You are on page 1of 11

Identitas Pasien

Nama

: Ny. M

Umur

: 53th

Alamat

: Kota Gajah

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Anamnesa
Keluhan utama

: Nyeri perut kanan bawah sejak 1 bulan yll

Keluhan tambahan

: Sulit BAB dimana frekuensi BAB 2x/minggu,flatus

sulit,penurunan berat badan


Riwayat penyakit sekarang

: Ny. M datang dengan keluhan nyeri perut pada bagian kanan

bawah . Nyeri perut dirasakan sejak 1 bulan yang lalu terutama apabila dilakukan penekanan
nyeri nya akan bertambah, disertai dengan sulit BAB dimana frekuensi nya 2x/minggu
dengan konsistensi yang padat serta sulit flatus dan penurunan berat badan, BAB berdarah (-)
lendir (-) demam (-).
Riwayat penyakit dahulu

: Hipertensi

Riwayat penyakit keluarga

: Tidak ada

Riwayat konsumsi obat

: Tidak ada

Riwayat alergi

: Tidak ada

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

TD

: 140/80 mmHg

HR

: 100x/m

RR

: 20x/m

Temp

: 37,4 C

Kepala

: CA (-/-) SI (-/-) sianosis (-) nafas cuping hidung (-)

Leher

: KGB (-) deviasi trachea (-)

Thorax

: Dalam Batas Normal

Abdomen

: Inspeksi tampak cembung,warna kulit normal


Palpasi terdapat nyeri tekan pada perut kanan bawah terutama pada
bagian illiaca dextra,teraba massa pada illiaca dextra konsistensi nya
padat dan batasnya tidak tegas.
Perkusi didapatkan timpani para perut kiri dan pekak pada perut
kanan (+)
Auskultasi didapatkan BU (+) normal 16x/menit

Ekstremitas

: edema (-), sianosis (-)

Rencana untuk dilakukan Colon In Loop pada tanggal 14-09-2016.

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu di bidang kesehatan pada masa sekarang ini semakin meningkat. Pada
cabang ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang sangat pesat diantaranya adalah dibidang
radiodiagnostik yang perkembangannya diawali dengan ditemukannya sinar-X oleh seorang
ahli fisika berkebangsaan Jerman yang bernama Prof. Dr. Wilhelm Conrad Rontgen pada
tanggal 8 November 1895.
Dengan berjalannya waktu, pemeriksaan radiologi colon juga mengalami perkembangan yang
pesat. Salah satu pemeriksaan radiodiagnostik yang sering dilakukan untuk mendiagnosa
adanya kelainan atau penyakit pada penderita yang mengalami gangguan pencernaan pada
usus besar (colon) dikenal dengan pemeriksaan Colon In Loop. Pemeriksaan Colon In Loop
adalah pemeriksaan secara radiologis sistim pencernaan dengan memasukkan bahan kontras
kedalam usus besar (Colon), Media kontras yang biasa digunakan adalah larutan barium
dengan konsentrasi untuk metode kontras ganda lebih tinggi dibandingkan dengan metode
kontras tunggal, untuk metode kontras tunggal menggunakan barium sulfat dengan
konsentrasi 12-25 % Weigh/Volume, sedangkan metode kontras ganda dengan konsentrasi
75-95 % Weigh/Volume. Kelainan-kelainan yang biasa terjadi pada colon ini adalah
carsinoma (keganasan), divertikel, megacolon, obstruksi atau illeus, stenosis, volvulus,atresia
dan colitis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
COLON IN LOOP
Teknik pemeriksaan Colon in Loop adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari usus
besar dengan menggunakan media kontras.
Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan Colon in Loop adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis dari colon
sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada
colon.
Indikasi
a). Colitis, adalah penyakit-penyakit inflamasi pada colon, termasuk didalamnya colitis
ulseratif dan colitis crohn.
b). Carsinoma atau keganasan.
c). Divertikel, merupakan kantong yang menonjol pada dinding colon, terdiri atas lapisan
mukosa dan muskularis mukosa.
d). Mega colon
Anatomi Usus Besar (Colon )
Usus besar atau colon adalah sambungan dari usus halus yang merupakan tabung
berongga dengan panjang kira-kira 1,5 meter, terbentang dari caecum sampai canalisani.
Diameter usus besar lebih besar dari pada usus halus. Diameter rata-ratanya sekitar 2,5 inchi.
Tetapi makin mendekati ujungnya diameternya makin berkurang. Usus besar ini tersusun atas
membran

mukosa

tanpa

lipatan,

kecuali pada daerah distal colon . Usus besar dibagi

menjadi :
a. Caecum
Caecum merupakan kantong dengan ujung buntu yang menonjol ke bawah pada regio
iliaca kanan, di bawah junctura ileocaecalis. Appendiks vermiformis berbentuk seperti cacing
dan berasal dari sisi medial usus besar. Panjang caecum sekitar 6 cm dan berjalan ke caudal.

Caecum berakhir sebagai kantong buntu yang berupa processus vermiformis (apendiks) yang
mempunyai panjang antara 8-13 cm.
b. Colon ascendens
Colon ascenden berjalan ke atas dari caecum ke permukaan inferior lobus kanan hati,
menduduki regio illiaca dan lumbalis kanan. Setelah sampai ke hati, colon

ascenden

membelok ke kiri, membentuk fleksura coli dekstra (fleksura hepatik). Colon ascendens ini
terletak pada regio illiaca kanan dengan panjang sekitar 13 cm.
c. Colon transversum
Colon

transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura coli

dekstra sampai fleksura coli sinistra. Colon transversum membentuk lengkungan seperti
huruf U. Pada posisi berdiri, bagian bawah U dapat turun sampai pelvis. Colon transversum,
waktu mencapai daerah limpa, membelok ke bawah membentuk fleksura coli sinistra
(fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi Colon descendens.
d. Colon descendens
Colon descendens terletak pada regio illiaca kiri dengan panjang sekitar 25 cm. Colon
descendens ini berjalan ke bawah dari fleksura lienalis sampai pinggir pelvis membentuk
fleksura sigmoideum dan berlanjut sebagai colon sigmoideum.
e. Colon sigmoideum
Colon sigmoideum mulai dari pintu atas panggul. Colon sigmoideum merupakan
lanjutan colon

desenden dan tergantung ke bawah dalam rongga pelvis dalam bentuk

lengkungan. Colon sigmoideum bersatu dengan rectum di depan sacrum


f. Rectum
Rectum menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rectum merupakan lanjutan dari
colon

sigmoideum dan berjalan turun di depan caecum, meninggalkan pelvis dengan

menembus dasar pelvis. Setelah itu rectum berlanjut sebagai anus dalam perineum. Menurut
Pearce (1999), rectum merupakan bagian 10 cm terbawah dari usus besar, dimulai pada
colon sigmoideum dan berakhir ke dalam anus yang dijaga oleh otot internal dan eksternal.
Fungsi usus besar adalah :
Absorbsi air dan elektrolit
Penyerapan air dan elektrolit sebagian besar berlangsung di separuh atas colon . Dari sekitar
1000 ml kimus yang masuk ke usus setiap hari, hanya 100 ml cairan dan hampir tidak ada
elektrolit yang diekskresikan. Dengan mengeluarkan sekitar 90 % cairan, colon mengubah
1000-2000 ml kimus isotonik menjadi sekitar 200-250 ml tinja semi padat). Dalam hal ini
colon sigmoid berfungsi sebagai reservoir untuk dehidrasi masa feases sampai defekasi
berlangsung.

Sekresi mukus
Mukus adalah suatu bahan yang sangat kental yang membungkus dinding usus. Fungsinya
sebagai pelindung mukosa agar tidak dicerna oleh enzim-enzim yang terdapat didalam usus
dan sebagai pelumas makanan sehingga mudah lewat. Tanpa pembentukan mukus, integritas
dinding usus akan sangat terganggu, selain itu tinja akan menjadi sangat keras tanpa efek
lubrikasi dari mukus.
Sekresi usus besar mengandung banyak mukus. Hal ini menunjukkan banyak reaksi alkali dan
tidak mengandung enzim. Pada keadaan peradangan usus, peningkatan sekresi mukus yang
banyak sekali mungkin bertanggung jawab dan kehilangan protein dalam feses.
Menghasilkan bakteri
Bakteri usus besar melakukan banyak fungsi yaitu sintesis vitamin K dan beberapa vitamin B.
Penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan,
sayuran hijau dan penyiapan sisa protein yang belum dicernakan merupakan kerja bakteri
guna ekskresi. Mikroorganisme yang terdapat di colon terdiri tidak saja dari eschericia coli
dan enterobacter aerogenes tetapi juga organisme-organisme pleomorfik seperti bacteriodes
fragilis. Sejumlah besar bakteri keluar melalui tinja. Pada saat lahir colon steril, tetapi flora
bakteri usus segera tumbuh pada awal masa kehidupan.
Defekasi (pembuangan air besar)
Defekasi terjadi karena kontraksi peristaltik rectum. Kontraksi ini dihasilkan sebagai respon
terhadap perangsangan otot polos longitudinal dan sirkuler oleh pleksus mienterikus. Pleksus
mienterikus dirangsang oleh saraf

parasimpatis yang berjalan di segmen sakrum corda

sinalis. Defekasi dapat dihambat dengan menjaga agar spingter eksternus tetap berkontraksi
atau dibantu dengan melemaskan spingter dan mengkontraksikan otot-otot abdomen.
Patologi Colon in loop
Indikasi : Hischprung Deases, Colitis, Carsinoma atau keganasan, Divertikel, Mega colon ,
Obstruksi atau Illeus Invaginasi, Stenosis, Volvulus, Atresia, Intussusepsi
Kontra Indikasi : Perforasi terjadi karena pengisian media kontras secara mendadak dan
dengan tekanan tinggi, juga terjadi karena pengembangan berlebihan dan Obstruksi akut atau
penyumbatan.
Teknik Pemeriksaan Colon In loop
Teknik pemeriksaan Colon In loop adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari usus
besar dengan menggunakan media kontras.
Persiapan Pasien

Dua hari sebelum pemeriksaan pasien diharuskan makan-makanan lunak (mudah dicerna) tidak

2
3
4
5

mengandung serat. Misal : Bubur kecap


Makan terakhir jam 06.00 sore
Jam 08.00 malam minum 2 tablet Dulcolax
Jam 09.00 malam minum 2 tablet Dulcolax, kemudian puasa total
Jam 04.30 besok paginya dimasukan 2 tablet Dulcolax Supp, Kelubang anus (dubur) ditahan

beberapa saat kemudian buang air besar supaya usus bersih dari kotoran.
6
Jam 08.00 pagi pasien sudah datang di Bagian Radiologi untuk pemotretan Colon In loop (Ba
Enema) / VIP.
Persiapan alat pada pemeriksaan Colon In loop, meliputi :
1
Pesawat x ray Allengers
2
Kaset dan film sesuai dengan kebutuhan
3
Marker
4
Standar irigator dan irigator set lengkap dengan kanula rectal .
5
Vaselin atau jelly
6
Sarung tangan
7
Cateter
8
Penjepit atau klem
9
Kassa
10 Bengkok
11 Apron
12 Plester

Tempat mengaduk media kontras


Persiapan bahan
Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan konsentrasi antara 70 80
W/V % (Weight /Volume). Banyaknya larutan (ml) tergantung pada panjang pendeknya
colon , kurang lebih 600 800 ml Air hangat untuk membuat larutan barium Vaselin atau
jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula dimasukkan kedalam anus.
Metode pemasukan media kontras
Metode kontras tunggal
Barium dimasukkan lewat anus sampai mengisi daerah caecum. Pengisian diikuti
dengan fluoroskopi. Untuk keperluan informasi yang lebih jelas pasien dirotasikan ke kanan
dan ke kiri serta dibuat radiograf full filling untuk melihat keseluruhan bagian usus dengan
proyeksi anteroposterior. Pasien diminta untuk buang air besar, kemudian dibuat radiograf
post evakuasi posisi anteroposterior.
Metode kontras ganda

Pemasukan media kontras metode satu tingkat. Merupakan pemeriksaan Colon In


loop dengan menggunakan media kontras berupa campuran antara BaSO 4 dan udara. Barium
dimasukkan kira-kira mencapai fleksura lienalis kemudian kanula diganti dengan pompa.
Udara dipompakan dan posisi pasien diubah dari posisi miring ke kiri menjadi miring ke
kanan setelah udara sampai ke fleksura lienalis. Tujuannya agar media kontras merata di
dalam usus. Setelah itu pasien diposisikan supine dan dibuat radiograf.
Pemasukan media kontras dengan metode dua tingkat.
Tahap pengisian
Pada tahap ini dilakukan pengisian larutan BaSO4 ke dalam lumen colon , sampai mencapai
pertengahan colon transversum. Bagian yang belum terisi dapat diisi dengan mengubah posisi
penderita.
Tahap pelapisan
Dengan menunggu kurang lebih 1-2 menit agar larutan BaSo4 mengisi mukosa colon .
Tahap pengosongan
Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu dibuang sebanyak yang dapat
dikeluarkan kembali.
Tahap pengembangan
Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara ke lumen colon. Pemompaan udara tidak boleh
berlebihan (1800- 2000 ml) karena dapat menimbulkan kompikasi lain, misalnya refleks
vagal yang ditandai dengan wajah pucat, pandangan gelap, bradikardi, keringat dingin dan
pusing.
Tahap pemotretan
Pemotretan dilakukan bila seluruh colon telah mengembang sempurna.
Proyeksi Radiograf Colon In loop
Proyeksi Antero posterior (AP)
Posisi pasien
: Pasien diposisikan supine/prone di atas meja pemeriksaan
dengan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah meja pemeriksaan.
Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah.
Posisi objek
: Objek diatur dengan menentukan batas atas processus
xypoideus dan batas bawah adalah symphisis pubis.
Central point
: Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca .
Central ray
: Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Eksposi
: Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.
FFD
: 100 cm
Kriteria
: Menunjukkan seluruh colon terlihat, termasuk fleksura
dan colon sigmoid.
Proyeksi Right Anterior Obliq (RAO)

Posisi pasien

: Posisi pasien telungkup di atas meja pemeriksaan

kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35- 45 terhadap meja pemeriksaan. Tangan
kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh berpegangan pada
tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit di tekuk untuk fiksasi.
Posisi objek
: MSP pada petengahan meja
Cenral Point
: Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik
tengah kedua crista illiaca.
Central ray
: Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Eksposi
: Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.
FFD
: 100 cm
Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura hepatika kanan terlihat sedikit superposisi bila di
bandingkan dengan proyeksi Posteroanterior dan tampak juga daerah sigmoid dan colon
ascenden.
Proyeksi Left Anterior Obliq (LAO)
Posisi pasien
: Pasien ditidurkan telungkup di atas meja pemeriksaan
kemudian dirotasikan kurang lebih 35 - 45 terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri di
samping tubuh dan tangan di depan tubuh berpegangan pada meja pemeriksaan, kaki kanan
ditekuk sebagai fiksasi, sedangkan kaki kiri lurus.
Posisi objek
: MSP pada petengahan meja, lutut fleksi.
Central point
: Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah
kedua crista illiaca.
Central ray
Eksposi
FFD
Kriteria

:
:
:
:

Sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset.


Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.
100 cm
Menunjukkan gambaran fleksura lienalis tampak sedikit

super posisi bila dibanding pada proyeksi posteroanterior dan daerah colon descendens
tampak.
Proyeksi Lateral.
Posisi pasien
Posisi Objek

: Pasien diposisikan lateral atau tidur miring


: Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada pertengahan grid,

genu sedikit fleksi untuk fiksasi.


Cenral Ray
: Arah sinar tegak lurus terhadap film
Central Point
: Pada Mid Coronal Plane setinggi spina illiaca anterior
superior (SIAS).
Eksposi
FFD
Kriteria
pada pertengahan radiograf.

: Dilakukan saat pasien ekspirasi dan tahan nafas.


: 100 cm
: Daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rectosigmoid

BAB III
KESIMPULAN & SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan uraian laporan kasus yang berjudul Teknik Pemeriksaan Colon In loop
Pada Kasus Tumor Caecum di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Jend. Ahmad Yani
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Colon In loop adalah pemeriksaan secara radiologis sistim pencernaan
dengan memasukkan bahan kontras kedalam usus besar (Colon ).
2. Prosedur pemeriksaan Colon In loop pada kasus Tumor Caecum di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Umum Jend. Ahmad Yani menggunakan proyeksi Anteroposterior dan Lateral.
3. Pemeriksaan Colon In loop pada kasus Tumor Caecum di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Umum Jend. Ahmad Yani menggunakan media kontras positif berupa barium (BaSO 4)
dan media kontras negatif berupa udara. Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Jend.
Ahmad Yani menggunakan metode kontras ganda dua tahap dengan perbandingan barium
dan air adalah 1 : 8, dengan jumlah larutan sebanyak 800 ml.
4. Keuntungan digunakan pemasukan media kontras dengan metode pemasukan double
kontras dua tahap pada pemeriksaan Colon In loop adalah akan dapat memperlihatkan
struktur mukosa yang lebih jelas sehingga dapat di ketahui kelainan pada mukosa.
5. Proteksi radiasi yang di lakukan di Instalasi Rumah Sakit Umum Jend. Ahmad Yani sudah
cukup aman.

Saran
1. Perlunya penjelasan tentang persiapan pemeriksaan pada pasien agar penderita paham
maksud dan tujuan dari pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Persiapan pasien pada pemeriksaan Colon In loop perlu benar-benar diperhatikan
sehingga tidak tampak gambaran udara dan feses yang dapat mengganggu gambaran objek
yang diinginkan.
3. Sebaiknya peralatan untuk pemeriksaan Colon In loop harus menggunakan peralatan
yang sesuai untuk pemeriksaan Colon In loop seperti irigator set beserta pompa untuk
pemasukan kontras negatif.

4. Sebaiknya air yang digunakan untuk melarutkan BaSO 4 lebih baik menggunakan air
hangat.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Ekaputrasyarif; Buku Ajar Osteologi.Politeknik Kesehatan Jakarta II


KC Clark. MBE.FSR, Positioning In Radiography, Edition Ninth, Volume One, 1973.
Pearce, E.C., 1999, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
www.anatomi dan fisiologi.com
parkwaycancercentre.com
http://sulhaerdi.blogspot.com/2012/12/colon -in-loop.html

You might also like