Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN.
Korupsi digolongkan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime).
Jumlah kerugian negara akibat korupsi sangat memprihatinkan, yang lebih
memprihatinkan lagi Indonesia pernah mendapat predikat terkorup se- Asia.
Penyebab korupsi bermacam-macam, antara lain karena kebutuhan, keinginan
bergaya hidup mewah, korup membudaya, kurangnya integritas diri, dll. Namun,
dari beberapa penyebab itu yang dirasakan paling dominan adalah penyebab
kurangnya integritas diri, sehingga perlu pemahaman tentang integritas.
Banyaknya korupsi mengakibatkan negara ini sulit untuk maju, karena negara
banyak menanggung hutang. Negara ini
ibarat
memberikan
kepada
manfaat
negaranya,
namun
sebaliknya
justeru
memberatkan beban negara dan rakyat, sebab semua rakyat harus menanggung
1
beban
membayar
hutang-hutang
negara.
Sampai-sampai,
bayi
dalam
kandungan saja sudah harus menanggung beban hutang negara. Jadi, rakyat
Indonesia ibarat mati kelaparan di lumbung padi. Seharusnya rakyat Indonesia
bisa menikmati hasil-hasil pembangunan negara ini,seperti menikmati hasil
kekayaan alam, hasil hutan, hasil pertanian, hasil bumi, hasil perkebunan, hasil
industri, hasil laut, hasil pembangunan perumahan, hasil jasa perhubungan
(transportasi), dll. Nampaknya negara Indonesia masih jauh dari kemakmuran.
Mengapa demikian, salah satu sebabnya karena korupsi. Seperti yang tertera
dalam kutipan di bawah ini :
Tindak Pidana Korupsi1 di Indonesia sampai saat ini masih belum dapat
diberantas.. Media cetak dan elektronika tak pernah sepi dari berita tindak
pidana korupsi. Reformasi nasional dalam rangka untuk menyapu bersih
praktek korupsi dari seluruh sendi kehidupan bangsa telah berlangsung sejak
tahun 1999 dan kampanye perang terhadap korupsi belum menunjukkan hasil
yang berarti. Menurut UU Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, yang disempurnakan dengan UU Nomor 20 tahun
2001 tentang Perubahan atas UU nomor 31 tahun 1999, memberikan
penjelasan yaitu tindak pidana korupsi yang terjadi selama ini tidak hanya
merugikan negara, tetapi juga telah merupakan pelanggaran hak-hak
sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana
korupsi dipandang sebagai kejahatan yang pemberantasannya harus
dilakukan secara luas.2
Pembentukan tim pemberantasan korupsi telah dilakukan oleh pemerintah,seperti
kutipan di bawah ini :
Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi dilakukan sejak tahun 1967, Komisi
Empat (1970), Komisi Anti Korupsi (1970), OPSTIB (1977), Tim Pemberantas
Korupsi (1982), Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (1999).
Namun upaya ini dirasakan masih jauh dari harapan, sehingga perekonomian
negara terpuruk, sebagaimana yang dinyatakan oleh Indonesian Corruption Watch
(ICW).3
1 Istilah korupsi berasal dari bahasa Latin corruption atau corruptus, yang berarti
kerusakan atau kebobrokan. Perbuatan yang tidak baik,curang, dapat disuap, tidak
bermoral, melanggar aturan norma agama dan hokum.
2 IGM Nurdjana, Korupsi Dalam Praktek Bisnis, Gramedia, Jakarta, 2005, hal. X.
3 Chairil A. Adjis, dkk, Kriminologi Syariah, Wahana Semesta Intermedia, Jakarta,
2007, hal. .
2
Sekretariat Utama Biro Hukum dan Humas BPKP menuliskan Selama ini
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia sudah
dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan khusus yang berlaku
sejak tahun 1957 dan telah diubah sebanyak 5 (lima) kali, yaitu Peraturan
Pemberantasan korupsi penguasa Perang Pusat Nomor Prt/Peperpu/013/1958; UU
(Prt) Nomor 24/1960; UU Nomor 3/1971; UU Nomor 31/1999; UU Nomor 20/2001
dan UU No. 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK).
Akan tetapi upaya pemberantasan tindak pidana korupsi berdasarkan peraturan
perundang-undangan tersebut belum maksimal, hal tersebut ditunjukan dengan
kenyataan bahwa korupsi di Indonesia masih menduduki ranking tinggi diantara di
negara-negara lain di dunia. Upaya pemberantasan tindak pidana korupsi, disamping
upaya refresif juga dilakukan melalui upaya prefentif dan edukatif 4
Upaya pemberantasan korupsi ini sudah banyak dilakukan oleh pemerintah, antara lain
mengeluarkan UU Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.
Tahun 2004 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Instruksi Presiden RI
Nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Undang-Undang
tersebut diharapkan mampu mengantisipasi perkembangan kebutuhan hukum dalam
rangka memberantas dan mencegah secara lebih efektif setiap bentuk tindak pidana
korupsi yang sangat merugikan keuangan negara pada khususnya, serta bangsa pada
umumnya.5
Berbagai upaya pemberantasan tindak pidana korupsi berupa kerjasama yang
dilakukan antara Kepala BPKP Pusat dengan Jaksa Agung Tahun 1994; Kepala
BPKP Pusat dengan Jaksa Agung RI Tahun 1989; Kepala BPKP Pusat dengan
Kepala Kepolisian RI Tahun bulan April 2002; Kepala BPKP Pusat dengan Kepala
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan April Tahun 2007; Kepala BPKP
Pusat dengan Ketua KPK April 2007; Nota Kesepahaman antara Kejaksaan RI,
Kepolisian RI dan BPKP September 2007; Ketua KPK dengan Kepala BPKP bulan
Mei 2008.6
Berbagai barier telah ditetapkan oleh Pemerintah dalam upaya
mencegah tindak
menteri, gubernur,
koripsi.
dilakukan dalam kurun waktu 51 tahun (sejak Tahun 1957), dan berapa besar
kerugian negara pertahun yang dilakukan oleh pelaku di 33 provinsi.
dipercaya, hilang
kredibilitas. Disinilah letak kuncinya mengapa integritas sangat penting untuk mencegah
diri dari berbuat korupsi.
Integritas dalam bahasa Inggeris adalah integrity yang artinya sifat jujur dan lurus.
Berhubung pentingnya nilai integritas dalam pemberantasan korupsi, pejabat yang
dilantik diharuskan menandatangani pakta integritas. Integritas itu mencakup empat
nilai luhur manusia, yaitu kejujuran, tangung jawab, berani dan bijaksana.
Empat nilai luhur ini yang menjadi modal dasar setiap diri, baik dalam berkarier
maupun dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Termasuk modal dasar untuk
mencegah diri dari berbuat korupsi. Jika nilai-nilai luhur tersebut dimiliki, maka diri akan
selamat dari korupsi.Jika nilai integritas melekat dalam diri, maka tindak pidana korupsi
tidak akan terjadi. Artinya dengan memiliki nilai kejujuran, nilai tanggung jawab, nilai
keberanian dan nilai kebijaksanaan, orang akan enggan
13
yang berakibat merugikan rakyat banyak. Oleh karena pentingnya, nilai kejujuran juga
salah satu dasar pengukuran penilaian kinerja PNS (DP3). Formulanya, orang yang
menjunjung tinggi nilai kejujuran tak akan membiarkan dirinya rugi dan merugikan hak
orang lain. Orang yang
13 Asyhar Hidayat, Bahan Teori Hukum Alam, Unisba, Bandung, 2008, hal.1.
7
korupsi,
alasannya
sangat berat menyandang beratnya beban batin jika melakukan kejahatan tersebut.
Orang yang jujur paham bahwa ada larangan di hati nuraninya. Sebelum orang
bertanya kepada ahlinya apakah korupsi itu jahat atau tidak, hati nuraninya sudah
menjawab dengan tegas bahwa korupsi tidak dibenarkan karena mengambil hak orang
lain dan merugikan keuangan negara. Mengambil yang bukan hak itu sama dengan
mencuri.
Nilai kejujuran dimiliki oleh siapapun, bagi siapa saja yang ingin memunculkan dan
memancarkan cahaya kejujuran itu, maka selamatlah kariernya. Bagaimana cara nilai
kejujuran itu mampu bersinar dalam kehidupan berkarir, maka disiplinlah melatih ke
jujuran, terutama kejujuran pada yang hak dan yang bukan hak, sebab kejujuran adalah
modal utama untuk ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan. Dengan kejujuran
seseorang tak akan
sebagaimana yang disebutkan oleh kode etik dan standar audit di bawah ini :
Kode Etik dan Standar Audit BPKP menyebutkan bahwa integritas adalah
kepribadian yang dilandasi nilai kejujuran, keberanian, kebijaksanaan dan tanggung
jawab, sehingga menimbulkan kepercayaan dan rasa hormat. Jujur adalah perpaduan
dari keteguhan watak dalam prinsip-prinsip moral (lurus hati), tabiat suka akan
kebenaran (tidak curang), tulus hati (ikhlas) serta berperasaan halus mengenai etika
keadilan dan kebenaran. Untuk kejujuran, diperlukan orang yang taat pada segala
aturan, baik sedang diawasi maupun tidak;
bekerja sesuai dengan keadaan
sebenarnya, tidak menambah maupun mengurangi fakta yang ada; tidak menerima
segala sesuatu dalam bentuk apapun yang bukan haknya, yang dapat mengganggu
integritas serta mengurangi objektivitasnya. 14
Korupsi
mengandung
serangkaian
kejahatan
yang
menjauhkan
orang
dari
kebahagiaan. Hati tidak akan mencapai kebahagiaan jika dipenuhi dengan kejahatan
dan kebohongan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh pemimpin spiritualis Hindu,
Mahatma Gandi, Kebahagiaan adalah jika apa yang dipikir, apa yang diucapkan dan
apa yang dilakukan itu selaras.15
Semua manusia
manusia, bahkan yang paling luhur. Nilai luhur manusia yang bersumber dari ajaran
akhlak Rasulullah SAW.
kerugian/kemungkinan kerugian kepada orang lain dan dapat pula diartikan sebagai
tindakan untuk menyelesaikan setiap tugas sebagaimana mestinya; berani mengambil
resiko yang merupakan pekerjaan.16
Korupsi dilakukan di tempat dimana seseorang bekerja mencari nafkah.
Idealnya orang yang bekerja mencari nafkah harus bertanggung jawab dalam
pekerjaannya. Jika bertanggung jawab maka orang tidak akan korupsi. Mencari rizki
pada
hakekatnya
adalah
mencari
karunia-Nya
dimana
seseorang
bertugas.
Seyogyanya dapat memberikan manfaat sebagai wujud dari tanggung jawab. Namun
jika melakukan korupsi maka berarti bertolak belakang dari nilai tanggung jawab,
bahkan membawa kerugian, baik bagi diri sendiri maupun bagi negara. Jika setiap
orang memahami bahwa dirinya bekerja pada hakekatnya adalah sebagai khalifah
mewakili Allah, yang diserahi tanggungjawab untuk mengurus segala urusan sesuai
dengan profesi keahlian masing-masing, yang difokuskan hanya pada manfaat, maka
setiap orang
bertanggung jawab kepada hukum, rakyat dan negara tapi yang lebih berat lagi wajib
mempertanggungjawabkannya kepada Allah.
Jika korupsi hanya bertanggung jwab kepada Inspektorat, BPKP, BPK, KPK. Hal
itu
dengan
tanggungjawab kepada
Allah, karena
hukuman hakim tidak mengurangi hukuman Allah. Dan bila menjunjung tinggi nilai
tanggung jawab maka Allah suka. Sebaliknya, jika korupsi maka Allah tidak menyukai.
Jika seseorang bertanggung jawab tidak berbuat korupsi, artinya ia sudah taat pada
larangan-Nya Taat artinya tidak melanggar aturan-Nya. Nilai tanggung jawab ini
merupakan salah satu nilai integritas, yang diharapkan setiap orang memiliki integritas
dalam pekerjaannya. Sehingga dengan tanggung jawab itu mampu mengendalikan diri
dari korupsi.
Integritas yang ketiga adalah berani. Artinya seseorang yang memiliki
keberanian. Keberanian sangat dibutuhkan bagi siapa saja, terutama dalam kehidupan
berkarir. Setinggi apapun tingkat intelektual seseorang jika tidak memiliki keberanian
16 HT. Ridwan Jaafar, Kode Eti dan Standar Audit, BPKP, Jakarta, 2002, Hal. 17.
10
dalam mengambil sebuah keputusan, maka belumlah sempurna. Sebab tanpa sebuah
keberanian, maka orang
berdiri dengan hak dan benar dan mempertahankannya. Diantara sifat keberanian ini
ialah orang yang memberi kebaikan kepada manusia, seperti orang yang mengetahui
penyakit masyarakat, lalu menyediakan waktu hidup dan tenaganya untuk mempelajari
dan mengetahui sebab-sebabya, lalu bekerja dengan giat untuk mengobati penyakit
masyarakat tersebut. Ia hadapi kesulitan dengan tabah, maka itu adalah lebih berani
daripada tentara yang maju digaris depan. 18
Carol Osborn, 100 Nasihat Bijaksana Kong Hu Chu tentang Kehidupan dan Bisnis
menuliskan : Keberanian adalah salah satu kualitas yang dikagumi dan dihargai oleh
kebanyakan pemimpin.19
Mengapa keberanian merupakan salah satu dari nilai integritas dalam pencegahan
korupsi? Sebab dengan keberanianlah seseorang mampu memilih satu pilihan hidup
untuk tidak berbuat korupsi. Keberanian menolak
Ada yang mengartikan bijaksana sebagai sikap yang selalu menimbang permasalahan
berikut akibat-akibatnya dengan seksama. Darimana datangnya bijak? Apakah orang
bisa sekonyong-konyong menjadi bijak? Tentu saja tidak.
Nilai bijaksana merupakan salah satu nilai luhur manusia. Seseorang tidaklah mungkin
mampu memiliki nilai bijaksana, jika tidak memiliki beberapa nilai luhur lainnya. Untuk
bisa mencapai bijaksana dalam diri seseorang haruslah memiliki adil. Dan untuk adil
tidaklah mungkin jika tidak memiliki sifat obyektif. Sifat obyektif tidak mungkin ada
dalam diri seseorang jika tak berpijak di atas kejujuran. Dan jujur tidaklah mungkin ada
jika seseorang tidak berpijak pada garis orbit
Bijaksana hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang konsisten pada kebenaran dan
kejujuran. Dan jika ditarik lagi lebih dalam, mengapa orang ingin mencari yang benar
dan kebenaran?
sesuatu yang haram. Inilah rumus panjang tentang bijaksana, sehingga nilai bijaksana
dipandang ampuh untuk mencegah korupsi.
Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Araaf (181), yang artinya Dan diantara
orang-orang yang telah Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan
(dasar) kebenaran, dan dengan itu (pula) mereka berlaku adil. 20
Sifat bijaksana ini telah dicontohkan oleh Allah dalam nama-Nya Al-Hakiim, pemilik
sifat bijaksana. Demikian pula yang dilakukan para ahli filsafat (filsuf). Mereka para ahli
pikir yang berpikir dan cenderung berjalan pada kebenaran. Mereka cinta pada
kebijaksanaan, sehingga mereka
kejahatan korupsi sangatlah bertolak belakang dengan nilai bijaksana. Sehingga untuk
mencegah korupsi sangat cocok dengan pendekatan integritas.
Bagaimana cara untuk menumbuhkan nilai integritas dalam diri, yaitu dengan cara
komitmen untuk terus melatih diri secara konsisten agar nilai-nilai tersebut dapat
terinternalisasi dalam diri, dan menjadi reflek perilaku spontanitas. Dengan demikian
dapatmenjadi benteng diri dari berbuat korupsi..
D. PENUTUP/SIMPULAN.
Salah satu penyebab korupsi adalah kurangnya integritas diri. Nilai integritas sangat
dibutuhkan untuk membangun kepercayaan/trust. Sehingga untuk mencegah korupsi
sangat cocok dengan pendekatan integritas. Nilai integritas mengandung nilai-nilai
luhur manusia,yaitu kejujuran,tanggung jawab,berani, bijaksana. Bukti penting integritas
ini
pejabat.
Jadi,
makna
integritas
harus
dipahami
secara
dalam,
sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Amin, Ethika (Ilmu Akhlak), Bulan Bintang, Jakarta.
Asyhar Hidayat, Bahan Teori Hukum Alam, Unisba, Bandung, 2008.
Carol Osborn, 100 Nasihat Bijaksana Kong Hu Chu tentang Kehidupan dan Bisnis,
Binarupa Aksara, 1997.
Chairil A. Adjis, dkk, Kriminologi Syariah, Wahana Semesta Intermedia, Jakarta, 2007.
Dri dkk, Anggota DPR Ditangkap Lagi, Republika, Rabu, 4 Maret 2009.
HT. Ridwan Jaafar, Kode Eti dan Standar Audit, BPKP, Jakarta, 2002.
HT. Ridwan Jaafar, Kode Eti dan Standar Audit.
Harian Seputar Indonesia, Indonesia, Jakarta, 2008.
Implementasi United Nations Convention Against Corruption, 2003 (Konvensi PBB Anti
Korupsi, 2003) Setelah Diratifikasi Melalui UU No. 7 Tahun 2006 Ke dalam UU
14
15
Naskah Jurnal
OLEH
16
HANA MAKMUN,SH, MH
Mempertajam makna materi mata ajar dalam setiap proses pembelajaran Yang
mana setiap tahun dianggarrkan untuk pembiayaan bidang-bidang tersebut,
yang telah dikenal dengan nama Anggaran Pengeluaran Belanja Negara, dan
untuk daerah-daerah dikenal dengan Anggaran Pengeluaran Belanja Daerah.
Sadar atau tidak sadar, setiap hitungan 12 bulan anggaran tersebut dialokasikan
17
untuk setiap bidang yang disebutkan di atas. Dan setiap akhir tahun tutup buku
kita diminta laporan pertanggungjawaban dari semua kegiatan pemerintah yang
menggunakan dana anggaran tersebut. Mestinya setiap OPD di tingkat Pusat
maupun tingkat Daerah berlomba-lomba memamerkan dengan bangga hasil
pembangunan OPD masing-masing, sebagai tanda bukti bahwa akuntabilitas
dalamkonsep good governance telah diimplementasikan pada semua OPD di
seluruhIndonesia,hal ini mengingat bahwa seluruh kinerja OPD mengarah pada
pencapaian tujuan Nasional. Namun,tidak demikian adanya.
1.
18