Professional Documents
Culture Documents
1590661013
1590661017
3. AYU LARASATI
1590661034
MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
1. Latar Belakang
Sebagai bagian dari gugusan kepulauan Nusantara, Pulau Bali termasuk salah satu dari ke-27 provinsi Republik Indonesia. Bali terkenal
akan keindahan panorama alamnya yang alami nan eksotis. Selain itu Bali merupakan cerminan dari warisan budaya Hindu yang amat
kental. Tidak heran apabila Bali dijuluki sebagai surga pariwisata. Anggapan tersebut dibangun atas wacana orientalis yang ingin
melihat Bali sebagai museum hidup budaya Hindu-Jawa di tengah negeri Islam terbesar di dunia. Tidak dapat dipungkiri bahwa
pariwisata menjadi jalan untuk meningkatkan taraf hidup orang Bali, pun tanpa merombak pola hidup tradisional mereka.
Namun patut diingat bahwa tujuan pariwisata Bali, yang kini nampak sebagai sesuatu yang tak terelakkan, baik dimata orang Bali
sendiri maupun di mata para wisatawan ialah bahwa pariwisata merupakan hasil dari sejarah yang khas, dan dari keputusan keputusan
tertentu. Darimana datangnya keputusan itu salah satunya disebabkan oleh karena faktor historis Bali yang pernah dijajah oleh Hindia
Belanda. Pada saat itu pemerintah kolonial Hindia Belanda memperkenalkan Bali di mata dunia lewat seni tradisonal-nya seperti tarian.
Tidak heran bila Bali bisa dikatakan lebih terkenal daripada Indonesia.
Isu yang paling hangat menimpa Bali saat ini ialah mengenai reklamasi yang akan dilakukan di Teluk Benoa di daerah Bali. Teluk
Benoa terletak di sisi tenggara pulau Bali, dan direncanakan untuk direklamasi tepatnya adalah Pulau Pudut. Reklamasi direncanakan
seluas 838ha dengan ijin pengelolaan PT TWBI selama 30 tahun, dan pembangunan berbagai objek wisata di atasnya.Tentu saja hal ini
menimbulkan polemik akibat adanya pihak pro dan kontra atas berbagai pertimbangan jika proyek reklamasi di bangun. Pihak kontra
mendasari argumennya merujuk pada Pasal 93 Peraturan Presiden 45/2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita yang
menyebutkan bahwa Teluk Benoa adalah kawasan konservasi. Mereklamasi kawasan konservasi artinya melanggar peraturan tersebut,
terlebih banyak dampak negatif yang akan berdampak bagi kelangsungan ekosistem maupun kehidupan. Tepat pada tanggal 30 Mei 2014
President Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani Pepres No. 51 tahun 2014. Inti dari Perpres ini adalah berubahnya status Teluk
Benoa dari kawasan konservasi perairan menjadi kawasan pemanfaatan umum dan diijinkannya reklamasi seluas maksimal 700 hektar.
Dalam melakukan reklamasi tentu banyak aspek yang mesti diperhatikan. Mengingat kawasan pantai adalah kawasan yang seharusnya
bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Apabila pantai direklamasi tentu saja fungsi pantai sebagai public space bagi suatu
masyarakat/kota tidak dapat berjalan seperti sediakala. Kawasan yang telah direklamasi seakan-akan telah berubah menjadi milik pribadi.
Investor yang melakukan pengurukan lahan rawa atau laut akan merasa memilikinya. Jika sudah begitu maka masyarakat akan merasa
dirugikan. Belum lagi timbulnya kekhawatiran akan bencana seperti banjir misalnya. Munculnya pelbagai macam gerakan penolakan
reklamasi Teluk Benoa kian ramai. Gerakan tersebut sebagai bentuk respon masyarakat terhadap Perpres No.51/2014. Produk nyata dari
gerakan ini dalam menyuarakan hak-hak masyarakat Bali berupa poster, spanduk, lagu, konser musik, akun-akun media sosial yang
bersedia menampung aspirasi sekaligus mengampanyekan penolakan reklamasi masyarakat. Sedangkan pihak pro beranggapan bahwa
reklamasi ialah demi untuk kemajuan dan masa depan Bali, dan mereklamasi Bali ialah legal hukumnya, hal ini sesuai dengan Perpres No.
51/2014.
2. Identifikasi dan kelompokkan isu-isu kunci paling kritis dengan pernyataan negatif menjadi:
Pernyataan Negatif
Urgent
Pernyataan Negatif
Pernyataan Positif
1) Terancamnya habitat dan ekosistem Dalam rencana pembangunannya,
mangrove teluk benoa yang berperan rencana pengelolaan perairan Teluk
penting dalam menjaga kestabilitasan Benoa sebagian besar untuk hutan
produktifitas
dan
kesediaan mangrove.
Ini
merupakan
sumberdaya hayati wilayah pesisir dan pembuktian
bahwa
kebijakan
pulau-pulau kecil yang juga yang juga pemerintah
bukanlah
bersifat
merupakan daerah asuhan (nursery mengeksploitasi
alam,
justru
ground), pemijahan (spawning ground) sebaliknya bersifat melestarikan
dan tempat mencari makan bagi ikan alam itu sendiri. Pembangunan hutan
(feeding ground) beberapa jenis biota mangrove yang luas juga menjawab
perairan
serta protes masyarakat yang menganggap
sebagai sanctuary kehidupan liar dan akan terjadi kepunahan berbagai
mangrove yang dikenal sebagai kenaekaragaman hayati. Akan tetapi
pemasok hara dan makanan bagi dengan
pembangunan
hutan
plankton serta menciptakan suatu rantai mangrove yang luas rantai makanan
makanan yang kompleks di perairan akan tetap terjaga, dengan demikian
sekitarnya akan rusak selama proses kelestarian
keanekaragaman
pengerjaan pulau-pulau baru.
hayatipun akan terjaga pula.
2) Akan terjadi perubahan ekosistem pada Pembangunan
reklamasi
tidak
lingkungan seperti perubahan pada berfokus pada proses pembangunan
pola arus erosi pada pantai, Maka
semata, namun juga menjaga
perubahan
demikian
dapat
membahayakan suatu daerah atau kelestarian dari keberadaan hutan
lingkungan
karena
dapat mangrove yang sangat luas akan
mengakibatkan banjir
4
berfungsi
melindungi
kawasan
tsunami.
Dengan pemanfaatan teknologi kita
dapat mengidentifikasi struktur
lapisan tanah, dan mendesign sistem
drainase yang tepat dan tetap
menjaga
hidrodinamika
sesuai
dengan keadaan yang natural.
Hal ini dapat diminimalisir dengan
cara mengikut sertakan pemangku
adat, bendesa adat, dan masyarakat
bali sendiri untuk dapat memberikan
filter kepada diri mereka, karena
sebuah budaya itu ada di masingmasing diri setiap masyarakat Bali.
Ditinjau
dari
sector
budaya,
pembangunan museum budaya dan
seni dalam kawasan reklamasi,
secara
tidak
langsung
dapat
melestarikan budaya Bali yang
menjadi icon pariwisata Bali.Selain
itu pembangunan fasilitas umum
5) Reklamasi
tidak
untuk
mensejahterahkan
rakyat.
Pada
dasarnya pariwisata dengan segala
aktivitasnya memang telah mampu
memberikan pengaruh yang cukup
signifikan bagi perubahan masyarakat
baik secara ekonomi, sosial maupun
budaya. Hal itu menuntut adanya
perhatian yang lebih dari para
pengambil kebijakan sektor pariwisata
untuk mempertimbangkan kembali
pola pengembangan kawasan wisata
agar masyarakat sekitar lebih dapat
merasakan manfaatnya.
dalam
membangun
dan
mengembangkan
kawasan
dan
atraksi wisata di kawasan tersebut.
Di sisi lain, kita tidak boleh menutup
mata terhadap kemajuan yang
dialami pariwisata negara-negara
tetangga, seperti Thailand, Malaysia,
dan Singapura. Kita tidak boleh
malu belajar dari kemajuan yang
mereka capai.
Esensial
Pernyataan Negatif
1) Rencana reklamasi tidak memenuhi ketentuan Perda RTRWP BALI No. 16
Tahun 2009, juga bertentangan dengan Undang-Undang No. 27 Tahun 2007
tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dan Perpres No. 45
Tahun 2011 tentang kawasan perkotaan Sarbagita yang menetapkan kawasan
Teluk Benoa sebagai kawasan konservasi.
2) Semakin memburuknya kualitas udara dan meningkatnya kebisingan akan
semakin memperburuk aspek lingkungan.
3) Pihak Pemrakarsa tidak secara tegas menguraikan pra-design dari bangunan
yang akan dibangun di atas tanah hasil reklamasi. Areal reklamasi tepat berada
di ujung landasan pacu Bandara Ngurah Rai yang berpotensi terjadinya konflik
dengan rencana pengembangan Bandara Ngurah Rai dari aspek keselamatan
penerbangan.
1)
2)
3)
4)
Important
Pernyataan Negatif
Persediaan air, listrik, dan energi akan mengurangi ketersediaan di daerah lain.
Dari aspek Transportasi, revitalisasi Teluk Benoa dengan berbagai rencana
aktivitas pengembangannya akan menimbulkan bangkitan lalu lintas yang
menyebabkan kemacetan lalu lintas yang parah baik pada jaringan jalan di
Badung Selatan maupun di Kota Denpasar.
Dari segi ekonomi juga akan menimbulkan pemusatan perekonomian di Bali
Selatan.
Pengaruh dari proses reklamasi bila dilaksanakan akan melahirkan ketidaknyamanan selama proses pembangunan, khususnya untuk penduduk setempat
dan pengendara kendaraan baik roda dua maupun roda empat.
dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threats). Metode
ini ditemukan oleh Albert Humphrey yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an
dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500 (Wikipedia, 2014).
Strengths
(Kekuatan)
Weaknesses
(Kelemahan)
Opportunities
(Peluang)
Sosial Budaya
1. Kehidupan sosial budaya
masyarakat Bali dilandasi
filsafah Tri Hita Karana,
artinya
Tiga
Penyebab
Kesejahteraan yang perlu
diseimbangkan
dan
diharmosniskan
yaitu
hubungan manusia dengan
Tuhan
(Parhyangan),
hubungan manusia dengan
manusia (Pawongan) dan
manusia dengan lingkungan
(Palemahan).
Sosial Budaya
1. THK berarti tiga penyebab
kebaikan, kesejahteraan, atau
kebahagian, yang bersumber dari
tiga hubungan yang harmonis,
antara manusia dengan Tuhan
Yang Maha esa, antara sesame
manusia dan antara manusia
dengan alam serta makhluk hidup
lainnya. Dimana konsep ini mulai
melemah dalam fungsi dasarnya,
seperti
pemerintah
tidak
mempertimbangkan aspek yang
memperdulikan lingkungannya,
sehingga akan berpengaruh pada
hubungan antar manusia yang
mengalami konflik dalam pro dan
kontra relkamasi.
Sosial Budaya
1.
Potensi
yang
dapat
dikembangkan lebih modern,
seperti industri pengolahan
hasil pertanian, industri kecil
(home industry); dan kerajinan
rakyat yang antara lain
menampilkan
karya
seni
patung/ukiran, lukis, garmen,
aneka tekstil, serta aneka
kerajinan perak dan kulit.
Banyak hasil industri kerajian
Bali menjadi komoditas ekspor
dan menjadi daya tarik
wisatawan mancanegara.
Threats
(Ancaman)
Sosial Budaya
1. Dampak negatif yang sering
dikawatirkan terdapat budaya
masyarakat lokal antara lain;
proses komodifikasi, peniruan,
dan profanisasi dan juga dampak
negatif
sosial
budaya
pengembangan pariwisata dilihat
dari respon masyarakat lokal
terhadap keberadaan pariwisata
seperti adanya perselisihan atau
konflik kepentingan di antara
para stakeholders, kebencian dan
penolakan
terhadap
pengembangan pariwisata, dan
munculnya
masalah-masalah
sosial seperti praktek perjudian,
prostitusi dan penyalahgunaan
seks (sexual abuse).
2. Perilaku
kehidupan 2. Relokasi pemukinan bagi 2. Dengan adanya revitalisasi 2. Di samping pariwisata dapat
dan
masyarakatnya dilandasi oleh penduduk yang terkena dampak pada teluk benoa makan akan mengembangkan
ada dorongan dalam usaha melestarikan kebudayaan, sering
falsafah Karmaphala, yaitu fisik dari proses reklamasi.
9
melestarikan
dan
menghidupkan
kembali
beberapa
pola
budaya
tradisional seperti kesenian,
kerajinan tangan, tarian, musik,
upacara-upacara adat, dan
pakaian.
10
5. Pengetahuan
tradisional
maupun kearifan lokal dapat
meningkatkan pemahaman
wisatawan
mengenai
11
Lingkungan
1. Reklamasi dengan membuat
pulau baru akan menimbulkan
kerentanan terhadap bencana.
Baik tsunami maupun liquifaksi
(hilangnya kekuatan lapisan tanah
akibat adanya faktor getaran,
misalnya gempa bumi). Pulau
baru akan lebih labil dan
memperpadat lokasi, hal yang
justru bertentangan dengan prinsip
adaptasi terhadap bencana.
Lingkungan
1.
Bertambahnya
jadwal
petugas kebersihan sehingga
menaikkan jumlah upah.
Lingkungan
1. Kegiatan pariwisata yang
tidak
seimbang
terhadap
lingkungan, akan mengakibatkan
terjadinya deforestation yaitu
kerusakan
permanen
pada
keaslian hutan dan pepohonan.
Secara umum, hal ini akan
berdampak pada perputaran
karbon, perputaran air dan erosi
pada tanah.
2.
Target
pasar
untuk
memperkenalkan
keindahan
dasar laut, kebudayaan, dan
infrastruktur lainnya sebagai
pendukung sektor pariwisata
secara lebih luas dapat lebih
cepat dalam segi promosi.
12
4.
Memelihara
hubungan
secara baik dengan lingkungan
sekitar serta kebijakan yang
memenuhi aspirasi lokal.
13
disayangkan,
di
dalam
pemenuhan kebutuhan akan
fasilitas-fasilitas
pariwisata
tersebut, hutan serta lahan
pertanianlah
yang
menjadi
korbannya.
3. Produksi energi listrik telah
berkontribusi dalam memacu
pertumbuhan ekonomi. Namun
ketergantungan sektor listrik
terhadap penggunaan bahan
bakar fosil (batubara, minyak
bumi
dan
gas)
telah
menyebabkan
penurunan
kualitas lingkungan akibat emisi
polutan yang dihasilkannya,
seperti (CO2), (N2O) dan (SO2).
4.
Perkembangan
pesat
pariwisata
menyebabkan
permasalahan lingkungan di Bali
seperti pencemaran atas air,
tanah, dan udara semakin
menjadi-jadi. Tumpukan sampah
dimana-mana
akibat
pola
perilaku masyarakat membuat
pencemaran
dan kerusakan
lingkungan.
Menjangan.
5. Menaikkan harga jual tanah di
kawasan dan sekitar reklamasi
dan juga pemanfaaatan ruang
untuk pengembangan pantai.
Daya Dukung
1. Ekowisata merupakan bentuk
wisata alternatif yang menaruh
perhatian
besar
terhadap
kelestarian sumber daya wisata
atau perjalanan wisata alam
yang
bertanggung
jawab
dengan cara mengkonservasi
lingkungan dan meningkatkan
kesejahteraan lokal (TIES
dalam Damanik dkk, 2006).
Kota Denpasar merupakan
salah satu daerah yang
mengembangkan
konsep
5.
Lingkungan
daerah
reklamasi
akan
memiliki
peluang untuk tumbuh dan
berkembang
sebagai
infrastruktur
bertaraf
internasional dan modern,
namun disisi lain tetap
menjujung kearifikan lokal
beraroma budaya asli bali
dengan
membangun
infrastruktur dengan sentuhan
budaya bali.
Daya Dukung
1. Dalam pengelolaan limbah dan
air bersih perlu dikaji kembali,
karna itu saat ini saja daerah kuta,
seminyak, masuk daerah nusa dua
dan bali selatan, masih sering
mengalami banjir saat masuk
musim hujan dan kekurangan air
bersih yang dapat digunakan baik
untuk masyarakat sekitar maupun
yang difungsikan oleh industri
pariwisata pada khususnya.
Daya Dukung
1. Perkembangan pariwisata
akan memberikan peluang,
sehingga banyak berbagai
usaha dibuka dengan basis
pariwisata
seperti
ratusan
komponen usaha, baik usaha
besar atau kecil, termasuk
didalamnya angkutan udara,
kapal-kapal pesiar, kereta api,
agen-agen penyewaan mobil,
pengusaha tur dan biro
perjalanan,
akomodasi,
restoran,
dan
pusat-pusat
Daya Dukung
1. Pembuangan limbah cair
(detergen pencucian linen hotel)
dan limbah padat(sisa makanan
tamu).
Limbah-limbah
itu
mencemari laut, danau dan
sungai. Akibat dari pembuangan
limbah,
maka
lingkungan
terkontaminasi,
kesehatan
masyarakat
terganggu,
perubahan
dan
kerusakan
vegetasi air, nilai estetika
perairan
berkurang (seperti
warna
laut
berubah
dari
14
ekowisata
melalui
pengembangan Desa Budaya
Kertalangu.
2. Sarana
dan
prasarana
pendukungnya, seperti hotel,
restauran, cafe, kolam renang, pusat
souvenir, dan sarana olah raga. Bali
memiliki sarana dan prasarana yang
lengkap.
konvensi.
2. Mendorong pertumbuhan
dan
perkembangan
dunia
pendidikan khususnya pada
bidang kepariwisataan untuk
menghasilkan sumber daya
manusia
di
bidang
kepariwisataan yang handal.
15
Optimasi
teknologi.
Sehingga
dapat
dimanfaatkan
untuk
mengidentifasi kondisi tanah pada
teluk benoa.
industri
perhotelan
membutuhkan energi listrik yang
cukup besar untuk menjamin
kelangsungan
operasionalnya.
Hotel
kadang
memerlukan
energi listrik yang cukup banyak
melebihi
konsumsi
listrik
penduduk lokal.
4.
Ketimpangan
fasilitas
penunjang,
dalam
hal
ini
akomodasi (hotel bintang dan
non-bintang) yang terkonsentrasi
di daerah Kabupaten Badung dan
Kota Denpasar, daerah yang
pendapatannya
tinggi
dan
pertumbuhan ekonominya tinggi.
Sedangkan di daerah yang
pendapatannya
rendah
dan
pertumbuhan ekonominya rendah,
seperti
Karangasem,
Bangli,
Tabanan dan Jemberana, fasilitas
pariwisata sangat rendah. Dengan
demikian,
peningkatan
pembangunan di daerah Nusa Dua
tanpa disertai pembangunan di
daerah
lain
mengaibatkan
pembangunan menjadi timpang,
suatu pelanggaran bagi konsep
16
THK.
5. Elemen daya dukung pada
bauran fasilits
yang dapat
digunakan termasuk Bisnis ke
Bisnis (B2B) pelayanan internet,
Internet
services,
Travel
workshops, Joint campaigns,
Trades hows, kunjungan jurnalis,
Familiarisation trips, Reservation
systems, Representation abroad,
Tourist information
services,
Destination management systems
Ekonomi Pancasila
Ekonomi Pancasila
Ekonomi Pancasila
1.
Peningkatan
ekonomi 1. Kerugian/biaya yang hilang
1. 1. Meningkatkan pendapatan
1.
masyarakat yang hidup di sekitar secara ekonomi dihitung menurut masyarakat
dan
juga
DTW (Daerah Tujuan Wisata) pendapatan nelayan yang hilang pendapatan pemerintah.
pada khususny.
bila
reklamasi
dilaksanakan,
6.
potensi ekosistem/ biota laut yang
hilang karena kegiatan reklamasi
serta biaya penggantian rumah
dan lahan.
Ekonomi Pancasila
2. Kelembagaan ekonomi yang 2. Terjadinya kesenjangan sosial 2. Untuk mengatasi masalah 2. Ancama PHK besar besaran
berkaitan
langsung
dengan antara penduduk asli dengan ideologi
ini,
harus ketika perekonomian lesu dan
ekonomi masyarakat pedesaan pendatang dan Struktur harga diimplemantasikan
kembali rentannya KKN pada program
17
18
3.
Investasi
rakus
selalu
memberi janji manis namun
sering tidak terwujud. Kasus
reklamasi Pulau Serangan yang
terbengkalai, termasuk banyak
kasus seperti di GWK, Pecatu
Graha, BNR, dll adalah contoh
nyata. Pada akhirnya masyarakat
kecil tetap menjadi korban dan
tidak
ada
yang
bertanggungjawab atas kerugian
yang ditimbulkan.
4.
Akibat
pariwisata
juga
menjadikan masyarakat berpikir
individualis dan kapitalis. Nilainilai ini tentu bertentangan
dengan
Pancasila.
Demi
keuntungan
pariwisata,
masyarakat meninggalkan adat,
merusak lingkungan, dan saling
bersaing secara tidak sehat.
5.
Kebijakan kesejahteraan
berkaitan dengan perbaikan dari
segi
pendapatan
dari
perkembangan
pariwisata,
tentunya dapat mempengaruhi
kematangan dan perilaku pekerja
dan juga akan mempengaruhi
kebijakan dalam investasi asing
sehingga
mempengaruhi
ketersediaan modal investasi.
5. Kegiatan pemanfaatan di 5.
Pencari
kerja
lebih
wilayah
pesisir
akan mengutamakan pariwisata dan
mempengaruhi
aktivitas perhotelan.
ekonomi
masyarakat
dan
mengurangi
tingkat
pengangguran.
19
Aspek
SP
Sosial Budaya
1. Kehidupan
sosial
budaya
masyarakat Bali dilandasi filsafah
Tri Hita Karana.
2. Perilaku
kehidupan
masyarakatnya dilandasi oleh
falsafah Karmaphala.
3. Salah satu kearifan lokal yang
lain adalah keberadaan Lembaga
Subak bersifat sosio-religius.
4. Wisata budaya meliputi 83 obyek
wisata, misalnya wisata seni di
Ubud, situs keramat Tanah Lot,
upacara Barong di Jimbaran dan
berbagai tempat seni lainnya.
5. Pengetahuan tradisional maupun
kearifan
lokal
dapat
meningkatkan
pemahaman
wisatawan mengenai kehidupan
sosial
budaya
masyarakat,
sehingga
wisatawan
betah
tinggal lama di kawasan
ekowisata..
Nilai
Bobot
Lingkungan
1. Kebudayaan Bali tercermin dari
aspek lingkungan pada Desa
20
Rasio
Skor
wisata
merupakan
kegiatan
wisata yang ditujukan kepada
wisatawan yang ingin menikmati
suasana pedesaan.
2. Teluk Benoa adalah kawasan
perairan strategis di bagian
selatan Bali dan menjadi muara
sejumlah sungai di Bali.
3. Salah satu pesona alam di pulau
bali adalah Hutan Mangrove atau
yang sering kita kenal dengan
nama hutan bakau.
4. Lingkungan alam merupakan aset
pariwisata di suatu daerah contoh
di bali memiliki berbagai
keanekaragaman alam seperti 47
obyek wisata, seperti panorama di
Kintamani, Pantai Kuta, Legian.
5. Menaikkan harga jual tanah di
kawasan dan sekitar reklamasi
dan juga pemanfaaatan ruang
untuk pengembangan pantai.
Daya Dukung
1. Ekowisata merupakan bentuk
wisata alternatif yang menaruh
perhatian
besar
terhadap
kelestarian sumber daya wisata
atau perjalanan wisata alam yang
bertanggung jawab dengan cara
mengkonservasi lingkungan dan
21
meningkatkan
kesejahteraan
lokal.
2. Sarana dan prasarana pendukungnya,
seperti hotel, restauran, cafe, kolam
renang, pusat souvenir, dan sarana olah
raga. Bali memiliki sarana dan
prasarana yang lengkap.
3. Dengan adanya perkembangan
teknologi.
Sehingga
dapat
dimanfaatkan
untuk
mengidentifasi kondisi tanah
pada teluk benoa.
4. Pemakaian standar daya dukung
fisik bagi destinasi wisata mampu
menghindarkan
pembangunan
kawasan yang terlalu cepat dan
tidak terkendali yang justru akan
merugikan.
5. Elemen daya dukung pada bauran
fasilits
yang dapat digunakan
termasuk Bisnis ke Bisnis (B2B)
pelayanan internet, Internet services,
Travel workshops, dan lainnya.
Ekonomi Pancasila
Gambar 1.2 Analisis Weakness/ Kelemahan dari Rencana Reklamasi Teluk Benoa.
Weaknesses
(Kelemahan)
Sosial Budaya
1. Konsep THK mulai melemah
dalam fungsi dasarnya.
2. Relokasi pemukinan bagi
penduduk yang terkena dampak
fisik dari proses reklamasi.
3. Rencana reklamasi tidak
SP
Nilai
Bobot
23
Rasio
Skor
26
dari reklamasi.
4.
Akibat
pariwisata
juga
menjadikan masyarakat berpikir
individualis dan kapitalis.
5. Booming pariwisata di Bali
menyebabkan masyarakat Bali
mengalihkan semua potensinya
untuk mengembangkan pariwisata.
Gambar 1.3 Analisis Opportunity/ Peluang dari Rencana Reklamasi Teluk Benoa.
Opportunity
(Peluang)
Sosial Budaya
1.
Potensi
yang
dapat
dikembangkan
lebih
modern,
seperti industri pengolahan hasil
pertanian, industri kecil (home
industry); dan kerajinan rakyat.
2. Dengan adanya revitalisasi pada
teluk benoa makan akan ada
dorongan dalam usaha melestarikan
SP
Nilai
Bobot
27
Rasio
Skor
dan
menghidupkan
kembali
beberapa pola budaya tradisional.
3. Peluang lain yang muncul dari
industri pariwisata ini antara
lain dapat terlihat pula dari
segi
budaya.
Dengan
pesatnya
perkembangan
industri pariwisata maka akan
membawa pemahaman dan
pengertian
antar
budaya
melalui interaksi pengunjung
wisata
(turis)
dengan
masyarakat lokal tempat
daerah wisata tersebut berada.
4. Sosialisasi mengenai rencana
pelaksanaan reklamasi dengan
warga.
5.
Adanya transmigrasi, yang
disebabkan oleh perkembangan dari
daerah pariwisata baru.
Lingkungan
1. Bertambahnya jadwal petugas
kebersihan sehingga menaikkan
jumlah upah.
2. Target
pasar
untuk
memperkenalkan
keindahan
dasar laut, kebudayaan, dan
infrastruktur lainnya sebagai
pendukung sektor pariwisata
secara lebih luas dapat lebih
28
berbagai
ragam
kebutuhan
informasi dari berbagai audien yang
berbeda.
5. Adanya LSM atau CSR yang
dapat diajak bekerja sama dalam
upaya pemberdayaan masyarakat
pesisir yang akan direlokasi dan
Daya dukung dapat ditingkatkan
dengan
pengembangan
ecomanagement dengan prinsip 3 R
(reduce, reuse and recycle) dan
Ecoefisiensi.
Ekonomi Pancasila
1. 1. Meningkatkan pendapatan
masyarakat dan juga pendapatan
pemerintah.
6.
2. Untuk mengatasi masalah
ideologi
ini,
harus
diimplemantasikan kembali nilainilai luhur Pancasila.
3.
Memberikan
keuntungan
ekonomi
kepada
hotel
dan
restaurant.
4. Kawasan reklamasi strategis
sehingga memungkinkan banyak
investor menanamkan modal.
5. Kegiatan pemanfaatan di wilayah
pesisir
akan
mempengaruhi
30
Gambar 1.4 Analisis Threats/ Ancaman dari Rencana Reklamasi Teluk Benoa.
Opportunity
(Peluang)
Sosial Budaya
1. Dampak negatif yang sering
dikawatirkan
terdapat
budaya
masyarakat lokal antara lain; proses
komodifikasi,
peniruan,
dan
profanisasi dan juga dampak negatif
sosial
budaya
pengembangan
pariwisata dilihat dari respon
masyarakat
lokal
terhadap
SP
Nilai
Bobot
31
Rasio
Skor
keberadaan pariwisata.
2. Di samping pariwisata dapat
mengembangkan dan melestarikan
kebudayaan, sering juga terjadi
sebaliknya yaitu tereksploitasinya
kebudayaan secara berlebihan demi
kepentingan pariwisata. fungsi
utamanya
demi
kepentingan
pariwisata.
3.
Perubahan
terhadap
perkembangan pariwisata akan
memiliki suatu konsekuensi dan
juga
terjadinya
homogenisasi
budaya.
4. Pariwisata Bali bergantung
kepada alam yang membentuk
budaya dan spritualitasnya.
5. Dampak sosial lainnya adalah
terjadinya penolakan dari warga.
Lingkungan
1. Kegiatan pariwisata yang tidak
seimbang terhadap lingkungan,
akan mengakibatkan terjadinya
deforestation.
2. Kerusakan Hutan Akibat
Pembangunan Fasilitas Pariwisata..
3. Produksi energi listrik telah
berkontribusi
dalam
memacu
pertumbuhan ekonomi.
4. Perkembangan pesat pariwisata
32
menyebabkan
permasalahan
lingkungan
di
Bali
seperti pencemaran atas air, tanah,
dan udara semakin menjadi-jadi.
5. Perubahan alih fungsi lahan
produktif yang kini sebagian besar
digunakan untuk pembangunan,
tidak hanya berdampak pada
kelestarian lingkungan, tetapi juga
berdampak pada keberadaan flora
dan fauna.
Daya Dukung
1. Pembuangan limbah cair
(detergen pencucian linen hotel)
dan limbah padat(sisa makanan
tamu).
2. Perjalanan menggunakan alat
transportasi udara sangat nyaman
dan cepat. Namun, angkutan udara
berpotensi merusak atmosfir bumi.
Hasil buangan emisinya dilepas di
udara yang menyebabkan atmosfir
tercemar dan gemuruh mesin
pesawat menyebabkan polusi suara.
3. Sektor pariwisata maupun
industri perhotelan membutuhkan
energi listrik yang cukup besar
untuk menjamin kelangsungan
operasionalnya.
4. Penggunaan fasilitas seperti AC
33
34
3.2 Simpulan
Kegiatan reklamasi menimbulkan banyak dampak positif maupun negatife terhadap kelestarian lingkungan, pertumbuhan ekonomi
dan budaya Bali.Banyak masyarakat yang pro ataupun kontra terhadap kegiatan reklamasi ini. Tetapi jika reklamasi dilaksanakan
mengikuti prinsip prinsip reklamasi dan dengan komunikasi dan koordinasi yang sinergi dari segenap lembaga masyarakat, tujuan
dari reklamasi yang untuk memajukan suatu wilayah dan tidak mengesampingkan kelestarian lingkungan bisa tercapai, sehingga
manfaat reklamasi akan dirasakan bagi masyarakat Bali, baik itu di sektor sosial budaya, lingkungan, daya dukung dan ekonomi
pancasila. Sehingga kesimpulannya perencanaan bisnis reklamasi Teluk Benoa tidak layak baik dari aspek sosial budaya, lingkungan,
daya dukung dan ekonomi pancasila
3.3 Rekomendasi
Reklamasi Teluk Benoa sebagai salah satu solusi pengelolaan kawasan pesisir di Teluk Benoa sebaiknya tidak dilaksanakan
sekarang. Reklamasi Teluk Benoa dapat dilaksanakan bila memenuhi dua kriteria sebagai berikut:
a) Reklamasi dapat dilaksanakan jika manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh lebih besar dari biaya sosial dan biaya ekonominya,
sesuai Undang-undang No. 27 tahun 2007 pasal 34. Perhitungan ekonomi yang dilakukan pada penelitian ini masih menunjukkan
kerugian/ biaya yang hilang lebih besar nilainya daripada manfaat ekonomi yang diperoleh (manfaat dan kerugian dihitung berbasis
masyarakat).
35
Memberikan pelatihan pengolahan sumberdaya laut, terutama ikan kepada penduduk secara intensif. Sehingga dengan semakin
terkelolanya hasil-hasil laut akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah dan juga bagi masyarakat itu
sendiri.
Memberikan pelatihan keterampilan bagi nelayan/ masyarakat pesisir, sehingga muncul kreativitas untuk berkembang dengan
mencari peluang usaha baru, tidak hanya tergantung pada hasil melaut saja.
36
Penilaian aspek ini penting dilakukan sebelum proyek terlanjur diberhentkan oleh pihak-pihak yang berwajib karena
dianggapberoperasi secara legal atau menghadapi protes masyarakat yang menganggap bahwa proyek/bisnis yang dibangun
melanggar norma kemasyarakatan. Dalam aspek yuridis yang perlu dilihat dari sisi :
a) Who (Siapa pelaksana proyek)
Pelaksana reklamasi pada perencanaan bisnis ini adalah Pemerintah langsung ayng digagas oleh Gubernur Bali yaitu Mangku
Pastika, disiis lain yang terlibat adalah perusahaan kontraktor yang berperan melakukan proses reklamasi di teluk benoa, tim
akademis yang akan mengkaji dari berbagai aspek seperti, sosial budaya, lingkungan, daya dukung dan ekonomi pancasila, dan
juga beberpa individu yang memiliki keterkaitan dengan tata ruang maupun yang ahli dalam pariwisata yang dijadikan sebagai
decision makers.
Berkaiatan dengan bentuk Yuridis perusahaan, khususnya pihak kontraktor merupakan perusahaan yang berbentuk Perseroan
terbatas (PT), dimana PT sendiri merupakan bentuk perusahaan yang modalnya terbagi atas saham-saham. Makin banyak
saham yang dimiliki makin besar andilnya dan kedudukannya dalam perusahaan tersebut.
Berkaitan dengan identitas pelaksana, dalam identitas pelaksanaan rata-rata untuk kontraktor dan tim yang bekerja dalam
proses reklamasi maupun tim ahli secara keseluruhan memiliki kewarganegaraan Indonesia.
b) What (Proyek apa yang dibuat)
Bidang usaha yang dibangun pada reklamasi teluk benoa terfokus pada sektor pariwisata, serta pembangunan sarana dan
prasarana yang menunjang sektor pariwisata. Dampak lingkungan sendiri yaitu Dari aspek Hidrodinamika, pengurukan laut
(reklamasi) akan mengakibatkan dampak negatif seperti erosi pantai, pendangkalan alur pelayaran Pelabuhan Benoa dan
pendangkalan muara sungai, pembendungan dan luapan air sungai serta gangguan terhadap ekosistem perairan dan aktivitas
Pelabuhan Benoa.
37
38
Ini bisa dimengerti, karena permasalahan masyarakat Bali dewasa ini bersifat multikompleks yang memerlukan kehati-hatian dalam
pengambilan kebijakan dalam merumuskan perencanaan pembangunan Bali di masa depan.
Untuk itu, betapa pentingnya melihat kekhawatiran masyarakat Bali terhadap berbagai kebijakan pembangunan yang
ditengarai akan mengancam kehidupan mereka dalam hal ini terutama bidang sosial budaya dalam kaitannya dengan manfaat yang
akan diperoleh dan adanya pengorbanan sosial budaya yang akan ditimbulkannya. Proses globalisasi yang berlangsung cepat
ternyata tidak bisa memberi harapan maksimal akan harapan masyarakat Bali menuju kesejahteraan dan keadilan. Bahkan, dampak
globalisasi itu ditengarai akan mengancam eksistensi tradisi budaya yang mereka miliki yang sudah mengakar sepanjang sejarah
mereka.
Tidak mengherankan, apabila mereka mengapresiasi kembali berbagai kebijakan yang mengedepankan kearifan lokal dan
budaya masyarakat Bali yang berbasis agama Hindu, yang saat ini Bali dianggap sebagai satu-satu mozaik Hindu di Asia Tenggara
yang mampu mempertahankan rasa kedamaian, kehidupan masyarakat multikultur yang toleransi, sehingga Bali memiliki daya tarik
tersendiri yang mengakibatkan berbagai kegiatan internasional seperti konferensi, meeting, convention berskala intenasional
dilakukan di Bali. Inilah kontribusi yang diberikan Bali pada kepentingan nasional dan internasional.
Namun demikian, hasil tilik review yang dilakukan itu kurang dapat memahami akan aspek-aspek ini sehingga hasil yang
disampaikan itu akan mendapat respons tersendiri dari masyarakat Bali baik yang menghuni wilayah Tanjung Benoa, maupun
masyarakat Bali pada umumnya. Ini bisa dimengerti karena pada dasarnya memang masyarakat menuntut kemajuan, kesejahteraan
yang lebih baik (quality of life), namun akan lebih baik jika mereka tidak hanya meraih kepuasan itu, tetapi juga bagaimana mereka
merasa lebih dihargai apabila (quality of space) kualitas alam lingkungan mereka juga diapresiasi, berdasarkan nilai-nilai ideal,
yang semestinya bisa diwujudkan sebagaimana yang disebut dengan Tri Hita Karana itu.nila
39
Hal ini terlihat dalam aspek sosial budaya, dimana disebutkan bahwa 40% dari 700 ha luas lahan adalah luas terbuka hijau,
namun bagaimana halnya dengan yang 60% dari 700 ha itu yang akan diperuntukkan untuk pemanfaatan usaha. Apabila ini
dilakukan maka berbagai dampak yang terjadi sebagai akibat pengembangan kawasan atau revitalisasi Teluk Benoa itu akan
berpengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap kehidupan masyarakat sekitar Teluk Benoa pada khususnya dan
masyarakat Bali pada umumnya. Diantaranya adalah tatanan nilai budaya lokal dan budaya unggulan yang diharapkan
dikedepankan akan terancam dengan berbagai dampak perkembangan di kawasan yang akan direvitalisasi itu. Padahal diketahui
bahwa dewasa ini masyarakat dan pemerintah daerah sedang giat-giatnya menggali kearifan-kearifan lokal yang ada (empowering)
di masyarakat dan bukan mencari kearifan lokal dari pengaruh lokal. Dengan kata lain, kearifan lokal masyarakat diupayakan untuk
digali untuk dapat berdaya saing dengan pengaruh luar atau global sehingga penguatan budaya masyarakat lokal diharapkan dapat
diwujudkan demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Bali pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Aspek Lingkungan
Aspek Lingkungan Hidup yang ditinjau meliputi:
Kualitas Udara dan Kebisingan: dengan kesimpulan Berdampak Tidak Penting, dengan alasan kualitas udara saat ini masih
berada jauh di bawah baku mutu lingkungan.
Kualitas Air Laut: dengan kesimpulan sementara Berdampak Penting (Kekeruhan) dalam uraian, namun disimpulkan
Berdampak Tidak Penting terhadap peningkatan nilai parameter-parameter yang telah melewati baku mutu, maupun yang
masih berada di bawah baku mutu.
40
Kualitas Ekosistem Pesisir: dengan kesimpulan a) Berdampak Tidak Penting terhadap ekosistem mangrove; b) Berdampak
Tidak Penting terhadap komunitas padang lamun; c) Berdampak Tidak Penting terhadap komunitas flora darat (bahkan
Berdampak Positif); d) Berdampak Tidak Penting terhadap komunitas ikan; e) Berdampak Tidak Penting terhadap
komunitas makrozoobenthos; dan f) Berdampak Penting terhadap komunitas plankton.
41
42
43
mendatang. Kajian ini, menyangkut darimana tenaga kerja akan diperoleh? Jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan
tenagakerja yang bagaimana dibutuhkan?
Kajian juga tidak menyampaikan biaya ekonomi material tanah urukan untuk reklamasi. Ada asumsi implisit bahwa tanah
telah tersedia tanpa menimbulkan persoalan lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. Yang sepatutnya masuk dalam
perhitungan adalah harga ekonominya, bukan hanya harga financial. Kawasan ini merupakan kawasan yang sudah padat,
sehingga pembangunan tanpa disertai dengan pembangunan infrastruktur yang massif dan modern hanya akan menimbulkan
kongesti yang biaya ekonominya sangat tinggi. Biaya ekonomi kongesti ini tidak diperhitungkan dalam analisa ekonomi ini.
Dengan demikian, berdasarkan poin-poin diatas, review ekonomi-finansial belum dapat digunakan sebagai dasar untuk
menyatakan bahwa proyek revitalisasi Teluk Benoa layak.
44
45
menawarkan berbagai jenis fasilitas, akomodasi dan sarana prasana lainnya, namun dampaknya habitat penyu terancam. Dampak
eksosistem inilah yang sulit untuk dikembalikan seperti awalnya dan pemerintah harus memperhatikan hal tersebut dan tetap
menjadikan Tri Hita Karana sebagai filosofi dasar pemikiran dalam reklamasi.
4.3 Mengapa itu harus dilakukan?
Mengapa reklamasi ini harus dijalankan Tujuannya untuk pemanfaatan kawasan Teluk Benoa antara lain untuk mengurangi
dampak bencana alam dan dampak iklim global, serta menangani kerusakan pantai pesisir. Kebijakan rencana pengembangan Teluk
Benoa adalah untuk meningkatkan daya saing dalam bidang destinasi wisata dengan menciptakan ikon pariwisata baru dengan
menerapkan konsep green development, sebagai upaya mitigasi bencana, khususnya bahaya tsunami. Reklamasi ini akan menambah
luas lahan dan luas hutan bagi Pulau Bali, yang tentu sangat prospektif bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Bali, apabila
dikelola dengan tepat, arif dan bijak.
Namun, disisi lain banyak gesekan yang terjadi baik dari aspek sosial budaya, lingkungan, daya dukung dan ekonomi
pancasila yang akan memunculkan berbagai dampak apabila rencana tersebut dapat diwujudkan, antara lain masalah lingkungan,
ketidak-nyamanan selama proses pembangunan, kemacetan, dan beberapa masalah lainnya, yang tentu dalam kajian final-nya nanti
akan kita lihat, seberapa besar kerugiannya.
46
47
48
berdiri di atas lahan reklamasi sejak tahun 1988 dan Home@36 yang lokasinya berada di Discovery Shopping Mall (DSM), mall
pertama yang dibangun pada tahun 2003 di saat kondisi pariwisata sedang mengalami mati suri pasca ledakan bom.
Berawal dari kecintaan terhadap Bali serta upaya untuk berinovasi dalam meningkatkan kualitas dan memberikan pelayanan
terbaik di dalam pengembangan dunia pariwisata, PT TWBI berinisiatif untuk menjadi pelopor pengembang kawasan yang ramah
lingkungan serta konsisten memperhatikan kearifan lokal. Melalui Revitalisasi Teluk Benoa (RTB), PT TWBI bergerak maju untuk
mewujudkan visi perusahaan menjadi perusahaan pengembang dan pengelola kawasan terbaik di Bali.
4.6
Kapan itu harus dilakukan.
Reklamasi Teluk Benoa sebagai salah satu solusi pengelolaan kawasan pesisir di Teluk Benoa sebaiknya tidak dilaksanakan
sekarang. Reklamasi Teluk Benoa dapat dilaksanakan bila memenuhi dua kriteria sebagai berikut:
a) Reklamasi dapat dilaksanakan jika manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh lebih besar dari biaya sosial dan biaya ekonominya,
sesuai Undang-undang No. 27 tahun 2007 pasal 34. Perhitungan ekonomi yang dilakukan pada penelitian ini masih menunjukkan
49
kerugian/ biaya yang hilang lebih besar nilainya daripada manfaat ekonomi yang diperoleh (manfaat dan kerugian dihitung berbasis
masyarakat).
b) Rencana kegiatan reklamasi mendapatkan penerimaan dari masyarakat.
Setelah kedua point itu dapat disetujui makan proses reklamasi pun dapat dilaksanakan oleh pihak pengelola kontraktor, dimana
dalam prosesnya dapat diawasi oleh pemerintah dan masyarakat. Tidak hanya mengawasi setidaknya pada kedua point itu masyarakat
pun mendukung program reklamasi Teluk benoa.
L
4.7 Dimana harus dilakukan?
Pada 26 Desember 2012 Gubernur Bali memberikan izin reklamasi kepada PT. Tirta Wahana Bali Internasional (PT TWBI) di
kawasan perairan Teluk Benoa Kabupaten Badungseluas 838 hektarmelalui SK Nomor 2138/02-C/HK/2012 tentang Rencana
Pemanfaatan dan Pengembangan Kawasan Perairan Teluk Benoa.
4.8 Apa dampak negatif dan positifnya.
Pendahuluan Rencana proyek reklamasi di Teluk Benoa, Kabupaten Badung, Bali menjadi isu hangat belakangan ini. Pro dan
kontra yang timbul menjadi polemik karena berbagai pertimbangan jika proyek itu dibangun. Berbagai kajian - kajian dilakukan
mengenai layak atau tidaknya dilakukan reklamasi serta dampaknya kedepan. Tapi sebelum kami mengemukakan pendapat mengenai
reklamasi di Teluk Benoa, ada baiknya saya menjelaskan apa yang dimaksud dengan reklamasi, tujuan dari reklamasi dan latar
belakang kenapa kawasan Teluk Benoa diusulkan untuk direklamasi. Reklamasi secara awam diartikan sebagai menciptakan daratan
baru di lahan yang sebelumnnya terdiri dari air.
Kita menyadari sekarang ini banyak masyarakat cenderung mengartikan kata reklamasi dengan negatif, menurut saya paradigma di
50
masyarakat ini dikarenakan reklamasi di pulau serangan yang tidak berjalan dengan baik dan benar, padahal jika dilaksanakan dengan
benar sesuai dengan prinsip prinsip reklamasi, reklamasi ini bisa menyelamatkan daratan dan membantu pertumbuhan ekonomi di
pulau Bali. Adapun salah satu dampak positif dari reklamasi adalah untuk menyelamatkan pulau Bali khususnya Teluk Benoa dari
dampak abrasi pantai yang kian hari semakin memprihatinkan, Pulau Baru yang akan dibangun dari reklamasi bias menambah luas
pulau Bali, kawasan ini juga akan menjadi milik Bali, milik masyarakat Bali. Reklamasi juga dapat menjaga keberadaan pura pura
yang ada di Bali, banyak pura pura suci di bali yang berada di tepi laut, jika tidak dilakukan reklamasi untuk mengamankan daratan
Bali, maka pura pura yang berada di tepi laut ini akan hilang, contohnya Pura Tanah Lot yang berada tepat di tepi laut, jika tidak
direklamasi, mungkin keberadaan pura ini akan hilang. Tidak hanya itu, ditinjau dari sosial ekonomi khususnya di Bali yang
merupakan icon pariwisata. Dibangunnya kawasan terpadu, seperti fasilitas umum dan akomodasi pariwisata pada wilayah reklamasi
bisa menumbuhkan perekonomian Bali, dan juga akan memberikan peluang lapangan kerja bagi masyarakat bali yang sangat
bergantung pada sektor pariwisata. Adapun dampak positif dan negatifnya antara lain.
Dampak Positif
1) Secara geografis, luas pulau Bali akan bertambah. Pulau baru yang dibangun investor di kawasan ini akan menjadi milik Bali,
milik masyarakat Bali. Demikian pula luas hutan kita, khususnya hutan mangrove, akan bertambah. Keberadaan hutan bakau yang
sangat luas di kawasan tersebut, akan sangat melindungi kawasan pesisir dari ancaman abrasi akibat iklim global, termasuk
melindungi Bali dari bencana tsunami.
2) Dalam hal lapangan kerja, dibangunnya akomodasi pariwisata dan fasilitas umum akan memberikan peluang lapangan kerja bagi
masyarakat Bali dalam 5 sampai 10 tahun mendatang.
3) Dalam mendukung pembangunan pariwisata, keberadaan pulau reklamasi akan menjadi destinasi wisata baru. Konsep pariwisata
budaya mutlak diimplementasikan dalam membangun dan mengembangkan kawasan dan atraksi wisata di kawasan tersebut.
51
Kejenuhan wisatawan asing atas atraksi dan obyek wisata yang ada saat ini, wajib diantisipasi untuk 5 sampai 10 tahun ke depan.
Kita berharap pariwisata budaya kita menuju quality tourism, dalam arti wisatawan yang datang adalah yang memang berwisata
dan berbelanja di Bali. Di sisi lain, kita tidak boleh menutup mata terhadap kemajuan yang dialami pariwisata negara-negara
tetangga, seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura. Kita tidak boleh malu belajar dari kemajuan yang mereka capai. Belum lagi
daerah-daerah lainnya di tanah air yang sedang gencar-gencarnya membangun pariwisatanya, mulai dari yang terdekat yaitu
Banyuwangi dan NTB, sampai pada pengembangan Kepulauan Raja Ampat, yang sangat berobsesi mengalahkan kemajuan
pariwisata Bali.
Dampak Negatif
1) Reklamasi akan merusak fungsi dannilai konservasi kawasan serta perairan Teluk Benoa.
2) Reklamasi menyebabkan berkurangnya fungsi teluk benoa sebagai reservoir dari 5 sub DAS.
3) Reklamasi dengan membuat pulau baru akan menimbulkan kerentanan terhadap bencana.
4) Peningkatan padatan tersuspensi dan serta sedimentasi di habitat tertentu terumbu karang dapat mematikan polip karang dan
merusak terumbu karang di kawasan sekitarnya.
5) Reklamasi akan menyebabkan perubahan kondisi perairan, seperti salinitas, temperatur serta masukan nutrient yang terbatas dari
luar teluk, termasuk menyebabkan pola perpindahan sedimen.
6) Reklamasi semakin mengancam dan memperparah abrasi pantai.
7) Pengambilan material untuk reklamasi akan menyebabkan merosotnya keanekaragaman hayati di lokasi sumber material.
8) Peraturan pemerintah hanya berpihak dan menguntungkan kepentingan investor.
52
9) Pulau hasil reklamasi akan dibangun ribuan kamar dari berbagai jenis akomodasi. Hal ini bertentangan dengan riset pemerintah
yang menyatakan Bali Selatan sudah
DAFTAR PUSTAKA
http://www.indonesia.go.id/in/pemerintah-daerah/provinsi-bali/pariwisata
53
54