You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan kita
sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai orang yang beriman
(mumin).
Namun bukan berarti bahwa keimanan itu ditanamkan dalam diri seseorang secara
dogmatis, sebab proses keimanan harus disertai dalil-dalil aqli. Akan tetapi, karena akal
manusia terbatas maka tidak semua hal yang harus diimani dapat diindra dan dijangkau oleh
akal manusia
Para ulama sepakat bahwa dalil-dalil aqli yang haq dapat menghasilkan keyakinan
dan keimanan yang kokoh. Sedangkan dalil-dalil naqli yang dapat memberikan keimanan
yang diharapkan hanyalah dalil-dalil yang qathi.
Makalah kecil ini menampilkan beberapa bahasan yang bisa membantu siapa saja yang ingin
memahami aqidah.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan aqidah ?
2. Apa landasan filosofis dan religiusnya?
3. Apa saja ruang lingkup aqidah?
4. Apa kaidah dari aqidah?
5. Apa fungsi dan peran aqidah?
6. prinsip aqidah ?
7. Aliran Aqidah Islam?

BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN DAN LANDASAN FILSOFIS AQIDAH ISLAM


1.1. Pengertian Aqidah Islam
Secara etimologi (lughatan), aqidah berakar dari kata aqada yaqidu aqdan yang berarti
simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan.
Relevansi antara arti kata aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di
dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
Secara terminologis (isthilahan), terdapat beberapa definisi (tarif) antara lain:
1. Menurut Hasan al-Banna:

Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya oleh hatimu,
mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan
keragu-raguan.

2. Munurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy:


, , ,
,
Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma)
oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah. (Kebenaran) itu dipatrikan oleh
manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan kebenarannya secara pasti dan
ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu

Untuk lebih memahami kedua definisi di atas maka perlu dikemukakan beberapa catatan
tambahan:
1. Ilmu terbagi dua: pertama ilmu dharuri, kedua ilmu nazhari. Ilmu yang dihasilkan oleh
indera, dan tidak memerlukan dalil disebut ilmu dharuri. Misalnya anda melihat meja di
hadapan mata, anda tidak lagi memerlukan dalil atau bukti bahwa benda itu ada.
Sedangkan ilmu yang memerlukan dalil atau pembuktian itu disebut ilmu nazhari.
Misalnya 1+1=2, tentu perlu dalil untuk orang yang belum tahu teori itu. Di antara ilmu
nazhari itu, ada hal-hal yang karena sudah sangat umum dan terkenal maka tidak
memerlukan lagi adanya dalil, misalnya sepeda bannya ada dua sedangkan mobil bannya
ada empat, tanpa dalil siapapun pasti mengetahui hal tersebut. Hal inilah yang disebut
badihiyah. Badihiyah adalah segala sesuatu yang kebenarannya perlu dalil pembuktian,
tetapi karena sudah sangat umum dan mendarah daging maka kebenaran itu tidak perlu
pembuktian lagi.
2. Setiap manusia memiliki fithrah mengakui kebenaran (bertuhan), indera untuk mencari
kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan memerlukan wahyu untuk menjadi pedoman
menentukan mana yang benar dan mana yang tidak. Tentang Tuhan, misalnya, setiap
manusia memiliki fithrah bertuhan, dengan indera dan akal dia bisa buktikan adanya
Tuhan, tapi hanya wahyulah yang menunjukkan kepadanya siapa Tuhan yang sebenernya.
3. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan. Sebelum seseorang sampai
ke tingkat yakin dia akan mengalami lebih dahulu Syak (50%-50% antara membenarkan
dan menolak), kemudian Zhan (salah satu lebih kuat sedikit dari yang lainnya karena ada
dalil yang menguatkan), kemudian Ghalabatuz Zhan (cenderung menguatkan salah satu
3

karena dalilnya lebih kuat, tapi masih belum bisa menghasilkan keyakinan penuh),
kemudian Ilmu/Yakin (menerima salah satu dengan sepenuh hati karena sudah meyakini
dalil kebenarannya). Keyakinan yang sudah sampai ke ringkat ilmu inilah yang disebut
aqidah.
4. Aqidah harus mendatangkan ketenteraman jiwa. Artinya lahiriyah seseorang bisa saja purapura meyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak akan mendatangkan ketenangan jiwa
karena dia harus melaksanakan sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya. Kawin
paksa misalnya, hidup satu rumah dengan orang yang tidak pernah dia sukai, secara
lahiriyah hubungan mereka telah sukses karena berakhir dipelaminan namun jiwa mereka
tidaklah tenteram seperti kelihatan.
5. Bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia harus menolak segala yang
bertentangan dengan kebenaran itu. Artinya seseorang tidak akan bisa meyakini sekaligus
dua hal yang bertentangan. Misalnya ada meyakini gula itu rasanya manis, tentunya anda
akan menolak untuk meyakini bahwa gula itu rasanya asin, tidak mungkin anda yakin
bahwa gula itu rasanya manis dan asin.
6. Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat pemahamannya terhadap
dalil. Misalnya:
Anda akan meyakini adanya beasiswa bila anda mendapatkan informasi tentang beasiswa
tersebut dari orang yang anda kenal tidak pernah berbohong.
Keyakinan itu akan bertambah apabila anda mendapatkan informasi yang sama dari
beberapa orang lain, namun tidak menutup kemungkinan bahwa anda akan meragukan
kebenaran informasi itu apabila ada syubuhat (dalil dalil yang menolak informasi
tersebut).
Bila anda melihat pengumuman beasiswa di fakultas maka bertambahlah keyakinan anda
sehingga kemungkinan untuk ragu semakin kecil
Apabila anda diberi formulir pengajuan beasiswa maka keyakinan anda semakin
bertambah dan segala keraguan akan hilang bahkan anda tidak mungkin ragu lagi
bahkan anda tidak akan merubah pendirian anda sekalipun semua orang menolaknya

Ketika anda bolak balik mengurus segala yang terkait dengan beasiswa maka
bertambahlah pengetahuan dan pengalaman anda tentang beasiswa yang diyakini tadi.

1.2. Landasan Filosofis Aqidah Islam


Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-Quran dan
As-Sunnah.
Allah mengutus (Rasul) yang membawa pesan dari-Nya untuk disampaikan kepada
seluruh umat manusia. Pesan Allah itu ditulis dalam Al-Kitab (Al-Quran). Allah
menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk mengenal adanya
Allah dengan memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa.
Hasil perbuatan Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati. Yang menerima hikmahhikmai inilah yang disebut Hukuman atau Filosof.

Berikut beberapa pendapat para filosof barat tentang Tuhan:


Pendapat Xenophanes
Xenophanes menyatakan: Tuhan hanya satu, yang terbesar di antara dewa dan manusia,
tidak serupa dengan makhluk yang fana.
Tuhan Yang Esa itu tidak dijadikan tidak bergerak dan berubah-ubah, dan ia mengisi
seluruh alam. Dia melihat semuanya, mendengar semua dan memikirkan seluruhnya.
Mudah sekali Ia memimpin alam ini dengan kakuatan fikirNya.
Pendapat Socrates
Socrates menyatakan: Tuhan pencipta ala mini bukanlah hanya untuk memikirkan dan
memperhatikan manusia saja, tapi ialah roh bagi manusia. Jika tidak begitu cobalah
sebutkan padaku, hewan manakah yang dapat mengetahui adanya Tuhan yang mengatur
susunan tubuh yang mempunyai sifat-sifat tinggi seperti ini! Coba katakana hewan mana
selain manusia yang dapat dibawa akalnya menyembah dan berkhidmah kepada Tuhan?

Pendapat Descartes
Descartes menyatakan: Saya tidak menjadikan diri saya sendiri. Sebab kalau saya
menjadikan, tentulah saya dapat memberikan segala sifat kesempurnaan kepada diri saya
itu. Oleh sebab itu tentu saya dijadikan oleh Dzat yang lain. Dan sudah pasti pula Dzat
lain itu menjadikan saya mempunyai sifat-sifat kesempurnaan, kalau tidak akan sama
halnya dengan diri saya.
Saya selalu merasa diri saya dalam kekurangan, dan pada waktu itu juga diri saya
merasa tentu ada Dzat yang tidak kekurangan, yakni sempurna. Dan Dzat yang sempurna
itu ialah Allah[5]
Mari kita kaji Al-Quran lalu kita perhatikan kandungannya, bahwa apa yang dinyatakan
oleh para filosof di atas, semakna dengan apa yang dinyatakan oleh Allah di dalam AlQuran:
Dan Apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air(ma
Dan ia membuat perumpamaan bagi kami; dan Dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata:
Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?
Katakanlah: Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. dan
Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk. [QS.36:77-79].
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari Apakah Dia diciptakan?
Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,
yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.
Sesungguhnya Allah benar-benar Kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati).
[QS.86:5-8]
Dari uraian di atas, nyatalah bahwa pada hakikatnya landasan aqidah Islam adalah Al-Quran
dan Sunnah.

2. FUNGSI DAN PERANAN AKIDAH ISLAM


a. Fungsi akidah islam ,diantaranya yaitu :
1. Sebagai pondasi untuk mendirikan bangunan Islam.

2. Merupakan awal dari akhlak yang mulia. Jika seseorang memiliki aqidahyang kuat pasti
akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia, dan
bermuamalat dengan baik.
3. Semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah maka ibadah kita
tersebut tidak akan diterima.

b. Sedangkan peran akidah dalam islam meliputi :


1. Aqidah merupakan misi pertama yang dibawa para rasul Allah.
Allah berfirman:Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu (QS. An-Nahl:
36).
2. Manusia diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Allah.
Allah berfirman:Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk
menyembah-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56).
3. Aqidah yang benar dibebanrkan kepada setiap mukallaf.
Nabi bersabda:Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi
bahwasanya tiada sesembahan yang sebenarnya selain Allah dan bahwasanya
Muhammad adalah rasul utusan Allah. (Muttafaq alaih).
4. Berpengang kepada aqidah yang benar merupakan kewajiban manusia seumur hidup.
Allah berfirman:Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami ialah Allah
kemudian merkea beristiqomah (teguh dalam pendirian mereka) maka para malaikat
akan turun kepada mereka (seraya berkata) : Janganlah kamu merasa takut dan
janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang
dijanjikan Allah kepadamu.(QS. Fushilat: 30).

5. Aqidah merupakan akhir kewajiban seseorang sebelum meninggalkan dunia yang fana
ini. Nabi saw bersabda:Barangsiapa yang akhir ucapannya Tiada sesembahan yang
berhak disembah selain Allah niscaya dia akan masuk surga. (HSR. Al-Hakim dan
lainnya).
6. Aqidah yang benar telah mampu menciptakan generasi terbaik dalam sejarah umat
manusia,

yaitu

generasi

sahabat

dan

dua

generasi

sesusah

mereka. Allah

berfirman:Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kamu
menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada
Allah. (QS. Ali-Imran: 110).
7. Kebutuhan manusia akan aqidah yang benar melebihi segala kebutuhan lainnya karena
ia merupakan sumber kehidupan, ketenangan dan kenikmatan hati seseorang. Dan
semakin sempurna pengenalan serta pengetahuan seorang hamba terhadap Allah
semakin sempurna pula dalam mengagungkan Allah dan mengikuti syariat-Nya.

2.1. Landasan Religius Aqidah Islam


Sumber aqidah Islam adalah Al-Quran dan Sunnah. Artinya apa saja yang
disampaikan oleh Allah dalam Al-Quran dan oleh Rasulullah dalam Sunnahnya wajib
diimani (diyakini dan diamalkan).[6]
Akal pikiran tidaklah menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nashnash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba kalau diperlukan
membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan Al-Quran dan Sunnah. Itupun
harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat terbatas. Sesuatu yang
terbatas/akal tidak akan mampu menggapai sesuatu yang tidak terbatas. Misalkan, saat
ditanya, kekal [sesuatu yang tidak terbatas] itu sampai kapan?, maka akal tidak akan mampu
menjawabnya karena akal itu terbatas.

Aqidah itu mempunyai sifat keyakinan dan kepastian sehingga tidak mungkin ada
peluang bagi seseorang untuk meragukannya. Dan untuk mencapai tingkat keyakinan ini,
aqidah Islam wajiblah bersumber pada dua warisan tersebut [Al-Quran Hadits] yang tidak
ada keraguan sedikit pun padanya. Dan akal bukanlah bagian dari sumber yang tidak ada
keraguan padanya.
Dengan kata lain, untuk menjadi sumber aqidah, maka asal dan indikasinya haruslah
pasti dan meyakinkan, tidak mengandung sedikut pun keraguan. Jika kita memandang AlQuran dari segi wurud, maka ia adalah pasti lagi meyakinkan karena telah ditulis selagi
Rasulullah masih hidup dan juga dihafal serta sejumlah besar sehabat yang mustahil mereka
sepakat berdusta untuk memalsukannya. Dan juga karena itu, tidak pernah timbul
perselisihan tentang kesahihan Al-Quran di kalangan umat Islam sejak dahulu hingga
sekarang.[7] Tidak pernah ada yang berbeda pendapat bahwa Tuhan itu ada, bahwa Tuhan itu
satu, bahwa Tuhan itu mahakuasa.
Aqidah atau iman itu mempunyai peran dan pengaruh dalam hati. Ia mendorong
manusia untuk melakukan amal-amal yang baik dan meninggalkan perbuatan keji dan
mungkar. Ia mengawal dan membimbing manusia ke jalan yang lurus dan benar serta
menjaganya untuk tidak tergelincir ke dalam lembah kesesatan; dan juga menanamkan dalam
dirinya kecintaan kepada kebenaran dan kebaikan. Sesungguhnya hidayah Allah hanya
diberikan kepada manusia yang hatinya telah dimasuki iman.[8]
Allah berfirman dalam Surat al-Taghabun/64:11 :

. . . (11 ). . . \
Dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Allah akan memberi hidayah
kepada hatinya.

Pada hakikatnya, iman yang dalam hati itu atau aqidah ibarat nur atau cahaya yang menerangi
hati dan sangat diperlukan oleh manusia dalam kehidupannya di dunia. Tanpa cahaya itu hati
sangat gelap, sehingga akan sangat mudah orang tergelincir dalam lembah maksiat. Ibarat
orang yang berjalan pada waktu malam tanpa lampu atau cahaya, ia akan sangat mudah
terperosok ke dalam lobang atau jurang. Demikianlah peranan iman yang merupakan
bangunan bawah/fondasi utama dari kepribadian yang kukuh dan selalu mengawal serta
membuat hati agar selalu baik dan bersih, sehingga dapat memberi bimbingan bagi manusia
ke arah kehidupan yang tenteram dan bahagia.

3. RUANG LINGKUP, KAIDAH, FUNGSI SERTA MANFAAT AQIDAH ISLAM


1. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah
Meminjam sistimatika Hasaln al-Banna maka ruang lingkup pembahasan aqidah adalah:
1. Ilahiyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilah
(Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, afal Allah dan
lainnya.
2. Nubuwat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan
Rasul, termasuk tentang Kitab-Kitab Allah, mujizat, karamat dan lain sebagainya.
3. Ruhaniyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syetan, Roh dan lain sebagainya.
4. Samiyyat. Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat
Sami (dalil naqli berupa Al-Quran dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur,
tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lain sebagainya.[9]
Di samping sistimatika di atas, pembahasan aqidah bisa juga mengikuti sistimatika arkanul
iman (rukun iman) yaitu:
1. Iman Kepada Allah SWT.
2. Iman Kepada Malaikat (termasuk juga makhluk ruhani lain seperti Jin, Iblis dan Syetan).
3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah.
4. Iman Kepada Nabi dan Rasul.

10

5. Iman Kepada Hari Akhir.


6. Iman Kepada Takdir Allah.

2. Delapan Kaidah Aqidah


1. Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakin adanya, kecuali bila akal saya
mengatakan tidak berdasarkan pengalaman masa lalu.
Misalnya, bila saya untuk pertama kali melihat sepotong kayu di dalam gelas berisi air
putih kelihatan bengkok, atau melihat genangan air di tengah jalan [fatamorgana], tentu
saja saya akan membenarkan hal itu. Tapi bila terbukti kemudian bahwa hasil
penglihatan indera saya salah maka untuk kedua kalinya bila saya melihat hal yang
sama, akal saya langsung mengatakan bahwa yang saya lihat tidak demikian adanya.
2. Keyakinan, di samping diperoleh dengan menyaksikan langsung, juga bias melalui
berita yang diyakini kejujuran si pembawa berita.
Banyak hal yang memang tidak atau belum kita saksikan sendiri tapi kita meyakini
adanya. Misalnya anda belum pernah ke Thailand, Afrika atau Yaman, tapi anda
meyakini bahwa negeri-negeri tersebut ada. Atau tentang fakta sejarah, tentang Daulah
Abbasiyah, Umayyah atau tentang kerajaan Majapahit, dan lain-lain, anda meyakini
kenyataan sejarah itu berdasarkan berita yang anda terima dari sumber yang anda
percaya.
3. Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya karena anda tidak bisa
menjangkaunya dengan indera anda.
Kemampuan alat indera memang sangat terbatas. Telinga tidak bisa mendengar suara
semut dari jarak dekat sekalipun, mata tidak bisa menyaksikan semut dari jarak jauh.
Oleh karena itu, seseorang tidak bisa memungkiri wujudnya sesuatu hanya karena
inderanya tidak bisa menyaksikannya.
4. Seseorang hanya bisa menghayalkan sesuatu yang sudah pernah dijangkau oleh
inderanya.
Khayal manusiapun terbatas. Anda tidak akan bisa menghayalkan sesuatu yang baru
sama sekali. Waktu anda menghayalkan kecantikan seseorang secara fisik, anda akan
11

menggabungkan unsur-unsur kecantikan dari banyak orang yang sudah pernah anda
saksikan.
5. Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dengan ruang dan waktu.
Tatkala mata mengatakan bahwa tiang-tiang listrik berjalan waktu kita menyaksikannya
lewat jendela kereta api akal dengan cepat mengoreksinya. Tapi apakah akal bisa
memahami dan menjangkau segala sesuatu? Tidak. Karena kemampuan akalpun
terbatas. Akal tidak bisa menjangkau sesuatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu.

6. Iman adalah fithrah setiap manusia.


Setiap manusia memiliki fithrah mengimani adanya Tuhan. Pada saat seseorang
kehilangan harapan untuk hidup, padahal dia masih ingin hidup, fithrahnya akan
menuntun dia untuk meminta kepada Tuhan. Misalnya bila anda masuk hutan, dan
terperosok ke dalam lubang, pada saat anda kehilangan harapan untuk bisa keluar dari
lubang tiu, anda akan berbisik Oh Tuhan!
7. Kepuasan materil di dunia sangat terbatas.
Manusia tidak akan pernah puas secara materil. Seorang yang belum punya sepeda ingin
punya sepeda. Setelah punya sepeda ingin punya motor dan seterusnya sampai mobil,
pesawat, dan lain lain. Bila keinginan tercapai maka akan berubah menjadi sesuatu yang
biasa, tidak ada rasa kepuasan pada keinginan itu. Selalu saja keinginan manusia itu
ingin lebih dari apa yang sudah di dapatnya secara materil. Dan keinginan manusia akan
dipuaskan secara hakiki di alam sesudah dunia ini.
8. Keyakinan tentang hari akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan tentang adanya
Allah. Jika anda beriman kepada Allah, tentu anda beriman dengan segala sifat-sifat
Allah, termasuk sifat Allah Maha Adil. Kalau tidak ada kehidupan lain di akhirat,
bisakah keadilan Allah itu terlaksana? Bukankah tidak semua penjahat menanggung
akibat kejahatannya di dunia ini? Bukankah tidak semua orang yang berbuat baik
merasakan hasil kebaikannya?. Bila anda menonton film, ceritanya belum selesai tibatiba saja dilayar tertulis kalimat Tamat, bagaimana komentar anda? Oleh sebab itu,
iman anda dengan Allah menyebabkan anda beriman dengan adanya alam lain sesudah
alam dunia ini yaitu Hari Akhir.
12

3. Fungsi Aqidah
Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan
yang akan didirikan harus semakin kokoh pula fondasi yang dibuat. Kalau fondasinya lemah
bangunan itu akan cepat ambruk. Tidak ada bangunan tanpa fondasi.[10]
Kalau ajaran Islam kita bagi dalam sistimatika Aqidah Ibadah Akhlak dan Muamalat,
atau Aqidah Syariah dan Akhlak, atau Iman Islam dan Ihsan, maka ketiga/keempat aspek
tersebut tidak bisa dipisahkan sama sekali. Satu sama lain saling terkait. Seseorang yang
memiliki aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak
yang mulia dan bermuamalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah
swt kalau tidak dilandasi dengan aqidah. Misalnya orang nonmuslim memberi beras kepada
seorang yang miskin, amal ibadah orang itu nilainya NOL di hadapan Allah, Allah tidak
menerima ibadahnya karena orang itu tidak punya landasan aqidah.
Seseorang bisa saja merekayasa untuk terhindar dari kewajiban formal, misalnya
zakat, tapi dia tidak akan bisa menghindar dari aqidah. Misalnya, aqidah mewajibkan orang
percaya bahwa Tuhan itu cuma satu yaitu Allah, orang yang menuhankan Allah dan sesuatu
yang lain [uang misalnya] maka akan kelihatan nanti, tidak bisa ditutup-tutupi, tidak bisa
direkayasa. Entah dari bicaranya yang seolah-olah uang telah membantu hidupnya, tanpa
uang dia tidak akan nisa hidup, atau dari perilakunya yang satu minggu sekali datang ke
pohon besar dan berdoa disitu.
Itulah sebabnya kenapa Rasulullah SAW selama 13 tahun periode Mekah
memusatkan dakwahnya untuk membangun aqidah yang benar dan kokoh. Sehingga
bangunan Islam dengan mudah berdiri di periode Madinah. Dalam dunia nyatapun ternyata
modal untuk membangun sebuah bangunan itu lebih besar tertanam di fondasi.
Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka
syariat/jasad kita tidak ada guna apa-apa.

4. MANFAAT AKIDAH ISLAM

13

Aliran Mutazilah lahir kurang lebih + 120 H.pada abad permulaan kedua hijriah di
kota Basyrah dan mampu bertahan sampai sekarang, karena paham ini mampu menyusup ke
dalam masyarakat Islam di Barat dan di Timur bahkan sampai ke Indonesia.
Pokok-pokok pendirian mutazillah setiap orang yang memeluk aliran mutazillah diharusan
untuk memegang kepada lima ajaran :
a. Tauhid (Ke-Esaan)
b. Al-Adlu (Keadilan )
c. Wal-wal Waid (Janji dan Acaman)
d. Al-Manzilah Bainal Manziladaini (tempat diantara dua)
e. Amar Marup Nahi Munkar (Menyuruh krbaikan dan melarang kejelekan)

Ahli sunnah dan jamaah ini kelihatannya timbul sebagaireaksi terhadap paham-paham
glongan mutazilah yang telah dijelaskan sebelumnya dan terhadap sikap mereka dalam
menyiarkan ajaran-ajaran itu. Aliran ini terdiri dari beberapa ajaran, diantaranya :
1. Ajaran-Jaran Al-asyariyah
2. Ajaran Maturi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai fondasi. Di
mana seluruh komponen ajaran Islam tegak di atasnya. Aqidah merupakan beberapa prinsip
keyakinan. Dengan keyakinan itulah seseorang termotivasi untuk menunaikan kewajibankewajiban agamanya. Karena sifatnya keyakinan maka materi aqidah sepenuhnya adalah
informasi yang disampaikan oleh Allah Swt. melalui wahyu kepada nabi-Nya, Muhammad
Saw.
Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-Quran dan
Sunnah. Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk
mengenal adanya Allah dengan memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang
Maha Kuasa. Hasil perbuatan Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati.
14

Sumber aqidah Islam adalah Al-Quran dan Sunnah. Akal pikiran tidaklah menjadi sumber
aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber
tersebut dan mencoba kalau diperlukan membuktikan secara ilmiah kebenaran yang
disampaikan Al-Quran dan Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa
kemampuan akal sangat terbatas. Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan mampu menggapai
sesuatu yang tidak terbatas.
Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka
syariat/jasad kita tidak ada guna apa-apa.

B. SARAN
Semoga apa yang telah kami sajikan tadi dapat diambil intisarinya yang kemudian diamalkan
juga semoga berguna bagi kehidupan kita di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

15

Drs. H. Yunahar Ilyas. Kuliah Aqidah Islam. (Yogyakarta: 1992). h. 1


Al-Banna, Majmuatu ar-Rasail. Muassasah ar-Risalah Beirut: tanpa tahun. h.165
Al-Jazairy, Aqidah al-Mukmin. (Cairo: 1978). h. 21
Drs. Edi Suresman. A.Md. Aqidah Islam. Malang. IKIP. 1993.
Drs. Edu Suresman. Aqidah Islam. (Malang: 1993). h. 1
Ibid. h. 21
Al-Jazairy, Abu Bakar Jabir. Aqidah al-Mukmin. Cairo. Maktabah al-Kulliyat al-Azhariyah.
1978.
Drs. H. Yunahar Ilyas. Kuliah Aqidah Islam. (Yogyakarta: 1992). h. 6
Dr. Ahmad Daudy, Kuliah Aqidah Islam. Jakarta. Bulan Bintang. 1997

16

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini memuat tentang Pengertian Aqidah, sumber Aqidah, dalil-dalil serta
penjelasan sumbernya, Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan
makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
kita. Sebelum dan sesudahnya saya mengucapkan terima kasih.

Wassalam

Penyusun .

17

DAFTAR
i ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI
BAB

.............................................................................................. ii
PENDAHULUAN.................................................................... 1
1. Latar Belakang................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ............................................................. 1

BAB

II

PEMBAHASAN...................................................................... 2
1. Pengertian Dan Landasan Filsofis Aqidah Islam............ 2
1.1. Pengertian Aqidah Islam.............................................. 2
1.2. Landasan Filosofis Aqidah Islam................................. 4
2. Fungsi Dan Peranan Akidah Islam................................... 5
2.1. Landasan Religius Aqidah Islam.................................. 7
3. Ruang Lingkup, Kaidah, Fungsi Serta
Manfaat Aqidah Islam...................................................... 8
3.1. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah........................... 8
3.2. Delapan Kaidah Aqidah............................................... 9
3.3. Fungsi Aqidah.............................................................. 10
3.4. Manfaat Akidah Islam.................................................. 11

BAB

III

PENUTUP................................................................................ 12
A. Kesimpulan......................................................................... 12
B. Saran.................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

18

ii
PENGERTIAN AQIDAH, SUMBER
AQIDAH, DAN

DALIL-DALIL SERTA PENJELASANNYA


D
I
S
U
S
U
N
OLEH

NOVIA MARLINA RAMBE


160205165
Kelas : A 1 Sore

19

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN

2016

20

You might also like