You are on page 1of 4

BAB IV

LAMBUNG

USUS

Waktu

VITALONG C SUSTAINED RELEASE (BUTIR)

(menit)

TERTINGGAL
Kelas A
Kelas B
Kelas C
Kelas D
50
44
41
50
44
41
50
44
41
50
40
41
50
40
41
50
40
50
40
VITALONG C SUSTAINED RELEASE (BUTIR)

5
10
15
20
25
30
Waktu
(menit)

5
10
15
20
25
30
Waktu
(menit)
5
10
15
20
25
30

TERTINGGAL
Kelas B
Kelas C
Kelas D
3
1
2
1
2
3
1
2
25 24
20
23
20
25 23
16
20
20
25 23
14
19
20
25 22
14
19
20
25 21
11
18
19
25 20
8
24 25 25 18
19
PARASETAMOL (BUTIR) TERTINGGAL
Kelas A
Kelas B
Kelas C
Kelas D
1
2
3
1
2
1
2
3
1
2
14 0
5
9
2
5
12
6
0
1
3
2
4
7
2
0
0
1
2
3
5
2
0
0
1
1
3
3
1
0
0
0
0
3
2
1
0
0
0
0
0
2
2
1
2
Kelas A
1
2
25 25
24 25
24 25
24 25
24 25
24 25

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Bioadhesif

4.2. Pembahasan

Pada praktikum Bioadhesif ini menggunakan usus dan lambung yang didapat dari tikus yang terlebih
dahulu dibunuh dengan eter lalu dibedah pada bagian abdominal dan diambil usus dan lambungnya.
Kemudian isi lambung dibersihkan dan di bilas dengan naoh fisiologis lambung dibelah memanjang
ke bawah dan bilas kembali , begitupun dengan usus dibersihkan dan di bilas nacl fisiologis lalu
dibelah dan untuk usus dipotong tiap 4 cm.

Lambung yang sudah dibersihkan di lem dengan power glue pada plat alumunium bagian yang
terkena lem adalah bagian luar lambung. Untuk usus yang telah dipotong di lem di kaca objek dengan
lem power glue dan yang terkena lem bagian luar usus. Pada lambung yang sudah dilem diletakan
granul berpolimer yaitu vitalong c dan untuk usus selain granul vitalong c digunakan juga granul
paracetamol yang tidak berpolimer. Untuk identifikasi bioadhesif kali ini digunakan dua metode yaitu
untuk lambung digunakan uji bioadhesif invitro sedangkan untuk usus dengan uji Wash off.
Bioadhesif invitro
Jaringan lambung dibuka, dilekatkan pada penyokong aluminium kemudian ditempatkan dalam sel
silindris dengan kemiringan 45oC , hal ini untuk menyesuaikan dengan kemiringan lambung dalam
tubuh. Granul yang melekat pada jaringan lambung dielusi dengan cairan lambung buatan pada suhu
37+0,5oC yang mana adalah suhu normal dalam tubuh selama 30 menit dengan kecepatan aliran
22mL/menit untuk mengikuti laju aliran yang ada dalam lambung. Hitung granul yang melekat pada
mukosa lambung.
Gambar alat uji bioadhesive dapat dilihat ada gambar di bawah ini:
A = Termostat
B = Pompa peristaltic
C = Jaringan mukosa
D = Penampung granul

E = Sel silindris (penahan jaringan mukosa)


Uji Wash-off
Jaringan lambung ditempelkan pada kaca objek menggunakan lem power glue. Ujung jaringan
dikunci dengan paraffin film. Sejumlah 25 butir granul disebarkan atau ditempelkan pada mukosa
lambung usus halus secara merata, kemudian ditempatkan pada tabung kaca dan dimasukkan kedalam
alat uji desintegrasi. Alat uji desintegrasi digerakkan naik turun 30 kali per menit. Jumlah granul yang
melekat dihitung setiap 5 menit selama 30 menit.
Dari hasil pada uji bioadhesif invitro pada lambung setelah pengamatan selama 30 menit
menggunakan granul vitalong c pada kelas A dan C didapatkan granul yang tertinggal 100% yang
berarti tidak ada granul vitalong c yang lepas. Hal ini sesuai dengan teori karena vitalong c merupakan
granul berpolimer yang memiliki sifat bioadhesif yang mana akan memiliki daya lekat lebih lama
pada permukaan mukosa lambung yang berati obat memiliki sifat lepas lambat.Sedangkan pada kelas
B dan D granul yang tertinggal 80% yang berarti selama 30 menit ada 10 butir granul yang terlepas
dari mukosa lambung. Ini disebabkan diantaranya penempelan granul pada mukosa lambung yang
kurang baik,letak penetesan cairan nacl fisiologis yang kurang pas , mukosa lambung terkikis. Namun
presentase granul yang tertinggal masih lebih banyak dari yang terlepas hal ini sesuai dengan prinsip
penghantaran obat dengan system mukoadhesif yaitu memperpanjang waktu tinggal obat pada organ
tubuh yang mempunyai lapisan mukosa yang bertujuan untuk meningkatkan bioavailabilitas,
penghantaran yang ditargetkan spesifik ke wilayah tertentu saluran GI, memaksimalkan tingkat
absorpsi karena kontak yang baik dengan menyerap membran, meningkatkan perlindungan obat
dengan polimer enkapsulasi dan memperpanjang waktu transit sehingga memperpanjang waktu
absorpsi.
Pada uji water wash menggunakan usus tikus untuk membandingkan granul yang berpolimer dalam
hal ini vitalong c yang diamati selama 30 menit pada kelas A tidak ada granul vitalong c yang terlepas
sedangkan pada granul parasetamol hanya satu sampel usus yang tersisa granul parasetamol
sedangkan yang sampel lain granul telah lepas seluruhnya, kelas D sampel granul vitalong c yang

tertinggal yaitu 18 dan 19 butir pada dua sampel usus sedangakan granul paracetamol hanya tersisa 1
dan 2 butir saja. Secara keseluruhan praktikum yang dilakukan kelas A,B,C dan D dapat disimpulkan
bahwa jumlah granul vitalong c yang tertinggal atau menempel pada mukosa usus lebih banyak
daripada granul paracetamol . ini membuktikan bahwa vitalong c memiliki sifat bioadhesif yang
berarti memiliki daya lekat yang lebih baik daripada paracetamol karena memang vitalong c didesain
untuk lepas lambat yang akan meningkatkan biovaibilitasnya dan meningkatkan waktu absorbsi.
Melihat dari hasil pengamatan yang diperoleh, baik dengan metode bioadhesif dan wash off terbukti
bahwa obat yang mengandung polimer memiliki kemampuan untuk tinggal pada mukosa lambung
lebih lama dibandingkan dengan obat non plimer. Hal ini dikarenakan tejadinya suatu ikatan antara
membran mukosa dengan granul, sehingga meningkatkan kontak yang lebih baik antara sediaan
dengan jaringan tempat terjadinya absorbsi dan konsentrasi obat yang terabsorbsi lebih banyak dan
diharapkan terjadi aliran obat yang tinggi melalui jaringan tersebut.

Dapus
Katzung, Bertram G, (2004), Basic & clinical pharmacology, 9th Edition, Lange Medical
Books/Mcgraw-Hill: New York, Hal : 6, 152 (e-book version of the text).
Indrawati , Teti, Agoes Goeswin, Yulinah Elin dan Cahyati Yeyet. Jurnal Matematika dan Sains
Jurusan Farmasi FMIPA Institut Sains dan Teknologi Nasional Departemen Farmasi FMIPA ITB
Santus G, Lazzarini C, Bottoni G, Sendefer E, Richard C, Doll W, Ryo Y, Digenis G. An in vitroin
vivo investigation of oral bioadhesive controlled release furosemide formulations. Elsevier. European
Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics. 44 (1997) 41.

You might also like