You are on page 1of 32

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Pisces atau ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin)
yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata
yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia.
Pisces adalah sebutan umum yang dipakai untuk ikan atau sebagai nama super kelas,
dan nama ini diambil dari bahasa latin. Ichtyes juga berarti ikan berasal dari bahasa
Yunani dan ini dipakai dalam Ichtyoplogy yang berarti ilmu yang mempelajari tentang
ikan. Ikan merupakan hewan yang tubuhnya ditutupi oleh sisik-sisik yang tersusun
dari zat kapur. Permukaan sisik berlendir untuk memudahkan gerakan ikan di dalam
air. Ikan bergerak menggunakan sirip. Di sisi kanan dan kiri tubuhnya terdapat gurat
sisi yang berfungsi sebagai alat keseimbangan. Gurat sisi juga berfungsi untuk
mengetahui arah arus air dan kedalaman air tempat ikan berenang.
Kelas Pisces merupakan hewan berdarah dingin, bernafas dengan insang,
tubuh ditutupi oleh sisik dan bergerak menggunakan sirip. Hidup di air tawar dan air
asin (laut). Berdasarkan tulang penyusun, kelas ini dibedakan atas ikan bertulang
sejati (Osteichtyes) dan ikan yang bertulang rawan (Chondrichetyes). Kalau dilihat
dari jumlah spesiesnya yang dikatakan terbanyak dari vertebrata. Penyebaran ikan
boleh dikatakan hampir diseluruh permukaan bumi ditemukan di air tawar maupun air
asin.
Pada sistematika atau taksonomi ada 3 pekerjaan yang biasa dilakukan, yaitu
identifikasi, klasifikasi, dan pengamatan evolusi. Identifikasi merupakan pengenalan
dan deskripsi yang teliti dan tepat terhadap suatu jenis/spesies yang selanjutnya diberi
nama ilmiahnya sehingga diakui oleh para ahli diseluruh dunia. Klasifikasi adalah
suatu kegiatan pembentukan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan cara
memberi keseragaman ciri/sifat di dalam keanekaragaman ciri yang ada pada makhluk
hidup tersebut.
Untuk mendukung pengetahuan tentang klasifikasi dan taksonomi diperlukan
adanya identifikasi dari berbagai parameter morfologi dari bentuk tubuh ikan. Dengan
melihat morfologi ikan kita dapat mengelompokkan ikan/hewan air. Sistem atau cara
pengelompokan ini dikenal dengan istilah sistematika atau taksonomi.

Adapun cirri-ciri pisces adalah, sebangai berikut:


Tempat hidup (habitat) di air, baik air tawar maupun air laut, penutup tubuh
brupa sisik atau kulit yang berduri, anggota tubuh yang utama, selain kepala, badan
adalah sirip, kegunaan sirip ini untuk menjaga kaseimbangan sewaktu berenang dan
untuk menentukan arah ,

memiliki gurat sisi sebagai alat untuk menetukan tekanan

air, memiliki alat pernapasan berupa insaang yang terletak dibagian kepala, beberapa
anggotanya memilki gelembung renang, peredaran darah tunggal dan tertutup, memiliki
sistem pencernaan yang sempurna, merupakan binatang berdarah dingin, berkembang
biak dengan cara bertelur.
Berdasarkan tulang rangka pembentuknya, ikan (pisces) ini dibagi ke dalam dua
kelompokyakni ikan bertulang rawan dan ikan bertulang sejati.
a.

b.

Ikan bertulang rawan


Umumnya hidup di lautan, insangnya terbuka tidak tertutup, serta pemakan
daging (karnivora), tidak bersisik, penutup tubuhnya berupa kulit yang berduri.
Ikan bertulang sejati
Umumnya ada yang hidup di air tawar atau di laut, insangnya tertutup, bersisik,
kadang-kadang berlendir.
Pada praktikum ini membahas tentang pembudidayaan ikan yang hidup di
daerah payau, air laut seperti ikan bandeng (Chanos chanus) ,kerapu macan kertang ,
udang vaname (Litopenaeus vannamei) ,bawal bintang (Trachinotus blochii) maupun
pembudidayaan ikan-ikan air tawar, kelas osteichtyes yaitu ikan mas (Cyprinus carpio),
ikan lele (Clarias), ikan nila (Oreochromis niloticus) Untuk lebih memahami tentang
teknik pembudidayaan, penyakit-penyakit yang menyerang ikan-ikan dan udang
tersebut, pemberian pakan, lahan pembibitan yang cocok, pembedaan jenis kelamin,
struktur tubuh,dan obat-obatan (mineral,dll) untuk pertumbuhan ikan.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana teknik pembudidayaan yang baik bagi ikan bandeng (Chanos chanus)
,kerapu macan kertang , udang vaname (Litopenaeus vannamei) ,bawal bintang
(Trachinotus blochii) maupun pembudidayaan ikan-ikan air tawar, kelas osteichtyes
yaitu ikan mas (Cyprinus carpio), ikan lele (Clarias), ikan nila (Oreochromis
niloticus) ?

b. Apa saja pakan dan mineral-mineral tambahan yang diberikan serta penyakit apa
yang pernah menyerang ikan bandeng (Chanos chanus) ,kerapu macan kertang ,
udang vaname (Litopenaeus vannamei) ,bawal bintang (Trachinotus blochii) maupun
pembudidayaan ikan-ikan air tawar, kelas osteichtyes yaitu ikan mas (Cyprinus
carpio), ikan lele (Clarias), ikan nila (Oreochromis niloticus) ?
c. Bagaimana cara membedakan jenis kelamin dari ikan-ikan dan udang tersebut ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui teknik pembudidayaan ikan bandeng (Chanos chanus) ,kerapu
macan kertang , udang vaname (Litopenaeus vannamei) ,bawal bintang (Trachinotus
blochii) maupun pembudidayaan ikan-ikan air tawar, kelas osteichtyes yaitu ikan
mas (Cyprinus carpio), ikan lele (Clarias), ikan nila (Oreochromis niloticus)
b. Untuk mengetahui pakan yang diberikan serta penyakit yang pernah menyerang ikan
budidaya air payau,air asin maupun air tawar dan udang
c. Untuk mengetahui teknik menentukan jenis kelamin dari ikan dan udang yang
dibudidaya tersebut.
D. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : setiap hari jumat , 7- 21 Oktober 2016
Pukul

: 08.00 12.00

Tempat

: BBIB Tambak dan Perbenihan ikan bandeng Oesapa, BBIP Tablolong,


BBIB Perbenihan Noekele

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teknik Pembudidayaan Ikan Air Payau, Air asin dan Udang
2.1.1 Ikan Air Payau (Ikan Bandeng)

Kelayakan lokasi untuk Tambak Budidaya Ikan Bandeng


1. Posisi lahan tambak sebaiknya terletak di antara pasang surut air laut,
berguna bagi pengairan tambak yang mengandalkan mekanisme pasang
surut air laut.
2. Dekat sumber air, baik dari muara, sungai maupun langsung dari laut.
Tidak terletak
di daerah rawan banjir.
3. Tanah tidak mudah bocor (porous), sehingga tambak dapat
mempertahankan volume air.
4. Tanah yang baik yaitu yang bertekstur lempung (komposisi liat, pasir dan
debu berimbang) dan liat berpasir.
5. Hindari tanah yang bersifat sulfat masam (kandungan pyrit tinggi)

Persiapan Lahan Tambak Bandeng


Menyiapkan Petakan Tambak, Yang Terdiri Dari:
Petak pendederan (peneneran/nursery ponds).
Petak penggelondongan (transition ponds), berfungsi untuk efisiensi
pemeliharaan dan menekan mortalitas.
Petak pembesaran (rearing ponds)

Aspek yang harus diperhatikan:


a. Perbaikan konstruksi tambak untuk petak pembesaran:
1. Perhatikan bagian pematang dan pintu tambak, jika terdapat kebocoran segera
lakukan penambalan dan perbaikan.
2. Meninggikan pematang tambak untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
limpasan air pasang.
3. Ukuran tambak sebaiknya tidak terlalu luas, yaitu berkisar antara 1-5 Ha per
petak, karena lahan yang terlalu luas kurang efektif untuk tambak bandeng.
4. Tinggi pematang dari pelataran minimal 60 cm, kedalaman minimal 20 cm dari
pelataran. Lebar pematang 1,5 - 2 meter, memungkinkan untuk penanaman
mangrove di pematang.

5. Caren dari pelataran sedalam 20 cm (tanah diambil oleh pematang). Manfaat


caren untuk memudahkan panen dan tempat istirahat bandeng.
6. Terdapat tumbuhan mangrove di saluran air.
b. Pengeringan tanah dasar
1. Pengeringan dilakukan sampai tanah dasar tambak terlihat retak-retak.
2. Harus mengetahui kualitas tanah. Jika tanah dasar mengandung pyrit atau pH
rendah, maka harus dilakukan pencucian tanah terlebih dahulu dengan
memasukkan air dalam pelataran minimal satu kali dalam 24 jam lalu air
dibuang. Pencucian tambak dapat dilakukan lebih dari satu kali, sesuai
kebutuhan.
a. Masukkan air ke dalam tambak dan diamkan selama 1 - 2 hari. Tinggi air
sekitar 10 cm.
b. Buanglah air yang ada di dalam tambak, kemudian periksa kembali pH tanah.
c. Lakukan berulang-ulang hingga pH tanah mendekati 6.
d. Pencucian tanah dasar selain dapat meningkatkan pH tanah, juga mengurangi
lumpur hitam dan kandungan pyrit pada dasar tambak.
3. Jika terdapat endapan lumpur berwarna hitam di dasar tambak, angkat dan buang
lumpur ke luar tambak (keduk Teplok).
Fungsi Ekologis Tumbuhan Mangrove Di Sekitar Tambak
Meningkatkan kualitas air yang masuk ke tambak (biofilter) serta
mengurangi atau menetralisir limbah buangan tambak.
Mangrove dapat menangkap partikel halus lumpur sehingga air lebih
jernih
serta membantu membentuk adanya struktur tanah baru pada system
perakarannya. Penyedia makanan alami untuk udang yang dipelihara.
Kestabilan pematang tambak lebih terjaga (jenis mangrove yang sesuai),
sehingga struktur tanah pematang lebih kuat dan padat.
Sebagai habitat berbagai satwa liar.
Menghasilkan udara yang lebih segar karena mangrove dapat
menghasilkan oksigen dan menyerap karbondioksida.

c. Pemupukan

Pemupukan bertujuan menyuburkan tanah untuk menumbuhkan pakan alami


berupa klekap, lumut, dan plankton. Pakan alami ditumbuhkan dengan
menggunakan pupuk organik dan/atau pupuk anorganik. Pemupukan berupa pupuk
dasar dan pupuk susulan.
Pupuk organik menggunakan pupuk kompos yang jumlahnya sekitar satu
Ton/Ha, ditebar merata di tanah yang masih dalam keadaan kering atau tidak
terlalu basah. Jika menggunakan pupuk kandang, maka pupuk tersebut harus
terlebih dahulu dicampur dengan kapur kemudian difermentasi dan dikeringkan.
Jika dalam tambak terdapat parit (caren), maka pupuk organik juga ditebar ke
dalam parit.
Pakan alami Klekap akan mudah tumbuh pada tanah berlempung. Berbeda
jenis tanah akan berbeda pula aplikasi pupuknya.
Jumlah pupuk yang ditebar harus memperhatikan jenis tanah dan kebutuhan
pakan alami bandeng. Jika petambak ingin memperbanyak klekap maka pemberian
pupuk dilakukan sebelum pengisian air, sedangkan jika ingin memperbanyak lumut
maka pemberian pupuk dilakukan setelah pengisian air. Jumlah pupuk organik
yang optimal yaitu sekitar 150 kg/ha.
Sering dijumpai jenis tanah tambak yang tidak cocok menggunakan pupuk
organik, yaitu pada tanah berpasir, maka cukup dengan pupuk anorganik.
Salah satu cara untuk menumbuhkan pakan alami dapat pula menggunakan dedak
halus yang ditebar di caren pada saat persiapan tambak.
Pemupukan lahan tambak di UPT Perbenihan dan Perikanan menggunakan Pupuk
Urea, Kompos dan TSP.
d. Penebaran Benih Gelondongan
Setelah pemupukan dasar tambak dilakukan, air dimasukan secara bertahap
{30%) tiga kali hingga ketingian 50 cm.
- Setelah air dimasukan biarkan selama 2 minggu
- Penebaran benih gelondongan ukuran 10 cm dengan padat tebar 50
ekor/meter dengan cara terlebih dahulu memasukan plastik packing yang
berisi ikan kedalam tambak 7-2 jam agar suhu air dalam tambak dan air
didalam packing sama atau sesuai untukmenghindari ikan stress.
Pengisian air
Pastikan air yang masuk ke tambak berkualitas baik.

Pengisian air dilakukan dengan membuka pintu air yang telah dilengkapi dengan

saringan minimal 2 (dua) buah. Tujuannya untuk mencegah/memperkecil potensi


masuknya hama berupa bibit predator atau ikan-ikan liar, organisme pesaing
serta penyakit. Pengisian air dapat pula dengan menggunakan pompa air.
Pengisian air dilakukan secara bertahap, tahap pertama 10 cm, lalu dinaikkan
menjadi 20 cm, kemudian 40 cm. Dilakukan secara bertahap untuk
merangsang pertumbuhan pakan alami.
Setelah pengisian air, dapat dilakukan pemupukan susulan untuk menumbuhkan
pakan alami.
Dosis pupuk anorganik optimum yaitu 400 kg/ha. Dosis Pemupukan dapat

dilakukan
dengan perbandingan 1 : 1 (Urea : SP 36). Komposisi pupuk tersebut disesuaikan
dengan kondisi nitrogen dan pospat di tambak. Jika nitrogen di tambak banyak,
maka perbandingannya bisa 1 : 3 (100 kg urea dan 300 kg SP 36).
Penambahan probiotik (bacillus) sebanyak 4 liter/ha. Probiotik diencerkan
dengan air 1 (satu) ember dan ditebar merata di petakan. Setelah itu diberikan
secara rutin sebanyak 2 liter 1 kali seminggu untuk satu hektar.

Bila pakan alami telah tumbuh, tambak sudah dapat ditebari benih ikan.

2.1.2

Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)


Design tambak
Desain dan konstruksi tambak dibuat untuk memberikan
lingkungan yang baik bagi kehidupan udang dan mampu mencegah
masuknya patogen dari luar serta mudah dilakukan pengendalian
penyakit (Suyanto dan Mudjiman, 2001). Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan tambak dilihat dari segi konstruksi,
antara lain : petakan, kedalaman air, saluran air masuk dan saluran
pembuangan (Haliman dan Adijaya, 2005).
Bentuk petakan yang ideal adalah bujur sangkar. Ukuran panjang
dan lebar disesuaikan dengan luas lahan yang tersedia. Kedalaman air
tambak yang baik untuk budidaya udang vannamei berkisar antara 150180 cm. Saluran air dalam tambak terdiri dari dua saluran, yaitu saluran
air masuk (inlet) dan saluran air keluar (outlet). Kedua saluran tersebut
harus terpisah satu sama lain. Saluran pembuangan air tengah (central

drainage) berfungsi untuk membuang lumpur dan kotoran dari dasar


tengah kolam (Haliman dan Adijaya, 2005).
Penebaran
Benur udang vannamei yang akan ditebar dan dibudidayakan
harus dipilih yang terlihat sehat. Kriteria benur sehat dapat diketahui
dengan

melakukan

observasi

berdasarkan

pengujian

visual,

mikroskopik dan ketahanan benur. Hal tersebut bisa dilihat dari warna,
ukuran panjang dan bobot sesuai umur Post Larva (PL), kulit dan
tubuh bersih dari organisme parasit dan patogen, tidak cacat, tubuh
tidak pucat, gesit, merespon cahaya, bergerak aktif dan menyebar di
dalam wadah (Haliman dan Adijaya, 2005).
Persiapan yang harus dilakukan sebelum penebaran adalah
penumbuhan pakan alami dengan pemupukan. Persiapan lain yang
perlu dilakukan yaitu pengukuran kualitas air, seperti suhu, salinitas,
pH, DO, ammonia dan nitrit. Selain itu, aklimatisasi atau proses
adaptasi benur terhadap suhu maupun salinitas juga merupakan hal
yang penting dalam penebaran benur (Haliman dan Adijaya, 2005).
Udang vannamei dapat dibudidayakan dengan kepadatan yang relatif
tinggi sampai lebih dari 150 ekor/m2, bahkan dapat ditebarkan sampai
400 ekor/m2 dalam bak kultur dengan sistem resirkulasi. Namun,
banyaknya padat tebar tergantung dari sistem budidaya yang dipakai
(Brown, 1991). Karena yang dipakai adalah sistem budidaya
supraintensif maka lahan budidaya hanya sebesar 20x20 m dan 1.000
ekor/meter penebaran.
Pengelolaan Kualitas Air
Kualitas air tambak yang baik akan mendukung pertumbuhan dan
perkembangan udang vannamei secara optimal. Oleh karena itu,
kualitas air tambak perlu diperiksa dan dikontrol secara seksama
(Haliman dan Adijaya, 2005). Beberapa parameter kualitas air yang
harus terus diamati selama proses perbenihan adalah suhu air ideal 25300 , salinitas 25-30 namun udang vaname ini dapat hidup pada air
dengan salinitas 40,PH 7-8,5, PI 10-12.

tambak mengalami titik jenuh pada kadar yang berkisar antara 7-8
ppm. Namun udang dapat tumbuh baik pada kadar oksigen minimum
berkisar antara 4-6 ppm (Suyanto dan Mudjiman, 2001).
Salinitas dan pH air di tambak berhubungan erat dengan
keseimbangan ionik dan proses osmoregulasi di dalam tubuh udang.
Udang muda yang berumur antara 1-2 bulan memerlukan kadar garam
yang berkisar antara 15-25 ppt agar pertumbuhannya dapat optimal.
Setelah umurnya lebih dari dua bulan, pertumbuhan relatif baik pada
kisaran salinitas 5-30 ppt. Pada waktu-waktu tertentu seperti saat
musim kemarau, salinitas air tambak dapat menjadi hypersaline
(berkadar garam tinggi, lebih dari 40 ppt). Air tambak memiliki pH
ideal berkisar antara 7,5-8,5. Umumnya perubahan pH air dipengaruhi
oleh sifat tanahnya (Haliman dan Adijaya, 2005). pH air tambak dapat
berubah menjadi asam karena meningkatnya benda-benda membusuk
dari sisa pakan atau yang lain. pH air yang asam dapat diubah menjadi
alkalis dengan penambahan kapur (Suyanto dan Mudjiman, 2001).
Kadar gas-gas yang mencemarkan perairan, seperti ammonia
(NH3), gas methan dan asam sulfida (H2S) harus selalu dipantau dan
diperhatikan (Suyanto dan Mudjiman, 2001). Ammonia berasal dari
hasil ekskresi atau pengeluaran kotoran udang. Oleh karena ammonia
dan nitrit adalah senyawa beracun, maka harus diubah menjadi nitrat.
Salah satu cara untuk meningkatkan nitrifikasi dan denitrifikasi adalah
dengan meningkatkan jumlah bakteri, yaitu dengan aplikasi probiotik
yang mengandung bakteri yang dibutuhkan (Roffi, 2006). Kekeruhan
air tambak berhubungan erat dengan banyaknya fitoplankton yang
tumbuh dalam tambak. Batas kekeruhan air tambak yang dianggap
cukup adalah bila angka seichi disk berkisar antara 25-45 cm (Suyanto
dan Mudjiman, 2001).
Bak kultur probiotik.
Bak ini terbuat dari tong besar yang digunakan untuk
membiakkan/kultur probiotik. Tersedia untuk menyuplai kebutuhan
probiotik udang, misalnya fitoplankton.
Persiapan Penebaran

Tambak dikeringkan dan tanah dasar tambaknya diangkat untuk


membuang sisa-sisa bahan organik di dasar tambak.dilakukan
pengangkatan lumpur hitam yang berasal dari sisa kotoran udang serta
sisa pakan yang terbuang dan bahan lain yang tidak terdekomposisi
atau terurai secara sempurna. Haliman dan Adijaya (2005) menjelaskan
bahwa lumpur hitam bisa menyebabkan timbulnya senyawa beracun
seperti asam sulfat (H2S) dan amonia. Setelah proses pengeringan dan
pembuangan tanah dasar selesai, selanjutnya tanah diberi kapur (CaO)
sebanyak 500 Kg per petak dengan luas 2500 meter persegi.
Adiwidjaya dkk. (2006) menelaskan bahwa tanah dengan pH kurang
dari 6,5 dapat diberikan kapur sebanyak 500-1000 kg/ha. Kapur
berfungsi untuk meningkatkan kapasitas penyangga air dan menaikkan
pH (Haliman dan Adijaya, 2005). Setelah proses pengapuran, petakan
diisi air sampai penuh dengan salinitas sekitar 30 ppt. Air petakan
tersebut kemudian diberi kaporit dan saponin. Saponin yang diberikan
sekitar 50 kilogram per petak, namun saponin harus direndam terlebih
dahulu dalam air tawar selama 12 jam untuk memaksimalkan
kemampuannya sebelum ditebar dalam petakan. Saponin dan kaporit
berfungsi sebagai desinfektan. Saponin berfungsi ganda sebagai pupuk
dan bahan beracun untuk membunuh ikan lain yang mengganggu dan
merugikan kehidupan udang (Suyanto dan Mudjiman, 1991). Setelah
pemberian saponin dilanjutkan dengan pemberian kaptan (kapur
CaCO3). Banyaknya kaptan tergantung dari warna air petakan dan
hasil yang diinginkan. Kaptan berfungsi sebagai pupuk untuk
menumbuhkan plankton.
Setelah semua selesai dilakukan, kincir dapat dinyalakan
selama kurang lebih 12 jam sebelum tebar. Tujuan penyalaan kincir
selain untuk menyuplai oksigen adalah untuk meratakan bahan-bahan
yang sebelumnya ditebar dan mempercepat penguapan zat-zat tersebut,
sehingga tidak membahayakan benur yang akan ditebar (Adiwidjaya
dkk., 2006). Namun kincir harus dimatikan satu jam sebelum benur
ditebar agar arus air di dalam tambak berhenti. Jadi benur dapat
dihindarkan dari stress (Haliman dan Adijaya, 2005).

Tahap selanjutnya adalah penebaran probiotik hasil kultur. Probiotik ini


ditebar dengan kadar sepuluh ppm pada masing-masing petakan.
Pemberian probiotik dapat diaplikasikan mulai dari persiapan hingga
panen. Peranan probiotik selain untuk mempercepat proses
perombakan bahan organik, juga cukup efektif untuk menekan laju
pertumbuhan bakteri pathogen (Adiwidjaya dkk., 2006).
Penebaran Benih
Setelah tahap-tahap persiapan selesai dilakukan, penebaran
benur siap dilakukan. Benih PL 13 dengan panjang sekitar 0,6 cm
tersebut ditebar pada pagi hari untuk memperkecil resiko stres pada
benur. Sebelum ditebar, benur diaklimatisasi dulu agar tidak terlalu
stres pada saat penebaran. Haliman dan Adijaya (2005) menjelaskan
bahwa aklimatisasi dilakukan untuk adaptasi terhadap suhu dan
salinitas antara air media pengangkutan benur dan air petakan tambak.
Awalnya plastik berisi benur diapungkan pada pinggiran
petakan selama beberapa saat. Setelah itu ikatan dibuka dan air petakan
dimasukkan pelan-pelan ke dalam plastik untuk memperkecil
perbedaan salinitas. Setelah benur dapat beradaptasi dengan suhu dan
salinitas petakan dan gerakannya mulai aktif lagi, benur dapat ditebar
ke dalam petakan. Lama pemeliharaan benur dari saat tebar sampai
panen berkisar antara 3-4 bulan dengan padat tebar 1000 ekor/m.
2.1.3

Lele
Penyiapan Sarana dan Peralatan
Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele sebaiknya
ukurannya tidak terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan
dan pengawasan. Bentuk dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi,
tergantung selera pemilik dan lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar
dan dinding kolam dibuat permanen. Pada minggu ke 1-6 air harus
dalam keadaan jernih kolam, bebas dari pencemaran maupun
fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan airnya harus
dipertahankan. Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masih
diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang

melayang dalam air (plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air


disebut secchi.
Prakiraan kekeruhan air berdasarkan usia lele (minggu) sesuai
angka secchi :
- Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50
- Usia 16-19 minggu, angka secchi = 30-40
- Usia 20-24 minggu, angka secchi = 30
Penyiapan Bibit
1) Menyiapkan Bibit
a. Pemilihan Induk
1. Ciri-ciri induk lele jantan:
- Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina.
- Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina.
- Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah
belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan.
- Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng
(depress).
- Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele
betina.
- Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor
akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani).
- Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina.
2. Ciri-ciri induk lele betina
- Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.
- Warna kulit dada agak terang.
- Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna
kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus.
- Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.
- Perutnya lebih gembung dan lunak.
- Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke
arah

ekor

(ovum/telur).

akan

mengeluarkan

cairan

kekuning-kuningan

3. Syarat induk lele yang baik:


- Kulitnya lebih kasar dibanding induk lele jantan.
- Induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak
kecil supaya terbiasa hidup di kolam.
- Berat badannya berkisar antara 100-200 gram, tergantung
kesuburan badan dengan ukuran panjang 20-5 cm.
- Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan
lincah.
- Umur induk jantan di atas tujuh bulan, sedangkan induk betina
berumur satu tahun.
- Frekuensi pemijahan bisa satu bula sekali, dan sepanjang hidupnya
bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat apabila makanannya
mengandung cukup protein.
4. Ciri-ciri induk lele siap memijah adalah calon induk terlihat mulai
berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yang
betina. Induk tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam
kolam tersendiri untuk dipijahkan.
5. Perawatan induk lele:
- Selama masa pemijahan dan masa perawatan, induk ikan lele
diberi makanan yang berkadar protein tinggi seperti cincangan
daging bekicot, larva lalat/belatung, rayap atau makanan buatan
(pellet). Ikan lele membutuhkan pellet dengan kadar protein yang
relatif tinggi, yaitu 60%. Cacing sutra kurang baik untuk
makanan induk lele, karena kandungan lemaknya tinggi.
Pemberian cacing sutra harus dihentikan seminggu menjelang
perkawinan atau pemijahan.
- Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan jumlah 5-10%
dari berat total ikan.
- Setelah benih berumur seminggu, induk betina dipisahkan,
sedangkan induk jantan dibiarkan untuk menjaga anak-anaknya.

Induk jantan baru bisa dipindahkan apabila anak-anak lele sudah


berumur 2 minggu.
- Segera pisahkan induk-induk yang mulai lemah atau yang
terserang penyakit untuk segera diobati.
- Mengatur aliran air masuk yang bersih, walaupun kecepatan aliran
tidak perlu deras, cukup 5-6 liter/menit.

b. Pemijahan Tradisional
1. Pemijahan di Kolam Pemijahan
Kolam induk:
- Kolam dapat berupa tanah seluruhnya atau tembok sebagian
dengan dasar tanah.
- Luas bervariasi, minimal 50 m2.
- Kolam terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian dangkal (70%) dan
bagian dalam (kubangan) 30 % dari luas kolam. Kubangan ada di
bagian tengah kolam dengan kedalaman 50-60 cm, berfungsi untuk
bersembunyi induk, bila kolam disurutkan airnya.
- Pada sisi-sisi kolam ada sarang peneluran dengan ukuran
30x30x25 cm3, dari tembok yang dasarnya dilengkapi saluran
pengeluaran dari pipa paralon diamneter 1 inchi untuk keluarnya
banih ke kolam pendederan.
- Setiap sarang peneluran mempunyai satu lubang yang dibuat dari
pipa paralon (PVC) ukuran 4 inchi untuk masuknya induk-induk
lele.
- Jarak antar sarang peneluran 1 m.
- Kolam dikapur merata, lalu tebarkan pupuk kandang (kotoran
ayam) sebanyak 500-750 gram/m2.
- Airi kolam sampai batas kubangan, biarkan selama 4 hari.
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit
a. Kolam untuk pendederan:
1. Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm,
dan tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan

licin, sehingga apabila bergesekan dengan tubuh benih lele tidak


akan

melukai.

Permukaan

lantai

agak

miring

menuju

pembuangan air. Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara kedua


ujung lantai, di mana yang dekat tempat pemasukan air lebih
tinggi. Pada lantai dipasang pralon dengan diameter 3-5 cm dan
panjang 10 m.
2. Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang
dijepit dengan 2 bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam
dinding kolam. Di antara 2 bingkai dipasang selembar kasa
nyamuk dari bahan plastik berukuran mess 0,5-0,7 mm,
kemudian dipaku.
3. Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air
untuk mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan
dengan pipa plastik yang dapat berfungsi untuk mengatur
ketinggian air kolam. Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu
pengait sebagai gantungan.
4. Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang
lain. Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi
dengan mengatur ketinggian pipa plastik.
5. Kolam pendederan yang baru berukuran 100 x 200 x 50 cm,
dengan bentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya.
b. Penjarangan:
1. Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan
karena ikan lele berkembang ke arah lebih besar, sehingga
volume ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang. apabila
tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan :
- Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka
- Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat
memicu mumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil
dimakan oleh ikan yang lebih besar).
- Suasana kolam tidak sehat oleh menumpuknya CO2 dan NH3,
dan O2 kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan lele
terhambat.

2. Cara penjarangan pada benih ikan lele :


- Minggu 1-2, kepadatan tebar 5000 ekor/m2
- Minggu 3-4, kepadatan tebar 1125 ekor/m2
- Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2

Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan
a. Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud
untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi
makanan alami bagi benih lele.
b. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam)
dengan dosis 500-700 gram/m2. Dapat pula ditambah urea 15
gram/m2, TSP 20 gram/m2, dan amonium nitrat 15 gram/m2.
Selanjutnya dibiarkan selama 3 hari.
c. Semprotkan larutan Migro Tambak merata pada dasar tambak
(dosis yang dibutuhkan adalah 20ml/100m2).
d. Kolam diisi kembali dengan air segar, mula-mula 30-50 cm dan
dibiarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah
menjadi coklat atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak
jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele. Saat
pemasukan air berikan kembali Migro Tambak dengan dosis 0,02
ppm (2 liter per hektar), campur dengan air secukupnya
Kemudian langsung tebar merata pada permukaan kolam.
e. Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele
ditebar.
Pemeliharaan Kolam/Tambak
a. Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200
gram/m2 untuk memberantas hama dan bibit penyakit.

b. Agar kualitas air selalu baik, berikan Migro Tambak dengan dosis
0,02ppm (2 liter per hektar) setiap 2 minggu sekali.
c. Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan
dan dilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m2 selama
satu minggu. Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar
kolam, kemudian dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah
dasar kolam retak-retak.

2.1.4

Ikan Nila
Sistem semi-Intensif (teknologi madya) - Pemeliharaan semiintensif dapat dilakukan di kolam, di tambak, di sawah, dan di jaring
apung. Pemeliharaan ini biasanya digunakan untuk pendederan. Dalam
sistem ini sudah dilakukan pemupukan dan pemberian pakan tambahan
yang teratur. Prasarana berupa saluran irigasi cukup baik sehingga
kolam dapat berproduksi 2-3 kali per tahun. Selain itu, penggantian air
juga dapat dilakukan secara rutin. Pemeliharaan ikan di sawah hanya
membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan tanaman
padi atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan dan sawah
ukurannya tak lebih dari 50 gr..
Budidaya ikan nila secara semi-intensif di kolam dapat dilakukan
secara monokultur maupun secara polikultur. Pada monokultur
sebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin. Hal mi karena nila jantan
lebih cepat tumbuh dan ikan nila betina.

Sistem semi-intensif juga dapat dilakukan secara terpadu (intergrated),


artinya kolam ikan dikelola bersama dengan usaha tani lain maupun
dengan industri rumah tangga. Misal usaha ternak kambing, itik dan
sebagainya. Kandang dibuat di atas kolam agar kotoran ternak menjadi
pupuk untuk kolam. Usaha tani kangkung, genjer dan sayuran lainnya
juga dapat dipelihara bersama ikan nila. Limbah sayuran yang kotor
dan kolam ikan dapat menjadi pupuk bagi kebun sayuran. Usaha
huler/penggilingan padi mempunyai hasil sampingan berupa dedak dan
katul. Oleh karena itu, sebaiknya dibangun kolam ikan di dekat
penggilingan.

2
3

Pemupukan

Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP),


serta kapur. Cara pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan
standar yang ditentukan oleh dinas perikanan daerah setempat, sesuai
dengan tingkat kesuburan di tiap daerah. Beberapa hari sebelum
penebaran benih ikan, kolam harus dipersiapkan dahulu.

pematang dan pintu air dikolam diperbaiki dan mencangkul dasar


kolam sambil diratakan. Setelah itu, dasar kolam ditaburi kapur
sebanyak 100-150 kg/ha. Pengapuran berfungsi untuk menaikkan nilai
pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga dapat mencegah serangan penyakit.
Selanjutnya kolam diberi pupuk kandang sebanyak 300-1.000 kg/ha.
Kemudian semprotkan Migro Tambak (campur air secukupnya) dengan
dosis 20ml/100m2, biarkan selama 1 hari. Pupuk Urea dan TSP juga
diberikan sebanyak 50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan dengan dicampur
terlebih dahulu dan ditebarkan merata di dasar kolam. Kemudian
masukan air dengan ketinggian 5 10 cm. Setelah 7 hari kemudian, air
ditinggikan sekitar 60 cm, berikan kembali Migro Tambak dengan
dosis 0,02 ppm (20 ml/100m2), campur dengan air secukupnya
kemudian tabur merata pada permukaan kolam. Setelah sehari
semalam, air kolam tersebut ditebari benih ikan. Pada saat itu
fitoplankton mulai tumbuh yang ditandai dengan perubahan yang
terjadi kolam menjadi kuning kehijauan.

Di dasar kolam juga mulai banyak terdapat organisme renik yang


berupa kutu air, jentik-jentik serangga, cacing, anak-anak siput dan
sebagainya. Selama pemeliharaan ikan, air kolam diatur sedalam 75100 cm. Pemberian Migro Tambak susulan harus dilakukan 2 minggu
sekali, yaitu pada saat makanan alami sudah mulai habis dan kualitas
air menurun. Berikan Migro Tambak secara merata pada permukaan air
tambak/kolam sebanyak 0,02 ppm (2 liter per hektar). Adapun
frekuensi pemberiannya setiap 2 (dua) minggu sekali. Pemberian Migro
Tambak saat pemeliharaan bertujuan untuk memacu tumbuhnya
plankton sebagai pakan alami.

2
1

2.1.5 Ikan Karper (Mas)


5

Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Kolam

Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir.
Kolam dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 25%
sehingga memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

a. Kolam pemeliharaan induk


1

Luas

kolam

tergantung

jumlah

induk

dan

intensitas

pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan


kolam seluas 500 meter persegi bila hanya mengandalkan pakan
alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pelet, maka untuk 100
kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegi saja. Bentuk
kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau
kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya.
Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya,
sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
9
10 b. Kolam pemijahan
11

Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok.


Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang
dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai
patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan
luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar
kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar
dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon
dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran kolam
kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya
sama dengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan
menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan
agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.

12
13 c. Kolam pendederan

14 Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk

kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu


pendederan pertama dengan luas 25-500 m2 dan pendederan
lanjutan 500-1000 m2 per petak. Pemasukan air bisa dengan pralon
dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar
kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu
pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat
berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan
penangkapan

benih.

dasar

kolam

dibuat

miring

ke

arah

pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan

tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak
penyaringan.
15 Alat-alat yang biasa digunakan :
16 jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk
menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember,
baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar
(kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk
mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang
digunakan untuk memanen/menangkap ikan mas antara lain adalah
warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100
cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan,
keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut
ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang
bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur
secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih,
ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk
pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm
keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring
nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk
menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser
(gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk
segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
1

Persiapan Media yang dimaksud dengan persiapan adalah


melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama

mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media


pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam
selama

beberapa

hari,

lalu

dilakukan

pengapuran

untuk

memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter


persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP
masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga
ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masingmasing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.
2.2 Pakan dan mineral tambahan serta penyakit
2.2.1 Pakan
a. Bandeng
- Benih gelondongan yang baru ditebar tentunya masih cukup makan dari
pakan alami yang tumbuh ditambak.
Kriteria benih yang baik :
-

Ukuran seragam (minimal 95%) dan tidak cacat.


- Gerakannya lincah. Jika air diputar dalam bak, nener bergerak melawan
arus.
Warna tubuh transparan dan isi perut terlihat penuh.
Responsif terhadap pakan yang diberikan.
Umur minimal 18 hari dengan panjang tubuh 1,6 cm.
- Setelah 2 minggu ditaburkan lagi pupuk cair organik untuk menumbuhkan
pakan alami
- Memasukan pupuk kompos/kotoran temak kedalam goni plastik dengan
melubangi lalu dimasukan kedalam tambak untuk menumbuhkan pakan
alami untuk menekan penggunaan pakan buatan yang dapat menekan
biaya produksi.
- Pemberian pakan buatan disesuaikan dengan kondisi pakan alami didalam
tambak dapat dilakukan setelah ikan 3 bulan didalam Tambak hingga
panen sesuai ukuran ikan bandengyang diharapkan menurut kebutuhan
pasar setempat atau lokal.
b. Udang Vaname
Umumnya protein yang dibutuhkan oleh udang dalam prosentase
yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya. Protein merupakan

nutrien yang paling berperan dalam menentukan laju pertumbuhan udang.


Kebutuhan udang akan protein berbeda-beda untuk setiap stadia hidupnya,
pada stadis larva kebutuhan protein lebih tinggi dibandingkan setelah
dewasa. Hal ini disebakan pada stadia larva pertumbuhan udang lebih pesat
dibanding yang dewasa. Disamping itu sumber protein yang didapatkan
oleh udang juga berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan kebiasaan makan dari
udang dimana pada stadia larva mereka cenderung bersifat karnivora.
Makanan yang baik bagi udang Vannamei adalah yang mengandung protein
paling bagus minimal 30% serta kestabilan pakan dalam air minimal
bertahan selama 3-4 jam setelah ditebar.

Lemak
Lemak mengandung kalori hampir dua kali lebih banyak dibandingkan
dengan protein maupun karbohidrat, karena perannya sebagai sumber
energi sangat besar meskipun kadarnya dalam makanannya relatif
kecil. Fungsi lemak dalam tubuh udang antara lain : Sumber energi Membantu penyerapan kalsium dan vitamin A dari makanan - Asam
lemak penting bagi udang adalah asam linolenat, asam lemak ini
banyak terdapat pada bagian kepala udang, didalam tubuh udang
kelebihan lemak disimpan dalam bentuk trigliserida. Disamping asam
lemak essensial udang juga membutuhkan klesterol dalam
makanannya, sebab udang tak mampu mensintesa nutrien itu dalam
tubuh udang. Kolesterol berperan dalam proses moulting. Penambahan
kolesterol di dalam tubuh udang melalui makanan akan sangat
berpengaruh pada kadar kolesterol, kebutuhan kolesterol diperkirakan
sebanyak 0,5%.

Karbohidrat
Berbeda dengan hewan lainnya karbohidrat dalam tubuh udang tidak
digunakan sebagai sumber energi utama. Kebutuhan udang akan
karbohidrat relatif sedikit. Pendayagunaan akan karbohidrat di dalam
tubuh udang tergantung dari jenis karbohidrat dan jenis udangnya.
Secara umum peranan karbohidrat di dalam tubuh udang adalah :
- Di dalam siklus krebs Penyimpanan glikogen
- Pembentukan zat kitin

- Pembentukan steroid dan asam lemak Kadar karbohidrat di dalam


tubuh udang akan mempengaruhi kandungan lemak dan protein
tetapi tidak mempengaruhi kandungan kolesterol di dalam tubuh.
Kandungan karbohibrat untuk makanan larva udang diperkirakan
lebih rendah 20%.

Vitamin
Kebutuhan udang akan vitamin relatif lebih sedikit, tetapi kekurangan
salah satu vitamin dapat menghambat pertumbuhan. Tiap-tiap jenis
vitamin mempunyai fungsi yang berbeda-beda, secara umum kegunaan
vitamin bagi udang adalah untuk Pigmentasi, peranan dari vitamin A
(karoten),Laju pertumbuhan pertumbuhan peranan dari vitamin C,dan
Kelebihan vitamin akan bersifat racun atau antagonis terhadap fungsi
fisiologis udang.

Mineral
Sumber mineral utama bagi udang adalah air laut. Mineral dalam tubuh
udang berperan dalam pembentukan jaringan, proses metabolisme,
pigmentasi dan untuk mempertahankan keseimbangan osmisis cairan
tubuh dengan lingkungannya. Kebutuhan udang akan unsur Ca dan P
yang optimum bagi udang diperkirakan 1,2 : 1,0. Kelebihan mineral
dalam tubuh akan dapat menurunkan laju pertumbuhan dan
mengganggu pigmentasi udang.)
Pemberian probiotik berupa min grow, fitogrow (fitoplankton),
baktogrow (bakteri) . pakan yang diberikan idealnya ialah 10% dari
bobot tubuh , semakin tua udang pakan yang diberikan makin sedikit.
Pakan buatan yang diberikan dibeli dari luar daerah pakan diberi sesuai
umur dan BB dari udang.

2
17

18
19 c. Lele
a. Makanan Alami Ikan Lele
1. Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing,
dan serangga air.
2. Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol.
Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol.
Diatome), Ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
3. Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
b. Makanan Tambahan
1. Pemeliharaan di kecomberan dapat diberi makanan tambahan
berupa sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan,
tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.
2. Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul,
jagung, dan bekicot (2:1:1).
c. Makanan Buatan (Pellet)
1

Komposisi bahan (% berat): tepung ikan=27,00; bungkil kacang


kedele=20,00; tepung terigu=10,50; bungkil kacang tanah=18,00;
tepung kacang hijau=9,00; tepung darah=5,00; dedak=9,00;
vitamin=1,00;

mineral=0,500;

seperti

pasta,

dicetak

dan

dikeringkan sampai kadar airnya kurang dari 10%. Penambahan


lemak dapat diberikan dalam bentuk minyak yang dilumurkan
pada pellet sebelum diberikan kepada lele. Lumuran minyak juga
dapat memperlambat pellet tenggelam.
2
2

d. Ikan Nila dan Ikan Mas


20 Pemberian Pakan upukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton,
zooplankton, maupun tang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentikjentik nyamuk dan chironomus Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila.
Namun, induk ikan nila juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang
mengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak Tidak lebih dan 3%.

Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di am


pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan
taoge ,daun-daunan/sayuran yang diris-iris atau pun ganggeng (Hydrilla).
Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa per han.
Agar diketahui berat bio massa maka diambil sampel 10 ekor ikan,
ditimbang, dan dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh
dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di dalam kolam. Misal, berat rata-rata
ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat biomassa 220 x 90 = 19.800
g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram. Ransum ini
diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak
seperti bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan.
Apalagi kalau han tersebut sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul
boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi
untuk menambah kesuburan kolam.
21
2.2.2 Penyakit
Berdasarkan wawancara dengan pegawai pada BBIB baik di tablolong,
noekele, dan oesapa, mengatakan bahwa ikan dan udang yang dipelihara dan
ditambak tidak pernah mendapat kasus terkena penyakit, kecuali pada ikan lele
penyakitnya berupa cacingan/parasit karena didukung oleh faktor cuaca dimana
cuaca pada tambak ikan di noekele pada siang hari sangat panas namun pada
malam hari sangat dingin.

2.2.3 Penentuan Jenis kelamin


a. Bandeng
Kelamin Jantan
Ikan bandeng jantan mempunyai 2 tonjolan kecil (papila) yang terbuka
dibagian luarnya yaitu selaput dubur luar dan lubang pelepasan ( yang membuka
pada bagian ujungnya. Didalam alat genital ikan jantan (vasa deferentia),mulai dari
testes menyatu sedalam 5-10 mm dari lubang pelepasan. Lubang kencing (urinary
pore) melebar kearah saluran besar dari sisi atas. Selain itu 2 lubang kecil pada sisi
bagian bawah dari tonjolan urogenital yang membuka kearah ventral usus.

Kelamin betina
Ikan bandeng betina mempunyai 3 tonjolan kecll (papila) yang terbuka
dibagian anal. Berbeda dengan ikan bandeng jantan yang mempunyai 2 tonjolan
kecil. Satu lubang besar dibagian anterior adalah anus. Letaknya anus sejajar
dengan genital pore. Lubang ketiga adalah lubang posterior dari genital pore
berada pada ujung urogenital papila.. Dari 2 oviduct menyatu kearah saluran yang
lebar yang merupakan saluran telur dan saluran tersebut berakhir di genital pore.
b. Ikan Lele

c. Ikan Kerapu cantang


Ciri-ciri induk jantan matang gonad yaitu berwarna lebih terang atau lebih
cerah, agresif (selalu mengejar betina), lubang genital berwarna kemerahan dan bila
di striping akan mengeluarkan sperma. Sedangkan cirri-ciri induk betina matang
gonad adalah perut gendut, gerakan tidak begitu agresif, lubang genital berwarna
kemerahan, dan apabila dikamulasi akan mengeluarkan telur.

d. Udang Vaname

e. Ikan Nila dan Ikan Mas

nila

Ikan mas

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai teknik pembudidayaan ikan dan udang, pakan ikan dan
udang serta penyakit dan penentuan jenis kelamin pada udang dan ikan dapat disimpulkan
bahwa Teknik pembudidayaan ikan dan Udang yang baik ialah Teknik pembudidayaan yang
memperhatikan segala aspek pendukung yaitu lahan, PH, Suhu, salinitas dari air tempat
budidaya, oksigen, selain melihat dari teknisnya kita juga dapat meningkatkan hasil
produktivitas dari ikan serta udang dengan pemberian pakan yang baik bagi ikan maupun
udang dengan pemberian pakan didampingi oleh pemberian mineral tambahan bagi tubuh
ikan. Penentuan jenis kelamin dari udang maupun ikan dapat dilihat secara morfologi baik
melalui bagian ventral dari tubuh maupun lateral. Pembudidayaan ikan yang baik dengan
memperhatikan aspek-aspek tersebut akan mengurangi resiko ikan dan udang terjangkit
penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Pedoman umum cara pembenihan ikan yang baik (CPIB). Departemen
Kelautan dan Perikanan Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Direktorat Pembenihan.
61hlm.
Mayunar. 1993. Perkembangan Pembenihan Ikan Kerapu Macan di Indonesia. Oseana,
Volume XVIII, Nomor 3: 95108. ISSN:0216-1877.

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU SATWA AQUATIK

ANITA KARTINI LAKAPU


1409010035

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016

You might also like