You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTEK PERENCANAAN TAMBANG BATUBARA TERBUKA PT.

THOMAS JAYA TRECIMPLANT ABADI PADA PERIODE 24 25 SEPTEMBER 2016


DI DESA KOTO BARU DAN SEKITARNYA, KECAMATAN AMPEK NAGARI,
KABUPATEN SIJUNJUNG, PROPINSI SUMATERA BARAT

BAB III
KEGIATAN PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANGAN
3.1. Pelaksanaan Sebelum Praktek Lapangan
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data literature dan data-data
penyelidikan lainnya, antara lain :

Peralatan lapangan (Kompas geologi, GPS, tali, meteran, mistar, busur,


kertas milimeter, jangka, ATK, parang, cangkul, dan juga peta geologi
regional daerah Sijunjung Muara Bodi)

Peta Geologi Regional dan Sebaran Batubara

Peta Topograf

Laporan penyelidikan terdahulu

Literatur sebagai referensi

3.2. Pelaksanaan Praktek Lapangan


3.2.1. Pemetaan Geologi
Pemetaan yang dilakukan dilapangan adalah pengukuran stratigraf yang
mana pengukuran ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran terperinci uruturutan perlapisan satuan stratigraf, sejarah sedimentasi dalam arah vertikal,
dan lingkungan pengendapan. Mengukur suatu penampang stratigraf dari
singkapan mempunyai arti penting dalam penelitian geologi. Secara umum
tujuan pengukuran stratigraf adalah untuk mendapatkan data litologi terperinci
dari urutan perlapisan suatu satuan stratigraf (formasi), kelompok, anggota dan
sebagainya, mendapatkan ketebalan yang diteliti dari tiap-tiap stratigraf, Untuk
mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigraf antar satuan batuan dan

III.

Teknik Pertambangan

1 Jurusan Teknik Kebumian


Fakultas Sains & Teknologi
Universitas Jambi

LAPORAN PRAKTEK PERENCANAAN TAMBANG BATUBARA TERBUKA PT.


THOMAS JAYA TRECIMPLANT ABADI PADA PERIODE 24 25 SEPTEMBER 2016
DI DESA KOTO BARU DAN SEKITARNYA, KECAMATAN AMPEK NAGARI,
KABUPATEN SIJUNJUNG, PROPINSI SUMATERA BARAT

urut-urutan sedimentasi dalam arah vertikal secara detil, untuk menafsirkan


lingkungan pengendapan.

III.

Teknik Pertambangan

2 Jurusan Teknik Kebumian


Fakultas Sains & Teknologi
Universitas Jambi

LAPORAN PRAKTEK PERENCANAAN TAMBANG BATUBARA TERBUKA PT.


THOMAS JAYA TRECIMPLANT ABADI PADA PERIODE 24 25 SEPTEMBER 2016
DI DESA KOTO BARU DAN SEKITARNYA, KECAMATAN AMPEK NAGARI,
KABUPATEN SIJUNJUNG, PROPINSI SUMATERA BARAT

Metoda pengukuran stratigraf dilakukan dalam tahapan sebagai berikut:


1. Menyiapkan peralatan untuk pengukuran stratigraf, antara lain: pita
ukur ( 25 meter),

kompas geologi, palu geologi, buku catatan

lapangan.
2. Menentukan jalur lintasan yang akan dilalui dalam pengukuran
stratigraf, jalur lintasan ditandai dengan huruf B (Bottom) adalah mewakili
bagian Bawah sedangkan huruf T (Top) mewakili bagian atas.
3. Mentukan satuan-satuan litologi yang akan diukur dan memberikan
tanda pada batas-batas satuan litologinya.
4. Pengukuran stratigraf di lapangan dimulai dari bagian bawah atau atas.
Unsur-unsur yang diukur dalam pengukuran stratigraf adalah: arah
lintasan (mulai dari sta.1 ke sta.2; sta.2 ke sta.3. dst.nya), sudut lereng
(apabila pengukuran di lintasan yang berbukit), jarak antar station
pengukuran, kedudukan lapisan batuan, dan pengukuran unsur-unsur
geologi lainnya.
5. Jika jurus dan kemiringan dari tiap satuan berubah rubah sepanjang
penampang, sebaiknya pengukuran jurus dan kemiringan dilakukan pada
alas dan atap dari satuan ini dan dalam perhitungan dipergunakan rataratanya.
6. Membuat catatan hasil pengamatan disepanjang lintasan pengukuran
stratigraf yang meliputi semua jenis batuan yang dijumpai pada lintasan
tersebut, yaitu: jenis batuan, keadaan perlapisan, ketebalan setiap lapisan
batuan, struktur sedimen (bila ada), dan unsur-unsur geologi lainnya yang
dianggap perlu. Jika ada sisipan, tentukan jaraknya dari atas satuan.
7. Data hasil pengukuran stratigraf kemudian disajikan diatas kertas
setelah melalui proses perhitungan dan koreksi-koreksi yang kemudian
digambarkan dengan skala tertentu dan data singkapan yang ada
disepanjang lintasan di-plot-kan dengan memakai simbol-simbol geologi
standar.
8. Untuk penggambaran dalam bentuk kolom stratigraf, perlu dilakukan
terlebih dahulu koreksi-koreksi antara lain koreksi sudut antara arah
lintasan dengan jurus kemiringan lapisan, koreksi kemiringan lereng

III.

Teknik Pertambangan

3 Jurusan Teknik Kebumian


Fakultas Sains & Teknologi
Universitas Jambi

LAPORAN PRAKTEK PERENCANAAN TAMBANG BATUBARA TERBUKA PT.


THOMAS JAYA TRECIMPLANT ABADI PADA PERIODE 24 25 SEPTEMBER 2016
DI DESA KOTO BARU DAN SEKITARNYA, KECAMATAN AMPEK NAGARI,
KABUPATEN SIJUNJUNG, PROPINSI SUMATERA BARAT

(apabila pengukuran di lintasan yang berbukit), perhitungan ketebalan


setiap lapisan batuan dsb.
Kegiatan dalam menentukan lintasan adalan :
1. Memahami penyebaran satuan batuan di daerah penelitian. Hal ini
maksudnya mendapatkan data strike dan dip angle dari sikuen perlapisan
batuan.
2. Menentukan jalur lintasan yang relatif tegak lurus terhadap strike dari
siken perlapisan batuan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan lebih
banyak variasi litologi sehingga gambaran geologi dan litologi dapat
segera dipahami.
3. Jalur lintasan pemetaan umumnya mengikuti pola aliran sungai.
Pemetaan dilakukan dari hilir ke arah hulu. Alasan pemilihan mengikuti
lembah sungai adalah data geologi banyak tersingkap karena tertoreh
aliran sungai.
4. Data yang diperoleh kemudian ditempatkan (plotting) pada peta dasar
(peta topograf).
5. Data singkapan yang memuat data litologi seperti batas kontak
perlapisan batuan (lokal) atau batas kontak antara dua formasi (regional)
dihubungkan sehingga diperoleh batas satuan batuan atau batas formasi
di dalam peta. Hal sama juga digunakan untuk menggambarkan struktur
sesar atau perlipatan berdasarkan data, misal kedudukan perlapisan
batuan, sumbu lipatan.
3.2.2. Pengambilan Conto
Pengambilan

contoh

dilakukan

dengan

pengambilan

conto

secara

langsung di lapangan dengan menggunakan palu geologi, baik palu batuan beku
maupun palu batuan sedimen. Conto yang diambil adalah conto batuan yang
masih segar yang berada didalam dan tidak ada kontak langsung dengan udara
luar, jika terdapat parting maka parting akan dipisahkan dari conto batuan yang
di ambil. Conto batuan yang diambil dimasukan kedalam kantong plastik, diberi
kode nomor conto dan di lakukan analisa.

III.

Teknik Pertambangan

4 Jurusan Teknik Kebumian


Fakultas Sains & Teknologi
Universitas Jambi

LAPORAN PRAKTEK PERENCANAAN TAMBANG BATUBARA TERBUKA PT.


THOMAS JAYA TRECIMPLANT ABADI PADA PERIODE 24 25 SEPTEMBER 2016
DI DESA KOTO BARU DAN SEKITARNYA, KECAMATAN AMPEK NAGARI,
KABUPATEN SIJUNJUNG, PROPINSI SUMATERA BARAT

3.3. Penyelidikan Laboratorium


3.3.1. Analisa Conto
Analisa conto di laboratorium yang digunakan seperti laboratorium
surveyor Indonesia maupun Sucofndo menggunakan metode ASTM (American
Society for Testing Materials). Preparasi di laboratorium ini pada prinsipnya
sama.
Setiap conto batubara yang telah diambil di lapangan dianalisa sebagai berikut :
: Total Moisture / Lengas Total ( % a.r)
: Moisture / Lengas Bawaan ( % adb)
: Ash / Abu ( % adb, % ar, % db)
: Fix Carbon / Karbon Tertambat ( % adb, % ar, % db, % daf)
: Voalatile Matter / Zat Terbang ( % adb, % ar, % db, % daf)
: Caloric Value / Nilai Kalori ( % adb, % ar, % db, % daf)
: Total Sulfur / Total Belerang ( % adb, % ar, % db, % daf)
3.4. Penentuan Pit Limit
Penentuan batas penambangan merupakan bagian dari perencanaan
tambang. Penentuan batas penambangan batubara dilakukan dengan metode
penampang. Metode tersebut pada dasarnya merupakan trial and error, batas
penambangan

ditentukan

melalui

penampang.

III.

Teknik Pertambangan

5 Jurusan Teknik Kebumian


Fakultas Sains & Teknologi
Universitas Jambi

simulasi

pada

masing-masing

series

LAPORAN PRAKTEK PERENCANAAN TAMBANG BATUBARA TERBUKA PT.


THOMAS JAYA TRECIMPLANT ABADI PADA PERIODE 24 25 SEPTEMBER 2016
DI DESA KOTO BARU DAN SEKITARNYA, KECAMATAN AMPEK NAGARI,
KABUPATEN SIJUNJUNG, PROPINSI SUMATERA BARAT

Adapun tahapan dalam penentuan pit limit antara lain :


a. Tentukan lokasi pit potensial pada areal sumberdaya batubara
dengan cara identifkasi factor pembatas dan analisis peta isooverburden. Buat model block-strip yang ukurannya disesuaikan
dengan rencana penjadwalan produksi dan alat-alat tambang yang
digunakan. Block-strip dibuat relative berarah tegak lurus strike
perlapisan batubara atau relative searah dip perlapisan batubara.
b. Buat penampang dengan arah relative tegak lurus strike atau
sejajar dip perlapisan batubara pada tiap block pit potensial. Pindahkan
penampang horizontal ke penampang vertical, kemudian proyeksikan
strip ke permukaan dengan besaran sudut berdasarkan rekomendasi
geoteknik. Lakukan penaksiran cadangan batubara dengan metode
penampang, kemudian tentukan stripping ratio. Untuk tujuan analisa
pit limit, berikan informasi stripping ratio untuk tiap block, atau dapat
memberikan gradasi wana sesuai dengan stripping ratio, misalkan
warna merah untuk SR yang lebih besar.
Pedoman pokok dalam menentukan batas penambangan :
a. Setiap block yang akan ditambang harus dapat membayar atau
mendukung pengupasan.
b. Jika sebuah block dapat ditambang karena kontribusi dari block lain,
maka block ini dapat dijumlahkan, jadi rata-rata untuk beberapa block
diperbolehkan.

III.

Teknik Pertambangan

6 Jurusan Teknik Kebumian


Fakultas Sains & Teknologi
Universitas Jambi

LAPORAN PRAKTEK PERENCANAAN TAMBANG BATUBARA TERBUKA PT.


THOMAS JAYA TRECIMPLANT ABADI PADA PERIODE 24 25 SEPTEMBER 2016
DI DESA KOTO BARU DAN SEKITARNYA, KECAMATAN AMPEK NAGARI,
KABUPATEN SIJUNJUNG, PROPINSI SUMATERA BARAT

c. Tidak ada block waste yang boleh ditambang kecuali terletak pada
jalur penambangan dari suatu block.

3.4.1. Metode Penampang/Sayatan


Pada prinsipnya, perhitungan cadangan dengan menggunakan metoda
penampang ini adalah mengkuantifkasikan cadangan pada suatu areal dengan
membuat penampang-penampang yang representatif dan dapat mewakili model
endapan pada daerah tersebut. Pada masing-masing penampang akan diperoleh
(diketahui) luas batubara dan luas overburden. Volume batubara & overburden
dapat diketahui dengan mengalikan luas terhadap jarak pengaruh penampang
tersebut. Perhitungan volume tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan 1
(satu) penampang, atau 2 (dua) penampang, atau 3 (tiga) penampang, atau juga
dengan rangkaian banyak penampang:
c. Dengan menggunakan 1 (satu) penampang
Cara

ini

digunakan

jika

diasumsikan

bahwa

penampang

mempunyai daerah pengaruh hanya terhadap penampang yang dihitung


saja.
Volume = (A x d1) + (A x d2)
Keterangan :
A = luas overburden
d1 = jarak pengaruh penampang ke arah 1
d2 = jarak pengaruh penampang ke arah 2
Volume yang dihitung merupakan volume pada areal pengaruh
penampang tersebut. Jika penampang tunggal tersebut merupakan

III.

Teknik Pertambangan

7 Jurusan Teknik Kebumian


Fakultas Sains & Teknologi
Universitas Jambi

LAPORAN PRAKTEK PERENCANAAN TAMBANG BATUBARA TERBUKA PT.


THOMAS JAYA TRECIMPLANT ABADI PADA PERIODE 24 25 SEPTEMBER 2016
DI DESA KOTO BARU DAN SEKITARNYA, KECAMATAN AMPEK NAGARI,
KABUPATEN SIJUNJUNG, PROPINSI SUMATERA BARAT

penampang korelasi lubang bor, maka akan merefleksikan suatu bentuk


poligon dengan jarak pengaruh penampang sesuai dengan daerah
pengaruh titik bor (poligon) tersebut.
b. Dengan menggunakan 2 (dua) penampang
Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa volume dihitung pada areal
diantara 2 penampang.
Rumus:
Volume = (A1 + A2) x d
2
Keterangan :
A1

= Luas Penampang 1

A2

= Luas Penampang 2

= Jarak Antar Penampang

Pada prinsipnya, metode 1 penampang menerapkan pedoman titik


terdekat

(rule

of

nearest

point),

sedangkan

metode

mean

area

menerapkan pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change).


c. Dengan Menggunakan 3 Penampang
Metode 3 penampang ii digunakan jika diketahui adanya variasi (kontras)
pada areal diantara 2 penampang, maka perlu ditambahkan penampang
antara untuk mereduksi kesalahan.
Rumus :
Volume = (A1 + 4A2 + A3) x (d1 + d2)
6
Keterangan :
A1

= Luas Penampang 1

A2

= Luas Penampang 2

A3

= Luas Penampang 3

d1

= Jarak Antara Penampang 1 dan 2

d2

= Jarak Antara Penampang 2 dan 3

III.

Teknik Pertambangan

8 Jurusan Teknik Kebumian


Fakultas Sains & Teknologi
Universitas Jambi

LAPORAN PRAKTEK PERENCANAAN TAMBANG BATUBARA TERBUKA PT.


THOMAS JAYA TRECIMPLANT ABADI PADA PERIODE 24 25 SEPTEMBER 2016
DI DESA KOTO BARU DAN SEKITARNYA, KECAMATAN AMPEK NAGARI,
KABUPATEN SIJUNJUNG, PROPINSI SUMATERA BARAT

III.

Teknik Pertambangan

9 Jurusan Teknik Kebumian


Fakultas Sains & Teknologi
Universitas Jambi

You might also like