Professional Documents
Culture Documents
ELEKTROKIMIA
OLEH
KELOMPOK 4
KELAS C
1. Ahria Maulisa
(1507111726)
2. Geo Rayfandy
(1507123614)
(1507123897)
(1507123636)
(1507116847)
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Percobaan
1. Menentukan bilangan Avogadro (No) secara elektrolisis
2. Menyusun dan mengukur GGL sel elektrkimia
3. Mencoba menguji persamaan Nernst
1.2
1.2.1
Dasar Teori
Pengertian Sel Elektrokimia
Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aksi antara sifat-sifat listrik
dengan reaksi kimia. Misalnya perubahan energi kimia menjadi energy listrik
pada elemen elektrokimia, reaksi reduksi-oksidasi secara spontan pada elemen
dijadikan sumber arus listrik. Adapun berbagai defisini elektrokimia lainnya yaitu:
a. Elektrokimia adalah cabang kimia yang mempelajari reaksi kimia yang
berlangsung dalam larutan pada antarmuka konduktor elektron (logam
atau semikonduktor) dan konduktor ionik (elektrolit), dan melibatkan
perpindahan elektron antara elektroda dan elektrolit atau sejenis dalam
larutan. Jika reaksi kimia didorong oleh tegangan eksternal, maka akan
seperti elektrolisis, atau jika tegangan yang dibuat oleh reaksi kimia
seperti pada baterai, maka akan terjadi reaksi elektrokimia. Sebaliknya,
reaksi kimia terjadi dimana elektron yang ditransfer antara molekul
disebut oksidasi atau reduksi (redoks) reaksi. Secara umum, elektrokimia
berkaitan dengan situasi dimana oksidasi dan reduksi reaksi dipisahkan
dalam ruang atau waktu, dihubungkan oleh sebuah sirkuit listrik eksternal
(Sukardjo, 1997).
b. Elektrokimia adalah ilmu tentang hubungan antara senyawa listrik dan
kimia. Elektrokimia merupakan studi yang mempelajari bagaimana reaksi
kimia dapat menimbulkan tegangan listrik dan tegangan listrik terbalik
dapat menyebabkan reaksi kimia dalam sel elektrokimia. Konversi energi
dari bentuk kimia ke bentuk listrik dan sebaliknya adalah inti dari
elektrokimia. Ada dua jenis sel elektrokimia, yaitu sel galvani dan
elektrolisis. Sel galvani adalah sel yang menghasilkan tenaga listrik ketika
sel mengalami reaksi kimia sedangkan sel elektrolit adalah sel yang
mengalami reaksi kimia ketika tegangan listrik diterapkan. Elektrolisis dan
korosi adalah contoh proses penting pada elektrokimia. Prinsip-prinsip
dasar elektrokimia didasarkan pada rasio tegangan antara dua zat dan
memiliki kemampuan untuk bereaksi satu sama lain. Semakin lama logam
dalam elemen galvanik yang terpisah dalam seri tegangan elektrokimia,
semakin kuat listrik akan terekstrak. Teori Elektrokimia dan metode
elektrokimia memiliki aplikasi praktis dalam teknologi dan industri dalam
banyak cara. Penemuan dan pemahaman reaksi elektrokimia telah
memberikan kontribusi untuk mengembangkan sel bahan bakar dan
baterai, dan pemahaman logam relatif terhadap satu sama lain dalam
elektrolisis dan korosi (Bird, 1993).
c. Elektrokimia adalah cabang kimia yang mempelajari perpindahan antara
energi listrik dan energi kimia. Dengan kata lain, reaksi kimia yang terjadi
pada antarmuka konduktor listrik (disebut elektroda yang dapat menjadi
logam atau semikonduktor) dan konduktor ionik (elektrolit) dapat menjadi
solusi dan dalam beberapa kasus khusus. Jika reaksi kimia didorong oleh
beda potensial maka secara eksternal disebut elektrolisis. Namun, jika
penurunan potensi listrik dibuat sebagai hasil dari reaksi kimia disebut sel
galvani. Reaksi kimia yang menghasilkan perpindahan elektron antara
molekul yang dikenal sebagai reaksi redoks, reaksi redoks sangat penting
dalam elektrokimia karena melalui reaksi tersebut dilakukan proses yang
menghasilkan listrik atau sebaliknya. Secara umum, studi elektrokimia
menangani situasi di mana terdapat reaksi oksidasi-reduksi ditemukan
dipisahkan secara fisik atau sementara, berada di lingkungan yang
terhubung ke sebuah sirkuit listrik (Atkins, 1999).
1.2.2
Sel Galvani
Sel galvani adalah sel elektrokimia yang menghasilkan energy listrik dari
reaksi redoks sprontan yang terjadi di dalam sel. Sel galvani disebut juga dengan
sel kimia. Sel galvani biasanya mengandung dua buah logam yang terhubung
dengan jembatan garam, atau setengah sel yang dipisahkan dengan membran
porous. Fungsi dari jembatan garam adalah untuk menetralkan kelebihan ion baik
kation maupun anion pada larutan dan untuk menutup rangkaian sehingga reaksi
berjalan terus-menerus. Sel galvani dapat dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini.
untuk menghantarkan arus listrik antara kedua elektrolit yang berada dalam
bejana. Selain itu, jembatan garam juga berguna untuk menetralkan kelebihan atau
kekurangan muatan dari ion-ion yang ada dalam larutan di dalam kedua bejana
selama reaksi elektrokimia berlangsung. Oleh karena itu syarat dari suatu zat yang
digunakan untuk jembatan garam adalah zat tersebut tidak boleh bereaksi dengan
elektrolit yang digunakan dalam pengukuran potensial sel (Harnanto, 2009).
Elektroda dalam sel galvani terbalik dengan elektroda sel elektrolisis.
Menurut Harnanto (2009), elektroda sel galvani terdiri dari:
a. Anoda
Anoda merupakan elektroda yang bermuatan negative, dimana terjadi
reaksi oksidasi (melepaskan electron). Anoda akan menarik ion yang
bermuatan negative atau yang disebut dengan anion.
b. Katoda
Katoda merupakan elektroda yang bermuatan positif, dimana terjadi
reaksi reduksi (menerima electron). Katoda akan menarik ion yang
bermuatan positif atau yang disebut dengan kation.
Potensial listrik standar dapat ditentukan dengan menggunakan tabel
potensial standar setengah sel. Langkah pertama adalah mengetahui logam apa
yang bereaksi dalam sel. Kemudian mencari potensial elektroda standar (E)
dalam volt dari masing-masing dua setengah reaksi tersebut (Sukardjo, 1997).
Adapun tabel potensial standar setengah sel dapat diliht pada Gambar 1.2 berikut.
Potensial elektroda adalah potensial listrik yang ada pada sebuah elektroda
yang berhubungan dengan bentuk oksidasi dan reduksi dari beberapa zat. Suatu
elektroda mengandung partikel (ion atau molekul) yang dapat menarik electron,
atau cenderung tereduksi. Kekuatan tarikan itu disebut potensial reduksi. Potensial
reduksi dari suatu elektroda dilambangkan dengan E. Dalam suatu sel
elektrokimia, potensial selnya merupakan selisih potensial reduksi kedua
elektrodanya. Potensial yang lebih besar akan mengalami reduksi dan berfungsi
sebagai katoda, sedangkan yang lain teroksidasi dan berfungsi sebagai anoda
(Petrucci, 1999). Adapun persamaannya dapat ditulis sebagai berikut.
Esel = Ekatoda Eanoda
E = +0,34 V
E = -0,76 V
Elektrolisis
Elektrolisis adalah suatu proses reaksi kimia yang terjadi pada elektroda
yang tercelup dalam elektrolit ketika dialiri arus listrik dari suatu sumber
potensial luar. Komponen terpenting dari proses elektrolisis adalah elektroda dan
elektrolit. Sedangkan sel elektrolisis adalah sebuah sel elektrokimia yang
menggunakan sumber energi listrik dari luar untuk menjalankan suatu reaksi
yang tidak spontan. Energi listrik berfungsi sebagai pompa elektron yang
menggerakkan elektron ke katoda, dan
menarik
elektron
dari
anoda
(Chang, 2005). Elektron mengalir dari anoda ke katoda dalam rangkaian luar
seperti pada Gambar 1.3 berikut.
terjadi reaksi reduksi dan di anoda terjadi reaksi oksidasi. Pada sel elektrolisis,
katoda merupakan kutub negatif karena dihubungkan dengan kutub negatif
sumber arus dan merupakan target bermigrasinya ion positif, sedangkan anoda
merupakan kutub positif karena dihubungkan dengan kutub positif sumber arus
dan merupakan target bermigrasinya ion negative (Chang, 2005).
Menurut Buchari (1990) proses elektrolisis berhubungan dengan
besarnya potensial yang digunakan. Besarnya potensial yang digunakan dalam
elektrolisis bergantung pada:
1. Potensial Penguraian
Potensial penguraian adalah tegangan luar terkecil yang harus dikenakan
untuk menimbulkan elektrolisis kontinu. Pada sel elektrolisis, potensial yang
digunakan harus mampu mengatasi potensial sel galvani yang dihasilkan dan
harus pula mengatasi tahanan larutan terhadap aliran arus.
2. Potensial Lebih atau Polarisasi Kinetika
Potensial lebih adalah potensial pada anoda atau katoda yang nilainya
lebih tinggi dari potensial penguraian akibat terbentuknya gas di sekitar elektroda.
Potensial lebih menyebabkan harga potensial menjadi lebih negatif pada katoda
dan menjadi lebih positif pada anoda. Potensial lebih timbul akibat adanya
tahanan dari larutan. Besarnya potensial lebih pada anoda atau katoda dipengaruhi
oleh:
a.
b.
c.
d.
Sifat dan keadaan fisik dari logam yang dipakai sebagai elektroda.
Keadaan fisik dari zat yang diendapkan.
Rapat arus yang dipakai.
Perubahan konsentrasi di sekitar elektroda.
3. Polarisasi Konsentrasi
Reaksi pada permukaan elektroda berlangsung seketika, kecepatan
tercapainya kesetimbangan antara elektroda dengan larutan tergantung dari
besarnya arus yang mengalir. Kurang cepatnya migrasi ion ke permukaan
elektroda disebut polarisasi konsentrasi. Polarisasi konsentrasi timbul apabila
gaya difusi, gaya tarik menarik elektrostatik dan pengadukan mekanik tidak cukup
Hukum Faraday
Proses elektrolisis merupakan proses yang tidak spontan. Untuk
Keterangan:
W
= Massa
= Waktu (detik)
b. Hukum Faraday II
Massa zat yang dihasilkan pada elektroda berbanding lurus dengan massa
ekuivalen zat.
W = ME
W=
biloks
Muatanion
Ar
(Syukri, 1999)
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
1
3
4
10
11
12
13
14
15
Sumber arus DC
Neraca analitik
Hot Plate
Batang pengaduk
Spatula
Pipet tetes
4. CuSO4.5H2O padat
5. ZnSO4.7H2O padat
6. NH4NO3 padat
Akuades
Prosedur Percobaan
2.3.1 Elektrolisis untuk Menentukan Bilangan Avogadro
Larutan A disiapkan (larutan A terdiri dari 10 gram NaCl dan 0,1 gram
stopwatch. Arus listrik harus dijaga konstan selama percobaan yaitu 1,5 A.
Setelah 10 menit, aliran listrik dimatikan, anoda dibersihkan dengan air
kemudian dikeringkan dengan tissue.
4
5
1M.
Kedua elektroda dicuci dan dibersihkan kembali dengan kertas amplas tiap
menggunakan larutan yang berbeda, begitupun jembatan garamnya. Dicatat
2.4.1
Avogadro
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
1 N
2 Pengamatan
3 Hasil
6 2,14 gram
9 1,89 gram
12 2,93 gram
15 2,93 gram
18 Orange/Merah Bata
21 Coklat
.
4 1
.
7 2
.
10 3
.
13 4
.
16 5
.
19 6
.
22 7
.
28
2.4.2
kecoklatan
Pengamatan Pengukuran GGL Sel dan Menguji Persamaan Nernst
Tabel 2.2 Pengukuran GGL Sel dan Menguji Persamaan Nernst
29 Larutan pada bagian
30 Larutan pada
bagian katoda
Cu/Cu+2
33 1,0
36 0,1
39 0,01
42 0,001
1,0
1,0
1,0
1,0
44
45
46
47
48
49
50 BAB III
31 E sel (Volt)
34
37
40
43
1,069
1,034
1,029
1,002
Hasil Percobaan
3.1.1
52 Avogrado (No)
53
54
Tabel 3.1 Hasil Percobaan pada Elektrolisis untuk menentukan
Bilangan Avogrado
25 N
o
.
28 1
.
31 2
.
34 3
.
37 4
.
40 5
.
43 6
.
46 7
.
26 Pengamatan
27 Hasil
30 2,14 gram
33 1,89 gram
36 2,93 gram
39 2,93 gram
42 Orange/Merah Bata
45 Coklat
55
3.1.2
H
asi
l
47 Perubahan warna
56
57
Tabel 3.2 Hasil Percobaan pada Mengukur GGL Sel dan Menguji
Persamaan Nerst
73
74
60 E sel (Volt)
61 1,0
62 1,0
63 1,069
64 1,0
65 0,1
66 1,034
67 1,0
68 0,01
69 1,029
70 1,0
71 0,001
72 1,002
75
76 3.2 Pembahasan
77 3.2.1
Avogrado
78
molekul)
dalam
satu mol,
yang
merupakan
80
Larutan dipanaskan hingga suhu 80C dan suhu harus dijaga konstan. Suhu
dijaga konstan pada 80C untuk menghindari penguapan air karena ketika
dipanaskan di atas 80C air akan menguap, karena air menguap pada suhu
100C. Selain itu jika dipanaskan di atas suhu 80C maka juga akan terbentuk
Cu2O dan juga suhu 80C merupakan titik suhu optimum untuk dilakukannya
pemanasan larutan elektrolitnya.
81
Setelah suhu konstan 80C maka aliran listrik dihubungkan tepat setelah
aliran listrik dihubungkan dihidupkan stopwatch untuk menghitung waktu
yang berjalan selama 10 menit. Dan juga arus dijaga tetap pada 1,5 ampere.
82
Selama percobaan terjadi reaksi oksidasi dan reduksi pada elektrodaelektrodanya. Reaksi oksidasi terjadi pada anoda dan reduksi pada katoda.
83
84
85
86 Dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
87 Larutan
88 Anoda (+) :
89 Katoda (-) :
Cu Cu+2 + 2e-
90
91
92
94
95
96
Gas H2
Gelembung-gelembung ini terjadi dikatoda yang merupakan hasil reduksi
air pada katoda. Perubahan lain yaitu anoda yang dipakai terjadi pengurangan
berat setelah ditimbang, semula beratnya 2,14 gram berat setelah percobaan
dilakukan yaitu 1,89 gram. Hal ini dikarenakan terjadi reaksi oksidasi Cu,
dengan reaksi:
97 Cu Cu+2 + 2e-
98 Ion yang mengalir pada larutan elektrolit dengan anoda berikatan sehingga
membentuk endapan Cu. Endapan pada dasar gelas piala merupakan hasil
peluruhan anoda yang tidak mengendap pada katoda sehingga jatuh kedasar
larutan.
99
101
Dalam pengukuran GGL Sel ini digunakan system sel volta. Pada
sel volta anoda tempat terjadinya oksidasi dan katoda tempat terjadinya
reduksi. Dalam percobaan ini anoda yang digunakan adalah seng (Zn)
sedangkan katoda yang digunakan adalah tembaga (Cu). Alasan digunakannya
Zn sebagai katoda yaitu karena seng (Zn) lebih senderung untuk mengalami
oksidasi dibandingkan tembaga (Cu). Dapat juga dilihat dari potensial
elektrodanya. Potensial Elektroda merupakan ukuran terhadap besarnya
kecenderungan suatu unsur untuk melepaskan atau mempertahankan elektron.
Hal ini juga dapat dilihat dari nilai potensial reduksi Zn yaitu -0,76 sedangkan
potensial Cu yaitu +0,34.
102
103
104
Makin ke kanan, mudah direduksi sukar dioksidasi
Makin ke kiri, mudah dioksidasi sukar direduksi
105
konsentrasi dari katoda yaitu CuSO4 dari 1M, 0,1 M, 0,01 M dan 0,001 M.
sedangkan konsentrasi dari ZnSO4 tetap 1 M. Dan jembatan garam yang
digunakan adalah NH4NO3 jenuh. Dalam rangkaian logam seng dicelupkan dalam
larutan ZnSO4 (mengandung Zn+2) dan logam tembaga dicelupkan dalam larutan
CuSO4 (mengandung Cu+2). Logam seng akan semakin keropos karena larut
menjadi Zn+2 yang disertai pelepasan electron.
106
107
109
111
112
113
114
Semakin kecil konsentrasi dari katoda semakin kecil nilai Esel yang
RT
ln
nF
[ produk ]
[ reaktan ]
116
(Chang, 2005)
117
Zn Zn+2+2 e
Cu +2+ 2 e Cu
Zn+Cu+2 Zn+2 +Cu
2+
Zn
| ) (|Cu|)
2+
Cu
| )
(|Zn|)
RT
ln
nF
119
120
Maka dari persamaan di atas semakin kecil nilai produk (Cu) semakin kecil
nilai dari Esel yang didapat, begitu sebaliknya.
121
122
123
124
125
BAB IV
4.1 Kesimpulan
1
Sel elektrolisis dibuat dari larutan elektrolit NaCl dalam suasana basa
dengan peambahan NaOH dengan elektroda yang digunakan adalah logam
Cu, bilangan avogrado yang didapat sebesar 6,186375 .1023.
Semakin kecil konsentrasi dari CuSO4 (sebagai katoda) maka GGL Sel yang
didapat semakin kecil.
Dalam pengujian persamaan Nerst dengan CuSO4 1 M Esel sebesar 1,069, 0,1
M Esel sebesar 1,034, 0,01 M Esel sebesar 1,029 dan 0,001 M Esel sebesar
1,002.
127 4.2
128 1.
Saran
Selama praktikum sebaiknya praktikan menggunakan masker,
sarung tangan dan jas lab untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
129 2.
134
135
DAFTAR PUSTAKA
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
LAMPIRAN B
147
TUGAS
148
A. Elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro
1. Hitung berapa Coulumb diperlukan untuk mengoksidasi x gram Tembaga!
jawab:
Q=i x t
Q=900 C
Q=
-3
1 mol x 900 C
=228745.711C
3.9345 103 mol
3. Muatan ion Cu+ adalah 1.6 10-19 C. Hitung jumlah ion yang terbentuk
dalam percobaan! ( N0= 1 mol Cu)
jawab:
228745.711 C
=1.42966 x 10 24
19
1.6 x 10 C
Q x 1mol Cu
jumlah atom Cu=
1 muatanC u +=
151
152
B. Mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nerst
1. Tuliskan reaksi sel dan bentuk umum persamaan Nerst untuk seltersebut!
jawab:
153
Zn
Zn2+ + 2e
Anoda
2+
154
Cu + 2e
Cu
+ Katoda
155
Zn + Cu2+
Zn2+ + Cu
156
reaksi sel secara umum: Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu
157
Persamaan Nernst:
158
E sel = E0sel RT/nF ln ([Zn2+] [Cu]) / ([Zn] [Cu2+])
159
2. Buat kurva Esel sebagai fungsi log [Zn2+]/[Cu2+]
160
1.02
Esel (Volt)
Linear (Esel (Volt))
1
0.98
0.96
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
log ([Zn2+]/[Cu2+])
161
Gambar B.1 Hubungan Esel dan log [Zn]/ [Cu2+]
3. Hitung gradient dan perpotongan kurva dengan sumbu y!
162
jawab:
y=0.0206 x+1.0644
163
4. Bandingkan hasil yang diperoleh dengan gradient teoritis yang dihitung
menggunakan persamaan Nerst dan bandingkan juga dengan E0sel literatur!
164
jawab:
170
171
172
Zn2+ + 2e
E0sel = 0.76 V
165
Zn
166
Cu2+ + 2e
167
Zn + Cu2+
168
169
Cu
E0sel = 0.34 V +
173
174
175
1.
LAMPIRAN
JAWABAN PERTANYAAN
percobaan elektrolisis?
176
Jawab:
177
Di anoda :
178
179
2 CuOH
Cu2 + H2O
181 Panas
182
2.
jingga
persamaan Nernst?
183
Jawab:
184
Yang
mungkin
menjadi
sumber
kesalahan
pengujian
a.
186
c.
188
d.
189
190
191
192
193
194
195
196
197
LAMPIRAN C
198
199
PERHITUNGAN
200
m =
=
M . Mr . V
1000
1 . 287,54 . 100
1000
m = 28,754 gr
m =
=
M . Mr . V
1000
1 . 249 . 100
1000
m = 24,9 gr
100 . 0,1
1
213
V1 =
214
V 1 = 10 ml
CuSO4 0,01 M
215
V1 . M1 = V2 . M2
216
V1 =
V2 . M2
M1
217
V1 =
100 . 0, 0 1
0,1
218
V 1 = 10 ml
CuSO4 0,001 M
219
V1 . M1 = V2 . M2
V . M2
V1 = 2
220
M1
100 . 0, 00 1
0,01
221
V1 =
222
V 1 = 10 ml
225
F=
226
w=
ME . i . t
F
227
F=
228
F=98982
229
N0 = F . 6.25 x 10
230
N0 = 98982 . 6,25 x 10
231
N0 = 6,186375 x 10
232
6,25 x 1018
18
23
18