You are on page 1of 28

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

ELEKTROKIMIA

OLEH
KELOMPOK 4
KELAS C

1. Ahria Maulisa

(1507111726)

2. Geo Rayfandy

(1507123614)

3. Kurnia Tri Athief Al Hajj

(1507123897)

4. Muhammad Sulthon Siregar

(1507123636)

5. Ulfiana Puteri Al Masri

(1507116847)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Tujuan Percobaan
1. Menentukan bilangan Avogadro (No) secara elektrolisis
2. Menyusun dan mengukur GGL sel elektrkimia
3. Mencoba menguji persamaan Nernst

1.2
1.2.1

Dasar Teori
Pengertian Sel Elektrokimia
Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aksi antara sifat-sifat listrik

dengan reaksi kimia. Misalnya perubahan energi kimia menjadi energy listrik
pada elemen elektrokimia, reaksi reduksi-oksidasi secara spontan pada elemen
dijadikan sumber arus listrik. Adapun berbagai defisini elektrokimia lainnya yaitu:
a. Elektrokimia adalah cabang kimia yang mempelajari reaksi kimia yang
berlangsung dalam larutan pada antarmuka konduktor elektron (logam
atau semikonduktor) dan konduktor ionik (elektrolit), dan melibatkan
perpindahan elektron antara elektroda dan elektrolit atau sejenis dalam
larutan. Jika reaksi kimia didorong oleh tegangan eksternal, maka akan
seperti elektrolisis, atau jika tegangan yang dibuat oleh reaksi kimia
seperti pada baterai, maka akan terjadi reaksi elektrokimia. Sebaliknya,
reaksi kimia terjadi dimana elektron yang ditransfer antara molekul
disebut oksidasi atau reduksi (redoks) reaksi. Secara umum, elektrokimia
berkaitan dengan situasi dimana oksidasi dan reduksi reaksi dipisahkan
dalam ruang atau waktu, dihubungkan oleh sebuah sirkuit listrik eksternal
(Sukardjo, 1997).
b. Elektrokimia adalah ilmu tentang hubungan antara senyawa listrik dan
kimia. Elektrokimia merupakan studi yang mempelajari bagaimana reaksi
kimia dapat menimbulkan tegangan listrik dan tegangan listrik terbalik
dapat menyebabkan reaksi kimia dalam sel elektrokimia. Konversi energi
dari bentuk kimia ke bentuk listrik dan sebaliknya adalah inti dari
elektrokimia. Ada dua jenis sel elektrokimia, yaitu sel galvani dan

elektrolisis. Sel galvani adalah sel yang menghasilkan tenaga listrik ketika
sel mengalami reaksi kimia sedangkan sel elektrolit adalah sel yang
mengalami reaksi kimia ketika tegangan listrik diterapkan. Elektrolisis dan
korosi adalah contoh proses penting pada elektrokimia. Prinsip-prinsip
dasar elektrokimia didasarkan pada rasio tegangan antara dua zat dan
memiliki kemampuan untuk bereaksi satu sama lain. Semakin lama logam
dalam elemen galvanik yang terpisah dalam seri tegangan elektrokimia,
semakin kuat listrik akan terekstrak. Teori Elektrokimia dan metode
elektrokimia memiliki aplikasi praktis dalam teknologi dan industri dalam
banyak cara. Penemuan dan pemahaman reaksi elektrokimia telah
memberikan kontribusi untuk mengembangkan sel bahan bakar dan
baterai, dan pemahaman logam relatif terhadap satu sama lain dalam
elektrolisis dan korosi (Bird, 1993).
c. Elektrokimia adalah cabang kimia yang mempelajari perpindahan antara
energi listrik dan energi kimia. Dengan kata lain, reaksi kimia yang terjadi
pada antarmuka konduktor listrik (disebut elektroda yang dapat menjadi
logam atau semikonduktor) dan konduktor ionik (elektrolit) dapat menjadi
solusi dan dalam beberapa kasus khusus. Jika reaksi kimia didorong oleh
beda potensial maka secara eksternal disebut elektrolisis. Namun, jika
penurunan potensi listrik dibuat sebagai hasil dari reaksi kimia disebut sel
galvani. Reaksi kimia yang menghasilkan perpindahan elektron antara
molekul yang dikenal sebagai reaksi redoks, reaksi redoks sangat penting
dalam elektrokimia karena melalui reaksi tersebut dilakukan proses yang
menghasilkan listrik atau sebaliknya. Secara umum, studi elektrokimia
menangani situasi di mana terdapat reaksi oksidasi-reduksi ditemukan
dipisahkan secara fisik atau sementara, berada di lingkungan yang
terhubung ke sebuah sirkuit listrik (Atkins, 1999).

1.2.2

Sel Galvani

Sel galvani adalah sel elektrokimia yang menghasilkan energy listrik dari
reaksi redoks sprontan yang terjadi di dalam sel. Sel galvani disebut juga dengan
sel kimia. Sel galvani biasanya mengandung dua buah logam yang terhubung
dengan jembatan garam, atau setengah sel yang dipisahkan dengan membran
porous. Fungsi dari jembatan garam adalah untuk menetralkan kelebihan ion baik
kation maupun anion pada larutan dan untuk menutup rangkaian sehingga reaksi
berjalan terus-menerus. Sel galvani dapat dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini.

Gambar 1.1 Sel galvani (Harnanto, 2009)


Reaksi yang terjadi pada bejana sebalah kanan merupakan reaksi reduksi
dari ion tembaga menjadi logam tembaga. Hal ini menyebabkan massa elektroda
tembaga bertambah. Kekurangan muatan positif terhadap muatan negative akibat
reduksi tembaga segera disetimbangkan oleh muatan positif jembatan garam.
Dengan demikian elektrolit tetap netral. Sebaliknya elektrolit dalam bejana kiri
akan terjadi penambahan kation sebagai akibat reaksi oksidasi logam zink. Hal ini
dapat diketahui karena berkurangnya massa elektroda zink (Harnanto, 2009).
Adapun reaksi sel yang terjadi adalah:
Oksidasi
: Zn(s) Zn2+(aq) + 2eReduksi
: Cu2+(aq) + 2e- Cu(s)
Total
: Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s)
Jembatan garam adalah alat yang digunakan untuk menghubungkan reaksi
reduksi dan oksidasi setengah sel dari sel volta. Jembatan garam berbentuk seperti
U terbalik yang diisi dengan larutan elektrolit. Fungsi dari jembatan garam adalah

untuk menghantarkan arus listrik antara kedua elektrolit yang berada dalam
bejana. Selain itu, jembatan garam juga berguna untuk menetralkan kelebihan atau
kekurangan muatan dari ion-ion yang ada dalam larutan di dalam kedua bejana
selama reaksi elektrokimia berlangsung. Oleh karena itu syarat dari suatu zat yang
digunakan untuk jembatan garam adalah zat tersebut tidak boleh bereaksi dengan
elektrolit yang digunakan dalam pengukuran potensial sel (Harnanto, 2009).
Elektroda dalam sel galvani terbalik dengan elektroda sel elektrolisis.
Menurut Harnanto (2009), elektroda sel galvani terdiri dari:
a. Anoda
Anoda merupakan elektroda yang bermuatan negative, dimana terjadi
reaksi oksidasi (melepaskan electron). Anoda akan menarik ion yang
bermuatan negative atau yang disebut dengan anion.
b. Katoda
Katoda merupakan elektroda yang bermuatan positif, dimana terjadi
reaksi reduksi (menerima electron). Katoda akan menarik ion yang
bermuatan positif atau yang disebut dengan kation.
Potensial listrik standar dapat ditentukan dengan menggunakan tabel
potensial standar setengah sel. Langkah pertama adalah mengetahui logam apa
yang bereaksi dalam sel. Kemudian mencari potensial elektroda standar (E)
dalam volt dari masing-masing dua setengah reaksi tersebut (Sukardjo, 1997).
Adapun tabel potensial standar setengah sel dapat diliht pada Gambar 1.2 berikut.

Gambar 1.2 Tabel potensial standar setengah sel (Petrucci, 1999)

Potensial elektroda adalah potensial listrik yang ada pada sebuah elektroda
yang berhubungan dengan bentuk oksidasi dan reduksi dari beberapa zat. Suatu
elektroda mengandung partikel (ion atau molekul) yang dapat menarik electron,
atau cenderung tereduksi. Kekuatan tarikan itu disebut potensial reduksi. Potensial
reduksi dari suatu elektroda dilambangkan dengan E. Dalam suatu sel
elektrokimia, potensial selnya merupakan selisih potensial reduksi kedua
elektrodanya. Potensial yang lebih besar akan mengalami reduksi dan berfungsi
sebagai katoda, sedangkan yang lain teroksidasi dan berfungsi sebagai anoda
(Petrucci, 1999). Adapun persamaannya dapat ditulis sebagai berikut.
Esel = Ekatoda Eanoda

Contoh perhitungan potensial elektroda sebagai berikut. Logam Zn akan


mengalami oksidasi, sedangkan logam Cu akan mengalami reduksi. Adapun
reaksi kimianya adalah sebagai berikut.
Cu2+(aq) + 2e- Cu(s)

E = +0,34 V

Zn2+(aq) + 2e- Zn(s)

E = -0,76 V

Esel = Ekatoda Eanoda


Esel = 0,34 (-0,76)
Esel = 1,1 Volt
Secara termodinamika, suatu reaksi spontan dapat berlangsung apabila G
< 0 atau dalam sel elektrokimia suatu reaksi dapat berjalan langsung (spontan)
jika Esel > 0. Sebaliknya reaksi tdak spontan, G > 0 dan E sel < 0. Contoh reaksi
spontan adalah sel galvani atau volta dan reaksi tidak spontan contohnya adalah
sel elektrolisis (Petrucci, 1999).
Menurut Harnanto (2009) sel volta memiliki berbagai aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa contoh yang umum diketahui yaitu :
1. Baterai kering seng-karbon (sel Leclanche)
Baterai kering seng karbon masih merupakan jenis yang paling banyak di
jumpai di Indonesia. Harganya murah dan digunakan pada radio, senter, mainan
dan sejenisnya. Potensial sel dari baterai sekitar 1,5 V dan menurun sejalan
dengan lama pemakaian.
2. Baterai alkaline
Baterai alkaline lebih tahan lama dengan dapat menyuplai arus yang lebih
besar dibanding baterai kering seng karbon. Baterai ini digunakan untuk peralatan
yang memerlukan arus listrik lebih besar , seperti tape recorder dan mainan.
Potensial sel pada baterai sekitar 1,5 Vdan dapat bertahan konstan selama
pemakaian. Sel baterai alkaline terdiri dari anoda Zn dan katoda inert grafit.
Sesuai namanya reaksi redoks dalam baterai alkaline berlangsung dalam suasana
basa elekrolitnya adalah KOH.

3. Aki atau baterai Pb


Aki umunya digunakan pada mobil untuk menstarter kendaraan tersebut.
Aki tersiri dari beberapa sel volta yang dihubungkan secara seri. Setiap sel
mempunyai potensial 2 V. jadi, suatu aki dengan potensial 6 V terdiri 3 sel. Suatu
aki terdiri dari anoda Pb dan katoda PbO2 dengan elektrolit H2SO4. Anoda dan
katoda yang berbentuk pelat menambah luas permukaan elektrodesehingga dapat
memperbesar arus.
1.2.3

Elektrolisis
Elektrolisis adalah suatu proses reaksi kimia yang terjadi pada elektroda

yang tercelup dalam elektrolit ketika dialiri arus listrik dari suatu sumber
potensial luar. Komponen terpenting dari proses elektrolisis adalah elektroda dan
elektrolit. Sedangkan sel elektrolisis adalah sebuah sel elektrokimia yang
menggunakan sumber energi listrik dari luar untuk menjalankan suatu reaksi
yang tidak spontan. Energi listrik berfungsi sebagai pompa elektron yang
menggerakkan elektron ke katoda, dan

menarik

elektron

dari

anoda

(Chang, 2005). Elektron mengalir dari anoda ke katoda dalam rangkaian luar
seperti pada Gambar 1.3 berikut.

Gambar 1.3 Aliran elektron pada sel elektrolisis (Chang, 2005)

Adanya aliran elektron dalam sel elektrolisis menyebabkan di katoda

terjadi reaksi reduksi dan di anoda terjadi reaksi oksidasi. Pada sel elektrolisis,
katoda merupakan kutub negatif karena dihubungkan dengan kutub negatif
sumber arus dan merupakan target bermigrasinya ion positif, sedangkan anoda
merupakan kutub positif karena dihubungkan dengan kutub positif sumber arus
dan merupakan target bermigrasinya ion negative (Chang, 2005).
Menurut Buchari (1990) proses elektrolisis berhubungan dengan
besarnya potensial yang digunakan. Besarnya potensial yang digunakan dalam
elektrolisis bergantung pada:
1. Potensial Penguraian
Potensial penguraian adalah tegangan luar terkecil yang harus dikenakan
untuk menimbulkan elektrolisis kontinu. Pada sel elektrolisis, potensial yang
digunakan harus mampu mengatasi potensial sel galvani yang dihasilkan dan
harus pula mengatasi tahanan larutan terhadap aliran arus.
2. Potensial Lebih atau Polarisasi Kinetika
Potensial lebih adalah potensial pada anoda atau katoda yang nilainya
lebih tinggi dari potensial penguraian akibat terbentuknya gas di sekitar elektroda.
Potensial lebih menyebabkan harga potensial menjadi lebih negatif pada katoda
dan menjadi lebih positif pada anoda. Potensial lebih timbul akibat adanya
tahanan dari larutan. Besarnya potensial lebih pada anoda atau katoda dipengaruhi
oleh:
a.
b.
c.
d.

Sifat dan keadaan fisik dari logam yang dipakai sebagai elektroda.
Keadaan fisik dari zat yang diendapkan.
Rapat arus yang dipakai.
Perubahan konsentrasi di sekitar elektroda.

3. Polarisasi Konsentrasi
Reaksi pada permukaan elektroda berlangsung seketika, kecepatan
tercapainya kesetimbangan antara elektroda dengan larutan tergantung dari
besarnya arus yang mengalir. Kurang cepatnya migrasi ion ke permukaan
elektroda disebut polarisasi konsentrasi. Polarisasi konsentrasi timbul apabila
gaya difusi, gaya tarik menarik elektrostatik dan pengadukan mekanik tidak cukup

untuk mengangkut pereaksi menuju atau dari permukaan elektroda. Polarisasi


konsentrasi dapat diperkecil dengan cara pengadukan dan menggunakan rapat arus
kecil.
4. Potensial Ohmik atau Potensial Jatuh
Potensial ohmik atau potensial jatuh adalah potensial listrik yang
dihasilkan pada saat arus listrik dilewatkan dalam sel elektrolisis. Potensial ohmik
terjadi karena adanya tahanan dalam larutan yang dialami oleh ion-ion yang
bergerak menuju anoda atau katoda. Besarnya potensial ohmik sebanding dengan
arus yang lewat dan tahanan larutan. Pengaruh potensial ohmik menyebabkan
potensial yang dibutuhkan pada sel elektrolisis lebih besar dibanding potensial
teoritisnya.
Untuk menentukan jenis zat yang dihasilkan pada anoda dan katoda,
maka harus diketahui jenis kation dan anion dalam larutan, keadaan ionnya yaitu
bentuk cairan (lelehan) atau larutan, jenis elektrodanya tidak bereaksi (inert) atau
ikut bereaksi (aktif) dalam larutan, dan konsentrasi larutan elektrolitnya pekat
atau sangat encer (Achmad, 2001).
1.2.4

Hukum Faraday
Proses elektrolisis merupakan proses yang tidak spontan. Untuk

berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan arus listrik dari luar. Besarnya


potensial listrik yang digunakan harus melebihi potensial yang terpasang
sehingga arus akan mengalir yang akan menyebabkan terjadinya reaksi kimia.
Hubungan antar besarnya energy listrik yang dialirkan dengan banyaknya zat
yang dihasilkan dalam sel elektrolisis dirumuskan oleh Michael Faraday
(Petrucci, 1999). Adapun bunyi dari hukum faraday adalah sebagai berikut.
a. Hukum Faraday I
Massa zat yang dihasilkan pada suatu elektroda selama proses elektrolisis
berbanding lurus dengan muatan listrik yang digunakan.
W=Q
W=It

Keterangan:
W

= Massa

= Arus listrik (ampere)

= Waktu (detik)
b. Hukum Faraday II

Massa zat yang dihasilkan pada elektroda berbanding lurus dengan massa
ekuivalen zat.
W = ME

W=

biloks
Muatanion
Ar

(Syukri, 1999)

BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
1

Alat-alat yang digunakan


1
2
3
4
5
6
7
8
9

3
4

PH meter atau potensiometer


Gelas piala 100 ml
Gelas piala 500 ml
Gelas ukur 50 ml
Labu ukur 100 ml
Kertas saring
Kabel penjepit
Termometer
Kertas amplas

10
11
12
13
14
15

Sumber arus DC
Neraca analitik
Hot Plate
Batang pengaduk
Spatula
Pipet tetes

16 Lembaran seng dan tembaga


17 Stopwatch

Bahan-bahan yang digunakan


1 NaCl padat
2 NaOH padat

4. CuSO4.5H2O padat
5. ZnSO4.7H2O padat

6. NH4NO3 padat

Akuades

Prosedur Percobaan
2.3.1 Elektrolisis untuk Menentukan Bilangan Avogadro

Larutan A disiapkan (larutan A terdiri dari 10 gram NaCl dan 0,1 gram

NaOH dalam 100 ml air).


Dua buah lempeng tembaga yang akan digunakan sebagai elektroda

disiapkan dan dibersihkan dengan amplas.


Salah satu elektroda digunakan sebagai anoda. Elektroda tersebut

ditimbang pada neraca analitik.


Dipanaskan 80 ml larutan A di dalam gelas piala pada suhu 80oC. Suhu

dijaga konstan dan disusun rangkaian alatnya.


Saat suhu sudah konstan 80oC, aliran listrik dihubungkan dan dialirkan
melalui larutan A. Pada waktu yang sama dimulai mencatat waktu dengan

stopwatch. Arus listrik harus dijaga konstan selama percobaan yaitu 1,5 A.
Setelah 10 menit, aliran listrik dimatikan, anoda dibersihkan dengan air
kemudian dikeringkan dengan tissue.

Anoda ditimbang sekali lagi.

2.3.2 Mengukur GGL dan Menguji Persamaan Nernst


1

Potongan lembaran tembaga dan seng disiapkan dan dibersihkan

permukaan logam dengan kertas amplas.


Larutan jenuh NH4NO3 disiapkan. Sebagai jembatan garam, diambil
selembar kertas saring, digulung dan direkatan dengan menggunakan

selotip pada bagian tengahnya untuk mencegah gulungan membuka.


Dua buah gelas piala 100 ml disiapkan, yang satu di isi dengan CuSO4 1 M

4
5

(60 ml) dan yang lain dengan ZnSO4 1 M (60 ml).


Lempengan tembaga dan seng dijepit serta dirangkai dengan alatnya.
Kertas saring yang telah dibentuk jadi gulungan tadi dicelupkan ke dalam
larutan jenuh NH4NO3, dihilangkan kelebihan ammonium nitrat dengan
menggunakan kertas saring lain, kemudian ditempatkan sedemikian rupa
sehingga kedua ujung gulungan tercelup kedalam larutan yang berada pada

kedua gelas piala.


Nilai GGL diamati dengan menggunakan pH meter yang distel pada posisi

mV. Dicatat polaritas kedua elektroda.


Diulangi percobaan dengan larutan CuSO4 1M yang telah diencerkan
menjadi larutan CuSO4 0,1; 0,01; 0,001M tanpa mengubah larutan ZnSO4

1M.
Kedua elektroda dicuci dan dibersihkan kembali dengan kertas amplas tiap
menggunakan larutan yang berbeda, begitupun jembatan garamnya. Dicatat

nilai GGL yang terbaca.


9 Diulangi percobaan dengan konsentrasi CuSO4 yang lainnya.
6
7
8
9
10
11 Pengamatan
12

2.4.1

Pengamatan Elektrolisis untuk menentukan bilangan

Avogadro
13

Tabel 2.1 Elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

1 N

2 Pengamatan

3 Hasil

5 Massa anoda awal

6 2,14 gram

8 Massa anoda akhir

9 1,89 gram

11 Massa katoda awal

12 2,93 gram

14 Massa katoda akhir

15 2,93 gram

17 Warna anoda akhir

18 Orange/Merah Bata

20 Warna katoda akhir

21 Coklat

.
4 1

.
7 2
.
10 3
.
13 4
.
16 5
.
19 6
.
22 7
.

23 Perubahan warna larutan

28

2.4.2

24 Dari keruh menjadi orange

kecoklatan
Pengamatan Pengukuran GGL Sel dan Menguji Persamaan Nernst
Tabel 2.2 Pengukuran GGL Sel dan Menguji Persamaan Nernst
29 Larutan pada bagian

30 Larutan pada
bagian katoda

anoda Zn/Zn+2 (M)


32
35
38
41

Cu/Cu+2
33 1,0
36 0,1
39 0,01
42 0,001

1,0
1,0
1,0
1,0

44
45
46

47
48
49
50 BAB III

31 E sel (Volt)
34
37
40
43

1,069
1,034
1,029
1,002

51 HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1

Hasil Percobaan

3.1.1

Hasil Percobaan pada Elektrolisis untuk menentukan Bilangan

52 Avogrado (No)
53
54
Tabel 3.1 Hasil Percobaan pada Elektrolisis untuk menentukan
Bilangan Avogrado
25 N

o
.
28 1
.
31 2
.
34 3
.
37 4
.
40 5
.
43 6
.
46 7
.

26 Pengamatan

27 Hasil

29 Massa anoda awal

30 2,14 gram

32 Massa anoda akhir

33 1,89 gram

35 Massa katoda awal

36 2,93 gram

38 Massa katoda akhir

39 2,93 gram

41 Warna anoda akhir

42 Orange/Merah Bata

44 Warna katoda akhir

45 Coklat

55
3.1.2

H
asi
l

47 Perubahan warna

48 Dari keruh menjadi orange


larutan
kecoklatan
Percobaan pada Mengukur GGL Sel dan Menguji Persamaan Nerst

56
57

Tabel 3.2 Hasil Percobaan pada Mengukur GGL Sel dan Menguji
Persamaan Nerst

58 Larutan pada bagian


anoda Zn/Zn+2 (M)

73
74

59 Larutan pada bagian


katoda Cu/Cu+2 (M)

60 E sel (Volt)

61 1,0

62 1,0

63 1,069

64 1,0

65 0,1

66 1,034

67 1,0

68 0,01

69 1,029

70 1,0

71 0,001

72 1,002

75
76 3.2 Pembahasan
77 3.2.1

Pembahasan pada Elektrolisis untuk menentukan Bilangan

Avogrado
78

Pada percobaan ini yang dilakukan adalah elektrolisis untuk menentukan


bilangan avogrado. Elektrolisis adalah suatu proses reaksi kimia yang terjadi
pada elektroda yang tercelup dalam elektrolit ketika dialiri arus listrik dari
suatu sumber potensial luar. Bilangan Avogadro adalah banyaknya "entitas"
(biasanya atom atau

molekul)

dalam

satu mol,

yang

merupakan

jumlah atom karbon-12 dalam 12 gram (0,012 kilogram) karbon-12 dalam


keadaan dasarnya. Dalam elektrolisis mempunyai anoda dan katoda dimana
anoda adalah tempat terjadi reaksi oksidasi dan katoda adalah tempat terjadi
reaksi reduksi. Pada percobaan ini elektroda yang digunakan adalah
lempengan tembaga (Cu). Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan
yang dibuat dari 10 gram NaCl, 0,1 gram NaOH dan 100 ml air.
79

Selanjutnya kedua elektroda dibersihkan dengan amplas, guna pembersihan


elektroda dalam percobaan ini yaitu karena kebersihan elektroda sangat
mempengaruhi fungsi elektroda sebagai anoda dan katoda. Elektroda lalu
dicelupkan ke dalam larutan dan dipanasakan hingga suhu 80C.

80

Larutan dipanaskan hingga suhu 80C dan suhu harus dijaga konstan. Suhu
dijaga konstan pada 80C untuk menghindari penguapan air karena ketika
dipanaskan di atas 80C air akan menguap, karena air menguap pada suhu
100C. Selain itu jika dipanaskan di atas suhu 80C maka juga akan terbentuk
Cu2O dan juga suhu 80C merupakan titik suhu optimum untuk dilakukannya
pemanasan larutan elektrolitnya.

81

Setelah suhu konstan 80C maka aliran listrik dihubungkan tepat setelah
aliran listrik dihubungkan dihidupkan stopwatch untuk menghitung waktu
yang berjalan selama 10 menit. Dan juga arus dijaga tetap pada 1,5 ampere.

82

Selama percobaan terjadi reaksi oksidasi dan reduksi pada elektrodaelektrodanya. Reaksi oksidasi terjadi pada anoda dan reduksi pada katoda.

83

84
85
86 Dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
87 Larutan

NaCl Na+ + Cl-

88 Anoda (+) :

2H2O + 2e- 2OH-+ H2

89 Katoda (-) :

Cu Cu+2 + 2e-

90

NaCl + 2H2O + Cu Na+ + Cl- + 2OH- + H2 + Cu+2

91
92

Setelah 10 menit aliran listrik diputuskan dan terjadi beberapa perubahan.


Pada larutan terjadi perubahan warna yang semula larutan berwarna bening
berubah menjadi larutan berwarna orange/merah bata. Perubahan warna pada
larutan disebabkan oleh reaksi oksidasi Cu menjadi Cu+2. Selain perubahan
warna selama 10 menit itu juga terjadi gelembung-gelembung udara,
gelembung udara terjadi karena adanya hasil reaksi berupa gas H 2 seperti pada
reaksi :
93 NaCl + 2H2O + Cu Na+ + Cl- + 2OH- + H2 (g) + Cu+2

94
95
96

Gas H2
Gelembung-gelembung ini terjadi dikatoda yang merupakan hasil reduksi
air pada katoda. Perubahan lain yaitu anoda yang dipakai terjadi pengurangan
berat setelah ditimbang, semula beratnya 2,14 gram berat setelah percobaan
dilakukan yaitu 1,89 gram. Hal ini dikarenakan terjadi reaksi oksidasi Cu,
dengan reaksi:
97 Cu Cu+2 + 2e-

98 Ion yang mengalir pada larutan elektrolit dengan anoda berikatan sehingga
membentuk endapan Cu. Endapan pada dasar gelas piala merupakan hasil
peluruhan anoda yang tidak mengendap pada katoda sehingga jatuh kedasar
larutan.
99

Setelah diamati perubahan, elektroda yang digunakan dibersihkan dan


dikeringkan, lalu ditimbang beratnya. Berdasarkan perhitungan yang dapat
dilihat dilampiran perhitungan bilangan avogrado yang didapat sebesar

6,186375 1023. Teoritis bilangan avogrado sebesar 6,023 1023. Hasil


yang didapatkan tidak jauh beda dengan hasil teoritis.
100
3.2.2

Pembahasan pada Pengukuran GGL Sel dan Mengeuji Persamaan


Nerst

101

Dalam pengukuran GGL Sel ini digunakan system sel volta. Pada
sel volta anoda tempat terjadinya oksidasi dan katoda tempat terjadinya
reduksi. Dalam percobaan ini anoda yang digunakan adalah seng (Zn)
sedangkan katoda yang digunakan adalah tembaga (Cu). Alasan digunakannya
Zn sebagai katoda yaitu karena seng (Zn) lebih senderung untuk mengalami
oksidasi dibandingkan tembaga (Cu). Dapat juga dilihat dari potensial
elektrodanya. Potensial Elektroda merupakan ukuran terhadap besarnya
kecenderungan suatu unsur untuk melepaskan atau mempertahankan elektron.
Hal ini juga dapat dilihat dari nilai potensial reduksi Zn yaitu -0,76 sedangkan
potensial Cu yaitu +0,34.
102

103

Gambar 3.1 Deret Volta (Chang, 2005)

104
Makin ke kanan, mudah direduksi sukar dioksidasi
Makin ke kiri, mudah dioksidasi sukar direduksi
105

Dan dalam pengukuran GGL Sel ini dilakukan perubahan

konsentrasi dari katoda yaitu CuSO4 dari 1M, 0,1 M, 0,01 M dan 0,001 M.
sedangkan konsentrasi dari ZnSO4 tetap 1 M. Dan jembatan garam yang
digunakan adalah NH4NO3 jenuh. Dalam rangkaian logam seng dicelupkan dalam
larutan ZnSO4 (mengandung Zn+2) dan logam tembaga dicelupkan dalam larutan

CuSO4 (mengandung Cu+2). Logam seng akan semakin keropos karena larut
menjadi Zn+2 yang disertai pelepasan electron.
106

Reaksi : Zn(s) Zn+2 + 2e-

107

Electron yang dilepaskan oleh logam seng mengalir melalui kawat

penghantar menuju tembaga, selanjutnya diterima oleh ion Cu +2 yang kemudian


mengendap sebagai logam tembaga.
108

Reaksi : Cu+2 + 2e- Cu(s)

109

Di sini pengaruh konsentrasi Cu juga mempengaruhi nilai E sel yang

didapat. Hasil dari Esel yang didapat yaitu:


110

1. Konsentrasi Cu 1 M, Esel sebesar 1,069

111

2. Konsentrasi Cu 0,1 M, Esel sebesar 1,034

112

3. Konsentrasi Cu 0,01 M, Esel sebesar 1,029

113

4. Konsentrasi Cu 0,001 M, Esel sebesar 1,002

114

Semakin kecil konsentrasi dari katoda semakin kecil nilai Esel yang

didapatkan hal ini karena sesuai teori yaitu

115 Esel = Eosel -

RT
ln
nF

[ produk ]
[ reaktan ]

116

(Chang, 2005)
117

Zn Zn+2+2 e
Cu +2+ 2 e Cu
Zn+Cu+2 Zn+2 +Cu

118 E0 sel = E0 sel

2+
Zn
| ) (|Cu|)

2+
Cu
| )

(|Zn|)

RT
ln
nF

119
120

Maka dari persamaan di atas semakin kecil nilai produk (Cu) semakin kecil
nilai dari Esel yang didapat, begitu sebaliknya.

121
122
123

124
125

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


126

4.1 Kesimpulan
1

Sel elektrolisis dibuat dari larutan elektrolit NaCl dalam suasana basa
dengan peambahan NaOH dengan elektroda yang digunakan adalah logam
Cu, bilangan avogrado yang didapat sebesar 6,186375 .1023.

Semakin kecil konsentrasi dari CuSO4 (sebagai katoda) maka GGL Sel yang
didapat semakin kecil.

Dalam pengujian persamaan Nerst dengan CuSO4 1 M Esel sebesar 1,069, 0,1
M Esel sebesar 1,034, 0,01 M Esel sebesar 1,029 dan 0,001 M Esel sebesar
1,002.

127 4.2
128 1.

Saran
Selama praktikum sebaiknya praktikan menggunakan masker,

sarung tangan dan jas lab untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
129 2.

Sebaiknya dalam mencelupkan elektroda diperhatikan posisi

elektroda agar tidak terkena dinding gelas piala yang digunakan.


130 3.

Sebaiknya praktikan teliti dalam melihat suhu yang digunakan dan

nilai dari Esel pada praktikum ini.


131
132
133

134

135

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H. 2001. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung: Citra


Aditya Bakti

136

Atkins, P. W. 1999. Kimia Fisika Jilid I. Terjemahan Irma I.


Kartohadiprodjo. Jakarta: Erlangga

137

Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Gramedia

138

Buchari. 1990. Analisis Instrumental Bagian I: Tinjauan Umum dan


Analisis Elektrometri. Bandung: Institut Teknologi Bandung

139

Chang, R. 2005. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid I. Jakarta:


Erlangga

140

Harnanto, A. 2009. Kimia 3. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen


Pendidikan Nasional

141

Petrucci, R. 1999. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga

142

Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: PT. Rineka Cipta

143

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung: Institut Teknologi Bandung

144
145

146

LAMPIRAN B

147

TUGAS

148
A. Elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro
1. Hitung berapa Coulumb diperlukan untuk mengoksidasi x gram Tembaga!
jawab:
Q=i x t

Q=1.5 x 600 detik

Q=900 C

2. Hitung berapa Coulumb diperlukan untuk mengoksidasi 1 mol gram


Tembaga!
1 mol Tembaga (Ar=63.54)
149
jawab:
m Culoss
0.25 gram
NCu=
=
=3.9345 10
150
Ar Cu
63.54 gram/mol

Q=

-3

1 mol x 900 C
=228745.711C
3.9345 103 mol

3. Muatan ion Cu+ adalah 1.6 10-19 C. Hitung jumlah ion yang terbentuk
dalam percobaan! ( N0= 1 mol Cu)
jawab:

228745.711 C
=1.42966 x 10 24
19
1.6 x 10 C
Q x 1mol Cu
jumlah atom Cu=

1 muatanC u +=
151

152
B. Mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nerst
1. Tuliskan reaksi sel dan bentuk umum persamaan Nerst untuk seltersebut!
jawab:
153
Zn
Zn2+ + 2e
Anoda
2+
154
Cu + 2e
Cu
+ Katoda
155
Zn + Cu2+
Zn2+ + Cu
156
reaksi sel secara umum: Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu
157
Persamaan Nernst:
158
E sel = E0sel RT/nF ln ([Zn2+] [Cu]) / ([Zn] [Cu2+])
159
2. Buat kurva Esel sebagai fungsi log [Zn2+]/[Cu2+]

160

log ([Zn2+]/[Cu2+]) vs Esel


1.08
1.06
1.04
Esel

f(x) = - 0.02x + 1.06


R = 0.93

1.02

Esel (Volt)
Linear (Esel (Volt))

1
0.98
0.96
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
log ([Zn2+]/[Cu2+])

161
Gambar B.1 Hubungan Esel dan log [Zn]/ [Cu2+]
3. Hitung gradient dan perpotongan kurva dengan sumbu y!
162
jawab:
y=0.0206 x+1.0644
163
4. Bandingkan hasil yang diperoleh dengan gradient teoritis yang dihitung
menggunakan persamaan Nerst dan bandingkan juga dengan E0sel literatur!
164
jawab:

170
171
172

Zn2+ + 2e

E0sel = 0.76 V

165

Zn

166

Cu2+ + 2e

167

Zn + Cu2+

168
169

E0sel literatur = 1.1 V (keadaan standar 1 M)


E0sel percobaan = 1.069 V (keadaan standar 1 M)

Cu

E0sel = 0.34 V +

Zn2+ + Cu E0sel = 1.1 V

173
174
175

1.

LAMPIRAN

JAWABAN PERTANYAAN

Apakah nama endapan merah/jingga yang terbentuk dalam

percobaan elektrolisis?
176

Jawab:

177

Endapan merah yang terbentuk pada sel elektrolisis adalah Cu 2O (tembaga


(I) oksida). Cu2O tersebut karena terurainya CuOH (hasil Cu+ + OH-) akibat
pemanasan.
Cu(s) Cu+ (aq)

Di anoda :

178

179

Di larutan : Cu+ + OH CuOH


180

2 CuOH

Cu2 + H2O

181 Panas
182

2.

jingga

Apakah yang mungkin menjadi sumber kesalahan dalam pengujian

persamaan Nernst?
183

Jawab:

184

Yang

mungkin

menjadi

sumber

kesalahan

pengujian

persamaan Nernst yaitu:


185

a.

186

Kurang teliti dalam membuat larutan ZnSO4 dan CuSO4


b.

Kesalahan membaca multimeter karena angka yang terbaca pada

layar multimeter tidak tetap


187

c.

Tidak terlalu bersih ketika membersihkan elektroda

188

d.

Jembatan garam yang bekerja tidak sempurna

189
190
191
192
193
194
195
196

197

LAMPIRAN C

198

199

PERHITUNGAN
200

1. Pembuatan Larutan ZnSO4.7H2O 1 M


201
Mr ZnSO4.7H2O = 287,54 gr/mol
m 1000
M =
.
202
Mr V
203
204
205

m =
=

M . Mr . V
1000

1 . 287,54 . 100
1000

m = 28,754 gr

2. Pembuatan Larutan CuSO4.5H2O 1 M


206
Mr CuSO4.5H2O = 249 gr/mol
m 1000
M =
.
207
Mr V
208
209
210

m =
=

M . Mr . V
1000

1 . 249 . 100
1000

m = 24,9 gr

3. Pengenceran Larutan CuSO4


CuSO4 0,1 M
211
V1 . M1 = V2 . M2
V2 . M2
V
=
1
212
M1

100 . 0,1
1

213

V1 =

214

V 1 = 10 ml

CuSO4 0,01 M
215
V1 . M1 = V2 . M2

216

V1 =

V2 . M2
M1

217

V1 =

100 . 0, 0 1
0,1

218

V 1 = 10 ml

CuSO4 0,001 M
219
V1 . M1 = V2 . M2
V . M2
V1 = 2
220
M1
100 . 0, 00 1
0,01

221

V1 =

222

V 1 = 10 ml

4. Bilangan Avogadro (N0) Percobaan


223
w = 0,25 gr
224
ME = 31,725 gr/mol
N0

225

F=

226

w=

ME . i . t
F

227

F=

31,725 . 1,3 . 600


0,38

228

F=98982

229

N0 = F . 6.25 x 10

230

N0 = 98982 . 6,25 x 10

231

N0 = 6,186375 x 10

232

6,25 x 1018

18

23

18

You might also like