You are on page 1of 12

MAKALAH

BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER

PERKEMBANGAN KONSEP DAN TEORI SEL

Anggota Kelompok/ Pendidikan Biologi Internasional:


1. Desi Nugraheni

(13304241006)

2. Anes Devy A

(13304241056)

3. Rahmadiyono W

(13304241063)

4. Ruchyan Intani

(13304241073)

5. Nurul Endah

(13304241074)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Biologi merupakan salah satu ilmu yang sangat menarik untuk dipelajari.
Objek yang dikaji dalam Biologi memliki cakupan yang sangat luas mulai dari yang
dapat dilihat langsung dengan mata telanjang maupun makhluk hidup yang
memerlukan alat bantu untuk mengamatinya. Selain itu bukan hanya bentuk fisiknya
saja yang menjadi kajian Biologi, namun meliputi struktur penyusun baik secara fisik
maupun kimia, aktivitas yang terjadi di dalamnya serta bagaimana hubungannya
dengan komponen-komponen lainnya.
Ilmu Biologi berkembang dengan pesat, ditandai dengan munculnya cabangcabang biologi. Salah satunya adalah sitologi yaitu cabang ilmu biologi yang
mempelajari tentang sel. Neil A. Campbell, dkk dalam bukunya Biologi jilid 1
menyebutkan bahwa sel merupakan kumpulan materi paling kecil dari unitnya. Sel
merupakan kumpulan materi paling sederhana yang hidup. Organisme-organisme
yang lebih kompleks contohnya hewan dan tumbuhan merupakan kerja sama antara
berbagai jenis dan bentuk sel yang memiliki fungsi masing-masing. (Neil A. Campbell
dkk;:102)
Keberhasilan pengamatan sel tak lepas dari adanya penemuan mikroskop.
Sehingga semakin modern mikroskop semakin banya komponen-kompenen sel yang
dapat diamati dan diidentifikasi baik bentuk, struktur dan fungsinya. Dalam makalah
ini akan dijelaskan mengenai sejarah dan perkembangan sel serta cara mempelajari
sel.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian dan sejarah penemuan sel?
2. Bagaimana perkembangan teori dan konsep sel?
3. Bagaimana cara mempelajari sel?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dan sejarah penemuan sel
2. Mengetahui perkembangan teori dan konsep sel
3. Mengetahui cara mempelajari sel

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Sejarah Penemuan Sel
Sel adalah unit dasar struktural dan fungsional bagi semua organisme hidup.
Sel memiliki sistem organisasi molekuler dan biokimiawi yang mampu menyimpan
informasi, menerjemahkan informasi untuk mensintesis molekul sel, serta
menggunakan sumber energi untuk melakukan kegiatan.
Sel menjadi salah satu objek yang menarik dipelajari terutama di bidang
biologi sel. Cabang biologi yang mempelajari gejala kehidupan yang terjadi pada
tingkat sel disebut sitologi. Kemajuan di bidang sitologi sel sangat dipengaruhi oleh
kemajuan bidang keilmuan lain yaitu ilmu fisika dan ilmu kimia. Penemuan
mikroskop terutama mikroskop elektron, mempermudah dalam pengamatan hingga ke
struktur selnya. Selain itu, perkembangan cabang biologi lain juga sangat
mempengaruhi perkembangan biologi sel. (Yoni Suryani, 2004)
Robert Hooks mengawali perkembangan anatomi mikroskopik atau histologi
menggunakan lensa pembesar untuk mengamati jaringan gabus dan menemukan
bangunan berlubang- lubang kecil seperti sarang lebah yang kemudian disebut dengan
sel. Pada abad yang sama, Grew dan Malphigi melakukan pengamatan yang sama dan
mereka menemukan struktur yang sama pada tanaman lain. (Subowo, 1995)
Penemuan alat- alat optik pertama menjadi awal mula penemuan mikroskop,
dimana sebenarnya penemuan mikroskop cahaya sejalan dengan penemuan susunan
sel organisme. Euclid sudah menggunakan sifat- sifat optik suatu permukaan
lengkung pada 3000 tahun sebelum masehi. Pada abad ke- 16, Leonardo da Vinci dan
Maurolyco menggunakan lensa- lensa melihat benda- benda kecil. Anthony van
Leeuwenhoek menciptakan lensa- lensa dengan pembesaran yang memuaskan untuk
melihat benda- benda kecil walaupun masih terdapat beberapa keterbatasan.(Subowo,
1995)
Setelah diketahui bahwa medan magnet dapat mengganti fungsi lensa terhadap
sinar- sinar elektron dan meningkatkan daya urai lebih besar, tahun 1932 Mikroskop
Elektron pertama dibuat oleh Knoll dan Rusha. Hal ini memberikan harapan besar
kemajuan penelitian biologi sel. (Subowo, 1995)
B. Perkembangan Teori dan Konsep Sel

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan manusia, penelitian tentang


sel pun juga berkembang untuk menghasilkan berbagai konsep dan teori tentang sel,
beberapa ahli yang menyampaikan konsep dan teorinya tentang sel diantaranya adalah
Robert Hooke (1663) merupakan orang pertama yang memperkenalkan istilah sel
berdasarkan hasil pengamatannya pada sayatan sumbat gabus. Ia melaporkan bahwa
sumbat gabus terdiri atas ruang-ruang kecil yang diberi nama sel (bahasa Yunani:
Cellula yang bermakna ruang-ruang kecil).
Teori berikutnya adalah Teori Protoplasma, Pada tahun 1829, Hertwig
menyampaikan teori protoplasma yang memiliki cakupan lebih umum dibandingkan
dengan Teori Schwann yang menyatakan bahwan sel merupakan penyusun organisme.
Teori Protoplasma menyatakan bahwa sel merupakan kumpulan substansi hidup yang
disebut protoplasma yang didalamnya mengandung inti (nucleus) dan bagian luar
yang dibatasi oleh dinding sel. (Subowo, 1995)
Disisi lain, Matthias Schleiden dan Theodor Schwann juga mengemukakan
bahwa sel merupakan contoh dramatis dari kesatuan yang mendasari makhluk hidup.
Sedangkan Rudolf Virchow mengemukakan bahwa sel baru terbentuk dari
pembelahan sel yang ada sebelumnya.
Dari pendapat pendapat tersebut Schleiden, Schwann, dan Virchow
menyatukan konsep bahwa (1) Sel merupakan unit struktural terkecil penyusun
makhluk hidup (2) semua makhluk atau organisme tersusun atas sel dan (3) semua sel
berasal dari sel yang lain. (Solomon, 2002).
Berikut ini merupakan kronologi penelitian yang dilakukan oleh ahli:
590 S.M.

Euclid mengemukakan sifat-sifat reflektif pada permukaan

65 S.M.

cembung.
Seneca melaporkan bahwa bola gelas yang diisi air dapat

127-151

membantu melihat benda yang tidak dilihat dengan mata biasa.


Protoleus melakukan percobaan memperbesar pandangan suatu

1485

benda dengan benda berpermukaan cembung.


Da Vinci menekankan pentingnya penggunaan lensa untuk

1590

mengamati benda-benda kecil.


Jans dan Z. Jansen mencoba memadukan dua lensa konveks pada

1661

suatu tabung sebagai alat pembesar.


Malpighi melakukan penelitian anatomi dan embriologi pada
tumbuhan dan hewan. Ia mampu menemukan susunan kapiler yang
sejak 30 tahun yang lalu telah dipikirkan oleh Harvey.

1665

Robert Hooke menerbitkan Micrographia yang memuat hasil

1672
1674

pengamatannya pada sayatan gabus secara mikroskopik.


Grew menerbitkan hasil studinya tentang anatomi tumbuhan.
Antony Van Leeuwenhoek berhasil menyusun model mikroskop
dengan fokus pendek, dengan alat itu ia menemukan protozoa,

1759
1770

bacteria, rotifera dan animalculus.


Wolf menggunakan mikroskop untuk studi embriologi.
Hill memperkenalkan cara atau teknik pengawetan bahan-bahan
dari kayu. Ia menggunakan alum, alkohol dan karmin untuk

1780

mempersiapkan preparat mikroskopik.


Adams dan kawan-kawan memperkenalkan mikrotom untuk

1802-1808

memotong preparat mikroskopik.


Mirbel melakukan observasi pada jaringan tanaman dan sampai
pada kesimpulan bahwa tanaman tersusun atas jalinan membrana

1809

selular.
J.B. Lamarck menyatakan bahwa dalam kehidupan organisme, sel

1824

mempunyai fungsi penting.


R.J.H Dutrochet mengemukakan prinsip sel, bahwa semua hewan
dan tumbuhan terdiri dari sel yang tetap bersatu oleh kekuatan

1828

adesif.
R. Brown menyatakan bahwa partikel dalam sel mengalami

1831

gerakan yang dinamakan gerakan Brown.


R. Brown menerbitkan hasil observasinya tentang inti sel pada

1832

tumbuhan.
Dumortier mengamati proses pembelahan sel pada algae, yang

1835-1839

juga pernah dilaporkan oleh Turpin pada tahun 1826.


H. Von Mohl melakukan penelitian lebih teliti tentang mitosis. Ia
menyatakan bahwa pembelahan sel dapat diamati dengan mudah
pada objek yang diambil dari ujung-ujung tanaman baik akar

1838

maupun batang.
M.J. Schleiden menerbitkan buku yang memuat pengertian tentang
genesis jaringan tumbuhan. Ia menemukan nukleoli, dan

1839
1840

mengemukakan tentang teori asal.


T. Schwan mengemukakan teori sel pada hewan.
J.E. Purkinje memberikan nama protoplasma untuk substansi

1845

dalam sel.
Kolliker mengemukakan bahwa protozoa dan ovum merupakan

1858

produk selular dari suatu organisme.


R. Virchow menyatakan bahwa semua sel berasal dari sel yang

1858
1861

telah ada.
R. Virchow melakukan studi patologik pada sel.
Schultze menyatakan bahwa sel merupakan akumulasi substansi
hidup (protoplasma) yang berada dalam ruang tertentu dan
memiliki inti dan membran sel. Konsep protoplasma ini didasarkan
pada hasil studinya bahwa ada persamaan isi sel pada protozoa, sel

1863

tumbuhan, dan sel hewan.


Waldeyer melaporkan penggunaan hematoksilin untuk pewarnaan

1865
1866
1867

kromosom.
G. Mendel menemukan prinsip dasar genetika.
Heckel mengemukakan plastida.
L.ST. George menemukan organela sel yang sekarang dinamakan

1869
1870

komplek-Golgi.
F. Miescher menemukan nuklein.
W. His membuat mikrotom

untuk

pemotongan

1876

mikroskopik secara serial.


O. Hertwing mengemukakan

bahwa

fertilisasi

1877

peleburan antara inti spermatozoa dan inti sel telur.


E. Able menemukan minyak emersi untuk objective mikroskop

1879

pada pembesaran kuat.


H. Fol melakukan observasi proses penetrasi spermatozoa pada sel

1879
1882
1882

telur waktu terjadinya fertilisasi


W. Flemming mengemukakan terminologi untuk kromatin.
W. Flemming mengemukakan proses mitosis pada sel hewan.
Strasburger mengemukakan proses mitosis pada sel tumbuhan dan

1883

mengemukakan terminologi sitoplasma dan nukleoplasma.


W. Roux mengemukakan bahwa di dalam kromosom terdapat

1883

satuan-satuan herediter.
E. Van Beneden menunjukkan bahwa gamet mengandung jumlah

1886

kromosom sebanyak setengah jumlah kromosom sel badan.


R. Almann mewarna mitokondria dan komponen granular lainnya

preparat

merupakan

dalam sel serta mengemukakan pentingnya mitokondria dalam


1887
1888
1888
1892

proses respirasi sel.


Van Benedon menemukan sentriol.
T. Boveri menemukan sentriol.
Waldeyer memperkenalkan terminologi untuk kromosom.
A. Weissmann mengemukakan bahwa kromosom merupakan
komponen penting dalam inti, dan satuan-satuan herediter terdapat

1892

di sepanjang kromosom dalam susunan tertentu.


T. Boveri menemukan proses spermatogenesis dan oogenesis pada

1898
1907

Ascaris.
C. Golgi menemukan komplek golgi pada sel saraf.
Harrison mengembangkan teknik baru dalam kulturisasi dan studi

1914
1944
1953
1953

sel terpisah dalam kesatuan organismenya.


R. Feulgen mengembangkan teknin pewarnaan DNA.
Avery dkk. mengemukakan bahwa DNA adalah material genetik.
Wilkins mengemukakan pola defraksi sinar-X dari DNA.
J. D. Watson dan F. H. C. Crick merumuskan model konfigurasi
DNA.

(Djohar, 1985)
C. Cara Mempelajari Sel
Pada prinsipnya ada dua teknik umum mempelajari sel yaitu teknik analisis
instrumental dan teknik analisis sitologi dan sitokimia.
1. Teknik Analisis Instrumental
Sebagian besar sel berdiameter antara 1sampai 100m sehingga tidak
mungkin dilihat dengan mata telanjang. Oleh karena itu diperlukan suatu
alat yang mampu memperbesar obyek untuk mempelajari sel, berupa
mikroskop. Setiap mikroskop mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing- masing. Misalnya, mikroskop elektron mampu mengenal bagian
sel sampai pada tingkatan molekul tetapi tidak dapat digunakan untuk
mempelajari sel hidup karena sel tersebut terlalu tebal. Untuk mengatasi
sifat sel yang tembus cahaya, dibutuhkan alat yang dapat meningkatkan
kontras. Menurut De Roberties, dkk (1975:82), sel memiliki sifat tembus
cahaya karena sel mengandung banyak air sehingga ketika sel telah kering
sifat kontrasnya meningkat. Teknik lain yang meningkatkan kontras adalah
dengan pewarnaan. Masalahnya adalah pewarnaan hanya dapat dilakukan
pada sel mati. Untuk meningkatkan sifat kontras pada sel hidup dapat
digunakan mikroskop fase kontras dan mikroskop interferensi (De
Roberties, 1975).
2. Teknik Analisis Sitologi dan Sitokimia
Tujuan utama mempelajari sitokimia adalah untuk identifikasi dan
lokalisasi komponen kimiawi sel, baik yang sifatnya kualitatif maupun
kuantitatif. Selain itu juga adalah untuk mempelajari dinamika perubahan
dinamika organisasi sitokimianya yang terjadi atas perbedaan fungsinya.
Dengan demikian, dapat diharapkan ditemukan peran perbedaan

komponen selular dalam proses metabolik sel. Sitokimia modern,


mengikuti tiga metode pendekatan utama, yaitu :
a. Metode Fraksionasi
Cara ini meliputi homogenasi dan dekstruksi sel, melalui
prosedur kimiawi maupun mekanik, diikuti pemisahan fraksi
selular tergantung pada massa, permukaan, gravitasi spesifik.
b. Mikrokimia dan Ultramikrokimia
Banyak cara untuk menganalisis mikro dan ultramikrokimia,
antara lain dengan mikrokolorimeter, mikrospetrometrik, dll. Caracara tersebut memiliki sensitifitas tinggi sehinnga dapat digunakan
untuk membedakan enzim dan koenzim.
c. Pewarnaan Sitokimia dan Histokimia
a. Cara Deteksi Protein
a) Reaksi Millon, reagen nitrous merkuri, digunakan
untuk jaringan yang bereaksi dengan gugus
tirosin pada rantai samping protein, membentuk
resipitat merah.
b) Reaksi diazonium, misalnya diazonium hidroksida
bereaksi dengan gugus tirosin, triptopan, dan
histidin membentuk warna kompleks.
b. Reagen Schiff untuk aldehid
Semua zat yang mengandung gugus aldehid
dapat dikenali dengan reagen Schiff. Reagen ini
terbuat dari basic fuchain,yang mengandung
parafuchain (triaminotrifenil-metan klorida), yang
diberi asam sulfat. Parafuchsin berubah menjadi
berwarna apabila
bereaksi dengan gugus
aldehid.
c. Deteksi asam nukleat
Pewarnaan asam nukleat tergantung dari tiga
komponen nukleotida, yaitu fosfat, karbohidrat,
purin dan purimidin. Adanya deoksiribosa dapat
bereaksi dengan reagen Feulgen. Adanya fosfat
dapat bereaksi dengan asure B atau methyl
green.
d. Reaksi periodic acid Schiff
Karbohidrat yang mengandung gugus 1,2 glikol
diamati dengan menggunakan reaksi periodic
acid Schiff
e. Detekdi Lipid

Osmium tetroksida mampu memberikan warna


hitam pada asam lemak tak jenuh. Dapat juga
menggunakan sudan III dan sudan IV. Sudan
hitam B dapat digunakan untuk posfolipid dan
kolesterol. Sedangkan Nile Blue sulfate dapat
digunakan untuk reaksi lipid asidik.
Syarat yang perlu dipenuhi untuk keperluan determinasi adalah sitokimia
dan histokimia adalah :
i.

Substansi tidak boleh bergerak dari lokasi semula

ii.

Substansi harus diidentifikasi dengan prosedur yang spesifik untuk zat itu (De
Roberties, 1975).
Perkembangan instrumen yang berkemampuan melebihi indra manusia

berjalan seiring kemajuan sains. Penemuan dan penelitian awal tentang sel menjadi
maju berkat penciptaan mikroskop pada tahun 1590mdan peningkatan mutu alat
tersebut selama taun 1600-an. Mikroskop masih menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari penelitian sel.
Mikroskop yang pertama kali digunakan oleh ilmuwan (saintis) zaman
Renaisans merupakan mikroskop cahaya. Dalam mikroskop cahaya ( light
microscope, LM ) cahaya-tampak diteruskan melalui spesimen dan kmeudian
melalui lensa kaca. Lensa ini merefraksi (membengkokkan) cahaya sedemikian rupa
sehingga citra spesimen diperbesar ketika diproyeksikan ke mata, ke film fotografi
atau sensor digital, atau ke layar video.
Seperti daya resolusi mata manusia yang terbatas, mikroskop cahaya tidak
dapat meresolusi detail yang lebih kecil dari 0,2 mikrometer (m) , atau 200
nanometer (nm), seukuran dengan bakteri kecil, berapapun faktor perbesarannya.

Resolusi ini dibatasi oleh panjang gelombang cahaya terpendek yang


digunakan untuk menyinari spesimen. Mikroskop cahaya dapat memperbesar secara
efektif sekitar 1000 kali dari ukuran asli spesimen. Pada perbesaran yang lebih
tinggi, detail tambahan tidak lagi dapat dilihat dengan jelas. Pada mikroskop cahaya,
dikenal beberapa teknik yaitu :
Teknik
a. Medan terang (spesimen tak
diwarnai)
Meneruskan

cahaya

langsung

melaui spesimen. Citra memiliki


kontras yang kecil, kecuali jika ssel
berpigmen alami atau diwarnai
secara buatan.

Hasil

b. Medan

terang

(spesimen

diwarnai)
Mewarnai

dengan

berbagai

pewarna (dye) akan meningkatkan


kontras.

Sebagian

prosedur

prosedur pewarnaan mensyaratkan


sel untuk difiksasi (diawetkan)
c. Fase-kontras.
Meningkatkan kontras pada sel
ayng

tak

memperbesar

diwarnai

dengan

variaasi

densitas

(kerapatan) dalam spesimen, sangat


berguna untuk mempelajari sel
hidup yang tidak berpigmen.
d. Diferensial-inferensi-kontras
(Nomarski)
Seperti mikroskopi fase-kontras,
penggunaan modifikasi optik untuk
melebih-lebihkan

perbedaan

densitas menjadi citraa terlihat


nyaris 3-D.
e. Fluoresensi
Menunjukan letak molekul spesifik
dalam sel denan cara melabeli
molekul menggunkan pewarna atau
antibodi

fluoresen.

Zat-zat

fluoresen ini menyerap radiasi


ultraviolet

dan

memancarkan

cahaya-tampak.

BAB III
KESIMPULAN

Dari makalah yang telah kami susun, dapat disimpulkan bahwa:


1. Sel merupakan unit dasar struktural, fungsional dan herediter makhluk hidup.
2. Perkembangan biologi sel sejalan dengan perkembangan cabang keilmuan lain dan
penemuan mikroskop.
3. Sel tercipta dari sel yang sudah ada sebelumnya atau dengan kata lain sel tidak berasal
dari benda mati.
4. Berbagai konsep dan teori bermunculan sejalan dengan perkembangan biologi sel,
beberapa ahli yang mengemukakan teori tentang sel yaitu Robert Hooke, Schleiden,
Schwann, Virchow.
5. Terdapat dua teknik dalam mempelajari sel yaitu teknik analisis instrumental dan
teknik analisis sitologi dan sitokimia.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., Reece, J.B. & Mitchell, L.G. (2002). Biologi Edisi ke-5, jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
De Robertis. 1975. Cell Biology. 6th Ed. London: W.B. Saunders Company.
Djohar. 1985. Biologi Sel I. Diktat Kuliah FPMIPA IKIP YOGYAKARTA.
Solomon, E.P, Berg, L.R, Martin, D.W. 2002. Biology. 6th Ed. USA: Brooks/Cole Thompson
Learning.
Subowo. 1995. Biologi Sel. Bandung: Angkasa
Suryani, Yoni. 2004. Biologi Sel dan Molekuler. Common Textbook FPMIPA UNY.

You might also like