You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN
Bronkopneumonia merupakan pembagian dari penumonia bakteri akut
berdasarkan pedileksi lokasi infeksi yaitu secara anatomik dan radiografik dimana
infeksi yang terjadi mengenai lebih dari satu lobus. Biasanya ditandai dengan
bercak infiltrat yang dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus.(1)(2)
Sebelum diklasifikasikan lebih rinci, dahulu broncopneumoni hanya
disebut pneumonia. Pertama kali dideskripsikan 2.500 tahun yang lalu oleh
Hippocrates. Pada tahun 1930 sebelum antibiotik ditemukan, penumonia
menempati urutan ke -3 sebagain penyebab kematian di Amerika dan meskipun
sekarang antibiotik telah ditemukan dan disempurnakan pneumonia masih
menempati urutan 10 besar penyebab kematian terbesar di Amerika yaitu urutan
ke 8 yang menyebabkan kematian sekitar 55.000 kematian di tahun 2006.(3)
Menurut data WHO Pneumonia merupakan penyakit paling mematikan
pada anak-anak terutama usia <5 tahun yaitu 15% dari total keseluruhan kemarian
anak <5 tahun disebabkan oleh pneumonia.Jika dibandingkan dengan penyakit
infeksi lain. Meskipun dari tahun 2000-2015 terjadi penurunan angka kematian
hingga 51 % namun jika dibandingkan dengan penyakit infeksi lain penurunan ini
merupakan penurunan terkecil.(4)
Di Indoneisa hasil survei yang pernah dilakukan tahun 2001 di RSUP H.
Adam Malik Medan dari 53,8% kasus infeksi saluran pernafasan sebanyak 28,6%
diantaranya merupakan kasus pneumonia dan pneumonia menduduki peringkat ke
4 sebagai penyakit yang paling banyak di rawat tiap tahun.(2)

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Pneumonia merupakan inflamasi yang mengenai parenkim paru yang
disebabkan mikroorganisme (bakteri, jamur, virus, dan parasit) tanpa
mengikutsertakan Mycobacterium tuberculosis, apabila inflamasi disebabkan oleh
nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, bahan toksik, obat-obatan dan lainlain) disebut pneumonitis.(2) Meskipun begitu sangat sulit untuk mendefinisikan
pneumonia sebagai defenisi yang tunggal, beberapa ahli mengatakan pneumonia
adalah sindrom klinis, sehingga didefenisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis
serta perjalanan penyakitnya. Salah satu definisi klinis klasik menyatakan bahwa
pneumonia merupakan penyakit respiratorik yang ditandai dengan batuk, sesak
nafas, demam, ronki basah dengan gambaran infiltrat pada foto rontgen toraks.(5)

2.2 Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme yaitu bakteri,
virus, dan jamur. Jika dilihat dari sumber penularannya, pneumonia yang didapat
dari masyarkat (community acquired acute pneumonia) lebih sering di sebabkan
Streptococus pneumonie (atau pneumococus) sedangkan pneumonia yang didapat
pada pelayanan kesehatan (infeksi nasokomial) lebih sering disebabkan bakteri
gram negatif (Enterobacteriaceae dan Pseudomonas aeruginosa)(1)(2)
Penyebab pneumonia pun dapat dibedakan berdasarkan usia penderita.
Pada anak yang baru lahir (0-30 hari) pneumonia lebih sering disebabkan infeksi
bakteri B Streptococcus, Listeria monocyogenes atau Escherichia coli, bakteri ini
dapat berasal dari jalan lahir sewaktu bayi dilahirkan atau dari orang-orang yang
kontak erat dengan bayi. Pada usia 1-3 bulan pneumococus dan S aureus
merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan pneumonia. Pada usia
sebelum sekolah virus merupakan penyebab paling sering terjadi pneumonia. Pada
usia sekolah dan remaja Mycoplasma pneumoniae merupakan penyebab paling
sering pneumonia dimana bakteri ini tergolong kedalam bakteri atipical yaitu
bakteri yang tahan terhadap antibiotik golongan beta lactam.(6)(7)

2.3 Patogenesis dan Patofisiologi


Secara umum mekanisme pertahanan pada paru-paru manusia sangat
efisien mulai dari saluran nafas atas hingga saluran nafas bawah secara garis besar
ada dua mekanisme pertahana paru yaitu pertahanan nonimun yaitu mekanisme
pertahanan dengan cara mengeluarkan mikroba dengan elevator mukosilia dan
makrofag alveolus, sedangkan pertahanan imun dengan menggunakan bantuan
IgA (menghambat perlengketan mikroorganisme ke epitel) Ig G dan IgM yang
dapat merangsang sel T untuk mengendalikan infeksi.(1)

Secara garis besar ada beberapa cara mikroorganisme dapat mencapai


saluran pernafasan bawah yaitu :
1.
2.
3.
4.

Inokulasi langsung
Penyebaran melalui pembuluh darah
Inhalasi bahan aerosol
Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara diatas, kolonisasi merupakan penyebab tersering


terjadinya pneumonia. Meskipun mikroorganisme dapat mencapai bronkus
terminal atau alveoli namun hal ini dapat cepat diatasi oleh mekanisme
pertahanan tubuh manusia. Namun apa bila terjadi kolonisasi pada permukaan
saluran napas atas (hidung dan orofaring) hal ini dapat menjadi sumber infeksi
yang cukup masif dan terus-menerus sebab sekresi orofaring contohnya dapat
mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10/ml sehinggal aspirasi dari
sebagian sekret (0,001 -1,1ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang
tinggi dan terjadi pneumonia.(2)
Pada masa praantibiotik, pneumonia menempati hampir seluruh lobus dan
berkembang menjadi 4 stadium yang merupakan perjalan dari pneumonia
yaitu:
1.
2.
3.
4.

Fase kongesti
Fase hepatisasi merah
Fase hepatisasi abu-abu
Fase resolusi

1.Fase kongesti
Pada fase ini lobus yang terkena akan menjadi sembab dan dapat
terlihat kongesti vaskular dengan cairan berprotein, beberapa neutrofil dan
banyak bakteri di alveolus
2.Fase hepatisasi merah
Pada fase ini lobus paru memperlihatkan konsistensi seperti hati;
rongga alveolus dipenuhi oleh neutrofil, sel darah merah dan fibrin
3.Fase hepatisasi abu-abu
Pada fase ini paru menjadi kering, abu-abu dan padat karena sel darah
merah mengalami lisis semetara eksudat fibrinosa menetap di dalam
alveolus
4.Fase resolusi
Pada fase eksudat di serap atau batukan sehingga arsitektur paru tetap
utuh.(7)

2.4 Klasifikasi
1. Berdasarkan klinis dan epideologis :
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial pneumonia)
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised
2. Berdasarkan bakteri penyebab :
a.Pneumonia bakterial / tipikal.
b. Pneumonia atipikal,
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur
3. Berdasarkan predileksi infeksi :
a.Pneumonia lobaris.
Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan orang tua.
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau
proses keganasan
b.Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru.
Dapat
disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua. Jarang
dihubungkan
dengan obstruksi bronkus
2.5 Penegakan Diagnosa
Diagnosis pneumonia terutama didasarkan gejala klinis, sedangkan
pemeriksaan foto rontgen toraks perlu dibuat untuk menunjang diagnosis, selain
untuk melihat luasnya kelainan patologi secara lebih akurat. Foto torak antero
proterior (AP) dan lateral dibutuhkan untuk menentukan lokasi anatomik dalam
paru, luasnya kelainan, dan kemungkinan adanya komplikasi seperti
pneumotoraks, pneumomediastinum, dan efusi pleura. Infiltrat tersebar
paling sering dijumpai, terutama pada pasien bayi.(5)
Pembesaran kelenjar hilus sering terjadi pada pneumonia karena H.
influenzae dan S. aureus, tapi jarang pada pneumonia S. pneumoniae. Adanya
gambaran pneumatokel pada foto toraks mengarahkan dugaan ke S. aureus.
Kecurigaan ke arah infeksi S. aureus apabila pada foto rontgen dijumpai adanya
gambaran pneumatokel dan usia pasien di bawah 1 tahun. Foto rontgen toraks
umumnya

akan normal kembali dalam 3-4 minggu. Pemeriksaan radiologis tidak perlu
diulang secara rutin kecuali jika ada pneumatokel, abses, efusi pleura,
pneumotoraks atau komplikasi lain.3 Sebagaimana manifestasi klinis, demikian
pula pemeriksaan radiologis tidak menunjukkan perbedaan nyata antara infeksi
virus dengan bakteri. Apabila dijumpai adanya gambaran butterfly di sekitar
jantung /parakardial maka kemungkinan infeksi oleh virus.(5)
WHO juga menyarankan untuk memperhatikan kecepatan bernafas (RR) dalam
menegakan diagnosa, menurut WHO pada anak dengan RR > 60x/ menit untuk
usia ,2 bulan, >50x/ menit pada anak usia 2-12 bulan dan >40 x/menit untuk usia
12 bulan 5 tahun dapat dicurigai suatu pneumonia.(8)
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya
lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk
menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan
serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati.(2)

2.6 Penatalaksanaan
Secara garis besar penalaksanaan pneumonia dapat dilakukan dengan
pembarian antibiotik oral golongan beta lactam untuk jenis pneumonia yang
disebabkan bakteri tipik. Dapat diberikan amoxcycilin dengan dosis 30 mg/kg BB
selama lebih kurang 5-7 hari.(8)
M.pneumoniae dan C.pneumoniae merupakan bateri atipik yang tidak responsif
terhadap antibiotik golongan beta-laktam; oleh karena M.pneumoniae tidak
mempunyai dinding sel dan C.pneumoniae merupakan bakteri intrasel. Studi
menunjukkan adanya efikasi klinis tetrasiklin (4x250mg sehari selama 10 hari)
dan eritromisin (4x1g sehari selama 10 hari) pada infeksi respiratorik oleh

M.pneumoniae, namun tidak efektif mengeradikasi mikroorganisme dari jaringan.


Makrolid yang lebih
baru seperti klaritromisin menunjukkan efektivitas klinik yang baik dan mampu
mengeradikasi mikroorganisme ini.(7)
2.8 Gambaran Radiologi

(A) Anteroposterior radiograph dari seorang anak yang didagnosa pneumonia. (B)
pasien yang sama dengan posisi lateral

Adanya gambaran konsolidasi pada lobus bawah kanan pada pasien dengan
bakterial pneumonia

Pasien yang sama dengan yang diatas, di ambil beberapa hari kemudian,
menunjukkan adanya progresifitas dari pneumonia menuju lobus tengah bagian
kanan, dan mulai terbentuknya parapneumonic pleural effusion

Sebuah gambaran radiograph dengan gambaran infiltrat pada bagian lobus bawah

Gambaran round pneumonia

MAKALAH
Bronkopneumonia

Disusun oleh :

Arthur Gospel Nababan


(12000026)

RADIOLOGI
RS MURNI TEGUH
MEDAN
2016

Daftar Pustaka

1.

Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi Robbins. 7th ed.
Hartono H, Darmaniah N, Wulandari N, editors. Jakarta: EGC; 2007. 544550 p.

2.

PDPI. Pneumonia komuniti. Pedoman Diagnosis Penatalaksanaan di


Indones. 2003;

3.

States U, Osler W. Pneumonia. 2006;15563.

4.

WHO. World Pneumonia Day 2014 Pneumonia Fact Sheet 1 What is


pneumonia ? WHO. 2015;6736(October 2014).

5.

Supriyatno B. Infeksi Respiratorik Bawah Akut pada Anak. Sari Pediatr.


2006;8.

6.

Bennett NJ. Pediatric Pneumonia [Internet]. Medscape. [cited 2016 Jul 26].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/967822overview#a4

7.

Said M. Pneumonia Atipik pada Anak. 2001;3(3):1416.

8.

Twiss BBS&. Starship Childrens Health Clinical Guideline. 2010;


(August):18.

You might also like