Professional Documents
Culture Documents
1. Memberikan opini
Dalam kamus opini diartikan sebagai pendapat atau komentar. Opini yang
diberikan dapat mempengaruhi klien dalam kemampuannya mengambil
keputusan terhadap suatu masalah.
Opini yang diberikan dengan tidak tepat dapat mengakibatkan :
a. pembatasan spontanitas pasien
b. pemecahan masalah menjadi terhenti
c. menciptakan keragu-raguan pada pasien
Opini tidak seharusnya diberikan pada klien yang ingin mengungkapkan
perasaan. Ada kalanya klien membutuhkan sugesti dari perawat misalnya pada
saat pasien ingin memilih diet yang khusus. Perawat dapat memberikan sugesti
yang merupakan pilihan untuk perawat meskipun begitu keputusan tetap
berada pada klien.
Contoh opini yang tidak tepat
Perawat
Pasien
Perawat
DDK2/Hambatan/Nonreg/2016
Page
3.Menjadi Defensif
Perawat yang menjadi defensif dapat mengakibatkan klien tidak mempunyai
hak untuk berpendapat. Pada saat perawat menjadi defesif maka klien akan
menjadi tidak peduli.
Sikap perawat yang defensif biasanya dikarenakan perawat merasa terancam
disebabkan hubungan dengan klien. Misalnya perawat merasa ingin marah
karena klien marah-marah juga.
Agar
harus mendengarkan
pasien.
Walaupun
mendengarkan belum tentu setuju. Dengan terus menjadi defensif maka perawat
tidak akan mengetahui alasan tindakan klien.
DDK2/Hambatan/Nonreg/2016
Page
Contoh :
Pasien : Oh saya merasa sangat baik hari ini karena saya bisa pindah ke kursi
satu kali hari ini
Perawat : Hanya satu kali ? Seharusnya lebih dari itu.
Kalimat di atas akan membuat pasien merasa ditolak, dan pasien akan
menghindari interaksi lebih lanjut.
Kalimat yang lebih baik :
Anda telah membuat kemajuan. Dokter telah minta anda untuk mencoba
bangun 3 x sehari. Apakah anda lebih suka untuk melakukan sit up sebelum
tidur ?
5.Stereotype
Stereotype merupakan tindakan memberikan cap tertentu pada pasien.
Stereotype ini tidak boleh dilakukan karena setiap orang adalah unik dan juga
DDK2/Hambatan/Nonreg/2016
Page
karena hal ini akan menghalangi komunikasi dan mengancam hubungan antara
perawat dan klien.
Contoh stereotype :
Orang tua selalu kebingungan
Klien dengan masalah punggung tidak dapat menoleransi nyerinya.
FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PROSES
KOMUNIKASI
DDK2/Hambatan/Nonreg/2016
Page
3. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi
perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha untuk
mengetahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan
dan interaksi yang tepat dengan pasien. Dalam hubungan profesionalnya
diharapkan perawat tidak terpengaruhi oleh nilai personalnya.
Perbedaan nilai tersebut misalnya pasien memandang abortus tidak
merupakan perbuatan dosa sementara perawat memandang bahwa abortus
merupakan tindakan dosa.
5. Emosi
Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti
marah,
sedih,
senang
akan
dapat
mempengaruhi
perawat
dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Perawat perlu mengkaji emosi klien dan
keluarganya sehingga perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
dengan tepat. Selain itu perawat juga perlu mengevaluasi emosi yang ada
pada dirinya agar dalam melakukan asuhan keperwatan tidak terpengaruhi
oleh emosi dibawah sadarnya.
6. Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasinya yg berbeda-beda.
Tanned (1990) menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai
perbedaan gaya komunikasi. Dari usia 3 tahun wanita bermain dengan teman
baiknya atau dalam grup kecil dan menggunakan bahasa untuk mencari
kejelasan, meminimalkan perbedaan, serta membangun dan mendukung
keintiman. Laki-laki dilain pihak menggunakan bahasa utk mendapatkan
kemandirian dari aktifitas dalam grup yang lebih besar, dimana jika mereka
ingin berteman mereka melakukannya dg bermain.
DDK2/Hambatan/Nonreg/2016
Page
7. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan.
Seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit berespon
terhadap pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dengan tingkat
pengetahuan yang lebih tinggi.
Perawat perlu mengetahui tingkat pengetahuan pasien sehingga perawat
dapt berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat memberikan asuhan
keperawatan yang tepat kepada pasien.
8. Peran dan hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan diantara orang yang
berkomunikasi. Cara komunikasi seseorang perawat dg koleganya dengan
cara komunikasi seorang perawat kepada pasien akan berbeda tergantung
perannya. Demikian juga antara guru dengan muridnya.
9. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana
yang bising, tidak ada privacy yang tepat akan menimbuklkan kerancuan,
ketegangan dan ketidaknyamanan.
Untuk itulah perawat perlu menyiapkan lingkungan yang tepat dan nyaman
sebelum memulai interaksi dengan pasien.
10. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan rasa
aman dan kontrol. Dapat dimisalkan dg individu yang merasa terancam
ketika seseorang tidak dikenal tiba-tiba berada pada yang sangat dekat
dirinya. Hal itu juga yang dialami oleh pasien pd saat pertama kali
berinteraksi dengan perawat. Untuk itu perawat perlu memperhitungkan
jarak yg tepat pd saat melakukan hubungan dg pasien.
DDK2/Hambatan/Nonreg/2016
Page
DDK2/Hambatan/Nonreg/2016
Page
DDK2/Hambatan/Nonreg/2016
Page
d. Prasangka
Meliputi penilaian terhadap sesuatu (memberikan label/stereotipe) pada
mereka. Prasangka biasanya pada :
ras, warna kulit, agama, politik, berat badan, usia, orientasi seksual, status
perkawinan, warna rambut, tipe atau gaya baju tinggi badan.
Prasangka biasanya irasional dan diskriminatif.
e. Distorsi persepsi
Adanya penerimaan stimulus yg sama tetapi mempunyai persepsi yg
berbeda. Biasanya persepsi ini berdasarkan pengalaman masa lalu.
Contoh :
Stimuli yg ada : Ganti balutan pada pasien
Persepsi pasien : sesuatu yg baru dan menakutkan
Persepsi perawat baru/mahasiswa : senang karena dapat mempraktekan dan
latihan teori yang telah dipelajari.
Persepsi perawat lama : Bagaimana melakukan tindakan sesuai prosedur.
End
~ 219 ~
DDK2/Hambatan/Nonreg/2016
Page