Professional Documents
Culture Documents
A. PPK/TATALAKSANA KASUS
1. DEFINISI :
Mekonial aspirasi sindrom merupakan sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh
terhisapnya cairan amnion mekonial kedalam saluran pernapasan bayi.
2. ANAMNESIS :
Seorang anak dicurigai menderita asma apabila didapatkan gejala batuk persisten
dan/ mengi berulang yang mempunyai karakteristik episodik, terjadi pada malam hari,
(nocturnal), musiman, berkaitan dengan aktivitas atau pencetus, reversibel, dan disertai
riwayat atopi pada pasien maupun keluarganya. Selain keluhan batuk, kadang-kadang
dijumpai sesak napas terutama gangguan ekspirasi.
Derajak penyakit asma kronik ditentukan dari frekuensi timbulnya serangan, asma
kronik terbagi menjadi 3 derajat, yaitu asma episodic jarang, dengan frekuensi serangan
<1x/bulan, asma episodik sering dengan frekuensi serangan >1x/bulan, dan asma persisten
dengan frekuensi serangan yang sering, bahkan hampir selalu mempunyai gejala.
3. PEMERIKSAAN FISIK :
Berbagai tanda atau manifestasi alergi( allergic shiner) seperti geographic tongue atau
dermatitis atopic dapat ditemukan.tanda lain yang dapat dijumpai adalah bercak hitam
dikulit seperti bekas gigitan nyamuk
Pada saat serangan dapat dijumpai anak sesak/ dispnea/ mengalami respiratory effort
dengan komponen expiratory yang lebih menonjol.
4. KRITERIA DIAGNOSIS :
Riwayat batuk berulang disertai sesak napas akibat faktor pencetus yang dapat hilang
dengan atau tanpa pengobatan
Napas berbunyi
Adanya wheezing(mengi).
Bagan alur diagnosis asma pada anak (terlampir dibagan 1)
5. DIAGNOSIS KERJA :
Asma bronkial
Episodik jarang, sering, persisten
6. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS :
PPOK
Pneumothoraks
Asma kardiale
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Laboratorium: eosinofil, igE (peningkatan kadar igE dan eosinofil total umum
dijumpai pada pasien asma).
Spirometri, uji bronkodilator, uji provokasi bronkus (bila uji provokasi positif, maka
diagnosis asma secara definitive dapat ditegakkan.
--------------------SPO ASMA BRONKIALE
2
8. TERAPI :
8.1 Medikamentosa/Farmakologi
8.1.1. Etiologi :
Bronkodilator: teofilin oral, aminofilin injeksi
8.1.2 Simptomatologi
Obat antialergi/antihistamin
8.1.3 Suportif
Fisioterapi
Obat muntah
8.2.
Terapi Dietetik
Tidak boleh memakan es, coklat, dan makanan ringan.
9. EDUKASI PADA ORANG TUA/KELUARGA
Memberikan pemahaman kepada penderita ataupun orang tua penderita untuk
mengenali gejala dan faktor-faktor pencetus kekambuhan asma bronkial
Sedapat mungkin menghindari paparan factor pencetus: asap rokok, perubahan cuaca
polusi udara, perokok pasif maupun perokok aktif.
Istirahat dalam jumlah yang cukup untuk meminimalkan terjadinya sesak
Makan makanan yang bergizi untuk menjaga imunitas tubuh
10. PROGNOSIS
10.1 Asma episodik jarang
Quo ad vitam (kehidupan) : ad bonam
Quo ad fungsionam (fungsi organ) : ad bonam
Quo ad sanationam (kesembuhan) : ad bonam
10.2 Asma episodik sering
Quo ad vitam (kehidupan) : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam (fungsi organ) : dubia ad bonam
Quo ad sanationam (kesembuhan) : dubia ad bonam
10.3 Asma episodik persisten
Quo ad vitam (kehidupan) : dubia ad malam
Quo ad fungsionam (fungsi organ) : dubia ad malam
Quo ad sanationam (kesembuhan) : dubia ad malam
11. TINGKAT EVIDENS
Penyebab terbanyak asma anak sekolah dasar diIndonesia berkisar dari 4-17% dan
prevalensi pada anak sekolah menengah pertama 5,8% dan 11,5%.
12. TINGKAT REKOMENDASI
12.1
Asma episodik jarang dirawat rumah sakit tipe D (dokter umum)
12.2
Asma episodik sering dirawat dirumah sakit tipe C ( dokter umum, minimal
dokter
spesialis anak)
12.3
Asma episodik persisten dirawat dirumah sakit tipe C+B( dokter spesialis anak)
12.4
Bila serangan status asmatikus dirawat dirumah sakit tipe C ( dokter spesialis
anak)
13. PENELAAHAN KRITIS
Bila pengobatan tidak teratur bisa menyebabkan status asmatikus.
14. INDIKATOR
Sebagai indikator adanya suatu polusi udara disuatu tempat
Tidur ditempat-tempat yang dingin dan berdebu
---------------------
15. KEPUSTAKAAN
1. IDAI. pulmonologi. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi 1. 2004: Hal 335347
2. IDI. Standar pelayanan medis.edisis 3. 2002:hal 260-261
3. Rahajoe. Manajemen kasus repiratorik anak dalam prakterk sehari-hari. Jakarta, 2007:
hal 95-110.
LAMPIRAN
Batuk dan/ mengi
Riwayat penyakit pemeriksaan
fisis uji tuberkulin
Berikan bronkodilator
Tidak berhasil
Pertimbangkan pemeriksaan:
Foto toraks dan sinus
Uji faal paru
Respon terhadap bronkodilator
Uji provokasi bronkus
Uji imonulogi
Pemeriksaan motilitas silia
Pemeriksaan refluks GE
berhasil
Diagnosis kerja: ASMA
Tidak mendukung
diagnosis lain
Mendukung
diagnosis lain
Pertimbangkan asma
sebagai penyakit
penyerta
Bukan asma
Ry
---------------------
4
sari
LAMPIRAN
asma episodik jarang
4-6 minggu,
Obat dosis/minggu
>3x
(-)
Asma persisten
(-)
ICS 400-600g/hari
Tambahkan salah satu obat:
-agonis kerja panjang
-agonis lepas terkendali
teofilin lepas lambat
antileukotrien
(-)
---------------------
6-8 minggu
Respon:
Asma persisten
(-)
(+)
6-8 minggu,
respon:
(Asma sangat berat)
<3x
(-)
(+)
6-8 minggu
respon
(-)
(+)
6-8 minggu
respon
(-)
(+)
---------------------
6
B. PPK/ PROSEDUR TINDAKAN
1. DEFINISI
Asma bronkial ialah penyakit saluran napas dengan karakteristik berupa
peningkatan reaktivitas treakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan sehingga
terjadi penyempitan umum saluran napas, yang dapat menghilang dengan obat atau
secara spontan. Asma klasik dapat didiagnosis dari keluhan batuk, sesak dan wheezing,
sedangkan asma non klasik dapat diagnosis dari keluhan batuk kronik berulang(BKB).
2. INDIKASI
Untuk mencegah terjadinya serangan asma/ status asmatikus.
3. KONTRA INDIKASI :
Menghindari factor pencetus yaitu:
Polusi udara
Udara dingin
Debu
Makan dan minuman yang dingin
4. PERSIAPAN
a. Obat
Bronkodilator: teofilin oral, aminofilin injeksi, dan terapi inhalasi
Obat antialergi/antihistamin
Jenis cairan yang diberikan D5% dan ringer laktat
b. Alat : set nebulizer, sungkup muka, dan nasal kanul
c. Alat Habis Pakai : infus set mikro, spuit, nasal kanul
5. PROSEDUR TINDAKAN
Persiapan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
5.1 asma episodik jarang
a) Obat pereda asma: obat bronkodilator /beta agonis SABA : Teofilin (oral)
b) Obat pengendali/pencegah: belum perlu diberikan
5.2 asma episodik sering
a) Obat pereda asma: Teofilin (oral) dan oksigen nasal
b) Obat pengendali/pencegah asma: obat anti inflamasi: metil prednisolon dengan
dosis 10 mg 2-4 kali/hari diberikan selama 6-8 minggu jika asma sudah
terkendali dikurangi menjadi 2-3 kali/hari.
5.3 asma episodik persisten
a) obat pereda: aminofilin injeksi (drip) dengan dosis 12 mg/kgbb/hari dimasukkan
kedalam larutan D5% dengan kebutuhan cairan maintenece. Sisanya 4 mg/kgbb
dapat diberikan secra bolus bila anak masih sesak.
Oksigen diberikan melalui selang nasal.
b) Obat pengendali/pencegah asma: steroid hirupan dosis 200-400 g/1 hari bila
tidak ada hirupan maka dapat digunakan terapi inhalasi.
Alur tatalaksana asma anak terlampir(bagan 2 dan 3)
Cara pemberian obat dengan terapi inhalasi
Cara pemberian obat asma harus disesuaikan dengan umur anak karena perbedaan
kamampuan menggunakan alat inhalasi
Berikut tahapan prosedur yang dilakukan yaitu:
Monitoring vital sign sebelum dan sesudah pengobatan khususnya pada pasien
yang menggunakan bronkodilator
Atur posisi pasien senyaman mungkin paling sering dalam posisi semifowler
Petugas mencuci tangan
--------------------SPO ASMA BRONKIALE
Nebulizer diisi obat (sesui program pengobatan) dan cairan normal salin 4-6 cc.
Hidupkan nebulizer kemudian hubungkan nebulizer dan selangnya ke flow meter
oksigen dan set aliran pada 4-5 liter/menit, atau ke kompresor udara.
Instruksikan pasien untuk buang napas
Minta pasien untuk mengambil napas dalam melalui mouth piece, tahan napas
beberapa saat kemudian baung napas melalui hidung
Minta pasien untuk bernapas perlahan-lahan dan dalam setelah seluruh obat
diuapkan
Ry
sari
---------------------