You are on page 1of 20

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tak lupa pula shalawat serta
salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Ucapan terima
kasih kepada Pak Marzuki Mahmud, selaku dosen Matakuliah Administrasi
Pendidikan yang berkenan membimbing kami sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan tepat waktu.
Makalah ini mengupas Administrasi Pendidikan Konsep Dasar Administrasi
Pendidikan, melalui makalah ini kami mencoba memaparkan pengertian, fungsi,
lingkup, bidang garapan administrasi pendidikan, serta pelaksanaan peran guru yang
memerlukan bantuan dari pemahaman dan keterampilan dalam administrasi pendidikan
di sekolah.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi isi, bentuk, maupun pemaparannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik konstruktif dari pembaca untuk penyempurnaan penulisan
makalah selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat seluas-luasnya
terutama bagi mahasiswa dan calon pendidik khususnya.

Jakarta, 13 Maret 2015


Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................................
A. Pengertian dan Konsep Administrasi Pendidikan...........................................................
1.

Pengertian Administrasi Pendidikan............................................................................

2.

Konsep Administrasi Pendidikan................................................................................

B. Fungsi Administrasi Pendidikan.....................................................................................


1.

Tujuan Pendidikan Menengah.....................................................................................

2. Proses sebagai Fungsi Administrasi Pendidikan Menengah...........................................


C. Lingkup Bidang Garapan Administrasi Pendidikan Menengah....................................
D. Peranan Guru dalam Administrasi Pendidikan.............................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai tenaga kependidikan khususnya guru, wawasan tentang administrasi
pendidikan amat penting karena pemahaman tentang latar kerja guru. Wawasan itu
dapat membantunya mengambil keputusan yang tepat dalam melaksanakan tugas-tugas
yang diembannya.
Dalam hal ini setidaknya para tenaga kependidikan memahami pengertian,
fungsi, lingkup bidang garapan administrasi pendidikan, serta pelaksanaan peran guru
yang memerlukan bantuan pemahaman dan keterampilan dalam administrasi
pendidikan. Untuk itu perlu dipahami pula peranan administrasi pendidikan dalam
pelaksanaan sistem pendidikan nasional serta peranan pendidikan administrasi
pendidikan dengan pencapaian tujuan sekolah.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan adminsitrasi pendidikan?
b. Apa fungsi administrasi pendidikan?
c. Bagaimana ruang lingkup garapan administrasi pendidikan?
d. Bagaimana peranan guru dalam administrasi pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan administrasi pendidikan
2. Untuk memahami fungsi administrasi pendidikan
3. Untuk memahami lingkup garapan administrasi pendidikan
4. Untuk memahami peranan guru dalam administrasi pendidikan

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Konsep Administrasi Pendidikan
1. Pengertian Administrasi Pendidikan
Pengertian administrasi pendidikan akan diterangkan dengan meninjaunya dari
berbagai aspeknya.
Pertama, administrasi pendidikan mempunyai pengetian kerja sama
untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kedua, administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk
mencapai

tujuan

pendidikan.

Proses

itu

dimulai

dari

perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, penilaian.


Ketiga, administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir
sistem. Sistem adlah keseluruhan yang terdiri dari bagian itu berinterksi dalam
suatu untuk merubah menjadi keluaran
Keempat, administrsi pendidikan

juga

dapat

dilihat

dari

segi

memanjemen jika administrasi dilihat dari sudut ini, perhatian tertuju pad usaha
untuk melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam mencapai
tujaun pendidikan sudah mencapai sasaran yang ditetapkan dan apakah dalam
pencapaian tujuan itu tidak terjadi pemborosan.
Kelima, administrasi pendidikan juga

dapat

dilihat

dari

segi

kepemimpinan. Administrasi pendidikan di lihat dari kepemimpinan merupakan


usaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana kemampuan administrator
pendidikan itu apakah ia dapat melaksanakan tut wuri handayani, ing madyo
mangun karso, dan ing ngarso sung tulodho dalam pencapaian tujuan
pendidikan.
Keenam, administrsi pendididkan juga dapa dilihat dari proses
pengambilan keputusan. Kita tahu bahwa melakukan kerja sama dan memimpin
kegiatan sekelompok oranga bukanlah pekerjaan yang mudah. Setiap kali,
administrator dihadapkan kepada bermacam masalah dan ia haru memecahkan
masalah itu.
Ketujuh, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi.
Komunikasi dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk membuat
orang lain mengerti apa yang kita maksudkan, dan kita juga mengerti apa yang
dimaksudkan orang lain itu.
2

Kedelapan, administrasi seringkali di artika dalam pengertian yang


sempit yaitu kegiatan ketatausahaan yang intinya adalah kegiatan rutin catat
menyatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat menyurat
dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan laporan.

2. Konsep Administrasi Pendidikan


Untuk memahami konsep-konsep yang erat hubungannya dengan administrasi
pendidikan di sekolah kita perlu menelusuri konsep sistem pendidikan nasional, dan
sekolah sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional itu.
a. Sistem Pendidikan Nasional
Barangkali cara yang paling baik untuk memahami sistem pendidikan nasional
adalah dengan membaca definisi sistem pendidikan nasional itu dari Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Supaya
otentik dan tidak keliru, ada baiknya dikutip langsung Bab I Pasal 1 Ayat 3 Undangundang tersebut, sebagai berikut:
Sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua
satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya untuk
mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan.
Dalam penjelasan undang-undang tersebut, dikemukakan bahwa sebutan sistem
pendidikan nasional merupakan perluasan dari pengertian sistem pengajaran nasional
seperti yang tertulis dalam Undang-undang Dasar 1945 Bab XIII, Pasal 31 Ayat 2.
Perluasan ini memungkinkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tidak membatasi
pada pengajaran saja, melainkan meluas kepada masalah yang berhubungan dengan
pembentukan manusia Indonesia. Beberapa hal lain yang kita temukan mengenai sistem
pendidikan nasional dalam undang-undang itu adalah: a) Sistem pendidikan nasional
merupakan alat dan sekaligus tujuan yang sangat penting dalam mencapai cita-cita
nasional; b) sistem pendidikan nasional dilaksanakan secara semesta, menyeluruh, dan
terpadu. Semesta diartikan sebagai terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku di seluruh
wilayah negara; menyeluruh diartikan sebagai mencakup semua jalur, jenjang, dan jenis
3

pendidikan; dan terpadu diartikan sebagai kesalingterkaitan sistem pendidikan nasional


itu dengan seluruh usaha pembangunan nasional; c) pengelolaan sistem pendidikan
nasional adalah tanggung jawab menteri P dan K (UUSPN No. 2/89 Pasal 49). Dari
pengertian itu dapat dikemukakan unsur-unsur penting dalam sistem pendidikan yang
akan kita pekai sebagai titik tolak pembahasan.
Pertama, sistem pendidikan nasional mempunyai satuan dan kegiatan. Saruan
pendidikan adalah lembaga kegiatan belajar-mengajar yang dapat mempunyai wujud
sekolah, kursus, kelompok belajar ataupun bentuk lain yang berlangsung dalam
bangunan tertentu atau tidak. Yang terakhir ini misalnya satuan pendidikan yang
penyelenggaraannya menggunakan sistem jarak jauh. Dengan kegiatan pendidikan yang
dimaksudkan untuk semua usaha yang ditujukan dalam mencapai tujuan pendidikan.
Kegiatan itu dapat berlangsung dalam satuan pendidikan atau dalam unit lain yang
terkait, seperti yayasan, Kantor Departemen P dan K di semua tingkat serta dalam
berbagai lembaga di luar Departemen P dan K, dan yang terkait atau yang
menyelenggarakan usaha pendidikan. Dengan perkataan lain, kegiatan yang dimaksud
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh unsur atau komponen sistem dalam mencapai
tujuan pendidikan baik sendiri-sendiri atau melalui interaksi dengan sesamanya.
Kedua, sistem pendidikan nasional adalah alat dan tujuan dalam mencapai citacita pendidikan nasional. Sebagai alat berarti sistem itu merupakan wadah yang
dialaminya terdapat kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sebagai
tujuan, sistem pendidikan nasional memberikan rambu-rambu ke mana arah dan
bagaimana seharusnya pendidikan nasional itu dikelola.
Ketiga, sebagai suatu sistem, pendidikan nasional harus dilihat sebagai
keseluruhan unsur atau komponen dan kegiatan pendidikan yang ada di nusantara ini.
Unsur-unsur yang membentuk sistem ini saling berkaitan satu sama lain dan saling
menunjang dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. Jika kita mengacu
kepada penjelasan Undang-Undang Nomor 2/1989, maka dapat kita temukan bahwa ciri
sistem pendidikan nasional itu adalah: a) berakar kepada kebudayaan nasional
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, b) merupakan suatu kebulatan yang
dikembangkan dalam usaha mencapai tujuan nasional, c) mencakup jalur pendidikan
sekolah dan luar sekolah, d) mengatur jenjang, kurikulum, penetapan kebijaksanaan
4

(terpusat dan tak terpusat), tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan, kriteria dan
kedudukan penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah dan mesyarakat, kebebasan
penyelenggaraan pendidikan, serta kemudahan untuk mendapatkan pendidikan yang
sesuai dengan peserta didik dan lingkungan.

Unsur-unsur sistem pendidikan nasional menurut Undang-Undang Nomor


2/1989 itu dapat dibedakan atas:
Unsur I

: Dasar, fungsi, dan tujuan sistem (Bab I)

Unsur II
XVIII,

: Norma yang dipakai dalam sistem (Bab III, X, XI, XII, XIII, Bab

XV, XVI, Bab XIX, Bab XX)


Unsur III

: Jenjang pendidikan (Bab V)

Unsur IV

: Peserta didik (Bab VI)

Unsur V

: Tenaga Kependidikan (Bab VII)

Unsur VI

: Sumber daya pendidikan (Bab VIII)

Unsur V

: Kurikulum (Bab IX)

Unsur VII

: Organisasi (Bab XIV, XV)

Bila kita gambarkan dalam bentuk diagram, maka gambaran sistem pendidikan
nasional tersebut adalah seperti pada gambar 1.1 tentang skema sistem pendidikan
nasional.
b. Sekolah sebagai Bagian Sistem Pendidikan Nasional
Telah disebutkan bahwa jenjang pendidikan adalah unsur atau komponen sistem
pendidikan nasional, yaitu termasuk dalam komponen organisasi. Jenjang pendidikan
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan
dasar merupakan pendidikan sembilan tahun, terdiri dari program pendidikan enam
tahun di sekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat
pertama (PP Nomor 28 Tahun 1990). Bentuk satuan pendidikan dasar terdiri atas
sekolah dasar dan sekolah dasar luar biasa. Jika kita berbicara tentang sekolah
menengah, maka kita berbicara tentang dua jenjang sekolah karena sekolah menengah
5

pertama berada di jenjang pendidikan dasar, sedangkan sekolah di atas sekolah


menengah pertama berada pada jenjang pendidikan menengah. Program pendidikan S1
dan LPTK (Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan), dirancang untuk mengajar
pada jenjang pendidikan menengah, meskipun dengan kurikulum yang fleksibel (luwes)
lulusan S1 itu juga mampu mengajar pada jenjang pendidikan dasar.
Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990
tentang Pendidikan Menengah, pendidikan menengah didefinisikan sebagai pendidikan
yang diselenggarakan bagi lulusan pendidikan dasar. Pendidikan menengah mempunyai
bentuk satuan pendidikan yang terdiri atas: a) sekolah menengah umum, b) sekolah
menengah kejuruan, c) sekolah menengah keagamaan, d) sekolah menengah kedinasan,
dan e) sekolah menengah luar biasa. Sebagai suatu unsur atau komponen sistem
pendidikan nasional, sekolah menengah harus ikut menyumbang terhadap tercapainya
tujuan pendidikan nasional.
Berikut ini diberikan bagan (Gambar 1.1) yang melihat sistem pendidikan dari
unsur-unsur yang ada di dalamnya. Sebagai suatu sistem, pendidikan mempunyai
masukan yang diolah melalui proses tertentu untuk dijadikan keluaran. Peserta didik
sebagai masukan, diolah dalam proses pendidikan dan keluaran sebagai lulusan. Untuk
memudahkan unsur-unsur sistem pendidikan itu diidentifikasikan sebagai unsur yang
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989.

Pr
Masukan

Keluaran

Dasar, Fungsi, dan Tujuan


Norma: hak warga negara, hari belajar dan libur sekolah, bahasa pengantar, penilaian, peran sert
P
Tenaga Kependidikan
L
E
Sumber Daya Pendidikan
U
S
Kurikulum
L
E
Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional
U
R
Organisasi (satuan, jalur, jenis, jenjang, pengelolaan)
S
T
A
A
N
D
I
D
I
K

Gambar 1.1 Skema Sistem Pendidikan Nasional


Keterangan:
Kotak di sebelah kiri adalah masukan, di tengah adalah proses, dan di kanan adalah
keluaran sistem pendidikan nasional.

B. Fungsi Administrasi Pendidikan


Paparan tentang fungsi administrasi pendidikan terutama dalam konteks sekolah
perlu dimulai dari tinjauan tentang tujuan pendidikan, dalam hal ini tujuan sekolah
menengah. Hal ini disebabkan oleh adanya prinsip bahwa pada dasarnya kegiatan
administrasi pendidikan dimaksudkan untuk pencapaian tujuan pendidikan itu.
Tujuan itu dicapai dengan melalui serangkaian usaha mulai dari perencaan
sampai pelaksaan evaluasi terhadap usaha tersebut. Pada dasarnya fungsi administrasi
7

merupakan proses pencapaian tujuan melalui serangkaian usaha tersebut (Longenecker,


1964). Oleh karena itu, fungsi administrasi pendidikan dibicarakan sebagai serangkaian
proses kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan itu.

1. Tujuan Pendidikan Menengah


Tujuan pendidikan menengah perlu dibicarakan karena alasan sebagai
berikut :
a. Tujuan menengah merupakan jabaran dari pendidikan nasional.
b. Tujuan pendidikan menengah merupakan titik berangkat administrasi pada
jenjang sekolah menengah.
c. Tujuan pendidikan menengah itu juga merupakan tolok ukur keberhasilan
kegiatan administrasi pendidikan di jenjang pendidikan itu.
Di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 itu disebutkan bahwa tujuan nasional
pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang aha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani, memiliki kepribadian yang mantap
dan mandiri, serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Tujuan nasional tersebut kemudian dijabarkan dalam tujuan instituonal,
yaitu tujuan untuk tiap jenjang pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 1990 adalah peraturan yang mengatur institusi pendidikan menengah.
Dalam peraturan pemerintah tersebut dinyatakan bahwa tujuan pendidikan
menengah adalah :
a. Meningkatkan pengetahuan sisiwa untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian
b. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan
alam sekitarnya.
Di dalam pasal 3 disebutkan bahwa :
Pendidikan Menengah Umum mengutamakan penyiapan siswa untuk

melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi..


Pendidikan Menengah Kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk
memasuki lapangan kerja serta mengembangkan ikap professional.
8

Pendidikan Menengah Keagamaan mengutamakan penyiapan siswa dalam

penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan.


Pendidikan Menengah Kedinasan mengutamakan peningkatan pegawai negri

atau calon pegawai negri dalam melaksanakan tugas kedinasan.


Pendidikan Menengah Luar Biasa diselenggarakan khusus untuk siswa yang
menyandang kelainan fisik atau mental.

Tujuan khusus SMA mencakup bidang pengetahuan, keterampilan, serta nilai


dan sikap.
a. Di bidang pengetahuan
1. Memiliki pengetahuan tentang agama dan atau kepercayaan kepada
Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar kenegaraan dan pemerintahan
eui dengan UUD 1945.
3. Memiliki pengetahuan yang fungsional tentang fakta dan kejadian
4.

penting actual, baik lokal, regional, nasional maupun internasional.


Mengetahui pengetahuan dasar dalam bidang matematika, ilmu

pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan bahasa.


5. Memiliki pengetahuan tentang berbagai jenis dan jenjang pekerjaan yang
ada di masyarakat serta syarat-syaratnya.
6. Memiliki pengetahuan tentang berbagai unsur kebudayaan dan tradisi
national.
7. Memiliki pengetahuan dasar tentang kependudukan, kesejahteraan
keluarga dan kesehatan.
b. Di bidang keterampilan
1. Menguasai cara belajar yang baik.
2. Memiliki keterampilan memecahkan masalah dengan sistematik.
3. Mampu membaca atau memahami isi bacaan yang agak lanjut dalam
bahasa indonesia dan bacaan sederhana dalam bahasa inggris yang
berguna baginya.
4. Memiliki keterampilan mengadakan komunikasi sosial dengan orang
lain, baik lisan maupun tulisan, dan keterampilan mengekspresikan diri
sendiri.
5. Memiliki keterampilan olahraga dan kebiasaan olahraga.
6. Memiliki keterampilan ekurang-kurangnya dalam atu cabang kesenian.
7. Memiliki keterampilan dalam segi kesejahteraan eluarga dan segi
kesehatan.
9

8. Memiliki sekurang-kurangnya satu jenis keterampilan untuk bekerja


sesuai minat dan kebutuhan lingkungan.
c. Di bidang nilai dan sikap
1. Menerima dan melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
2. Menerima dan melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa yang dianutya,serta menghormati ajaran agama
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang dianut orang lain.
Mencintai sesama manusia,bangsa,dan lingkungan sekitarnya.
Memiliki sikap demokratis dan tenggang rasa.
Memiliki rasa tanggung jawab dalam pekerjaan dan masyarakat
Dapat mengapresiasikan kebudayaan dan tradisi nasional.
Percaya pada diri sendiri dan bersikap mahakarya.
Memiliki minat dan sikap positif terhadap ilmu pengetahuan.
Memiliki kesadaran akan disiplin dan patuh pada peraturan yang berlaku

bebas dan jujur.


10. Memiliki inisiatif,daya kreatif,sikap kreatif,sikap kritis,rasional,dan
objektif dalam memecahkan persoalan.
11. Memilik sikap hematdan produktif.
12. Memiliki minat dan sikap yang positif dan konstruksi terhadap olah raga
dan hidup sehat.
13. Menghargai setiap jenis pekerjaan dan persentasi kerja di masyarakat
tanpa memandang tinggi rendahnya nilai sosial/ekonomi masing-masing
jenis pekerjaan tersebut dan berjiwa pengabdian pada masyarakat.
14. Memiliki kesadaran menghargai waktu.
Tujuan nasional serta nasional serta tujuan institusional itu harus selalu
dijadikan pedoman sekolah dan guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Untuk guru,tujuan-tujuan tersebut perlu dijabarkan lagi kedalam tujuan yang
lebih sempit sehingga dapat dijadikan pedoman operasional dalam mengejar.
Berturut-turut institusional itu dijabarkan secara hierarkis menjadi tujuan;
kurikuler
instruksional umum
instruksional khusus
Penjelasan macam-macam tujuan :
a. Tujuan kurikuler, yaitu tujuan suatu mata pelajaran dalam suatu institusi,
misalnya tujuan pengajaran sejarah di sekolah menengah umum.

10

b. Tujuan instruksional, yaitu tujuan suatu pokokbahasan tertentu suatu mata


pelajaran dalam suatu tingkat dan dalam suatu jenjang istitusi
c. Tujan intruksional khusus, yaitu tujuan suatu mata pelajaran dalam suatu
periode atau unit waktu tertentu dalam suatu tingkat pada jenjang institusi.

2. Proses sebagai Fungsi Administrasi Pendidikan Menengah


Agar kegiatan dalam komponen administrasi pendidikan menengah dapat
berjalan dengan baik dan mencapai tujuan, kegiatan tersebut harus dikelola melalui
suatu tahapan proses yang merupakan siklus, mulai dari perencanaan, pengorganisir,
pengarahan, pengkoordinasian, pembiayaan, pemantauan dan penilaian.
a. Perencanaan
Perencanaan adalah pemilihan dari sejumlah alternatif tetang penetapan prosedur
pencapaian, serta perkiraaan sumber yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan
tersebut. Yang dimaksud sumber meliputi sumber manusia, material, uang dan waktu.
Dalam perencanaan, kita mengenal beberapa tahap, yaitu tahap identifikasi masalah,
tahap perumusan masalah, tahap penetepan tujuan, tahap identifikasi alternatif, tahap
pemilihan alternatif dan tahap elaborasi alternatif.
Proses perencanaan di sekolah harus dilaksanakan secara kolaboratif, artinya
dengan mengikutsertakan personel sekolah dalam semua tahap perencanaan itu.
Pengikutsertaan ini akan menimbulkan perasaan ikut memiliki yang dapat memberikan
dorongan kepada guru dan personel sekolah yang lain untuk berusaha agar rencana
tersebut berhasil. Lingkup perencanaan meliputi semua komponen administrasi
pendidikan seperti yang telah disebutkan di muka, yaitu perencanaan kurikulum,
kemuridan, keuangan, prasarana dan sarana, kepegawaian, layanan khusus, hubungan
masyarakat, proses belajar-mengajar serta fasilitasnya dan ketatausahaan sekolah.
Perencanaan pendidikan di pendidikan menengah dapat dibedakan atas beberapa
kategori menurut jangkauan waktunya, timbulnya, besarnya, pendekatan serta
pelakunya.
Menurut jangkauan waktunya, perencanaan di pendidikan menengah dapat
dibagi menjadi perencanaan jangka pendek, perencanaan jangka menengah dan
perencanaan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan yang
dibuat untuk dilaksanakan dalam waktu seminggu, sebulan sampai dua tahun.
Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk jangka waktu tiga
sampai tujuh tahun, sedangkan perencanaan jangka panjang adalah perencanaan yang
dibuat untuk dilaksanakan untuk jangka waktu delapan sampai dua puluh lima tahun.
Pembagian waktu ini bersifat kira-kira dan tiap ahli dapat saja memberikan batas yang
berlainan.
11

Menurut timbulnya, perencanaan dapat dibedakan atas perencanaan yang berasal


dari bawah, misalnya mulai dari guru, kepala sekolah, kantor Departemen P dan K
tingkat II, Kantor Wilayah Departemen P dan K sampai dengan Departemen P dan K;
dan yang berasal dari atas, misalnya mulai dari pusat (Departemen P dan K) sampai
kepada guru.
Dari sudut besarannya, perencanaan dapat dibedakan atas perencanaan makro,
yaitu perencanaan pada tingkat nasional atau tingkat departemen; perencanaan meso,
yaitu pada tingkat direktorat jendral, direktorat atau provinsi sampai tingkat kantor
departemen kecamatan; dan perencanaan mikro, yaitu yang dilaksanakan pada tingkat
sekolah atau kelas.
Menurut pendekatannya, perencanaan dapat dibedakan atas perencanaan
terpadu, yaitu itu hanya melihat sumber secara terpisah-pisah perencanaan yang
menyatukan semua sumber dalam rangka mencapai tujuan serta melihat penggunaan
sumber itu dalam kaitannya dengan pengelolaan sekolah secara menyeluruh; dan
perencanaan tercerai, yaitu hanya melihat sumber secara terpisah-pisah untuk tujuan
yang tertentu. Di samping itu, juga dapat dibedakan perencanaan berdasarkan program,
yaitu yang didasarkan atas program yang dibuat secara menyeluruh dan perencanaan
tambal sulam, yaitu perencanaan yang dibuat berdasarkan kecenderungan berdasarkan
pengalaman sebelumnya saja, tanpa dilihat adanya kemungkinan perubahan.
Menurut pelakunya, perencanaan dapat dibedakan atas perencanaan individual,
yang dilakukan oleh guru secara sendiri-sendiri, perencanaan kelompok, dan
perencanaan lembaga.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian di sekolah dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses
untuk memilih dan memilah orang-orang yaitu guru dan personel sekolah lainnya, serta
mengalokasikan prasarana dan sarana untuk menjunjung tugas orang-orang itu dalam
rangka mencapai tujuan sekolah. Termasuk di dalam kegiatan pengorganisasian adalah
penetapan tugas, tanggung jawab, dan wewenang orang-orang tersebut serta mekanisme
kerjanya sehingga dapat menjadi tercapainya tujuan sekolah itu.
c. Pengarahan
Pengarahan diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar apa yang telah
direncanakan dapat berjalan seperti yang dikehendaki. Suharsimi Arikunto (1988)
memberikan definisi pengarahan sebagai penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan
bimbingan terhadap para petugas yang terlibat, baik secara struktural maupun
fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar.
Kegiatan pengarahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan
melaksanakan orientasi tentang pekerjaan yang akan dilakukan individu atau kelompok
12

dan memberikan petunjuk umum dan petunjuk khusus, baik secara lisan maupun
tertulis, secara langsung maupun tidak langsung.
d. Pengkoordinasian
Pengkoordinasian di sekolah diartikan sebagai usaha untuk menyatupadukan
kegiatan dari berbagai individu atau unit di sekolah agar kegiatan mereka berjalan
selaras dengan anggota atau unit lainnya dalam usaha mencapai tujuan sekolah.
Pengkoordinasian dapat dilakukan melalui berbagai cara:
a. Melaksanakanpenjelasan singkat (briefing)
b. Mengadakan rapat kerja
c. Memberikan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis,
d. Memberi umpan balik tentang hasil suatu kegiatan
e. Pembiayaan
Pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta mengelola
anggaran pendapatan dan belanja pendidikan menengah. Kegiatan ini dimulai dari
perencanaan biaya, usaha untuk mendapakan dana yang mendukung rencana itu,
penggunaan, serta pengawasan penggunaan anggaran tersebut.
f. Penilaian
Dalam waktu-waktu tertentu, sekolah, pada umumnya atau anggota organisasi
seperti guru, kepala sekolah, dan murid pada khususnya harus melakukan penilaian
tentang seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan tercapai, serta mengetahui kekuatan
dan kelemahan program yang dilaksanakan. Secara lebih rinci maksud penilaian adalah
untuk:
a) Memperoleh dasar bagi pertimbangan apakah pada akhir suatu periode kerja
pekerjaan tersebut berhasil,
b) Menjamin cara bekerja yang efektif dan efisien,
c) Memperoleh fakta-fakta tentang kesurakan-kesukaran dan untuk menghidarkan
situasi yang dapat merusak,
d) Memajukan kesanggupan para
mengembangkan organisasi sekolah.

guru

dan

orang

tua

murid

dalam

C. Lingkup Bidang Garapan Administrasi Pendidikan Menengah

13

Administrasi pendidikan pada pokoknya adalah semua bentuk usaha bersama


untuk mencapai tujuan pendidikan dengan merancang,mengadakan dan memanfaatkan
sumber-sumber (manusia,uang, peralatan dan waktu). Tujuan pendidikan disini
bermaksud memberikan arah kegiatan serta kriteria keberhasilan kegiatan tersebut.
Untuk memahami apa yang telah diuraikan secara lebih baik, secara ringkas
perlu ditegaskan hal-hal sebagai berikut :

Administrasi pendidikan menengah merupakan bentuk kerjasama personal

pendidikan menengah untuk mencapai tujuan pendidikan menengah.


Adiministrasi pendidikan menengah merupakan suatu proses yang merupakan
daur (siklus) penyelenggaraan pendidikan menengah, dimulai dari perencanan,
diikuti oleh pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, pemantauan dan

penilain tentang usaha sekolah untuk mencapai tujuannya.


Administrasi pendidikan menengah merupakan usaha untuk melakukan system
manajemen pendidikan menengah.
Bila diamati lebih lanjut, ada beberapa hal penting yang menjadi ciri dari suatu

organisasi sekolah, termasuk dalam pendidikan menengah . diantaranya yaitu :


a) Adanya interaksi (saling pengaruh) antara berbagai unsure sekolah. Interaksi itu
sendiri meliputi : interaksi yang ada disekolah itu sendiri, interaksi antara
sekolah dengan lembaga pendidikan lainnya, interaksi antara sekolah dengan
lembaga nonpendidikan serta interaksi antara sekolah dengan masyarakat.
Dalam interaksi ini mempunyai tujuan,pola serta aturan.
b) Adanya kegiatan untuk mencapai tujuan sekolah yang sangat banyak. Untuk
mudahnya kegiatan ini dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu dimensi pengajaran
dan dimensi pengelolaan. Jika kedua dimensi tersebut digabungkan maka kita
dapat membedakan kegiatan tersebut menjadi empat kategori pokok dan satu
kategori pendukung yaitu :
1) Yang berhubungan langsung

dengan

pengajaran

sekaligus

dengan

pengelolaan,meliputi: kurikulum,supervise
2) Yang berhubungan langsung dengan pengelolaan tetapi tidak langsung dengan
pengajaran,meliputi:kemuridan,keuangan,sarana

dan

prasarana,kepegawaian,

serta layanan khusus.

14

3) Yang tidak berhubunngan langsung baik dengan pengajaran maupun dengan


pengelolaan,meliputi: hubungan sekolah-masyarakat(husemas) dan BP3.
4) Yang tidak berhubungan langsung dengan pengelolaan tetapi langsung dengan
pengajaran.
5) Kegiatan pendukung, yaitu pengelolaan ketatausahaan yang diperlukan oleh
semua butir 1-4.
D. Peranan Guru dalam Administrasi Pendidikan
Pada umumnya kita mengetahui Tugas utama guru yaitu mengelola proses
belajar mengajar dalam suatu lingkungan tertentu yaitu sekolah. Karena sekolah
merupakan subsistem pendidikan nasional dan di samping sekolah, sistem pendidikan
nasional itu juga mempunyai komponen-komponen yang lainya. Guru harus peka
terhadap yang terjadi pada lingkunganya.
Adaministrasi sekolah adalah pekerjaan yang sifatnya kolaboratif, artinya pekerjaan
yang didasarkan atas kerja sama, dan bukan bersifat individual. Oleh karena itu semua
personel sekolah ataupun guru harus terlibat.
Di sekolah guru berada dalam administrasi sekolah. Dalam hubungan administrasi
sekolah guru di tuntut bekerja, disini guru berfungsi sebagai administrator. Sebagai
administrator guru dituntut bekerja secara administratif dan teratur
Dalam buku pedoman administrasi dan supervisi yang di terbitkan oleh depertemen
pendidikan dan kebudayaan (1978,hal.4) tertulis tugas dan bertanggung jawab guru
sebagai adminitrator sbb ;
1)
2)
3)
4)

Menguasai program pengajaran (garis-garis besar program)


Menyusun program kegiatan mengajar
Menyusun model satuan pelajaran dan pembagian waktu
Melaksanakan tatausaha kelas, antara lain pencatatan data murid

Sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 38 tahun 1992, pasal 20 yang mana
dimaksudkan bahwa selain peranya untuk menyukseskan kegiatan administrasi di
sekolah, guru perlu secara sungguh-sungguh menimba pengalaman dalam administrasi
sekolah, jika karier yang di tempuh nanti adalah menjadi pengawas , kepala sekolah
atau pengelola suatu pendidikan yang lain.

15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Administrasi pendidikan bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pengertian Administrasi Pendidikan dapat dirumuskan dari berbagai sudut
pandang, seperti dari sudut pandang kerja sama, proses kerja sama itu, sistem
dan mekanismenya, manajemen, kepemimpinan, proses pengambilan keputusan,
komunikasi dan ketatausahaan.
Adapun lingkup pembicaraan yang dibahas pada makalah ini bahwa
administrasi pendidikan juga tergantung pada aras (level) tujuan pendidikan
yang ingin dicapai, yaitu pada tingkat kelas sampai pada tingkat sistem
pendidikan nasional. Makin luas cakupannya makin banyak yang terlibat dan
makin kompleks permasalahannya.
B. Saran
Sebagai tenaga kependidikan, khususnya guru, wawasan tentang
administrasi pendidikan amat penting karena subjek ini berbicara tentang latar
kerja guru. Wawasan itu dapat membantunya mengambil keputusan yang tepat
dalam melaksanakan tugasnya.

16

DAFTAR PUSTAKA
Soetjipto, Raflis kosasi.2011.Profesi Keguruan.Jakarta:Rineka Cipta

17

You might also like