi tujuan suatu kegiatan pendidikan dan bagaimana kegiatan
tersebut dilaksanakan. Tentu saja apa yang difikirkannya itu sesuai dengan tingkat
pengetahuan dari wawasan yang dimilikinya. Untuk tingkat siswa, keinginan atau
harapan itu lebih berdasarkan kepentingan lingkungan yang sangat individual.
Guru harus memiliki kurikulum sebagai ide. Kurikulum ini yang kemudian
digunakannya untuk membaca dan menafsirkan apa yang tertera dalam dokumen
kurikulum. Sebagai guru sangat sukar, bahkan barangkali tidak mungkin, untuk
merealisasikan idenya tersebut untuk menjadi suatu kurikulum nasional ataupun
local. Kalaupun apa yang tertera dalam kurikulum nasional bersesuaian dengan apa
yang difikirkannya, hal tersebut adalah lebih banyak sebagai suatu kebetulan.
Meskipun demikian, guru bukanlah instansi terakhir yang paling berwenang
menentukan apa yang akan terjadi di kelas, oleh karena itu dalam merencanakan
kegiatan kelas ide guru adalah yang berlaku.

Berikut pengertian-pengertian kurikulum yang berkaitan dengan dimensi ini,


diantaranya:
a) ...the content of intruction without refernce to instructional ways or means
(Henry C. Marrison, 1940).
b) ...curriculum is the substance of the school program. It is the content pupils are
expected to learn (Donald E. Orlosky and B. Othanel Smith, 1978)
c) ...curriculum it self is a construct or concept, a verbalization of an extremely
complex idea or set of ideas (Oliva, 1997).
2) Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi rencana
Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan
perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide. Makna dari dimensi kurikulum ini
adalah sebagai seperangkat rencana dan cara mengadministrasikan tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggarakan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis memiliku format tertentu. Di Indonesia kita mengenal
format matriks yang digunakan kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994,
dan seterusnya.
Pengertian-pengertian

kurikulum

yang

berkaitan

dengan

dimensi

ini,

diantaranya:
a) ...A curriculum is a plan for learning; therefore, what is known about the
learning process and the development of the individual has bearing on the
shaping of curriculum (Hilda Taba).
b) ...all planned learning outcomes for which the school is responsible (W.
Popham and Eva L. Baker, 1970).
c) ...the planned and guided learning experiences and intended learning outcomes
formulated through the systematic reconstruction of knowledge and experiences
of the school, for learners continuous and will full growth in personal-social
competence (Danial Tanner and Laurel Tanner, 1975).
3) Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi aktivitas (kegiatan)
Makna kurikulum bila dikaitkan dengan dimensi aktivitas

memiliki arti

kurikulum merupakan segala aktifitas dari guru dan siswa dalam proses
pembelajaran disekolah. Secara teoritis dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan
dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis.
Kurikulum sebagai suatu aktivitas merupakan dimensi kurikulum yang langsung
berhadapan dengan realita lapangan. Disinilah dimensi ide diuji. Apakah ide
nasional kurikulum dikenal dan diakui para pelaksana di lapangan ataukah tidak.
Kalau dikenal apakah ide tersebut diterima dan dikembangkan oleh para pelakasana.
Persoalan ini adalah persoalan kurikulum yang paling kritis dalam keseluruhan

proses pengembangan kurikulum. Oleh karena itu (Waring 1979) mengingatkan


bahwa apabila apa yang terjadi di lapangan berbeda secara prinsipal dengan ide
semula maka kurikulum yang diimplementasiaknnya bukan kurikulum semula.
Dimensi kurikulum sebagai kegiatan (implementasi) terdiri atas dua aspek
utama.

Pertama adalah aspek perencanaan guru. Disini guru mengembangkan

kurikulum sebagai rencana dan kegiatan tertulis yang dalam konteks pendidikan
Indonesia dikenal dengan nama satuan pelajaran (Satpel) atau sekarang disebut RPP.
Pada dasarnya, satpel ini adalah penafsiran tertulis guru mengenai mengenai apa
yang ada pada dokumen tertulis kurikulum nasional. Dengan demikian satpel dapat
diartikan sebagai kurikulum tertulis guru.
Dimensi kurikulum sebagai suatu kegiatan inilah yang menentukan apa yang
diperoleh siswa. Jadi, hasil belajar siswa ditentukan oleh kurikulum yang dialaminya
dan bukan oleh kurikulum dalam bentuk sebagai suatu rencana tertulis. Artinya, apa
yang sesungguhnya dialami siswa tidak dapat dikenakan pada kurikulum
sebagaimana yang ditetapkan oleh menteri Pendidikan Nasional.
Pengertian-pengertian kurikulum yang berkaitan dengan

dimensi

ini,

diantaranya :
a) ...the curriculum [is a design, made] by all of those who are most intimately
concerned with the activities of the life of the children while they are inschool...a
curriculum must be as flexibel as life and living. It cannot be made beforehand
and given to pupils and teachers to install. [also it/...represents those learning
each child selects, accepts, and incorporates into himself to act with, in, and
upon in subsequent experiences (L. Thomas Hopkins, 1941).
b) [the curriculum is] the...stream of guided activities that constitutes the life of
young people and their elders. [in a much earlier book, Rugg disapprovingly
spoke of the traditional curriculum as one...passing in description of earlier
cultures and to perpetuating dead languanges and abstract techniques which
were useful to no more than a negligible fraction of our population (Harold
c)

Rugg, 1947).
All of the activities that are provided for student by the school constitutes its

curriculum (Harold Alberty, 1953).


4) Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi hasil
Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum
sebagai suatu kegiatan. Definisi kurikulum sebagai dimensi hasil memandang
kurikulum itu sangat memperhatikan hasil yang akan dicapai oleh siswa agar sesuai

dengan apa yang telah direncanakan dan yang menjadi tujuan dari kurikulum
tersebut.
Pengertian-pengertian

kurikulum

yang

berkaitan

dengan

dimensi

ini,

diantaranya :
a) ...a structured series of intended learning outcomes (Mauritz Johnson, Jr.,
1967).
b) Curriculum is defined as a plan for achieving intended learning outcomes; a
plan concerned with purposes, with what is to be learned and with the result of
instruction (Unruh and Unruh, 1984).
c) segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh hasil yang
diharapkan dalam situasi di dalam ataupun di luar sekolah (Hilda Taba dalam
Nasution, 1993)
A. Tahapan Penyusunan Kurikulum
Langkah awal yang harus dilakukan dalam menyusun kurikulum adalah dengan
melakukan analisis SWOT dan Tracer Study serta Labor Market Signals, seperti
tergambar dalam skema proses penyusunan kurikulum dibawah ini.
Tracer Study
Need Assessment
(Market Signal)

Analisis SWOT
Kemampuan PS
(Scientific Vision)

Profil Lulusan
Tujuan Pendidikan
(Kompetensi)

Kompetensi Lulusan
Mata Pelajaran
Bahan Kajian
Bahan Ajar
Kedalamam Materi Pelajaran

Distribusi Materi Pelajaran

Rancangan Pembelajaran

Metode Pembelajaran

Menyusun Struktur Kurikulum

Dalam penyusunan kurikulum yang sering dilakukan dari analisis hal-hal di atas
adalah menentukan tujuan pendidikan. Sekolah

yang dilengkapi dengan bahan ajar

(silabus) untuk setiap mata pelajaran


Alternatif penyusunan kurikulum yang berbasis pada kompetensi yang diusulkan,
dimulai dengan langkah-langkah berikut :
1. Penyusunan profil lulusan, yaitu peran dan fungsi yang diharapkan dapat dijalankan oleh
lulusan nantinya di masyarakat.
2. Penetapan kompetensi lulusan berdasarkan profil lulusan yang telah diancangkan tadi.
3. Penentuan Bahan Kajian yang terkait dengan bidang IPTEK program studi.
4. Penetapan kedalaman dan keluasan kajian

yang dilakukan dengan menganalisis

hubungan antara kompetensi dan bahan kajian yang diperlukan.


5. Merangkai berbagai bahan kajian tersebut kedalam mata pelajaran.
6. Menyusun struktur kurikulum dengan cara mendistribusikan mata pelajaran tersebut
dalam semester.
7. Mengembangkan Rancangan Pembelajaran.
8. Memilih metode pembelajaran yang tepat untuk mencapai kompetensinya.
1. Penetapan profil lulusan.
Yang dimaksudkan dengan profil adalah peran yang diharapkan dapat dilakukan
oleh lulusan program studi di masyarakat/ dunia kerja.
Profil ini adalah outcome pendidikan yang akan dituju.
Dengan menetapkan profil, sekolah dapat memberikan jaminan pada calon
peserta didik

supaya

bisa

menjadi apa saja

setelah ia menjalani semua proses

pembelajaran di program studinya. Untuk


2. Perumusan kompetensi lulusan.
Kompetensi lulusan bisa didapat lewat kajian terhadap tiga unsur yaitu nilai-nilai
yang dicanangkan oleh sekolah, visi keilmuan dari program studinya, dan kebutuhan
masyarakat.
Kompetensi ini terbagi dalam dua katagori yaitu kompetensi utama, kompetensi
pendukung yang akhirnya menjadi rumusan kompetensi lulusan.
3. Pengkajian kandungan elemen kompetensi .
Ada lima elemen kompetensi yang

diwajibkan

dalam

Kepmendiknas

No.045/U/2002 yaitu :
a. landasan kepribadian
landasan kepribadian yang lebih bersifat softskills, nantinya bisa diselipkan dalam
bentuk hidden curriculum.
b. penguasaan ilmu dan keterampilan

penguasaan ilmu dan ketrampilan , maka bisa diajarkan dalam bentuk mata
pelajaran.
c. kemampuan berkarya
kemampuan berkarya, maka kompetensi tersebut bisa ditempuh dengan praktek
d.

kerja tertentu.
sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan

keterampilan yang dikuasai


e. pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam
berkarya.
f. pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat, maka kompetensi tersebut bisa
diperoleh dengan strategi praktek kerja di masyarakat.

Setiap kompetensi lulusan dianalisis apakah mengandung satu atau lebih elemenelemen kompetensi tersebut. Untuk menganalisis adanya muatan elemen kompetensi di
setiap kompetensi, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan ngecek
kemungkinan strategi pembelajaran yang akan diterapkan untuk mencapai kompetensi
tersebut. Pemeriksaan keterkaitan rumusan kompetensi lulusan dengan elemen
kompetensi ini dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa kurikulum yang kita susun telah
mempertimbangkan unsur-unsur dasar dari kurikulum yang disarankan oleh UNESCO
(learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together) dan
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (landasan kepribadian).
4. Pemilihan bahan kajian .
Bahan kajian adalah suatu bangunan ilmu, teknologi atau seni , obyek yang
dipelajari, yang menunjukkan ciri cabang ilmu tertentu, atau dengan kata lain
menunjukkan bidang kajian atau inti keilmuan suatu program studi. Bahan kajian
merupakan pengetahuan/bidang kajian yang akan dikembangkan , keilmuan yang sangat
potensial atau dibutuhkan masyarakat untuk masa datang. Pilihan bahan kajian ini sangat
dipengaruhi oleh visi keilmuan program studi yang bersangkutan, yang biasanya dapat

diambil dari program pengembangan program studi (misalnya diambil dari pohon
penelitian program studi).
5.

Menyusun struktur kurikulum


Penyajian mata pelajaran dalam semester ini sering dikenal sebagai struktur

kurikulum. Secara teoritis terdapat dua macam pendekatan struktur kurikulum, yaitu :
a. Pendekatan seri
Pendekatan seri adalah pendekatan yang disusun berdasarkan tema yang
menghasilkan kompetensi secara bertahap dari yang sederhana sampai yang komplek.
b. Pendekatan parallel
Pendekatan parallel adalah pendekatan yang disusun menjadi beberapa blok dan
setiap blok menghasilkan kompetensi secara tuntas.

2.1 Bagian Struktur Kurikulum 2013


2.21
Kompetensi Inti
Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta Didik pada setiap tingkat
kelas atau program yang menjadi landasan Pengembangan Kompetensi dasar.
Kompetensi Inti dimaksud pada mencakup: sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan yang berfungsi sebagai pengintegrasi muatan
Pembelajaran, mata pelajaran atau program dalam mencapai Standar Kompetensi
2.22

Lulusan.
Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan tingkat kemampuan dalam konteks muatan
pembelajaran, pengalaman belajar, atau mata pelajaran yang mengacu pada
Kompetensi inti.
Kompetensi dasar dikembangkan dalam konteks muatan Pembelajaran,

pengalaman belajar, mata pelajaran atau mata kuliah sesuai dengan kompetensi inti.
2.23
Muatan Pembelajaran
1) Muatan umum untuk SMA/MA, SMALB dan SMK/MAK;
2) Muatan peminatan akademik SMA/MA dan SMK/MAK;
3) Muatan pilihan lintas minat atau pendalaman minat untuk SMA/MA, SMALB;
4) Muatan peminatan kejuruan untuk SMK/MAK; dan
5) Muatan pilihan lintas minat atau pendalaman minat untuk SMK/MAK.
2.24 Mata Pelajaran
Pendidikan Menengah terdiri atas :
Muatan umum untuk SMA/MA, SMALB dan SMK/MAK; terdiri atas muatan :
1) pendidikan agama;
2) pendidikan kewarganegaraan;

3) bahasa;
4) matematika;
5) ilmu pengetahuan alam;
6) ilmu pengetahuan sosial;
7) seni dan budaya;
8) pendidikan jasmani dan olahraga;
9) keterampilan/kejuruan; dan
10) muatan local
Muatan peminatan akademik SMA/MA atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas:
1) matematika dan ilmu pengetahuan alam;
2) ilmu pengetahuan sosial;
3) bahasa dan budaya; atau
4) peminatan lainnya.
2.25
Beban Belajar
2.2 Struktur Kurikulum 2013
Struktur kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi untuk sekolah
dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan sekolah menengah
kejuruan seperti yang disajikan dalam materi uji public Kurikulum 2013, dan juga materi
sosialisasi Kurikulum 2013 (Kemendiknas, 2013) dapat dikemukakan sebagai berikut.

You might also like