Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan kita
sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai orang yang beriman
(mumin).
Namun bukan berarti bahwa keimanan itu ditanamkan dalam diri seseorang secara
dogmatis, sebab proses keimanan harus disertai dalil-dalil aqli. Akan tetapi, karena akal
manusia terbatas maka tidak semua hal yang harus diimani dapat diindra dan dijangkau oleh
akal manusia
Para ulama sepakat bahwa dalil-dalil aqli yang haq dapat menghasilkan keyakinan
dan keimanan yang kokoh. Sedangkan dalil-dalil naqli yang dapat memberikan keimanan
yang diharapkan hanyalah dalil-dalil yang qathi.
Makalah kecil ini menampilkan beberapa bahasan yang bisa membantu siapa saja yang ingin
memahami aqidah.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan aqidah ?
2. Apa landasan filosofis dan religiusnya?
3. Apa saja ruang lingkup aqidah?
4. Apa kaidah dari aqidah?
5. Apa fungsi dan peran aqidah?
6. prinsip aqidah ?
7. Aliran Aqidah Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk lebih memahami kedua definisi di atas maka perlu dikemukakan beberapa catatan
tambahan:
1. Ilmu terbagi dua: pertama ilmu dharuri, kedua ilmu nazhari. Ilmu yang dihasilkan oleh
indera, dan tidak memerlukan dalil disebut ilmu dharuri. Misalnya anda melihat meja di
hadapan mata, anda tidak lagi memerlukan dalil atau bukti bahwa benda itu ada.
Sedangkan ilmu yang memerlukan dalil atau pembuktian itu disebut ilmu nazhari.
Misalnya 1+1=2, tentu perlu dalil untuk orang yang belum tahu teori itu. Di antara ilmu
nazhari itu, ada hal-hal yang karena sudah sangat umum dan terkenal maka tidak
memerlukan lagi adanya dalil, misalnya sepeda bannya ada dua sedangkan mobil bannya
ada empat, tanpa dalil siapapun pasti mengetahui hal tersebut. Hal inilah yang disebut
badihiyah. Badihiyah adalah segala sesuatu yang kebenarannya perlu dalil pembuktian,
tetapi karena sudah sangat umum dan mendarah daging maka kebenaran itu tidak perlu
pembuktian lagi.
2. Setiap manusia memiliki fithrah mengakui kebenaran (bertuhan), indera untuk mencari
kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan memerlukan wahyu untuk menjadi pedoman
menentukan mana yang benar dan mana yang tidak. Tentang Tuhan, misalnya, setiap
manusia memiliki fithrah bertuhan, dengan indera dan akal dia bisa buktikan adanya
Tuhan, tapi hanya wahyulah yang menunjukkan kepadanya siapa Tuhan yang sebenernya.
3. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan. Sebelum seseorang sampai
ke tingkat yakin dia akan mengalami lebih dahulu Syak (50%-50% antara membenarkan
dan menolak), kemudian Zhan (salah satu lebih kuat sedikit dari yang lainnya karena ada
dalil yang menguatkan), kemudian Ghalabatuz Zhan (cenderung menguatkan salah satu
3
karena dalilnya lebih kuat, tapi masih belum bisa menghasilkan keyakinan penuh),
kemudian Ilmu/Yakin (menerima salah satu dengan sepenuh hati karena sudah meyakini
dalil kebenarannya). Keyakinan yang sudah sampai ke ringkat ilmu inilah yang disebut
aqidah.
4. Aqidah harus mendatangkan ketenteraman jiwa. Artinya lahiriyah seseorang bisa saja purapura meyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak akan mendatangkan ketenangan jiwa
karena dia harus melaksanakan sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya. Kawin
paksa misalnya, hidup satu rumah dengan orang yang tidak pernah dia sukai, secara
lahiriyah hubungan mereka telah sukses karena berakhir dipelaminan namun jiwa mereka
tidaklah tenteram seperti kelihatan.
5. Bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia harus menolak segala yang
bertentangan dengan kebenaran itu. Artinya seseorang tidak akan bisa meyakini sekaligus
dua hal yang bertentangan. Misalnya ada meyakini gula itu rasanya manis, tentunya anda
akan menolak untuk meyakini bahwa gula itu rasanya asin, tidak mungkin anda yakin
bahwa gula itu rasanya manis dan asin.
6. Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat pemahamannya terhadap
dalil. Misalnya:
Anda akan meyakini adanya beasiswa bila anda mendapatkan informasi tentang beasiswa
tersebut dari orang yang anda kenal tidak pernah berbohong.
Keyakinan itu akan bertambah apabila anda mendapatkan informasi yang sama dari
beberapa orang lain, namun tidak menutup kemungkinan bahwa anda akan meragukan
kebenaran informasi itu apabila ada syubuhat (dalil dalil yang menolak informasi
tersebut).
Bila anda melihat pengumuman beasiswa di fakultas maka bertambahlah keyakinan anda
sehingga kemungkinan untuk ragu semakin kecil
Apabila anda diberi formulir pengajuan beasiswa maka keyakinan anda semakin
bertambah dan segala keraguan akan hilang bahkan anda tidak mungkin ragu lagi
bahkan anda tidak akan merubah pendirian anda sekalipun semua orang menolaknya
Ketika anda bolak balik mengurus segala yang terkait dengan beasiswa maka
bertambahlah pengetahuan dan pengalaman anda tentang beasiswa yang diyakini tadi.
Pendapat Descartes
Descartes menyatakan: Saya tidak menjadikan diri saya sendiri. Sebab kalau saya
menjadikan, tentulah saya dapat memberikan segala sifat kesempurnaan kepada diri saya
itu. Oleh sebab itu tentu saya dijadikan oleh Dzat yang lain. Dan sudah pasti pula Dzat
lain itu menjadikan saya mempunyai sifat-sifat kesempurnaan, kalau tidak akan sama
halnya dengan diri saya.
Saya selalu merasa diri saya dalam kekurangan, dan pada waktu itu juga diri saya
merasa tentu ada Dzat yang tidak kekurangan, yakni sempurna. Dan Dzat yang sempurna
itu ialah Allah[5]
Mari kita kaji Al-Quran lalu kita perhatikan kandungannya, bahwa apa yang dinyatakan
oleh para filosof di atas, semakna dengan apa yang dinyatakan oleh Allah di dalam AlQuran:
Dan Apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air(ma
Dan ia membuat perumpamaan bagi kami; dan Dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata:
Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?
Katakanlah: Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. dan
Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk. [QS.36:77-79].
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari Apakah Dia diciptakan?
Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,
yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.
Sesungguhnya Allah benar-benar Kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati).
[QS.86:5-8]
Dari uraian di atas, nyatalah bahwa pada hakikatnya landasan aqidah Islam adalah Al-Quran
dan Sunnah.
2. Merupakan awal dari akhlak yang mulia. Jika seseorang memiliki aqidahyang kuat pasti
akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia, dan
bermuamalat dengan baik.
3. Semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah maka ibadah kita
tersebut tidak akan diterima.
5. Aqidah merupakan akhir kewajiban seseorang sebelum meninggalkan dunia yang fana
ini. Nabi saw bersabda:Barangsiapa yang akhir ucapannya Tiada sesembahan yang
berhak disembah selain Allah niscaya dia akan masuk surga. (HSR. Al-Hakim dan
lainnya).
6. Aqidah yang benar telah mampu menciptakan generasi terbaik dalam sejarah umat
manusia,
yaitu
generasi
sahabat
dan
dua
generasi
sesusah
mereka. Allah
berfirman:Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kamu
menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada
Allah. (QS. Ali-Imran: 110).
7. Kebutuhan manusia akan aqidah yang benar melebihi segala kebutuhan lainnya karena
ia merupakan sumber kehidupan, ketenangan dan kenikmatan hati seseorang. Dan
semakin sempurna pengenalan serta pengetahuan seorang hamba terhadap Allah
semakin sempurna pula dalam mengagungkan Allah dan mengikuti syariat-Nya.
Aqidah itu mempunyai sifat keyakinan dan kepastian sehingga tidak mungkin ada
peluang bagi seseorang untuk meragukannya. Dan untuk mencapai tingkat keyakinan ini,
aqidah Islam wajiblah bersumber pada dua warisan tersebut [Al-Quran Hadits] yang tidak
ada keraguan sedikit pun padanya. Dan akal bukanlah bagian dari sumber yang tidak ada
keraguan padanya.
Dengan kata lain, untuk menjadi sumber aqidah, maka asal dan indikasinya haruslah
pasti dan meyakinkan, tidak mengandung sedikut pun keraguan. Jika kita memandang AlQuran dari segi wurud, maka ia adalah pasti lagi meyakinkan karena telah ditulis selagi
Rasulullah masih hidup dan juga dihafal serta sejumlah besar sehabat yang mustahil mereka
sepakat berdusta untuk memalsukannya. Dan juga karena itu, tidak pernah timbul
perselisihan tentang kesahihan Al-Quran di kalangan umat Islam sejak dahulu hingga
sekarang.[7] Tidak pernah ada yang berbeda pendapat bahwa Tuhan itu ada, bahwa Tuhan itu
satu, bahwa Tuhan itu mahakuasa.
Aqidah atau iman itu mempunyai peran dan pengaruh dalam hati. Ia mendorong
manusia untuk melakukan amal-amal yang baik dan meninggalkan perbuatan keji dan
mungkar. Ia mengawal dan membimbing manusia ke jalan yang lurus dan benar serta
menjaganya untuk tidak tergelincir ke dalam lembah kesesatan; dan juga menanamkan dalam
dirinya kecintaan kepada kebenaran dan kebaikan. Sesungguhnya hidayah Allah hanya
diberikan kepada manusia yang hatinya telah dimasuki iman.[8]
Allah berfirman dalam Surat al-Taghabun/64:11 :
. . . (11 ). . . \
Dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Allah akan memberi hidayah
kepada hatinya.
Pada hakikatnya, iman yang dalam hati itu atau aqidah ibarat nur atau cahaya yang menerangi
hati dan sangat diperlukan oleh manusia dalam kehidupannya di dunia. Tanpa cahaya itu hati
sangat gelap, sehingga akan sangat mudah orang tergelincir dalam lembah maksiat. Ibarat
orang yang berjalan pada waktu malam tanpa lampu atau cahaya, ia akan sangat mudah
terperosok ke dalam lobang atau jurang. Demikianlah peranan iman yang merupakan
bangunan bawah/fondasi utama dari kepribadian yang kukuh dan selalu mengawal serta
membuat hati agar selalu baik dan bersih, sehingga dapat memberi bimbingan bagi manusia
ke arah kehidupan yang tenteram dan bahagia.
10
menggabungkan unsur-unsur kecantikan dari banyak orang yang sudah pernah anda
saksikan.
5. Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dengan ruang dan waktu.
Tatkala mata mengatakan bahwa tiang-tiang listrik berjalan waktu kita menyaksikannya
lewat jendela kereta api akal dengan cepat mengoreksinya. Tapi apakah akal bisa
memahami dan menjangkau segala sesuatu? Tidak. Karena kemampuan akalpun
terbatas. Akal tidak bisa menjangkau sesuatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu.
3. Fungsi Aqidah
Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan
yang akan didirikan harus semakin kokoh pula fondasi yang dibuat. Kalau fondasinya lemah
bangunan itu akan cepat ambruk. Tidak ada bangunan tanpa fondasi.[10]
Kalau ajaran Islam kita bagi dalam sistimatika Aqidah Ibadah Akhlak dan Muamalat,
atau Aqidah Syariah dan Akhlak, atau Iman Islam dan Ihsan, maka ketiga/keempat aspek
tersebut tidak bisa dipisahkan sama sekali. Satu sama lain saling terkait. Seseorang yang
memiliki aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak
yang mulia dan bermuamalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah
swt kalau tidak dilandasi dengan aqidah. Misalnya orang nonmuslim memberi beras kepada
seorang yang miskin, amal ibadah orang itu nilainya NOL di hadapan Allah, Allah tidak
menerima ibadahnya karena orang itu tidak punya landasan aqidah.
Seseorang bisa saja merekayasa untuk terhindar dari kewajiban formal, misalnya
zakat, tapi dia tidak akan bisa menghindar dari aqidah. Misalnya, aqidah mewajibkan orang
percaya bahwa Tuhan itu cuma satu yaitu Allah, orang yang menuhankan Allah dan sesuatu
yang lain [uang misalnya] maka akan kelihatan nanti, tidak bisa ditutup-tutupi, tidak bisa
direkayasa. Entah dari bicaranya yang seolah-olah uang telah membantu hidupnya, tanpa
uang dia tidak akan nisa hidup, atau dari perilakunya yang satu minggu sekali datang ke
pohon besar dan berdoa disitu.
Itulah sebabnya kenapa Rasulullah SAW selama 13 tahun periode Mekah
memusatkan dakwahnya untuk membangun aqidah yang benar dan kokoh. Sehingga
bangunan Islam dengan mudah berdiri di periode Madinah. Dalam dunia nyatapun ternyata
modal untuk membangun sebuah bangunan itu lebih besar tertanam di fondasi.
Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka
syariat/jasad kita tidak ada guna apa-apa.
13
Aliran Mutazilah lahir kurang lebih + 120 H.pada abad permulaan kedua hijriah di
kota Basyrah dan mampu bertahan sampai sekarang, karena paham ini mampu menyusup ke
dalam masyarakat Islam di Barat dan di Timur bahkan sampai ke Indonesia.
Pokok-pokok pendirian mutazillah setiap orang yang memeluk aliran mutazillah diharusan
untuk memegang kepada lima ajaran :
a. Tauhid (Ke-Esaan)
b. Al-Adlu (Keadilan )
c. Wal-wal Waid (Janji dan Acaman)
d. Al-Manzilah Bainal Manziladaini (tempat diantara dua)
e. Amar Marup Nahi Munkar (Menyuruh krbaikan dan melarang kejelekan)
Ahli sunnah dan jamaah ini kelihatannya timbul sebagaireaksi terhadap paham-paham
glongan mutazilah yang telah dijelaskan sebelumnya dan terhadap sikap mereka dalam
menyiarkan ajaran-ajaran itu. Aliran ini terdiri dari beberapa ajaran, diantaranya :
1. Ajaran-Jaran Al-asyariyah
2. Ajaran Maturi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai fondasi. Di
mana seluruh komponen ajaran Islam tegak di atasnya. Aqidah merupakan beberapa prinsip
keyakinan. Dengan keyakinan itulah seseorang termotivasi untuk menunaikan kewajibankewajiban agamanya. Karena sifatnya keyakinan maka materi aqidah sepenuhnya adalah
informasi yang disampaikan oleh Allah Swt. melalui wahyu kepada nabi-Nya, Muhammad
Saw.
Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan aqidah tetap bersumber pada Al-Quran dan
Sunnah. Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk
mengenal adanya Allah dengan memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang
Maha Kuasa. Hasil perbuatan Allah itu serba teratur, cermat dan berhati-hati.
14
Sumber aqidah Islam adalah Al-Quran dan Sunnah. Akal pikiran tidaklah menjadi sumber
aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber
tersebut dan mencoba kalau diperlukan membuktikan secara ilmiah kebenaran yang
disampaikan Al-Quran dan Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa
kemampuan akal sangat terbatas. Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan mampu menggapai
sesuatu yang tidak terbatas.
Jadi aqidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/aqidah maka
syariat/jasad kita tidak ada guna apa-apa.
B. SARAN
Semoga apa yang telah kami sajikan tadi dapat diambil intisarinya yang kemudian diamalkan
juga semoga berguna bagi kehidupan kita di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
15
16
KATA PENGANTAR
Wassalam
Penyusun .
17
DAFTAR
i ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI
BAB
.............................................................................................. ii
PENDAHULUAN.................................................................... 1
1. Latar Belakang................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ............................................................. 1
BAB
II
PEMBAHASAN...................................................................... 2
1. Pengertian Dan Landasan Filsofis Aqidah Islam............ 2
1.1. Pengertian Aqidah Islam.............................................. 2
1.2. Landasan Filosofis Aqidah Islam................................. 4
2. Fungsi Dan Peranan Akidah Islam................................... 5
2.1. Landasan Religius Aqidah Islam.................................. 7
3. Ruang Lingkup, Kaidah, Fungsi Serta
Manfaat Aqidah Islam...................................................... 8
3.1. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah........................... 8
3.2. Delapan Kaidah Aqidah............................................... 9
3.3. Fungsi Aqidah.............................................................. 10
3.4. Manfaat Akidah Islam.................................................. 11
BAB
III
PENUTUP................................................................................ 12
A. Kesimpulan......................................................................... 12
B. Saran.................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
18
ii
PENGERTIAN AQIDAH, SUMBER
AQIDAH, DAN
19
2016
20