Professional Documents
Culture Documents
Bukit Asam
Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman
kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metode penambangan
terbuka (open pit mining) di wilayah operasi pertama, yaitu di tambang Air Laya.
Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode penambangan bawah tanah
(underground mining) hingga 1940, sedangkan produksi untuk kepentingan
komersial dimulai pada 1938. Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial
Belanda di tanah air, para karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut
perubahan status tambang menjadi pertambangan nasional. Pada 1950,
Pemerintah RI kemudian mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara
Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA).
Pada 1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan
Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, yang
selanjutnya disebut Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan
industri
batubara
di
Indonesia,
pada
1990
Pemerintah
menetapkan
regional
geologi
daerah
Sawahlunto
berhubungan
dengan
zona
Penyangga Kayu
Pada awal penambangan tambang dalam pada sawahluwung
masih
semen.
Arch
Arch merupakan bentuk penyangga pasif yang terdapat di tambang
dalam sawahluwung. Hampir disetiap terowongan terdapat arch sebagai
penyangga utama dalam tunnel. Arch sendiri merupakan penyangga besi
yang membentuk setengah lingkaran. Dapat dilihat seperti gambar
dibawah ini . Dalam penyanggaan di tambang dalam sawahluwung, arch
dipasang dengan jarak 1,5 sampai 2 meter pada terowongan dengan
kekerasan normal namun jika ditemukan bidang lemah maka jarak akan
dibuat semakin rapat untuk menahan beban batuan tersebut. Pada
jarak Arch tersebut kemudian dipasang kayu-kayu sebagai penyangga
tambahan.
Rock Bolting
Semen/Beton
metode
penambangan
batubara
sangat
tergantung
pada : ketebalan lapisan batubara, kemiringan lapisan batubara, sifat atap dan
lantai, hubungan multi seam, ada tidaknya sisipan (parting), kondisi geologi
(sesar/patahan, kekar, dll), keadaan air dan gas, kedalaman lapisan batubara
dan hubunganya dengan permukaan bumi, kekerasan batubara dan kondisi
lain (keterbatasan penambangan di bawah sungai atau dasar laut, dll).
Ciri-ciri
metode
umumnya,
apabila
kemiringan
landai,
mekanisasi
penambangan,
lubang (rib spalling) dan penggelembungan lantai lapisan batubara (floor heave).
Kejadian tersebut diatas disebabkan oleh terlepasnya energi yang tersimpan
secara alamiah dalam endapan batubara. Energi yang terpendam tersebut
merupakan akibat terjadinya perubahan atau deformasi bentuk endapan
batubara selama berlangsungnya pembentukan deposit tersebut. Pelepasan
energi tersebut disebabkan oleh adanya perubahan keseimbangan tegangan
yang terdapat pada massa batuan akibat dilakukannya kegiatan pembuatan
lubang-lubang bukaan tambang. Disamping itu kegagalan yang disebabkan
batuan dan batubara itu tidak mempunyai daya penyanggaan di samping faktorfaktor alami dari keadaan geologi endapan batubara tersebut.
Penambangan batubara secara tambang dalam kenyataannya sangat
ditentukan oleh cara mengusahakan agar lubang bukaan dapat dipertahankan
selama mungkin pada saat berlangsungnya penambangan batubara dengan
biaya rendah atau seekonomis mungkin. Untuk mencapai keinginan tersebut
maka pada pembuatan lubang bukaan selalu diusahankan agar kemampuan
penyangga dari atap lapisan, kekuatan lantai lapisan batubara, kemampuan
daya dukung pilar penyangga. Apabila cara manfaat sifat alamiah tersebut sulit
untuk dicapai, maka dibuat penyanggan buatan telah diciptakan oleh ahli
tambang.
Hal yang paling penting dalam kegiatan tambang bawah tanah adalah
membuat lubang-lubang buatan (terowongan). Umumnya terowongan dibuat
dengan arah mendatar, vertical dean miring.
Tahapan tahapan pembuatan terowongan :
Pemboran
Pengisianlubang ledak
Pembersihan atap
Cut
ini
berfungsi
sebagai
bidang
bebas
pada
peledakan
berikutnya, yang kemudian akan diperbesar dengan dua atau lebih susunan
lubang tembak peledakan. Peladakan yang terakhir adalah peledakan lubang
Tummer (roof holes, wall holes, and floor holes) yang akan menentukan bentuk
dari terowongan. Efisiensi peledakan dalam terowongan sangat tergantung pada
suksesnya peledakan cut. Cut itu ssendiri dapat dibuat dalam beberapa
jenis pada lubang tembak, dan penanamannya disesuaikan dengan jenis Cut
yang dibentuk.
Pada tambang bawah tanah yang ada disawah luwung saat ini masih
dilakukan pengeboran dan peledakan untuk membuka tunnel atau terowongan
baru. Untuk metode yang dilakukan pada Tambang sawahluwung tidak terpaku
adalah menyediakan udara segar dengan kuantitas dan kualitas yang cukup
baik, kemudian mengalirkan serta membagi udara segar tersebut ke dalam
tambang sehingga tercipta kondisi kerja yang aman dan nyaman baik bagi para
pekerja tambang maupun proses penambangan.
Pada tambang bawah tanah sawaluwung, jenis ventilasi yang digunakan adalah
Ventilasi Mekanis. Ventilasi mekanis adalah jenis ventilasi dimana aliran udara
masuk
ke
dalam
tambang
disebabkan
oleh
perbedaan
tekanan
yang
ditimbulkan oleh alat mekanis. Lebih specifik lagi Ventilasi Mekanis yang
digunakan menggunakan Metode Exhaust System atau Sistem Hisap. Pada
metode ini mesin angin utama diletakkan pada jalan keluar. Karena adanya
hisapan mesin angin ini tekanan udara di jalur udara keluar akan mengecil,
sehingga udara dari luar pada jalur udara masuk yang mempunyai tekanan
lebih besar akan mengalir ke dalam tambang. Setelah melalui tempattempat
kerja, maka udara akan menjadi kotor dan dihisap oleh kipas angin untuk
dialirkan keluar. Hal ini dapat terlihat pada tempat tempat tertentu terdapat
pintu pintu tempat pertukaran udara serta tekanan udara. Ketika memasuki
area tersebut, akan langsung terjadi pertukaran udara serta tekanan yang
berasal dari Exhaust Fan. Untuk mengetahui Jalur Ventilasi Udara pada Tamda
Sawalunto dibawah ini merupakan Gambar Situasi Udara dalam Tambang
Dalam Sawahluwung 217 mdpl :
Gambar
diatas
menunjukkan
bagaimana
siklus
udara
yang
terjadi
di
dilakukan akan berjalan baik dan lancar. Terlebih adanya gas-gas berbahaya
yang selalu mengancam sehingga diperlukan siklus udara yang baik untuk
meminimalisir hal tersebut. Jumlah udara yang dihasilkan oleh ventilasi udara
pada tambang dalam sawaluwung mencapai 25 m3/dt. Dimana kebutuhan
udara setiap terowongan berbeda. Dapat kita lihat pada gambar diatas , setiap
terowongan mempunyai kebutuhan udara yang berbeda-beda. Semakin kedalam
akan membutuhkan banyak udara oleh sebab itu pihak perusahaan selalu
melakukan
kekurangan
pengecekan
udara
kondisi
dapat
udara
memicu
dalam
timbulnya
terowongan.
gas
methane
Jika
terjadi
yang
bisa
menyebabkan terjadinya ledakan dalam tambang. Oleh sebab itu sangat penting
peran ventilasi udara dalam penambangan tambang bawah tanah.
4.6 Peralatan Yang Digunakan
4.7 Bahaya Gas Metan Serta Penanggulangan
4.8 Penutupan Tambang Bawah Tanah