You are on page 1of 22

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Latar belakang dibuatnya makalah ini adalah karena kacang panjang

(Vigna sinensis sp) merupakan tanaman legum yang kaya akan vitamin
termasuk dalam suku Papilionaceae dan juga merupakan tanaman
semusim yang bersifat membelit. Tanaman kacang panjang dapat
dikembangkan untuk perbaikan gizi keluarga. Berumur pendek, tumbuh
baik pada dataran medium sampai dataran rendah, dapat ditanam di
lahan sawah, tegalan atau pekarangan pada setiap musim. Untuk
memahami tanaman kacang panjang lebih dalam, kami bermaksud mengulas
tanaman kacang panjang pada struktur budidaya tanamannya, maupun dari
organisme pengganggu tanaman nya (OPT).

1.2
1)
2)
3)

Rumusan Masalah
Apa saja jenis dan kriteria tanaman kacang panjang ?
Bagaimana proses budidaya tanaman kacang panjang ?
Apa saja organisme pengganggu tanaman (OPT) yang menyerang
tanaman kacang panjang dan bagaimana gejala dan ciri-ciri organ
target tanaman yang diserang ?

4) Bagaimana cara mengendalikan OPT yang menyerang tanaman


kacang panjang tersebut ?
1.3
Tujuan Penelitian
1) Mengetahui dan memahami jenis dan kriteria tanaman kacang
panjang
2) Mengetahui dan memahami proses budidaya tanaman kacang
panjang
3) Mengetahui

dan

memahami

berbagai

organisme

penggaggu

tanaman (OPT) dan gejala-gejalanya


4) Mengetahui

dan

memahami

menyerang tanaman buncis


1.4

Manfaat

cara

mengendalikan

OPT

yang

1) Lebih mengenal dan memahami bagaimana tipe tanaman kacang


panjang, proses budidaya serta ragam OPT yang menyerang
tanaman buncis tersebut
2) Mengenal lebih dekat lingkungan perkebunan
3) Memotivasi mahasiswa untuk dapat lebih berfikir kritis dalam
menanggapi masalah

1.5 Metode penelitian


Metode yang kami gunakan adalah :
1) Observasi
Teknik mengumpulkan data dengan cara berkunjung ke kebun
kacang panjang pada tanggal 19 Juli 2016
2) Mengumpulkan data dari internet (Browsing)
Teknik mengumpulkan data dengan cara mencari dari internet.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi tanaman kacang panjang
Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) sudah lama dibudidayakan oleh orang
Indonesia. Tanaman kacang panjang berasal dari India dan Afrika.
Klasifikasi Kacang panjang
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Rosales (Leguminales)
Famili
: Leguminosae (Papilionaceae)
Genus
: Phaseolus
Spesies
: Vigna sinensis L.
Tanaman kacang panjang mempunyai sebutan lain seperti kacang lanjaran (Jawa),
kacang turus (Pasundan), taukok (Cina), sitao (Philipina), kacang belut (Malaysia),
paythenki, yardlong bean dan asparagus bean. Tanaman ini mudah tumbuh dengan baik di
berbagai jenis lahan, baik lahan sawah, tegalan bahkan pekarangan rumah. Kacang panjang
merupakan tanaman semusim yang berbentuk perdu, bersifat memanjat dengan membelit.
Daunnya bersusun tiga-tiga helai, sedangkan bunga kacang panjang seperti kupu-kupu
berwarna biru muda, polongnya berwarna hijau berbentuk gilig dengan panjang sekitar 10
-80 cm.
Kacang panjang bersifat dwiguna, artinya sebagai sayuran polong dan sebagai
penyubur tanah. Tanaman sebagai penyubur tanah karena pada akarakarnya terdapat bintilbintil bakteri Rhizobium. Bakteri tersebut berfungsi mengikat nitrogen bebas dari udara.
Maka dari itu kacang panjang banyak ditanam oleh petani di pematang sawah baik
monokultur maupun sebagai tanaman sela. Selain itu kacang panjang banyak mengandung zat
gizi seperti protein, kalori, vitamin A dan vitamin B. Daun kacang panjang sangat baik bagi

wanita yang sedang menyusui karena dapat memperbanyak air susu ibu. Nilai gizi kacang
panjang dan daun kacang per 100 g bahan

2.2 Budidaya tanaman kacang panjang


a. Syarat tumbuh
Tanaman kacang

baik ditanam pada tanah Latosol atau tanah yang bertekstur

lempung berpasir, subur, gembur, bayak mengandung bahan organik dan drainasenya baik
dengan pH sekitar 5,5-6,5. Ditanam pada ketinggian optimum kurang dari 800m dpl, suhu
antara 20-30C, iklimnya kering da curah hujan antara 600-1500 mm/tahun.
b. Persiapan benih
Salah satu faktor penting yang sangat menentukan keberhasilan usaha tani kacang
panjang adalah mutu benih. Benih bersertifikat dapat diperoleh di toko pertanian, selain itu
benih dapat diperoleh dari polong kacang panjang yang sudah masak pohon dengan ciri-ciri
polongnya kering dipohon serta berasal dari tanaman yang sehat dan berproduksi banyak.
Karakterisktik benih yang bermutu tinggi adalah sebagai berikut :
1. Daya tumbuh tinggi, lebih dari 80 %.
2. Tidak tercampur dengan varietas lain atau dapat dikatakan tingkat kemurniannya
tinggi, yakni antara 98 %-100 %.
3. Memilik kecepatan tumbuh (vigor) yang baik.
4. Biji berwarna mengkilat, tidak keriput, bernas dan bebas dari gigitan serangga.
5. Tidak tercampur dengan kotoran, gulma atau biji tanaman lain. Jumlah benih yang
dibutuhkan per luas lahan sangat ditentukan oleh varietas, tingkat kesuburan tanah,
jarak tanam, dan jumlah benih per lubang tanam. Kebutuhan benih per luas lahan

dapat dihitung menggunakan rumus :

Keterangan :

B = Benih yang diperlukan (g)


P = Jarak tanam antar barisan (cm)
Q = Jarak tanam dalam barisan (cm)
r = Daya tumbuh benih (%)
s = Bobot per 100 butir benih (g)
t = Jumlah benih per lubang tanam
c. Persiapan lahan
Sebelum lahan ditanami kacang panjang, dilakukannya pembajakan dan di garu
terlebih dahulu untuk memperoleh struktur tanah yang gembur dan remah. Cangkul lahan
dengan kedalaman 20-30 cm. Lalu, dibuatnya bedengan dengan ukuran 1-1,2 mm dengan
tinggi 20-30 cm atau dibentuk guludan dengan jarak antar guludan 1m. Untuk tanah yang
mempunyai pH kurang dari 5,5 diperlukannya tambahan dolomite sekitar 1-1,5 ton/ha da
dibiarkan selama 2-3 minggu sebelum tanam.
d. Teknik penanaman
Tanaman kacang panjang lebih baik ditanam pada awal atau akhir musim hujan, jika
pada musim kemarau dapat dilakukan penanaman dengan syarat kebutuhan air tercukupi.
Sebelum menanam kacang panjang, benih terlebih dahulu direndam dalam air selama 2-4
jam. Lubang tanam dibuat menggunakan tugal sedalam 4-5 cm dengan jarak antar lubang
tanam untuk tipe merambat adalah 20 x 50 cm, 40 x 60 cm, 30 x 40 cm sedangkan jarak antar
lubang tanam untuk tipe tegak adalah 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm. Setiap lubang tanam diisi
dengan 2 butir benih, lalu ditutup kembali dengan tanah tipis tanpa dipadatkan.

e. Pemeliharaan
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh atau mati.
Penyulaman dilakukan kurang lebih 1 minggu setelah penanaman.
2. Penyiraman
Meskipun tanaman kacang panjang dapat tumbuh dilahan kering, tetpi untuk
kebutuhan air harus terpenuhi agar pertumbuhan tanaman tidak terhambat. Jika setelah
tanam, penyiraman dilakukan pada saat sore harinya. Lalu, untuk penyiraman rutin dilakukan

tiap pagi atau sore hari dengan menggunakan gembor atau aliran air melalui saluran di sekitar
bedengan. Penyiraman dilakukan secukupnya sampai tanah cukup lembab.
3. Pemasangan Ajir
Pemasangan ajir dilakukan pada saat tanaman mulai tumbuh dan tingginya mencapai
25 cm. Ajir/lanjaran dibuat dari belahan bambu atau menggunakan kayu dengan panjang
sekitar 2 meter. Permasangan ajir bermaksud sebagai tempat merambatnya tanaman.
Pemasangan ajir dilakukan 10 hari setelah tanam yaitu diantara dua lubang tanam. Setiap
lima lanjaran dipasangi silang lanjaran. Kemudian diberi tali untuk merambatkan tanaman.
Pemasangan tali yang mengikat tanaman dengan lanjaran dilakukan dua kali, yaitu pada saat
tinggi tanaman 70 cm dan 150 cm.
4. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk pengendalian gulma yang tumbuh disekitar tanaman
kacang panjang yang dapat dilakukan secara manual dengan mencabut rumput yang tumbuh,
dapat menggunakan alat dengan cara dikored atau menggunakan herbisida dengan dosis 1-2
ml per liter air. Bersamaan dengan penyiangan, dapat juga dilakukan pendangiran yang
berfungsi untuk menggemburkan tanah.
5. Pemangkasan
Tanaman kacang panjang yang terlalu rimbun perlu dilakukannya pemangkasan daun
maupun ujung batang karena tanaman yang terlalu rimbun dapat menghambat pertumbuhan
bunga. Pemangkasan juga bertujuan agar pertumbuhan generatif dapat berjalan dengan baik.
Pemangkasan dilakukan pada saat tanaman belum berbunga atau tanaman berumur sekitar 34 minggu dengan memotong pucuk sekitar 2-3 ruas menggunakan pisau tajam atau gunting
setek.
6. Pemupukan
Tanaman kacang panjang tidak hanya melakukan pemupukan dasar tetapi tanaman
kacang panjang juga membutuhkan pupuk anorganik untuk pertumbuhannya. Pemberian
pupuk anorganik dilakukan dua kali yaitu pada saat penanaman dan saat tanaman berumur 45
hari dengan dosis sebagai berikut:

Pupuk diberikan dalam larikan yang berada diantara dua sisi barisan tanaman
kemudian ditutup kembali dengan tanah. Selain itu dapat pula diberikan pupuk daun.
Dilakukan pada saat menjelang berbunga sekitar 4 minggu setelah tanam.
f. Panen dan pasca panen
Tanaman kacang panjang dapat mulai dipanen setelah
berumur 50-60 hari tergantung pada varetas, musim dan
tinggi rendahnya daerah penanaman. Ciri-ciri tanaman
kacang panjang yang sudah siap panen yaitu:
-

Ukuran polong sudah maksimal atau polongnya sudah terisi penuh


Polong yang mudah untuk dipatahkan
Warna polong hijau merata sampai hijau keputihan
Pemanenan dapat dilakukan dengan cara dipetik yaitu dengan memutar bagian

pangkal polong hingga polong terlepas seluruhnya atau dengan menggunakan pisau tajam.
Waktu panen yang baik untuk dilakukan pada saat pagi atau sore hari dan pemanenan
sebaiknya dilakukan secara bertahap dengan selang waktu 3 hari.Pemanenan dihentikan
setelah tanaman berumur sekitar 3-4 bulan.
2.3 Hama dan Penyakit
1. Hama
Hama Utama (Key pest)
a. Kutu Aphids craccivora Koch
Klasifikasi :
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Homoptera
Famili : Aphididae
Genus : Aphis
Spesies: Aphis craccivora
Kutu Aphids craccivora merupakan hama yag selalu menyerang tanaman kacang
panjang dengan tubuhnya yang berwarna hitam. Kutu-kutu tersebut selalu bergerombol di

balik bawah daun. Hama ini bersimbiosis dengan semut, karena cairan madu

yang

dikeluarkannya disenangi semut hitam. Di samping disenangi semut hitam, cairan madu
disenangi embun jelaga. Embun jelaga sebenarnya tidak merusak tanaman, tetapi karena
keberadaanya menutupi daun, hal ini bisa mengganggu proses fotosintesis, lalu membuat
daun-daun atau ranting tanaman kacang panjag menjadi hitam karena semut serta berwarna
keabu-abuan yang diakibatkan oleh embun jelaga.

Bioekologi hama kutu Aphids craccivora adalah :


- Sifatnya parthenogenesis, yaitu telurnya berkembang menjadi nimfa tanpa terjadi
-

pembuahan, kemudian dilahirkan oleh induknya.


Lama hidupnya antara 13-18 hari dengan 4-8 kali instar.
Nimfa yang baru terbentuk langsung mengisap cairan tanaman secara bergerombol.
Nmfa dewasa berwarna hitam dan berkilau. Antenanya lebih pendek dari pada

abdomen.
Betina menjadi ddewasa setelah berumur 4-20 hari. Panjang tubuh yang bersayap
rata-rata 1,5 mm. Mulai menghasilkan keturunan pada umur 5-6 hari dan berakhir

sepanjag hidupnya.
Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :
- Stadia yang merussak adalah nimfa dan imago yang umumnya mengisap pada bagian
-

daun permukaan bawah, kuncup, batang muda.


Daun mengeras dan menggulung ke dalam, juga disertai dengan timbulnya embun

jelaga.
Kutu-kutu bergerombol pada pucuk tanaman dan berperan sebagai vektor virus.
Pertumbuhan terhambat karena hama mengisap cairan sel tanaman dan penurunan

hasil panen.
Pertumbuhan terhambat menjadi lemah dan kehilangan warna daun, mengkerut lalu

menurunkan hasil produksi.


Serangan berat pada fase pembungaan atau pembentukan polong (menurunkan hasil

panen)
Cara pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
- Denga dilakukannya rotasi tanaman denga bukan family kacang-kacangan dan juga
-

denga penyemprotan Natural BVR.


Penanaman tanaman yang resisten
Penggunaan musuh alami yaitu seperti Coleoptera, Harmonia arcuata, dan dari ordo

Diptera
Jika tanaman kacang panjang belum terserang hama kutu Aphids craccivora, maka
sebaiknya dilakukan pencegahan dengan cara menghindari menanam tanaman kacang
panjang dengan jarang saling berdekatan dengan tanaman yang lebih tua.

Jika tanaman kacang panjang sudah mulai terserang hama kutu Aphids craccivora,
maka harus segera dilakukan penyemprotan pada permukaan daun bagian bawah
dengan insektisida yang tepat.

Insektisida yang bisa digunakan diantaranya Matador 25 EC, Akhodan 350 EC, dan
Perfecthion 400 EC (penggunaan disesuaikan dengan dosis anjuran yang tertera pada
label kemasan)

b. Ulat Penggerek Polong Maruca testulalis.

Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili: Pyralididae
Genus: Maruca
Spesies: Maruca testulalis
Bioekologi :
- Tersebar pada daerah tropis, dan mengkhususkan
-

menyerang tanaman famili

Leguminosae
Pada usia muda, ulat penggerek tersebut berwarna hijau. Seiring berjalannya waktu
dan bertambahnya usia, warna ulat tersebut berangsur-angsur berubah menjadi warna

coklat kehitaman.
Larva menyerang ovarium bunga yang baru mekar, kelopak muda, polong muda, daun

muda, dan tunas.


Ukuran larvanya berwana hijau cerah dengan kepala gelap ini sekitar 1,6 cm.

selanjutnya ia akan membentuk pupa di dalam tanah


Serangan terjadi saat tanaman baru bertunas atau mengeluarkan polong.
Siklus hidup ngengat bertelur di kuncup bunga, bunga, atau pada polong muda.
3-5 hari telur menetas menjadi larva dan mulai memakan tunas, bunga, daun, dan
polong. Larva bertambah besar dan berpindah ke tempat lain pada umur 4-7 hari

(stadia paling berbahaya). Setelah umur 6-8 hari larva berubah menjadi pupa di tanah
dan membutuhkan waktu 5-7 hari untuk menjadi serangga dewasa.
Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :
- Larva menyerang bunga yang sedang membuka, kemudian memakan polong
- Terdapat bekas gigitan pada bunga yang baru mekar, kelopak bunga, polong muda,
-

daun muda dan tunas rusak dengan gigitan.


Bagian tanaman dijalin dengan jaring mirip laba-laba, jika bagian tersebut dibuka,

maka di dalamnya terdapat sosok larva.


Hama ulat penggerek ini menyerang polong dengan cara melubangi kulit polong,
setelah itu mulai memakan daging buah dan biji-bijian muda yang terdapat di

dalamnya.
Pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
- Dengan cara mekanis, dapat langsung diambil dan dimusnahkan yang terlihat pada
-

tanaman yang terserang


Secara kimiawi, dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida kontak berbahan
Protiofos contohnya : Takuthion 500 EC, Prevathon 50 SC berbahan aktif
Klorantraniliprol dan Regent 50 SC berbahan aktif Fipronil pada konsentrasi sesuai

label.
Dapat memasang perangkap kupu-kupu pada beberapa tempat dengan cara :
Mengoleskan perangkap kupu-kupu yang berbentuk lem, seperti Cherry Glue dan
Glumon, kemudian menggunakan kuas pada botol bekas air mineral atau potongan

pipa PVC.
Jika tanaman sudah mula terserang hama tersebut, maka harus segera disemprotkan

insektisida yang cocok dan tepat untuk hama ini


Dilakukannya rotasi tanaman dan menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman.
Penyemprotan dengan PESTONA

Insektisida yang bisa digunakan antara lain Decis 25 EC, Ciracron 500 EC, dan
Buldok 25 EC (penggunaan disesuaikan dengan dosis anjuran yang tertera pada label
kemasan)

Hama lainnya :
a. Lalat kacang (Ophiomya phaseoli T.)

Bioekologi:
Berukuran 1.5-2.0 mm
Berwarna hitam mengkilat.
Berkembang biak cepat yaitu satu ekor betina dapat menghasilkan telu 100-300 butir

selama periode 2 minggu.


Bentuk telur lalat kacang adalah lonjong, panjang 0.28-0.36 dengan lebar 0.12-0.20

mm, berwarna putih mutiara.


Telur menetas setelah umur 2-4 hari
Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :
Terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang daun
Pertumbuhan tanaman yang terserang lalat kacang ini mulai terhambat dan daun

berwarna kekuningan
- Pangkal batang terjadi perakaran terjadi perakaran sekunder dan membengkak
Pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
-

Cara pergiliran tanaman yang bukan dari famili kacang-kacangan dan penyemprotan
memakai PESTONA

b. Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Noctuidae
Famili : Lepidoptera
Genus : Spodoptera
Spesies: Spodoptera litura

Bioekologi :
Serangga ini berkembang secara metamorphosis sempurna.
Perkembangannya terdiri dari empat stadia yaitu telur larva pupa imago.
Bersifat polifag.
Pada umur dua minggu, panjag ulat sekitar 5 cm.
Ulat menjadi kepompong di dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon)
Warnanya coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,60 cm.

Siklus hidup berkisar antara 30-60 hari (lama stadium telur 2-4 hari). Stadium larva
terdiri atas 5 instar yang berlangsung selama 20-46 hari. Lamanya sadium pupa yaitu

8-11 hari.
- Seekor ngengat betina dapat meletakkan 2.000-3.000 telur.
Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :
- Larva yang masih muda merusak daun dengan meninggalkan sisa-sia epidermis
-

bagian atas (transparan) dan tulang daun.


Larva instar selanjutnya merusak tulang daun dan kadang-kadag menyerang polong.
Larva biasanya beradda pada permukaan bawah daun dan menyrang secara serentak

dan berkelompok.
Serangan berat umunya menyerang pada musim kemarau menyebabkan tanaman

gundul karena daun dan buah habis dimakan oleh ulat tersebut.
Serangan ulat kecil mengakibatkan bagian daun yang tersisa tinggal epidermis bagian

atas serta tulang daunnya saja. Sedangkan ulat yang besar memakan tulang daun.
Hama ini juga menyerang polong
Pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
Dengan dilakukannya kultur teknis
Dengan dilakukannya rotasi tanaman
Dengan dilakukannya penanaman serempak

Penyemprotan dengan Natural VITURA

c. Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L.)


Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Brunchidae
Genus : Callosobruchus
Spesies: Callosobruchus maculates

Bioekologi:
Hama ini merupakan hama gudang yang menyerang hasil panen dalam gudang
Tubuh oval, bagian belakang lebar, warna hitam atau coklat dengan bintik-bintik.
Dari atas kepala bersembunyi elytra pendek tidak sampai ujung abdomen.
Merupakan fasmili dengan jumlah relativ sedikit
Sepanjang hidupnya larva hidup di dalam biji-bijian, sedangkan pada usia dewasa

sebagian ditemukan di bunga-bunga


Dampak atau gejala yang ditimbulkan
- Biji-biji rusak dan berlubang-lubang
- Kehancuran mencapai 90%
Pencegahan atau pengditimendalian yang dilakukan adalah :

Membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat persembunyian hama

Memberi perlakuan minyak jagung 10cc/kg biji pada benih kacang panjang

2. Penyakit
Penyakit utama
a. Penyakit Karat Daun Uromyces sp
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Uromyces appendiculatus. Spora dari
cendawan ini menginfeksi bagian daun tanaman dalam bentuk urediniospora dan teliospora.
Cendawan akan membentuk teliospora pada musim dingin,
sebagai struktur pertahanan.
Klasifikasi
Filum
Kelas
Ordo
Famili

: Basidiomycota
: Urediniomycetes
: Uredinales
: Pucciniaceae

Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :


- Awalnya tampak seperti bintik-bintik kecil, sedikit menonjol, kuning atau putih di atas
dan atau di bawah permukaan daun. Bintik-bintik tersebut kemudian membesar dan
membentuk pustule-coklat kemerahan atau berwarna karat yang berdiameter sekitar
-

0.125 inci dan mengandung ribuan spora.


Pada musim panas, spora dapat segera dibebaskan dari pustule dan memberikan

penampilan seperti karat, bila disentuh akan menempel di tangan.


Pada buah terdapat kerusakan berupa nekrosis berwarna hitam, buah yan menghitam
akan sangat berpengaruh terhadap kualitas produksi kacang panjang (gejala ini juga

terdapat pada daun)


Bercak kecoklatan pada bagian daun yang semakin lama akan semakin menyebar
Pada serangan yang termasuk kategori parah, daun akan mongering yang dilmulai dari

daun yang tua.


Penyakit karat daun ini akan semakin berkembang jika kondis udara dalam kondisi

panas dan lembab, yakni pada musim hujan yang serinng panas tiba-tiba.
Pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
- Melakukan praktek budidaya seperti rotasi tanaman (2-3 tahun) untuk menurunkan
-

potensi penyebaran.
Sisa tanaman yang terserang harus segera dibakar.

Pasuka air yang tersedia harus pas, tidak boleh terlalu terlalu banyak agar
kelembapanannya terkontrol.
Melakukan sanitasi lingkungan serta kontrol saluran drainase.

Jika tanaman sudah mulai terserang penyakit ini, harus segera dilakukan
penyemprotan fungisida yang efektif untuk penyakit ini, yaitu Score 250 ECdan Anvil
50 SC (penggunaan disesuaikan dengan dosis anjuran yang tertera pada label
kemasan). Juga ada azooxystrobin (Quadris), boscalid (Endura) dan pyraclostrobin
(Headline) (Pemakaian sedikitnya 5 galon air/ha ditambah dengan fungisida pilihan
untuk disemprotkan ke bagian-bagian tanaman yang terserang).

b. Penyakit Bercak Daun Cercospora sp


Morfologi : Konidium cendawan ini berbentuk gada panjang bersekat 3-12.
Konidiofor pendek, bersekat 1-3, cendawan dapat terbawa oleh benih dan bertahan pada sisasisa tanaman sakit selama satu musim. Cuaca yang panas dan basah membantu
perkembangan penyakit. Penyakit dapat timbul pada tanaman muda, meskipun cenderung
lebih banyak tanaman tua.
Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :
- Penyakit timbul hanya apabila keadaan lingkungan lembab.
- Mulanya pada sisa bawah daun yang masih muda timbul bercak kecil berwarna
-

coklat.
Bercak-bercak

dapat

berkembang

melebar

dan

memanjang, dan dapat bersatu membentuk bercak


-

yang berwarna besar.


Pada pusat bercak yang berwarna coklat keputihan,
cendawan

membentuk

kumpulan-kumpulan

konidiofor dengan konidium, yang bila dilihat dengan kaca pembesar (loupe) tampak
-

seperti bintik-bintik hitam kelabu.


Pusat bercak akhirnya mongering dan dapat menjadi berlubang (gejala banyak terjadi

pada daun tua)


Pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
- Melakukan sanitasi lingkungan serta kontrol drainase
- Pada tanaman yang telah terserang penyakit ini, harus segera disemprotkan fungisida
-

yang efektif dan tepat.


Fungisida yang bisa digunakan adalah Score 250 EC dan Anvil 50 SC (penggunaan
disesuaikan dengan dosis anjuran yang tertera pada label kemasan)

Penyakit lainnya :
a. Penyakit Antraknose (jamur Colletotricum lindemuthianum)
Penyakit ini menyerang batang daun, bunga buah dan biji. Penyakit ini disebabkan
oleh Colletotricum lindemuthianum atau Gloesporium lindemuthianum atau

Glomerella

lindemuthianum.
Morfologi : Konidium cendawan ini berwarna putih bening, lurus atau bengkok.
Cendawan ini dapat berkembang biak dengan cepat pada kelembapan 92-100% dan suhu
17C. Jika kondisi lingkungan tidak sesuai, maka cendawan ini mengalami dormansi
(istirahat). Cendawan ini dapat bertahan hidup sampai beberapa tahun pada biji, sisa-sisa
tanaman sakit dan di dalam tanah. Penyebaran cendawan Colletotrichum lindemuthianum
dapat melalui percikan air hujan maupun percikan air pada saat penyemprotan pupuk daun,
serangga, peralatan pertanian dan pekerja kebun.

Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :


Dapat diamati pada bibit yang baru berkecambah,
Terdapat semacam kanker berwarna coklat pada bagian batang dan keping biji
Pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
Dengan dilakukannya rotasi tanaman
Perlakuan benih sebelum ditanam dengan Natural GLIO dan POC NASA

Membuang rumput-rumput dari sekitar tanaman

b. Penyakit mozaik (Virus Cowpea Aphid Borne Virus/CAMV)

Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :


Pada daun-daun muda terdapat gambaran mosaic yang warnanya tidak beraturan
Penyakit ditularkan oleh vector kutu daun
Pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
Menggunakan benih sehat serta bebas virus
Menyemprot vector kutu daun dan tanaman

Tanaman yang terserang dicabut dan dibakar

c. Penyakit sapu (Virus Cowpea Witches-broom Virus/Cowpea Stunt Virus)

Deskripsi : Virus ini tidak dapat menular secara mekanis dengan gesekan. Virus ini
ditularkan ke tanaman ke tanaman sehat melalui vektor kutu daun Aphis craccivora.
Serangga akan menjadi efektif setelah menghisap tanaman sakit selama 5 jam kemudian
menghisap tanaman sehat selama 5 jam.

Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :


Pertumbuhan tanaman terhambat
Daun-daun mengecill dan melengkung ke bawah
Warna daun menjadi lebih tua
Ruas-ruas (buku-buku) batang menjadi sangat pendek
Tunas ketiak memendek dan membentuk sapu
Penyakit ditularkan oleh kutu daun
Tanaman yang terinfeksi pada umumnya dapat membentuk bunga, tetapi tidak dapat

membentuk buah.
Pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
- Menggunakan benih sehat serta bebas virus
- Menyemprot vector kutu daun dan tanaman
-

Tanaman yang terserang dicabut dan dibakar

d. Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum)


Pseudomonas solanacearum merupakan salah satu bakteri, bakteri ini mempunyai
banyak ras dan dapat diisolasi dengan baik pada medium yang mengandung 2,3, 5- trifeniltetra sodium klorida (medium TTK). Infeksi terutama melalui luka pada bagian tanaman.
Bakteri terangkut dan pada batang yang lunak, masuk ke dalam ruang antara sel dalam kulit
dan empulur, menguraikan sel-sel sehingga terjadi rongga-rongga.
Suhu yang relative tinggi mendukung perkembangan penyakit. Di dataran rendah
penyakit timbul lebih berat karena suhu udara relatif tinggi. Bakteri berkembang baik di tanah
alkalis yang suhunya agak tinggi di saat banyak hujan. Intensitas penyakit sangat dipengaruhi
oleh tanaman terinfeksi pada musim selanjutnya.

Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :


Tanaman mendadak layu
Serangan berat menyebabkan tanaman mati
Pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
Dengan dilakukannya rotasi tanaman
Perbaikan drainase
Mencabut tanaman yang mati
Menggunakan Natural GLIO pada awal tanam.

BAB 3
HASIL OBSERVASI
Narasumber 1
: Bapak Oding,
Mata pencaharian : Petani buncis, kacang panjang, tembakau dan bawang daun
(dengan luas lahan sebesar 14 bata termasuk tembakau dan bawang daun)
Informasi yang didapat :
1. Benih yang digunakan merupakan hasil dari pembibitan Bapak Oding
sendiri
2. Kultivar yang difokuskan adalah tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.)
3. Jenis buncis yang ditanam merupakan buncis tipe rambat, atau orangorang biasa menyebutnya dengan buncis jenis TW, atau juga buncis biasa.
Buncis tipe ini tumbuh denga baik pada ketinggian 1.000-1.500 mdpl
dengan suhu yang dingin. Hal tersebut sesuai dengan kondisi lingkungan
Desa Kadakajaya yang memiliki ketinggian kurang lebih serupa dengan
suhu udara yang dingin.
4. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran
ayam.
5. Cara pemupukkan dilakukan dengan membuat lubang di samping
tanaman

buncis,

menaburkan

pupuk

tersebut

ke

dalamnya,

lalu

menutupnya kembali dengan tanah. Menurut beliau pemberian pupuk


tidak dilakukan langsung pada tanaman karena akan mengakibatkan
kebusukan pada tanaman.
6. Jenis pestisida yang diberikan merupakan insektisida jenis dupont yang
digunakan untuk memberantas hama ulat
7. Proses budidaya
a. Pengolahan lahan, diantaranya dengan menggemburkan lahan lalu
pembuatan guludan
b. Kemudian ditentukannya jarak tanam sebesar 40x40 cm.
c. Penanaman dilakukan di samping lubang pupuk, tidak ditanam
langsung dengan lubang pupuk sebab akan berakibat kebusukan
tanaman
d. Proses pemeliharaan tanaman dilakukan dengan adanya penyulaman
yang dilakukan 10 hst (hari setelah tanam)
e. Proses pemanenan dilakukan ketika umur tanaman sudah 40 hst.
Waktu panen adalah tergantung dari bagaimana kesuburan tanah dari
hasil pemupukkan.
f. Pemasaran dilakukan dengan menjual buncis per kilogram
g. Jenis OPT yang merusak tanaman buncis
- Ulat penggerek polong (Maruca testulalis)

h. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan pemberian insektisida


Dupont. Menurut beliau, produk tersebut digunakan untuk membasmi
ulat-ulat kecil yang menyerang buah buncis

Narasumber 2
: Ibu Dedeh
Mata pencaharian : Petani buncis, kacang panjang, dan timun
(dengan luas lahan sebesar 240 bata termasuk kacang panjang serta timun)
untuk lahan buncis dan kacang panjang, terukur 100 bata
Informasi yang didapat :
1. Benih yang digunakan merupakan merk untuk tanaman kacang panjang
adalah bintang asia dan pangeran api dan untuk tanaman buncis
menggunakan merk legawa.
2. Kacang panjang jenis Pangeran adalah yang paling bagus kualitasnya,
dengan bijinya yang keseluruhan berwarna coklat. Biji kacang panjang
jenis pangeran api berwarna coklat dan putih. Sedangkan biji kacang
panjang jenis bintang asia berwarna hitam dan putih.
3. Benih tersebut termasuk jenis TW seperti yang telah disebutkan pada
literatur, jenis TW tidak lan merupakan jenis buncis tipe merambat yang
tumbuh dengan baik (cocok) di dataran tinggi dengan ketinggian 1.0001.500 mdpl dengan suhu yang dingin. Serta pada kebun milik beliau juga
terlihat bahwa tanama buncis tersebut memiliki panjang mencapai 3 m
sehingga

membutuhkan

lanjaran/turus

sebagi

penopang

tanaman

tersebut.
4. Pupuk yang digunakan diantaranya urea, fosfat serta pupuk kandang.
Pemberian pupuk diberikan jika tanaman sudah berbunga.
5. Jenis pestisida yang diberikan adalah Kanon 400 EC dengan kandungan
bahan aktif Dimetoat sebanyak 400 g/l. Kanon 400 EC digunakan adalah
nsektisida sistematik racun kontak untuk mengendalikan hama Thrips sp,
kutu daun Aphis sp pada tanaman kacang panjang. Kanon 400 EC bekerja
secara kontak dan sistemik yang berbentuk pekatan berwarna kuning
kecoklatan yang dapat diemulsikan untuk mengendalikan hama-hama
penting pada tanaman kacang panjang, apel, semangka, dll.
6. Proses budidaya
Proses budidaya yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan sebagamana
penuturan dari narasumber pertama
a. Pengolahan lahan, diantaranya dengan menggemburkan lahan lalu
pembuatan guludan

b. Kemudian ditentukannya jarak tanam sebesar 60 cm antar bedengan.


Dan jarak antara tanaman adalah 20 cm.
c. Penanaman dilakukan di samping lubang pupuk, tidak ditanam
langsung dengan lubang pupuk sebab akan berakibat kebusukan
tanaman
d. Proses pemeliharaan tanaman dilakukan dengan adanya penyulaman
yang dilakukan 10 hst (hari setelah tanam)
e. Proses pemanenan dilakukan ketika umur tanaman sudah 49 hst.
Waktu panen adalah tergantung dari bagaimana kesuburan tanah dari
hasil pemupukkan. Waktu panen dilakukan sebanyak dua hari sekali.
f. Pemasaran dilakukan dengan menjual buncis per kilogram
g. Jenis OPT yang merusak tanaman buncis
- Ulat penggerek polong (Maruca testulalis)
- Bereng atau disebut juga kutu daun (Aphis craccivora).
- Bolokotono yang kita sebut dengan kepik (Palomena prasina)
- Lintah (nama latin)
- Ulat didalam tanah
- Jangel (nama latin)
Gejala serangan: Kacang panjang atau buncis mengeriting atau
menggulung akibat air seni dari kepik tersebut. Air seni dari kepik
mengandung

zat

yang

dapat

membuat

kacang

panjang

tersebut

mengeriting.
- Lalat kacang (Agromyza phaseoli)
- Ulat penggerek polong (Maruca testulalis)
- Kumbang daun (Epilachna signatipennis)
h. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan pemberian insektisida
Kanon, dan Ludo, umtuk pengendalian ulat penggerek polng dan kutu
daun. Untuk 100 bata dibutuhkan 1 tank untuk 1 kali penyemprotan.
Dosis yang di pakai adalah 1 tutup ludo sama 1 tutup botol kanon di
campur

dengan

tank.

Untuk

pengedalian

LINTAH

dengan

mengunakan toxsiput. Cara pengendalian lintah dengan menggunakan


Toxsiput adalaj dengan menaburkan toxsiput di area tanaman yang
baru tumbuh sekitar seminggu. lintah akan tertarik untuk memakan
toxsiput lalu tidak lama lintah akan mati. Cara pengendalian ulat yang
ada di dalam tanah dengan menggunakan onsektisida merk matador
dengan menyeprotkan nya.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya Edisi Revisi. Penerbit Universita


Indonesia (UI-Press). Jakata.
Dwi Setyanigrum, H dan Cahyo Saparinto. 2011. Panen sayur secara rutin di
lahan sempit. Penebar swadaya. Jakarta.
Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Penerbit Kanisius Yogyakarta.
http://penyuluhthl.wordpress.com/2011/01/02/hama-dan-penyakittanamankacang-panjang/
PUSTAKA. 2012. Teknologi Budidaya

Sayuran.

Badan

Litbang

Pertanian

Kementerian Pertanian. Jakarta.


Sunarjono, H. 2011. Bertanam 30 jenis sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.
http://repository .ipb.ac.id/handle/123456789/52840
Susetio, Harwan. 2011. Penyakit Mosaik Kuning Kacang Panjang : Respons
Varietas Kacang Panjang
(Vigna Sinensis L.) dan Efisiensi Penularan Melalui Kutu Daun (Aphis Craccivora
Koch.)
Johan. 2011. Kelimpahan Hama dan Musuh Alami serta Pengaruh Perlakuan
Insektisida pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna Sinensis L.) Fase Generatif.

LAMPIRAN

You might also like