You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan bukan tanpa sebuah tujuan. Allah
SWT menciptakan bumi beserta isinya, menciptakan sebuah kehidupan di
dalamnya, bukanlah tanpa tujuan yang jelas. Sama halnya dengan Allah SWT
menciptakan manusia. Manusia diciptakan oleh Allah SWT tidak sia-sia, manusia
diciptakan sebagai khalifah di bumi untuk mengatur atau mengelola apa yang ada
di bumi beserta segala sumber daya yang ada.
Di samping kita sebagai manusia harus pandai-pandai mengelola sumber
daya yang ada, sebagai seorang manusia juga tidak boleh lupa akan kodratnya
yakni menyembah sang Pencipta, Allah SWT, oleh karena itu manusia harus
mempunyai aqidah yang lurus agar tidak menyimpang dari apa yang
diperintahkan Allah SWT.
Penyempurna aqidah yang lurus kepada Alla SWT tidak luput dari aqidah
yang benar kepada Malaiakat-Malaikat Allah, Kitab- kitab yang diturunkan oleh
Allah kepada para Rosul-rosul Allah untuk disampaikan kepada kita, para umat
manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah aqidah itu?
2. Apakah sumber dari aqidah?
3. Bagaimana aqidah jika di tinjau dari ayat-ayat Al Quran?
4. Apakah manfaat aqidah ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. AQIDAH ISLAM
Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi)
Kata "aqidah" diambil dari kata dasar "al-aqdu" yaitu ar-rabth (ikatan),
al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh,
kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan)
dan al-itsbaatu (penetapan).

Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin

(keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).


Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang
mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah
berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah
dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id.
Aqidah islam itu sendiri bersumber dari Al-Quran dan As Sunah, bukan
dari akal atau pikiran manusia. Akal pikiran itu hanya digunakan untuk
memahami apa yang terkandung pada kedua sumber aqidah tersebut yang mana
wajib untuk diyakini dan diamalkan.
Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)Aqidah menurut istilah adalah
perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya,
sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri
oleh keraguan dan kebimbangan.
Pengertian aqidah menurut hasan al-Banna"Aqa'id bentuk jamak rai aqidah)
adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati,
mendatangkan ketentraman jiwa yang tidak bercampur sedikit dengan keraguanraguan".
Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy:"Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang
dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.

Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keshahihan dan
keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.
Untuk lebih memahami definisi diatas kita perlu mengemukakan beberapa catatan
tambahan sebagai berikut:
1. Ilmu terbagi dua
Pertama ilmu dharuri yaitu Ilmu yang dihasilkan oleh indera, dan tidak
memerlukan dalil. Misalnya apabila kita melihat tali di hadapan mata, kita tidak
memerlukan lagi dalil atau bukti bahwa benda itu ada.
Kedua adalah ilmu nazhari yaitu. Ilmu yang memerlukan dalil atau
pembuktian.
Misalnya

ketiga

sisi

segitiga

sama

sisi

mempunyai

panjang

yang

sama,memerlukan dalil bagi orang-orang yang belum mengetahui teori itu. Di


antara ilmu nazhari itu, ada hal-hal yang karena sudah sangat umum dan terkenal
tidak memerlukan lagi dalil. Misalnya kalau sebuah roti dipotong sepertiganya
maka yang du pertiganya tentu lebih banyak dari sepertiga, hal itu tentu sudah
diketahui oleh umum bahkan anak kecil sekalipun. Hal seperti ini disebut
badihiyah. Jadi badihiyah adalah segala sesuatu yang kebenarannya perlu dalil
pemuktian, tetapi karena sudah sangat umum dan mendarah daging maka
kebenaran itu tidak lagi perlu pembuktian.
1. Setiap manusia memiliki fitrah mengakui kebenaran (bertuhan), indera
untuk mencari kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan memerlukan
wahyu untuk menjadi pedoman menentukan mana yang benar dan mana
yang tidak. Tentang Tuhan, musalnya, setiap manusia memiliki fitrah
bertuhan, dengan indera dan akal dia bisa membuktikan adanya Tuhan,
tetapi hanya wahyulah yang menunjukkan kepadanya siapa Tuhan yang
sebenarnya.
2. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan. Sebelum
seseorang sampai ke tingkat yakin dia akan mengalami beberapa tahap.

3. Pertama: Syak. Yaitu sama kuat antara membenarkan sesuatu atau


menolaknya.
Kedua: Zhan. Salah satu lebih kuat sedikit dari yang lainnya karena ada
dalil yang menguatkannya.
Ketiga: Ghalabatu al-Zhan: cenderung labih menguatkan salah satu karena
sudah meyakini dalil kebenarannya. Keyakinan yang sudah sampai ke
tingkat ilmu inilah yang disebut dengan aqidah.
4. Aqidah harus mendatangkan ketentraman jiwa. Artinya lahirnya seseorang
bisa saja pura-pura meyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak akan
mendatangkan ketenangan jiwa, karena dia harus melaksanakan sesuatu
yang berlawanan dengan keyakinannya.
Bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia harus menolak segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. Artinya seseorang tidak
akan bisa meyakini sekaligus dua hal yang bertentangan.
5. Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat
pemahaman terhadap dalil.
Misalnya:
- Seseorang akan meyakini adanya negara Sudan bila dia mendapat informasi
tentang Negara tersebut dari seseorang yang dikenal tidak pernah bohong.
- Keyakinan itu akan bertambah apabila dia mendapatkan informasi yang sama
dari beberapa orang lain, namun tidak tertutup kemungkinan dia akan meragukan
kebenaran informasi itu apabila ada syubhat (dalil-dalil yang menolak informasi
tersebut).
- Bila dia menyaksikan foto Sudan, bertambahlah keyakinannya, sehingga
kemungkinan untuk ragu semakin kecil.
- Apabila dia pergi menyaksikan sendiri negeri tersebut keyakinanya semakin
bertambah, dan segala keraguannya akan hilang, bahkan dia tidak mungkin ragu
lagi, serta tidak akan mengubah pendiriannya sekalipun semua orang menolaknya.
- Apabila dia jalan-jalan di negeri Sudan tersebut dan memperhatikan situasi
kondisinya bertambahlah pengalaman dan pengetahuanya tentang negeri yang
diyakininya itu.

Dalam pengertian lain aqidah berarti pemikiran menyeluruh tentang alam,


manusia, dan kehidupan, dan tentang apa-apa yang ada sebelum dan sesudah
kehidupan dunia, serta hubungan kehidupan dengan apa yang ada sebelum dan
sesudah kehidupan dunia.
Pemikiran menyeluruh inilah yang dapat menguraikan uqdah al-kubra
(permasalahan besar) pada diri manusia, yang muncul dari pertanyaan-pertanyaan;
siapa yang menciptakan alam semesta dari ketiadaannya? Untuk apa semua itu
diciptakan? Dan ke mana semua itu akan kembali (berakhir)?
B. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah
Menurut Hasan al-Banna sistematika ruang lingkup pembahasan aqidah adalah:
1. Ilahiyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilahi seperti
wujud Allah dan sifat-sifat Allah, dan lain-lain
2. Nubuwat
Yaitu pembahasan tentang segala seuatu yang berhubungan dengan Nabi dan
Rasul, termasuk pembahasan tentang Kitab-Kitab Allah, mu'jizat, dan lain
sebagainya.
3. Ruhaniyat
Yaitu pembahsasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik seperti malaikat, Jin, Iblis, Syaitan, Roh dan lain sebagainya.
4. Sam'iyyat
Yaitu pembahahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam'I
(dalil naqli berupa Al-Quran dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab
kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lainnya.
C. Kemahaesaan Allah
Allah adalah esa; satu dalam dzat, sifat dan karya-nya.Keesaan Allah
merupakan gambaran kemahakuasaan-Nya yang tidak tertandingi oleh apa dan
siapapun, sebab selain Dia adalah ciptaan-Nya belaka. Tauhid merupakan

keyakinan akan keesaan Allah, yaitu keyakinan bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah.
Keyakinan akan keesaan Allah merupakan ciri utama dari agama Islam
yang berbeda dengan agama-agama lainnya di dunia.
Keesaan Allah dalam ajaran Islam berbeda dengan keyakinan monoteistik pada
agama Yahudi dan Nasrani. Tauhid merupakan keyakinan akan keesaan Allah
yang meniadakan segala unsur yang lain. Satu bukanlah terdiri dari unsur-unsur
atau bagian dari bilangan, tetapi satu yang utuh. Keesaan Allah dalam keyakinan
muslim bukan hanya berupa pengetahuan dan pengakuan tetapi mendorong dalam
membentuk perilaku dan sikap tauhid yang diawali dengan persaksian melalui
syahadat. Syahadatain berbunyi:
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah Rasulullah Pengakuan dan keyakinan bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah
mengandung arti bahwa tidak ada bentuk apapun yang dipertuhankan selain Allah.
Artinya hanya Allah-lah satu-satunya Tuhan bagi seorang muslim. Tuhan diartikan
sebagai segala sesuatu yang mendominasi diri, atau yang membuat orang
tergantung kepadanya.
Apabila ada seseorang memiliki sesuatu baik orang maupun barang atau
kedudukan, apabila dominan dan membuat orang itu tergantung kepadanya, maka
orang itu tidaklah bertauhid. Karena itu, persaksian yang dinyatakan dalam
syahadat itu tidak terbatas pada ucapan dua kalimat syahadat (syahadatain),
melainkan dibuktikan dalam berpikir, bertindak, dan bersikap. Berpikir tauhid
adalah berpikir utuh dan intgral, ia akan memandang alam maupun manusia
sebagai sesuatu sistem yang integral. Dengan demikian ia akan mampu
memberikan penilaian dan bertindak secara adil. Sementara dalam hubungannya
dengan sikap, maka tauhid memiliki implikasi dalam bentuk sikap hidup yang
tidak tergantung pada siapapun selain pada Allah, karena itu ia akan hidup berani,
merdeka dan mandiri.

D. Kiamat, hukum alam, dan akhirat


Kiamat merupakan akhir perjalanan kehidupan alam raya dan pintu masuk
alam akhirat. Peristiwa kiamat adalah hari kehancuran dunia yang di gambarkan
Alquran Surat. Al Zalzalah (kegoncangan) sebagai saat penghancuran total yang
tidak ada satu makhluk pun yang tertinggal, semua hancur, selain dalam surat Al
Zalzalah, Allah juga memberikan penjelasan tentang kiamat dalam surat Al
Waqiah ayat 5-6, surat At Takwir ayat 1,2,3,6, dan 11.
Di riwayatkan oleh Abu Hurairah, ia berkata:
Bahwa Rasulullah bersabda: Sesungguhnya akan datang seorang lelaki besar
gemuk pada hari kiamat yang berat amalnya di sisi Allah tidak seberat sayap
seekor nyamuk sekalipun. Bacalah oleh kalian: Maka Kami tidak
mengadakan suatu penilaian bagi amalan mereka pada hari kiamat. (Shahih
Muslim No.4991)
Datangnya hari kiamat tidak dijelaskan secara rinci baik dalam Alquran maupun
hadis, tetapi ciri-ciri akan datangnya kiamat diisyaratkan dalam berbagai hadits
Diriwayakan oleh Abu Hurairah, ia berkata:
Rasulullah bersabda: Allah Taala menggenggam bumi pada hari kiamat dan
melipat langit dengan tangan kanan-Nya, kemudian berfirman: Akulah raja!
Manakah raja-raja bumi? (Shahih Muslim No.4994)
manakala manusia tidak lagi berpegang kepada nilai-nilai ilahiyah yang menjaga
kemanusiaannya, tetapi telah menjadikan nafsu sebagai tuhannya. Apabila
diperhatikan isyarat-isyarat tentang datangnya kiamat, maka dapat dipastikan
bahwa kiamat berhubungan dengan keserakahan manusia dan ditinggalkannya
nilai-nilai agama.
Karena itu, jika dikaitkan dengan hukum alam (sunnatullah), maka kiamat pasti
akan datang karena sebagai akibat semakin jauhnya manusia dari nilai-nilai
kebaikan yang menjadi tugas
hidupnya sebagai khalifatullah fil ardhi dan meletakkan dirinya sebagai penguasa
yang tanpa batas. Dalam Al Quran hari kiamat memiliki tiga
puluh empat (34) sebutan, diantaranya ;

1. Yaumul Qiyamah (hari kiamat)


2. Yaumul Hasroh (hari penjelasan sebab sudah tidak ada lagi kesempatan bagi
umat manusia untuk beriman dan beramal saleh guna menembus dosa-dosanya)
3. Yaumul Hisab (hari perhitungan segala amal perbuatan baik dan buruk
manusia)
4. Yaumul Zilzalah (hari kegemparan, sebab bumi ketika itu mengalami
kegoncangan yang
sangat dahsyat)
5. Yaumul Waqiah (hari kejatuhan sebab segala makhluk Allah swt benar-benar
terhenti)
6. Yaumul Roojifah (hari gempa besar)
7. Yaumul Haaqqoh (hari kebenaran sebab semua janji Allah dalam Al Quran
tentang adanya kehidupan di alam akhirat mulai terbukti)
8. Yaumul Thoommah (hari kesulitan sebab setiap manusia tidak dapat
menyelamatkan
diri mereka sendiri)
9. Yaumul Talaaq (hari pertemuan, sebab orangorang yang beriman dan beramal
saleh akan dipertemukan dengan Tuhannya)
10. Yaumul Ghosyiyah (hari pingsan karena kehidupan segala makhluk Allah swt
benarbenar terhenti)
11. Dan sebagainya sampai 34 nama.
E. Peranan malaikat, dan makhluk ghaib lainnya serta pengaruhnya
terhadap manusia
Samping manusia dan makhluk lainnya yang bersifat fisik, Allah
menciptakan makhluk yang bersifat ghaib, yaitu jin, malaikat, dan setan. Jin
adalah makhluk yang bersifat ghaib; tidak tampak secara kasat mata dan
menghuni dunianya sendiri yang bersifat ghaib pula. Jin memiliki tugas yang
sama dengan manusia, yaitu beribadah kepada Allah, karena itu kebaikan dan
keburukan pun terjadi di dunia jin. Jadi di dalam dunia jin terdapat jin yang baik
dan yang jahat. Di samping jin, terdapat pula setan yang lebih ditampilkan dalam

bentuk kekuatan halus yang membisikkan keburukan kepada manusia dan jin.
Sedangkan makhluk lainnya adalah malaikat yang lebih menggambarkan
kekuatan baik. Baik setan maupun jin tidak diperoleh
gambaran secara pasti di kalangan para hali tafsir, jadi bisa dalam bentuk makhluk
yang bersifat halus dan ghaib atau mungkin saja berupa kekuatan yang
membisikkan yang buruk
dan baik. Yang pasti bahwa kedua makhluk tersebut berpengaruh kepada manusia
dalam bentuk bisikan untuk berbuat baik dan buruk ke dalam hati manusia yang
dilakukan oleh jin dan manusia sebagaimana dinyatakan. Alquran:
Artinya :
Katakanlah: Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai)
manusia. raja manusia.. sembahan manusia. dari kejahatan (bisikan) syaitan yang
biasa bersembunyi,. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia dari
(golongan) jin dan manusia
(QS. Al.Nas, 114:1-6)
Dengan pernyataan ayat di atas dapat dipahami bahwa ada suatu kekuatan ghaib
yang membisikkan keburukan ke dalam hati manusia yang dilakukan oleh setan
dengan perantaraan jin dan manusia.
Dengan demikian setan bisa membentuk makhluk tertentu, yaitu dalam bentuk jin
atau manusia. Beriman kepada yang ghaib diartikan sebagai keyakinan akan
kemahakuasaan Allah yang menciptakannya yang mendorong manusia untuk
selalu menyadari akan adanya godaan dan tipu daya agar manusia terjerat dalam
dosa.
Kesadaran ini diharapkan akan mendorong manusia untuk selalu meminta
perlindungan Allah
dan waspada akan segala kemungkinan bisikan buruk yang datang setiap saat.
Ingat kepada Allah dan terus menerus konsisten untuk beribadah, berdoa dan
bekerja sesuai dengan

perintah-Nya merupakan implikasi nyata dari iman kepada yang ghaib.


F. Tugas dan peranan Nabi dan Rasul
Nabi dan Rasul adalah manusia-manusia pilihan yang bertugas memberi petunjuk
kepada manusia tentang keesaan Allah swt dan membina mereka agar
melaksanakan ajaranNya. Ciri-ciri mereka dikemukakan dalam Al Quran
Artinya :
(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah[1222], mereka takut
kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada
Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan.
[1222] Maksudnya: Para Rasul yang menyampaikan syari'at-syari'at Allah kepada
manusia.
(QS. A; Ahzab;39)
Tentang perbedaan para Nabi dan Rasul dengan umat manusia biasa diterangkan
dalam Al Quran Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka
Artinya :
Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia
seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia
kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. dan tidak patut bagi Kami mendatangkan
suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. dan hanya kepada Allah
sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.
(QS. Ibrahim;11)
Manusia dengan segala keterbatasan yang dimilikinya tidak mungkin mengetahui
segala informasi tentang Tuhan, kecuali diberitahu oleh Tuhan sendiri. Pencarian
Tuhan oleh manusia menyebabkan kesalahan yang sangat fatal, karena manusia
menjadi penentu Tuhannya. Dalam logika yang sehat, Tuhan sebagai pencipta
haruslah Maha Kuasa dari segala sesuatu yang diciptakannya. Oleh karena itu,

10

manusia memerlukan informasi tentang Tuhan dari Tuhan sendiri agar informasi
yang diterimanya benar menurut Tuhan sendiri; bukan benar menurut manusia.
Untuk berhubungan langsung dengan Tuhan, manusia tidak memiliki
kemampuan sehingga mustahil dapat bertanya langsung kepada Tuhan. Karena itu
manusia memerlukan penjelasan tentang Tuhan melalui orang yang dipercaya oleh
Tuhan untuk menjelaskan segala sesuatu tentang Tuhan. Di sinilah peranan dan
fungsi Rasul sebagai orang yang dipercaya dan dipilih Tuhan untuk menerangkan
segala sesuatu tentang Tuhan.
Karena itu beriman kepada Tuhan mengharuskan orang untuk beriman
kepada Rasul, karena dengan perantaraan Rasullah orang dapat mengetahui segala
sesuatu tentang Tuhan. Nabi dan Rasul adalah pembawa berita dari Tuhan, mereka
tidak berbicara atas dasar pikirannya, melainkan atas dasar wahyu.
Mengenai penunjukkan seseorang sebagai Nabi dan Rasul bukanlah ditunjuk oleh
manusia tetapi oleh Tuhan sendiri, sebagaimana Allah menunjuk Muhammad
sebagai Rasulullah dengan firman- Nya:
Artinya :
Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,
diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa,
Maka tetaplah pada jalan yang Lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun
kepadanya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukanNya,
(QS.Fussilat, 41:6)
Sebagai pembawa berita, Rasul hanya menyampaikan pesan Allah, bukan hasil
pemikirannya sendiri sebagai manusia, sebagaimana firman-Nya:
Artinya :
kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. dan Tiadalah yang
diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). QS.Al-Najm,53:2-4)

11

Dengan demikian, Nabi dan Rasul memiliki peranan untuk memberitahukan


kepada manusia siapa Tuhan itu dan bagaimana rencana Tuhan, termasuk
keinginan-keinginan Tuhan atas manusia yang semua datang dari Tuhan sendiri.
Para Nabi dan Rasul memiliki 4 (empat) sifat wajib dan empat sifat
mustahil serta satu sifat jaiz, sebagai berikut ;
1. Shiddiq (benar), mustahil ia kizib (dusta).Artinya Nabi dan Rasul bersifat benar
baik dalam tutur kata maupun perbuatannya, yaitu sesuai dengan ajaran Allah swt.
Ditegaskan oleh Allah swt dalam firmannya
Artinya :
dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami
jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi. (QS. Maryam ; 50)
2. Amanah (dapat dipercaya), mustahil khianat (curang). Artinya para Nabi dan
Rasul itu bersifat jujur dalam menerima ajaran Allah swt, serta memelihara
keutuhannya dan menyampaikanya kepada umat manusia sesuai dengan
kehendakNya. Mustahilmereka menyelewengkan atau berbuat curang atas ajaran
Allah swt.
3.

Tabligh

(menyampaikan

wahyu

kepada

manusia),

mustahil

kitman

(menyembunyikan wahyu). Artinya para Nabi atau Rasul itu pasti menyampaikan
seluruh ajaran Allah swt sekalipun mengakibatkan jiwanya terancam.
4. Fathonah (pandai/cerdas), mustahil jahlun (bodoh), Artinya, para Nabi atau
Rasul itu bijaksana dalam semua sikap, perkataan dan perbuatannya atas dasar
kecerdasanya.Dengan demikian mustahil mereka dapat dipengaruhi oleh orang
lain.
G. Fungsi Kitab suci yang dibawa Rasul
bagi umatnya Allah menurunkan petunjuk kepada manusia melalui wahyu
yang dibawa oleh para Rasul-Nya. Alquran mencatat empat kitab suci yang
dibawa rasul-rasul Allah untuk manusia, yaitu Zabur, Taurat, Inzil dan Alquran
yang masing-masing dibawa oleh Nabi Daud, Musa, Isa dan muhammad SAW.
Kitab suci yang dibawa oleh para nabi tersebut merupakan informasi dari Allah
Swt untuk disampaikan kepada manusia. Keempat kitab suci tersebut bersumber

12

dari Allah Swt, karena itu dari segi keyakinan (aqidah) ketuhanannya sama, yaitu
tauhid atau mengesakan Tuhan. Sedangkan hukum-hukum (syariat) yang
dibawanya memiliki perbedaan, karena hukum-hukum itu terkait dengan kondisi
dan situasi masyarakatnya, terlebih lagi nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad
diutus untuk suatu bangsa atau suku bangsa tertentu, karena itu syariat masingmasing Nabi berbeda.
Kitab-kitab suci yang dibawa para nabi berfungsi memberikan penjelasan
tentang kebenaran Allah Yang Maha Esa sebagai Tuhan Semesta Alam serta
memberikan petunjuk jalan yang benar kepada umatnya. Dengan berpegang
kepada kitab suci, maka umat para Nabi memperoleh jalan yang terang dalam
menempuh hidupnya dan sebaliknya umat yang tidak patuh kepada petunjuk kitab
suci memperoleh siksaan.
Hal ini tampak dalam sejarah para Nabi terdahulu yang menjadi cermin
bagi umatnya yang ada sekarang ini. Percaya kepada kitab-kitab Allah yang
pernah diturunkan ke dunia merupakan bagian dari keimanan yang harus dimiliki
setiap muslim. Kepercayaan ini sebagai bukti kepatuhan kepada Allah yang
mengharuskan setiap muslim untuk beriman kepada kitab-kitab Allah.
Keimanan terhadap kebenaran kitab-kitab itu terbatas kepada kitab-kitab
atau wahyu yang turun kepada Nabinya ketika mereka masih ada, yaitu kitab yang
asli yang sekarang sudah tidak ditemukan lagi. Sedangkan kitab-kitab lama yang
sekarang masih ada telah mengalami perubahan sebagaimana disebut dalam
Alquran maupun hadis. Terhadap ktab-kitab ini tidak ada perintah agama untuk
mengimaninya, tetapi perlakuan terhadap mereka harus dijaga dengan baik, tanpa
membenarkan isi kitab mereka.

13

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aqidah adalah ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang
mengambil keputusan, atau sebuah keyakinan. Keyakinan yang kokoh kepada
Allah SWT dimana tidak ada keraguan di dalam dirinya. Yakin bahwa Allah itu
Esa/ satu, dan tidak berbuat kafir atau menyekutukan Allah.
Aqidah islam itu sendiri bersumber dari Al-Quran dan As Sunah, bukan
dari akal atau pikiran manusia. Akal pikiran itu hanya digunakan untuk
memahami apa yang terkandung pada kedua sumber aqidah tersebut yang mana
wajib untuk diyakini dan diamalkan.
Atas dasar ini, akidah merzcerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu
menciptakan mu'jizat dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di
zaman permulaan Islam.
Keyakinan harus di dasari dengan mengesakan Allah, karena barang siapa
yang menyakin adanya Tuhan maka hendaknya harus yakin bahwa Allah itu
esa/satu. Seperti di tuangkan pada surat Al Ikhlas bermakna memurnikan ke esaan
Allah SWT, diterangkan bahwa kandungan Al-Quran ada tiga macam: Tauhid,
kisah-kisah dan hukum-hukum. Dan dalam surat ini terkandung sifat-sifat Allah
yang merupakan tauhid. Dinamakan surat Al-Ikhlash karena didalamnya
terkandung keikhlasan (tauhid) kepada Allah dan dikarenakan membebaskan
pembacanya dari syirik (menyekutukan Allah )
B. Saran
Kami menyadari bahw dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari para
pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan makalah kami selanjutnya.

14

DAFTAR PUSTAKA

[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin
Abdu! Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001,
Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425HIAgustus 2004M]
[1]. Lisaanul `Arab (IX/31 1:tj-~) karya tbnu Nlanzhur (wafat th. 711 H) t dan
Mu'jamu! Wasiith (tl/614:tL.3-~).
[2]. Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma' wa Shifat Allah.
[3]. Lihat Buhuuts fii `Aqiidah Ahtis Sunnah wat Jamaa'ah (hal. 11-12) oleh Dr.
Nashir bin `Abdul Karim at `Aql, cet. !II Daarul `Ashimah/ th. 1419 H, `Aqiidah
Ahiis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim alHamd dan Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah fil `Aqiidah oleh Dr.
Nashir bin `Abdul Karim al-`Aql.
[Disalin dari kitab AI-Qadha wal Qadar, edisi Indonesia Qadha & Qadhar,
Penyusun Syaikh Muhammad Shalih AI-Utsaimin, Penerjemah A.Masykur Mz,
Penerbit Daru( Haq, Cetakan Rabi'ul Awwa( 1420HIJuni 1999M]

15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah tentang AQIDAH
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita Amin.

Bima,

Oktober 2016

Penulis

i
16

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................
C. Tujuan............................................................................................

1
1
1

BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.

Aqidah Islam...................................................................................
Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah..............................................
Kemahaesaan Allah.........................................................................
Kiamat, Hukum Alam, Dan Akhirat...............................................
Peranan Malaikat Dan hukum ghaib Lainnya serta Pengaruhnya

Terhadap Manusia...........................................................................
F. Fungsi Kitab suci Yang Dibawa Rasul............................................

2
5
5
7
8
12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran..............................................................................................

14
14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

15

ii
17
ii

You might also like