Professional Documents
Culture Documents
yang diperlukan
KARAKTERISTIK HEAT-RATE
Menyatakan hubungan daya output pembangkit sebagai fungsi heat-rate.
Heat rate diperoleh dari karaktersitik Input-Output -
H
( Btu/Kwh)
P
Pembangkit Thermal
H
Btu / Kwh
P
F
R / Kwh
P
dH
dP
dF
dP
3.2
ECONOMIC
DISPATCH
PADA
SISTEM
TENAGA
UNTUK
PEMBANGKIT THERMAL
Yang dimaksud dengan economic dispatch adalah pembagian pembebanan dari
pembangkit-pembangkit yang ada dalam system secara optimal ekonomi pada
harga beban system tertentu.
Beban system tenaga selalu berubah setiap periode waktu tertentu, perhitungan
economic dispatch dilakukan untuk setiap harga tertentu dari beban tersebut.
Metode yang di pakai antara lain :
-
Iterasi Lamda
keterangan :
system dengan N buah pembangkit thermal melayani beban tertentu sebesar PR
input system di atas adalah biaya bahan bakar F, totalnya adalah :
FT F1 F2 F3 FN
N
Fi Pi
i 1
PR =
Pi
i 1
Atau
0 PR Pi
i 1
Persamaan Langrage :
FT
N
N
Fi Pi Pi Pi
i 1
i 1
PR
Pi
Pi
Pi Pi
atau
Fi
0 1 0
Pi
Fi
persamaan ini menunjukkan bahwa kondisi optimum dapat di capai
Pi
d Pi
Pi min Pi Pi max
Pi P
i 1
d Pi
untuk
d Fi
d Pi
untuk
Pi min = Pi max
d Fi
d Pi
untuk
Pi = Pi min
d Fi
maka Pi d Pi
b. DENGAN MEMPERHITUNGKAN KERUGIAN TRANSMISI
Sistem di gambarkan sebagai berikut :
Fi Pi
i 1
Constraint
: 0 PR PL Pi
i 1
Persamaan Langrage : = FT +
Syarat optimum :
d PR PL Pi
d d Fi
0
d Pi d Pi
d Pi Pi Pi
d Fi
PL
1 0
d Pi
Pi
PL
d d Fi
1
0
d Pi d Pi
Pi
P
d Fi
1 L
d Pi
Pi
atau
PL
d Fi
d Pi
Pi
Keterangan :
d PR
0
d Pi
PL
d PL
Pi
d Pi
CATATAN :
Kerugian transmisi di abaikan
Dari kurva-kurva tersebut dengan menetpakan harga , maka dapat diperoleh
harga P1, P2, P3.
Untuk penetapan harga yang pertama tentunya belum merupakan harga yang
benar.
Bila harga P1 + P2 + P3 lebih kecil dari PR maka ditentukan kembali harga yang
lebih besar dari harga yang pertama ( dan sebaliknya), kemudian di hitung
penyelesaiannya.
Dengan telah diperoleh dua hasil perhitungan dai atas maka secara ekstrapolasi
dapat di tentukan harga selanjutnya sampai di capai harga yang dikehendaki.
( saat di capai P1 + P2 + P3 = PR )
Pada awalnya system dengan beban tertentu di capai keadaan optimum dengan
harga lamda 0
Bila kemudian beban berubah, maka akan diperoleh harga lamda pada keadaan
optimum yang baru adalah 0 + .
Karena syarat optimum adalah harga lamda setiap pembangkit adalah sama, maka
perubahan lamda :
i Fi " Pi 0 Pi
Maka bila dalam system ada N pembangkit :
P
1
P
2
P
3
F2
P
N
PD P1 P2 P3 PN
1
i 1 Fi"
N
F
1 "
"
F
3
"
FN
"
Pi
P
D
Fi"
1
Fi "
Pm
Bmn
Pn
Dimana :
Pm , Pn = output pembanding
Bmn
3. Torgue angle ( sudut torsi) dari tegangan pada bus pembangkit tetap
konstan.
Dengan adanya koefisien kerugian transmisi tersebut permasalahannya menjadi
sederhana, karena untuk menghitung kerugian jaring transmisi tidak perlu harus
menghitung daya/arus yang mengalir dalam setiap saluran tetapi cukup dari output
yang dikeluarkan pembangkit.
Dalam bentuk matriks adalah
PL = Pt B P
Dimana
P1
P
2
B12
B22
B13
B23
B15
B25
B31
B32
B33
B35
dan
B11
B
21
P3
Pt = transpose matrix P
Catatan tambahan
-
dimana FT =
Fi Pi ;
dan
i 1
PR PL P1 , P2 , ........PN Pi
i 1
a Pi
a PL
a d Fi
1
0
Pi d Pi
a Pi
atau
1
a PL
1
a Pi
dimana
d Fi Pi
d Pi
a PL
= Incremental loss untuk bus i
a Pi
P fi
1
a PL
1
a Pi
= Penalty factor
catatan : jika kerugian transmisi naik karena naiknya daya yang di salurkan
dari bus, maka Incremental loss adalah positif dan Penalty factor
lebih besar dari satu.
dalam
keadaan
= Ct . t . F + Cf
9,75 R/Mwh
Unit
9,40 R/Mwh
Unit
11,38 R/Mwh
Unit
10,44 R/Mwh
R/Mwh
9,40
9,79
4
3
10,44
11,38
TABEL 3.1 Unit Characteristic, load pattern and Initial Status for the Cases in
example SE
Incremental
UNIT
Max
Min
( MW)
(MW)
80
250
300
60
25
60
75
20
1
2
3
4
Unit
heatrate
(Btu/KWh)
10.440
9.000
8.730
11.900
No-load
cost (R/h)
213.00
585.62
684.74
252.00
Full-load
Minimum
ave cost
Times (h)
(R/mWh) Up
23.54
4
20.34
5
19.74
5
28.00
1
Initial Condition
Hours off-line (-) or Hot
Startup costs
Cold
Cold Start
on-line (+)
( R)
350
400
1.100
02
1
2
3
4
5
8
8
6
( R)
150
170
500
0
Down
2
3
4
1
(h)
4
5
5
0
Load pattern
Load
Hour
(MW)
1
450
2
530
3
600
4
540
5
400
6
280
7
290
8
500
This is the cost when the f(P) function ( in this case a straight line) is extended
to P = 0 MW. Note that we do not allow the unit to operate at zero output. That
is, if the unit is on-line, it must be loaded between its min and max. If it is offline, it must have zero output and its operating cost will be zero R/h. Feul cost
are 2.00 R/MBtu.
Dari kombinasi operasi tersebut terlihat bahwa unit-unit, yang termurah biaya
operasinya selalu digunakan pada set tap kombinasi.
Pada metode ini terlihat pada contoh di atas bahwa kombinasi yang mungkin
untuk digunakan hanya ada 4 kombinasi untuk 4 buah pembangkit bila di
dasarkan daftar prioritas.
Untuk penjadwalan unit commitment pada metode ini pada setiap level beban
mengikuti algorithma sebagai berikut :
- Pada setiap jam di mana level beban turun, tentukan unit mana yang dilepas
dengan melihat kombinasi unit berdasar daftar proritas.. Juga diperhitungkan
apakah jumlah daya dari pembangkit yang beroperasi cukup untuk melayani
beban dan spinning reserve bila salah satu unit di1epas.
Bila tidak mampu, cari unit lain untuk dilepas dan bila mampu lanjutkan pada
step berikutya .
- Tentukan waktu H jam untuk unit yang dilepas akan beroperasi kemba1i, dengan
asumsi dalam selang waktu H jam tersebut beban akan naik kembali .
- Jika H jam lebih kecil dp minimum down time maka komitmennya dapat
dipertahankan, bila H jam Iebih besar dp minimum down time lanjutkan pada
step berikutnya.
- Hitung dua macam biaya
a. Dengan menganggap unit tidak dilepas., dihitung biaya produksi per jam
untuk waktu H jam tersebut.
b. Dengan menganggap unit dilepas dan akan start kembali. Dihitung biaya start
untuk : - start kondisi boiler dingin
- start kondisi temperatur boiler dipertahankan pada temperatur kerja
Dari dua macam biaya start tersebut dipilih yang lebih murah.
Biaya pada point a dan b dibandingkan, misal bila point a lebih murah berarti
unit tetap beroperasi .
-
- A, B, C, DN
State
Stage
7
290
5
5
0
0
P3
P4
F1
F2
F3
F4
Pcost ( 7,K)
Scost ( 6, L; 7,K)
Fcost ( 6,L)
Fcost ( 7,K)
Jan ( J = 8)
Beban ( MW)
State K (15,14,12), J =8
Pada J-1: (L) = (5)
P1
P2
P3
P4
F1
F2
F3
F4
Pcost ( 8,K)
Scost ( 7, L; 8,K)
Fcost ( 7,L)
Fcost ( 8,K)
8
500
15
5
25
155
300
20
734.9375
3375.236
5922.000
728
10760.17
750.02
62922.84
74433.04
290
0
0
0
5747.425
0
5747.425
0
57175.42
62922.84*)
8
500
14
5
25
175
300
0
734.9375
3735.186
5922.000
0
10392.12
750
62922.84
74064.97
8
500
12
5
0
200
300
0
0
4185.124
5922.000
0
10107.12
350
62922.84
73379.97*)
Dari state I menuju state j, biaya yang di perlukan untuk setiap pilihan yang di
ambil pada perpindahan stage dapat di nyatakan dengan Cij berikut :
X1
X2
X3
X4
X5
Dimana
variable
X1 = B, C, D
Variable
X2 = E, F, G
Variable
X3 = H, I, J, K
Variable
X4 = L, M
Variable
X5 = N
n=1
X1
B
f1*(X1)
5
S*
A
D
n=2
S
X2
f2 ( S, X2) =
Cs, X2 + f1* (X1)
B
C
D
f2* (X2)
S*
16
10
10
10
10
10
11
f3* (X3)
13
S*
E
12
17
10
12
10
11
10
11
10
15
13
13
n=3
f3 ( S, X3) =
S
X3
n=4
F4 ( S, X4) =
X4
22
15
18
10
F3* (X3)
10
10
18
19
18
18
S*
I
I atau K
n=5
f5 ( S, X5) =
X5
N
f* (X5)
10
S*
L
jadi dari state A menuju state N, state-state yang di lalui dengan biaya
akumulatip minimum adalah :
A
L - N = 19
F cost (K,I) = biaya komutatip yang diperlukan untuk sampai ke State I pada level
(Stage) K yang terendah.
Pcost (K,I) = biaya produksi pada State I untuk level/Stage K.
Scost (K-I, L; K, I) = biaya transisi dari State L pada level K-I ke State I pada
level K.
X = Jumlah state yang harus diperiksa pada setiap interval waktu (pada setiap
stage)
N = Jumlah strategi yang harus diambil untuk setiap tahapan
Dalam sistem tenaga yang umumnya jumlah pembangkitnya banyak, maka jumlah
kombinasi yang mungkin ada dari pengoperasian unit-unit pembangkit juga akan
semakin banyak adanya X dan N di atas adalah untuk membatasi jumlah
persamaan/jumlah state yang akan diperiksa (jadi tidak harus seluruh state yang
ada diperiksa).
Jumlah N strategi yang diambil dari beberapa state pada level yang tuju, dimana
biaya komulatip untuk sampai state tersebut rendah ( prioritas yang termurah).
Jumlah X state yang akan diperiksa didasarkan pada kapasitas daya pada state
yang mencukupi untuk bebannya dan didasarkan daftar prioritas.
Pada gambar di bawah diperilihatkan dimana state yang diperiksa hanya 5 state X
= 5 dan strategi vang diambil N = 3
State no
5
Unit Status
0010
Capacity ( MW)
300
12
0110
550
14
1110
630
15
1111
690
State with
Pointer for
Hour
1
previous hour
12
12 (19857)
12
14 (32472)
12
12 (43300)
14
pembangkit
hidro
sangat
di
tentukan
oleh
penggunaan
Pada Long range Hydro scheduling meliputi ramalan jangka panjang dari
penggunaan air dan schedule pengeluaran air dari reservoir dalam suatu interval
waktu yang tergantung dari kapasitas reservoir.
Jangka panjang (Long range Hidro Scheduling) waktunya adalah dari 1 minggu
sampai 1 tahun atau beberapa tahun.
Short range hydro scheduling waktunya 1 hari sampai 1 minggu, dimana
schedulenya dibuat dalam tiap jam ( untuk seluruh pembangkit yang beroperasi
dalam system) dengan production cost yang minimum dalam interval waktu
tersebut.
Dalam koordinasi pembangkit hydro-thermal ada 3 persoalan yang di perhatiakn
yaitu kondisi balance antara pembangkitan tenaga listrik dari pembangkit hydro,
pembangkit thermal dan beban.
Dasar dari koordinasi hydro-thermal adalah schedule energi dimana supply dari
pembangkit hidro dalam jangka waktu tertentu telah di tentukan dan sisanya oleh
pembangkit thermal dan yang dilakukan optimasi adalah pada pembangkit
thermal.
Perhatikan system tenaga dengan sebuah pembangkit hidro dan sebuah
pembangkit thermal dalam mensupply energi ke beban.
Dilihat dari kapasitas maksimum dari pembangkit hydro sebenarnya cukup untuk
melayani bebannya, sehingga dapat dinyatakan dalam setiap saat pada periode
waktu j,
max
PLj
J = 1 .jmax(1)
PHj
PHj max = Daya maksimal dari pembangkit hidro untuk setiap saat dalam periode
j
PLj = beban setiap saat dalam periode j
Akan tetapi energi yang dapat di peroleh dari pembangkit hidro tidak mencukupi
untuk beban dalam jangka waktu nj (nj = jumlah jam dalam periode j ) jadi :
i max
PH j n j
j 1
i max
n
j 1
i max
P
j 1
Lj
n j ..(2)
PL j n j
i max
j 1
energi beban
j 1
n j E ..(3)
H j
energi pemb.Hidro
j 1
PSj nj = E (4)
dimana
NS
nj < Tmax
j 1
FT =
j 1
F PSi n j (5)
Dalam koordinasi hidro thermal ini yang akan di minimumkan adalah persamaan
(5)
NS
Constraintnya adalah :
j 1
PSj nj - E = 0 (6)
Persamaan La Grange:
NS
FT E PSi n j
j 1
NS
NS
maka
d F PS
L
PS j
d PS j
atau
d F PS i
d PS i
untuk j = 1 NS
(9)
maka biaya total yang di perlukan dalam interval waktu tersebut adalah :
NS NS
FT =
FP*nFP*nFP*T
Sj S j SS
j 1 j 1
Dimana :
NS
TS =
j 1
j 1
NS
PS j n j PS * n j PS * T S E
j 1
sehingga di peroleh : TS =
E
PS *
E
PS *
d FT AE
CE 0
2
d PS * PS *
maka
P S* =
A/C
H PS
1 A
B C PS
PS
f C PS
H PS
PS
d PS
A
PS
A/C
= PS*
i
ri
Vi
Qi
Si
=
=
=
=
=
interval waktu
input air selama i
volume air pada akhir i
pengeluaran air selama i
pelimpahan air selama i
Pembangkit
Thermal ekuivalen
imax
- Min FT =
i max
j 1
j 1
ni Fi
ni Qi = Q total
imax
dengan
j 1
n j Tmax
konstrain lainnya :
Vi
i0
= VS
volume start
Vi
i imax
= VE
volume akhir
Qmin Qi Qmax
Qi = Qj
Q = Q (PH)
Fungsi La Grange :
L n j F PS j j PL j PH j PS j
imax
j 1
n Q P Q
imax
j 1
H j
tot
memberikan : nk
dan
d FSK
k
d PSK
L
0
PHK
memberikan : n k
d Qk
k
d PHk
L n j F PS j j PL j PLossj PH j PS j
imax
j 1
n Q P Q
j 1
H j
a PLoss k
d F PSk
k
k
d PSk
a PSk
imax
tot
nk
a PLoss k
d Q PHk
k
k
d PHk
a PHk
Qi = c untuk PHj = 0
Jika untuk setiap interval i lamanya nj, maka perubahan volume air yang
tersimpan adalah :
Vi = Vi-1 + ni ( ri - Qi - Si )
Dalam hal ini di anggap Si = 0
Jika Vi-1 = Vi
Vi = Vk
Maka dari persamaan di atas dapat di peroleh :
Qi =
Vi Vk
ni
ri
{i}
{k}
TCk (i) = biaya total dari kondisi start untuk periode koordinasi sampai akhir
periode j untuk reservoir storage state Vk.
PC ( i, j-1, k, j) = biaya produksi untuk pembangkit thermal dalam periode j pergi
dari volume awal Vi ke periode akhir untuk volume Vc.
Jadi Algoritma dari FORWARD D.P. dapat dinyatakan dengan persamaan :
TCk (0) = 0
min
Contoh 1
Dalam sebuah system tenaga terdapat 3 buah pembangkit thermal dengan data
sebagai berikut :
Unit (1) H1
MBtu
jam
MBtu
jam
MBtu
jam
dP1 dP2
dP3
dF1
= 7,92 + 0,003124 P1.(1)
dP1
dF2
= 7,85 + 0,00388 P2 .(2)
dP2
dF3
= 7,97 + 0,00964 P3..(3)
dP3
(1)
P2 =
(1)
0,07 0,003124 P1
0,00388
= (3)
7,92 + 0,003124 P1 = 7,97 + 0,0096413
P3 =
0,05 6,003124 P1
..(3)
0,00964
P1 + P2 + P3 = 850 W
P1 +
850
0,0038
0,00964
P1 = 393,2 MW
(4) P2 = 334,6 MW
(5) P3 = 122,2 MW
dF2
dP2
R/MWh
200 MW
memenuhi
dF3
dP3
50 MW
tidak memenuhi
diatur ulang kembali, pembangkit termurah di beri beban terbesar :
P1 = 600 MW, PRsisa = 850 600 = 250 MW di bagi untuk P2 & P3
dan di optimasi
dF2 dF3
dP2 dP3
0,12 0,0964 P3
P3 250 MW
0,00388
P2 + P3 = 250 MW
7,85 + 0,00388 P2 = 7,97 + 0,00964 P3
P3 = 62,9 MW
memenuhi
P2 = 187,1 MW
P2 =
0,12 0,00964 P3
0,00388
Pimin Pi Pimax
Pimin Pi Pimax
Contoh 2
Kerugian transmisi PL = 0,00003 P12 + 0,00009 P22 + 0,000012 P32
Data pembangkit seperti contoh sebelumnya, dimana :
dF1
= 7,92 + 0,003124 P1
dP1
dF2
= 7,85 + 0,00388 P2
dP2
dF3
= 7,97 + 0,00964 P3
dP3
dFi
dP
1 L
dPi
dPi
dF1
= 7,92 + 0,003124 P1 = ( 1-0,00006) .(1)
dP1
dF2
= 7,85 + 0,00388 P2 = ( 1-0,00018) .(2)
dP2
dF3
= 7,97 + 0,00964 P3 = ( 1-0,00024)..(3)
dP3
P1 + P2 + P3 = 850 + PL.(4)
Untuk penyelesaian dapat dilakukan dengan jalan menentukan terlebih dahulu
harga P1; P2; P3 dan bila terjadi kesalahan di ulang kembali langkahnya :
1). Misal harga awal ditentukan : P1 = 400 MW
P2 = 300 MW
P3 = 150 MW
2). Hitung Incremental losses ( rugi transmisi)
dPL
dP1
P1 = 400 MW
dPL
= ( 0,00018) . 300 = 0,054
dP2
dPL
= ( 0,00024) . 150 = 0,036
dP3
dPL
= 0,00024 ( 125,77) = 0,0301
dP3
P1 = 433,94 MW
P2 = 300, 11 MW
P3 = 131,74 MW
Tugas :
Data dari contoh pertama
Beban 50 MW
awal = 10,000
dengan iterasi lamda (), tentukan :
P1, P2, P3 optimum
= 0,001
Iterasi
0
P1 (MW)
400
P2 (MW)
300
P3 (MW)
150
PL
15,6
9,5252
440,68
299,12
125,77
15,78
9,5275
433,94
300,11
131,74
15,84
9,5285
435,87
294,94
130,42
15,83
9,5283
435,13
294,99
130,71
15,83
9,5284
cara lain
0 1
3 1
2 1 2 2
3
1 2
2
P1 = 393,2 MW
P2 = 334,6 MW
base point
P3 = 122,2 MW
P1max = 600 MW
P1min = 150 MW
P2max = 400 MW
P2min = 100 MW
P3max = 200 MW
P3min = 50 MW
F1 = 0,003124
1/F1 =
10 6
= 320,1
3124
P1
320,1
=
PD 681,5
1/F2 =
10 5
= 257,7
388
P2 257,7
=
PD 681,5
1/F3 =
10 6
= 320,1
3124
P3 103,7
=
PD 681,5
0,469
F2 = 0,00388
0,378
F3 = 0,00964
0,152
1
1
1
681,5
F1 " F2 " F3 "
PD = 1000 850 = 150 MW
untuk Pbeban = 1000 MW
P1 = P1 base point + P1
= 393,2 + 0,469 150 = 463,7 MW
P2 = 334,6 + 0,328 150 = 391,3 MW
P3 = 122,2 + 0,152 150 = 145,0 MW
1000,0 MW
NB :
Untuk menentukan bahan bakar, maka hanya P1, P2, P3 optimum kita masukkan ke
F1, F2, F3.
3 (tiga) Unit pembangkit yang dioperasikan sbb :
1
ON
ON
ON
OFF
OFF
2
ON
OFF
OFF
ON
ON
3
ON
ON
OFF
ON
OFF
OFF
ON
OFF
ON
ON
OFF
Unit 2.
P12
MBtu/h
Unit 3
= 1,1 R/MBtu
Unit 2
= 1,0 R/MBtu
Unit 3
= 1,2 R/MBtu
dari ketiga unit tersebut ada 7 buah kombinasi ON-OFF masing-masing di periksa
keadaan optimum ekonomisnya dan dari perhitungan optimum ekonomi di
peroleh sebagai berikut :
shut down Rule metode ini adalah pembuatan table untuk biaya termurah pada
level-level beban dengan kombinasi ON-OFF tertentu.
Unit 1
ON
Unit 2
ON
Unit 3
ON
1150
ON
ON
ON
1100
ON
ON
ON
1050
ON
ON
ON
1000
ON
ON
OFF
950
ON
ON
OFF
900
ON
ON
OFF
850
ON
ON
OFF
800
ON
ON
OFF
750
ON
ON
OFF
700
ON
ON
OFF
650
ON
ON
OFF
600
ON
OFF
OFF
550
ON
OFF
OFF
500
ON
OFF
OFF
F = f (P)
F max
E max
Pmax
DAFTAR PUSTAKA :
1. Allen J. Wood & Bruce F. Wollenberg Power Generation Operation &
Control , John Wiley, New York, 1984
2. Kirchamayer LK, Economic Operation of Power System , John Wiley,
New York, 1958
3. William D. Stevenson, Element Of Power System Analisis , Mc Graw
Hill, Kogakusha, Tokyo, 1975
4. Bernhardt GA Skroteki and William A. Vopat Power Station Enginering
and Economy , TATA Mc Graw Hill, New Delhi, 1960.
5. Ir. Djiteng Marsudi , Operasi Sistem tenaga Listrik
Latihan 1 :
Dalam sebuah system tenaga terdapat 3 buah pembangkit thermal dengan data
sebagai berikut :
Unit (1) H1
MBtu
jam
MBtu
jam
MBtu
jam
Latihan : 2
Misalkan ada 4 buah pembangkit dengan biaya produksi rata-rata untuk daya
output maksimum sebagai berikut :
Unit 1.
Unit 2.
P12
MBtu/h
Unit 3
Unit 4
9,75 R/Mbtu
Unit
9,40 R/Mbtu
Unit
11,38 R/Mbtu
Unit
10,44 R/Mbtu
Latihan Contoh 3
Unit 1.
MBtu/h
Unit 3
= 1,2 R/MBtu
Unit 2
= 1,1 R/MBtu
Unit 3
= 1,0 R/MBtu
Unit 1
ON
Unit 2
ON
Unit 3
ON
1150
ON
ON
ON
1100
ON
ON
ON
1050
ON
ON
ON
1000
ON
ON
OFF
950
ON
ON
OFF
900
ON
ON
OFF
850
ON
ON
OFF
800
ON
ON
OFF
750
ON
ON
OFF
700
ON
ON
OFF
650
ON
ON
OFF
600
ON
OFF
OFF
550
ON
OFF
OFF
500
ON
OFF
OFF
Mata Ujian
Hari/Tanggal
Waktu
Sifat
Penguji
:
:
:
:
: