You are on page 1of 18

BAB I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan
mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau
jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan
memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan
beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman. Gangguan terhadap
tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak
seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak
tumbuhan dengan mengganggu proses proses dalam tubuh tumbuhan sehingga
mematikan tumbuhan. Oleh karena itu, tumbuhan yang terserang penyakit,
umumnya, bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan
dapat menyebabkan kematian. Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali
manusia menggunakan oat obatan anti hama. Pestisida yang digunakan untuk
membasmi serangga disebut insektisida. Adapun pestisida yang digunakan untuk
membasmi jamur disebut fungsida.
Mentimun merupakan tumbuhan yang biasa dimakan oleh masyarakat
secara mentah (lalap). Mentimun alias timun dapat pula dimakan sebagai teman
nasi. Buah mentimun ternyata banyak kandungan gizi yang mengandung vitamin
A, vitamin B, dan vitamin C.
Budidaya tanaman mentimun di Indonesia masih rendah, banyak cara dan
teknik budidaya mentimun agar Indonesia dalam bidang pertanian produksi
mentimun melimpah pula. PT Natural Nusantara telah melaksanakan progam
peningkatan budidaya mentimun guna kualitas dan peningkatan di masa
mendatang.
Mentimun berasal dari Cina bagian tengah dan barat. Mentimun juga
ditemukan juga di India timur laut dan Myanmar. Mentimun atau biasa disingkat
dengan sebutan timun itu dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran
tinggi. Oleh karena itu didataran rendah orang masih banyak bertanam timun,
misalnya di Dramaga, dan ciomas (Bogor). Luas penanaman timun di Indonesia
berkisar 13.500-17.500 ha.

Mentimun alias timun dikenal memiliki banyak manfaat lain selain sebagai
lalapan dan bahan acar. Karena mentimun banyak mengandung vitamin A,
vitamin B, dan vitamin C. Karenanya, bisa pula digunakan sebagai obat sariawan,
merawat kulit dan wajah, melancarkan buang air seni, menurunkan tekanan darah
tinggi, obat jerawat, dan obat demam. Jadi, tidak salah kalau banyak orang yang
menyukainya.
Tanaman jagung sudah lama diusahakan petani Indonesia dan merupakan
tanaman pokok kedua setelah padi. Penduduk kawasan timur Indonesia seperti
Nusa Tenggara Timur, Madura, sebagian Maluku, dan Irian Jaya sudah biasa
menggunakan jagung sebagai makanan pokok sehari-hari. Produksi jagung
Indonesia sebagian besar berasal dari pulau Jawa ( 66%) dan sisanya barasal dari
di propinsi luar Jawa terutama Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,
Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara Timur.
Jagung memiliki peranan penting dalam industri berbasis agribisnis. Untuk
tahun 2009, Deptan melalui Direktorat Jendral Tanaman Pangan mengklaim
produksi jagung mencapai 18 juta ton. Jagung dimanfaatkan untuk konsumsi,
bahan baku industri pangan, industri pakan dan bahan bakar. Kebutuhan jagung
dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring berkembangnya industri
pakan dan pangan.
Kendala

dalam

budidaya

jagung

yang

menyebabkan

rendahnya

produktivitas jagung antara lain adalah serangan hama dan penyakit. Hama yang
sering dijumpai menyerang pertanaman jagung adalah ulat Penggerek batang
jagung, Kutu daun, ulat Penggerek tongkol, dan Thrips. Bulai, Hawar daun, dan
Karat adalah penyakit yang sering muncul di pertanaman jagung dan dapat
menurunkan produksi jagung.
1.2 Tujuan
Tujuan pratikum ini adalah untuk mengetahui penyakit utama pada tanaman dan
cara pengendaliannya.

BAB II. ISI


1.1 Tanaman Mentimun
A. Klasifikasi ilmiah
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Cucurbitales
Famili
: Cucurbitaceae
Genus
: Cucumis
Spesies
: C. Sativus
Nama binomial
:Cucumis sativus L.
Mentimun, timun, atau ketimun (Cucumis sativus L.; suku labu-labuan
atau Cucurbitaceae) merupakan tumbuhan yang menghasilkan buah yang dapat
dimakan. Buahnya biasanya dipanen ketika belum masak benar untuk
dijadikan sayuran atau penyegar, tergantung jenisnya. Mentimun dapat ditemukan
di berbagai hidangan dari seluruh dunia dan memiliki kandungan air yang cukup
banyak di dalamnya sehingga berfungsi menyejukkan. Potongan buah mentimun
juga digunakan untuk membantu melembabkan wajah serta banyak dipercaya
dapat menurunkan tekanan darah tinggi(Kalshoven, L.G.E. 1981).
Habitus mentimun berupa herba lemah melata atau setengah merambat dan
merupakan tanaman semusim: setelah berbunga dan berbuah tanaman mati.
Perbungaannya berumah satu (monoecious) dengan tipe bunga jantan dan
bunga hermafrodit (banci). Bunga pertama yang dihasilkan, biasanya pada usia 45 minggu, adalah bunga jantan. Bunga-bunga selanjutnya adalah bunga banci
apabila pertumbuhannya baik. Satu tumbuhan dapat menghasilkan 20 buah,
namun dalam budidaya biasanya jumlah buah dibatasi untuk menghasilkan ukuran
buah yang baik (Kalshoven, L.G.E. 1981).
Buah berwarna hijau ketika muda dengan larik-larik putih kekuningan.
Semakin buahmasak warna luar buah berubah menjadi hijau pucat sampai putih.
Bentuk buah memanjang seperti torpedo. Daging buahnya perkembangan dari
bagian mesokarp, berwarna kuning pucat sampai jingga terang. Buah dipanen
ketika masih setengah masak dan biji belum masak fisiologi. Buah yang masak
biasanya mengering dan biji dipanen, warnanya hitam (Balai Persuteraan Alam
Sulawesi Selatan. 1996).

1. Downy mildew atau busuk daun (embun bulu)


Penyebabnya: Pseudomonas cubensis Berk dan Curt
Downy mildew atau busuk daun (embun bulu) merupakan salah satu
penyakit penting tanaman cucurbitaceae. Petani di daerah Kediri dan sekitarnya
menyebut penyakit ini dengan sebutan Penyakit Trotol atau Kresek. Bisa
dipahami jika petani menyebutnya demikian, karena sebutan tersebut didasarkan
pada gejala dan akibatnya terhadap tanaman. Daun tanaman yang terserang oleh
penyakit ini akan menunjukkan gejala bercak berwarna kuning agak bersudut,
seperti mengikuti alur tulang daun dan dapat menyerang dalam satu daun secara
terpisah-pisah. Jika serangan penyakit parah, daun-daun tersebut dapat mengering
sehingga daun akan mudah hancur dan mengeluarkan bunyi renyah menyerupai
suara plastik kresek jika diremas. Meskipun dapat menyebabkan kerusakan yang
parah pada daun, penyakit ini tidak dapat menyerang dan membuat kerusakan
buah secara langsung. Penurunan produktifitas buah disebabkan oleh kinerja daun
yang terganggu karena kerusakan sel-selnya (nekrosis), dengan demikian
pertumbuhan tanaman terhambat dan meyebabkan buah terpapar matahari (Balai
Persuteraan Alam Sulawesi Selatan. 1996).
Pada suatu waktu pathogen juga dapat menyerang buah. Buah yang
dihasilkan dari tanaman yang terinfeksi berukuran kecil dan tidak bagus
(marketable). Patogen ini dapat menyebabkan penyakit pada tanaman melon,
mentimun, labu, squash, pumpkin, belewah atau garbis, semangka dan tanaman
suku cucurbitaceae lainya. Meskipun memiliki inang yang luas, patogen
cenderung hanya dapat menyerang tanaman yang masih dalam satu suku.
Tanaman seperti legum (kacang-kacangan) dan bayam tidak akan terinfeksi oleh
pathogen ini. Diantara tanaman dalam suku cucurbitaceae tersebut, mentimun
merupakan tanaman yang paling rentan terhadap serangan penyakit ini, tetapi
kurang merugikan pada tanaman melon. Selain terdapat perbedaan patogenisitas
antar tanaman, gejala yang ditimbulkannya juga tidak sama tergantung tanaman
inang dan kondisi lingkungan. Gejala yang timbul pada tanaman mentimun mirip
dengan tanaman gambas dan pumpkin, tetapi berbeda dengan gejala yang timbul
pada tanaman melon dan semangka (Kalshoven, L.G.E. 1981).

Gejala yang muncul pada tanaman mentimun terlihat lebih jelas berbatas
(confine) dan bersudut/bersiku (angular), tetapi gejala pada daun tanaman melon
terlihat agak membulat, tidak beraturan (irregular) dan cepat meluas serta
mengering yang berwarna kehitaman.
Beberapa strain patogen (patotipe) organisme ini telah diidentifikasi,
beberapa hanya dapat menyerang mentimun, sementara yang lain dapat
menyerang melon, mentimun, pumpkin dan squash. Hingga saat ini, telah
diketahui paling sedikit terdapat 6 strain (patotipe) yang masing-masing memiliki
kekhususan/spesifikasiinang.
Gejala :
Serangan Downy Mildew saat fase awal pertumbuhan, berupa bercak kecil
berwarna kuning pada permukaan daun bagian atas yang berusia tua, kadangkadang nampak berminyak. Gejala yang muncul pada fase ini terlihat belum
begitu jelas, masih menyerupai virus mosik-motel yang kemudian akan berubah
warna menjadi kuning atau kecoklatan dan mengalami kematian jaringan
(nekrosis) (Semangun,H. 2004).
Dalam perkembangannya, bercak dapat meluas dan bermultiplikasi
menyebabkan bercak yang lain sehingga dapat menyebabkan bercak yang lebih
luas karena bisa saling menyatu. Pada kondisi lembab, bulu halus (downy) dapat
segera terbentuk di permukaan daun bagian bawah dan kerusakan berupa bercak
(spot) berwarna kuning terang terlihat di permukaan daun bagian atas. Sporangia
berupa bulu halus (downy) biasanya akan terlihat dengan jelas pada saat pagi hari
dengan warna ungu gelap di bawah warna kuning terang yang terlihat dari atas
permukaan daun. Sporangia (kantong spora) itu dapat dilihat dengan
menggunakan lensa (lup), dan menjadi kunci dalam mendiagnosis penyakit ini
(Semangun,H. 2004).
Kerusakan jaringan daun yang disebabkan oleh cendawan/jamur ini
kadang-kadang menjadi tempat hidupnya patogen sekunder seperti bakteri busuk
lunak dan cendawan/jamur lain.

Gejala serangan patogen ini akan nampak setelah 4-12 hari setelah terjadi
infeksi.
Biologi Patogen :
Patogen memproduksi struktur mikroskopis menyerupai kantung yang
disebut sporangia pada kisaran suhu antara 5-30 Derajat Celcius . Suhu optimum
bagi pembentukan sporangia terjadi pada kisaran suhu 15-20 Derajat Celcius dan
membutuhkan waktu paling sedikit 6 jam pada kelembaban yang tinggi. Spora
yang telah terbentuk dapat menular ke tanaman sehat karena terpaan angin dan
percikan air hujan. Spora akan segera berkecambah dan dan dapat menginfeksi
tanaman secara lansung apabila mendarat pada inang yang rentan hanya dalam
waktu satu jam saja. Selama dalam musim hujan (basah) yang panjang sporangia
dapat melepaskan zoospora dalam jumlah yang banyak.
Zoospora ini dapat berenang di dalam filum air secara terus-menerus
hingga mencapai stomata. Lubang alami ini merupakan tempat utama patogen
masuk ke dalam jaringan tanaman, sehingga dapat menyebabkan infeksi yang
lebih banyak pada daun. Patogen akan berkembang lambat dan mungkin berhenti
sementara apabila suhu lebih dari 30 Derajat Celcius selama siang hari. Suhu pada
malam hari yang berkisar antara 12-23 Derajat Celcius akan merangsang
perkembangan patogen, terutama jika keadaan disekitarnya cukup lembab
(Semangun,H. 2004).
Apabila suhu lingkungan pada malam hari berada pada kisaran sekitar 15
dan 25 Derajat Celcius pada siang hari, infeksi downy mildew pada tanaman
cucurbitaceae dapat memproduksi lebih banyak inokulum dalam waktu 4
hari(Semangun,H.2004).
Kelangsungan hidup (Survival) Patogen dan Penyebarannya :
Downy mildew merupakan patogen yang bersifat obligat. Patogen ini
selalu memerlukan jaringan tanaman hidup agar dapat menjaga kelangsungan
hidupnya. Sporangia yang telah terbentuk akan terbawa oleh angin dalam jarak
tertentu. Dalam perjalanannya itu, sporangia mungkin akan bertahan beberapa hari

hingga menemukan inang rentan. Jika patogen sudah berada suatu tempat, maka
sporangia dapat disebarkan secara terlokalisir pada tempat tersebut dari tanaman
satu ke tanaman lain dan dari lahan satu ke lahan lain melalui percikan air hujan,
aliran irigasi, pergerakan serangga, peralatan pertanian dan pakaian yang
digunakan petani di lahan yang terinfeksi, serta cara penanganan tanaman yang
terinfeksi. Pengendalian (Manajemen) :
Pengendalian Penyakit dapat dilakukan melalui cara bercocok tanam
(kultur teknis) dan penggunanaan pestisida. Cara-cara pengendalian tersebut
antara lain adalah :
a. Menanam tanaman yang sehat, terbebas dari patogen.
b. Pilih dan atur lahan sehingga dapat membuat pergerakan
udara lancar dan mengurangi kelembaban disekitar kanopi
tanaman.
c. Lakukan pengolahan tanah dengan membaliknya pada
waktu siang hari
d. Hindari pengairan yang berlebih. Pertimbangkan pemberian
air irigasi selama pagi hari untuk memberi kesempatan
daun mengering. Jika memungkinkan, beri air sedikit saja
hingga dirasa cukup.
e. Lakukan
pengamatan

atau

monitoring

terhadap

kemungkinan munculnya gejala penyakit tiap minggu atau


sesering mungkin.
f. Lakukan pengendalian gulma di lahan, karena sebagian
gulma dapat menjadi inang alternatif bagi patogen ini.
g. Perlakuan fungisida dilakukan untuk upaya pencegahan
terhadap serangan patogen dengan mempertimbangkan
kondisi lingkungan. Aplikasi fungisida dilakukan tiap 5 hari
sekali jika kondisi lingkungan lembab dan basah, namun
jika kondisi cuaca sedang kering, maka aplikasi fungisida
dapat dilakukan dalam inetrval waktu 7-10 hari
h. Aplikasikan fungisida dengan volume 250-300 liter air per
hektar dan pastikan bahwa, fungisida mencukupi dan
penyemprotan dapat meliput/terkena kanopi tanaman.

i. Lakukan aplikasi secara bergiliran dengan fungisida yang


memiliki bahan aktif berbeda dan gunakan fungisida yang
memiliki cara kerja ganda dan tunggal.
j. Cuci atau bersihkan peralatan sebelum digunakan pada
lahan lain.
k. Cuci dan bersihkan tangan sebelum berpindah ke lahan lain
dan selalu menggunakan pakaian baru (selalu berganti
pakaian yang telah dicuci) tiap hari.
1. Powdery Mildew atau Embun Tepung
Penyakit tepung (Powdery mildew ).
Penyebab :
Erysiphe cichoracearum. Berkembang jika tanah kering di musim kemarau
dengan kelemaban tinggi.
Gejala :
Permukaan daun dan batang muda ditutupi
berubah

menjadi

kuning

dan

tepung

putih,

kemudian

mengering. Gejalanya hampir sama dengan

gejala downy mildew tetapi terdapat serbuk putih seperti tepung yang muncul di
balik daun.
Pengendalian :
a. Olah tanah yang bagus dengan memakai Pupuk Cair nutrivts yang
berupa super organic di campurkan pupuk kimia dasar yang biasa di
pakai. pupuk kimia dasar bisa di kurangi 30 % 50% dari anjuran dinas
pertanian setempat.
b. Pemakaian Produk Nutrivits yang berupa Natural organic yang sudah di
fermentasikan

dengan

pupuk

kandang

selama

minggu,cara

fermentasinya 1 kotak Natural Glio di campurkan dengan 50 Kg pupuk


kandang. Lalu masukkan aekitar 20gr ( 1 sendok makan ) ke lubang tanah
di sekitar tanaman mentimun yang mau ditanamkan.
c. Untuk pencegahan lakukan penyemprotan dengan menggunakan Produk
nutrivits yang berupa Pestona (F.A.O., 1988).
1.2 Tanaman Jagung

Klasifikasi Tanaman Jagung


Kingdom

: Plantae (Tumbuhan

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas

: Commelinidae

Ordo

: Poales

Famili

: Poaceae (suku rumput-rumputan)

Genus

: Zea

Spesies

: Zea mays L.

Karat (Southern Rust


Penyakit karat disebabkan oleh puccinia polysora. Gejala yang timbul
apabila

tanaman

terinfeksi

penyakit

ini

adalah

muncul

bercak

kecil

(uredinia)berbentuk bulat sampai oval di permukaan daun bagian atas dan


bawah. Uredinia
oval

menghasilkan

uredospora

yang

berbentuk

bulat

atau

yang berperan sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi tanaman

jagung yang lain. Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain menanam
varietas tahan (Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima-1, dan Semar-10),
memusnahkan seluruh bagian tanaman yang terinfeksi, dan menggunakan
fungisida berbahan aktif benomil (Semangun,H. 2004).
Gejala:
Pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah
kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk
cendawan ini berkembang dan memanjang. Temperature yang agak dingin (16230C)cocok untuk perkembangan cendawan karat, daun yang muda lebih
rentan/peka atau terinfeksi daripada daun yang tua
Pengendalian:
(1) mengatur kelembaban
(2) menanam varietas tahan terhadap penyakit
(3) sanitasi kebun
(4) memangkas dan membakar daun yang terserang
9

(5) semprot dengan fungisida

10

BAB III. BAHAN DAN METODA


3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Hama dan Penyakit Tanaman ini khususnya untuk penyakit
bakane pada padi dan busuk buah pada kakao ini dilaksanakan pada hari Rabu
tanggal 27 April 2016 di Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian
Universitas Andalas.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang diperlukan selama praktikum ini adalah petridish, cutter,
pinset, dan kertas saring. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah padi yang
terserang bakane dan buah kakao yang terserang busuk buah, alkohol 70 persen
kertas lem dan aquades.
3.3 Cara Kerja
Pada dasarnya untuk kedua jenis penyakit ini metode yang diaplikasikan
adalah metode biakan Moist Chamber, pertama padi ataupun kakao yang terserang
penyakit dipotong menggunakan cutter bagian yang sakitnya,kalau padi dibagian
akarnya dan kakao di bagian buah, kemudian dipotong setengah bagian yang sakit
dan setengah bagian yang sehatnya 1cm x 1cm, lalu di sterilisasi permukaan
dengan aquades,alkohol dan aquades masing-masing selama 1 menit. Disiapkan
petridish yang telah di alas dengan kertas saring yang lembab,lalu di letakkan
potongan akar padi dan kulit buah kakao tadi sebanyak 5-10 disusun rapi dan
petridish di tutup dan dilapisi kertas lem agar tidak terkontaminasi, terakhir
diletakkan di ruangan yang tertutup dan diamati setiap harinya untuk melihat
perkembangan dari kedua jamur tersebut.

11

BAB IV . PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Minggu ke- 1

Penyakit Antraknose

Makroskopis

Mikroskopis

Penyakit Hawar

Makroskopis

Mikroskopis

Minggu ke-2

Penyakit Downy Mildew dan Powdery Mildew

Makroskopis

Mikroskopis
12

Penyakit Karat Jagung

Mikroskopis

Mikroskopis

Minggu ke-3

Penyakit Bakane

Makroskopis

Mikroskopis

Penyakit Busuk Buah Kakao

Makroskopis

Mikroskopis

13

4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum kami yaitu hama dan penyakit utama kali ini kami
mempraktikumkan tentang penyakit busuk daun, embun tepung pada mentimun
dan karat daun pada tanaman jagung.
Penyakit embun tepung dan busuk daun atau yang dikenal dengan naman
ilmiahnya yaitu powdery mildew dan downy mildew. Penyakit ini merupakan
penyakit utama yang menyerang tanamna mentimun, dalam praktikum hama dan
penyakit utama kami melakukan isolasi jaringan sakit dengan menggunakan
metoda moist chamber. Dari hasil praktikum kami, kami gagal untuk
mendapatakn biakan jamur penyebab penyakit embun tepung dan busuk daun hal
ini, bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti ketidak sterilan alat dan bahan,
salah dalam pengambilan sampel, dan lain-lainnya.
Walaupun ddemikian kami mendapatkan dalam literatur bahwasanya
penaykit embun tepung dan busuk daun pada mentimun ini merupakan penyakit
utama yang meyerang tanaman mentimun yang disebabkan oleh jamur Erysiphe
cichoracearum dan Pseudomonas cubensis.
Serangan Downy Mildew saat fase awal pertumbuhan, berupa bercak kecil
berwarna kuning pada permukaan daun bagian atas yang berusia tua, kadangkadang nampak berminyak. Gejala yang muncul pada fase ini terlihat belum
begitu jelas, masih menyerupai virus mosik-motel yang kemudian akan berubah
warna menjadi kuning atau kecoklatan dan mengalami kematian jaringan
(nekrosis) (Semangun,H. 2004).
Dalam perkembangannya, bercak dapat meluas dan bermultiplikasi
menyebabkan bercak yang lain sehingga dapat menyebabkan bercak yang lebih
luas karena bisa saling menyatu. Pada kondisi lembab, bulu halus (downy) dapat
segera terbentuk di permukaan daun bagian bawah dan kerusakan berupa bercak
(spot) berwarna kuning terang terlihat di permukaan daun bagian atas. Sporangia
berupa bulu halus (downy) biasanya akan terlihat dengan jelas pada saat pagi hari
dengan warna ungu gelap di bawah warna kuning terang yang terlihat dari atas
permukaan daun. Sporangia (kantong spora) itu dapat dilihat dengan

14

menggunakan lensa (lup), dan menjadi kunci dalam mendiagnosis penyakit ini
(Semangun,H. 2004).
Erysiphe cichoracearum. Berkembang jika tanah kering di musim kemarau
dengan kelemaban tinggi.
Gejala permukaan daun dan batang muda ditutupi

tepung

putih,

kemudian berubah menjadi kuning dan mengering. Gejalanya hampir sama


dengan gejala downy mildew tetapi terdapat serbuk putih seperti tepung yang
muncul di balik daun.
Untuk penyakit karat daun pada tanaman jagung juga sama dalam
praktikum hama dan penyakit utama kami melakukan isolasi jaringan sakit
dengan menggunakan metoda moist chamber. Dari hasil praktikum kami, kami
gagal untuk mendapatakn biakan jamur penyebab penyakit karat daun hal ini, bisa
disebabkan oleh banyak faktor seperti ketidak sterilan alat dan bahan, salah dalam
pengambilan sampel, dan lain-lainnya.
Penyakit karat daun pada tanaman jagung disebabkan oleh jamur Pucinia
sorgy dan Pucinia polyspora Penyakit karat disebabkan oleh puccinia polysora.
Gejala yang timbul apabila tanaman terinfeksi penyakit ini adalah muncul bercak
kecil (uredinia)berbentuk bulat sampai oval di permukaan daun bagian atas
dan bawah. Uredinia menghasilkan uredospora yang berbentuk bulat atau
oval

yang berperan sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi tanaman

jagung yang lain. Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain menanam
varietas tahan (Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima-1, dan Semar-10),
memusnahkan seluruh bagian tanaman yang terinfeksi, dan menggunakan
fungisida berbahan aktif benomil (Semangun,H. 2004).
Gejala:
Pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah
kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk
cendawan ini berkembang dan memanjang. Temperature yang agak dingin (16230C)cocok untuk perkembangan cendawan karat, daun yang muda lebih
rentan/peka atau terinfeksi daripada daun yang tua.

15

BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwasannya penyakit downy
mildew dan powdery mildew disebabkan oleh jamur Pseudomonas cubensis dan
Erysiphe cichoracearum. Penyakit ini merupakan salah penyakit utama yang
meyerang tanaman mentimun, pengendaliannya dapat dilakukan dengna
menggabungkan beberapa jenis pengendalain yaitu dari mulai pemilihan bibit
sehat, sanitasi lingkungan, pemberian pupuk berimbang dan lain-lainnya.
Penyakit karat pada tanaman jagung disebabkan oleh Pucinia sorgy dan
Pucinia polyspora. Penyakit karat daun pada tanamna jagung juga merupakan
penyakit utama yang menyerang tanaman jagung, pengendaliaan dapat dialakukan
dengan mengabungkan beberapa teknik pengendalain seperti pemilihan bibit
sehat, sanitasi lingkungan yang dapat menjadi inang alternatif dari jamur ini, dan
pemupukan berimbang dan lain-lainnya.
5.2 Saran
Praktikum ini sudah dilakukan dengna sangat bagus kedepannya agar bisa
ditingkatkan lagi untuk praktikum penyakit pada tanaman.

16

DAFTAR PUSTAKA
Balai Persuteraan Alam Sulawesi Selatan. 1996. Hama Penyakit Murbei dan
Pengendaliannya. Departemen Kehutanan Ditjen Reboisasi dan
Rehabilitasi Lahan, Maros.
F.A.O., 1988. Mulberry Cultivation. Agriculture Service. Bulletin 73 (1).
Hill, A.D. and Waller. 1988. Basic Characteristic of Botanical. The Suistanable
Agriculture. Ney Letters Vol. I (4).
Kardinan, A, 2002. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasinya. Penerbit Swadaya,
Jakarta.
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of in Indonesia. Resived and translated by P.A. van
der Laan, University of Amsterdam. PT Ichtiar Baru, van Hoeve,
Jakarta.
Semangun,H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah
Mada University Press

17

LAMPIRAN

Antraknosa

Karat Daun

Powdery mildew dan Downy mildew

18

You might also like