You are on page 1of 6

A.

Latar Belakang
Keseimbangan alam sering terganggu akibat ulah manusia, es di kutub mencair setiap
harinya, hutan-hutan terbakar secara tiba-tiba oleh raoleh radiasi sinar matahari. Pemanasan
global sudah mengancam bumi.
Pemanasan global itu berawal dari industri yang menghasilkan bahan-bahan yang
berbahaya bagi ozon seperti CO2 dan CFC. Zat yang dinamakan CFC (Kloro Floro Karbon)
banyak digunakan sebagai pelarut dalam pembersih alat-alat elektronik seperti kulkas dan
AC.
Secara umum, setiap rumah didunia memiliki setidaknya satu AC dan satu kulkas.
Berdasarkan itu kita bisa bayangkan berapa banyak CFC yang digunakan diseluruh dunia. Itu
belum termasuk penggunaan CFC dikantor-kantor dan gedung-gedung bertingkat.
Berbagai negara di duniapun mulai mengurangi penggunaan CFC, termasuk di Indonesia.
Namun, tidak semua orang benar-benar pahan bagaimana CFC dapat merusak bumi.
A. Pengertian CFC dan Ozon
CFC adalah klorofluorokarbon, yaitu senyawa-senyawa yang mengandung atom
karbon dengan klorin dan fluorin terikat padanya. Dua CFC yang umum adalah CFC-11
(Trichloromonofluoromethane atau freon 11) dan CFC-12 (Dichlorodifluoromethane)
CFC merupakan zat-zat yang tidak mudah terbakar dan tidak terlalu toksik.
Satu buah molekul CFC memiliki masa hidup 50 hingga 100 tahun dalam atmosfer sebelum
dihapuskan
OZON (O3) adalah molekul yang terdiri dari tiga atom oksigen yang berbentuk gas
pada suhu kamar. Ikatan antaratom oksigen dalam molekul ozon ini agak lemah dibandingkan
dengan molekul oksigen yang terdiri atas dua atom (O2), sehingga salah satu dari ketiga atom
oksigennya mudah lepas dan bereaksi dengan molekul yang lain.
Ozon merupakan bahan yang beracun. Gas ini sangat reaktif dan banyak digunakan
untuk bahan pemucat (bleaching), penghilang bau, dan sterilisasi. Ozon terutama terbentuk
dan terurai di daerah ekuator di mana terdapat hutan tropis yang cukup luas.
B. MEKANISME PERUSAKAN LAPISAN OZON
Dalam waktu kira-kira 5 tahun, CFC bergerak naik dengan perlahan ke dalam stratosfer
(10 50 km). Molekul CFC terurai setelah bercampur dengan sinar UV, dan membebaskan
atom KLORIN. Atom klorin ini berupaya memusnahkan ozon dan menghasilkan LUBANG
OZON..

Lubang ozon di Antartika disebabkan oleh penipisan lapisan ozon antara ketinggian
tertentu seluruh Antartika pada musim semi. Pembentukan lubang tersebut terjadi setiap
bulan September dan pulih ke keadaan normal pada lewat musin semi atau awal musim
panas.
Dalam bulan Oktober 1987, 1989, 1990 dan 1991, lubang ozon yang luas telah dilacak
di seluruh Antartika dengan kenaikan 60% pengurangan ozon berbanding dengan permukaan
lubang pra-ozon. Pada bulan Oktober 1991, permukaan terendah atmosfer ozon yang pernah
dicatat telah terjadi di seluruh Antartika.
Pada zaman sekarang, banyak sekali kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi,
barang yang dibutuhkan oleh masyarakat sekarang banyak sekali yang menggunakan CFC.
Sebagian dari mereka menggunakan CFC dengan cara yang tidak terkira banyaknya. Selama
bertahun-tahun, senyawa-senyawa kimia tersebut secara luas dipakai untuk berbagai
keperluan, seperti:
1.

Alat-alat pendingin ruangan (air conditioner/AC)


CFC yang digunakan pada alat pendingin ruangan (air conditioner/AC) lebih dikenal dengan
freon yang digunakan sebagai pendingin.

2.

Media pendingin di lemari es


Sama halnya seperti AC, pada kulkas terdapat CFC yang digunakan sebagai pendingin
walaupun tidak berpengaruh terlalu banyak coba bayangkan apabila seluruh masyarakat di
dunia ini menggunakan lemari es berapa banyak CFC yang terbuang tiap harinya.

3.

Bahan pelarut
CFC yang terdapat pada bahan pelarut banyak digunakan bagi kilang-kilang elektronik.
sebagai pelarut untuk pembersih dan untuk tujuan pengeringan minyak.

4.

Bahan dorong
CFC digunakan sebagai bahan dorong dalam penyembur (aerosol), diantaranya kaleng
semprot pengharum ruangan, penyemprot rambut, minyak wangi (parfum).
5.

Proses pembuatan plastik

untuk menghasilkan plastik busa seperti busa polistirena atau poliuretana yang memuai
Selain itu CFC juga banyak digunakan sebagai blowing agent dalam proses pembuatan foam
(busa), sebagai cairan pembersih (solvent), bahan aktif untuk pemadam kebakaran, bahan
aktif untuk fumigasi di pergudangan, pra-pengapalan, dan produk-produk pertanian dan
kehutanan.

CFC dapat merusak lapisan ozon. Pada lapisan atmosfir yang tinggi, ikatan C-Cl akan
terputus menghasilkan radikal-radikal bebas klorin. Radikal-radikal inilah yang merusak
ozon. CFC sekarang ini telah digantikan oleh senyawa-senyawa yang lebih ramah
lingkungan.
CFC juga bisa menyebabkan pemanasan global. Satu molekul CFC-11 misalnya,
memiliki potensi pemanasan global sekitar 5000 kali lebih besar ketimbang sebuah molekul
karbon dioksida. Di Indonesia, manifestasi pemanasan global, antara lain, terganggunya
siklus hidro-orologis yang telah merusak sebagian besar sumber daya air (SDA) di Indonesia.
Juga, meluasnya areal lahan kering. Itu harus disikapi dengan pencarian bibit unggul tanaman
pangan lahan kering. Juga, meluasnya lahan bera (lahan yang tidak bisa ditanami) sebagai
akibat terjangan intrusi air laut.
Baru-baru ini, Inter-governmental Panel on Cimate Change (IPCC) memublikasikan
hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara. Isinya sangat mengejutkan. Selama tahun
1990-2005, ternyata telah terjadi peningkatan suhu merata di seluruh bagian bumi, antara
0,15 - 0,3 C. Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 (32
tahun dari sekarang) lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh.
Jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi kekurangan air tawar,
sehingga kelaparan pun akan meluas di seantero jagat. Udara akan sangat panas, jutaan orang
berebut air dan makanan. Napas tersengal oleh asap dan debu. Rumah-rumah di pesisir
terendam air laut. Luapan air laut makin lama makin luas, sehingga akhirnya menelan seluruh
pulau. Harta benda akan lenyap, begitu pula nyawa manusia.
Ozon mengabsorpsi radiasi ultraviolet yang dipancarkan matahari. Radiasi ini
mempunyai panjang gelombang di bawah 400 nm. Spektrum dari radiasi ini, yang terletak
pada panjang gelombang di antara 290 nm - 320 nm, lebih dikenal dengan istilah radiasi UVB. Telah terbukti bahwa peningkatan dosis radiasi UV-B yang mencapai bumi
mengakibatkan meningkatnya kasus penyakit kanker kulit, menurunkan hasil panen, dan
sangat mempengaruhi kehidupan plankton dan larva ikan laut Di lapisan stratosfer ozon
merupakan lapisan pelindung yang melindungi bumi dari spektrum radiasi matahari yang
berbahaya untuk kehidupan.
Tanpa adanya filter dari lapisan ozon, akan lebih banyak radiasi UV-B yang
menembus atmosfer dan akan mencapai ke permukaan bumi. Beberapa studi eksperimen
terhadap tumbuhan, binatang, dan uji klinis terhadap manusia menunjukkan adanya efek yang

berbahaya bila terpapar radiasi UV-B secara berlebihan. Di permukaan bumi atau di lapisan
troposfer ozon merupakan gas polutan yang keberadaannya harus diusahakan minimum.
Karena di permukaan bumi, ozon bisa berkontak langsung dengan lingkungan atau kehidupan
dan menunjukkan sisi destruktifnya. Oleh karena itu, ozon di lapisan ini Biasa disebut ozon
Jelek karena ozon bereaksi sangat kuat dengan molekul lain, ozon dengan konsentrasi tinggi
berbahaya bagi kehidupan
Beberapa studi mendokumentasikan adanya efek yang berbahaya dari ozon terhadap
produksi panen, pertumbuhan, hutan dan kesehatan manusia. Efek ini kontras dengan efek
ozon stratosfer yang menguntungkan. Oleh sebab itu, keberadaan ozon di atmosfer
mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan di bumi ini. Mengingat hal tersebut
maka keberadaan ozon di atmosfer harus selalu dipantau agar dapat diupayakan tindakantindakan antisipasi yang diperlukan.

Penanggulangan CFC

Seperti yang telah kita ketahui, Dunia mulai memperhatikan dampak CFC terhadap
bumi kita. Sejak tahun 1975, dikhawatirkan aktivitas manusia akan mengancam lapisan
ozon. Oleh karena itu, atas permintaan United Nations Environment Programme (UNEP),
WMO memulai Penyelidikan Ozon Global dan Proyek Pemantauan untuk mengkoordinasi
pemantauan dan penyelidikan ozon dalam jangka panjang. Semua data dari pemantauan di
seluruh dunia diantarkan ke Pusat Data Ozon Dunia di Toronto, Kanada, yang tersedia kepada
masyarakat ilmiah internasional.
Pada tahun 1977, pertemuan pakar UNEP mengambil tindakan Rencana Dunia
terhadap lapisan ozon. Dan tahun 1987, ditandatangani Protokol Montreal, suatu perjanjian
untuk perlindungan terhadap lapisan ozon. Protokol ini kemudian diratifikasi oleh 36 negara
termasuk Amerika Serikat.
Pada tahun 1990 Pelarangan total terhadap penggunaan CFC sejak diusulkan oleh
Komunitas Eropa (sekarang Uni Eropa) pada tahun 1989, yang juga disetujui oleh Presiden
AS, George Bush. Dan tahun 1991, untuk memonitor berkurangnya ozon secara global,
National Aeronautics and Space Administration (NASA) meluncurkan Satelit Peneliti
Atmosfer yang digunakan untuk mengukur variasi ozon pada berbagai ketinggian dan
menyediakan gambaran jelas pertama tentang kimiawi atmosfer di atas.

Pada tahun 1995, lebih dari 100 negara setuju untuk secara bertahap menghentikan
produksi pestisida metil bromida di negara-negara maju. Bahan ini diperkirakan dapat
menyebabkan pengurangan lapisan ozon hingga 15 persen pada tahun 2000. Kemudian
ditahun yang sama, disetujui CFC tidak diproduksi lagi di negara maju pada akhir tahun dan
dihentikan secara bertahap di negara berkembang hingga tahun 2010. Hidrofluorokarbon
atau HCFC, yang lebih sedikit menyebabkan kerusakan lapisan ozon bila dibandingkan CFC,
digunakan sementara sebagai pengganti CFC.
Indonesia telah menjadi negara yang turut menandatangani Konvensi Vienna maupun
Protokol Montreal sejak ditetapkannya Keputusan Presiden No 23 Tahun 1992. Berdasarkan
Keputusan Presiden itu, Indonesia juga punya kewajiban untuk melaksanakan program
perlindungan lapisan ozon (BPO) secara bertahap.
Secara nasional Indonesia telah menetapkan komitmen untuk menghapus penggunaan
BPO (Bahan Perusak Lapisan Ozon) pada akhir tahun 2007, termasuk menghapus
penggunaan freon dalam alat pendingin pada tahun 2007. Untuk mencapai target
penghapusan CFC pada tahun 2007, Indonesia telah menyelenggarakan beberapa program.
Dana untuk program penghapusan CFC diperoleh dalam bentuk hibah dari Dana Multilateral
Montreal Protocol (MLF), di mana UNDP menjadi salah satu lembaga pelaksana. Dengan
dukungan dari UNDP, Indonesia telah melaksanakan 29 proyek investasi tersendiri di sektor
busa dan 14 proyek investasi tersendiri di sektor pendinginan. Pekerjaan di kedua sektor ini
telah membantu mengurangi produksi CFC Indonesia sebanyak 498 ton metrik dan 117 ton
metrik di masing-masing sektor.
Hal ini juga didukung oleh Peraturan Departemen Industri No.33 Tahun 2007 yang
akan melarang penggunaan CFC (klorofloro karbon atau freon) untuk proses manufaktur
mulai Juli 2008. Indonesia berencana untuk melarang impor metil bromida dan CFC yang
merupakan BPO, mulai 1 Januari 2008, atau dua tahun lebih cepat dari tenggat waktu yang
ditargetkan Protokol Montreal untuk penghapusan CFC di negara-negara berkembang, dan
tujuh tahun lebih cepat untuk penghapusan metil bromida.
Sesungguhnya penipisan ozon ini dipicu dari tingginya pemakaian CFC, namun guna
menormalkan kembali kondisi ozon, diperlukan kerja sama yang baik dari semua pihak.
Tindakan yang dapat kita lakukan saat ini demi memelihara lapisan ozon, misalnya mulai
mengurangi atau tidak menggunakan lagi produk-produk rumah tangga yang mengandung
zat-zat yang dapat merusak lapisan pelindung bumi dari sinar UV ini. Untuk itu, diperlukan
upaya meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam program perlindungan
lapisan ozon, pemahaman mengenai penanggulangan penipisan lapisan ozon,

memperkenalkan bahan, proses, produk, dan teknologi yang tidak merusak lapisan ozon. Bila
tidak, maka proses penipisan ozon akan semakin meningkat dan mungkin saja akan
menyebabkan lapisan ini tidak dapat dikembalikan lagi ke bentuk aslinya.
Walaupun begitu, tetap saja penggunaan CFCtidak akan mudah lepas begitu saja dari
kehidupan manusia. Penghapusan penggunaan CFC di Indonesia, tampaknya tidak mudah
dilakukan. Terutama karena alat-alat pendingin yang ada sekarang, misalnya kulkas dan AC,
mayoritas masih menggunakan tekhnologi berbasis CFC. Untuk mengantisipasi penggunaan
CFC berlebihan, telah ditemukan cara yang dinilai sangat bermanfaat. Yakni melakukan daur
ulang CFC, dan mencari bahan alternatif pengganti.
Mendaur ulang CFC, dibutuhkan alat yang disebut Recovery CFC. Alat canggih
seharga 60 juta rupiah ini, dinilai sangat membantu mengurangi kebocoran molekul CFC ke
udara. Cara kerja alat Recovery CFC, sangat sederhana. CFC lama di dalam alat pendingin,
tak perlu lagi diganti. Tapi cukup mendaur ulang, sehingga menghasilkan CFC baru. Namun
mengurangi dampak penggunaan CFC, tak hanya dilakukan dengan cara daur ulang. Namun
juga dapat melalui penggunaan bahan alternatif pengganti. Salah satunya Hydro Floro
Carbon atau HFC.

You might also like