Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pisces atau ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin)
yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata
yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia.
Pisces adalah sebutan umum yang dipakai untuk ikan atau sebagai nama super kelas,
dan nama ini diambil dari bahasa latin. Ichtyes juga berarti ikan berasal dari bahasa
Yunani dan ini dipakai dalam Ichtyoplogy yang berarti ilmu yang mempelajari tentang
ikan. Ikan merupakan hewan yang tubuhnya ditutupi oleh sisik-sisik yang tersusun
dari zat kapur. Permukaan sisik berlendir untuk memudahkan gerakan ikan di dalam
air. Ikan bergerak menggunakan sirip. Di sisi kanan dan kiri tubuhnya terdapat gurat
sisi yang berfungsi sebagai alat keseimbangan. Gurat sisi juga berfungsi untuk
mengetahui arah arus air dan kedalaman air tempat ikan berenang.
Kelas Pisces merupakan hewan berdarah dingin, bernafas dengan insang,
tubuh ditutupi oleh sisik dan bergerak menggunakan sirip. Hidup di air tawar dan air
asin (laut). Berdasarkan tulang penyusun, kelas ini dibedakan atas ikan bertulang
sejati (Osteichtyes) dan ikan yang bertulang rawan (Chondrichetyes). Kalau dilihat
dari jumlah spesiesnya yang dikatakan terbanyak dari vertebrata. Penyebaran ikan
boleh dikatakan hampir diseluruh permukaan bumi ditemukan di air tawar maupun air
asin.
Pada sistematika atau taksonomi ada 3 pekerjaan yang biasa dilakukan, yaitu
identifikasi, klasifikasi, dan pengamatan evolusi. Identifikasi merupakan pengenalan
dan deskripsi yang teliti dan tepat terhadap suatu jenis/spesies yang selanjutnya diberi
nama ilmiahnya sehingga diakui oleh para ahli diseluruh dunia. Klasifikasi adalah
suatu kegiatan pembentukan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan cara
memberi keseragaman ciri/sifat di dalam keanekaragaman ciri yang ada pada makhluk
hidup tersebut.
Untuk mendukung pengetahuan tentang klasifikasi dan taksonomi diperlukan
adanya identifikasi dari berbagai parameter morfologi dari bentuk tubuh ikan. Dengan
melihat morfologi ikan kita dapat mengelompokkan ikan/hewan air. Sistem atau cara
pengelompokan ini dikenal dengan istilah sistematika atau taksonomi.
air, memiliki alat pernapasan berupa insaang yang terletak dibagian kepala, beberapa
anggotanya memilki gelembung renang, peredaran darah tunggal dan tertutup, memiliki
sistem pencernaan yang sempurna, merupakan binatang berdarah dingin, berkembang
biak dengan cara bertelur.
Berdasarkan tulang rangka pembentuknya, ikan (pisces) ini dibagi ke dalam dua
kelompokyakni ikan bertulang rawan dan ikan bertulang sejati.
a.
b.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana teknik pembudidayaan yang baik bagi ikan bandeng (Chanos chanus)
,kerapu macan kertang , udang vaname (Litopenaeus vannamei) ,bawal bintang
(Trachinotus blochii) maupun pembudidayaan ikan-ikan air tawar, kelas osteichtyes
yaitu ikan mas (Cyprinus carpio), ikan lele (Clarias), ikan nila (Oreochromis
niloticus) ?
b. Apa saja pakan dan mineral-mineral tambahan yang diberikan serta penyakit apa
yang pernah menyerang ikan bandeng (Chanos chanus) ,kerapu macan kertang ,
udang vaname (Litopenaeus vannamei) ,bawal bintang (Trachinotus blochii) maupun
pembudidayaan ikan-ikan air tawar, kelas osteichtyes yaitu ikan mas (Cyprinus
carpio), ikan lele (Clarias), ikan nila (Oreochromis niloticus) ?
c. Bagaimana cara membedakan jenis kelamin dari ikan-ikan dan udang tersebut ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui teknik pembudidayaan ikan bandeng (Chanos chanus) ,kerapu
macan kertang , udang vaname (Litopenaeus vannamei) ,bawal bintang (Trachinotus
blochii) maupun pembudidayaan ikan-ikan air tawar, kelas osteichtyes yaitu ikan
mas (Cyprinus carpio), ikan lele (Clarias), ikan nila (Oreochromis niloticus)
b. Untuk mengetahui pakan yang diberikan serta penyakit yang pernah menyerang ikan
budidaya air payau,air asin maupun air tawar dan udang
c. Untuk mengetahui teknik menentukan jenis kelamin dari ikan dan udang yang
dibudidaya tersebut.
D. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : setiap hari jumat , 7- 21 Oktober 2016
Pukul
: 08.00 12.00
Tempat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teknik Pembudidayaan Ikan Air Payau, Air asin dan Udang
2.1.1 Ikan Air Payau (Ikan Bandeng)
c. Pemupukan
Pengisian air dilakukan dengan membuka pintu air yang telah dilengkapi dengan
dilakukan
dengan perbandingan 1 : 1 (Urea : SP 36). Komposisi pupuk tersebut disesuaikan
dengan kondisi nitrogen dan pospat di tambak. Jika nitrogen di tambak banyak,
maka perbandingannya bisa 1 : 3 (100 kg urea dan 300 kg SP 36).
Penambahan probiotik (bacillus) sebanyak 4 liter/ha. Probiotik diencerkan
dengan air 1 (satu) ember dan ditebar merata di petakan. Setelah itu diberikan
secara rutin sebanyak 2 liter 1 kali seminggu untuk satu hektar.
Bila pakan alami telah tumbuh, tambak sudah dapat ditebari benih ikan.
2.1.2
melakukan
observasi
berdasarkan
pengujian
visual,
mikroskopik dan ketahanan benur. Hal tersebut bisa dilihat dari warna,
ukuran panjang dan bobot sesuai umur Post Larva (PL), kulit dan
tubuh bersih dari organisme parasit dan patogen, tidak cacat, tubuh
tidak pucat, gesit, merespon cahaya, bergerak aktif dan menyebar di
dalam wadah (Haliman dan Adijaya, 2005).
Persiapan yang harus dilakukan sebelum penebaran adalah
penumbuhan pakan alami dengan pemupukan. Persiapan lain yang
perlu dilakukan yaitu pengukuran kualitas air, seperti suhu, salinitas,
pH, DO, ammonia dan nitrit. Selain itu, aklimatisasi atau proses
adaptasi benur terhadap suhu maupun salinitas juga merupakan hal
yang penting dalam penebaran benur (Haliman dan Adijaya, 2005).
Udang vannamei dapat dibudidayakan dengan kepadatan yang relatif
tinggi sampai lebih dari 150 ekor/m2, bahkan dapat ditebarkan sampai
400 ekor/m2 dalam bak kultur dengan sistem resirkulasi. Namun,
banyaknya padat tebar tergantung dari sistem budidaya yang dipakai
(Brown, 1991). Karena yang dipakai adalah sistem budidaya
supraintensif maka lahan budidaya hanya sebesar 20x20 m dan 1.000
ekor/meter penebaran.
Pengelolaan Kualitas Air
Kualitas air tambak yang baik akan mendukung pertumbuhan dan
perkembangan udang vannamei secara optimal. Oleh karena itu,
kualitas air tambak perlu diperiksa dan dikontrol secara seksama
(Haliman dan Adijaya, 2005). Beberapa parameter kualitas air yang
harus terus diamati selama proses perbenihan adalah suhu air ideal 25300 , salinitas 25-30 namun udang vaname ini dapat hidup pada air
dengan salinitas 40,PH 7-8,5, PI 10-12.
tambak mengalami titik jenuh pada kadar yang berkisar antara 7-8
ppm. Namun udang dapat tumbuh baik pada kadar oksigen minimum
berkisar antara 4-6 ppm (Suyanto dan Mudjiman, 2001).
Salinitas dan pH air di tambak berhubungan erat dengan
keseimbangan ionik dan proses osmoregulasi di dalam tubuh udang.
Udang muda yang berumur antara 1-2 bulan memerlukan kadar garam
yang berkisar antara 15-25 ppt agar pertumbuhannya dapat optimal.
Setelah umurnya lebih dari dua bulan, pertumbuhan relatif baik pada
kisaran salinitas 5-30 ppt. Pada waktu-waktu tertentu seperti saat
musim kemarau, salinitas air tambak dapat menjadi hypersaline
(berkadar garam tinggi, lebih dari 40 ppt). Air tambak memiliki pH
ideal berkisar antara 7,5-8,5. Umumnya perubahan pH air dipengaruhi
oleh sifat tanahnya (Haliman dan Adijaya, 2005). pH air tambak dapat
berubah menjadi asam karena meningkatnya benda-benda membusuk
dari sisa pakan atau yang lain. pH air yang asam dapat diubah menjadi
alkalis dengan penambahan kapur (Suyanto dan Mudjiman, 2001).
Kadar gas-gas yang mencemarkan perairan, seperti ammonia
(NH3), gas methan dan asam sulfida (H2S) harus selalu dipantau dan
diperhatikan (Suyanto dan Mudjiman, 2001). Ammonia berasal dari
hasil ekskresi atau pengeluaran kotoran udang. Oleh karena ammonia
dan nitrit adalah senyawa beracun, maka harus diubah menjadi nitrat.
Salah satu cara untuk meningkatkan nitrifikasi dan denitrifikasi adalah
dengan meningkatkan jumlah bakteri, yaitu dengan aplikasi probiotik
yang mengandung bakteri yang dibutuhkan (Roffi, 2006). Kekeruhan
air tambak berhubungan erat dengan banyaknya fitoplankton yang
tumbuh dalam tambak. Batas kekeruhan air tambak yang dianggap
cukup adalah bila angka seichi disk berkisar antara 25-45 cm (Suyanto
dan Mudjiman, 2001).
Bak kultur probiotik.
Bak ini terbuat dari tong besar yang digunakan untuk
membiakkan/kultur probiotik. Tersedia untuk menyuplai kebutuhan
probiotik udang, misalnya fitoplankton.
Persiapan Penebaran
Lele
Penyiapan Sarana dan Peralatan
Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele sebaiknya
ukurannya tidak terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan
dan pengawasan. Bentuk dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi,
tergantung selera pemilik dan lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar
dan dinding kolam dibuat permanen. Pada minggu ke 1-6 air harus
dalam keadaan jernih kolam, bebas dari pencemaran maupun
fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan airnya harus
dipertahankan. Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masih
diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang
ekor
(ovum/telur).
akan
mengeluarkan
cairan
kekuning-kuningan
b. Pemijahan Tradisional
1. Pemijahan di Kolam Pemijahan
Kolam induk:
- Kolam dapat berupa tanah seluruhnya atau tembok sebagian
dengan dasar tanah.
- Luas bervariasi, minimal 50 m2.
- Kolam terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian dangkal (70%) dan
bagian dalam (kubangan) 30 % dari luas kolam. Kubangan ada di
bagian tengah kolam dengan kedalaman 50-60 cm, berfungsi untuk
bersembunyi induk, bila kolam disurutkan airnya.
- Pada sisi-sisi kolam ada sarang peneluran dengan ukuran
30x30x25 cm3, dari tembok yang dasarnya dilengkapi saluran
pengeluaran dari pipa paralon diamneter 1 inchi untuk keluarnya
banih ke kolam pendederan.
- Setiap sarang peneluran mempunyai satu lubang yang dibuat dari
pipa paralon (PVC) ukuran 4 inchi untuk masuknya induk-induk
lele.
- Jarak antar sarang peneluran 1 m.
- Kolam dikapur merata, lalu tebarkan pupuk kandang (kotoran
ayam) sebanyak 500-750 gram/m2.
- Airi kolam sampai batas kubangan, biarkan selama 4 hari.
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit
a. Kolam untuk pendederan:
1. Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm,
dan tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan
melukai.
Permukaan
lantai
agak
miring
menuju
Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan
a. Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud
untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi
makanan alami bagi benih lele.
b. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam)
dengan dosis 500-700 gram/m2. Dapat pula ditambah urea 15
gram/m2, TSP 20 gram/m2, dan amonium nitrat 15 gram/m2.
Selanjutnya dibiarkan selama 3 hari.
c. Semprotkan larutan Migro Tambak merata pada dasar tambak
(dosis yang dibutuhkan adalah 20ml/100m2).
d. Kolam diisi kembali dengan air segar, mula-mula 30-50 cm dan
dibiarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah
menjadi coklat atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak
jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele. Saat
pemasukan air berikan kembali Migro Tambak dengan dosis 0,02
ppm (2 liter per hektar), campur dengan air secukupnya
Kemudian langsung tebar merata pada permukaan kolam.
e. Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele
ditebar.
Pemeliharaan Kolam/Tambak
a. Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200
gram/m2 untuk memberantas hama dan bibit penyakit.
b. Agar kualitas air selalu baik, berikan Migro Tambak dengan dosis
0,02ppm (2 liter per hektar) setiap 2 minggu sekali.
c. Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan
dan dilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m2 selama
satu minggu. Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar
kolam, kemudian dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah
dasar kolam retak-retak.
2.1.4
Ikan Nila
Sistem semi-Intensif (teknologi madya) - Pemeliharaan semiintensif dapat dilakukan di kolam, di tambak, di sawah, dan di jaring
apung. Pemeliharaan ini biasanya digunakan untuk pendederan. Dalam
sistem ini sudah dilakukan pemupukan dan pemberian pakan tambahan
yang teratur. Prasarana berupa saluran irigasi cukup baik sehingga
kolam dapat berproduksi 2-3 kali per tahun. Selain itu, penggantian air
juga dapat dilakukan secara rutin. Pemeliharaan ikan di sawah hanya
membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan tanaman
padi atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan dan sawah
ukurannya tak lebih dari 50 gr..
Budidaya ikan nila secara semi-intensif di kolam dapat dilakukan
secara monokultur maupun secara polikultur. Pada monokultur
sebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin. Hal mi karena nila jantan
lebih cepat tumbuh dan ikan nila betina.
2
3
Pemupukan
2
1
1) Kolam
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir.
Kolam dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 25%
sehingga memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
Luas
kolam
tergantung
jumlah
induk
dan
intensitas
12
13 c. Kolam pendederan
benih.
dasar
kolam
dibuat
miring
ke
arah
tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak
penyaringan.
15 Alat-alat yang biasa digunakan :
16 jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk
menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember,
baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar
(kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk
mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang
digunakan untuk memanen/menangkap ikan mas antara lain adalah
warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100
cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan,
keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut
ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang
bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur
secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih,
ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk
pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm
keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring
nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk
menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser
(gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk
segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
1
beberapa
hari,
lalu
dilakukan
pengapuran
untuk
Lemak
Lemak mengandung kalori hampir dua kali lebih banyak dibandingkan
dengan protein maupun karbohidrat, karena perannya sebagai sumber
energi sangat besar meskipun kadarnya dalam makanannya relatif
kecil. Fungsi lemak dalam tubuh udang antara lain : Sumber energi Membantu penyerapan kalsium dan vitamin A dari makanan - Asam
lemak penting bagi udang adalah asam linolenat, asam lemak ini
banyak terdapat pada bagian kepala udang, didalam tubuh udang
kelebihan lemak disimpan dalam bentuk trigliserida. Disamping asam
lemak essensial udang juga membutuhkan klesterol dalam
makanannya, sebab udang tak mampu mensintesa nutrien itu dalam
tubuh udang. Kolesterol berperan dalam proses moulting. Penambahan
kolesterol di dalam tubuh udang melalui makanan akan sangat
berpengaruh pada kadar kolesterol, kebutuhan kolesterol diperkirakan
sebanyak 0,5%.
Karbohidrat
Berbeda dengan hewan lainnya karbohidrat dalam tubuh udang tidak
digunakan sebagai sumber energi utama. Kebutuhan udang akan
karbohidrat relatif sedikit. Pendayagunaan akan karbohidrat di dalam
tubuh udang tergantung dari jenis karbohidrat dan jenis udangnya.
Secara umum peranan karbohidrat di dalam tubuh udang adalah :
- Di dalam siklus krebs Penyimpanan glikogen
- Pembentukan zat kitin
Vitamin
Kebutuhan udang akan vitamin relatif lebih sedikit, tetapi kekurangan
salah satu vitamin dapat menghambat pertumbuhan. Tiap-tiap jenis
vitamin mempunyai fungsi yang berbeda-beda, secara umum kegunaan
vitamin bagi udang adalah untuk Pigmentasi, peranan dari vitamin A
(karoten),Laju pertumbuhan pertumbuhan peranan dari vitamin C,dan
Kelebihan vitamin akan bersifat racun atau antagonis terhadap fungsi
fisiologis udang.
Mineral
Sumber mineral utama bagi udang adalah air laut. Mineral dalam tubuh
udang berperan dalam pembentukan jaringan, proses metabolisme,
pigmentasi dan untuk mempertahankan keseimbangan osmisis cairan
tubuh dengan lingkungannya. Kebutuhan udang akan unsur Ca dan P
yang optimum bagi udang diperkirakan 1,2 : 1,0. Kelebihan mineral
dalam tubuh akan dapat menurunkan laju pertumbuhan dan
mengganggu pigmentasi udang.)
Pemberian probiotik berupa min grow, fitogrow (fitoplankton),
baktogrow (bakteri) . pakan yang diberikan idealnya ialah 10% dari
bobot tubuh , semakin tua udang pakan yang diberikan makin sedikit.
Pakan buatan yang diberikan dibeli dari luar daerah pakan diberi sesuai
umur dan BB dari udang.
2
17
18
19 c. Lele
a. Makanan Alami Ikan Lele
1. Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing,
dan serangga air.
2. Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol.
Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol.
Diatome), Ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
3. Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
b. Makanan Tambahan
1. Pemeliharaan di kecomberan dapat diberi makanan tambahan
berupa sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan,
tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.
2. Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul,
jagung, dan bekicot (2:1:1).
c. Makanan Buatan (Pellet)
1
mineral=0,500;
seperti
pasta,
dicetak
dan
Kelamin betina
Ikan bandeng betina mempunyai 3 tonjolan kecll (papila) yang terbuka
dibagian anal. Berbeda dengan ikan bandeng jantan yang mempunyai 2 tonjolan
kecil. Satu lubang besar dibagian anterior adalah anus. Letaknya anus sejajar
dengan genital pore. Lubang ketiga adalah lubang posterior dari genital pore
berada pada ujung urogenital papila.. Dari 2 oviduct menyatu kearah saluran yang
lebar yang merupakan saluran telur dan saluran tersebut berakhir di genital pore.
b. Ikan Lele
d. Udang Vaname
nila
Ikan mas
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai teknik pembudidayaan ikan dan udang, pakan ikan dan
udang serta penyakit dan penentuan jenis kelamin pada udang dan ikan dapat disimpulkan
bahwa Teknik pembudidayaan ikan dan Udang yang baik ialah Teknik pembudidayaan yang
memperhatikan segala aspek pendukung yaitu lahan, PH, Suhu, salinitas dari air tempat
budidaya, oksigen, selain melihat dari teknisnya kita juga dapat meningkatkan hasil
produktivitas dari ikan serta udang dengan pemberian pakan yang baik bagi ikan maupun
udang dengan pemberian pakan didampingi oleh pemberian mineral tambahan bagi tubuh
ikan. Penentuan jenis kelamin dari udang maupun ikan dapat dilihat secara morfologi baik
melalui bagian ventral dari tubuh maupun lateral. Pembudidayaan ikan yang baik dengan
memperhatikan aspek-aspek tersebut akan mengurangi resiko ikan dan udang terjangkit
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Pedoman umum cara pembenihan ikan yang baik (CPIB). Departemen
Kelautan dan Perikanan Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Direktorat Pembenihan.
61hlm.
Mayunar. 1993. Perkembangan Pembenihan Ikan Kerapu Macan di Indonesia. Oseana,
Volume XVIII, Nomor 3: 95108. ISSN:0216-1877.
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU SATWA AQUATIK