You are on page 1of 22

HAMA-HAMA TANAMAN PANGAN

(Laporan Praktikum Pengenalan Hama Tanaman)

Oleh
Sang Aji Wirojati
1314121164
Kelompok 7

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Hama adalah setiap hewan yang merusak tanaman dan dapat menyebabkan
kerugian secara ekonomi. Keberadaan hama sangat dirisaukan, karena kerusakan
yang ditimbulkan oleh serangan hama bisa menyebabkan kualitas dan kuantitas
panen pada tanaman menurun. Setiap komoditas tanaman biasanya memiliki
hama-hama penting yang dapat menimbulkan kerusakan yang parah, sehingga
pada penanaman tanaman apapun kita tetap harus memperhatikan proteksi
tanaman, dan selalu bersiaga melakukan pengendalian hama (Campbell, 2000).

Dalam pengendalian hama, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Salah
satunya adalah kita perlu mengetahui jenis hama yang menyerang tanaman
tersebut agar kita dapat menentukan jenis pestisida yang akan kita gunakan. Jenis
hama dapat kita ketahui dengan memperhatikan gejala hama yang terjadi pada
tanaman-tanaman tersebut. Setiap serangan hama memiliki gejala yang berbeda,
tergantung bagaimana cara hama tersebut menyerang dan bagian tanaman mana
yang diserang hama tersebut (Saranga dan Fachrudin, 1978).

Serangan hama yang amat perlu diperhatikan adalah serangan pada tanaman
pokok seperti padi, jagung, dan kedelai. Penurunan hasil tanaman pangan dapat
mempengaruhi ketahanan pangan negara. Ada beberapa jenis hama penting

tanaman pokok yang perlu untuk diketahui, baik cara menyerang maupun gejala
yang ditimbulkan akibat serangan. Sebelumnya telah dibahas mengenai hama
pada tanaman padi, maka kali ini kita akan membahas mengenai tanaman jagung
dan kedelai (Campbell,2000).

I.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah:


1. Mengenal beberapa macam hama pada tanaman jagung dan kedelai
2. Mengetahui gejala yang ditimbulkan pada tanaman yang terserang hama-hama
tersebut
3. Mengetahui bagaimana cara menyerang dari beberapa hama tanaman jagung
dan kedelai

II.

METODOLOGI

II.1

Alat dan Bahan

Adapun peralatan yang digunakan pada praktikum ini antara lain alat tulis dan
kertas HVS.
Sedangkan bahan-bahan yang dibutuhkan antara lain spesimen penggerek tongkol
jagung, spesimen penggerek batang jagung, spesimen ulat grayak, spesimen
penggerek polong kedelai, spesimen penghisap polong kedelai, spesimen kutu
daun, spesimen belalang kembara, spesimen Sitophilus zeamays, dan spesimen
wereng jagung

II.2

Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah disiapkan beberapa spesimen
hama yang menyerang jagung dan kedelai, diamati setiap spesimen (gejala pada
tanaman dan bentuk hama), digambar setiap hama yang menyerang padi tersebut,
dicatat tiap spesimen, nama umum dan ilmiahnya, dikumpulkan gambar dan
catatan tersebut kepada asisten dosen sebagai lembar ACC

III.

III.1

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

No
.

Gambar

1.

Kingdom : Animalia

Penggerek Tongkol Jagung


2.

Phylum

: Arthropoda

Class

: Insecta

Order

: Lepidoptera

Family

: Noctuidae

Genus

: Helicoverpa

Species

: H. Armigera

Kerajaan : Animalia

Penggerek Batang Jagung


3.

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Lepidoptera

Famili

: Crambidae

Genus

: Ostrinia

Spesies

: O. Furnacalis

Kingdom : Animalia

Ulat Grayak
4.

Keterangan

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insekta

Ordo

: Lepidoptera

Famili

: Noctuidae

Genus

: Spodoptera

Spesies

: Spodoptera litura

Kingdom : Animalia
Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

III.2

Pembahasan

Dalam upaya budidaya tanaman, tentu petani akan menemukan berbagai jenis
hama berbeda yang juga tergantung pada komoditi apa yang ditanam. Kerugian
yang diperoleh baik secara kualitas maupun kuantitas akan mengancam hasil
panen petani. Kehilangan hasil panen dapat mempengaruhi keadaan pangan
regional maupun nasional wilayah manapun terutama tanaman pokok seperti padi
(Sanjaya, 1970).

Dalam mengendalikan hama, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah jenis
hama tersebut dan bagaimana hama tersebut menyerang tanaman. Hal-hal itu
dapat diketahui dengan memperhatikan gejala dan tanda yang terjadi pada
tanaman inang yang telah diserang oleh hama tersebut. Dengan mengetahui jenis
hama dan bagaimana hama tersebut menyerang, maka kita dapat memilih
pengendalian apa yang sesuai untuk mengendalikan hama tersebut.

Pada praktikum kali ini, kita telah mempelajari tentang beberapa hama yang
menyerang tanaman jagung dan kedelai. Tanaman-tanaman tersebut merupakan
tanaman pokok di Indonesia yang perlu terus dijaga ketersediaannya. Dengan
mengenal macam-macam hama yang menyerang tanaman tersebut, kita dapat
mengetahui cara terbaik dalam pengendaliannya dan melakukan pencegahan.
Adapun beberapa hama yang menyerang tanaman jagung dan kedelai diantaranya
sebagai berikut:

a. Penggerek Tongkol Jagung


Penggerek tongkol jagung merupakan hama utama tanaman jagung. Hama ini
menyerang pada fase larva. Penggerek tongkol imago betina meletakkan telur

pada pucuk tanaman dan apabila tongkol sudah mulai keluar maka telur
diletakkan pada rambut jagung. Imago betina mampu bertelur rata-rata 730 butir
dengan masa oviposisi 10-23 hari. Telur menetas dalam tempo tiga hari, menjadi
larva dan menyerang tongkol serta biji jagung (Semangun, 1991).

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan pengendalian hayati, ataupun


penggunaan pestisida. Pengendali hayati dapat dilakukan dengan menggunakan
musuh alami, diantara musuh alami yang ada, beberapa musuh alami yang cukup
efektif untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Parasit, Trichogramma sp.
atau Eriborus argentiopilosa yang menjadi parasit larva muda (Campbell,2000).

b. Penggerek Batang Jagung


Penggerek batang jagung merupakan hama tanaman jagung yang menyerang pada
bagian batang tanaman. Siklus hidupnya adalah: telur berbentuk oval, pipih dan
diletakkan bergerombol seperti timbangan (15-65 telur/kelompok telur). Sebagian
besar telur diletakkan di permukaan daun bagian bawah. Masa inkubasi telur
sekitar 3-4 hari. Larva berwarna putih-krem sampai merah jambu dengan bercak
berbentuk setengah lingkaran. Kepala berwarna hitam/coklat. Larva hidup melalui
5 stadium selama 18-30 hari (rata-rata 24 hari). Pupanya berwarna coklat muda
hingga coklat tua, dengan panjang 12-18 mm. Masa pupa selama 5-10 hari.
Dewasa (Ngengat) jantan lebih kecil dari betinanya, dimana jantan memiliki sayap
bergaris kuning kecoklatan, sedangkan betina bersayap kuning pucat. Betina
memproduksi telur rata-rata 300 butir. Ngengat dewasa hidup selama 4-10 hari
(Semangun, 1991).

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya kultur
teknis, mekanik, hayati, dan kimiawi. Kultur teknis dilakukan dengan cara
penanaman di awal musim dan serentak di daerah yang terinfestasi penggerek

batang atau sistem tumpang sari dengan kedelai atau kacang tanah dan
pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman) (Semangun, 1991).

c. Ulat Grayak
Ulat grayak merupakan hama tanaman jagung dan kedelai. Sebagai anggota ordo
lepidoptera, S. Litura mempunyai tipe metamorfosis sempurna dengan stadia
perkembangan telur, larva, pupa dan imago. Hasil penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa produksi telur dapat mencapai 3000 butir per induk betina
yang tersusun atas 11 kelompok dengan rerata 350 butir telur per kelompok
(Kalshoven dan van der Laan, 1981).

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya cara
mekanik, yaitu mengambil atau memotong bagian yang diserang hama. Selain
itu, kita dapat menggunakan musuh alami. Jika hal-hal tadi tidak mempengaruhi
populasi, maka kita dapat menggunakan pestisida kimia (Semangun, 1991).

d. Penggerek Polong Kedelai


Hama ini mempunyai panjang tubuhnya antara 8-11 mm, panjang sayapnya antara
19-27 mm,sayapnya lebih panjang daripada abdomen. Perkembangan telurnya
antara 4-21 hari, larvanya antara 19-40 hari, sedangkan pupanya antara 1218 hari, umur imago lebih kurang 20 hari, rata rata imagonya bertelur antara 100600 butir telur dan perkembangannya tergantung pada suhu lingkungan. Ngengat
hama ini berwarna keabu-abuan pada bagian tepi sayap ada pembatas berwarna

kuning muda, rentangan sayapnya antara 24-27 mm. Telur berwarna putih
mengilap dan berubah menjadi kemerah-merahan larvanya berwarna putih
kekuningan. Kepala lebih besar dari pada badan dan berwarna coklat sampai
hitam (Semangun, 1991).

Pengendalian hama penggerek polong sebaiknya dilakukan secara terpadu atau


PHT yaitu suatu cara pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan
ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang
berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Penggunaan pestisida merupakan
alternative terakhir yang apabila serangan hama penggerek polong telah
melampaui batas ambang kendali yaitu bila telah ditemukan kerusakan polong
sekitar 2,5% atau terdapat 2 ekor ulat per tanaman saat tanaman kedelai berumur
lebih dari 45 hari (Semangun, 1991).

e. Penghisap Polong Kedelai


Penghisap polong kedelai merupakan salah satu hama penting tanaman kedelai.
Siklus hidup hama ini meliputi stadium telur, nimfa yang terdiri atas lima instar,
dan stadium imago. Imago berbadan panjang dan berwarna kuning kecokelatan
dengan garis putih kekuningan di sepanjang sisi badannya. Imago datang pertama
kali di pertanaman kedelai saat tanaman mulai berbunga dengan meletakkan telur
satu per satu pada permukaan atas dan bawah daun. Seekor imago betina mampu
bertelur hingga 70 butir selama 4 47 hari. Imago jantan dan betina dapat
dibedakan dari bentuk perutnya, yaitu imago jantan ramping dengan panjang 11
13 mm dan betina agak gemuk dengan panjang 1314 mm (Adisarwanto, 2005).

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Adisarwanto, 2005) :


1. tanam serempak.

2. penggunaan musuh alami.


3. penggunaan insektisida kimia secukupnya.

f. Kutu Daun
Kutu daun (Aphis sp.) adalah salah satu hama bagi beberapa komoditas tanaman
hortikultura. Kutu daun dapat menginang pada beberapa tanaman komoditas
tersebut seperti kentang, apel, jeruk, bawang merah, apel, cabai tomat, hingga
kapas. Kutu yang panjang tubuhnya antara 1 sd 2 mm ini, memiliki warna tubuh
yang bervariasi tergantung pada spesies dan lingkungan hidupnya. Warna tersebut
antara lain kuning, kuning kemerah-merahan, hijau, hijau gelap, hijau kekuningkuningan, dan hitam suram. Kutu daun ada yang memiliki sayap dan ada pula
yang hidup tanpa sayap (Pracaya, 2007).

Gejala yang ditimbulkan dari serangan kutu daun bervariasi tergantung jenis
tanaman yang diserang sebagai berikut (Pracaya, 2007) :
1. Pada tanaman kapas, kutu daun menyerang dengan cara menghisap cairan
tanaman pada bagian pucuk daun tanaman sehingga menyebabkan bentuknya
abnormal dan keriting.
2. Pada tanaman kentang seangan kutu daun menimbulkan gejalan daun
memucat, berkeriput, dan lalu menggulung.
3. Pada tanaman cabai, serangan kutu daun menyebabkan perkembangan daun
dan bunga yang terserang menjadi terhambat.
4. Pada tanaman apel, serangan kutu daun menyebabkan daun berkerut,
menggulung, dan akhirnya keriting. Selain itu bunga buah tanaman aple
menjadi gugur.

Cara pengendalian kutu daun yaitu (Pracaya, 2007) :


1. Secara kimia : Pengendalian secara kimia ini sudah biasa dilakukan oleh petani
yaitu dengan pemakaian insektisida kimia. Produk kimia ini ada yang bersifat
kontak maupun sistemik. Anjuran pengendalian kimia ini dilakukan apabila
sudah mengalami gejala yang berat.
2. Nabati : Pengendalian secara nabati yaitu salah satu cara pengendalian dengan
memanfaatkan bahan-bahan alami misal daun tembakau, papaya, bawang
putih dll. Saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang sudah
memproduksi pestisida nabati ini. Untuk membuat pestisida nabati ini
sebenarnya sangat sederhana dan bahan-bahannya banyak tersedia di alam.
Salah satu bahan dan cara pembuatan pestisida nabati untuk mengendalikan
kutu daun pada tanaman cabe yaitu dengan pemanfaatan tembakau dan
deterjen. Cara pembuatanya dengan merendam segenggam tembakau dalam 5
(lima) liter air deterjen selama satu malam, selanjutnya disaring dan dapat
diaplikasikan di tanaman yang terserang. Penyemprotan di ulang dengan
interval waktu 3 hari, hingga kutu tidak menyerang tanaman lagi.
3. Teknik kultur : Pengendalian hama dengan Teknik kultur ini dimaksudkan sebagai
langkah preventif (pencegahan) masuknya hama ke areal pertanaman cabe,
yaitu dengan menanam tanaman perangkap disekeliling kebun, misalnya
dengan menanam jagung di sekeliling areal pertanaman cabe. Tanaman
jagung ini juga merupakan tanaman inang kutu daun, sehingga diharapkan
dapat mengurangi intensitas serangan hama.

g. Belalang Kembara
Belalang yang dimaksud adalah belalang kembara. Belalang kembara merupakan
Polyfag artinya menyerang segala jenis tanaman. Serangga ini merupakan hama
penting tanaman jagung dan kedelai. Belalang kembara mengalami metamorfosis
tidak sempurna alias hanya mengalami 3 fase dalam siklus hidupnya, yaitu: fase
telur, nimfa, & dewasa. Di daerah 4 musim, musim kawin & bertelur terjadi pada
musim gugur, lalu betina mengeluarkan telur berjumlah 1 - 3 selongsong ke dalam

tanah berpasir di mana 1 selongsong bisa berisi hingga 120 butir telur. Telur
tersebut selanjutnya melewati musim dingin & baru menetas menjadi nimfa pada
musim semi di bulan Mei (Sanjaya, 1970).

Belalang kembara dapat dikendalikan melalui pengendalian dengan musuh alami


menggunakan jamur Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana. Selain itu,
kultur teknis/pola tanam dengan cara pengaturan pola tanam dan sanitasi
lingkungan, lalu fisik/mekanis dengan cara pemusnahan kelompok telur dengan
pengolahan tanah langsung dan penangkapan dengan menggunakan jaring
kemudian dimusnahkan, serta pengendalian dengan insektisida berbahan aktif
BPMC (Saranga dan Fachrudin, 1978).

h. Hama Gudang
Kumbang bubuk (Sitophilus zeamais Motsch.), merupakan hama yang menyerang
biji-bijian termasuk jagung. Hama ini menyerang biji dengan cara melubangi
sehingga dapat mengurangi bobot dan kualitas. Kehilangan hasil akibat serangan
hama kumbang bubuk dipenyimpanan di daerah tropis Mexico dapat mencapai
30% (Bergvinson 2002).

Ciri khas dari Sitophilus zeamais Motsch., adalah bentuk kepala pada ujungnya
meruncing dan melengkung agak ke bawah disebut rostrum atau snout. Antenanya
menyiku (elbowed) dengan bagian ujungnya membesar seperti gada (clubbed)
termasuk tipe klavat. Warna tubuh Sitophilus zeamais adalah coklat merah
sampai coklat gelap. Pada sayap depan (elytra) terdapat empat bintik berwarna
kuning kemerahmerahan di dua belahan sayap dan setiap sayap memiliki dua
bintik (Bergvinson 2002).

Pengendalian hama gudang ini dapat dilakukan dengan cara (Bergvinson 2002) :
1. Pengelolaan tanaman : Serangan selama tanaman di lapangan dapat terjadi jika
tongkol terbuka, sehingga Tanaman yang kekeringan, dengan pemberian
pupuk yang rendah menyebabkan tanaman mudah terserang busuk tongkol
sehingga dapat diinfeksi oleh kumbang bubuk. Panen yang tepat pada saat
jagung mencapai masak fisiologis, Panen yang tertunda dapat menyebabkan
meningkatnya kerusakan biji di penyimpanan.
2. Varietas tanaman : Penggunaan varietas dengan kandungan asam fenolat tinggi
dan kandungan asam aminonya rendah dapat menekan kumbang bubuk.
Penggunaan varietas yang mempunyai penutupan kelobot yang baik
3. Kebersihan dan pengelolaan gudang : Kebanyakan hama gudang cenderung
bersembunyi atau melakukan hibernasi sesudah gudang tersebut kosong.
Taktik yang digunakan termasuk membersihkan semua struktur gudang dan
membakar semua biji yang terkontaminasi dan membuang dari area gudang.
Selain itu karung-karung bekas yang masih berisi sisa biji harus dibuang.
Semua struktur gudang harus diperbaiki, termasuk dinding yang retak-retak
dimana serangga dapat bersembunyi, dan memberi perlakuan insektisida baik
pada dinding maupun plafon gudang.
4. Persiapan biji jagung yang disimpan : Kadar air biji _ 12% dapat menghambat
perkembangan kumbang bubuk. Perkembangan populasi kumbang bubuk
akan meningkat pada kadar air 15% atau lebih.
5. Pengendalian secara fisik dan mekanis : Pada suhu lebih rendah dari 50C dan di
atas 350C perkembangan serangga akan berhenti. Penjemuran dapat
menghambat perkembangan kumbang bubuk. Sortasi dapat dilakukan dengan
memisahkan biji rusak yang terinfeksi oleh serangga dengan biji sehat (utuh).
6. Bahan Tanaman : Bahan nabati yang dapat digunakan yaitu daun Annona sp.,
Hyptis spricigera, Lantana camara, daun Ageratum conyzoides, Chromolaena
odorata, akar dari Khaya senegelensis, Acorus calamus, bunga dari Pyrethrum

sp., Capsicum sp., dan tepung biji dari Annona sp. dan Melia sp.
7. Pengendalian hayati : Penggunaan agensi patogen dapat mengendalikan
kumbang bubuk seperti Beauveria bassiana pada konsentrasi 109 konidia/ml
takaran 20 ml/kg biji dapat mencapai mortalitas 50%. Penggunaan
parasitoid Anisopteromalus calandrae (Howard) mampu menekan kumbang
bubuk.
8. Fumigasi : Fumigan merupakan senyawa kimia yang dalam suhu dan tekanan
tertentu berbentuk gas, dapat membunuh serangga/hama melalui sistem
pernafasan. Fumigasi dapat dilakukan pada tumpukan komoditas kemudian
ditutup rapat dengan lembaran plastik. Fumigasi dapat pula dilakukan pada
penyimpanan yang kedap udara seperti penyimpanan dalam silo, dengan
menggunakan kaleng yang dibuat kedap udara atau pengemasan dengan
menggunakan jerigen plastik, botol yang diisi sampai penuh kemudian mulut
botol atau jerigen dilapisi dengan parafin untuk penyimpanan skala kecil.
Jenis fumigan yang paling banyak digunakan adalah phospine (PH3), dan
Methyl Bromida (CH3Br).

i. Wereng Jagung
Hama ini merupakan hama utama tanaman jagung yang menyerang pada bagian
lipatan atau ketiak daun. Bentuk dan ukuran serangga dewasa mirip dengan hama
wereng coklat dewasa yang meyerang padi. Siklus hidup 25 hari, masa telur 8
hari, telurnya berbentuk bulat panjang dan agak membengkok (seperti buah
pisang), warna putih bening yang diletakkan pada jaringan pelepah daun secara
terpisah atau berkelompok (Semangun, 1991).

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara: waktu tanam serempak, waktu tanam
dilakukan pada akhir musim hujan dan bila menggunakan insektisida gunakan
insektisida Carbofuran 3% (Semangun, 1991).

IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:


1. Tanaman jagung memiliki beberapa jenis hama penting, diantaranya adalah
penggerek batang jagung, ulat grayak, wereng jagung, belalang, dan penggerek
tongkol jagung.
2. Tanaman kedelai memiliki beberapa jenis hama penting, diantaranya adalah
belalang, ulat grayak, dan penghisap polong kedelai.
3. Cara pengendalian hama tanaman jagung dapat dengan cara mekanik, hayati,
alami dan juga kimiawi.
4. Gejala umum yang ditimbulkan adalah adanya lubang pada biji jagung atau
kedelai.

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto. 2005. Kedelai. Penebar Swadaya. Bogor

Bergvinson, D. 2002. Postharvest Training Manual. Major Insect Pest Maize in


Storage. CIMMYT. New Mexico.

Campbell, N.A. 2000. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta

Kalshoven, L.G.E. and P.A. van der Laan. 1981. The Pest of Crops in Indonesia.
P.T.Ichtiar Baru. Jakarta.

Pracaya, Ir. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta

Saranga, A.P. dan Fachruddin. 1978. Ilmu Serangga. Lembaga Percetakan


Universitas Hasauddin. Ujung Pandang

Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah


Mada University Press. Yogyakarta

Sunjaya, P.I. 1970. Dasar-Dasar Serangga : Bagian Ilmu Hama Tanaman


Pertanian. IPB.Bogor.

LAMPIRAN

You might also like