You are on page 1of 15

BAB II

DIVERTIKULITIS KOLON

Definisi
Diverticulitis kolon adalah suatu keadaan yang terjadi ketika satu atau lebih divertikula dalam saluran
pencernaan menjadi meradang atau terinfeksi. Divertikula kecil, kantong menggembung yang dapat
membentuk di mana saja di sistem pencernaan termasuk, lambung, kerongkongan dan usus kecil.
Namun paling sering ditemukan dalam usus besar. Divertikulitis yang umum terutama terjadi setelah
usia 40. Bila seseorang memiliki divertikula, kondisi ini dikenal sebagai diverticulosis. Diverticulitis
adalah umumnya penyakit pencernaan terutama ditemukan dalam usus besar. Diverticulitis
berkembang dari diverticulosis, yang melibatkan pembentukan kantong ( divertikula ) di luar usus.
Diverticulitis hasil jika salah satu divertikula ini menjadi meradang.

Insidensi
Divertikulitis paling umum terjadi pada kolon sigmoid (95%). Divertikulitis paling umum terjadi pada
usia lebih dari 60 tahun. Insidensinya kira-kira 60% pada individu dengan usia lebih dari 80 tahun.
Predisposisi kongenital dicurigai bila terdapat gangguan pada individu yang berusia di bawah 40
tahun. Asupan diet rendah serat diperkirakan sebagai penyebab utama penyakit. Divertikulitis dapat
terjadi pada serangan akut atau mungkin menetap sebagai infeksi yang kontinu dan lama. penyakit
yang lebih umum di negara-negara industri atau berkembang , misalnya, Amerika Serikat, Inggris, dan
Australia, di mana biasanya diet rendah serat dan sangat tinggi dalam proses karbohidrat. Penyakit
Divertikulitis ini lebih kurang umum di negara-negara di mana biasanya yang melakukan diet tinggi
dalam serat, misalnya, Asia dan Afrika.
Tanda dan Gejala
Pasien sering datang dengan keluhan triad klasik, berupa nyeri kuadran kiri bawah, demam, dan

leukositosis (ketinggian dari jumlah sel darah putih dalam tes darah). Pasien mungkin juga
mengeluhkan mual atau diare, yang lainnya mungkin sembelit .
Keluhan lainnya (kurang umum) yakni, individu dengan diverticulitis mungkin hadir dengan nyeri sisi
kanan perut. Hal ini mungkin karena divertikula sisi kanan kurang lazim atau kolon sigmoid yang
sangat berlebihan. Beberapa pasien melaporkan pendarahan dari dubur.
Diverticulitis?
Ketika diverticulum pecah dan infeksi terjadi di sekitar divertikulum tersebut, kondisi ini disebut
diverticulitis. Seorang individu yang menderita divertikulitis seringkali memiliki sakit perut, obstruksi
usus dan demam .
Gejala diverticulitis meliputi:
sakit perut parah suhu tinggi (demam) dari 38 C atau lebih
Etiologi
Divertikulitis terjadi pada orang orang yang memiliki divertikula. Gangguan ini terjadi akibat
masuknya bakteri yang ada didalam usus ke divertikula. Divertikulitis paling sering terjadi di kolon
sigmoid yang merupakan bagian akhir dari usus besar yang terletak sebelum rectum. Gangguan ini
biasanya terjadi pada orang- orang yang berusia tua lebih dari 40 tahun, terutama mereka yang
menggunakan kortikosteroid atau obat-obatan lainnya yang menekan sstem kekebalan tubuh, sehingga
meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Bakteri yang biasanya dapat menimbulkan divertikulitis
adalah entamoeba hystolitica, divertikulitis juga bisa disebabkan karna adanya peradangan yang
disebabkan oleh retensi feses sehingga terjadilah tekanan tinggi di dalam kolon sigmoid. Selain itu
juga ada beberapa hal yang dapat dikatakan sebagai penyebab divertikulitis yaitu

Usus besar
Usus besar memainkan peran penting dalam pencernaan ;
membantu menyerap nutrisi dari makanan yang di makan mendorong produk-produk limbah tercerna
ke dalam rektum (akhir dari usus besar) dan keluar dari anus di mana limbah tadi dikeluarkan dari
tubuh sebagai feses (kotoran). Struktur usus besar mirip dengan ban. Ini terdiri dari lapisan dalam
yang jaringan fleksibel tertutup oleh lapisan yang lebih kencang dan lebih keras otot.
Kurangnya serat
Tidak cukup makan serat diperkirakan menjadi alasan utama mengapa tonjolan kecil (divertikula)
yang menonjol dari sisi usus besar berkembang. Serat membuat tinja lebih lunak dan lebih besar
sehingga tekanan kurang dibutuhkan oleh usus besar untuk mendorong mereka keluar dari tubuh.
Makan makanan rendah serat menghasilkan kotoran kecil, tinja yang keras. Ini lebih sulit bagi otototot usus besar untuk bergerak, dan akan menyebabkan sambelit. Tekanan memindahkan, potongan
tinja keras, kecil melalui usus besar menciptakan titik-titik lemah di lapisan luar dari otot. Hal ini
memungkinkan lapisan dalam untuk memeras melalui titik-titik lemah, menciptakan divertikula
tersebut. Tidak ada bukti klinis untuk sepenuhnya membuktikan hubungan antara serat dan
divertikula, tetapi bukti yang kuat datangnya dari sebuah riset. Sebagai contoh, di beberapa bagian
dunia di mana tinggi serat diet yang umum, seperti Afrika dan Asia Selatan, kasus dari divertikula dan
penyakit divertikular hampir tidak ada. Namun, di negara negara barat, di mana banyak orang tidak
cukup makan serat, divertikula dan penyakit divertikular jauh lebih umum/sering.
Diverticulitis disebabkan oleh infeksi dari satu atau lebih divertikula tersebut. Diperkirakan infeksi
terjadi ketika sepotong keras tinja terjebak dalam salah satu kantong. Hal ini memberikan bakteri
dalam tinja kesempatan untuk berkembang biak dan menyebar, memicu infeksi.

ANATOMI DAN FISIOLOGIS KOLON

Diverticulitis adalah kondisi dimana divertikuli pada kolon mengalami rupture. Rupture ini dapat
menyebabkan infeksi pada jaringan sekitar kolon.
Usus besar dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama
organ ini adalah menyerap air dari sisa pencernaan kimus cair. Sehingga menjadi feses yang disimpan
sementara hingga terjadi defekasi.. Usus besar terdiri dari :

Sekum

apendiks

Kolon asendenss (kanan)

Kolon transversum

Kolon desendens (kiri)

Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Rectum

Kanalis analis
Usus besar dapat dibedakan dari usus halus dengan :

Apendises omentalis : kecil, berlemak, menonjol seperti omentum

Terdapat 3 taenia koli : mesokolik, omentalis dan libera.

Haustra : penggelembungan dinding kolon di anttara taenia.

Diameter lumen lebih besar


Namun yang akan dibahas disini adalah kolon, mengingat insidensi divertikula terbanyak di kolon,
terutama kolon sigmoid.

1)

Colon Ascendens
Panjang kolon asendens sekitar 5 inci (13 cm) dan terletak di kuadran kanan bawah. Kolon
asendenss membentang ke atas dari sekum sampai permukaan inferior lobus hepatis dekstra, lalu
kolon asendenss membelok ke kiri membentuk leksura koli dekstra, dan melanjutkan diri sebagai
kolon transversus. Peritoneum melputi bagian depan dan samping kolon asendenss dan
menghubungkan kolon asendenss dengan dinding posterior abdomen.
Hubungan kolon asendens ke anterior : Lengkung-lengkung usus halus, omentum mayus, dan
dinding anterior abdomen. Sedangkan hubungan kolon asendens ke posterior : Musculus iliacus,
crista iliaca, musculus quadratus lumbroum, origo musculus transversus abdominis, dan polus inferior
ren dextra. Nervus iliohypogastricus dan nervus ilioinguinalis berjalan di belakangnya.
Kolon asendens mendapat suplai darah dari arteria ileocolica dan arteria colica dextra yang
merupakan cabang arteria mesenterica superior. Pembuluh limfe lewat pertama melalui nodus limfe
parakolik dan epikolik, di sebelah nodus limfe kolika dextra intermediat dan nodus limfe ileokolik,
dari sana kemudian berlanjut ke nodus limfe mesenterika superior. Nervus yang mempersarafi kolon
asendens bersala dari plexus nervus mesenterikus superior.

2)

Colon Transversum
Panjang kolon transversum sekitar 15 inci (38 cm) dan berjalan menyilang abdomen, menempati
region umbilicalis. Kolon transversus mulai dari flexura coli dextra di bawah lobus hepatis kanan dan
tergantung kebawah oleh mesokolon transversum dan pancreas. Kemudian kolon transversum
berjalan ke atas sampai flexura coli sinistra di bawah lien. Flexura coli sinistra lebih tinggi daripada
flexura coli dextra dan digantung ke diafragma oleh ligmentum phrenicocolicum. Mesokolon
transversus menggantungkan kolon transversum dari facies anterior pancreas. Mesokolon transversus
dilekatkan pada pinggir superior kolon transverses dan lapisan posterior omentum mayus dilekatkan
pada pinggir inferior. Karena mesokolon transversus sangat panjang, posisi kolon transversus sangat
bervariasi dan kadang-kadang dapat mencapai pelvis.
Hubungan kolon transversum ke anterior : Omentum mayus, dan dinding anterior abdomen
(region umbilicalis dan hypogastrium). Sedangkan ke posterior : Pars desendens duodenumi, caput
pancreatic, dan fleksura jejunoilealis. Dua pertiga proksimal kolon transversus disuplai oleh arteria
colica media, cabang arteria mesenterica superior. Sepertiga bagian distal disuplai oleh arterica colica
sinistra, cabang arteria mesenterica inferior. Vena mengikuti arteri yang sesuai dan bermuara ke vena
mesenterika superior dan vena mesenterika inferior. Cairan limfe dari dua pertiga proksimal kolon
transversus dialirkan ke dalam limfe nodi colici dan kemudian ke dalam limfenodi mesenterici
inferiores.
Dua pertiga proksimal kolon transversus dipersarafi oleh saraf simpatis dan nervus vagus
melalui plexus mesentericus superior, sepertiga distal dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis
nervi splanchnici pelvici melalui plexus mesentericus inferior.

3)

Colon Desendens
Panjang kolon desendens sekitar 10 Inci (25 cm) dan terletak di kuadran kiri atas dan bawah.
Kolon ini berjalan kebawah dari fleksura koli sinistra sampai pinggir pelvis, disini kolon transversus
melanjutkan diri menjadi kolon sigmoid. Peritoneum meliputi bagian depan dan sisi-sisinya serta
menghubungkannya dengan dinding posterior abdomen.
Hubungan kolon desendens ke anterior : lengkung-lengkung instestinum tenue, omentum majus
dan dinding anterior abdomen. Sedangkan ke posterior : margo lateralis ren sinistra, origo musculus
transversus abdominis, musculus quadratus lumborum, crista iliaca, musculus iliacus, dan musculus
psoas major sinistra. Nervus iliohypogastricus dan nervus ilioinguinalis, nervus cutaneous femoris
lateralis, serta nervus femoralis juga terletak di belakangnnya.
Arteri kolika sinistra dan arteri sigmoid merupakan cabang arteri mesenterika inferior. Vena
mengikuti arteri yang sesuai dan bermuara ke vena mesenterika inferior. Cairan limfe dialirkan ke
nodi lymphoidei colici dan nodi mesenterici inferiores yang terletak di sekitar pangkal arteri
mesenterika inferior. Colon desendens mempunyai saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchnici
pelvic melalui plexus mesentericus inferior.

4)

Kolon sigmoid
Bagian kolon ini berbentuk huruf S dengan panjang sekitar 40 cm, menghubungkan kolon
desendens dan rektum. Kolon sigmoid berada di fossa iliaca hingga segmen S3 kemudian berlanjut ke
rektum. Akgir dari taenia koli (sekitar 15 cm dari anus) menandakan rectosigmoid junction. Kolon
sigmoid memiliki mesenterium (penggantung) yang panjang sehingga kolon bagian ini mempunyai
gerak yang relatif bebas, khususnya bagian tengah. Bagian bawah mesokolon sigmoid memiliki
penempelan terinversi (bebentuk huruf V), berada di medial dan superior pembuluh iliaka eksternal
dan dari media-inferior bifurkasio iliaca komunis hingga anterior sacrum. Ureter sinistra dan ateri
iliaka komunis sinistra berada di retroperitoneal, posterior terhadap ujung bawah mesokolon sigmoid.
kolon sigmoid memiliki apendises omentalis yang panjang yang berakhir bersamaan mesenterium
berakhir. Taenia koli juga menghilang bersamaan dengan otot longitudinal pada dinding pelebaran
kolon yang membentuk lapisan lengkap rectum.
Suplai arteri sigmoid berasal dari arteri sigmoid dan kolika sinistra (cabang dari arteri
mesenterika inferior). Arteri sigmoid turun secara oblik ke kiri, terbagi menjadi cabang asendens dan
desendens. Vena mesenterika inferior mengembalikan darah dari kolon desendens dan sigmoid ke
vena splenikus kemudian ke vena porta hepar.
Pembuluh limfa dari kolon sigmoid melewati modus epikolik dan parakolik ke nodus limfe
kolika intermediet di sepanjang arteri kolika sinistra, kemudian melewati nodus limfa mesenterika
inferior (berada di sekitar arteri mesenterika inferior).
Nervus simpatis yang mempersarafi kolon sigmoid berasal dari bagian lumbar trunkus
simpatis melalui nervus splanknikus lumbaris, pleksus mesenterikus superior dan pleksus periarterial

mengikuti arteri mesenterikus inferior dan cabangnya. Sedangkan saraf parasimpatisnya berasal dari
nervus splanknikus pelvikus melalui pleksus hipogastrik.
Gambaran histologis usus besar secara umum yaitu mengandung kripta Lieberkuhn yang
lebih panjang dan lebih lurus pada tunika mukosa dibandingkan dengan usus halus. Epitel usus besar
berbentuk silinder dan mengandung jauh lebih banyak sel Goblet dibandingkan usus halus, juga lebih
sedikit mempunyai sel enteroendokrin. Lamina propria usus besar terdiri atas jaringan ikat retikuler
dan nodulus limfatikus. Seperti pada usus halus, tunika muskularis mukosa pada usus besar terdiri
atas lapisan sirkular sebelah dalam dan lapisan longitudinal sebelah luar. Tunika mukosa terdiri atas
jaringan ikat longgar, lemak, dan pleksus Meissner. Di sebelah luar tunika mukosa terdapat tunika
muskularis eksterna dan tunika serosa. Tunika serosa ini terdiri atas mesotelium dan jaringan ikat
subserosa.
Karakteristik utama pada sekum, kolon, dan rektum yaitu tidak membentuk vili seperti usus
halus, memiliki kelenjar yang panjang dan berbentuk tubuli sederhana, tidak memiliki sel granuler
asidofilik (sel Panneth), dan memiliki jumlah nodul limfatik yang banyak. Mukosa membrannya tidak
terdapat pelipatan, kecuali pda bagian distal (rectum).
Sel-sel absorbsi berbentuk kolumner dan memiliki mikrovili pendek dan ireguler. Usus besar
memiliki struktur yang sesuai dengan fungsinya, yaitu absorbsi air, pembentukan massa fekalit dan
produksi mucus. Mucus adalah gel yang mengandung banyak air yang tidak hanya melubrikasi
permukaan intestinal tetapi juga meliputi bacteria dan bahan-bahan tertentu. Absorbsi air terjadi
secara pasif mengikuti transport aktif natrium pada permukaan basal sel epitel.
Lamina propia kaya akan sel-sel limfoid dan nodul-nodul yang sering meluas ke submukosa.
Banyaknya jaringan limfoid (GALT) ini berkaitan dengan populasi bakteri yang banyak pada area ini.
Tunika muskularisnya terdiri atas untaian longitudinal dan sirkuler. Lapisan ini berbeda
dengan usus halus karena serabut lapisan longitudinal luarnya berkumpul menjadi 3 ikatan
longitudinal tebal yang disebut taenia koli. Pada bagian kolon yang intraperitoneal, lapisan serosa
memiliki apendises epiploika (tonjolan jaringan lemak yang menjuntai kecil-kecil)
PATOGENESIS/PATOFISIOLOGI KELAINAN
Kolon/usus besar merupakan struktur menyerupai tabung panjang yang menyimpan dan
mengeliminasi sisa-sisa metabolisme. Tekanan dalam kolon menyebabkan kantong-kantong yang
menggelembung dari jaringan (sakus) ke dinding kolon seiring berjalannya usia sesorang. Sakus ini
disebut sebagai divertikulum, sedangkan dalam jumlah banyak disebut divertikula. Divertikula dapat
terjadi di sepanjang kolon, tetapi paling banyak terjadi di dekat ujung kolon sinister (kolon sigmoid).
Kondisi munculnya divertikula inilah yang disebut divertikulosis. Seseorang dengan divertikulosis
hanya menunjukkan sedikit atau bahkan tanpa gejala. Divertikulitis merupakan inflamasi pada bagian
dasar divertikulum. Etiologi diverticulitis adalah sebagai berikut :
a. Iritasi fekal

b.
c.
d.
e.
f.

Mikro dan makro perforasi


Perbedaan tekanan antar lumen colon dan serosa serta area kelemahan dalam dinding colon.
Penuaan dinding kolon
Diet rendah serat
Bakteri
Divertikulum terbentuk bila mukosa dan lapisan submukosa colon mengalami herniasi sepanjang

dinding muskuler akibat tekanan intraluminal yang tinggi, volume colon yang rendah (isi kurang
mengandung serat) dan penurunan kekuatan otot dalam dinding colon (hipertrofi muskuler akibat
masa fekal yang mengeras). Divertikulum menjadi sumbatan dan kemudian terinflamasi bila obstruksi
terus berlanjut. Inflamasi cenderung melebar ke dinding usus sekitar, mengakibatkan timbulnya
kepekaan dan spastisitas kolon. Abses dapat terjadi, menimbulkan peritonitis, sedangkan erosi
pembuluh darah (arterial) dapat menimbulkan perdarahan.
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi
usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap
pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses
yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta mengeluarkan kalium
dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan air dan elektrolit serta mencegah
dehidrasi. Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon kanan dan
meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum, mengisolasi segmen
pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh antikolinergik, meningkat oleh makanan, kolinergik.
Sepertiga berat feses kering adalah bakteri; 10-10/gram dimana bakteri Anaerob lebih banyak dari
bakteri aerob. Bacteroides paling umum, Escherichia coli berikutnya. Gas kolon berasal dari udara
yang ditelan, difusi dari darah, dan produksi intralumen. Bakteri membentuk hidrogen dan metan dari
protein dan karbohidrat yang tidak tercerna. 28
Orang dengan gejala di atas biasanya dipelajari dengan computed tomography, atau CT scan. CT scan
sangat akurat (98%) dalam mendiagnosis diverticulitis. Dalam rangka untuk mengekstrak informasi
yang paling mungkin tentang kondisi pasien, bagian tipis (5mm) gambar melintang diperoleh melalui
seluruh perut dan panggul setelah pasien telah diberikan kontras oral dan intravaskular. Gambar
mengungkapkan penebalan dinding usus lokal, dengan peradangan memperluas ke dalam lemak di
sekitar usus besar. Diagnosis divertikulitis akut dibuat ketika segmen yang terlibat mengandung
diverticulae. CT mungkin juga mengidentifikasi pasien dengan diverticulitis yang lebih rumit, seperti
mereka dengan abses terkait. Bahkan mungkin memungkinkan drainase radiologis dipandu dari abses
terkait.
Studi-studi lain, seperti barium enema dan kolonoskopi yang kontraindikasi pada fase akut dari
diverticulitis karena resiko perforasi.

GAMBARAN KLINIS KELAINAN


Divertikulitis dibagi menjadi akut dan kronik. Gejala persisten dari divertikulitis kronik yaitu
selama 6 bulan hingga 1 tahun atau lebih. Sedangkan divertikulitis akut gejala hanya persisten ratarata 2-14 hari. Oleh karena itu, divertikulitis kronis menunjukkan gejala dan tanda klinis yang jauh
leih lambat dan lebih lama daripada divertikulitis akut.
Gejala umum yang utama divertikulitis adalah nyeri abdomen bawah yang biasanya menetap
atau hilang timbul disertai demam yang menyertai perforasi divertikulum. Perubahan pada pola
pencernaan dari diare menjadi konstipasi sering terjadi. Disuria pun mengindikasikan iritasi kendung
kemih. Sebagian besar pasien mengeluhkan nyeri tekan pada kuadran bawah kiri dimana massa
terpalpasi. Leukositosis merupakan ciri khas pada divertikulitis. Muncul bersama kembung, flatus
berlebih dan nyeri intermiten.
Divertikulum yang ruptur dapat menyebarkan bakteri kolon ke jaringan sekitar sehingga dapat
mengakumulasi pus emudian menyebabkan abses yang biasanya terjadi pada pelvis. Pada kasus yang
jarang, dapat pula mengerosi vesika urinaria, menyebabkan infeksi vesika dan melewatkan uadara
intestinal ke dalam urin. Inflamasi kolon dapat menyebabkan colonic bowel obstruction dan
peritonitis yang mengancam jiwa.
Perdarahan pada divertikular dapat pula terjadi ketika divertikulum mengerosi pembuluh
darah. Feses merah, gelap atau berwarna maroon dan membeku terjadi tanpa nyeri abdomen terkait.
Perdarahan ini bisa kontinyu atau intermittent yang berlangsung selama beberpa hari. Pasien dengan
perdarahan aktif biasanya disarankan untuk rawat inap untuk pemantauan. Cairan intravena diberikan
untuk menjaga tekanan darah. Transfusi darah dibutuhkan untuk perdarahan moderat dan masif. Pada
kasus yang jarang, pasien mengalami perdarahan hebat sehingga bisa mengalami penurunan tekanan
darah, pusing, syok dan kehilangan kesadaran. Pada pasien umumnya perdarahan berhenti secara
spontan dan diperbolehkan pulang setelah beberpa hari di rumah sakit. Pasien dengan perdarahan
massif dan persisten memutuhkan manajemen bedah untuk membuang divertikulum yang berdarah.

GAMBARAN MAKROSKOPIS
Permukaan colon sigmoid tampak divertikulum2 berbentuk kantong dengan warna kemerahan

karena inflamasi
adanya jaringan fibrosa
penyempitan lumen usus.
2 baris pada kedua sisi kolon, baik antara taenia mesenterik maupun antimesenterik <1cm, berada di

lemak perikolon dan khususnya epiploika apendises.


Dinding kolon menebal signifikan
Rugae mukosa menonjol dan melibatkan dilatasi kantong
Umumnya terdapat abses perikolon

GAMBARAN MIKROSKOPIS
Divertikula sebagian besar ditemukan pada kolon sigmoid
Timbul di antara taenia koli dan dapat berisi fekalit
terlihat jaringan colon dengan penonjolan2 dari lumen ke tunica muscularis yang berbentuk seperti

botol labu.
Dasar dari diverticulum ini dibentuk oleh jaringan ikat serosa.
Terdapat banyak sel2 inflamasi kronis seperti limfosit, leukosit, sel plasma, dan histiosit disertai

dengan dilatasi pembuluh2 darah ke kripta dan sekitar lemak perikolon


Terdapat fibrosis yang menonjol

DIAGNOSIS
Pemeriksaan barium enema pada divertikulitis merupakan diagnosis inisial terkait gejala
obstruksi dan nyeri abdomen. Hasil pemeriksaan menunjukkan segmen yang relative panjang yang
mengalami penyempitan pada kolon sigmoid dengan kontur yang tidak rata dan batas meruncing,
kadang-kadang berkaitan dengan obstruksi retrograde. Sedangkan pada divertikulitis akut akan
tampak massa asimetris dan penembatan kolon sigmoid karena kumpulan inflamasi tanpa
penyempitan lumen. Barium enema (x-ray) dilakukan untuk memvisualisasi kolon. Divertikula
terlihat sebagai kantong terisi barium yang menonjol dari dinding kolon.
Visualisasi langsung intestinal dengan memasukkan tabung fleksibel melewati rektum dan
dinaikkan ke kolon. Hal ini dapat dilakukan menggunakan tabung panjang (kolonoskop) ataupun
tabung pendek (sigmoidoskop) untuk menunjang diagnosis dan mengeksklusi penyakit lain yang
menyerupai penyakit divertikular.
Pada pasien yang dicurigai abses divertikular dengan gejala berupa nyeri menetap dan
demam, ultrasound dan CT scan abdomen dan pelvis dapat dilakukan untuk mendeteksi kumpulan
cairan pus. CT abdomen menunjukkan tehnik visualisasi yang paling sensitif untuk mendeteksi
divertikulitis sigmoid karena kemampuannya untuk menunjukkan dinding intestinal yang menebal,
inflamasi perikolon dan inflamasi terkait atau abses.
Pemeriksaan penunjang berdasarkan gejala/diagnosis banding:
-

Divertikulosis : barium enema (kolonoskopi)


Divertikulitis : DPL, hitung sel darah putih, ureum dan elektrolit, rontgen toraks, CT scan.
Masa divertikular/abses parakoliks : CT scan
Perforasi : foto poos abdomen, CT scan
Obstruksi : gastrografin atau enema barium encer, kolonoskopi untuk menyingkirkan keganasan
Fistula :
Kolovesika : urin porsi tengah, sitoskopi, enema barium
Kolovagina : kolposkopi, sigmoidoskopi fleksibel

Perdarahan : kolonoskopi, angiografi selektif

PROSEDUR STANDART PEMERIKSAAN COLON TATA CARA PEMERIKSAAN BARIUM


ENEMA
Barium enema adalah pemeriksaan X-ray pada usus besar ( colon ) yang sebelumnya colon diisI
dengan barium sulfate ( a radioopaque contrast medium ).
Tujuan Pemeriksaan :

Membantu menegakkan diagnosis dari penyakit inflamasi colon serta bila dicurigai ada nya
keganasan atau carsinoma

Mendeteksi adanya polip, inflamasi dan perubahan struktural pada colon.


METODE :

1.

Double Contras : merupakan standar untuk pemeriksaan colon orang dewasa, yang akan dievaluasi
adalah mukosa colon, polip, massa dan tanda keradangan.

2.

Single Contras : merupakan pemeriksaan colon untuk penderita-penderita :

anak-anak

reduksi intussusepsi

kecurigaan obstruksi colon

kecurigaan diverticulitis acuta, irritable colon, colitis

kecurigaan appendicitis acuta

kecurigaan fistulasi acuta

kecurigaan fistulasi colon

penyakit megacolon

penderita-penderita dengan keadaan umum jelek, debil atau persiapan yang kurang baik

X-ray diambil pada bagian colon / lower bowel.

Memelihara posisi sesuai permintaan radiographer. Mempertahankan hingga film diexposed.

Radiographer akan memberitahu penderita ketika penderita dapat bergerak dan bernafas lagi.

Barium dan atau dengan udara masuk ke dalam colon.

Gerakkan dari barium diikuti melalui fruoroscopy, sepanjang memasuki colon dan masuk caecum
dan bagian akhir dari usus halus.

Ketika semua gambar selesai diambil, penderita diharapkan mengosongkan / mengeluarkan barium
di toilet.

Penderita diminta menunggu beberapa saat hingga film-film dicetak. Setelah selesai pemeriksaan
biasanya kotoran penderita akan berwarna keputihan hingga 24 72 jam ( 1 3 hari ).

INDIKASI :
1. Gangguan pola buang air besar
2. Nyeri daerah colon
3. Kecurigaan massa daerah colon
4. Melena
5. Kecurigaan obstruksi colon

KONTRA INDIKASI :
1. absolute

toxic megacolon

pseudo membranous colitis

post biopsy colon (sebaiknya menunggu setelah 7 hari)

2.

Relatif

persiapan colon kurang baik

baru saja mengalami pemeriksaan GI tract bagian atas dengan kontras

Gambaran Single contrast barium enema pada divertikulitissigmoid


dengan fistula di dalam caecum

CT scan demonstrates mild diverticulitis of the descending colon, with wall


thickening, a diverticulum, and mild stranding of the pericolic fat.

TERAPI
Antibiotik dan pengukuran penunjang biasanya dapat meredakan divertikulitis akut, tetapi sekitar
20% pasien membutuhkan intervensi bedah.
Medikamentosa :
o Diet tinggi serat (buah, sayuran, roti gandum, kulit padi)
o Tingkatkan asupan cairan.
o Antibiotik :

ciprofloxacin (Cipro),

metronidazole (Flagyl),

cephalexin (Keflex), and

doxycycline (Vibramycin).

o Istirahatkan usus
o Drainase yang dipandu radiologi untuk abses akut
o Anti-spasmodic drugs untuk meredakan spasme akibat nyeri abdomen. Obat yang dapat dipakai
antara lain:
chlordiazepoxide (Librax),
dicyclomine (Bentyl),
atropine, scopolamine, phenobarb (Donnatal), and
hyoscyamine (Levsin)
Pembedahan
o Biasanya untuk kasus dengan komplikasi/kambuh, kasus yang telah terbukti, serangan akut atau
kasus yang gagal dengan terapi medikamentosa (jarang)

Pembedahan elektif kolon sebelah kiri tanpa peritonitis : reseksi segmen yang terlibat dan

sambungkan ujung-ujungnya (anastomosis primer)


o Pembedahan darurat kolon sebelah kiri dengan peritonitis minimal atau tanpa peritonitis reseksi
o

segmen yang terlibat dan sambungkan ujung-ujungnya (anastomosis primer) mungkin aman.
Pembedahan rumit kolon sebelah kiri (misalnya fistula kolovesika : reseksi, anastomosis
mungkindapat menggantikan fungsi stoma proksimal)

PROGNOSIS
Diverticulitis menyajikan prognosis yang lebih serius daripada divertikulosis karena
komplikasinya bisa berakibat fatal, tetapi jka cepat didiagnosa dan menjalani yang perawatan yang
tepat (mungkin pembedahan), dapat disembuhkan.
Sebagian besar pasien sembuh total setelah menjalani pengobatan. Jika tidak ditangani awal,
divertikulitis dapat menebabkan perforasi dan pelepasan bakteri dari fekal ke jaringan peridivertikuler.
Hasil lanjutannya berupa abses yang biasanya berisi jaringan apendises apiploika dan jaringan
perikolonik. Perforasi jarang menimbulkan peritonitis. Fibrosis sebagai respon terhadap episode
berulang dapat menekan lumen usus, menimbulkan obstruksi. Perdarahan intestinal dapat juga terjadi.
Fistula dapat terbentuk antara kolon dan organ sekitar, termasuk kandung kemih, vagina, usus halus
dan kulit abdomen. Komplikasi lainnya adalah pyeleplebitis dan abses liver.
Individu yang berusia kurang dari 40 tahun yang memiliki imunitas terdepresi karena
medikasi atau penyakit lainnya akan memiliki kemungkinan leih besar untuk terjadi komplikasi dan
menjalani pembedahan. Sekitar setengah pasien yang memiliki diverticulitis akan kambuh dalam
beberapa tahun setelah ditangani dan dalam masa remisi. Dari paien yang masuk rumah sakit, sekitar
15-20% mengalami komplikasi yang membutuhkan pembedahan.

Pencegahan
Serat
Kebanyakan orang dengan penyakit divertikular dianjurkan untuk makan antara 18g (0.6oz) ke 30g
(1oz) serat sehari. Anda dapat memberikan target yang lebih spesifik, berdasarkan tinggi dan berat
badan individu. Seperti sumber serat yang baik termasuk :
buah segar - seperti pir, jeruk dan apel
sayuran - seperti kacang panggang, kacang merah dan kacang polong

kacang - seperti almond dan kacang


sereal sarapan - seperti high-serat serpih sarapan
bertepung makanan - seperti roti, nasi
Dianjurkan agar secara bertahap meningkatkan asupan serat selama beberapa minggu. Ini akan
membantu mencegah efek samping yang berhubungan dengan diet tinggi serat, seperti kembung dan
perut kembung juga harus minum banyak cairan karena ini akan membantu mencegah efek samping.

DAFTAR PUSTAKA

Moore, Keith L. Agur, Anne M.R. Essential Clinical Oriented Anatomy 3rd edition. Lipincott Williams
& Wilkins. 2007. Canada.
Cho KC, Morehouse HT, Alterman DD, Thornhill BA. Sigmoid diverticulitis: diagnostic role of CT
comparison with barium enema studies. 2009
Scheiman, Laura, et al. Chronic Diverticulitis : Clinical, Radiographic and Pathologic Findings.
Philadelphia. 2007.
http://www.nhs.uk/conditions/diverticular-disease-and-diverticulitis
http://www.medicinenet.com/diverticulitis/article.htm
http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/diverticulitis-topic-overview

You might also like