You are on page 1of 12

IV.

Hama-Hama Pertanaman Sayuran


Dan Pengendaliannya
A. HAMA-HAMA TANAMAN BAWANG
1. Ulat tanah, ulat lutung
Nama Ilmiah : Agrotis ipsilon Hufnayel (Lepidoptera, Noctuidae)
Daerah Sebaran : Seluruh sentra tanaman sayuran di Indonesia.
Tanaman Inang : Selain tanaman bawang juga dapat menyerang tanaman kacangankacangan, kubis, kapas, tembakau, tomat, jagung, dan kentang.
Bagian tanaman yang diserang : pangkal batang tanaman muda
Kerugian yang ditimbulkan :
Ulat ini banyak menimbulkan kerusakan terutama pada pembibitan atau
persemaian. Bibit-bibit yang terserang akan terpotong batangnya dan mati, sehingga
kerugian yang ditimbulkan sangat besar. Kerusakan yang berat pernah dilaporkan
pada tahun 1934 pada bibit-bibit tanaman jagung, onion, bawang merah, kacang tanah
dan jeruk di Sulawesi Selatan.
Gejala serangan :
Ulat ini biasanya bersembunyi dalam tanah dan hanya makan pada malam
hari. Cara merusak ulat ini adalah dengan memotong pangkal batang muda sehingga
tanaman menjadi terpotong dan mati. Kerusakan hebat sering terjadi terutama pada
permaian tanaman sayuran musim kemarau. Hama tersebut bersifat polifagus dan
tersebut kosmopolit, sehingga memungkinkan makan tanaman sayuran lain.
Bioekologi :
Telur-telurnya diletakkan satu persatu dan tersebar pada batang rerumputan
dan gulma atau di belakang pelepah daun tanaman inang. Satu induk mampu
menghasilkan telur sebanyak lebih kurang 2371 butir selama masa peletakan telur.
Telur berbentuk bulat dengan ukuran 0,5 mm dan sangat sulit ditemukan di lapang.
Umur telur berkisar antara 3-5 hari. Warna ulat bervariasi dari kuning kehijauan,
kuning kecoklatan sampai hitam gelap. Ulat pada siang hari bersembunyi di dalam
tanah dan pada malam hari keluar untuk mencari makan. Stadium ulat berlangsung
selama 29 hari. Kepompong terbentuk di dalam tanah. Stadium kepompong ini
berlangsung antara 10-14 hari. Total perkembangan dari telur sampai menjadi
ngengat berkisar 6-8 minggu.
Cara Pengendalian :
1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inangnya.
2. Tanam serampak.
3. Pengolahan tanah.
4. Mengumpulkan ulat pada sore/malam hari di sekitar tanaman dan
mematikannya.

5. Pemasangan umpan beracun dengan insektisida trikhloroform dengan dosis 24 kg bahan aktif/ha dicampur 20 kg dedak, 1-2 kg gula merah, 20 l air.
Umpan tersebut disebat pada sore/malam hari.

Gambar 23. Ulat Lutung ( a ) Larva Agrotis ipsilon,


( b ) Larva Agrotis interjectionis
( c ) Ngengat Agrotis ipsilon
2. Ulat bawang
Nama Ilmiah : Spodoptera exigua Hubner (Lepidoptera, Noctuidae)
Daerah Sebaran :
Tersebar luas antara lain di Amerika Serikat, Afrika, Hawaii, India, dan
Indonesia.
Tanaman Inang :
Selain menyerang bawang merah, ulat ini juga menyerang bawang-bawangan
yang lain seperti bawang putih, kucai, dan kadang-kadang juga terdapat pada cabai
dan jagung.
Bagian tanaman yang diserang : daunKerugian yang ditimbulkan :
Kerugian secara ekonomis dapat terjadi apabila penanaman bawang merah di
dataran rendah dilakukan terus menerus (3-5 kali) di tempat yang sama.
Gejala serangan :
Ulat yang baru keluar dari telur yang baru menetas,
daun dan menggerek pada bagian dalamnya. Kerusakan
tampak bercak-bercak tembus cahaya pada daun atau
Seringkali terlihat adanya kotoran ulat berwarna hitam
terserang.

masuk ke dalam tabung


yang diakibatkan yaitu
lubang bekas gigitan.
pada daun-daun yang

Bioekologi :
Telur diletakkan berkelompok di permukaan daun dan ditutup dengan bulubulu atau sisik dari induknya. Satu induk dapat menghasilkan telur sebanyak 500-600
butir dalam waktu 4-10 hari. Stadium telur berkisar antara 2-5 hari. Warna ulat
bervariasi yaitu hijau muda, hijau, coklat gelap dengan garis-garis kekuningan.

Stadium ulat berlangsung selama 17-21 hari. Kepompong dibentuk di dalam tanah
dan dilindungai kokon yang dibuat dari partikel-partikel tanah. Stadium kepompong
berlangsung antara 7-10 hari. Daur hidup berlangsung 26-36 hari.

Gambar 24. Ulat Bawang (Spodoptera exigua)


Cara pengendalian :
1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang.
2. Tanam serantak.
3. Pemusnahan kelompok telur di ujung daun.
4. Apabila ditemukan ulat muda masing-masing 13, 27, 22, dan 38 atau ulat tua
masing-masing 3, 10, 7, dan 7 per 12 rumpun pada tanaman berumur 15, 30,
45, dan 60 hari dilakukan pengendalian dengan insektisida.
3. Thrips bawang, thrips tembakau
Nama Ilmiah : Thrips parvispinus Karny (Thysanoptera, Thripidae)
Daerah sebaran : Jawa, Sumatra, Thailand
Tanaman Inang : Kopi, ubi jalar, Crotalaria, Vigna sp., cabai
Bagian tanaman yang diserang : daun
Kerugian yang ditimbulkan :
Serangan oleh hama ini terutama terjadi pada musim kemarau. Banyaknya
kerugian akibat hama secara kuantitatif dalam pernah dilaporkan.
Gejala serangan :
Cara penyerangan hama ini dengan jalan menggaruk jaringan daun dan
mengisap cairan sel. Gejala yang tampak yaitu adanya bercak-bercak berwarna putih
keperakan karena hilangnya lapisan epidermis, kemudian menjadi kecoklatan dengan
bintik hitam. Pada serangan yang berat mengakibatkan daun tanaman rebah, dan pada
serangan sedang ukung daun agak memintal dan berwarna coklat.

Gambar 25. Kutu Thrips (Thysanoptera)

Bioekologi :
Telur-telurnya berwarna putih dan diletakkan di dalam jaringan daun sebelah
bawah. Telur-telur yang dihasilkan dapat mencapai 80 butir dengan periode inkubasi
kira-kira 3 hari. Perkembangbiakan dapat juga secara pertenogenesis. Nimfa
berwarna hijau atau kuning pucat dan seringkali agak hitam. Dewasanya berwarna
kuning pucat sampai coklat terang. Tubuh mempunyai tanda-tanda berwarna coklat
pada segmen-segmen perut. Kisaran siklus hidupnya dari 3 sampai 5 minggu. Pada
musim kemarau, populasinya tinggi sehingga serngkali mengakibatkan kerusakan.
Cara Pengendalian :
1. Pergiliran tanaman
2. Tanam serentak
3. Waktu tanam pertengahan april, awal Mei atau September
4. Penyemprotan insektisida efektif bila ditemukan tingkat serangan sedang

B. HAMA-HAMA TANAMAN CABAI


1. Nematoda puru/bengkak akar
Nama Ilmiah : Meloidogyne spp. (Tylenchida; Heteroderidae)
Daerah Sebaran : tersebar luas hampir di seluruh dunia
Tanaman inang :
Selain cabai juga menyerang tanaman tomat, tembakau, kobis, sawi, slada,
bayam, terong, tebu, rosella, jute, kenaf, orok-orok, teh, kopi, padi, jagung, kapas, dan
cengkeh.
Bagian tanaman yang diserang : akar
Kerugian yang ditimbulkan : Di Indonesia, kerusakan yang ditimbulkannya belum
mendapat perhatian.
Gejala serangan :
Terdapat dua macam tanda-tanda kerusakan yang dengan mudah dapat dilihat
tanpa bantuan mikroskop, yaitu :
1. Tanda kerusakan yang tampak pada bagian tanaman di atas permukaan tanah
a) Tampak pertumbuhan yang kerdil
b) Daun khlorosis seperti gejala kekurangan unsur
c) Pada cuaca panas, daun-daun cepat layu dibanding tumbuhan sehat
d) Daun-daun banyak yang gugur, tumbuhan tampak gundul, kadang-kadang
tinggal daun pucuk.
2. Tanda kerusakan yang tampak pada bagian tanaman di dalam tanah.
a) Dekat ujung akar tampak kerusakan mekanis, berupa bercak berwarna coklat
hitam, terutama pada infeksi populasi yang tinggi.
b) Terdapat kecenderungan pembentukan akar-akar cabang lebih sedikit dari pada
tumbuhan normal.
c) Tampak adanya puru (gall) pada akar-akar utama.

Gambar 26. Meloidogyne spp. (a) Betina dengan Telur, (b) Larva Tahap Dua, (c)
Larva Tahap Tiga, (d) Jantan Muda, (e) Jantan Dewasa, (f) Ekor Jantan, (g) Irisan
Memanjang Gall pada Akar Tembakau, (h) Betina dengan Massa Telur, dan (i)
Kepala Betina Dikelilingi dengan Cel yang Membesar.
Bioekologi :
Jenis yang secara pasti diketahui ada di Indonesia ada dua yaitu M. javanica
dan M. Incognita. Dewasanya, yang betina berbentuk bulat seperti buah pir atau
apokat dengan leher pendek. Kutikula tipis (tembus pandang) berwarna putih.
Ukuran tubuh berkisar 400-1000 mikron. Nematoda jantan berbentuk seperti cacing,
ramping dan bilateral simetris dengan panjang mencapai 2 mm. Dalam keadaan rileks
ekor melengkung, bahkan sering membentuk setengah lingkaran. Letak alat kelamin
jantan (spikula) umumnya dekat ukung posterior. Larva tahap kedua berbentuk
ramping, ekor memanjang dengan ujung lancip, sedang nematoda jantan bentuk
ekornya membulat (tumpul) dan pendek. Panjang larva berkisar 320-540 mikron.
Telur berbentuk oval, berukuran rata-rata 90 x 45 mikron dan berwarna putih. Elur
diletakkan secara berkelompok dalam massa gelatin yang berbentuk kantung dan
terdapat pada gagian posterior induknya. Siklus hidup nematoda 17-21 hari dan
mengalami empat kali pergantian kulit, yaitu yang pertama terjadi di dalam telur,
yang kedua, ketiga dan keempat terjadi di dalam jaringan akar tumbuhan inang.
Cara pengendalian :
1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang, misalnya padi.
2. Di daerah endemik dilakukan perlakuan tanah dengan nematisida
efektik, misalnya Temik 10 G jika dijumpai serangan sedang.
2. Kutu Aphid
Nama lmiah : Myzuz (=Nectarosiphon) persecae Sulz. (Homoptera, aphididae)

Daerah Sebaran :
Selain menyerang tanaman cabai juga menyerang tanaman kentang, kubis,
tembakau.
Bagian tanaman yang diserang : Daun
Kerugian yang ditimbulkan : Kutu ini dapat sebagai perantara lebih dari 90 jenis virus
penyakit tanaman.
Gejala Serangan :
Nimfa dan dewasa menghisap cairan sel daun, bersamaan dengan itu juga
dimasukkan racun bersama ludah. Daun yang terserang akan tampak berbecak-becak,
serangan lebih lanjut daun akan berkerut-kerut dan pada bagian yang terserang akan
didapatai kutu yang bergerombol. Kutu berada di bawah permukaan daun. Serangan
pada tanaman muda dapat menyebabkan kerugian yang berarti.
Bioekologi :
Perkembang-biakan secara partenogenesis. Kutu yang bersayap, berwarna
hitam. Sedang yang tidak bersayap ada yangt berwarna merah, kuning dan hijau.
Warna kutu muda sama dengan warna induknya. Stadium nimfa 6 hari. Kutu ini
mengalami paling tidak 4 kali ganti kulit sebelum menjdai dewasa. Lama hidup dapat
mencapai 2 bulan. Diasmping sebagai hama kutu ini juga berfungsi sebagai vektor
penyakit virus.

Gambar 27. Kutu Afid (Mizuz persicae)


(a) Kutu Dewasa Bersayap, (b) Nimfa Muda, (c) Nimfa tua, dan
(d) Nimfa Instar Terakhir
Cara Pengendalian :
1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang
2. Tanam serempak
3. Penyemprotan insektisida apabila

3. Thrips daun
Nama Ilmiah : Thrips parvispinus Karny (Thysanoptera, Thrips)
Daerah Sebaran : Jawa, Sumatra, Thailand

Tanaman Inang : Kopi, ubi jalar, Crotalatia, Vigna sp., Cabai


Bagian Tanaman yang Diserang : daun
Kerugian yang ditimbulkan : belum ada laporan tentang kerugian yang ditimbulkan
oleh hama ini.
Gejala Serangan :
Cara penyerangan hama ini dengan jalan menggaruk jaringan daun dan
mengisap cairan sel. Gejala yang tampak yaitu adanya bercak-bercak berwarna putih
keperakan karena hilangnya lapisan epidermis, kemudian menjadi kecoklatan dengan
bintik hitam. Pada serangan yang berat mengakibatkan daun tanaman rebah, dan pada
serangan sedang ujung daun agak memintal dan berwarna coklat.
Bioekologi :
Telur-telurnya berwarna putih dan diletakkan di dalam jaringan daun sebelah
bawah. Telur-telur yang dihasilkan dapat mencapai 80 butir dengan periode inkubasi
kira-kira 3 hari. Perkembanganbiakan dapat juga secara partenogenesis. Nimfa
berwarna hijau atau kuning pucat dan seringkali agak hitam. Dewasanya berwarna
kuning pucat sampai coklat terang. Tubuh mempunyai tanda-tanda berwarna coklat
pada segmen-segmen perut. Kisaran siklus hidupnya dari 3 sampai 5 minggu. Pada
musim kemarau, populasinya tinggi sehingga seringkali mengakibatkan kerusakan.
Cara Pengendalian :
1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang misalnya padi
2. Tanam serentak
3. Penyemprotan insektisida efektif bila ditemukan tingkat serangan sedang

3. Lalat buah
Nama Ilmaih : Bactrocera papayae (Dipetera, Tephritidae)
B. carambolae
Daerah sebaran : Tersebar luas di Asia, termasuk Indonesia, dan Hawaii
Tanaman inang :
Selain menyerang cabai dapat juga menyerang 20 macam jenis buat-buahan
dan sayur-sayuran. Buah yang disenangi antara lain mangga, belimbing, jambu air,
adpodakt, dan semangka.
Bagian tanaman yang diserang : buah
Kerugian yang ditimbulakn :
Hama ini dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar, hanya saja
laporan secara kuantitatif tentang besarnya kerugian belum ada.
Gejala serangan :
Larva makan jaringan buah bagian dalam buah cabai, sehingga buah yang
terinfeksi akan menjadi busuk dan biasanya jatuh ke permukaan tanah sebelum larva

berubah menjadi kepompong. Kerusakan berat sering terjadi pada pertanaman di


musim kemarau.
Bioekologi :
Telur, berwarna putih pucat, bentuk memanjang dan agak membengkok
diletakkan pada lubang kecil di bawah permukaan kulit buah pada semua tingkatan
buah. Lalat meletakkan telur tersebut dengan menggunakan ovipositornya yang
runcing. Jumlah telur yang diletakkan lalat sekitar 7 butir. Dalam keadaan
lingkungan yang baik telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari, apabila telur
diletakkan pada buah yang belum masak maka waktu penetasan tertunda sampai buah
masak. Larvanya disebut belatung, set atau tempayak, berwarna putih, tidak berkaki,
membuat saluran-saluran di dalam buah dan mengisap cairan buah. Larva
berkembang cepat dalam buah dan akan menjadi pupa dalam waktu 7-10 hari. Larva
instar terakhir panjangnya tidak lebih dari 1 cm akan keluar dari buah dan meloncat
ke tanah untuk berkepompong. Larva yang berada dalam buah dapat menstimulir
pertumbuhan dan kehidupan organisme pembusuk yang lain. Kepompong berwarna
coklat berbentuk seperti tong berada di bawah permukaan tanah. Stadium kepompong
berlangsung selama kurang dari 2 minggu tergantung dari kebasahan tempat atau
tanah tempat kepompong berada. Lalat, sayapnya transparan dengan corak dekat
tepian sayap terdapat pita yang berwarna hitam. Dada bagian depan berwarna coklat.
Lalat tersebut dapat hidup selama dua sampai tiga bulan.

Gambar 28. Lalat Buah (Bactrocera papayae) ( a ) Belatung, ( b ) Kepompong, ( c )


Dewasa
Cara pengendalian :
1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang, misalnya padi
2. Tanam serempak
3. Mengumpulkan buah busuk yang rontok, kemudian dibakar
4. Gunakan perangkap beracun, misalnya methyl eugenol dicampur dengan
insektisida
5. Penyemprotan insektisida efektif apabila ditemukan serangan sedang.

C. HAMA-HAMA TANAMAN KACANG PANJANG


1. Kutu Tanaman
Nama Ilmiah : Aphis craccivora Koch.
Daerah sebaran : Asia, Amerika Selatan, Afrika dan beberapa negara bagian di
Australia.
Tanaman inang : Hama ini menyerang hampir semua tanaman marga kacangkacangan
Bagian tanaman yang diserang : bunga dan buah
Kerugian yang ditimbulkan : secara terperinci belum ada laporan tentang kerugian
yang ditimbulak oleh hama ini.
Gejala serangan :
Tanaman yang terserang oleh kutu ini menyebabkan muda menyebabkan buah
menjadi keriput dan tidak dapat memanjang. Disamping sebagai hama, serangga ini
juga bertindak sebagai vektor penyakit virus.
Bioekologi :
Kutu ini pertama kali diidentifikasikan sebagai kutuAphis medicaginis Koch.
Hama ini bersifat kosmopolit dan polifag, menyerang bunga atau buah tanaman
kacang-kacangan. Kutu berwarna kecoklat-coklatan sampai hitam mengkilat. Seperti
kebanyakan suku Aphididae maka pada umumnya kutu berbiak secara partenogenesis
dan melahirkan nimfa.
Cara pengendalian : Jika ditemukan 5 aphid atau lebih pada 10 tanaman yang diamati.

2. Penggerek polong
Nama Ilmiah : Lampides boeticus Linn.
Daerah sebaran : Eropa, Asia, Afrika dan Australia.
Tanaman Inang : Cajanus cajan, Canavalia sp., Crotalaria spp., dan Vigna sinensis
Bagian tanaman yang diserang : buah
Kerugian yang ditimbulkan :
Belum ada laporan terperinci tentang kerugian yang ditimbulkan oleh hama
ini.
Gejala serangan :
Larva masuk dan menggerek ke dalam polong kacang panjang sehingga
terlihat bekas gerekan (lubang gerek) berwarna hitam.

Bioekologi :
Ulat berkelompok 10-50 butir. Telur diletakkan di permukaan daun bagian
bawah, atas, pada polong atau batang tanaman. Satu betina dapat menghasilkan telur
sebanyak antara 200-500 butir. Stadium telur 5-7 hari. Stadium telur 5-7 hari.
Stadium nimfa berlangsung 23 hari. Daur hidup berlangsung 29 hari. Kepik hijau ini
ada tiga varietas yaitu N. viridula var smaragdula (hijau polos), var. torquata (hijau
dengan kepala dan pronotumnya berwarna jingga atau kuning keemasan) dan var.
aurantiaca (kuning kehijauan dengan tiga bintik hijau pada bagian dorsal). Juga
dijumpai N. viridula yang berwarna kuning polos keemasan. Bentuk telur seperti
cangkir berwarna kuning kemudian berubah menjadi merah bata.
Cara pengendalian :
Apabila pada tanaman mulai berpolong ditemukan 2 nimfa per 10 rumpun
maka dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida.

D. HAMA-HAMA TANAMAN TOMAT


1. Epilachna
Nama Ilmiah
Coccinelidae)

Henosepilachna(=Epilachna)

sparsa

Hrbat.

(Coleoptera,

Daerah sebaran : India sampai Australia


Tanaman inang : menyerang hampir semua tanaman yang tergolong marga
Solanaceae
Bagian tanaman yang diserang : daun
Kerugian yang ditimbulkan : belum ada laporan secara terperinci tentang besarnya
kerugian yang ditimbulkan.
Gejala serangan :
daun yang termakan umumnya nampak urat-urat daun dan akhirnya kering.
Matinya daun-daun muda menyebabkan tanaman tidak dapat berproduksi. Di Jawa
serangan terjadi pada daerah-daerah dataran rendah.
Bioekologi :
Larva muda biasanya sembunyi di bawah daun dan berwarna abu-abu. Bagian
daun yang terserang nampak seperti celah. Larva instar 3 dan 4 berwarna kuning
keabuhan dengan garis hitam dan aktif makan serta aktif bergerak. Apabila larva
kehabisan daun maka hama ini juga menyerang bagian kutikula batang. Pupa
biasanya mengelompok pad bagian batang membentuk segi-empat dengan perubahan
warna yang lebih gelap.
Cara pengendalian : dianjurnan menanam pada daerah yang sama secara serantak.

2. Penggerek buah
Nama Ilmiah : Heliothis asulta Hubner (Lepidoptera, Noctuidae)
Daerah sebaran : Tersebar di seluruh Dunia
Tanaman Inang :
Serangga bersifat polifagus, yaitu dapat menyerang tanaman kapas, jagung,
kobis, terung.
Bagian tanaman yang diserang : buah
Kerugian yang ditimbulkan :
Belum ada laporan terperinci tentang besarnya kerugian yang ditimbulkan
oleh hama ini.
Gejala serangan :
Ulat muda makan jaringan daun dan ulat instar ketiga sering dijumpai makan
bunga, buah. Pada waktu makan biasanya kepala dan sebagian badannya masuk ke
dalam buah serta kotorannya berada di luar buah. Buah yang termakan oleh ulat ini
menyebabkan buah menjadi cepat busuk.
Bioekologi :
Telur diletakkan secara terpencar satu per satu pada daun, pucuk, atau bungan
pada malam hari. Biasanya telur diletakkan pada tanaman umur sekitar 2 minggu
setelah tanam. Stadium telur 2-5 hari. Setelah telur menetas ulat makan kulit telur.
Stadium ulat berlangsung 26 hari, apabila makanannya sesuai maka stadium ulat
berlangsung elbih singkat. Stadium prepupa berlangsung 2 hari sedang stadium pupa
berlangsung 12 hari. Dengan demikian siklus hidup hama berlangsung 42 45 hari.
Setiap indk betina mampu bertelur 1.062 butir. Ngengat berwearna kelabu coklat dan
aktif pada sore hari. Panjang ulat 3 cm, dengan warna bervariasi.
Cara pengendalian :
1. Dengan melakukan pengambilan ulat pada buah dan kemudian mematikan.
2. Dengan menggunakan insektisida yang dianjurkan.

3. Nematoda puru/bengkak akar


Nama Ilmiah : Meloidogyne spp. (Tylenchida; Heteroderidae)
Daerah Sebaran : tersebar luas hampir di seluruh dunia
Tanaman Inang :
Selain tomat juga menyerang tanaman cabai, tembakau, kobis, sawi, slada,
bayam, terong, tebu, rosella, jute, kenaf, orok-orok, teh, kopi, padi, jagung, kapas, dan
cengkeh.
Bagian tanaman yang diserang : akar

Kerugian yang ditimbulkan : Apabila serangan berat meneybabkan kerugian hasil


sampai 80%.
Gejala Serangan :
Tanaman tomat yang terserang nematoda puru akar menyebabkan gejala
tanaman seperti klorosis, layu atau tanaman nampak kerdil. Di lapang gejala serangan
nematoda ditandai dengan adanya ketidak normalan pertumbuhan tanaman yang tidak
merata.
Bioekologi : (Uraian lihat pada tanaman cabai)
Cara Pengendalian :
1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang, misalnya padi.
2. 2. Di daerah endemik dilakukan perlakuan tanah dengan nematisida efektif,
misalnya Temik 10 G jika dijumpai serangan sedang.

You might also like