You are on page 1of 7

ANALISIS PENGARUH VARIASI HUBUNGAN TEGANGAN REGANGAN BETON DAN

BENTANG BANGUNAN TERHADAP KINERJA STRUKTUR RANGKA TIGA DIMENSI


DENGAN METODE NONLINEAR STATIK PUSHOVER
Puput Risdanareni1, Tavio2, Aman Subekti3
1

Mahasiswa pasca sarjana jurusan teknik sipil- struktur FTSP ITS


tel: 03160712194;email : pu2t_risdanareni@yahoo.com
2

Dosen jurusan teknik sipil FTSP ITS


email : tavio@its.ac.id

Dosen jurusan teknik sipil FTSP ITS

ABSTRAK
Dalam penelitian ini di buat sebuah model struktur 3D dengan variasi bentang b/ 1; 1,5 ; 2 dimana b ialah bentang
bangunan arah X dan ialah bentang bangunan arah Y dengan ketinggian bangunan 56 m ( 14 lantai ). Analisa yang dipakai dalam
meninjau perilaku struktur akibat gempa adalah analisa statis nonlinear pushover. Metode yang digunakan untuk analisa tingkat
kinerja ialah metode capacity method dan metode target displacement. Digunakan data diagram stress strain beton terkekang milik
Cussons Paultre. Dari hasil analisa diperoleh bahwa semakin tinggi rasio b/ bangunan makin kecil nilai daktilitas strukturnya.
Bangunan yang memasukkan diagram stress strain Cussons Paultre memiliki daktilitas 2-3 kali lipat lebih tinggi daripada bangunan
yang dirancang sesuai FEMA 356. Analisa dengan metode capacity method (Performance Point) ATC 40 lebih akurat untuk
menjelaskan perbedaan tingkat kinerja struktur dengan memasukkan efek nonlinearitas dibanding dengan metode target
displacement FEMA 356

Kata kunci:

Diagram Stress Strain Cussons Paultre, Tingkat Kinerja, Daktilitas, Analisa Statis Non Linear Pushover,
metode koefisien perpindahan, metode performance point

PENDAHULUAN
Struktur bangunan yang dirancang oleh arsitek
mempunyai beragam gaya, model dan bentuk
menjadi fenomena tersendiri bagi seorang teknik
sipil dalam menganalisis strukturnya ketika
menerima beban gempa. Dalam penelitian ini di
buat sebuah model struktur 3D dengan variasi
bentang b/ 1; 1,5 ; 2 dimana b ialah bentang
bangunan arah X dan ialah bentang bangunan
arah Y dengan ketinggian bangunan kurang lebih
56 m (14 lantai).
Perkembangan disain struktur tahan gempa akhirakhir ini menawarkan suatu pendekatan baru
dengan menggunakan konsep Performance Based
Seismic Design. Konsep Performance Based
Seismic Design adalah konsep yang menetapkan
tingkat kinerja (performance level) yang
diharapkan dapat dicapai saat struktur dilanda
gempa dengan intensitas tertentu. Metoda evaluasi
tingkat kinerja struktur yang dipakai pada
penelitian ini bedasarkan FEMA 356 dan ATC 40,
yaitu metoda koefisien perpindahan (Displacement
Coefficient) dan metoda Performance Point.
Sedangkan analisa yang dipakai dalam meninjau
perilaku struktur akibat gempa adalah analisa statis
nonlinear pushover.

Untuk mendapatkan hasil yang mendekati


kenyataan di lapangan, dimasukkan efek
nonlinearitas material dan geometri. Non linearitas
material dilakukan dengan memasukkan model
tegangan regangan beton terkekang Cussons
Paultre. Nonlinearitas geometri diwakili dengan
memperhitungkan efek P delta.
METODE
Struktur dirancang dengan memasukkan data stress
strain standard (default ETABS) dan akan
dibandingkan dengan struktur yang dirancang
dengan memasukkan data stress strain Cussons
Paultre. Dibuat 3 model struktur yang memiliki
perbedaan denah dengan perbandingan b/ 1; 1,5 ;
2.Tinggi bangunan 56 m (14 lantai). Analisa
pembebanan pada struktur diberikan pada
tabel 1.

A-61
ISBN 978-979-18342-1-6

lunak. Perhitungan gaya gempa diuraikan sebagai


berikut :
C I
Wt ................................(1)
V=
R
Dimana V- Beban geser nominal bangunan; Cfaktor respons gempa ; R- faktor reduksi gempa; Ifaktor keutamaan gedung ; Wt- berat total gedung.

Gambar 1 : denah struktur model 1

Selanjutnya gaya tersebut di distribusikan ke tiap


lantai bangunan. Gaya ini nantinya yang akan
digunakan untuk analisa pushover. Rumus yang
digunakan untuk menghitung gaya untuk tiap lantai
ialah :
Fi =

Wi .hi

xV .(2)

Wi .hi

Dimana Fi- gaya static equivalent bangunan; Wi


berat bangunan; hi- tinggi bangunan; V- gaya geser
total.
Sebagai contoh perhitungan berikut diberikan
beban static equivalent yang bekerja pada struktur
model 1.

Lt
14
1-13

BEBAN
DL
LL
(kg/m2) (kg/m2)
341
100
351
250

B. segitiga
Ly = 5 ; Lx = 2,5
DL
LL
(kg/m)
(kg/m)
852,5
250
877,5
625

Gambar 2 : Potongan struktur model 1


Tabel 1 : pembebanan tributary area balok pinggir

Tabel 2 : Pembebanan tributary area balok tengah

Lt
14
1-13

BEBAN
DL
LL
(kg/m2) (kg/m2)
341
100
351
250

B. segitiga
Ly = 5 ; Lx = 2,5
DL
LL
(kg/m)
(kg/m)
1704
500
1755
1250

Beban gempa yang diaplikasikan pada struktur


disederhanakan dari respons spectrum menjadi
static equivalent, respons spectrum yang digunakan
ialah respons spectrum SNI 1726 wilayah 6 tanah

A-62

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

Tabel 3 gaya static equivalent struktur model 1


Tabel 4 Rekapitulasi desain struktur
Lt

Wi (kg)

14

775.836,0

825.336,0

12

825.336,0

11

825.336,0

10

825.336,0

926.136,0

926.136,0

926.136,0

926.136,0

926.136,0

1.037.016,0

1.037.016,0

1.037.016,0

1.037.016,0

Wi.hi
(kg.m)
43.446.
816,0
42.917.
472,0
39.616.
128,0
36.314.
784,0
33.013.
440,0
33.340.
896,0
29.636.
352,0
25.931.
808,0
22.227.
264,0
18.522.
720,0
16.592.
256,0
12.444.
192,0
8.296.1
28,0
4.148.0
64,0
366.448
.320,0

Fix (kg)
100%

Tulangan
melintang

jarak
tulangan
melintang
(mm)

8D25 (atas)
4D25(bawah)

2D10

150

4D25 (atas)
2D25(bawah)

2D10

150

7D25 (atas)
3D25(bawah)

2D10

150

3D25 (atas)
2D25(bawah)

2D10

150

5D25 (atas)
3D25(bawah)

2D10

150

3D25 (atas)
2D25(bawah)

2D10

150

24D25

4D13

100

16D25

4D12

100

30%

11.527,7

3.458,3

11.387,3

3.416,2

10.511,3

3.153,4

9.635,4

2.890,6

8.759,5

2.627,8

8.846,3

2.653,9

7.863,4

2.359,0

6.880,5

2.064,1

5.897,6

1.769,3

4.914,6

1.474,4

4.402,4

1.320,7

3.301,8

990,5

2.201,2

660,4

1.100,6

330,2

Selanjutnya struktur di analisa menggunakan program


ETABS , mtu beton fc ialah 30 MPa, dan mutu baja
tulangan ialah 400 MPa. Data stress strain yang digunakan
ialah milik Cussons Paultre (1995). Struktur di desain
sesuai SNI 2847 2002. Adapun hasil desain yang diperoleh
disajikan pada tabel 4.

No

Lantai

1 s/d
4

1 s/d
4

5 s/d
9

5 s/d
9

10 s/d
14

10 s/d
14

1 s/d
4

5 s/d
14

Elemen
Struktur
Balok
interior
400x800
mm
Balok
eksterior
400x800
mm
Balok
interior
400x700
mm
Balok
eksterior
400x700
mm
Balok
interior
300x600
mm
Balok
eksterior
300x600
mm
kolom
800x800
mm
kolom
700x700
mm

Tulangan
memanjang

Data stress strain beton terkekang yang digunakan ialah


milik Cussons Paultre(1995) disajikan pada gambar 3.
Selanjutnya stress strain tersebut di ubah menjadi diagram
momen kurvatur balok dan kolom. Diagram momen
kurvatur kolom disajikan pada gambar 4.

Gambar 4 : Momen kurvatur kolom 800x800mm


Selanjutnya diagram momen kurvatur yang ada
harus di idealisasikan agar dapat di input ke
dalam program ETABS.

Gambar 3 : Hubungan tegangan regangan kolom 800x800


mm Cussons Paultre
A-63
ISBN 978-979-18342-1-6

Dimana Te -periode fundamental effectif ;


Co- faktor modifikasi yang menghubungkan nilai
spectral displacement dan roof displacement ; C1Faktor modifikasi untuk korelasi target simpangan
inelastic maximum terhadap simpangan hasil respon.
Selanjutnya nilai target dispalcement bangunan dibagi
tinggi bangunan. Dari rasio ini diperoleh jenis
performance
level
bangunan.Dimana
kriteria
penerimaan yang digunakan ialah ATC 40.
Untuk metode performance point hal yang harus
dilakukan pertama ialah mengubah kurva demand
respons spektrum dan kurva kapasitas model menjadi
bentuk ADRS. Untuk mengubah kurva demand
digunakan rumus

Gambar 5:
800x800mm

A-64

idealisasi momen kurvatur kolom

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

Selanjutnya momen kurvatur yang telah di


idealisasikan perlu diubah menjadi momen rotasi
untuk dapat di input ke dalam ETABS. Adapun cara
mengubah momen kurvatur menjadi momen rotasi
menurut Priestley ialah :
p = Lp( u- y )..................................(3)
Dimana p - besarnya rotasi; Lp
- panjang
plastis (1 sampai dengan 2 kali h) ;
u- kurvatur ultimate ; y- kurvatur leleh.

Pada gambar 6 disajikan hasil analisa pushover


seluruh model dengan data hinge property default
ETABS berupa kurva kapasitas. Nilai daktilitas
seluruh model default ETABS disajikan pada tabel 5.

sendi

Nilai momen rotasi inilah yang kemudian di input


sebagai nilai momen rotasi yang baru pada hinge
property ETABS. Nilai inisial pada ETABS (default)
adalah tetap akan tetapi factor skala nya harus diubah
sesuai dengan nilai momen rotasi yang baru.
Analisa pushover dilakukan 2 kali yaitu dengan nilai
hinge property default ETABS dan nilai hinge
property modifikasi Cussons Paultre.
Untuk mengetahui tingkat kinerja struktur dilakukan
analisa tingkat kinerja dengan 2 metode yaitu target
displacement sesuai FEMA 356 dan performance
point sesuai ATC 40. Untuk mencari nilai target
displacement pada metode target displacement FEMA
356 di gunakan rumus sebagai berikut :
2

C 0 C1 C 2 C 3 S a

Sd

Te
4

g .................(4)

(5)

Sa
Sd

T
2

) S a (6)

Dimana T-periode; Sd-Spektral displacement ; SaSpektral akseleration.


Selanjutnya
dilakukan analisa tingkat kinerja dengan cara mencari
performance point, dimana performance point ialah
titik pertemuan antara kurva demand dan kurva
kapasitas. Rumus yang digunakan untuk melakukan
analisa ini ialah :
Sd
= X roof / MPFroof (7)
Xroof = Sd * MPF * roof ..(8)

Gambar 6 : Kurva kapasitas seluruh model default


ETABS
Tabel 5 Nilai daktilitas seluruh model default ETABS
m

0,5767

0,0448

12,8728

0,5193

0,0448

11,5915

0,5097

0,0448

11,3772

model

Dimana
Sd-Spektral displacement; MPF- faktor
partisipasi ragam; roof -perpindahan pada lantai i
ragam ke-1.
Berikutnya dilakukan pemeriksaan tingkat kinerja
sesuai ATC 40 yaitu dengan mencari rasio kinerja
untuk kemudian dicocokkan dengan tingkat kinerja
yang dimiliki bangunan
Rasio kinerja = Xroof / Hbangunan.............(9)
HASIL DAN PEMBAHASAN

Model 1 memiliki daktilititas paling besar serta


deformasi paling panjang. Dari tabel 5 dan gambar 6
dapat ditarik kesimpulan semakin besar rasio b/
denah bangunan semakin rendah nilai daktilitasnya
dan semakin pendek deformasinya.

A-65
ISBN 978-979-18342-1-6

diperoleh hasil model 1 Cussons Paultre memiliki


tingkat kinerja damage control.
Pada tabel 8 disajikan rekapitulasi hasil analisa
tingkat kinerja dengan metode performance point
seluruh model.

Gambar 7 : Kurva kapasitas seluruh model Cussons


Paultre

Tabel 6 Nilai daktilitas seluruh model Cussons Paultre


m

model

1,771

0,0448

39,5313

1,0634

0,0448

23,7366

1,0627

0,0448

23,721

Dari gambar 7 dan tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai


daktilitas seluruh model modifikasi Cussons Paultre
memiliki daktilitas 2-3 kali lipat lebih tinggi dari pada
model default ETABS. Deformasi yang dihasilkan
oleh model dengan modifikasi Cussons Paultre lebih
panjang 3-4 kali lipat daripada model default ETABS.
Gambar 8 kurva kapasitas dan demand model 1
Pada tabel 7 disajikan hasil analisa tingkat kinerja
seluruh model dengan metode target displacement.

Tabel 8 Rekapitulasi hasil analisa tingkat kinerja


dengan metode performance point

Tabel 7 Analisa tingkat kinerja dengan metode target


displacement
Tidak terdapat perbedaan nilai target displacement
antara model default ETABS dan modifikasi Cussons
Paultre. Seluruh model berada pada level IO
(Immediate Occupancy).
Diberikan contoh analisa tingkat kinerja dengan
metode performance point model 1. Pada gambar 8
disajikan kurva demand , kurva kapasitas model 1
default ETABS, dan kurva kapasitas model 1 Cussons
Paultre.
Dari gambar 8 dapat di ambil dilihat bahwa kurva
kapasitas default ETABS tidak memenuhi kurva
demand sehingga tidak dapat di analisa dengan metode
performance point. Dengan analisa performance point
A-66

Struktur

Ti
(dtk)

Te (dtk)

t (m)

m/H

level
ATC
40

1,46

1,4475088

0,47427861

0,00846926

IO

1,433

1,4104578

0,45030973

0,00804125

IO

1,434

1,4119792

0,45128167

0,0080586

IO

Modifikasi Cussons Paultre


model
Sd

Xroof

Xroof/
H

tingkat kinerja

0,46

0,734

0,013

Damage control

0,47

0,748

0,013

Damage control

0,45

0,718

0,013

Damage control

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa seluruh model


Cussons Paultre memiliki tingkat kinerja Damage
Control. Sedangkan seluruh model default ETABS
tidak dapat dianalisa dengan metode ini karena kurva
kapasitas model tersebut tidak memenuhi kurva
demand respons spectrum.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini
antara lain :
1. Nonlinearitas material sangat berpengaruh
terhadap tingkat kinerja bangunan. Bangunan
yang memasukkan data stress strain Cussons
Paultre memiliki deformasi yang lebih panjang
daripada bangunan yang dirancang tanpa
memperhitungkan efek nonlinearitas material.
2. Data hinge property etabs yang diambil dari
FEMA 356 terlalu konservatif dibandingkan
dengan data hinge property Cussons Paultre,
hal ini terlihat ketika dilakukan analisa tingkat
kinerja bangunan. Bangunan yang dirancang
dengan data Cussons Paultre memenuhi target
respons spectrum SNI gempa wilayah 6 tanah
lunak, sedangkan yang dirancang dengan
default etabs tidak memenuhi target demand
tersebut.
3. Bentang bangunan dalam hal ini perbandingan
antara b/dari denah struktur 3D berpengaruh
terhadap daktilitas bangunan. Bangunan yang
memiliki rasio b/ terbesar dalam hal ini
model 3 memiliki nilai daktilas lebih rendah
daripada model lain.
4. Tingkat kinerja seluruh struktur jika di periksa
dengan metoda capacity spektrum sesuai ATC
40 ialah damage control, sedangkan jika di
periksa dengan metoda target displacement
FEMA 356 ialah IO.
5. Analisa dengan metode capacity method ATC
40 lebih akurat untuk menjelaskan perbedaan
tingkat kinerja struktur dengan memasukkan
efek nonlinearitas bangunan dibanding dengan
metode target displacement FEMA 356.
6. Desain tulangan rangkap SNI 2847 2002 tidak
memenuhi target kurva demand respons
spectrum SNI gempa wilayah 6 tanah lunak
untuk analisa tingkat kinerja sesuai ATC 40
dan FEMA 356.

Journal of Civil Engineering (Building and


Housing) Vol. 8, No. 3, India, 2007
[5] Almeida,Ricardo.,Barros,Rui, Pushover
Analyshis of Three Dimensional Building
Frame,Journal of Civil Engineering and
Management,2005
[6] Prof. Purwono, Rachmat , Perancangan Struktur
Beton Bertulang Tahan Gempa Sesuai SNI
1726 dan SNI 2847, itspress ,Surabaya,
2005
[7]
Dewobroto,Wiryanto,
Aplikasi
Rekayasa
Konstruksi dengan ETABS 9, Elekmedia
Komputindo, Jakarta, 2004
[8] Badan Standardisasi Nasional, Tata Cara
Perancangan Ketahanan Gempa untuk
Gedung, SNI 03-1726-2002
[9] Husin, Ahmad, Diktat Struktur Beton Dasar, ITS,
Surabaya, 2002
[10] Standar Nasional Indonesia (SNI), Tata Cara
Perancangan
Struktur
Beton
untuk
Bangunan Gedung, SNI 03 2847 2002
[11] Priestly M.J.N , Performance Based Seismic
Design, 12 WCEE, University of California
San Diego,2000
[12] Federal Emergency Management Agency ,
NEHRP Commentary on the Guidline for
the Seismic Rehabilitation of Buildings,
FEMA-356, Wasington, DC,1997
[13]
ATC, Seismic Evaluation and Retrofit of
Concrete Building, Applied Technology
Council,Report ATC 40, 1996
[14] Karabinis,A.I.,Kiousis, Plasticity Model for
Concrete Elements Subjected to Overloads,
Journal of structural Engineering, 1996
[15]
Krawinkler,Helmut,
Pushover
Analysis:
Why,How,When and When Not to Use it,
Proceeding of 65th Annual Convention of The
Structural Engineering Association of
California, Hawaii, 1996
[16]Yayasan
Lembaga
Penyelidikan
Masalah
Bangunan, Depertemen Pekerjaan Umum ,
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung, 1983

DAFTAR PUSTAKA
[1] Prof. Budiono, Bambang, Performance
Based
Design, International Conference on
Earthquake engineering and disaster
mitigation, Jakarta, 2008
[2] Fattah, Ahmed, Eccentricity Based Analysis of
Confinement Reinforced Concrete Circular
Column,
Kansas
State
University,
Manhattan, 2008
[3] Lee, Sam, Nonlinier Dynamic Earthquake analysis
of Skyscraper, CTBUH 8th World Congress,
Dubai,2008
[4] Giri, Momen Curvature of reinforced Concrete
Beams Using Various Confinement Models
and Eksperimental Validation, Asian
A-67
ISBN 978-979-18342-1-6

You might also like