You are on page 1of 19

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

PEMBELAHAN MEIOSIS PADA Valanga sp.


OLEH :
KELOMPOK IV A
ANGGOTA :

1. AL-QADRI PUTRA

(1110423036)
2. YANA TRIANA
3. CHONI NURLITA

(1210421015)
(1210422007)

4. NIA VERDINI

(1210423001)

5. RAHMI FITRI

(1210423009)

6. ERIK MARLIUS

(1210423047)

ASISTEN :

1. DIAN JULIADMI

2. EDWINA KHAIRAT

LABORATORIUM GENETIKA DAN SITOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada zaman era globalisasi ini,
maka ilmu pengetahuan saat ini sudah sangat mudah untuk dipelajari dan dikaji,
khususnya ilmu Biologi yang merupakan ilmu tentang materi dan energi yang
berhubungan dengan makhluk hidup dan sekitarnya, serta proses-proses kehidupan
yang terjadi di dalamnya. Dimana pada Ilmu Biologi itu terdapat suatu materi yang
mengkaji tentang genetika. Dimana pada genetika itu mengkaji tentang pewarisan
sifat atau penurunan sifat dari suatu organisme ke organisme yang lain. Pada
praktikum kali ini, yang akan dilakukan adalah mengenai pembelahan meiosis yang
terdapat pada testis Valanga sp.
Pertumbuhan dan perkembangan seriap makhluk hidup tergantung pada
pertumbuhan sel dan perbanyakan sel. Hal ini berlaku baik untuk makhluk hidup
uniseluler maupun multiseluler. Pada makhluk hidup multiseluler pembelahan sel
sangat penting untuk pertumbuhan makhluk hidup dari muda sampai dewasa. Hal ini
disebabkan karena makhluk hidup multiseluler tergantung pada jumlah sel yang
menyusun jaringanjaringan dalam tubuhnya karena semakin besar ukuran jaringan
tubuh semakin banyak jumlah sel penyusunnya (Zulfa, 2000).
Pembelahan sel dapat dikatakan sebagai suatu proses yang menyangkut
terbentuknya sel-sel anak baru dari induknya. Pada sel somatis (sel jaringan tubuh),
akan terjadi suatu pembelahan sel induk menjadi dua sel anak yang komponenkomponennya sama dan identik dengan sel induk. Peristiwa pembelahan sel somatis
semacam ini disebut sebagai mitosis. Mitosis adalah pembelahan sel dimana
berlansung pembelahan dan pembagian nukleus berserta kromosom-kromosom yang
terdapat didalamnya (Suryo, 1998).
Seperti halnya dengan mitosis, miosis adalah peristiwa yang dialami oleh
nukleus, dan banyak kejadian dari dua proses itu adalah identik. Namun demikian
ada beberapa perbedaan

penting antara dua proses itu yang memberikan hasil

genetik sangat berlainan. Misalnya pada mitosis, dari satu sel induk dihasilkan dua
buah sel anakan yang masingmasing memiliki sifatsifat genetik yang sama. Pada
meiosishasilnya justru kebalikannya (Suryo, 1995).
Menurut Pai (1987) Meiosis merupakan cara pembelahan sel yang khusus,
terjadi pada waktu pematangan selsel benih, yang membagi angka

kromosom

menjadi setengahnya. Tidak ada sel-sel lain dari tubuh yang dapat melakukan
pembelahan cara ini. Menurut Campbell (2009) Meiosis terjadi melalui dua tahapan

utama, yaitu meiosis I dan meiosis II. Meiosis I adalah proses saat kromosom
homolog berpisah. terdiri dari Profase I, Metafase I, anafase I dan telofase I dan
sitokenesis terbentuk sel yang haploid. Selanjutnya tahap meiosis 2 terdiri dari
profase II, metafase II, anafase II, dan telofase II serta sitokenesis.
Proses meiosis berkaitan dengan reproduksi yang terjadi pada manusia.
Meiosis pada manusia dibedakan menjadi dua, yaitu spermatogenesis dan oogenesis.
Spermatogenesis adalah proses pembentukan spermatozoa. Spermatozoa berasal
dari sel primordial yang diploid yang disebut spermatosit primer. Setelah sel
mengalami pembelahan meiosis I, tahap selanjutnya yaitu terbentuknya spermatosit
sekunder yang haploid. Setelah itu, pada pembelahan meiosis II yaitu terbentuk 4 sel
spermatid yang haploid. Selanjutnya spermatid berkembang menjadi spermatozoa.
Spermatozoa yang telah dibentuk terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala, bagian
tengah, dan ekor (Suryo, 2010).
Adapun yang melatarbelakangi sehingga praktikum ini dilakukan adalah
untuk mengetahui dan melihat secara langsung bagaimana proses pembelahan
mitosis itu terjadi pada akar bawang bawang putih dan ekor kecebong dimana kita
ketahui bahwa pembelahan mitosis itu terdiri dari empat tahap yaitu profase,
metaphase, anaphase, dan telofase. Untuk membuktikan teori yang sudah ada, maka
praktikum ini perlu dilakukan
1.2. Tujuan
Melakukan pembuatan sebuah preparat pada kromosom hewan serta melakukan
pengamatan struktur dan menentukan fase-fase pembelahan meiosis sel yang
teramati pada testis Valanga sp.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada tahun 1901 Montgomery memberi pengertian tentang kromosom homolog,


yaitu sebagai satu set kromosom yang diberikan oleh induk/orang tua

betina/perempuan, sedang yang lain diberikan oleh induk/orang tua jantan/laki-laki.


Inilah yang berpasangan pada meiosis. Sutton, mahasiswanya Wilson, membenarkan
penemuan Montgomery yang menyatakan bahwa pasangan kromosom homolog itu
pada suatu saat tentu memisahkan diri. Perilaku kromosom-kromosom demikian itu
selama meiosis mejadi dasar fisis dari kedua hukum keturunan dari Mendel. Seperti
halnya mitosis, meiosis adalah peristiwa yang dialami oleh nukleus dan banyak
kejadian dari dua proses itu adalah identik,. Namun demikian ada beberapa
perbedaan penting antara dua proses itu yang memberikan hasil genetik sangat
berlainan. Misalnya, pada mitosis, dari satu sel induk dihasilkan dua buah sel anakan
yang masing-masing memiliki sifat-sifat genetik yang sama. Pada meiosis hasilnya
justru kebalikannya, jumlah kromosom gamet diperoleh dari diploid (2n) menjadi
haploid (n) (Suryo, 1995).
Meiosis adalah proses menghasilkan gamet yang haploid dari diploid pada
meiosis sel mengalami dua pembelahan berurutan, disebut meiosis I dan meiosis II.
Meiosis mereduksi atau mengurangi jumlah kromosom menjadi setengahnya. Sel
anakan yang dihasilkan adalah 4 sel, bukan 2 sel seperti mitosis. Dua pembelahan
meiosis dlangsungkan oleh hanya satu proses duplikasi kromososm, sehingga
hasilnya keempat sel anakan hanya memilki separuh jumlah kromososm induknya.
Reduksi jumlah kromosom terjadi selama meiosis I disaat terjadi reduksi dalam
meiosis dari dua kromososm dalam sel-sel diploid menjadi masing-masing unit
tunggal, maka individu memberika satu jiplakan tunggal dari setiap satuan hereditas
ke sel-sel germ haploid yang dengannya memerankan turunannya (Campbell, NA,
1993).
Meiosis merupakan peristiwa yang dialami nucleus, dan banyak kejadian dari
dua prose situ adalah identik. Namun demikian, ada beberapa perbedaan penting
antara dua proses itu yang memberikan hasil genetic yang sangat berlainan. Pada
meiosis terjadi dua kal pembelahan nucleus berturut-turut dan terjadilah kombinasi
gentik baru.Proses pembelahan meiosis terdiri dari meiosis I dan meiosis II. Meiosis
mengurangi jumlah kromosom, dimana setiap sel baru yang terbentuk hanya memilki
salah satu pasangan kromosom induk (Suryo, 2008).
Reproduksi seksual melibatkan pembentukan gamet-gamet (gametogenesis)
dan penyatuannya (fertilisasi), gametogenesis hanya terjadi dalam sel-sel khusus

(garis nutfah, germ line) dari organ-organ reproduktif. Gamet-gamet mengandung


jumlah kromosom haploid (n), tetapi berasal dari sel-sel diploid (2n) dari garis
nutfah. Rupanya jumlah kromosom direduksi menjadi setengahnya pada waktu
gametogenesis. Proses reduksi ini disebut meiosis. Meiosis sebenarnya melibatkan
dua kali pemebelahan. Pembelahan meiosis yang pertama (Meiosis I) merupakan
suatu pembelahan reduksi yang menghasilkan dua sel haploid dari satu sel diploid.
Pembelahan meiosis kedua (Meiosis II) merupakan pembelahan ekuasional yang
memisahkan pasangan kromatid-kromatid sel-sel haploid (Stansfield, 1991).
Pada tahap profase I adalah tahap yang paling menentukan dalam proses
miosis karena dalam tahap ini terjadi beberapa perubahan yang

mendasar

diantaranya adalah pembenukan kromosom homolog, pertukaran bahanbahan


genetik dan sebagainya.Tahap ini memakan waktu yang paling lama dan juga
merupakan tahap yang paling kompleks berbeda dengan tahap profase dalam miosis..
(Zulfa, 2000). Pada tahap profase I ini memiliki beberapa fase seperti leptoten,
zygoten, pakiten, diploten dan diakinesi. Pada saat leptoten tahap ini disebut juga
dengan benang ramping yaitu tahap yang mana memperlihatkan dengan adanya
kromosom yang berbentuk benang pada fase kondensasi meiosis awalnya. Masingmasing benang kenyataanya mewakili sepasang kromatid saudara yang identik dan di
gandeng bersama oleh sentromer (Goodenough, 1988).
Pada zygoten didefinisikan sebagai tahap yang di dalamnya

perangkat

kromatid saudara yang homolog menyelesaikan persekutuan sisi ke sisi asosiasi yang
disebut sinapsis. Sinapsis kelihatannya mulai pada zona penempelan. Pada tahap
pakiten yang berarti benang tebal dan menunjukkan pemendekan dan penebalan
lanjutan bivalen yang terjadi selama tahap meiosis. Pada umumnya disetujuinya
bahwa

pembentukan

kompleks

sinaptonema

dan

sinapsis

homolog

yang

menyertainya yang telah lengkap pada permulaan pakitendan bahwa pertukaran fisik
sebenarnya mengahasilkan pindah silang kromosom terjadi pada tahap pakiten
(Goodenough, 1988).
Pada tahap diploten diawali dengan keempat kromatid dalam sutu bivalen
bergerak memisah seolah-olah saling menolak, dengan hasil pecahan antara
pasangan-pasangan kromatid saudara menjadi dan perpisahan juga terjadi antara
homolog-homolog pada masing-masing perangkat. Pada kebanyakkan organisme,

tahap diploten segera diikuti oleh tahap-tahap sisa meiosis, tetapi pada oosit banyak
hewan, tahap diplotennya diperpanjang. Fetus perempuan manusia, misalnya,
mempunyai sekitar 3.400.000 oosit pada setiap ovari, dan sel-sel ini melaksanakan
tahap-tahap pertama meiosis selama berbulan-bulan keempat sampai ketujuh dari
kehidupan fetus ini. Oosit ini kemudian tetap tinggal pada ovari pada tahap diplotein
(Goodenough, 1988).
Menurut Goodenough (1988) Pada tahap metafase I dicirikan dengan pembentukan
gelendong, seperti pada saat metafase mitosis, tetapi dua proses itu dalam hal-hal lain
berbeda. Setiap bivalen mencangkup dua sentromer yang berbeda, masing-masing
mengandeng dua kromatid. Kedua sentromer meletakkan dirinya pada salah satu sisi
daratan yang analog dengan pinggiran metafase (Goodenough, 1988). Pada metafase
I yang terjadi yaitu kromosom-kromosom dipindahkan ke ekuator oleh serat-serat
gelendong. Kromosom-kromosom homolog tidak tersebar secara acak, sebagaimana
halnya pada tahap metafase dari mitosis. Pada metafase I, bivalen-bivalen itu
tersusun sedemikian rupa sehingga tiap-tiap homolog berada pada belahan yang
berbeda dari bidang pembelahan (Pai, 1987).
Setelah pembelahan metafase I maka tahap berikutnya adalah anafase I.
Kromosom-kromosom menempatkan diri ditengah sel, yaitu dibidang ekuatorial dari
sel. Ada perbedaan antara metafse mitosis dengan metafase dari meiosis I. Pada
metafase mitosis sentromer dari setiap kromosom teratur letaknya pada bidang
tengah dari sel adalah daerah sentromer dari bivalen. Jadi perbedaan utama ialah
bahwa yang terdapat dibidang ekuatorial sel pada metafase mitosis adalah
kromosom-kromosom tunggal, sedangkan pada metafase meiosis I adalah pasanganpasangan kromosom homolog (Suryo, 1995).
Anafase I, pada fase ini sentromer belum membelah. Kini kromosomkromosom homolog (masing-masing terdiri dari 2 kromatid) saling memisahkan diri
dan bergerak menuju ke kutub sel yang berlawanan. Berarti jumlah kromosom telah
diparoh, dari keadaan diploid (2n) menjadi haploid (n) (Suryo, 1998). Menurut
Suryo (1995) Anafase I, kromosom homolog yang mengadakan sinapsis mulai
bergerak untuk atau disjunction. Disinipun ada perbedaan antara anafase mitosis
dengan anafase meiosis I. Pada anafase mitosis, kromatid serupa sister chromatid
memisahkan diri menjadi kromosom bebas dan bergerak menuju ke kutub spindel

yang berlawanan . pada anafase I dari meiosis I, kromatid-kromatid serupa yang


menyusun tiap kromosom tetap berhubungan pada daerah sentromer.
Pada fase telofae I terjadi perpindahan diad terus berlangsung hingga
homolog-homolog mencapai kutub masing-masing. Karakteristik dari tahap telofase
meiosis adalah dalam suatu sel terdapat dua kelompok kromosom, dan bedanya
dengan mitosis adalah bahwa tiap-tiap kelompok mengandung setengah dari jumlah
asalnya dengan satu wakil dari setiap pasangan asal. Suatu pengerutan terjadi pada
bidang ekuator (Pai, 1987). Meiosis II, kromosom berada di bidang ekuator,
kromatid berada dibidang ekuator, kromatid berkelompok dua-dua. Belum terjadi
pembelahan sentromer. Anafase II, kromosom berada atau melekat pada kinetokor
benang gelendong, lalu ditarik oleh benang gelendong ke arah kutub yang
berlawanan yang menyebabkan sentromer terbelah. Akibatnya tiap-tiap kromatidnya
bergerak ke arah berlawanan pula (Keeton and James, 1993).
Pada fase profase II, serabut-serabut gelendong terbentuk lagi. Menurut Zulfa
(2000) tahap profase II ini merupakan tahap awal dari meosis II yang dimulai denagn
terbentuknya benang spindel, aster, pengeseran sentriol ke kutup pembelahan dan
perubahan lain seperti yang terjadi pada proses mitosis. Setelah proses profase II ini
maka akan terjadi proses metafase II. Menurut Suryo (1998) metafase II ini adalah
proses kedua

pada meosis II. Pada fase metafase II, sentromer-sentromer

menempatkan diri ditengah sel. Anafase II, sentromer dari tiap kromosom membelah,
kromatid-kromatid memisahkan diri dan bergerak ke kutub yang berlawanan dan
merupakan kromosom. Fase akhir yaitu telofase II, berlangsunglah sitokinesis lagi,
diikui dengan terbentuknya dinding inti.

III. PELAKSANAAN PRATIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Meiosis ini dilaksanakan pada hari Senin 22 September 2014 di


Laboratorium Pendidikan 4, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: mikroskop, objek glass, cover glass,
petridish, tissue dan pinset. Sedangkan bahan yang digunakan arcetoorcein, aquades
dan testis Valanga sp.
3.3 Cara Kerja
Pertama bagian kepala belalang dibelah secara membujur dari torak sampai abdomen
belalang dan lalu diambil bagian organ testis. Diletakkan organ testis tersebut
kedalam petridish yang berisi aquadest. Kemudian diambil bagian seperti benang
pada testis yang berwarna bening. Selanjutnya diletakkan pada kaca objek dan
teteskan arcetoorcein. Kemudian diamkan selama 20 menit dan ditutup dengan cover
glass, gulung dengan tissue dan squash. Kemudian diamati di bawah mikroskop serta
hasil pengamatan difoto.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

(A)

(B)

Gambar 1. (A) Fase interfase


(B) Literatur dari www. wikipedia.Org
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh kelompok IA, pada pengamatan fase
ini dapat dilihat bahwa terdapat benang-benang halus kromosom. Benang-benang
halus kromosom ini tidak terlalu jelas. Persebaran benang-benang kromosom itu
merata pada sel. Sesuai dengan ciri-cirinya fase ini disebut dengan fase interfase.
Interfase ini juga disebut dengan fase istirahat.
Berdasarkan Elrod dan William (2006) Interfase adalah periode dianatara dua
mitosis yang berurutan dan terdiri atas beberapa fase yaitu fase S, fase G 1 dan fase
G2. Pada tahap G1 yang terjadi yaitu tahap pertama pada interfase yang disana
terjadi perbanyakkan sel. Tahap ini membutuhkan waktu 3-4 jam. Menurut Zulfa
(2000) Pada tahap ini terjadi juga sintesis RNA yang kemudian diikuti oleh sintesis
protein. Tahap S adalah tahap yang kedua yang dimana terjadi sintesis DNA yang
umumnya pada tahap ini berlangsung dari 7-8 jam. Tahap terakhir yaitu G 2 tahap ini
adalah tahap akhir dari interfase tahap ini berlangsung anatara 2-5 jam.

(A)

(B)

Gambar 2. (A) Fase Leptoten


(B) Literatur dari www.plegdut.com
Tahap pada fase profase sebenarnya terdiri dari leptoten, zygoten, pakiten, diploten
dan diakinesis. Pada hasil pengamatan

kelompok IA yang terlihat hanya fase

lepoten, diploten, pakiten dan diakinesis. Sedangkan fase zygoten yang di dapatkan

oleh kelompok 8A. Fase pertama yaitu leptoten, pada fase ini terdapat benangbenang kromosom yang halus sehingga tidak terlalu jelas terlihat. Setelah tahap ini
tahap berikutnya adalah zygoten.
Menurut literatur pada fase ini benang kromosom mulai kelihatan lebih tebal
sehingga tampak sebagai benang panjang dengan penebalan yang terlihat pada
beberapa bagian sentromernya (Zulfa, 2000). Menurut Suryo (1995) pada fase
leptonema kromosom kelihatan sebagai benang panjang, sehingga masing-masing
kromosom belum dapat dikenal. Benang kromosom yang tampak halus itu
dinamakan kromonema. Pada banyak spesies kromonema memperlihatkan daerahdaerah yang mengikat zat warna lebih banyak sehingga kelihatan lebih kelam.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada kromomer ini terdapat gen-gen tertentu.

(A)

(B)

Gambar 3. (A) Fase zygoten


(B)

Literatur dari www.educarchile.com

Fase kedua yang didapatkan oleh kelompok 8A yaitu zygoten. Pada fase ini terlihat
benang, benang kromatin berubah bentuk menjadi batang-batang kromosom.
Batangbatang kromosom itu berdekatan dan berpasangan. Terlihat kromosom
berpasangan itu berada menyebar di dalam sel.
Menurut literatur Zygoten ini adalah salah satu bagian dari tahap profase I.
Pada tahap ini kromosom tampak jelas. Kromosom yang homolog akan berpasangan
secara lebih rapi yang berarti kromomer homolog akan berpasangan (Zulfa, 2000).
Sedangkan menurut Suryo (1995) Zygoten adalah tahap dimana pada stadium ini
kromosom-kromosom homolog berpasangan, alel-alel akan berhadapan letaknya dan
tidak berjauhan seperti semula. Proses berpasangannya kromosom-kromosom
homolog itu dinamakan sinapsis.

(A)

(B)

Gambar 4. (A) Fase pakiten


(B) Literatur dari www. plegdut.com
Fase profase yang berikutnya yang didapatkan oleh kelompok IA adalah tahap
pakiten. Tahap ini merupakan tahap ketiga pada profase I, setelah tahap zygoten.
Pada tahap ini terlihat seperti banang-benang kromosom. Benang-benang kromosom
yang terlihat pada tahap pakiten ini lebih tebal dan lebih jelas dibandingkan benang
kromosom yang terlihap pada saat tahap zygoten. Pasangan kromosom yang
homolog itu terdiri dari dua kromatid.
Menurut Zulfa (2000) tahap pakiten ini adalah lanjutan dari tahap zygoten.
Pada tahap ini pasangan kromosom telah lebih sempurana dan kemudian diikuti oleh
adanya pemendekan kromosom sehingga terlihat lebih tebal dan sudah jelas ada
sentromernya. Dalam tahap ini akan terjadi pertukaran bahan-bahan genetika melalui
crossing over pada kromosom. Menurut Suryo (1995) Pakhinema adalah tahap yang
pada stadium ini yang paling lama dari profase I meiosis. Benang-benang kromosom
tampak semakin jelas, yang disebabkan karena kromonemata mengadakan kontraksi.
Kecuali itu tiap benang itu sekarang kelihatan dobel.

(A)
Gambar 5. (A) Fase diploten
(B) Literatur dari www. plegdut .com

(B)

Tahap fase profase berikutnya yang didapatkan oleh kelompok IA yaitu diploten.
Diploten adalah tahap yang keempat pada fase profase. Pada tahap ini terlihat
kromatid-kromatid yang telah berpasangan tadi menjadi terpisah. Tetapi masih ada
sebagian kromosom homolog yang terlihat berdekatan. Tahap selanjutnya setelah
tahap ini yaitu tahap diakinesis.
Pada tahap ini terjadi pemindahan kromosom homolog yang tadinya
menempel satu sama lain sehingga akan menjadi renggang. Pemisahan ini tidak
terjadi secara sempurna. Ada beberapa kromosom yang masih menempel atau
terdapat perlekatan yang disebut chiasmata dimana terjadi proses crossing over
(Zulfa, 2000). Menurut Suryo (1995) Diplonema adalah pada tahap stadium ini
ditandai dengan mulai memisahnya kromatid-kromatid yang semula berpasangan
membentuk bivalen. Memisahkan kromatid-kromatid ini paling kuat terjadi dibagian
sentromer. Akan tetapi bagian-bagian tertentu dari kromosom homolog tetap
berdekatan dan bagian ini disebut kiasma.

(A)

(B)

Gambar 6. (A) Fase diakinesis


(B) Literatur dari www. Plegdut.com
Fase profase yang terakhir yang didapatkan oleh kelompok IA yaitu adalah tahap
diakinesis. Pada tahap ini didapatkan kromosom terlihat lebih tebal dari pada tahap
diploten. Selain terlihat lebih tebal kromosom juga terlihat sangat pendek. Setelah
Tahap diakinesis ini maka berakhirlah tahap pada profase I. Fase berikutnya adalah
fase meiosis I.
Menurut Zulfa (2000) pada tahap ini kromosom mengalami pemendekan.
Kromosom terlihat lebih jelas tetapi masih tersebar dalam ini dan dalam masa ini
terjadi terminalisasi chiasmata dimana chiasmata akan bergerak menuju ke ujung
kromosom. Sementara itu nukleus mulai menghilang. Menurut Suryo (1995)

Diakinesis adalah pada stadium ini stadium diakinesis merupakan staadium terakhir
dari profase I meiosis. Kromosom-kromosom mengadakan kontraksi maksimal dan
kiasmata semakin jelas. Sebenarnya stadium ini paling baik untuk menghitung
jumlah kromosom karena banyaknya kromosom haploid jelas dinyatakan oleh
bivalen yang telah terpisah lebar .

(A)

(B)

Gambar 7. (A) Fase metafase I


(B) Literatur dari www.plegdut.com
Fase metafase I ini adalah fase kedua pada miosis I. Fase ini ditemukan oleh
kelompok 8 A. Pada fase ini terlihat kromosom berada di bidang ekuator. Terlihat
pasangan kromosom yang tidak terpisah. Satu pasang kromosom di satu sisi dan
pasangan lainnya di sisi lainnya.
Menurut Pai (1987) pada fase metafase I yang terjadi yaitu kromosomkromosom dipindahkan ke ekuator oleh serat-serat gelendong. Pada kromosomkromosom homolog tidak tersebar secara acak, sebagaimana halnya pada tahap
metafase dari mitosis. Bivalen-bivalen tersusun sedemikian rupa sehingga tiap-tiap
homolog berada pada belahan yang berbeda dari bidang pembelahan. Sedangkan
menurut Zulfa (2000) Pada metafase ini kromosom akan tampak tersusun di bidang
ekuator.

(A)

(B)

Gambar 8. (A) Fase anafase I


(B) Literatur dari www.gopixpic.com
Berdasarkan hasil yang didapatkan oleh kelompok IA saat praktikum (seperti gambar
diatas), sentromer-sentromer tidak saling memisahkan diri. Sedangkan kromatid
tampak saling menyatu dengan pasangan nya. Kromosom homolog mulai berpisah
dan bergerak ke kutub-kutub yang berlawanan. Berdasarkan pengamatan tersebut,
dapat dikatakan sel sedang mengalami tahap anafase I.
Berdasarkan literatur dari Elrod dan William (2006), pada anafase I,
sentromer-sentromer tidak memisah, melainkan terus menyatukan kromatid-kromatid
saudari. Kiasmata mulai menghilang, sehingga pasangan kromosom-kromosom
homolog dapat berpisah dan bergerak ke kutub-kutub yang berlawanan, dengan kata
lain, kromosom-kromosom utuh (masing-masing terdiri atas dua kromatid saudari)
bergerak memisah. Menurut Zulfa (2000) kromosom pada bidang ekuador akan
mulai bergerak menuju ke kutub pembelahan sehingga akan semakin jelas bahwa
pasangan kromosom sebelah kiri akan menuju kiri begitu pula pada sebelah kanan.

(A)

(B)

Gambar 9. (A) Fase telofase I


(B) Literatur dari www.efn.uncor.edu.
Berdasarkan hasil yang didapatkan saat praktikum oleh kelompok IA, terlihat bahwa
kromosom telah mencapai kutubnya masing-masing. Terlihat juga selaput tipis yang
akan membentuk membran nukleus. Berdasarkan pengamatan tersebut, dapat
dikatakan sel sedang mengalami tahap telofase I. Tahap telofase I ini akan
dilanjutkan dengan profase II.
Pendapat dari Elrod dan William (2006), yang dikutip dari buku genetika
menyatakan bahwa telofase I terjadi ketika membran nukleus terbentuk kembali dan

kromosom-kromosom telah mencapai kutub tujuannya. Berikutnya terjadi sitokinesis


yang menghasilkan pembelahan sel induk diploid menjadi dua sel anakan haploid.
Masing-masing sel haploid menerima perpasangan (assortment) acak kromosom
paternal dan maternal, dengan kata lain, kromosom-kromosom yang diperoleh dari
induk jantan maupun induk betina dalam satu sel anakan tidaklah seragam. Menurut
Zulfa (2000) pada tahap ini merupakan tahap akhir dari miosis I dan tambak bahwa
kromosom telah berkumpul di kutub-kutub pembelahan.keadaan ini kemudian
disusul dengan pembentukan membran plasma.

(A)

(B)

Gambar 10. (A) Fase profase II


(B) Literatur dari www.biomania.com
Berdasarkan pengamatan kelompok IA, terlihat benang-benang spindel pada
kromosom. Benang-benang spindel tersebut menyebar didalam kromosom. Tahap
ini adalah tahap awal dari miosis II. Tahap ini dinamakana tahap profase II. Tujuan
adanya tahap miosis II yaitu untuk menyempurnakan pereduksisan kromososm pada
sel gamet. Setelah tahap ini dilanjutkan pada tahap metafase II.
Pada fase profase II akan terlihat serabut-serabut gelendong terbentuk
lagi

serta adanya kromosom-kromosom kembali berkondensasi (Suryo, 1998).

Menurut Zulfa (2000) tahap profase ini merupakan tahap pertama dari proses miosis
II yang dimulainya dengan terbentuknya banyak benangbenang spindel, adanya
aster. Pada tahap ini juga terjadi pengeseran sentriol ke kutub pembelahan. Setelah
tahap profase II dilanjutkan dengan tahap berikutnya yaitu tahap metafase II.

(A)

(B)

Gambar 11. (A) Fase metafase II


(B) Literatur dari www. genomasur.com
Pada pengamatan metafase II yang didapatkan oleh kelompok IA ini terlihat bahwa
kromosom-kromosaom berada di tengah-tengah bidang ekuador. Fase ini hampir
sama dengan fase metafase pada tahap mitosis. Setelah melewati fase ini kromosom
ini akan bersiap-siap menuju pada kutup masing-masingnya. Fase berikutnya yaitu
fase anafase II.
Menurut Suryo (1998) Pada fase metafase II akan terjadi sentromersentromer menempatkan diri ditengah sel. Sedangkan menurut Zulfa (2000) pada
tahap ini terjadi penggumpalan kromosom pada bidang ekuador. Pengumpalan ini
terjadi

menyerupai fase metafase pada tahapan mitosis. Jadi karena terjadinya

pengumpulan kromosom pada bidang akuator sehingga terjadi pemisahan pasangan


kromosom yang masing-masing berada pada sisi yang berlawanan.

(A)

(B)

Gambar 12.(A) Fase Anafase II


(B) Literatur dari www.genomasur.com
Berdasarkan hasil yang didapatkan kelompok IA saat praktikum (seperti gambar
diatas), terlihat bahwa sentromer masing-masing kromososm saling berpisah satu
dengan yang lainnya. Kromatid-kromatid pun terlihat juga saling terpisah dan tertarik

ke kutub-kutub yang berlawanan. Berdasarkan pengamatan tersebut, dapat dikatakan


sel sedang mengalami tahap anafase II.
Berdasarkan sumber literratur Zulfa (2000) pada

anafase II ini perjadi

pengeseran kromosom ke arah kutub pembelahan masing-masingnya pada tahap ini


juga membran sel telah mulai berubah bentuk menjadi lebih lonjong. Menurut Elrod
dan William (2006), saat tahapan anafase II, sentromer-sentromer pada masingmasing kromosom saling memisahkan diri. Sehingga kromatid-kromatid saudari
dapat tertarik terpisah oleh serabut-serabut gelendong yang melekat padanya dalam
suatu pembelahan berimbang (seperti mitosis).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum pembelahan miosis pada testis Valanga sp. adalah :
1. Fase yang dapat diamati yaitu Interfase dan fase pada Profase I yang dapat
diamati tahap Leptoten, Pakiten, Diploten dan Diakinesis.
2. Pada pengamatan juga dapat diamati anafase I, telofase I, profase II, metafase II,
anafase II.
5.2 Saran
Disaran untuk praktikum selanjutnya yaitu dapat benar-benar teliti dalam mencari
filamen bening pada testis Valanga sp. agar dapat diamati dengan sempurna setiap
fase miosisnya.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A. 1993. Biology. Benyamin Cummings Publishing Company, Inc.


Redward City.
Campbell, Neil A., Jane B. Reece, Lisa A. Urry, Michael L Cain, Steven A.
Wasserman, Peter V. Minorsky, Robert B.Jackson. 2009. Biology. Benjamin
Cummings. SanFransisco.
Elrod, S and William, S. 2006. Genetika Edisis Keempat . Erlangga. Jakarta
Goodenough,Ursula. 1988. Genetika. Erlangga. Jakarta
Keeton W.T. dan James L. G. 1993. Biological Science Fifth Edition. W.W. Norton
and Company, Inc. USA
Pai, A.C. 1987. Dasar-Dasar Genetika Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.
Stansfield, W.D. 1991. Genetika Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.
Suryo, 1998. Genetika. UGM Press. Yogyakarta.
Suryo. 1995. Sitogenetika. UGM Press. Yogyakarta.
Suryo. 2008. Genetika Strata I. UGM Press. Yogyakarta.
Suryo. 2010. Genetika manusia. UGM Press. Yogyakarta.
Zulfa. 2000. Biologi Sel. ECG. Jakarta.

You might also like