Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan bukan tanpa sebuah tujuan. Allah
SWT menciptakan bumi beserta isinya, menciptakan sebuah kehidupan di
dalamnya, bukanlah tanpa tujuan yang jelas. Sama halnya dengan Allah SWT
menciptakan manusia. Manusia diciptakan oleh Allah SWT tidak sia-sia, manusia
diciptakan sebagai khalifah di bumi untuk mengatur atau mengelola apa yang ada
di bumi beserta segala sumber daya yang ada.
Di samping kita sebagai manusia harus pandai-pandai mengelola sumber
daya yang ada, sebagai seorang manusia juga tidak boleh lupa akan kodratnya
yakni menyembah sang Pencipta, Allah SWT, oleh karena itu manusia harus
mempunyai aqidah yang lurus agar tidak menyimpang dari apa yang
diperintahkan Allah SWT.
Penyempurna aqidah yang lurus kepada Alla SWT tidak luput dari aqidah
yang benar kepada Malaiakat-Malaikat Allah, Kitab- kitab yang diturunkan oleh
Allah kepada para Rosul-rosul Allah untuk disampaikan kepada kita, para umat
manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah aqidah itu?
2. Apakah sumber dari aqidah?
3. Bagaimana aqidah jika di tinjau dari ayat-ayat Al Quran?
4. Apakah manfaat aqidah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. AQIDAH ISLAM
Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi)
Kata "aqidah" diambil dari kata dasar "al-aqdu" yaitu ar-rabth (ikatan),
al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh,
kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan)
dan al-itsbaatu (penetapan).
Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keshahihan dan
keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.
Untuk lebih memahami definisi diatas kita perlu mengemukakan beberapa catatan
tambahan sebagai berikut:
1. Ilmu terbagi dua
Pertama ilmu dharuri yaitu Ilmu yang dihasilkan oleh indera, dan tidak
memerlukan dalil. Misalnya apabila kita melihat tali di hadapan mata, kita tidak
memerlukan lagi dalil atau bukti bahwa benda itu ada.
Kedua adalah ilmu nazhari yaitu. Ilmu yang memerlukan dalil atau
pembuktian.
Misalnya
ketiga
sisi
segitiga
sama
sisi
mempunyai
panjang
yang
keyakinan akan keesaan Allah, yaitu keyakinan bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah.
Keyakinan akan keesaan Allah merupakan ciri utama dari agama Islam
yang berbeda dengan agama-agama lainnya di dunia.
Keesaan Allah dalam ajaran Islam berbeda dengan keyakinan monoteistik pada
agama Yahudi dan Nasrani. Tauhid merupakan keyakinan akan keesaan Allah
yang meniadakan segala unsur yang lain. Satu bukanlah terdiri dari unsur-unsur
atau bagian dari bilangan, tetapi satu yang utuh. Keesaan Allah dalam keyakinan
muslim bukan hanya berupa pengetahuan dan pengakuan tetapi mendorong dalam
membentuk perilaku dan sikap tauhid yang diawali dengan persaksian melalui
syahadat. Syahadatain berbunyi:
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah Rasulullah Pengakuan dan keyakinan bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah
mengandung arti bahwa tidak ada bentuk apapun yang dipertuhankan selain Allah.
Artinya hanya Allah-lah satu-satunya Tuhan bagi seorang muslim. Tuhan diartikan
sebagai segala sesuatu yang mendominasi diri, atau yang membuat orang
tergantung kepadanya.
Apabila ada seseorang memiliki sesuatu baik orang maupun barang atau
kedudukan, apabila dominan dan membuat orang itu tergantung kepadanya, maka
orang itu tidaklah bertauhid. Karena itu, persaksian yang dinyatakan dalam
syahadat itu tidak terbatas pada ucapan dua kalimat syahadat (syahadatain),
melainkan dibuktikan dalam berpikir, bertindak, dan bersikap. Berpikir tauhid
adalah berpikir utuh dan intgral, ia akan memandang alam maupun manusia
sebagai sesuatu sistem yang integral. Dengan demikian ia akan mampu
memberikan penilaian dan bertindak secara adil. Sementara dalam hubungannya
dengan sikap, maka tauhid memiliki implikasi dalam bentuk sikap hidup yang
tidak tergantung pada siapapun selain pada Allah, karena itu ia akan hidup berani,
merdeka dan mandiri.
bentuk kekuatan halus yang membisikkan keburukan kepada manusia dan jin.
Sedangkan makhluk lainnya adalah malaikat yang lebih menggambarkan
kekuatan baik. Baik setan maupun jin tidak diperoleh
gambaran secara pasti di kalangan para hali tafsir, jadi bisa dalam bentuk makhluk
yang bersifat halus dan ghaib atau mungkin saja berupa kekuatan yang
membisikkan yang buruk
dan baik. Yang pasti bahwa kedua makhluk tersebut berpengaruh kepada manusia
dalam bentuk bisikan untuk berbuat baik dan buruk ke dalam hati manusia yang
dilakukan oleh jin dan manusia sebagaimana dinyatakan. Alquran:
Artinya :
Katakanlah: Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai)
manusia. raja manusia.. sembahan manusia. dari kejahatan (bisikan) syaitan yang
biasa bersembunyi,. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia dari
(golongan) jin dan manusia
(QS. Al.Nas, 114:1-6)
Dengan pernyataan ayat di atas dapat dipahami bahwa ada suatu kekuatan ghaib
yang membisikkan keburukan ke dalam hati manusia yang dilakukan oleh setan
dengan perantaraan jin dan manusia.
Dengan demikian setan bisa membentuk makhluk tertentu, yaitu dalam bentuk jin
atau manusia. Beriman kepada yang ghaib diartikan sebagai keyakinan akan
kemahakuasaan Allah yang menciptakannya yang mendorong manusia untuk
selalu menyadari akan adanya godaan dan tipu daya agar manusia terjerat dalam
dosa.
Kesadaran ini diharapkan akan mendorong manusia untuk selalu meminta
perlindungan Allah
dan waspada akan segala kemungkinan bisikan buruk yang datang setiap saat.
Ingat kepada Allah dan terus menerus konsisten untuk beribadah, berdoa dan
bekerja sesuai dengan
10
manusia memerlukan informasi tentang Tuhan dari Tuhan sendiri agar informasi
yang diterimanya benar menurut Tuhan sendiri; bukan benar menurut manusia.
Untuk berhubungan langsung dengan Tuhan, manusia tidak memiliki
kemampuan sehingga mustahil dapat bertanya langsung kepada Tuhan. Karena itu
manusia memerlukan penjelasan tentang Tuhan melalui orang yang dipercaya oleh
Tuhan untuk menjelaskan segala sesuatu tentang Tuhan. Di sinilah peranan dan
fungsi Rasul sebagai orang yang dipercaya dan dipilih Tuhan untuk menerangkan
segala sesuatu tentang Tuhan.
Karena itu beriman kepada Tuhan mengharuskan orang untuk beriman
kepada Rasul, karena dengan perantaraan Rasullah orang dapat mengetahui segala
sesuatu tentang Tuhan. Nabi dan Rasul adalah pembawa berita dari Tuhan, mereka
tidak berbicara atas dasar pikirannya, melainkan atas dasar wahyu.
Mengenai penunjukkan seseorang sebagai Nabi dan Rasul bukanlah ditunjuk oleh
manusia tetapi oleh Tuhan sendiri, sebagaimana Allah menunjuk Muhammad
sebagai Rasulullah dengan firman- Nya:
Artinya :
Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,
diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa,
Maka tetaplah pada jalan yang Lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun
kepadanya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukanNya,
(QS.Fussilat, 41:6)
Sebagai pembawa berita, Rasul hanya menyampaikan pesan Allah, bukan hasil
pemikirannya sendiri sebagai manusia, sebagaimana firman-Nya:
Artinya :
kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. dan Tiadalah yang
diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). QS.Al-Najm,53:2-4)
11
Tabligh
(menyampaikan
wahyu
kepada
manusia),
mustahil
kitman
(menyembunyikan wahyu). Artinya para Nabi atau Rasul itu pasti menyampaikan
seluruh ajaran Allah swt sekalipun mengakibatkan jiwanya terancam.
4. Fathonah (pandai/cerdas), mustahil jahlun (bodoh), Artinya, para Nabi atau
Rasul itu bijaksana dalam semua sikap, perkataan dan perbuatannya atas dasar
kecerdasanya.Dengan demikian mustahil mereka dapat dipengaruhi oleh orang
lain.
G. Fungsi Kitab suci yang dibawa Rasul
bagi umatnya Allah menurunkan petunjuk kepada manusia melalui wahyu
yang dibawa oleh para Rasul-Nya. Alquran mencatat empat kitab suci yang
dibawa rasul-rasul Allah untuk manusia, yaitu Zabur, Taurat, Inzil dan Alquran
yang masing-masing dibawa oleh Nabi Daud, Musa, Isa dan muhammad SAW.
Kitab suci yang dibawa oleh para nabi tersebut merupakan informasi dari Allah
Swt untuk disampaikan kepada manusia. Keempat kitab suci tersebut bersumber
12
dari Allah Swt, karena itu dari segi keyakinan (aqidah) ketuhanannya sama, yaitu
tauhid atau mengesakan Tuhan. Sedangkan hukum-hukum (syariat) yang
dibawanya memiliki perbedaan, karena hukum-hukum itu terkait dengan kondisi
dan situasi masyarakatnya, terlebih lagi nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad
diutus untuk suatu bangsa atau suku bangsa tertentu, karena itu syariat masingmasing Nabi berbeda.
Kitab-kitab suci yang dibawa para nabi berfungsi memberikan penjelasan
tentang kebenaran Allah Yang Maha Esa sebagai Tuhan Semesta Alam serta
memberikan petunjuk jalan yang benar kepada umatnya. Dengan berpegang
kepada kitab suci, maka umat para Nabi memperoleh jalan yang terang dalam
menempuh hidupnya dan sebaliknya umat yang tidak patuh kepada petunjuk kitab
suci memperoleh siksaan.
Hal ini tampak dalam sejarah para Nabi terdahulu yang menjadi cermin
bagi umatnya yang ada sekarang ini. Percaya kepada kitab-kitab Allah yang
pernah diturunkan ke dunia merupakan bagian dari keimanan yang harus dimiliki
setiap muslim. Kepercayaan ini sebagai bukti kepatuhan kepada Allah yang
mengharuskan setiap muslim untuk beriman kepada kitab-kitab Allah.
Keimanan terhadap kebenaran kitab-kitab itu terbatas kepada kitab-kitab
atau wahyu yang turun kepada Nabinya ketika mereka masih ada, yaitu kitab yang
asli yang sekarang sudah tidak ditemukan lagi. Sedangkan kitab-kitab lama yang
sekarang masih ada telah mengalami perubahan sebagaimana disebut dalam
Alquran maupun hadis. Terhadap ktab-kitab ini tidak ada perintah agama untuk
mengimaninya, tetapi perlakuan terhadap mereka harus dijaga dengan baik, tanpa
membenarkan isi kitab mereka.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aqidah adalah ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang
mengambil keputusan, atau sebuah keyakinan. Keyakinan yang kokoh kepada
Allah SWT dimana tidak ada keraguan di dalam dirinya. Yakin bahwa Allah itu
Esa/ satu, dan tidak berbuat kafir atau menyekutukan Allah.
Aqidah islam itu sendiri bersumber dari Al-Quran dan As Sunah, bukan
dari akal atau pikiran manusia. Akal pikiran itu hanya digunakan untuk
memahami apa yang terkandung pada kedua sumber aqidah tersebut yang mana
wajib untuk diyakini dan diamalkan.
Atas dasar ini, akidah merzcerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu
menciptakan mu'jizat dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di
zaman permulaan Islam.
Keyakinan harus di dasari dengan mengesakan Allah, karena barang siapa
yang menyakin adanya Tuhan maka hendaknya harus yakin bahwa Allah itu
esa/satu. Seperti di tuangkan pada surat Al Ikhlas bermakna memurnikan ke esaan
Allah SWT, diterangkan bahwa kandungan Al-Quran ada tiga macam: Tauhid,
kisah-kisah dan hukum-hukum. Dan dalam surat ini terkandung sifat-sifat Allah
yang merupakan tauhid. Dinamakan surat Al-Ikhlash karena didalamnya
terkandung keikhlasan (tauhid) kepada Allah dan dikarenakan membebaskan
pembacanya dari syirik (menyekutukan Allah )
B. Saran
Kami menyadari bahw dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari para
pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan makalah kami selanjutnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin
Abdu! Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001,
Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425HIAgustus 2004M]
[1]. Lisaanul `Arab (IX/31 1:tj-~) karya tbnu Nlanzhur (wafat th. 711 H) t dan
Mu'jamu! Wasiith (tl/614:tL.3-~).
[2]. Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma' wa Shifat Allah.
[3]. Lihat Buhuuts fii `Aqiidah Ahtis Sunnah wat Jamaa'ah (hal. 11-12) oleh Dr.
Nashir bin `Abdul Karim at `Aql, cet. !II Daarul `Ashimah/ th. 1419 H, `Aqiidah
Ahiis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim alHamd dan Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah fil `Aqiidah oleh Dr.
Nashir bin `Abdul Karim al-`Aql.
[Disalin dari kitab AI-Qadha wal Qadar, edisi Indonesia Qadha & Qadhar,
Penyusun Syaikh Muhammad Shalih AI-Utsaimin, Penerjemah A.Masykur Mz,
Penerbit Daru( Haq, Cetakan Rabi'ul Awwa( 1420HIJuni 1999M]
15
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah tentang AQIDAH
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita Amin.
Bima,
Oktober 2016
Penulis
i
16
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................
C. Tujuan............................................................................................
1
1
1
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
Aqidah Islam...................................................................................
Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah..............................................
Kemahaesaan Allah.........................................................................
Kiamat, Hukum Alam, Dan Akhirat...............................................
Peranan Malaikat Dan hukum ghaib Lainnya serta Pengaruhnya
Terhadap Manusia...........................................................................
F. Fungsi Kitab suci Yang Dibawa Rasul............................................
2
5
5
7
8
12
14
14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
15
ii
17
ii