You are on page 1of 269

HEPATITIS

I. Definisi
Istilah hepatitis digunakan untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya
dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional.
Virus hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat mengakibatkan hepatitis A (HAV),
hepatitis B (HBV), delta hepatitis (HDV), hepatitis C (HCV), dan hepatitis E (HEV). Selain itu
juga akhir-akhir ini ditemukan juga virus-virus hepatitis F dan G. Hepatitis A, B, dan C paling
banyak ditemukan. Hepatitis F baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Hepatitis G menyebabkan
hepatitis dengan gejala serupa hepatitis C, dan seringkali terjadi bersamaan dengan hepatitis B
dan atau C.
Hepatitis yang disebabkan oleh virus memiliki beberapa tahapan (akut, fulminant, dan kronis)
tergantung dari durasi atau keparahan infeksi. Yang dimaksud dengan hepatitis akut infeksi virus
sistemik yang berlangsung selama kurang dari 6 bulan, dan yang dimaksud dengan hepatitis
kronis adalah gangguan-gangguan yang berlangsung lebih dari 6 bulan dan merupakan
kelanjutan dari hepatitis akut. Hepatitis fulminant adalah perkembangan mulai dari timbulnya
hepatitis hingga kegagalan hati dalam waktu kurang dari 4 minggu, oleh karena itu hanya terjadi
pada bentuk akut (Yulinah dkk, 2008).

II. Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada
hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis
sel perenchyn hati (Gillespie et all, 2009).Respon peradangan menyebabkan pembekakan
dalam memblokir sistem drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan
ini menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong
empedu

bahkan

kedalam

usus,

sehingga

meningkat

dalam

darah

sebagai

hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice


(Gillespie et all, 2009).
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik sampai dengan timbunya sakit dengan gejala
ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih
gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepatitis dengan sub akut dan
kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan
kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit
kronik hati atau kanker hati (Gillespie et all, 2009).

1. Hepatitis A
Virus Hepatitis A biasanya menyebabkan suatu penyakit pembatasan diri sendiri dengan tingkat
kefatalan kasus yang rendah. Penyakit itu adalah suatu infeksi virus sistemik sampai (tetapi tidak
melebihi) 6 bulan di dalam jangka waktu, menghasilkan nekrosis inflammatory dari hati. Secara
alami proses infeksi pada hepatitis A dibagi menjadi 3 tahap berdasarkan penanda serologi hati
yaitu tahap inkubasi, hepatitis akut dan convalescence (pemulihan). Tahap inkubasi dimulai tidak
lama setelah virus masuk ke dalam tubuh baik secara parenteral maupun secara oral. Setelah
virus mencapai sistem sirkulasi, virion yang infektif berakumulasi dalam sinusoid hepatic dan
bersatu dengan hepatosit. Replikasi HAV terjadi secara eksklusif pada hepatosit dan sel epitel
gastrointestinal. Antigen viral ditemukan pada sitoplasma hepatosit selama inkubasi. Sesudah itu
mereka dilepaskan kedalam empedu dan feses. Virus mengalami kemunduran-kemunduran
ketika gejala-gejala klinis muncul. Selama tahap inkubasi, tuan rumah tidak menampakkan
gejala.
Hepatitis akut dimulai dengan fase preikterik yang mana setara dengan inisiasi respon imun host
dan terjadi sebelum sel liver mengalami kerusakan yang signifikan. Fase preikterik ini secara
teratur berasosiasi seperti gejala influenza non spesifik yang terdiri atas anoreksia, mual, pening
dan meriang-meriang. Kebanyakan pasien dengan hepatitis viral akut menunjukkan hanya
sedikit gejala ringan dan kerusakan hepatosit yang minimal. Penyakit ringan ini dikenal dengan
hepatitis akut anikterik.
Hepatitis ikterik secara umum disertai dengan demam, rasa sakit pada abdominal kuadran kanan
atas, mual, muntah, urin berwarna gelap, tinja berwarna gelap, dan memburuknya gejala
sistemik. Gejala klinik disertai dengan meningkatnya serum bilirubin, -globulin dan
transaminase hepatic dari 4-10 kali diatas normal. Kebanyakan pasien dengan anikterik akut atau
hepatitis akut juga akan mengalami fase penyembuhan untuk menyelesaikan proses recovery
tanpa menimbulkan komplikasi atau menjadi kronik.
Kerusakan hati dimediasi oleh sitolitik T-sel yang memiliki peran utama dalam destruksi sel.
Kematian hepatosit merupakan manifestasi dari eliminasi virus dan pemecahan akhir dari
pengobatan. Viremia dimulai segera setelah infeksi dan terus berlanjut hingga jumlah enzim hati
meningkat. Respon antibody host awal munculnya HAV sebagai partikel virus dimulai dengan
menghilangkan keberadaannya dalam feses. Seperti kebanyakan respon antibody, antibody dari
kelas IgM muncul pertama kali dan menunjukkan adanya infeksi. IgM anti HAV biasanya
dideteksi 5-10 hari sebelum gejala terlihat. Setelah 2-6 bulan, IgM antibody ditempati oleh
antibody IgG yang mana biasanya berlangsung seumur hidup dan memberikan imunitas terhadap
HAV. Pasien yang menerima immunoglobulin akan memiliki titer anti HAV yang rendah untuk
beberapa minggu setelah inokulasi. Pasien yang menerima vaksin hepatitis A akan memiliki anti
HAV juga. Sebagian besar pasien yang terkena hepatitis A akan sembuh.

2. Hepatitis B
HBV tidak patogenik terhadap sel, tetapi respons imun terhadap virus ini yang bersifat
hepatotoksik. Kerusakan hepatosit menyebabkan peningkatan kadar ALT yang terjadi akibat lisis
hepatosit melalui mekanisme imunologis. Kesembuhan dari infeksi HBV bergantung pada
integritas sistem imunologis seseorang. Infeksi kronik terjadi jika terdapat gangguan respon
imunologis terhadap infeksi virus. Virus hepatitis B dapat menimbulkan hepatitis akut maupun
kronis (berlangsung secara mendadak dan cepat memburuk). Selain itu Virus hepatitis B dan
hepatitis C mempunyai resiko penderita terkena kanker hati.
Virus Hepatitis B masuk ke dalam tubuh secara parenteral. Dari peredaran darah, partikel Dane
masuk ke dalam hati dan terjadi proses replikasi virus. Selanjutnya sel-sel hati akan
memproduksi dan mensekresi partikel Dane utuh, partikel HbsAg bentuk bulat dan tubuler, dan
HbeAg yang tidak ikut membentuk partikel virus. HBV merangsang respon imun tubuh, yang
pertama kali dirangsang adalah respon imun non spesifik (innate immune response) karena dapat
terangsang dalam waktu pendek, dalam beberapa menit sampai beberapa jam. Proses eliminasi
nonspesifik ini terjadi tanpa restriksi HLA, yaitu dengan memanfaatkan sel-sel NK dan NK-T.
Untuk proses eradikasi HBV lebih lanjut diperlukan respon imun spesifik, yaitu dengan
mengaktivasi sel limfosit T dan sel limfosit B. Aktivasi sel T CD8+ terjadi setelah kontak
reseptor sel T tersebut dengan kompleks peptida HBV-MHC kelas I yang ada pada permukaan
dinding sel hati dan pada permukaan dinding Antigen Presentating Cell (APC) dan dibantu
rangsangan sel T CD4+ yang sebelumnya sudah mengalami kontak dengan kompleks peptida
HBV-MHC kelas II pada dinding APC. Peptida HBV yang ditampilkan pada permukaan dinding
sel hati dan menjadi antigen sasaran respon imun adalah peptida kapsid yaitu HbcAg atau
HbeAg. Sel T CD8+ selanjutnya akan mengeliminasi virus yang ada di dalam sel hati yang
terinfeksi. Proses eliminasi tersebut bisa terjadi dalam bentuk nekrosis sel hati yang terinfeksi
melalui aktivitas interferon gamma dan Tissue Necrotic Factor (TNF) alfa yang dihasilkanoleh
sel T CD8+ (mekanisme nonsitolitik).
Aktivitas sel limfosit B dengan bantuan sel CD4+ akan menyebabkan produksi antibodi antara
lain anti-HBs, anti-HBc dan anti-Hbe. Fungsi anti-HBs adalah netralisasi partikel HBV bebas dan
mencegah masuknya virus ke dalam sel. Dengan demikian anti-HBs akan mencegah penyebaran
virus dari sel ke sel. Infeksi kronik HBV bukan disebabkan gangguan produksi anti-HBs.
Buktinya pada pasien Hepatitis B kronik ternyata dapat ditemukan adanya anti-HBs yang tidak
bisa dideteksi dengan metode pemeriksaan biasa karena anti-HBs bersembunyi dalam kompleks
dengan HbsAg.

Immunopatogenesis Hepatitis B Kronik


Bila proses eliminasi virus berlangsung efisien maka infeksi HBV dapat diakhiri (akut),
sedangkan bila proses tersebut kurang efisien maka terjadi infeksi HBV yang menetap (kronik).
Proses eliminasi HBV oleh respon imun yang tidak efisien dapat disebabkan oleh faktor virus
ataupun faktor pejamu. Faktor virus antara lain : terjadinya imunotoleransi terhadap produk
HBV, hambatan terhadap CTL yang berfungsi melakukan lisis sel-sel terinfeksi, terjadinya mutan
HBV yang tidak memproduksi HbeAg, integrasi genom HBV dalam genom sel hati. Faktor
pejamuantara lain : faktor genetik, kurangnya produksi IFN, adanya antibodi terhadap antigen
nukleokapsid, kelainan fungsi limfosit, respon antiidiotipe, faktor kelamin atau hormonal.
Salah satu contoh peran imunotoleransi terhadap produk HBV dalam persistensi HBv adalah
mekanisme persistensi infeksi HBV pada neonatus yang dilahirkan oleh ibu HbsAg dan HbeAg
positif. Diduga persistensi tersebut disebabkan adanya imunotoleransi terhadap HbeAg yang
masuk ke dalam tubuh janin mendahului invasi HBV, sedangkan persistensi pada usia dewasa
diduga disebabkan oleh kelelahan sel T karena tingginya konsentrasi partikel virus. Persistensi
infeksi HBV dapat disebabkan karena mutasi pada daerah pre-core dari DNA yang menyebabkan

tidak dapat diproduksinya HbeAg pada mutan tersebut akan menghambat eliminasi sel yang
terinfeksi.
Perjalanan Penyakit Hepatitis B Kronik
Ada 4 fase pada perjalanan penyakit hepatitis B kronik, yaitu fase imunotolerans, fase
imunklirens (imunoaktif), inactive carrier state, dan fase reaktivasi.

Fase Imunutolerans
Pada masa anak-anak atau pada masa dewasa muda, sistem imun tubuh toleran terhadap HBV
sehingga konsentrasi virus dalam darah dapat sedemikian tingginya, tetapi tidak terjadi
peradangan hati yang berarti. Dalam keadaan itu HBV ada dalam fase replikatif dengan titer
HBsAg yang sangat tinggi, HBeAg positif, anti-HBe negatif, titer DNA HBV tinggi dan
konsentrasi ALT (alanin aminotransferase) yang relatif normal. Pada fase imunotolerans praktis
tidak ada respon imun terhadap partikel virus hepatitis B sehingga tidak ada sitolisis sel-sel hati
yang terinfeksi dan tidak ada gejala.

Fase imunoklirens
Pada fase imunoklirens didapatkan kadar transaminase yang meningkat dan pada fase ini tubuh
memulai memberikn respon imun terhadap hepatitis B dan hal ini akan mengubah HBeAg yang
positif menjadi negatif dan anti HBe menjadi positif. Pada fase ini terjadi gejala klinik dan
kenaikan transaminase dengan berbagai tingkat mulai dari yang asimptomatik sampai dengan
gejala klinik yang parah yang dapat terjadi berulang kali. Pada fase ini dapat terjadi eksaserbasi
akut yang disebut dengan flare. Bila flare ini terjadi berulang kali maka sirosis hati akan cepat
terjadi.

Fase inactive carrier state


Setelah fase imunklirens ini berlangsung, penderita masuk ke dalam fase inactive carrier state di
mana praktis tidak ada gejala klinik, trasaminase biasanya normal, HBeAg negatif dan anti HBe
positif. Tetapi pada sebagian pasien, walaupun HBeAg negatif dan anti HBe positif, tetapi
replikasi virus hepatitis B belum berhenti. Pasien-pasien ini mengidap infeksi hepatitis B dengan
mutant pre core, virus yang telah mengalami mutasi ini tidak mampu membuat HBeAg tetapi anti
HBe tetap dibentuk oleh host karena pada tingkat sel T respon imunologik terhadap HBcAg dan
HBeAg sama. Pada pasien dengan VHB tipe liar, serokonversi HBeAg menjadi anti HBe
merupakan pertanda baik dan kemungkinan untuk terjadi sirosis dan hepatoma kecil. Pada
pasien-pasien dengan infeksi VHB mutant pre core karena masih adanya aktivitas penyakit dan
jumlah partikel virus masih tinggi, maka lebih sering terjadi sirosis dan hepatoma. Berikut adalah
skema perjalanan hepatitis B kronik menurut Schalm.

Fase Reaktivasi
Sekitar 20-30 % pasien hepatitis B kronik dalam fase residual dapat mengalami reaktivasi dan
menyebabkan kekambuhan
3. Hepatitis C
Hepatitis C merupakan penyakit infeksi melalui darah yang terdiri dari virus RNA yang
tergolong ke dalam famili Flaviviridae dan genus Hepacivirus. Secara teori, mekanisme
terjadinya infeksi ini adalah adanya peptida struktural dan nonstruktural yang bertanggungjawab
dalam replikasi virus RNA khususnya peptida NS5. Terdapat enam genotipe (nomor 1 sampai 6)
dan lebih dari 90 subtipe (genotipe 1a, 1b, 2a, 3b, dll) terkait dengan hepatitis C. Antibodi HCV
(anti-HCV) di dalam darah mengindikasikan adanya infeksi dengan HCV. Jika infeksi terjadi
selama lebih dari 6 bulan dan replikasi virus terkonfirmasi oleh level RNA HCV, maka orang
tersebut terdiagnosis hepatitis C kronis. Penyakit kronis timbul akibat system imun tubuh tidak
efektif terhadap HCV. Limfosit T sitotoksik tidak efektif dalam membasmi HCV, sehingga bisa
merusak sel hati. Oleh karena itu, sistem imun seseorang sangat berpengaruh dalam
mengeliminasi HCV.
Pengguna narkoba suntikan (IDU) yang memakai jarum suntik dan alat suntik lain secara
bergantian berisiko paling tinggi terkena infeksi HCV. Antara 50 dan 90 persen IDU dengan HIV
juga terinfeksi HCV. Hal ini karena kedua virus menular dengan mudah melalui hubungan darahke-darah. HCV dapat menyebar dari darah orang yang terinfeksi yang masuk ke darah orang lain
melalui cara yang berikut:

Memakai alat suntik (jarum suntik, semprit, dapur, kapas, air) secara bergantian;

Kecelakaan ketusuk jarum;

Luka terbuka atau selaput mukosa (misalnya di dalam mulut, vagina, atau dubur); dan

Produk darah atau transfusi darah yang tidak diskrining.


Berbeda dengan HIV, umumnya dianggap bahwa HCV tidak dapat menular melalui air mani atau
cairan vagina kecuali mengandung darah. Ini berarti risiko terinfeksi HCV melalui hubungan
seks adalah rendah. Namun masih dapat terjadi, terutama bila berada infeksi menular seksual
seperti herpes atau hubungan seks dilakukan dengan cara yang meningkatkan risiko luka pada
selaput mukosa atau hubungan darah-ke-darah, misalnya akibat kekerasan. Diusulkan orang
dengan HCV melakukan seks lebih aman dengan penggunaan kondom untuk melindungi
pasangannya. Perempuan dengan HCV mempunyai risiko di bawah 6 persen menularkan
virusnya pada bayinya waktu hamil atau saat melahirkan, walaupun risiko ini meningkat bila
viral load HCV-nya tinggi. Kemungkinan HCV tidak dapat menular melalui menyusui. Bila kita
belum dites HCV, atau tidak mengetahui apakah kita pernah dites, kita sebaiknya
membicarakannya dengan dokter. Tes HCV sangat disarankan untuk siapa pun yang HIV-positif.
4. Hepatitis D
HDV masuk kedalam tubuh dengan cara yang sama dengan HBV. Cara tersebut yatu melalui
darah dan produk darah, termasuk pemakaian bersama barang-barang pribadi seperti sikat gigi
atau pisau cukur, menyentuh darah terinfeksi, dll. Penularannya jarang lewat hubungan seksual
dan juga melalui ibu kepada bayinya selama proses melahirkan. Penularan VHD juga melalui
jarum suntik dan transfusi darah. Orang dengan hepatitis D kronik dapat menularkan virus pada
orang lain
Hepatitis D bertindak sangat mirip seperti hepatitis B. Virus ini masuk ketubuh dengan cara yang
sama dan dapat menyebabkan penyakit jangka pendek (akut) ataupun penyakit jangka panjang
(kronik). Walaupun dmeikian, karena virus ini hidup bersamaan dengan HBV, penyakit kronik
dan akut yang disebabkan HDV cenderung lebih parah pada orang yang hanya terjangkit HBV.
Infeksi ini menyebabkan pembengkakan dan peradangan pada hati.

5. Hepatitis E
Infeksi HEV tidak dapat dibedakan dari infeksi HAV. Infeksi dengan HEV tidak berbahaya,
kecuali wanita hamil. Wanita yang terinfeksi HEV selama trimester ketiga amat beresiko untuk
berkembangnya janin, sehingga dapat menyebabkan hepatitis atau gagal hati.
Pada saat terjadi kerusakan hati, yang bertanggung jawab adalah sistem imun. Kejadian ini
melibatkan respons CD8 dan CD4 sel T serta produksi sitokin di hati dan sistemik. Selain itu,
efek sitopatik langsung dari virus juga berperan dalam patofisiologi hepatitis. Efek sitopatik ini
berpengaruh pada pasien imunosupresi dengan replikasi tinggi, akan tetapi tidak ada bukti
langsung. Kelainan histopatologik pada hepatitis virus ini mendadak menunjukkan bahwa
kerusakan terutama mengenai sel hati yang disebabkan oleh sejenis virus yang mengakibatkan
terganggunya fungsi vital dan kontinuitas sel parenkim. Kemungkinan kerusakan sel hati terjadi
secara enzimatik.
6. Hepatitis G
Hepatitis virus G (HVG) disebabkan oleh VHG yang mirip dengan virus hepatitis C. Penyakit
HVG sebagian besar bersama dengan infeksi VHB dan VHC. Kira-kira 10% pasien dengan
hepatitis non-A-E kronik, positif untuk HGV RNA.
Pasien dengan hemofilia dan kondisi perdarahan lainnya yang membutuhkan banyak darah atau
produk darah mempunyai risiko hepatitis G. Risiko yang sama juga dialami pasien dengan
penyakit ginjal. Waktu hemodialisis, kebutuhan transfusi dan transplantasi ginjal adalah faktor
risiko infeksi VHG pada pasien dalam perawatan hemodialisis dan injeksi obat intra vena.
Penularan VHG adalah melalui darah atau produk darah, hubungan seks, alat suntik (pada
penderita yang sering menggunakan obat-obat adiktif melalui suntikan), transfusi darah jarum
suntik, dan secara vertikal dari ibu yang terinfeksi kepada anaknya pada proses kelahiran.
Tabel 1. Gambaran Klinis yang Penting pada Hepatitis Virus (Sukandar et. al., 2008).
Virus
Family
Ukuran (nm)

Hepatitis A
HAV
Picornavirus
27

Hepatitis B
HBV
Hepadnavirus
42

Hepatitis C
HCV
Flavivirus
30-60

Hepatitis D
HDV
Satelite
40

Hepatitis E
HEV
Calcivirus
32

Hepatitis G
HGB/HGV
Flavivirus
?

Genome
Inkubasi
(hari)

ssRNA

DsDNA

ssRNA

ssRNA

ssRNA

ssRNA

14-45

40-180

35-84

40-180

14-60

Fekal-oral

Parenteral

Parenteral
Transmisi

Fekal-oral

Parenteral

Seksual

Parenteral

Seksual perinatal

perinatal

Seksual ?

Membran mukosa

Membran

Perinatal

mukosa
Tanda-tanda Serologik
HBsAg
Antigens

HAVAgb

HBcAg

HCVAg

HDVAg

Anti-HCV

Anti-HDV

HCV RNA

HDV RNA

HBeAg
Anti-HBs
Antibodi
Tanda-tanda
viral
Manifestasi
klinis anak-

Anti-HAV

HAV RNA

Anikterik

anak

Anti-HBc
Anti-HBe
HBV DNA
DNA polymerase
Anikterik 70%

Anikterik 75%

Ikterik 30%

Sebagian besar

Ikterik
Dewasa
Mortalitas
akut
Kronik (%)

HGBV-C RNA
Sebagian besar

Tidak jelas

anikterik

ikterik

Ikterik 25%

10 (wanita

0.3

0.2-1

0.2

2-20

Tidak ada

2-7

70-80

2-70

hamil)
Tidak ada

Ada

Ada

Tidak ada

Neonater 90

Karsinoma
hepatoselule

Tidak ada

Ada

III. Gejala dan Manifestasi


1. Hepatitis A
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan
pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri
perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12
minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit tersebut.
Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik.
Masa inkubasi 30 hari.Penularan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi
tinja pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang
yang setengah matang. Minum dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi. Saat ini
sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan
pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali.
Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan risiko tinggi
tertular hepatitis A.
Manifestasi klinis :
o bisa ikterik atau tanpa gejala ikterik ( anikterik subklinis)

o bila gejala muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas yang ringan seperti
flu dengan panas yang tidak begitu tinggi
o anoreksia merupakan gejala dini dan biasanya berat
o belakangan dapat timbul ikterik dan warna urin yang gelap
o gejala dispepsia dapat terjadi dalam berbagai derajat. Ditandai oleh rasa nyeri
epigastrium, mual, nyeri ulu hati, dan flatulensi
o gejala-gejala di atas menghilang pada puncak ikterik ( 10 hari sesudah kemunculan
awal )
o splenomegali dan hepatomegali sering terjadi
o cenderung bersifat simptomatis
2. Hepatitis B
Gejala mirip hepatitis A, tidak jauh berbeda dengan flu, yaitu hilangnya nafsu makan,
mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat melalui
jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan gigitan manusia.
Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang
mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan.
Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu.
Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang
mempunyai banyak pasangan seksual. Hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan anti
HBs positif berarti Anda pernah terinfeksi virus Hepatitis B, namun virus tersebut sudah
tidak ada lagi dalam darah Anda (HbsAg negatif). Itu bahkan menunjukkan bahwa Anda
sekarang sudah mempunyai kekebalan terhadap Hepatitis B (anti HBs positif). Karena itu
selama kadar antibodi anti HBs Anda tinggi, maka Anda tak perlu lagi divaksinasi.
Imunisasi Hepatitis B dapat dimulai sejak bayi.
Manifestasi klinis :
o secara klinis sangat menyerupai hepatitis A nam,un masa inkubasi jauh lebih lama
o gejala dapat samar dan bervariasi
o mengalami penurunan selera makan
o dispepsia, nyeri abdomen
o pegal-pegal yang menyeluruh, tidak enak badan dan lemah
o Panas dan gejala pernafasan jarang dijumpai
o Gejala ikterik bisa terlihat atau tidak.
o Bila ikterik disertai tinja berwarna cerah dan urin berwarna gelap
o Nyeri tekan pada hati dan splenomegali
3. Hepatitis C
Gejala Hepatitis C biasanya lebih ringan dibandingkan dengan Hepatitis A atau B.
Kebanyakan pasien sama seperti tipe lain tidak mengalami gejala hepatitis. Hepatitis C
kronis dapat terinfeksi selama 10 30 tahun, dan sirosis atau gagal hati kadang-kadang

dapat berkembang sebelum pasien mengalami gejala yang jelas. Tanda-tanda kerusakan
hati pertama mungkin terdeteksi ketika tes darah untuk fungsi hati dilakukan.
Jika gejala awal yang terjadi, mereka cenderung sangat ringan dan menyerupai flu
dengan tanda-tanda :

Kelelahan
Mual
Kehilangan nafsu makan
Demam
Sakit kepala, dan sakit perut.

Setelah terserang Hepatitis A pada umumnya penderita sembuh secara sempurna,


tidak ada yang menjadi kronik. Hepatitis B juga sebagian besar akan sembuh dengan
baik dan hanya sekitar 5-10 persen yang akan menjadi kronik. Bila hepatitis B menjadi
kronik maka sebagian penderita hepatitis B kronik ini akan menjadi sirosis hati dan
kanker hati. Pada Hepatitis C penderita yang menjadi kronik jauh lebih banyak. Sebagian
penderita Hepatitis C kronik akan menjadi sirosis hati dan kanker hati. Hanya sebagian
kecil saja penderita Hepatitis B yang berkembang menjadi kanker hati. Begitu pula pada
penderita Hepatitis C hanya sebagian yang menjadi kanker hati. Biasanya diperlukan
waktu 17 sampai dengan 20 tahun seorang yang menderita Hepatitis C untuk
berkembang menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Anti HCV negatif artinya Anda belum pernah terinfeksi Hepatitis C. Sampai sekarang
ini belum ada vaksin untuk Hepatitis C sehingga Anda dianjurkan agar berhati-hati
sehingga tidak tertular Hepatitis C. Jadi hindari kontak dengan cairan tubuh orang lain.
Sekarang memang ada obat baru untuk Hepatitis B yang disebut lamivudin. Obat ini
berupa tablet yang dimakan sekali sehari. Sedangkan jika diperlukan pengobatan untuk
Hepatitis C tersedia obat Interferon (suntikan) dan Ribavirin (kapsul). Namun
penggunaan obat-obat tersebut harus dilakukan dibawah pengawasan dokter.
Manifestasi klinis : serupa dengan hepatitis B tapi tidak begitu berat dan anikterik
4. Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak lengkap
dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan melalui
hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D
bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.
Hepatitis D sering dijumpai pada penderita hepatitis B, karena virus hepatitis D atau
VHD ukurannya sangat kecil dan sangat tergantung pada virus hepatitis B atau VHB.

VHD membutuhkan selubung VHB untuk dapat menginfeksi sel-sel hati (liver). Tak
menherankan jika cara penularan VHD sama dengan penularan VHB.
Seseorang dapat terjangkit hepatitis B dan D akut secara bersamaan. Sebagian besar
dapat sembuh dengan sendirinya tergantung ketahanan tubuhnya. Penderita hepatitis B
kronik dapat terkena hepatitis D akut, dan biasanya hepatitis D nya berubah menjadi
kronis. Kasus tersebut dapat juga berkembang menjadi sirosis hati dalam waktu lebih
singkat.
Manifestasi klinis : serupa gejala hepatitis B, tapi lebih beresiko untuk menderita
heaptitis fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta sirosis hati.
5

Hepatitis E
Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut.
Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), keculai bila terjadi pada kehamilan,
khususnya trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi
feces.
Hepatitis E bersifat menyerupai hepatitis A begitu pula dengan cara penularannya.
Namun tingkat keparahannya penyakitnya lebih ringan dibanding hepatitis A. Seperti
hepatitis A, hepatitis E sering bersifat akut dengan masa sakit singkat namun jika
penderita dalam kondisi ketahanan fisisk lemah, hepatitis E dapat parah hingga
menimbulkan kegagalan fungsi hati (liver). Virus hepatitis E atau VHE menyebar
melalui makanan dan minuman yang tercemar feses yang mengandung VHE.

Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F
merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.

Hepatitis G
Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C.
Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui
transfusi darah jarum suntik. Semoga pengetahuan ini bisa berguna bagi Anda dan dapat
Anda teruskan kepada saudara ataupun teman Anda.

IV. Algoritma

Algoritma Pengobatan (NDDIC, 2006)

Genotif 1: memulai terapi dengan peginterferon alfa-2a dalam

Genotif 1: pada minggu ke 1, melakukan tes level RNA HCV kembali. Jika RNA HCV negatif atau menurun p

V. Terapi Non Farmakologi

Hati yang normal halus dan kenyal bila disentuh. Ketika hati terinfeksi suatu
penyakit, hati menjadi bengkak. Sel hati mulai mengeluarkan enzim alanin
aminotransferase (ALT) ke dalam darah. Dengan keadaan ini memberitahukan pasien
apakah hati sudah rusak atau belum. Bila konsentrasi enzim tersebut lebih tinggi
daripada normal, menandakan hati mulai rusak. Sewaktu penyakit hati berkembang,
perubahan dan kerusakan hati

meningkat.

Pengendalian

atau

penanggulangan

penyakit hati yang terbaik adalah dengan terapi pencegahan agar tidak terjadi
penularan maupun infeksi (DepKes, 2007).
Penyakit hati dapat disebabkan oleh virus tetapi juga oleh bahan kimia hepatotoksik,
termasuk alkohol, peroksid, toksin dalam makanan, obat, dan polusi. Ada obat yang
khusus ditujukan pada penekanan virus hepatitis, dan juga ada pengobatan yang tidak
spesifik (non farmakologik): mengobati gejala untuk mencegah atau mengurangi
kerusakan pada sel hati; dan mencegah fibrosis dan lanjutan ke sirosis dan/atau kanker.
Pengobatan non-spesifik ini dapat berasal dari produk jamu/alamiah. Banyak pasien
hepatitis akut mengalami gejala yang dramatis (mual, sakit kuning, demam, kelelahan),
dan mereka cenderung mendesak dokter untuk mengobatinya. Oleh karena itu, dokter
meresepkan hepatoprotektor untuk menyamankan pasien. Satu ciri khas hepatitis virus
ada flare pada ALT (tiba-tiba naik tajam pada satu tes, tetapi sudah kembali normal
pada tes berikut). Hal ini terjadi walau tidak diberikan obat atau melakukan tindakan
lain. Jadi penurunan pada ALT yang tinggi sering dianggap sebagai bukti keberhasilan
hepatoprotektor (Yayasan Spiritia, 2007).
Terapi tanpa obat lainnya bagi penderita penyakit hati adalah dengan diet
seimbang, jumlah kalori yang dibutuhkan sesuai dengan tinggi badan, berat badan,
dan aktivitas. Pada keadaan tertentu, diperlukan diet rendah protein, banyak makan sayur
dan buah serta melakukan aktivitas sesuai kemampuan untuk mencegah sembelit,
menjalankan pola

hidup yang teratur dan berkonsultasi dengan petugas kesehatan

(DepKes, 2007).
Tujuan terapi diet pada pasien penderita penyakit hati adalah menghindari kerusakan
hati yang

permanen;

meningkatkan

kemampuan

regenerasi

jaringan dengan

keluarnya protein yang memadai; memperhatikan simpanan nutrisi dalam tubuh;


mengurangi gejala ketidaknyamanan yang diakibatkan penyakit ini; dan pada
penderita sirosis hati, mencegah komplikasi asites, varises esofagus dan ensefalopati
hepatik yang berlanjut ke komplikasi hepatik hebat. Diet yang seimbang sangatlah

penting. Kalori berlebih dalam bentuk karbohidrat dapat menambah disfungsi hati
dan menyebabkan terjadinya penimbunan lemak pada hati (DepKes, 2007).
Jumlah kalori dari lemak seharusnya tidak lebih dari 30% jumlah kalori secara
keseluruhan karena dapat membahayakan sistem kardiovaskular. Selain

diet

yang

seimbang, terapi tanpa obat ini harus disertai dengan terapi non farmakologi
lainnya seperti segera beristirahat bila merasa lelah dan menghindari minuman
beralkohol (DepKes, 2007).
Transplantasi hati dewasa ini merupakan terapi yang diterima untuk kegagalan
hati yang tak dapat pulih dan untuk komplikasi-komplikasi penyakit hati kronis tahap
akhir. Penentuan saat transplantasi hati

sangat

kompleks.

Para

pasien

dengan

kegagalan hati fulminan dipertimbangkan untuk transplantasi bila terdapat tandatanda ensefalopati lanjut, koagulapati mencolok (waktu prothrombin 20 menit) atau
hipoglikemia. Pada pasien dengan penyakit hati kronis dipertimbangkan untuk
transplantasi bila terdapat komplikasi-komplikasi yang meliputi asites refrakter,
peritonitis bakterial spontan, ensefalopati, perdarahan varises atau gangguan parah
pada fungsi sintesis dengan koagulopati atau hipoalbuminemia (DepKes, 2007).
Lebih dari 2000 transplantasi hati telah dilakukan sejak tahun 1963. Ada dua tipe
utama transplantasi (DepKes, 2007):
a) Homotransplantasi auksilaris dimana sebuah hati ditransplantasikan di tempat
lain dari hati yang sudah ada dibiarkan tetap ditempatnya.
b) Transplantasi ortotopik dimana sebuah hati baru diletakkan pada tempat hati
yang lama. Yang terakhir ini lebih populer. Transplantasi hati yang berhasil merupakan
usaha gabungan medis dan bedah.
Dengan transplantasi hati, masa bertahan hidup 1 tahun adalah 60-70% bagi orang
dewasa dan 80% pada anak-anak. Transplantasi untuk keganasan memiliki kemungkinan
keberhasilan yang lebih buruk daripada untuk penyakit jinak,

karena kekambuhan

penyakitnya. Transplantasi untuk gagal hati akut pada mereka yang diperkirakan tidak
memiliki kemungkinan untuk dapat bertahan hidup misalnya pada gagal hati fulminan akibat
hepatitis non A, non B, hepatitis halotan atau keracunan Paracetamol yang disertai dengan
koagulopati berat atau bilirubin >100 mol/L, jika dilakukan sebelum terjadinya edema
serebral, memiliki prognosis yang baik (DepKes, 2007).

VI. Terapi Farmakologi

Obat yang digunakan untuk pengobatan hepatitis :


Hepatitis A :

Tidak ada treatment khusus untuk Hepatitis A


Tujuan terapi: pemulihan kondisi pasien.
Terapi umumnya bersifat suportif.
Penggunaan steroid tidak disarankan.
Jika terjadi kerusakan/kegagalan hati,dilakukan transplantasi (Dipiro,2008)
Hepatitis B :

1. Lamivudine
a. Indikasi : Hepatitis B kronik.
b. Dosis : Dewasa, anak > 12 tahun : 100 mg 1 x sehari. Anak usia 2 11 tahun : 3 mg/kg 1
x sehari (maksimum 100 mg/hari).
c. Efek samping : diare, nyeri perut, ruam, malaise, lelah, demam, anemia, neutropenia,
trombositopenia, neuropati, jarang pankreatitis.
d. Interaksi obat : Trimetroprim menyebabkan peningkatan kadar lamivudine dalam plasma.
e. Perhatian : pankreatitis, kerusakan ginjal berat, penderita sirosis berat, hamil dan laktasi.
f. Penatalaksanaan :
- Tes untuk HBeAg dan anti HBe di akhir pengobatan selama 1 tahun dan kemudian setiap
-

3 -6 bulan.
Durasi pengobatan optimal untuk hepatitis B belum diketahui, tetapi pengobatan dapat

dihentikan setelah 1 tahun jika ditemukan serokonversi HBeAg.


Pengobatan lebih lanjut 3 6 bulan setelah ada serokonversi HBeAg untuk mengurangi

kemungkinan kambuh.
Monitoring fungsi hati selama paling sedikit 4 bulan setelah penghentian terapi dengan

Lamivudine.
2. Interferon
a. Indikasi : Hepatitis B kronik, Hepatitis C Kronik
b. Dosis :
Hepatitis B kronik :
- Interferon -2a : SC atau IM 4,5 x 106 unit 3 x seminggu. Jika terjadi toleransi dan tidak
menimbulkan respon setelah 1 bulan, secara bertahap naikkan dosis sampai dosis
maksimum 18 x 106 unit 3 x seminggu. Pertahankan dosis minimum terapi selama 4 - 6
-

bulan kecuali dalam keadaan intoleran.


Interferon -2b : SC 3 x 106 unit 3 x seminggu. Tingkatkan 5-10 x 106 unit 3 x seminggu
setelah 1 bulan jika terjadi toleransi pada dosis lebih rendah dan tidak berefek.

Pertahankan dosis minimum terapi selama 4 - 6 bulan kecuali dalam keadaan intoleran.
c. Penatalaksanaan
- Peginterferon -2a dengan Ribavirin untuk infeksi genotif 1.
- Peginterferon dengan Ribavirin, interferon dengan Ribavirin untuk infeksi genotif 2
-

dan 3.
Peginterferon tunggal untuk pasien dengan kontraindikasi terhadap ribavirin.

Peginterferon tunggal : tes Hepatitis C RNA selama 12 minggu, jika ada respon
lanjutkan pengobatan selama 48 minggu, jika tidak ada respon (positif HCV RNA)

hentkan pengobatan.
Tes Hepatitis C RNA 6 bulan setelah penghentian pengobatan untuk melihat respon.
Hepatitis C:

1. Ribavirin dengan Interferon


a. Indikasi : Hepatitis C kronik pada pasien penyakit hati > 18 tahun yang mengalami
kegagalan dengan monoterapi menggunakan interferon -2a atau -2b.
b. Ribavirin dengan peginterferon -2a atau -2b untuk Hepatitis C kronik pada pasien > 18
tahun yang mengalami relaps setelah mendapat terapi dengan interferon .
c. Dosis :
- Ribavirin dengan Interferon -2b
Interferon -2b : 3 x 106 unit 3 x seminggu dan Ribavirin per hari berdasarkan berat
badan : < 75 kg, Ribavirin 400 mg pagi dan 600 mg sore hari, > 75 kg, Ribavirin 600 mg
-

pagi dan sore hari.


Ribavirin dengan Peginterferon -2b
Peginterferon -2b : 1,5 g/Kg SC 1 x seminggu dan Ribavirin berdasarkan berat badan :
<65 Kg SC peginterferon -2b 100 g 1 x seminggu oral Ribavirin 400 mg pagi dan
malam hari. 65 80 Kg SC Peginterferon -2b 120g 1 x seminggu oral Ribavirin 400
mg pagi dan 600 mg malam hari. 80 85 SC Peginterferon -2b 150g 1 x semingguoral
Ribavirin 400 mg pagi dan 600 mg malam hari. > 85 kg SC Peginterferon -2b 150g 1

x seminggu oral Ribavirin 600 mg pagi dan malam hari.


d. Kontraindikasi: Wanita hamil dan suaminya, pasangan yang berencana memiliki anak
kandung, mempunyai reaksi alergi terhadap Ribavirin, kit jantung berat 6 bulan yang
lalu, haemoglobinopathy, hepatitis autoimun, sirosis hati yang tidak terkompensasi,
penyakit tiroid, adanya penyakit atau riwayat kondisi psikiatrik berat, terutama depresi,
keinginan atau ada upaya bunuh diri.
e. Efek samping: Hemolisis, anemia, neutropenia, mulut kering, hiperhidrosis, asthenia,
lemah, demam, sakit kepala, gejala menyerupai flu, kekakuan, berat badan menurun,
gangguan GI, artralgia, mialgia, insomnia, somnolen, batuk, dispnea, faringitis, alopesia,
depresi.
f. Perhatian : Wanita subur dan pria harus menggunakan kontrasepsi aktif selama terapi dan
6 bulan sesudahnya, tes kehamilan harus dilakukan setiap 6 bulan selama terapi.Lakukan
tes darah lengkap sejak awal terapi riwayat penyakit paru atau diabetes mellitus yang
cenderung ketoasidosis, gangguan pembuluh darah atau mielosupresi berat. Tes daya
visual dianjurkan pada pasien DM atau hipertensi. Monitor fungsi jantung pada pasien

dengan riwayat gagal jantung kongestif, infark miokard dan aritmia. Dapat menimbulkan
kekambuhan penyakit psoriasis (Depkes RI, 2007).
2. Interferon
a. Indikasi : Hepatitis B kronik, Hepatitis C Kronik
b. Dosis :
Hepatitis C kronik :
Gunakan bersama Ribavirin (kecuali kontraindikasi). Kombinasi Interferon dengan
Ribavirin lebih efektif.
-

Interferon -2a dan -2b


SC 3 x 106 unit 3 x seminggu selama 12 minggu. Lakukan tes Hepatitis C RNA dan jika

pasien memberikan respon lanjutkan selama 6 - 12 bulan.


- Peginterferon -2a
SC 180 g 1 x seminggu.
- Peginterferon -2b
SC 0,5 g/Kg (1 g/Kg digunakan untuk infeksi genotif 1) 1 x seminggu.
c. Penatalaksanaan
- Peginterferon -2a dengan Ribavirin untuk infeksi genotif 1.
- Peginterferon dengan Ribavirin, interferon dengan Ribavirin untuk infeksi genotif 2
-

dan 3.
Peginterferon tunggal untuk pasien dengan kontraindikasi terhadap ribavirin.
Peginterferon tunggal : tes Hepatitis C RNA selama 12 minggu, jika ada respon
lanjutkan pengobatan selama 48 minggu, jika tidak ada respon (positif HCV RNA)

hentkan pengobatan.
Tes Hepatitis C RNA 6 bulan setelah penghentian pengobatan untuk melihat respon.
Hepatitis D :
Orang yang mengidap hepatitis D dalam jangka waktu yang lama, dapat diberikan
oalpha interferon hingga 12 bulan.
Hepatitis E :
Penyakit ini akan sembuh sendiri (self-limited), kecuali bila terjadi pada kehamilan,
khususnya trimester ketiga, dapat mematikan.
Hepatitis Fulminant (Hepatitis F) :

Tidak ada pengobatan spesifik untuk ke gagalan fulminant hati. Pengendalian hepatitis
fulminant difokuskan pada deteksi, pencegahan komplikasi, dan pengobatan komplikasi
yang agresif.
Tindakan-tindakan yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien meliputi terapi
pendukung yang intensif ditambah pemilihan dini untuk transpalantasi hati. Tindakan

tindakan spesifik meliputi :


Terapi H2 bloker untuk mencegah pendarahan gastrointestinal
Terapi antibiotik digunakan untuk infeksi

Pengendalian

udem otak meliputi pemantauan tekanan intrakranial dan pemberian

manitol (0,3-1 g/kg BB sebagai pemberian larutan 20% lebih dari 20 menit)(ISFI, 2009).
Hepatitis G:
Tidak ada perawatan spesifik untuk penyakit hepatitis akut ini. Penderita harus banyak
istirahat, menghindari alkohol dan makan makanan bergizi (Perrillo, 2010).
VII. Evaluasi dan KIE
Evaluasi Hasil Terapi Hepatitis dengan IFN
1. Pada pasien dengan HBV kronis yang sedang menjalani pengobatan, HBeAg, HbsAg dan
HBVDNA harus diukur pada awal terapi, akhir terapi dan 6 bulan setelahnya, ALT harus
dipantau setiap bulannya.
2. Pasien yang menerima IFN harus dimonitor hitungan darah, lengkap dengan platelet,
perminggunya selama 2 minggu, lalu per bulan. Test tiroid harus diperiksa saat awal dan
setiap 3-6 bulan selama perawatan.
3. Pasien harus ditanya mengenai tingkat keaktifan, perubahan mood dan gejala.
Evaluasi Hasil Terapi Hepatitis B
Respon Terapi
Biokimiawi
Virologi

Keterangan
Penurunan kadar ALT menjadi normal
Kadar HBV DNA menurun / tidak

Histologi

terdeteksi
(<105copies/ml)
HbeAg + menjadi HbeAg Pada pemeriksaan biopsi hati, indeks

Respon Komplit

aktifitas
histologi menurun paling tidak 2 angka
dibandingkan sebelum terapi
Terpenuhinya kriteria : biokimiawi,
virologi dan menghilangnya HbsAg

1.

Konsultasi Informasi Edukasi (KIE)


Mengedukasi pasien untuk melakukan imunisasi pasif denga n immunoglobulin (Igs)

dan untuk hepatits B imunisasi aktif pada keluarga terdekatnya.


2. Pasien diedukasi untuk memiliki personal higienis yang baik melalui cuci tangan yang
baik.
3. Pasien diarahkan untuk dapat melakukan diet, istirahat, menjaga keseimbangan cairan
dan menghindari obat-obat hepatotoksik dan alcohol.
Pasien harus menghindari kelelahan, istirahat/tidur yang cukup mungkin diperlukan
selama penyakit akut.
VIII. Kasus
1 Kasus I

STATUS PASIEN
I.

IDENTITAS PASIEN

II.

Nama

: Tn. A

Jenis kelamin

: Laki - laki

Umur

: 24 tahun

Status

: Belum menikah

Pekerjaan

: TNI - AD

Agama

: Islam

Masuk RS

: 22 Januari 2012

DATA DASAR
Autoanomnesis, tanggal 24 januari 2012, pukul 12.00 WIB
Keluhan utama : Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
Ditegakkan dari anamnesis :
2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh badan lemas,
menggigil namun tidak disertai demam, nyeri kepala ( + ), sesak ( + ), mual ( + ),
muntah ( + ) dan nyeri pada perut bagian kanan atas, BAK berwarna kuning pekat
seperti air teh dan BAB cair, ampas ( -), lendir ( -), darah ( - ), frekwensi 1 hari 3x
BAB, kemudian mata dan tangan pasien berwarna kuning Kemudian pasien dibawa
ke RS Ridwan dan di diagnosa hepatitis dan di rawat selama 1 minggu.
3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien datang dengan keluhan demam
tinggimendadak, demam naik turun, demam turun jika diberi obat penurun panas
( paracetamol ), demam disertai dengan menggigil, pasien merasa badan lemas,
nyeri kepala ( + ), telapak tangan terasa kram, mulut terasa pahit, pasien
mengatakan nafsu makan menurun, BAK berwarna kuning normal dan BAB tidak
ada kelainan kemudian pasien dibawa ke RSPAD diberi obat penurun panas dan
dinfus.
Pasien menyangkal sering mengkonsumsi obat -obatan sembarangan dan
menyangkal mengkonsumsi alkohol, kebiasaan merokok.
Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat hipertensi
Riwayat Diabetes Melitus
Riwayat penyakit ginjal
Riwayat sakit maag

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

Riwayat minum jamu dan obat-obatan


Riwayat asma

: disangkal
: tidak disangkal

Riwayat penyakit keluarga :

III.

Riwayat hipertensi
Riwayat asma, DM
PEMERIKSAAN FISIK
Tinggi badan 168 cm, berat badan 55 kg
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Nadi : 100x/menit, equal, isi cukup, reguler
Suhu : 37.6 0C
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (+/+), kedudukan bola mata simetris,
pupil bulat isokor, reflek cahaya langsung (+/+), edema palpebra (-/-).

IV.

V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Ureum
Kreatinin
Natrium
Kalium
Klorida
SGPT
SGOT
ASSESMENT

HASIL
14.3
44
5.5
6500
379.000
89
29
32
23
1.0
141
3.8
102
80
49

Hepatitis akut ec HAV


VI.

RENCANA PENATALAKSANAAN
a. Rencana diagnostik:

Tes HbsAg

Tes anti HAV, Ig G, Ig M

Darah lengkap

Urine lengkap

NORMAL
13 18 gr/dL
37-47%
4.3-6 juta/uL
6000-10.800/uL
150.000-400.000/uL
80-96 fl
27-32 pg
32-36 g/dL
20-50 mg/dL
0.5-1.5 mg/dL
135-145 mEq/L
3.5-5.3 mEq/L
97-107 mEq/L
<40 U/L
<35 U/L

b. Rencana terapi:

Tirah baring atau istirahat. Karena pasien ada pada periode akut dan keadaannya
lemah, diharuskan untuk cukup istirahat

IVFD D 10 % / 8 jam

Curcuma

Indikasi

: hepatoprotektor

Dosis

: 3x sehari 1 tablet

Sistenol
Indikasi

: menurunkan demam dan sakit kepala

Dosis

: 3 x sehari 1 kaplet diminum sesudah makan

Karena pasien mual, muntah dan tidak nafsu makan sebaiknya diberikan infuse.
Namun jika sudah tidak mual, dilakukan diet lunak rendah lemak dan kolesterol
1700 kkal, dan diberikan makanan cukup kalori (30-35 kalori/kgBB) dengan
protein yang cukup (1g/kgBB).

Kasus II
Hepatitis B Kronis dengan anemia, suspek hepatoma, dan suspek Sirosis Hepatis
Pasien laki-laki berusia 38 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perut
kanan atas dan perut terasa semakin membesar sejak 3 bulan yang lalu. Pada mulanya perut
terasa nyeri dan sebah tetapi kemudian membesar dan dirasakan seperti banyak airnya. Selain itu
pasien juga mengeluhkan sesak napas yang kambuh-kambuhan serta merasa lemas dan pucat
sejak 1 minggu terakhir. Pasien merasa frekuensi BAK yang sedikit, warnanya kuning
kecoklatan. Sudah 2 hari terakhir ini pasien belum BAB, dan pasien mengaku pernah BAB
berwarna hitam. Pasien juga merasa pusing dan kakinya membengkak, serta kadang-kadang
batuk. Nafsu makan dirasa menurun, namun tidak merasa mual dan muntah. Dua bulan
sebelumnya, pasien pernah dirawat di RS Bethesda Yogyakarta dengan keluhan dan sakit yang
sama, dan kemudian membaik. Riwayat terdiagnosis hepatitis B dibenarkan, yaitu 5 tahun yang
lalu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum cukup, kesadaran compos mentis,
tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 100 kali/menit, pernafasan 32 kali/menit, dan suhu 37,5C.
Didapatkan sklera ikterik (+/+), jantung dan paru dalam batas normal, pemeriksaan pada regio
abdomen didapatkan abdomen membesar, bising usus (+) normal, nyeri tekan kanan atas (+), tes
Undulasi (+), tes Pekak Beralih (+). Perkusi redup (+), hepatomegali 4 jari di bawah arcus costa
dan teraba berbenjol.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan pada kadar hemoglobin, hematokrit,
eritrosit, trombosit, albumin, protein total. Juga peningkatan pada MCV, MCH, SGOT, SGPT,

dan trigliserida. HbsAg positif. Hasil USG menunjukkan hepatomegali dengan massa noduler
lobus dextra sangat mungkin hepatoma. Ascites, lien, VF, dan ren dextra normal.
DIAGNOSIS
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka ditegakkan diagnosis kerja
Hepatitis B Kronik dengan anemia, suspect hepatoma, dan suspect sirosis hepatis.
TERAPI
Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi terapi non farmakologis yaitu dengan diet
tinggi protein, tinggi kalori, dan rendah garam. Diberikan juga terapi farmakologis berupa infus
D5 : RL 20 tetes/ menit, furosemid 2 x 2 tab (dosis maksimal 600 mg/hari), kcl 1 x 1 tab, BC 3 x
1 tab, dan Ranitidin 3 x 1 tab, transfusi PRC 2 kalf, ketorolac 2x10 mg, dan gracef 1x1 (iv).
DISKUSI
Hepatitis Kronis adalah peradangan yang berlangsung selama minimal 6 bulan. Hepatitis
kronis lebih jarang ditemukan, tetapi bisa menetap sampai bertahun-tahun bahkan berpuluhpuluh tahun. Biasanya ringan dan tidak menimbulkan gejala ataupun kerusakan hati yang berarti.
Pada beberapa kasus, peradangan yang terus menerus secara perlahan menyebabkan kerusakan
hati dan pada akhirnya terjadilah sirosis dan kegagalan.

Dikatakan

hepatitis kronis bila penyakit menetap, tidak menyembuh secara klinis atau laboratorium atau
pada gambaran patologi anatomi, selama 6 bulan. Pada pasien ini terdapat keluhan perut
membesar. Hal ini merupakan tanda adanya kelainan pada rongga perut pisa berupa cairan, massa
dan perdarahan. Untuk membedakan maka dilakukan pemeriksaan fisik yang didapat test
undulasi dan pekak beralih positif, ini menunjukkan pada rongga abdomen terdapat cairan yang
disebut Asites. Pasien memiliki riwayat mengalami gejala serupa beberapa tahun yang lalu dan
sudah pernah masuk rumah sakit denyan penyaki serupa. Dengan hasil lab yang menyatakan
HbsAg pasien (+) berarti pasien menderita penyakit hepatitis B. Karena sudah berlangsung
beberapa tahun (5 tahun yang lalu terdiagnosis hepatitis B) memungkinkan perjalanan penyakit
pasien menjadi penyakit yang kronik. Pada pemeriksaan kimia darah, rasio albumin dan globulin
menjadi terbalik, menyatakan telah terjadi kerusakan yang cukup parah pada hepar pasien.
Pada penurunan fungsi hepatoseluler terjadi penurunan dari sintesis albumin, dimana albumin
ini memegang peranan penting dalam menjaga tekanan osmotik darah. Dengan menurunnya
kadar albumin, maka tekanan osmotik akan menurun yang berakibat eksudasi cairan
intravaskular ke dalam jaringan interstitial di seluruh tubuh, diantaranya adalah rongga
peritoneum, sedangkan udem perifer yang terjadi selain karena faktor hipoalbuminemia juga
akibat adanya retensi garam dan air yang terjadi oleh karena kegagalan hati dalam
menginaktifkan hormon aldosteron dan hormon anti diuretik (ADH). Mengenai keluhan badan
lemas dan cepat lelah, mual dan nafsu makan yang menurun merupakan kompensasi dari tubuh
akibat adanya kerusakan dari parenkim hati.
Pasien juga merasakan perut sebah yang dikarenakan terdapatnya cairan pada rongga
abdomen sehingga tekanan abdomen meningkat dan dapat mengganggu kerja usus dan lambung,
hal ini bisa menimbulkan rasa mual akibat penekanan tersebut, nafsu makan menurun dan badan

menjadi lemas. Sirosis adalah perusakan jaringan hati normal yang meninggalkan jaringan parut
yang tidak berfungsi di sekeliling jaringan hati yang masih berfungsi. Sirosis dapat mengganggu
sirkulasi darah intrahepatik, dan pada kasus yang sangat lanjut menyebabkan kegagalan fungsi
hati secara bertingkat. Pada pasien sangat mungkin telah terjadi sirosis postnekrotik yang terjadi
menyusul nekrosis berbecak pada jaringan hati, menimbulkan nodul-nodul degeneratif besar dan
kecil yang dikelilingi dan dipisahkan oleh jaringan parut, berselang-seling dengan jaringan
normal. Sirosis postnekrotik kira-kira 20% dari seluruh kasus sirosis, sekitar 25% kasus memiliki
riwayat hepatitis virus sebelumnya. Banyaknya pasien dengan HbsAg positif menunjukkan
bahwa hepatitis kronik aktif agaknya merupakan peristiwa yang besar perannya. Ciri yang agak
aneh dari sirosis postnekrotik adalah bahwa tampaknya merupakan predisposisi terhadap
neoplasma hati primer (hepatoma).Berdasarkan alasan diatas maka kasus pada pasien ini lebih ke
arah gangguan fungsi fungsi hati akibat penyakit yang berjalan lama.. Dengan tanda dan gejala
yang ada dan didukung oleh pemeriksaan fisik dan penunjang maka diagnosis pasien adalah
Hepatitis B Kronik dengan anemia, suspect hepatoma, dan suspect sirosis hepatis.
KESIMPULAN
Hepatitis Kronis adalah peradangan yang berlangsung selama minimal 6 bulan. Hepatitis
kronis lebih jarang ditemukan, tetapi bisa menetap sampai bertahun-tahun bahkan berpuluhpuluh tahun. Dikatakan hepatitis kronis bila penyakit menetap, tidak menyembuh secara klinis
ataulaboratorium atau pada gambaran patologi anatomi, selama 6 bulan. Sirosis adalah perusakan
jaringan hati normal yang meninggalkan jaringan parut yang tidak berfungsi di sekeliling
jaringan hati yang masih berfungsi. Pada beberapa kasus, peradangan yang terus menerus secara
perlahan menyebabkan kerusakan hati dan pada akhirnya terjadilah sirosis dan kegagalan. Sirosis
dapat mengganggu sirkulasi darah intrahepatik, dan pada kasus yang sangat lanjut menyebabkan
kegagalan fungsi hati secara bertingkat. Sirosis postnekrotik kira-kira 20% dari seluruh kasus
sirosis, sekitar 25% kasus memiliki riwayat hepatitis virus sebelumnya. Banyaknya pasien
dengan HbsAg positif menunjukkan bahwa hepatitis kronik aktif agaknya merupakan peristiwa
yang besar perannya. Ciri yang agak aneh dari sirosis postnekrosis adalah bahwa tampaknya
merupakan predisposisi terhadap neoplasma hati primer (hepatoma).

IX. Daftar Pustaka


Depkes RI. 2007. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hati, Jakarta. Depkes RI. www.
binfar.depkes.go.iddownloadPC_HATI.pdf. diakses tanggal 10 mei 2012.
Departemen Kesehatan, 2007. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hati. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
DiPiro JT, et al, 2008, Pharmacotherapy. A Pathophysiologic Approach (seventh edition), New
York: The McGraw Hill Companies.

Gillespie, Stephen, Kathleen Bamford, 2009, At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi (Edisi
Ketiga) terj. Stella Tinia H., Jakarta: Penerbit Erlangga.
Irene Winata, Rima Melati Harjono. 1993. Immunisasi Hepatitis B (Immunisation Against
Hepatitis B), Hak Cipta British Medical Association. Terjemahan Indonesia. Hipokrates.
Jakarta. PAPDI.2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. Jakarta.
Marhenyatoz. 2011. Gejala hepatitis. Available at
http://marhenyantoz.wordpress.com/2011/11/09/gejala-hepatitis/. [Diakses Pada Tanggal 12
Mei 2012].
Nurainni. 2011. Hepatitis. Available at http://ainicahayamata.wordpress.com/nursingonly/keperawatan-medikal-bedah-kmb/hepatitis/. [Diakses Pada Tanggal 12 Mei 2012].
Perrillo R. Hepatitis B and D. In: Feldman M, Friedman LS, Brandt LJ, eds. Sleisenger and
Fordtran's Gastrointestinal and Liver Disease. 9th ed. Philadelphia, Pa: Saunders
Elsevier;2010:chap 78.
Price, S.A, alih bahasa, Brahm U. Pendit et. al.2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit volume 1. EGC. Jakarta.
Reliance. 2012. Hepatitis. Available at http://xa.yimg
.com/kq/groups/14875872/822660192/name/HEPATITIS.pdf. [Diakses Pada Tanggal 12 Mei
2012].
Shinta Eka K. 2010. HEPATITIS B KRONIK. http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?
page=Hepatitis+B+Kronis+dengan+anemia%2C+suspek+hepatoma
%2C+dan+suspek+Sirosis+Hepatis+pada+Pria+usia+38+tahun. (diakses : 14 mei 2012)
Suharjo , JB dan B Cahyono. Diagnosis dan Manajemen Hepatitis B Kronis. Cermin Dunia
Kedokteran. Tersedia online
dihttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05_150_Diagnosismenajemenhepatiskronis.pdf/05_15
0_Diagnosismenajemenhepatiskronis.html
Sukandar, E.Y.,R. Andrajati, J.I. Sigit, I.K.Adnyana, dan A.A.P.Setiadi. 2008. ISO
Farmakoterapi. Jakarta : ISFI Penerbitan.
Yayasan Spiritia. 2007. Penanganan HBV dan HCV sebagai Koinfeksi HIV. Dapat diakses online
di:http://spiritia.or.id/cst/bacacst.php?artno=1030&menu=hepmenu[Diakses pada tanggal

12 Mei 2012].

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati dan dapat disebabkan oleh
beberapa mekanisme, termasuk agen infeksius. Virus hepatitis dapat disebabkan oleh
berbagai macam virus yang berbeda seperti virus hepatitis A, B, C, D dan E. Penyakit
kuning adalah ciri karakteristik penyakit hati dan bukan hanya karena virus hepatitis,
diagnosis yang benar hanya dapat dilakukan dengan pengujian SERA pada pasien untuk
mendeteksi adanya antivirus pada antibodi. Sebagian besar kasus terkait hepatitis karena
transfusi disebabkan oleh hepatitis A virus (HAV) atau virus hepatitis B (HBV), kedua
hanya dikenal hepatitis manusia, virus ini dikenal pada tahun 1975. Pada waktu itu,
Hepatitis C sudah ada, tapi dikenal dengan sebutan hepatitis non A non B (NANB). Pada
tahun 1989 virus hepatitis non A-B diidentifikasi dan dikloning, kemudian dinamai virus
hepatitis C (HCV) (WHO, 2010).
Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV (Hepatitis B).
kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis
serum, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral dan non
parenteral.Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B
melalui pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B (NANBH) dan
saat ini disebut Hepatitis C.
Selanjutnya ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2 macam, yang pertama dapat
ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau disebut PT-NANBH dan yang
kedua dapat ditularkan secara enteral (Enterically Transmitted) disebut ET-NANBH.Tata
nama terbaru menyebutkan PT-NANBH sebagai Hepatitis C dan ET-NANBH sebagai
Hepatitia E.
Virus delta atau virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus yang
menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi Hepatitis B, HDV dapat
timbul sebagai infeksi pada seseorang pembawa HBV.

Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya di


Indonesia tetapi juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara
semua penyakit menular yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat (hanya dibawah
penyakit kelamin dan cacar air dan merupakan penyakit epidemi di kebanyakan negaranegara. Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan ke Center for Disease Control di Amerika
Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali
lebih banyak. Walaupun mortalitas akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini
sering dikaitkan dengan angka morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana etiologi dan patofisiologi manifestasi Hepatitis pada rongga mulut?
2. Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan manifestasi Hepatitis pada rongga mulut?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui etiologi dan patofisiologi manifestasi Hepatitis pada rongga mulut
2. Untuk mengetahui diagnosis dan penatalaksanaan manifestasi Hepatitis pada rongga
mulut
1.4 Manfaat
Referat ini diharapkan dapat menjadi sumber pembelajaran mengenai manifestasi
Hepatitis pada rongga mulut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HEPATITIS A
A. Keluhan dan Gejala
Periode inkubasi infeksi virus hepatitis A antara 10-50 hari (rata-rata 25 hari), biasanya
diikuti dengan demam, kurang nafsu makan, mual, nyeri pada kuadran kanan atas perut, dan
dalam waktu beberapa hari kemudian timbul sakit kuning. Urin penderita biasanya berwarna
kuning gelap yang terjadi 1-5 hari sebelum timbulnya penyakit kuning. Terjadi pembesaran
pada organ hati dan terasa empuk. Banyak orang yang mempunyai bukti serologi infeksi akut
hapatitis A tidak menunjukkan gejala atau hanya sedikit sakit, tanpa ikterus (anicteric
hepatitis A). Infeksi penyakit tergantung pada usia, lebih sering dijumpai pada anak-anak.
Sebagian besar (99%) dari kasus hepatitis A adalah sembuh sendiri (Wilson, 2001).
HAV ditularkan dari orang ke orang melalui mekanisme fekal-oral. HAV diekskresi
dalam tinja, dan dapat bertahan di lingkungan untuk jangka waktu lama. Orang bisa tertular
apabila mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh HAV dari tinja.
Kadang-kadang, HAV juga diperoleh melalui hubungan seksual (anal-oral) dan transfusi
darah (WHO, 2010).
Hepatitis akut A dapat dibagi menjadi empat fase klinis:
inkubasi atau periode preklinik, 10 sampai 50 hari, di mana pasien tetap asimtomatik

meskipun terjadi replikasi aktif virus.


fase prodromal atau preicteric, mulai dari beberapa hari sampai lebih dari seminggu,
ditandai dengan munculnya gejala seperti kehilangan nafsu makan, kelelahan, sakit

perut, mual dan muntah, demam, diare, urin gelap dan tinja yang pucat.
fase icteric, di mana penyakit kuning berkembang di tingkat bilirubin total melebihi 20 40 mg/l. Pasien sering minta bantuan medis pada tahap penyakit mereka. Fase icteric
biasanya dimulai dalam waktu 10 hari gejala awal. Demam biasanya membaik setelah
beberapa hari pertama penyakit kuning. Viremia berakhir tak lama setelah
mengembangkan hepatitis, meskipun tinja tetap menular selama 1 - 2 minggu. Tingkat
kematian rendah (0,2% dari kasus icteric) dan penyakit akhirnya sembuh sendiri.
Kadang-kadang, nekrosis hati meluas terjadi selama 6 pertama - 8 minggu pada masa
sakit. Dalam hal ini, demam tinggi, ditandai nyeri perut, muntah, penyakit kuning dan
pengembangan ensefalopati hati terkait dengan koma dan kejang, ini adalah tanda-tanda
hepatitis fulminan, menyebabkan kematian pada tahun 70 - 90% dari pasien. Dalam
kasus-kasus kematian sangat tinggi berhubungan dengan bertambahnya usia, dan

kelangsungan hidup ini jarang terjadi lebih dari 50 tahun.


masa penyembuhan, berjalan lambat, tetapi pemulihan pasien lancar dan lengkap.
Kejadian kambuh hepatitis terjadi dalam 3 - 20% dari pasien, sekitar 4-15 minggu setelah
gejala awal telah sembuh (WHO, 2010).

B. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik


Diagnosis hepatitis dibuat dengan penilaian biokimia fungsi hati (evaluasi laboratorium:
bilirubin urin dan urobilinogen, bilirubin total serum dan langsung, ALT dan / atau AST,
fosfatase alkali, waktu protrombin, protein total, albumin, IgG, IgA, IgM, hitung darah
lengkap). Diagnosis spesifik hepatitis akut A dibuat dengan menemukan anti-HAV IgM
dalam serum pasien. Sebuah pilihan kedua adalah deteksi virus dan / atau antigen dalam
faeces. Virus dan antibodi dapat dideteksi oleh RIA tersedia secara komersial, AMDAL atau
ELISA kit. Tes ini secara komersial tersedia untuk anti-HAV IgM dan anti-HAV total (IgM
dan IgG) untuk penilaian kekebalan terhadap HAV tidak dipengaruhi oleh administrasi pasif
IG, karena dosis profilaksis berada di bawah deteksi level. Pada awal penyakit, keberadaan
IgG anti-HAV selalu disertai dengan adanya IgM anti-HAV. Sebagai anti-HAV IgG tetap
seumur hidup setelah infeksi akut, deteksi IgG anti-HAV saja menunjukkan infeksi masa lalu
(WHO, 2010).
C. Etiologi
Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis A (HAV). Virus ini tidak beramplop,
merupakan virus RNA untai tunggal kecil dengan diameter 27nm. Tidak inaktifasi oleh eter
dan stabil pada suhu -20 celcius, serta pH yang rendah. Strukturnya mirip dengan enterovirus,
tapi hepatitis A virus berbeda dan sekarang diklasifikasikan dalam genus Hepatovirus, famili
picornavirus (Wilson, 2001).
D. Cara Pencegahan
Menurut WHO, ada beberapa cara untuk mencegah penularan hepatitis A, antara lain :
Hampir semua infeksi HAV menyebar dengan rute fekal-oral, maka pencegahan dapat
dilakukan dengan hygiene perorangan yang baik, standar kualitas tinggi untuk persediaan

air publik dan pembuangan limbah saniter, serta sanitasi lingkungan yang baik.
Dalam rumah tangga, kebersihan pribadi yang baik, termasuk tangan sering dan mencuci
setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan, merupakan tindakan penting
untuk mengurangi risiko penularan dari individu yang terinfeksi sebelum dan sesudah
penyakit klinis mereka menjadi apparent.
Dalam bukunya, Wilson menambahkan pencegahan untuk hepatitis A, yaitu dengan cara

pemberian vaksin atau imunisasi. Ada dua jenis vaksin, yaitu :


Imunisasi pasif
Pasif (yaitu, antibodi) profilaksis untuk hepatitis A telah tersedia selama bertahun-tahun.
Serum imun globulin (ISG), dibuat dari plasma populasi umum, memberi 80-90%
perlindungan jika diberikan sebelum atau selama periode inkubasi penyakit. Dalam beberapa
kasus, infeksi terjadi, namun tidak muncul gejala klinis dari hepatitis A.

Saat ini, ISG harus diberikan pada orang yang intensif kontak pasien hepatitis A dan
orang yang diketahui telah makan makanan mentah yang diolah atau ditangani oleh individu
yang terinfeksi. Begitu muncul gejala klinis, tuan rumah sudah memproduksi antibodi. Orang
dari daerah endemisitas rendah yang melakukan perjalanan ke daerah-daerah dengan tingkat
infeksi yang tinggi dapat menerima ISG sebelum keberangkatan dan pada interval 3-4 bulan
asalkan potensial paparan berat terus berlanjut, tetapi imunisasi aktif adalah lebih baik.
Imunisasi aktif
Untuk hepatitis A, vaksin dilemahkan hidup telah dievaluasi tetapi telah menunjukkan
imunogenisitas dan belum efektif bila diberikan secara oral. Penggunaan vaksin ini lebih baik
daripada pasif profilaksis bagi mereka yang berkepanjangan atau berulang terpapar hepatitis
A.
E. Cara Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit hepatitis A, terapi yang dilakukan hanya
untuk mengatasi gejala yang ditimbulkan. Contohnya, pemberian parasetamol untuk penurun
panas. Terapi harus mendukung dan bertujuan untuk menjaga keseimbangan gizi yang cukup.
Tidak ada bukti yang baik bahwa pembatasan lemak memiliki efek menguntungkan pada
program penyakit. Telur, susu dan mentega benar-benar dapat membantu memberikan asupan
kalori yang baik. Minuman mengandung alkohol tidak boleh dikonsumsi selama hepatitis
akut karena efek hepatotoksik langsung dari alkohol (WHO, 2010).
F. Prognosis
Prognosis hepatitis A sangat baik, lebih dari 99% dari pasien dengan hepatitis A infeksi
sembuh sendiri. Hanya 0,1% pasien berkembang menjadi nekrosis hepatik akut fatal (Wilson,
2001).
2.2 HEPATITIS B
A. Keluhan dan Gejala
Wilson (2001) menjelaskan gambaran klinis hepatitis B sangat bervariasi. Masa inkubasi
dari 45 hari selama 160 hari (rata-rata 10 minggu). Hepatitis B akut biasanya
dimanifestasikan dalam bertahap mulai kelelahan, kehilangan nafsu makan, mual dan rasa
sakit dan kepenuhan di perut kuadran kanan atas. Pada awal perjalanan penyakit, rasa sakit
dan pembengkakan sendi serta artritis mungkin terjadi. Beberapa pasien terjadi ruam. Dengan
meningkatnya involvenmen hati, ada peningkatan kolestasis dan karenanya, urin berwarna
kuning gelap, dan penyakit kuning. Gejala dapat bertahan selama beberapa bulan sebelum
akhirnya berhenti. Secara umum, gejala yang terkait dengan hepatitis B akut lebih berat dan
lebih lama dibandingkan dengan hepatitis A.

HBV terdapat dalam semua cairan tubuh dari penderitanya, baik dalam darah, sperma,
cairan vagina dan air ludah. Virus ini mudah menular pada orang-orang yang hidup bersama
dengan orang yang terinfeksi melalui cairan tubuh tadi. Secara umum seseorang dapat tertular
HBV melalui hubungan seksual, penggunaan jarum suntuk yang bergantian pada IDU,
menggunakan alat yang terkontaminasi darah dari penderita (pisau cukur, tato, tindik), 90%
berasal dari ibu yang terinfeksi HBV, transfusi darah, serta lewat peralatan dokter (Anania,
2008).
B. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
Dr. Imran Lubis dalam artikelnya yang berjudul Penyakit Hepatitis Virus, menjelaskan
pemeriksaan hepatitis B yang paling penting adalah HbsAg. HbsAg ini dapat diperiksa dari
serum, semen, air liur, urin dan cairan tubuh lainnya. HbsAg diperiksa pertama kali dengan
metoda imunodifusi, yang mudah dikerjakan, murah, dan spesifik, tetapi lambat dan tidak
sensitif. Metoda kedua dalam pemeriksaan HbsAg adalah dengan metoda CIEP (counter
immunoelectrophoresis) dan CF (complement fixation) yang lebih sensitif dariimunodifusi.
Metoda yang paling sensitif adalah RIA(radio immunoassay) dan EIA-ELISA (enzymeimmunoassay). Tes ini sangat sensitif dan sangat spesifik. Metoda EIA mampu mendeteksi
HbsAg sekecil 0,5 g/l (konsentrasi HbsAg dalam plasma dapat mencapai 1 g/l). Tes EIA dan
RIA mampu mendeteksi 95% penderita hepatitis B. Diagnosa HBsAg buatan indonesia
adalah Entebe RPHA yang mempunyai sensitivitas 78,6% dan spesifisitas 80%.
C. Etiologi
Virus hepatitis B merupakan virus DNA beramplop, termasuk famili
Hepadnaviridae.virion lengkap adalah 42 nm, partikel berbentuk bola yang terdiri dari sebuah
amplop di sekitar inti 27nm. Inti terdiri dari nukleokapsid yang berisi genom DNA. Genom
virus sebagian terdiri dari DNA untai ganda dengan potongan pendek, dan selembar untai
tunggal. Ini terdiri dari 3200 nukleotida, sehingga dikenal sebagai DNA virus terkecil
(Wilson, 2001).
D. Cara Pencegahan
Beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah hepatitis B antara lain :
Pemberian vaksinasi Hepatitis B adalah perlindungan terbaik. Pemberian vaksinasi secar
rutin direkomendasikan untuk semua orang usia 0-18 tahun, bagi orang-orang dari segala
usia yang berada dalam kelompok berisiko terinfeksi HBV, dan untuk orang yang
menginginkan perlindungan dari hepatitis B.

Setiap wanita hamil, dia harus dites untuk hepatitis B, bayi yang lahir dari ibu yang
terinfeksi HBV harus diberikan HBIG (hepatitis B immune globulin) dan vaksin dalam

waktu 12 jam lahir.


Penggunaan kondom lateks dalam berhubungan seksual
Jangan berbagi peralatan pribadi yang mungkin terkena darah penderita, seperti pisau

cukur, sikat gigi, dan handuk.


Pertimbangkan risiko jika anda akan membuat tato atau menindik tubuh. Anda mungkin

terinfeksi jika alat atau pewarna tersebut terkontaminasi virus hepatitis B.


Jangan mendonorkan darah, organ, atau jaringan jika anda positif memiliki HBV.
Jangan menggunakan narkoba suntik
(Anonim, 2007)

E. Cara Pengobatan
Menurut Wilson (2001), hepatitis B kronis adalah penyakit yang bisa diobati. Interferon
alfa, 5-10juta U tiga kali seminggu selama 4-6 bulan, memberikan manfaat jangka panjang
dalam minoritas (sampai33%) dari pasien dengan infeksi kronis hepatitis B. Pemberian
Lamivudine (3TC) juga bisa diberikan. Lamivudine merupakan antivirus melalui efek
penghambatan transkripsi selama siklus replikasi HBV. Pemberian lamivudine 100mg/hari
selama 1 tahun dapat menekan HBV DNA.
F. Prognosis
Sembilan puluh persen dari kasus-kasus hepatitis akut B menyelesaikan dalam waktu 6
bulan, 0,1% adalah fatal karena nekrosis hati akut, dan sampai 10% berkembang pada
hepatitis kronis. Dari jumlah tersebut, 10% akan mengembangkan sirosis, kanker hati, atau
keduanya (Wilson, 2001).

2.3 HEPATITIS C
A. Keluhan dan Gejala
Masa inkubasi hepatitis C akut rata-rata 6-10 minggu. Kebanyakan orang (80%) yang
menderita hepatitis C akut tidak memiliki gejala. Awal penyakit biasanya berbahaya, dengan
anoreksia, mual dan muntah, demam dan kelelahan, berlanjut untuk menjadi penyakit kuning
sekitar 25% dari pasien, lebih jarang daripada hepatitis B. Infeksi HCV dapat dibagi dalam
dua fase, yaitu :
1. Infeksi HCV akut
HCV menginfeksi hepatosit (sel hati). Masa inkubasi hepatitis C akut rata-rata 6-10
minggu. Kebanyakan orang (80%) yang menderita hepatitis C akut tidak memiliki gejala.
Awal penyakit biasanya berbahaya, dengan anoreksia, mual dan muntah, demam dan

kelelahan, berlanjut untuk menjadi penyakit kuning sekitar 25% dari pasien, lebih jarang
daripada hepatitis B. Tingkat kegagalan hati fulminan terkait dengan infeksi HCV adalah
sangat jarang. Mungkin sebanyak 70% -90% dari orang yang terinfeksi, gagal untuk
membunuh virus selama fase akut dan akan berlanjut menjadi penyakit kronis dan menjadi
carrier.
2. Infeksi HCV kronis
Hepatitis kronis dapat didefinisikan sebagai penyakit terus tanpa perbaikan selama
setidaknya enam bulan. Kebanyakan orang (60% -80%) yang telah kronis hepatitis C tidak
memiliki gejala. Infeksi HCV kronis berkembang pada 75% -85% dari orang dengan
persisten atau berfluktuasi ALT kronis. Pada fitur epidemiologi antara pasien dengan infeksi
akut telah ditemukan menunjukkan peningkatan penyakit hati aktif, berkembang dalam 60%
-70% dari orang yang terinfeksi telah ditemukan sudah menjadi penyakit hati kronis.
Hepatitis kronis dapat menyebabkan sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler (HCC).
Sirosis terkait HCV menyebabkan kegagalan hati dan kematian pada sekitar 20% -25% kasus
sirosis. Sirosis terkait HCV sekarang merupakan sebab utama untuk transplantasi hati. 1%
-5% orang dengan hepatitis C kronis berkembang menjadi karsinoma hepatoseluler.
Pengembangan HCC jarang terjadi pada pasien dengan hepatitis C kronis yang tidak
memiliki sirosis (WHO, 2010).
Periode masa penularan dari satu minggu atau lebih sebelum timbulnya gejala pertama
dan mungkin bertahan pada sebagian besar orang selamanya. Berdasarkan studi infektifitas di
simpanse, titer HCV dalam darah tampaknya relatif rendah. Puncak dalam konsentrasi virus
tampak berkorelasi dengan puncak aktivitas ALT. Tingkat kekebalan setelah infeksi tidak
diketahui. Infeksi berulang dengan HCV telah ditunjukkan dalam sebuah model
eksperimental simpanse. Infeksi HCV tidak menyebabkan kegagalan hati fulminan
(mendadak, cepat), namun, menjadi penyakit hati kronis seperti infeksi HBV kronis, dan
dapat memicu gagal hati (WHO, 2010).
Penularan terjadi melalui paparan perkutan terhadap darah yeng terkontaminasi. Jarum
suntik yang terkontaminasi adalah sarana penyebaran yang paling penting, khususnya di
kalangan pengguna narkoba suntikan. Transmisi melalui kontak rumah tangga dan aktivitas
seksual tampaknya rendah. Transmisi saat lahir dari ibu ke anak juga relatif jarang (WHO,
2010).

B. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik


Diagnosis Hepatitis C tergantung pada demonstrasi anti-HCV yang terdeteksi oleh
EIA. Tes belum tersedia untuk membedakan akut dari infeksi HCV kronis. Positif anti-HCV
IgM tingkat ditemukan dalam 50-93% pasien dengan hepatitis C akut dan 50-70% dari pasien
dengan hepatitis C kronis. Oleh karena itu, anti-HCV IgM tidak dapat digunakan sebagai
penanda dapat diandalkan infeksi HCV akut (WHO, 2010).
Teknik amplifikasi menggunakan reaksi PCR (polymerase chain reaction) atau TMA
(transcription-mediated amplification) telah dikembangkan sebagai uji kualitatif untuk
mendeteksi RNA HCV, sedangkan kedua amplifikasi target (PCR) dan sinyal teknik
amplifikasi (branched DNA) dapat digunakan untuk mengukur tingkat RNA HCV. Karena
variabilitas assay, jaminan kualitas yang ketat dan kontrol harus diperkenalkan di
laboratorium klinik dalam melakukan tes ini, dan pengujian kemampuan seyogyanya
direkomendasikan. Untuk tujuan ini, Standar Internasional Pertama untuk NAT (Nucleic Acid
Amplification Technology) tes HCV RNA telah dianjurkan untuk digunakan (WHO, 2010).
Sebuah uji EIA untuk deteksi inti-antigen HCV telah dibentuk dan terlihat tidak cocok
untuk screening donor darah skala besar, sementara penggunaannya dalam pemantauan klinis
masih harus ditentukan. Anak-anak tidak harus diuji untuk anti-HCV sebelum usia 12 bulan
sebagai anti-HCV dari ibu bisa berlangsung sampai usia ini. Diagnosa bergantung pada
penentuan tingkat ALT dan keberadaan HCV RNA dalam darah bayi setelah bulan kedua
kehidupan (WHO, 2010).

C. Etiologi
Virus hepatitis C adalah virus RNA dari famili Flavivirus. Ia memiliki genom yang
sangat sederhana yang terdiri dari hanya tiga dan lima gen struktural nonstruktural.
Setidaknya ada enam genotipe utama, dua di antaranya telah subtipe (1a dan b, 2a dan b).
Genotipe tersebut memiliki distribusi geografis yang sangat berbeda dan mungkin terkait
dengan penyakit yang berbeda severities serta respon terhadap terapi (Wilson, 2001).
D. Cara Pencegahan
Strategi yang komprehensif untuk mencegah dan mengendalikan hepatitis C virus (HCV)
infeksi dan penyakit terkait HCV :
- Pemeriksaan dan pengujian darah, plasma, organ, jaringan, dan air mani donor

- Sterilisasi yang memadai seperti bahan dapat digunakan kembali atau instrumen bedah gigi
- Pengurangan risiko dan layanan konseling
- pengawasan terhadap jarum dan program pertukaran jarum suntik
(WHO, 2010)

E. Cara Pengobatan
Interferon telah dibuktikan untuk menormalkan tes hati, memperbaiki peradangan hati
dan mengurangi replikasi virus pada hepatitis C kronis dan dianggap sebagai terapi baku
untuk hepatitis C kronis. Saat ini, dianjurkan untuk pasien dengan hepatitis kronis
kompensasi C (anti-HCV positif, HCV deteksi RNA, abnormal ALT tingkat atas sekurangkurangnya 6 bulan, fibrosis ditunjukkan oleh biopsi hati). Interferon-alpha diberikan subkutan
dengan dosis 3 juta unit 3 kali seminggu selama 24 bulan. Pasien dengan aktivitas ALT
dikurangi atau tingkat HCV RNA dalam bulan pertama pengobatan lebih cenderung memiliki
respon yang berkelanjutan. Sekitar 50% dari pasien merespon interferon dengan normalisasi
ALT pada akhir terapi, tetapi setengahnya bisa kambuh dalam waktu 6 bulan (WHO, 2010).
Terapi kombinasi dengan pegylated interferon dan ribavirin selama 24 atau 48 minggu
seharusnya menjadi terapi pilihan bagi pasien yang kambuh setelah pengobatan interferon.
Tingkat kekambuhan kurang dari 20% terjadi pada pasien kambuh diobati dengan terapi
kombinasi selama setahun (WHO, 2010).
Transplantasi adalah suatu pilihan bagi pasien dengan sirosis yang nyata secara klinis
pada stadium akhir penyakit hati. Namun, setelah transplantasi, hati donor hampir selalu
menjadi terinfeksi, dan risiko pengembangan menjadi sirosis muncul kembal (WHO, 2010).
Pasien dengan hepatitis C kronis dan infeksi HIV bersamaan mungkin memiliki
program akselerasi penyakit HCV. Oleh karena itu, meskipun tidak ada terapi HCV secara
khusus disetujui untuk pasien koinfeksi dengan HIV, pasien tersebut harus dipertimbangkan
untuk pengobatan. Pemberian kortikosteroid, ursodiol, thymosin, acyclovir, amantadine, dan
rimantadine tidak efektif (WHO, 2010)

F. Prognosis

Hepatitis C memiliki prognosis yang lebih buruk daripada, misalnya, hepatitis B, karena
seperti proporsi tinggi mengembangkan kasus sirosis 33% dari pasien yang terinfeksi
(Wilson, 2001).

BAB III
PEMBAHASAN

2.4 Manifestasi Hepatitis Pada rongga mulut


1. Pada penyakit hati, terutama atresia bilier dan hepatitis neonatal, dapat terjadi
diskolorisasi pada gigi sulung. Dimana, pada atresia bilier gigi akan berwarna hijau,

sedangkan pada hepatitis neonatal berwarna kuning. Keadaan ini disebabkan oleh
depositnya bilirubin pada email dan dentin yang sedang dalam tahap perkembangan.
2. Menyebabkan oral hygiene buruk, dalam hal ini bau mulut tidak sedap
3. Hepatitis aktif kronis dapat menyebabkan gangguan endokrin sehingga menimbulkan
penyakit multiple endokrinopati keturunan dan kandidosis mukokutaneus.
4. Kegagalan hati dapat menyebabkan timbulnya foetor hepatikum. Dimana, foetor
hapatikum sering disebut dalam sejumlah istilah seperti: bau amine, bau kayu
lapuk, bau tikus dan bahkan bau bangkai segar.
5. Sirosis hati dapat menyebabkan hiper pigmentasi pada mulut.
6. Timbul ulkus - ulkus karena berkurangnya zat zat vitamin dan gizi dalam rongga
mulut.
7. Proses makan menjadi tidak benar sehingga peran saliva terganggu.

2.5

Lichen Planus
LICHEN PLANUS
Lichen Planus adalah suatu kondisi inflamatori autoimun kronis yang menyebabkan
sebuah erupsi pruritic (gatal), papular (terdapat papula) yang ditandai dengan warna biru
keungu-unguan; bentuknya polygonal; dan terkadang berskala beraturan. Paling sering
ditemukan pada permukaan flexor ekstremitas atas, genitalia, mukosa pipi, gingiva, bibir,
dan bagian tubuh lainnya. (Masdin, 2011).
Lichen Planus merupakan sebuah respon kekebalan yang dimediasi sel dengan asal-usul
yang tidak diketahui. Lichen Planus bisa ditemukan bersama dengan penyakit gangguan
sistem kekebalan lainnya antara lain colitis ulceratif, alopecia areata, vitiligo,
demartomyositis, morphea, lichen sclerosis, dan myasthenia gravis. Ada hubungan yang
ditemukan antara Lichen Planus dengan infeksi virus hepatitis C, hepatitis aktif kronis,
dan cirrhosis biliary primer.(Masdin, 2011)

Lichen planus pada rongga mulut (Oral Lichen Planus) adalah lesi mukokutaneus
yang relatif sering terjadi. Axell clan Rundquist (1987) mendapatkan prevalensi 1,9%
pada populasi umum di Swedia. Lesi pada rongga mulut dapat disertai dengan lesi pada
membrana mukosa yang lain ataupun pada kulit terutama pada pergelangan tangan dan
kaki. Lesi pada rongga mulut dapat dijumpai hampir 50% dimulai lebih dahulu dengan
adanya lesi pada kulit, tetapi hanya berkisar 5%-10% yang dimulai pada rongga mulut
baru kemudian dijumpai lesi pada kulit.(Primasari, 2003).
Gambaran klinis lichen planus dapat terbagi atas berberapa tipe yaitu, retikular,
papular, plak, atropi, hula dan erosif. Dikarenakan berbagai variasi gambaran klinis dari
lichen planus dan penyebabnya yang tidak diketahui, diagnosa definitif sulit ditegakkan.
Pemeriksaan histopatologi harus dilaksanakan untuk mendapatkan diagnosa yang tepat .
Hal ini dipertegas dengan adanya laporan-laporan para peneliti bahwa 0,5%-2,6% di
antara pasien lichen planus rongga mulut berubah menjadi lesi ganas (Primasari, 2003).
Diagnosa definitif daripada lichen planus harus didapat dari diagnosa klinis didukung
dengan pemeriksaan histopatologi. Gambaran klinis dari lichen planus oral yang klasik
dapat dengan mudah dikenal yaitu dengan dijumpai lesi putih yang menyebar di mukosa
bukal sebelah kanan dan kiri (simetris) berbentuk seperti jala yang rata dengan mukosa
sekitarnya. Namun demikian gambaran yang klasik (tipe retikular) tidak selalu terlihat
pada pasien lichen planus oral. Lichen planus oral yang berbentuk seperti plak sering
terdapat pada dorsum lidah, sedangkan yang berbentuk seperti bula ataupun papula adalah
yang paling jarang terlihat dan tipe ini sering terlihat dengan tipe retikular (termasuk tipe
campuran). Tipe atropi adalah berbentuk mukosa yang memerah dikarenakan
epiteliumnya mengalami atropi. Tipe erosif adalah bentuk yang telah mengalami ulserasi
dengan perluasan yang bervariasi. Banyak pasien yang tidak mengetahui awal terjadinya
lichen planus. Hal ini disebabkan tipe retikular, tipe plak dan tipe papula bebas dari rasa

sakit. Tipe atropi, erosif maupun hula adalah tipe yang disertai rasa tidak enak seperti
nyeri sampai rasa terbakar terutama sewaktu makan yang pedas ataupun panas (Primasari,
2003).

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Hepatitis A merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis A (HAV). HAV
ditularkan dari orang ke orang melalui mekanisme fekal-oral. Seseorang bisa tertular
karena memakan makanan yang terkontaminasi oleh HAV.
2. Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B (HBV).
Secara umum seseorang dapat tertular HBV melalui hubungan seksual, penggunaan jarum
suntuk yang bergantian pada IDU, menggunakan alat yang terkontaminasi darah dari
penderita (pisau cukur, tato, tindik), 90% berasal dari ibu yang terinfeksi HBV, transfusi
darah, serta lewat peralatan dokter.
3. Penyakit hepatitis C merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis C
(HCV). Penularannya spesifik memalui darah, misalnya pada donor darah, atau
penggunaan narkoba suntik. Sebagian besar kejadian penyakit adalah asimptomatik,
namun ada juga yang menunjukkan gejala diantaranya anoreksia, mual dan muntah,
demam dan kelelahan, berlanjut untuk menjadi penyakit kuning. Diagnosisnya dengn tes
virologi dan tes serologi.
4.2 Saran
1. Perlunya menjaga kebersihan pada rongga mulut agar tidak mudah terinfeksi penyakit

2. Perlunya diagnosis dini tentang penyakit Hepatitis pada umumnya


3. Pentingnya kesadarn memeriksakan kesehatan gigi dan mulut secara rutin ke dokter
gigi

DAFTAR PUSTAKA

Amelia A. Oral lichen planus. Available from: URL:


http://amaliapradana.blogspot.com/2010/09/oral-lichen-planus.html. diakses tanggal
19 April 2012.
Anania, Agnes. 2008. All About Heptitis B. http://www.mikrobia.files.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 20 Mei.
Anonim. 2007. Heptitis A, B, and C: Learn The Differences.
http://www.immunize.org/catg.d/p4075abc.pdf. Diakses pada tanggal 18 April 2012.
Anonim, 2010. Prevalence and Incidence of Hepatitis A. http://www.wrongdiagnosis.com.
Diakses pada tanggal 19 April 2012.
Carozzo M, Gandolfo S. Oral diseases possibly associated with hepatitis C virus. Crit Rev
Oral Biol Med. 2003; 14(2): 115-127.
Gani RA. Pengobatan terkini hepatitis kronik B dan C. Divisi Hepatologi Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. 2005: 1-6.
Lubis, Dr. Imran. 1991. Penyakit Hepatitis Virus.
http://www.kalbe.co.id/files/06_penyakithepatitis virus.pdf. diakses pada tanggal 18
April 2012.
Masdin. Penjelasan tentang lichen planus. Available from: URL:
http://www.topreference.co.tv/2010/05/penjelasan-tentang-lichen-planus.html.
diakses tanggal 19 April 2012.

Manifestasi penyakit hepatitis terhadap rongga mulut. Available from: URL:


http://www.scribd.com/doc/34869862/Manifestasi-Penyakit-Hepatitis-TerhadapRongga-Mulut diakses tanggal 19 April 2012.
News medical. Apa itu hepatitis. Available from: URL: http://www.newsmedical.net/health/What-is-Hepatitis-C-%28Indonesian%29.aspx diakses tanggal 18
April 2012.
Primasari A. Peranan pemeriksaan histopatologi dalam menegakkan diagnosa lichen planus
di rongga mulut. USU digital library. 2003: 1-7.
WHO. 2010. Hepatitis A, B, and C. http://www.who.org. Diakses pada tanggal 20 April 2012.
Wilson, Walter R. And Merle A. Sande. 2001. Current Diagnosis & Tratment in Infectious
Disease. The mcGraw-hill Companies, United States of America.
.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setiap jenis penyakit seharusnya jangan pernah dianggap sepele. Misalnya,
penyakit hepatitis atau kondisi peradangan pada organ hati. Menurut Prof Dr H Ali
Sulaiman, PhD, SpPD-KGEH dari Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), kebanyakan masyarakat
masih kurang peduli dan cuek dengan penyakit yang satu ini karena menganggap
dampak yang ditimbulkan tidak langsung dan memakan waktu cukup lama.
Penyakit hepatitis, siapa yang tidak mengenalnya. Penyakit yang sering
disebut dengan penyakit kuning ini, bisa menyerang siapa saja. Tapi yang lebih
berisiko adalah orang-orang yang berusia produktif. Hepatitis atau penyakit kuning
merupakan peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, aneka
zat kimiawi, obat-obatan atau alkohol. Namun, hepatitis yang disebabkan oleh virus
adalah masalah kesehatan yang penting saat ini.
Mungkin Anda semua banyak yang sudah tahu, bahwa penyakit hepatitis
terdiri dari beberapa macam. Diantaranya adalah hepatitis A,B,C,D,E. Tapi yang

paling ditakuti adalah hepatitis B dan C. Sebenarnya, apa itu penyakit hepatitis, apa
penyebabnya sehingga orang dapat menderita penyakit ini, apa gejala yang
ditimbulkan, dan bagaimana cara menanganinya, akan dibahas dalam makalah ini.

B.
1.
2.
3.

Tujuan
Untuk mengetahui apa itu penyakit hepatitis.
Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri atau gejala bila terinfeksi virus hepatitis.
Untuk mengetahui bagaimana penularan, penyebab, pengobatan, serta pencegahan
tentang hepatitis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hati adalah suatu organ penting terletak di kwadran kanan atas abdomen. Organ
ini bertanggung jawab untuk:

Menyaring darah

Membuat empedu, suatu zat yang membantu pencernaan lemak

Memproses dan mengikat lemak pada pengangkutnya (protein) termasuk


kolesterol. Gabungan lemak dan protein disebut lipoprotein (Chylomicron,
VLDL,

LDL,

HDL),

menyimpan

gula

dan

membantu

tubuh

untuk

mengangkut dan menghemat energi.

Membuat protein-protein penting, seperti kebanyakan yang terlibat pada


pembekuan darah

Memetabolisme banyak obat-obatan seperti barbiturates, sedatives, and


amphetamines

Menyimpan besi, tembaga, vitamin A dan D, dan beberapa dari vitamin B

Membuat

protein-protein

penting

seperti albumin yang

pengakutan cairan didalam darah dan ginjal

Membantu mengurai dan mendaur ulang sel-sel darah merah

mengatur

Jika hati menjadi radang atau terinfeksi, maka kemampuannya untuk


melaksanakan fungsi-fungsi ini jadi melemah. Penyakit hati dan infeksi-infeksi adalah
disebabkan oleh suatu kondisi yang bervariasi termasuk infeksi virus, serangan bakteri,
dan perubahan kimia atau fisik didalam tubuh. Penyebab yang paling umum dari
kerusakan hati adalah kurang gizi (malnutrition), terutama yang terjadi dengan kecanduan
alkohol.
Gejala-gejala penyakit hati mungkin akut, terjadi tiba-tiba, atau kronis,
berkembang perlahan melalui suatu periode waktu yang lama. Penyakit hati kronis adalah
jauh lebih umum dari pada yang akut. Angka dari penyakit hati kronis dari laki-laki
adalah dua kali lebih tinggi dari wanita. Penyakit hati dapat menjangkau dari ringan
sampai berat tergantung dari tipe penyakit yang hadir.
Hepatitis adalah peradangan hati, paling sering disebabkan oleh infeksi virus. Ada
lima virus hepatitis utama, disebut sebagai tipe A, B, C, D dan E. Kelima jenis menjadi
perhatian terbesar karena beban penyakit dan kematian mereka menyebabkan dan potensi
wabah dan menyebar epidemi. Secara khusus, tipe B dan C menyebabkan penyakit kronis
pada ratusan juta orang dan, bersama-sama, adalah penyebab paling umum dari sirosis
hati dan kanker.
Hepatitis A dan E biasanya disebabkan oleh konsumsi makanan yang
terkontaminasi atau air. Hepatitis B, C dan D biasanya terjadi sebagai akibat kontak
parenteral dengan cairan tubuh yang terinfeksi. Mode umum dari transmisi untuk virus ini
termasuk penerimaan darah atau produk darah yang terkontaminasi, prosedur medis
invasif menggunakan peralatan yang terkontaminasi dan untuk transmisi hepatitis B dari
ibu ke bayi saat lahir, dari anggota keluarga untuk anak, dan juga melalui kontak seksual.
Infeksi akut dapat terjadi dengan gejala yang terbatas atau tidak ada, atau mungkin
termasuk gejala seperti sakit kuning (menguningnya kulit dan mata), urin gelap, kelelahan
ekstrim, mual, muntah dan nyeri perut. (WHO,2011)

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyakit Hepatitis
Dalam bahasa medis, hepatitis berarti peradangan hati. Penyebab peradangan
ini bisa bermacam-macam, mulai virus, bahan kimia, obat-obatan, hingga alkohol.
Beberapa jenis virus hepatitis yang ada, yaitu A, B, C, D, E.
Untuk mengetahui tentang penyakit yang satu ini, dokter Batalyon Kesehatan
2 Marinir, dr I Made Budi Wirawan memberi pemaparannya.. Di antara semua jenis
virus ini, virus hepatitis B dan C merupakan penyebab infeksi hati menahun (kronik)
dan dapat berakhir pada sirosis, kanker hati, dan kematian. Tidak seperti hepatitis A
dan B, hepatitis C belum ada vaksinnya.
Virus hepatitis ini menyerang sel di dalam hati dan menggunakan hati sebagai
tempat berkembang biak.Ketika tubuh menyerang virus ini dengan mengirim limfosit
(sejenis sel darah putih) ke hati, terjadilah peradangan. Peradangan ini adalah respons
yang normal terhadap infeksi.
Namun, bila hal itu terus berlangsung, zat-zat kimia yang dikeluarkan limfosit
dapat menyebabkan kerusakan sel hati. Jika sel hati rusak, maka tidak dapat berfungsi
dengan baik dan mati.
Beberapa dari sel hati ini dapat tumbuh kembali, tetapi perusakan yang parah
dapat berakibat pada terjadinya fibrosis (terbentuknya jaringan parut pada hati).
Fibrosis menyebabkan kemunduran semua fungsi hati.
Bila diteruskan, jaringan parut akan mengeras dan menggantikan sebagian
besar sel hati yang normal. Kondisi ini disebut sirosisistilah medis untuk
pengerasan hati. Bila seseorang mengalami sirosis, itu berarti bahwa sebagian besar
hatinya telah rusak dan tidak bisa berfungsi lagi dengan normal.
Sirosis bisa sangat berbahaya bila tidak ditangani dengan benar dan bisa tidak
terdeteksi hingga bertahuntahun lamanya. Sebagian besar orang yang terinfeksi
hepatitis tidak menunjukkan gejala sehingga disebut sebagai silent disease.
Padahal, jika tidak ditangani dengan baik, sekitar 15-20 tahun mendatang bisa
menyebabkan kelainan hati serius seperti sirosis dan juga kanker hati. Sebagian besar

penderita hepatitis baru mengetahui jika dirinya terinfeksi saat melakukan


pemeriksaan kesehatan (medical chek up) atau saat mau donor darah.
Beberapa tanda-tanda yang bisa terlihat jika seseorang mengalami gangguan
hati, yaitu:
1. Demam bisa disertai dengan menggigil.
2. Air seni berwarna kuning gelap seperti teh. Buang air besar tidak teratur, biasanya
tidak setiap hari.
3. Mengalami perubahan warna kulit. Kulit dan mata menjadi kekuning-kuningan
sehingga sering disebut penyakit kuning.. Hal ini disebabkan tingginya level
bilirubin, zat yang diproduksi sel-sel darah merah yang sudah tua dan normalnya
dibuang oleh liver. Pada penderita hepatitis, infeksi virus menyebabkan
peradangan pada sel hati sehingga bilirubin disimpan oleh kantung empedu dan
masuk ke usus dan darah yang menyebabkan warna kulit dan bola mata tampak
kekuningan.
4. Kehilangan nafsu makan yang menyebabkan berat badan menurun.Pasien
mungkin menjadi anemia dan sering merasa mual.
5. Perut kembung, penuh gas, dan terjadi gangguan percernaan setelah makan.
6. Nyeri perut kanan atas hingga perut terlihat buncit. Ini karena pembengkakan di
bawah tulang rusuk kanan bawah yang merupakan keluhan umum dari pasien hati.
Hal ini dapat memberikan tekanan berat pada diafragma yang kadang jadi sakit

saat bernapas
Beberapa cara untuk mencegah seseorang mengalami gangguan hati, yaitu:
Hindari alkohol dan segala jenis makanan atau obat yang bersifat toksik terhadap
hati. Hati menganggap alkohol sebagai zat beracun, jadi hati menyaring dan
membuangnya. Ketika seseorang terinfeksi hepatitis C, alkohol dapat secara
signifikan meningkatkan perusakan hati. Hindari konsumsi alkohol bersamaan
dengan asetaminofen (obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas di pasaran).
Ketika Anda mengonsumsinya secara bersamaan, hal itu dapat memperparah

perusakan hati.
Makanlah makanan sehat. Ketika hati Anda mengalami kerusakan, tubuh tidak
akan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.Anda akan merasa lelah atau lemas.
Anda juga akan kehilangan nafsu makan. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk
menjaga asupan nutrisi harian yang Anda butuhkan untuk menjaga berat badan

dan energi pada level yang seharusnya.


Minumlah air yang banyak. Air adalah salah satu bagian penting yang
berpengaruh di dalam fungsi tubuh. Air membantu menghilangkan racun dan
membantu melakukan proses penyerapan terhadap nutrisi penting. Meminum air

dalam jumlah yang diperlukan juga dapat membantu menghilangkan efek samping
selama pengobatan atau terapi. Namun, perlu juga diperhatikan, apabila Anda
sudah mengalami sirosis, pengurangan cairan perlu dilakukan jika tubuh Anda
-

mengandung terlalu banyak cairan.


Mengurangi garam dalam pola makan Anda.Ketika penyakit hati menjadi semakin
parah, ginjal akan bereaksi untuk menyimpan garam dan air. Garam berfungsi
seperti spons yang menyerap air. Hal ini menyebabkan penumpukan cairan dalam
tubuh. Mengurangi garam dalam pola makan dan membatasi jumlah cairan yang
masuk ke dalam tubuh, dapat membantu Anda mengurangi penumpukan kadar

cairan dalam tubuh.


Dapatkan vaksinasi untuk mencegah hepatitis A dan hepatitis B.Ko-infeksi
hepatitis C dengan jenis hepatitis yang lain dapat menyebabkan kerusakan hati
yang lebih parah lagi. Walaupun belum ada vaksin untuk hepatitis C, vaksinasi
untuk mencegah penderita hepatitis C dari infeksi virus hepatitis A dan hepatitis B
dapat dilakukan. Berkonsultasilah dengan dokter mengenai tindakan vaksinasi ini.
Walaupun hepatitis B dan C dapat menyebabkan timbulnya jaringan parut dan
radang pada hati, pengobatan yang tepat dapat membantu mengurangi peradangan
yang terjadi.

B. Macam-macam Penyakit Hepatitis


Virus hepatitis banyak jenisnya, diantaranya yaitu :
1. Hepatitis A
Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali
menyebabkan kematian, Virus hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya
melalui kotoran/tinja penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman
yang terkomtaminasi, bukan melalui aktivitas sexual atau melalui darah. Sebagai
contoh, ikan atau kerang yang berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran
manusia penderita.
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala,
sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam,
diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama
sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap
penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak
berlanjut ke hepatitis kronik.

Masa inkubasi 30 hari Penularan melalui makanan atau minuman yang


terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak
atau makan kerang yang setengah matang. Minum dengan es batu yang prosesnya
terkontaminasi. Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama
4 minggu setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan
suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk
homoseks merupakan risiko tinggi tertular hepatitis A.
Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A seperti minggu pertama
munculnya yang disebut penyakit kuning, letih dan sebagainya diatas, diharapkan
untuk tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayan kesehatan
terdekat

untuk mendapatkan

pengobatan

dari gejala

yang timbul seperti

paracetamol sebagai penurun demam dan pusing, vitamin untuk meningkatkan daya
tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan
muntah.
Sedangkan langkah-langkah yang dapat diambil sebagai usaha pencegahan
adalah dengan mencuci tangan dengan teliti, dan suntikan imunisasi dianjurkan bagi
seseorang yang berada disekitar penderita.
2. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya
didunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati
dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti hal Hepatitis C, kedua
penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati. Proses penularan
Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak dengan darah dari orang
yang terinfeksi Hepatitis B.

Dibandingkan virus HIV, virus Hepatitis B (HBV) seratus kali lebih ganas
(infectious), dan sepuluh kali lebih banyak (sering) menularkan. Kebanyakan gejala
Hepatitis B tidak nyata.
Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang
disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai
dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan
berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan
sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi.
Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai
dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN).
Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda
virologi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan
untuk diagnosis dan evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti
HBe dan HBV DNA (4,5).
Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum
sangat penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan
biokimiawi yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT.
Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktivitas kroinflamasi. Oleh karena
itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi.
Pasien dengan kadar ALT yang menunjukkan proses nekroinflamasi yang
lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal
memiliki respon serologi yang kurang baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien
dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil
pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif.
Sedangkan tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat
kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan
manajemen anti viral.
Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala tersebut dapat
berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam
ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas.

Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak
kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti teh.
Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap
virus Hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan
kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh.
Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi
carrier inaktif. Ketiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di
atas) maka penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis.
Hepatitis B merupakan bentuk Hepatitis yang lebih serius dibandingkan
dengan jenis hepatitis lainnya. Penderita Hepatitis B bisa terjadi pada setiap orang
dari semua golongan umur. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus Hepatitis
B ini menular.
Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus
Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah
persalinan.
Secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar,
tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan penggunaan alat kebersihan
diri (sikat gigi, handuk, dll) secara bersama-sama. serta hubungan seksual dengan
penderita.
Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor
akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif terhadap Hepatitis, Sipilis
dan HIV.
Sesungguhnya, tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti. Dari hasil
pemeriksaan darah, dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena dan sekarang
sudah kebal, atau bahkan virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang hendak
menikah, tidak ada salahnya untuk memeriksakan pasangannya untuk menenularan
penyakit ini.
Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, akan tetapi umumnya bagi mereka
yang berusia produktif akan lebih beresiko terkena penyakit ini dan yang merupakan
pecandu narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.
Hepatitis B termasuk penyakit yang bisa dicegah melalui vaksinasi. Namun,
bagi mereka yang sudah telanjur terinfeksi, pengobatan adalah satu-satunya pilihan.
Tujuan utama pengobatan adalah menghambat replika virus dengan menstimulasi
sistem imunitas tubuh, menghambat berhentinya kerusakan organ hati, dan
mengurangi risiko timbulnya sirosis hati dan kanker hati
Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang ditegakkan
maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis

B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan
secara injeksi..
a.

Pengobatan oral yang terkenal adalah :


- Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal
dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak,
Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu
-

penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter.


Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan lebih
efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk

terhadap fungsi ginjal.


Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita Hepatitis
B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih,
mual dan terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan
pemberian obat ini belum dikatakan stabil.

b. Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah ;


Pemberian suntikan Microsphere yang

mengandung

partikel

radioaktif

pemancar sinar yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan
sehat di sekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang INTRON A,
INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali
dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping pemberian obat ini
adalah depresi, terutama pada penderita yang memilki riwayat depresi sebelumnya.
Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan
demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol.
Langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit Hepatitis B adalah
pemberian vaksin terutama pada orang-orang yang beresiko tinggi terkena virus ini,
seperti mereka yang berprilaku sex kurang baik (ganti-ganti pasangan/homosexual),
pekerja kesehatan (perawat dan dokter) dan mereka yang berada didaerah rentan
banyak kasus Hepatitis B.
3. Hepatitis C
Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis
C (VHC). Virus Hepatitis C masuk ke sel hati, menggunakan mesin genetik dalam sel
untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian menginfeksi banyak sel lainnya.
Proses penularannya melalui kontak darah {transfusi, jarum suntik (terkontaminasi),
serangga yang mengigiti penderita lalu mengigit orang lain disekitarnya}.

Penderita Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang jelas, akan


tetapi pada penderita Hepatitis C kronik menyebabkan kerusakan/kematian sel-sel hati
dan terdeteksi sebagai kanker (cancer) hati. Sejumlah 85% dari kasus, infeksi
Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun. Dalam
waktu tersebut, hati bisa rusak menjadi sirosis (pengerasan hati), stadium akhir
penyakit hati dan kanker hati.

Salah satu gejala umum dari Hepatitis C adalah kelelahan kronis. Kelelahan
juga bisa sebagai efek samping pengobatan Hepatitis C. Rasa lelah akibat Hepatitis C
dapat diatasi dengan istirahat cukup dan menjalankan olah raga yang rutin.
Virus Hepatitis C sangat pandai merubah dirinya dengan cepat. Sekarang ini
ada sekurang-kurangnya enam tipe utama dari virus Hepatitis C (yang sering
disebut genotipe) dan lebih dari 50 subtipenya.
Hal ini merupakan alasan mengapa tubuh tidak dapat melawan virus dengan
efektif dan penelitian belum dapat membuat vaksin melawan virus Hepatitis C.
Genotipe tidak menentukan seberapa parah dan seberapa cepat perkembangan
penyakit Hepatitis C, akan tetapi genotipe tertentu mungkin tidak merespon sebaik
yang lain dalam pengobatan.
Sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala,
walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya.
Jika gejala-gejala di bawah ini ada yang mungkin samar :

Lelah

Hilang selera makan

Sakit perut

Urin menjadi gelap

Kulit atau mata menjadi kuning (disebut "jaundice") jarang terjadi

Dalam beberapa kasus,Hepatitis C dapat menyebabkan peningkatan enzim


tertentu pada hati, yang dapat dideteksi pada tes darah rutin. Walaupun demikian,
beberapa penderita Hepatitis C kronis mengalami kadar enzim hati fluktuasi ataupun
normal.
Meskipun demikian, sangat perlu untuk melakukan tes jika anda pikir anda
memiliki resiko terjangkit Hepatitis C atau jika anda pernah berhubungan dengan
orang atau benda yang terkontaminasi. Satu-satunya jalan untuk mengidentifikasi
penyakit ini adalah dengan tes darah.
Penularan Hepatitis C biasanya melalui kontak langsung dengan darah atau
produknya dan jarum atau alat tajam lainnya yang terkontaminasi. Dalam kegiatan
sehari-hari banyak resiko terinfeksi Hepatitis C seperti berdarah karena terpotong atau
mimisan, atau darah menstruasi. Perlengkapan pribadi yang terkena kontak oleh
penderita dapat menularkan virus Hepatitis C (seperti sikat gigi, alat cukur atau alat
manicure). Resiko terinfeksi Hepatitis C melalui hubungan seksual lebih tinggi pada
orang yang mempunyai lebih dari satu pasangan.
Penularan Hepatitis C jarang terjadi dari ibu yang terinfeksi Hepatitis C ke
bayi yang baru lahir atau anggota keluarga lainnya. Walaupun demikian, jika sang ibu
juga penderita HIV positif, resiko menularkan Hepatitis C sangat lebih
memungkinkan. Menyusui tidak menularkan Hepatitis C.
Jika anda penderita Hepatitis C, anda tidak dapat menularkan Hepatitis C ke
orang lain melalui pelukan, jabat tangan, bersin, batuk, berbagi alat makan dan
minum, kontak biasa, atau kontak lainnya yang tidak terpapar oleh darah. Seorang
yang terinfeksi Hepatitis C dapat menularkan ke orang lain 2 minggu setelah
terinfeksi pada dirinya.
Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat
seperti Interferon alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Adapun tujuan
pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh anda sedini
mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium akhir penyakit
hati. Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang cukup lama
bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu perlu
penanganan pada stadium awalnya.
4. Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak
lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan
melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis

D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat
progresif.

5. Hepatitis E
Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan
sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), kecuali bila terjadi
pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui air
yang terkontaminasi feces dan secara oral-anal, menyebabkan hepatitis E merupakan
penyakit endemic di Negara kurang berkembang. Enteritis merupakan gejala yang
menyertai penyakit ini, dan tidak ditemukan fase kronik atau terjadinya pengidap.

Klasifikasi virus hepatitis, petanda infeksi dan perjalanan penyakitnya :


No

Virus Hepatitis

DNA / RNA

Penyebaran

Petanda Infeksi

Perjalanan Penyakit

A (VHA)

RNA

Fekal-Oral

IgM VHA

Akut

B (VHB)

DNA

Kontak/Darah

HBsAg

Akut & Kronik

C (VHC)

RNA

Transfusi

Anti VHC

Akut & Kronik

D (VHD)

RNA

Kontak/Darah

Partikel D

Akut

E (VHE)

RNA

Fekal-Oral

IgM VHE

Akut + enteritis

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.

A. Kesimpulan
Hepatitis berarti peradangan hati. Penyebab peradangan ini bisa bermacammacam, mulai virus, bahan kimia, obat-obatan, hingga alkohol. Beberapa jenis

2.

virus hepatitis yang ada, yaitu A, B, C, D, E.


Secara umum, penyakit hepatitis mempunyai gejala klinis yang hampir sama

3.

dengan tipe yang lainnya, diantaranya yaitu :


- Demam bisa disertai dengan menggigil.
- Air seni berwarna kuning gelap seperti teh.
- Buang air besar tidak teratur, biasanya tidak setiap hari.
- Kulit dan mata menjadi kekuning-kuningan.
- Kehilangan nafsu makan yang menyebabkan berat badan menurun.
- Pasien mungkin menjadi anemia dan sering merasa mual.
- Perut kembung, penuh gas, dan terjadi gangguan percernaan setelah makan.
- Nyeri perut kanan atas hingga perut terlihat buncit.
Setiap jenis virus hepatitis mempunyai cara penularan, pengobatan serta
pencegahan yang berbeda-beda.
B. Saran

1.

Jaga kebersihan diri sendiri, seperti tidak menggunakan barang-barang secara


2.
3.
4.
5.
6.
7.

bersamaan dan mencuci tangan sebelum melakukan sesuatu.


Cek kesehatan bila mengalami gejala-gejala seperti diatas.
Hindari alkohol dan segala jenis makanan atau obat yang bersifat toksik terhadap
hati.
Makanlah makanan sehat (Memulai hidup dengan pola hidup sehat dan teratur).
Minumlah air yang banyak.
Mengurangi garam dalam pola makan Anda
Dapatkan vaksinasi untuk mencegah virus hepatitis.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Liver. http://www.totalkesehatananda.com/liver2.html. Diakses


pada
20 Juli 2011.
Anonim. 2011. Apa itu Hepatitis, Pengertian, Penyakit.
http://beritahothariini.blogspot.com/2011/03/apa-itu-hepatitis-pengertianpenyakit.html. Diakses pada 20 Juli 2011.
Anonim. 2011. Hati Rusak Tubuh Menjadi Kuning.
http://health.kompas.com/read/2011/07/13/11121786/Hati.Rusak.Tubuh.Menjadi.
Kuning . Diakses pada 20 Juli 2011.
Anonim. 2007. Penyakit Hepatitis.
http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-

hepatitis.html. Diakses pada

20 Juli 2011.
Anonim. 2011. http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=37. Diakses pada
20 Juli

2011.

Anonim. 2009. Penyakit Hepatitis B.


http://mypotik.blogspot.com/2009/08/penyakit-

hepatitis-b.html. Diakses

pada 20 Juli 2011.


Anonim. 2011. Hepatitis Cikal Bakal Kanker.
http://health.kompas.com/read/2011/06/25/08265788/Hepatitis.Cikal.Bakal.Kank
er. Diakses pada 20 Juli 2011.

Anonim. 2011. Hepatitis B. http://www.totalkesehatananda.com/hepatitisb1.html.


Diakses pada 20 Juli 2011.
Azzam. 2011. Penyakit Hepatitis.
http://azzam.mojokertocyber.com/artikel/artikelkesehatan/197-penyakithepatitis .

Diakses pada 20 Juli 2011.

Pringgoutomo Sudarto,dkk . 2002. Buku Ajar Patologi I (Umum) Edisi Ke-1. Jakarta.
Seto Sagung.
Tarsiadi. 2011. Hepatitis B. http://tarsiadi.com/obat-penyakit/tag/makalahhepatitis-b. .

Diakses pada 20 Juli 2011.

WHO. 2011. Hepatitis. http://www.who.int/topics/hepatitis/en/. Diakses pada 20


Juli 2011.

TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH PATOLOGI UMUM

VIRUS HEPATITIS

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Patologi Umum
semester II Tahun 2010/2011

Oleh :
STEVY E.N PURBA
G1B010013

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2011

MAKALAH HEPATITIS

BAB I
PENDAHULUAN

Hati adalah salah satu organ yang paling penting. Organ ini berperan sebagai gudang
untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi. Memerangi racun dalam tubuh seperti
alkohol, menyaring produk-produk yang tidak berguna lagi dari darah dan bertindak sebagai
semacam pengaruh bagian tubuh yang menjamin terjadinya keseimbangan zat-zat kimia
dalam sistem itu.
Salah satu penyakit yang menyerang hati adalah penyakit hapatitis. Istilah Hepatitis
dipakai untuk semua jenis peradangan hati (liver) disebabkan mulai dari virus atau obatobatan. Virus yang menyebabkan penyakit ini berada dalam cairan tubuh manusia yang
sewaktu-waktu bisa ditularkan keorang lain. Beberapa jenis virus hepatitis yang diketahui
diantaranya adalah : Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C, Hepatitis D, Hepatitis F, dan
Hepatitis G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut (Hepatitis A), bisa kronik
(Hepatitis B & Hepatitis C) dan bisa juga kemungkinan menjadi kanker hati (Hepatitis B).
Perbedaan antara virus hepatitis ini terlatak pada kronisitas infeksi dan kerusakan jangka
panjang yang ditimbulkan.
Untuk mendeteksi adanya penyakit hepatitis perlu dilakukan serangkaian tes fungsi hati
dan sifatnya enzimatik (menguji kadar enzim), yaitu :
1. Enzim yang berkaitan dengan kerusakan hati antara lain SGOT, SGPT, GLDH, LDH.
2. Enzim yang berhubungan dengan adanya penanda adanya sumbatan pada kantung
empedu, yaitu gamma GT dan alkali phosfatase.
3. Enzim yang berhubungan dengan kapasitas sintesis hati, yaitu kolinesterase.
Pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan serologi (sel), yaitu : HbsAg, HbeAg,
anti Hbe dan anti HBv DNA.
Jika serangkaian tes menandakan adanya gangguan hati dan diagnosa menunjukan adanya
hepatitis.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Deskripsi penyakit
1. Hepatitis A
Hepatitis A adalah jenis peradangan hati yang disebabakan oleh suatu virus RNA
dari famili enterovirus. Masa inkubasi penyakit ini adalah 30 hari. Penularannya
dapat melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses pasiaen. Saat ini
sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah
suntikan pertama sedangkan untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan
vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk
homoseks merupakan resiko tinggi tertular hepatitis A.
Sering kali infeksi hepatitis A pada anak tidak menimbulkan gejala sedangkan
pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual,
nyeri perut, mata kuning, dan hilangnya nafsu makan.
B. Hepatitis B
Hepatitis B adalah salah satu peradangan hati yang disebabkan oleh suatu virus
hepatitis B. Hepatitis B muncul dalam darah dan menyebar melalui kontak dalam
darah, air mani dan cairan vagina yang terinfeksi atau penggunaan bersama jarum
obat. Hepatitis B merupakan penyakit yang dapat berjalan akut maupun kronik.
Sebagian penderita hepatitis B akan sembuh secara sempurna dan mempunyai
kekebalan seumur hidup, tapi sebagian lagi gagal memperoleh kekebalan. Virus
hepatitis B dengan komponen antigen permukaan (HbsAg). Diameter 42 nm,

dengan core 4 nm. coat virion merupakan surface antigen atau HbsAg .
Suface antigen biasanya diproduksi berlebihan sehingga dijumpai dalam darah
penderita. Pada hepatitis agresif, hati mengalami peradangan kronik, fibrotik dan
mengecil dan dapat menjurus. Gejalanya meliputi penyakit kuning, lemah, rasa
sakit pada perut dan muntah.

C. Hepatitis C
Hepatitis C adalah penyakit hati yang menular melalui darah yang disebabkan
oleh virus hepatitis C (VHC). VHC menginfeksi hati menggunakan mesin geneti
dalam sel untuk menduplikasi virus hepatitis C yang akan menginfeksi sel-sel
lainnya sehingga menyebabkan radang dan kerusakan hati, kanker hati bahkan
kematian dikarenakan sampai saat ini tidak adanya vaksin hepatitis C. Infeksi
hepatitis C disebut juga sebagai infeksi terselubung. Hal ini karena infeksi dini
VHC bisa jadi tidak bergejala atau bergejala ringan atau tidak khas. Hepatitis C
ditularkan melalui kontak seksual, penggunaan obat-obatan dengan jarum,
pemakaian pisau cukur atau sikat gigi secara bersama.
Penularan VHC terutama parenteral. Umumnya terjadi setelah mendadak kontak
darah, seperti transfusi darah atau produk darah lainnya. Selain itu virus ini juga
dapat menular melalui cairan kelamin (saat hubungan seksual) dan ASI dari ibu
pengidap hepatitis C ke bayinya.
Gejala hepetitis C mirip dengan infeksi hepatitis B. Masa inkubasi berkisar antara
15-150 hari dengan rata-rata 8 minggu. Keluhan dan gejala yang ada antara lain
kuning, air seni berwarna gelap,mual, muntah, kembung, tidak nafsu makan, rasa
lelah, demam, menggigil, sakit kepala, sakit perut, mencret, sakit pada sendi dan
otot, serta rasa pegal-pegal.

D . Hepatitis D
Hepatitis D adalah hepatitis D yang disebabkan oleh virus hepatitis D (VHD) atau
virus delta, virus ini adalah virus yang unik, yang tidak lengkap dan untuk
replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitits D. Penularan melalui hubungn
seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala hepatitis D bervariasi, dapat
muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.
E . Hepatitis E
Gejala hepatitis ini mirip dengan hepatitis A, demam, pegel linu, lelah, hilang
nafsu makan dan sakit perut. Penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya (selflimited), kecuali bila terjadi pada kehamilan. Penularannya melalui kontaminasi
feses.

F . Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat
hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
G . Hepatitis G
Gejalanya serupa denga penyakit hepatitis C, sering kali infeksi bersamaan
dengan hepatitis B dan / C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun
kronik. Penularannya melalui transfusi darah jarum suntik.
2. Gejala klinis
Dari semua jenis penyakit / tingkatan penyakit hepatitis dapat diketahui bahwa gejala
awal yang dirasakan oleh penderita hampir sama diantaranya rasa lelah, demam,
diare, mual, muntah, sakit perut, mata kuning, sakit kepala dan hilangnya nafsu
makan. Gejala ini dapat muncul sebagai gejala yang ringan atau amat progresif.
Kadang-kadang ditemukan penderita yang tanpa gejala.

3. Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala yang dikeluhkan dan pemeriksaan
laboratorium khususnya pemeriksaan immunologi mencakup pemeriksaan HbsAg,
HbeAg, Anti-Hbe, HbcAg, dan VHB-DNA. Pemeriksaan laboratoriun ini dapat
dilakukan dengan 2 metode yaitu metode STRIP dan ELISA. Yang akan dibahas
disini adalah pemeriksaan Hepatitis metode strip.
Tahap pertama tes strip HBsAg adalah suatu rapid test yang secara visual mendeteksi
antigen dalam serum, dan membantu dalam mendiagnosa penyakit infeksi hepatitis b.
hasil test dapat dibaca secara visual tanpa bantuan alat instrument lain.
Prinsip kerja : sandwich immunoassay untuk mengukur HBsAg dalam serum.
Antibodi monoklonal dan poliklonal digunakan untuk mengidentifikasi HBsAgsecara
spesifik dengan sensitifitas yang tinggi.
Tahap pertama tes strip HBsAg ini hanya membutuhkan 10-20 menit.
Sensitifitas test ini dapat mencapai 5-10 ng/ml.

Pengumpulan bahan sampel


Untuk serum, ambil darah kedalam kontainer tanpa antikoagulan. Biarkan darah
membeku dan pisahkan serum dalam bekuan tersebut. Gunakan serum untuk
pemeriksaan. Jika spesimen tidak dapat diperiksa pada pengambilan spesimen,
simpan spesimen kedalam freezer/bekukan. Sebelum pemeriksaan, letakan spesimen
yang beku tadi dalam ruangan sampai mencapai temperature kamar.

Jangan membekukan atau mencairkan spesimen berulang-ulang.


Prosedur test
Letakan spesimen dan komponen test pada temperature kamar sebelummelakukan
pemeriksaan atau test :
1. masukan test strip sampai batas garis maksimum seperti tertera pada strip kedalam
kontainer yang sudah terisi serum penderita selama 10 detik, jangan melampaui tanda
batas maksimum.
2. kemudian angkat strip tersebut dan tunggu selama 10-15 menit.
3. hasil dapat dibaca dalam 25 menit.
Jangan baca hasil setelah 30 menit
Interpretasi Hasil
1. NEGATIVE
timbul 1 (satu) pita merah muda didaerah control (C) &tidak ada pita didaerah test
(T).
Hasil negative menyatakan tidak terdeteksinya hbsag.
2. POSITIVE
selain timbul pita merah muda pada daerah control (C),akan muncul 1 (satu) pita
merah muda yang nyata didaerah test (T).
Hasil positive menyatakan adanya HBsAg

3. INVALID
sama sekali tidak muncul warna pita baik pada daerah test (T) maupun kontrol (C).
Merupakan indikasi adanya kesalahan prosedur / reagen test yang rusak.

Ganti test dengan alat test yang baru.

MAX C MAX
LINE T

(-) (+) INVALID


Gambar: interprestasi hasil

Penyimpanan dan stabilitas


Penyimpanan strip test pada temperatur normal (4o-30o C). Dan harus dijaga dalam
sinar matahari langsung, kelembaban dan panas,jangan dibekukan.
4. Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan dengan :

Memeriksakan diri ke dokter

Pemberian obat secara rutin

Pemberian vaksin

Menjalankan pola hidup sehat

Hindari aktifitas berat

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Hepatitis adalah penyakit yang menyerang hati yang disebabkan oleh virus atau
obat-obatan. Penyakit ini dapat menyerang laki-laki maupun perempuan dengan
gejala-gejala klinis seperti lelah, demam, mual, muntah, diare, mata kuning, dan
lain-lain atau dapat pula penyakit ini timbul tanpa gejala sehingga tidak terdeteksi.
Penyakit hepatitis ini merupakan penyakit yang dapat menular melalui air liur,
kontak seksual, transfusi darah, jarum suntik dan alat-alat yang terkontaminasi
oleh virus hepatitis. Penyakit ini dapat terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium
khususnya pemeriksaan immunologi mencakup pemeriksaan HbsAg, HbeAg,
Anti-Hbe, HbcAg, HBv-DNA.
2. Saran
Dalam hal ini yang perlu kita lakukan untuk mencegah penyakit ini sebaiknya
masyarakat lebih menjaga diri dari keterpaparan penyakit ini dan lebih dini untuk
memeriksakan diri ke dokter.
Infeksi hepatitis terjadi dengan menyerang salah satu organ paling penting yaitu
hati. Untuk mengurangi keterpaparan infeksi hepatitis dapat dilakukan usahausaha pengobatan sebagai berikut :

Memeriksakan diri ke dokter

Pemberian obat secara rutin

Pemberian vaksin

Menjalankan pola hidup sehat

Hindari aktifitas berat


Mudah-mudahan dengan saran yang kami berikan dapat membantu dalam
pengurangan jumlah penderita hepatitis di kalangan masyarakat terutama di
Indonesia.

Health is my Life
Thursday, 28 March 2013
Makalah Hepatitis

DAFTAR ISI

Kata
Pengantar ...........................................................................................
.............ii
Daftar
Isi .......................................................................................................
.........iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang .............................................................................................
..........iv
Rumusan
Masalah ..............................................................................................
....vi
Tujuan .................................................................................................
...................vi
BAB II
PEMBAHASAN

Definisi
Hepatitis .............................................................................................
.......1
Jenis

jenis

Hepatitis .............................................................................................
...2
Penyebab

dan

Cara

Penularan

Hepatitis .................................................................3
Tanda

dan

Gejala

Hepatitis ....................................................................................4
Pencegahan
Hepatitis .............................................................................................
6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan .........................................................................................
....................8
Saran ..................................................................................................
.....................9
Daftar
Pustaka ...............................................................................................
........10

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis mengucapkan puji dan syukur

yang sebesar-

besarnya kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya yang
berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini.
Adapun judul dari Makalaah ini Hepatitis dan Jenis Jenis Hepatitis
.Penyusunan Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk melengkapi tugas
Bahasa Indonesia dan untuk salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir
semester mata kuliah Bahasa Indoneia di Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK)
Muhammadiyah Pontianak program studi D. III Keperawatan. Dalam

menyelesaikan makalah, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai


pihak baik berupa saran, bimbingan dan dukungan moril dan materil akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan. Untuk itu, izinkanlah penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1.
2.

Ns. Uji Kawuryan, S.Kep


Ai Marhayanti, S.Pd
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis
mengharapkan

saran

dan

kritikan

yang

bersifat

membangun

demi

kesempurnaan makalah ini. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan semua pihak yang membacanya. Amin.

Pontianak, Januari 2013

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat
disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada
kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar
oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus
A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut.
(Ester Monica, 2002 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati
diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit
hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian
setiap tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa
berkembang

menjadi

sirosis

atau

pengerasan

hati

bahkan

kanker

hati.

Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru
terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala
timbul, antara lain badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri
diperut kanan atas, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua,
kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning.
Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan.
Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
yang juga ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman,
virus hepatitis menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari
1.300.000 orang meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya.
Prevalensi di Indonesia sekitar 10-15 persen jumlah penduduk atau sekitar 18
juta jiwa. Dari jumlah yang terinfeksi, kurang dari 10 persen yang terdiagnosis
dan diobati. Sebanyak 90 persen lain tidak menimbulkan gejala sehingga tidak
terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan menjadi penting.

Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan


masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki
morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau
pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus
diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis,
ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan
diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari
keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami
Anoreksia atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi
akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi
produk yang abnormal sehingga klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang
cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak mudah
lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute
parenteral atau enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak
adekuat atau tidak mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi proteinkalori. Nutrisi enteral lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI
tetapi tidak mampu mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral
dapat dipilih karena status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik
atau fungsi dari saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral.
Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan
melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada
anggota keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan
klien

siap

menghadapi

resiko

terburuk

dari

penyakit

hepatitis

beserta

komplikasinya sehingga penderita mampu menyiapkan diri dengan pencegahan


dan pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air bersih yang aman, sistem
pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene secara umum, mencuci
tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai serta selalu
menjaga kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak dilakukan
dengan benar dan teratur berarti keluarga dan penderita harus siap menerima
resiko komplikasi lainnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan
yang tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan
perawat

dalam

memberikan

asuhan

keperawatan,

sehingga

akibat

dan

komplikasi dapat dihindari seperti memberi penjelasan tentang Hepatitis antara


lain: penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, perawatan, penularan dan akibat
yang didapat kalau pengobatan tidak dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


1. apa itu hepatitis?
2. berapa macam/jenis hepatitis?
3. apa penyebab dan bagaimana cara penularan penyakit hepatitis itui?
4. Apa tanda dan gejala dari penyakit hepatitis itu?
5. bagaimana cara pencegahan penyakit hepatitis itu?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui jenis - jenis, cara penularan dan cara pencegahan
penyakit hepatitis

1.4

Manfaat penelitian
Untuk menambah pengetahuan tentang jenis - jenis dan cara pencegahan

penyakit hepatitis.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI HEPATITIS


Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi
hepar terhadap berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol.
(Ester monika, 2002 : 93)
Hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati.
Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh
virus disertai nekrosis dn inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan
kumpulan perubahan klinis, biokomia serta seluler yang khas.
(Brunner & Suddarth, 2002 : 1169)
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis
dalam bahasa awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning.
Padahal definisi lever itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang
berarti organ hati,bukan penyakit hati. Namun banyak asumsi yang berkembang
di masyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang hati. sedangkan istilah
sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan kercunan, karena tidak semua
penyakit kuning disebabkan oleh radang hati, teatapi juga karena adanya
peradangan pada kantung empedu. (M. Sholikul Huda)
Hepatitits adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang
dapat di sebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat
obatan serta bahan bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis


dan klinis, biokimia serta seluler yang khas. (Smeltzer, 2001)

Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hepatitis


adalah suatu penyakit peradangan pada jaringan hati yang disebabkan oleh
infeksi virus yang menyebabkan sel sel hati mengalami kerusakan sehingga
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

2.2 Jenis-jenis Hepatitis


2.2.1. Hepatitis A
Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui
kontaminasi

oral-fekal,

HVA

terdapat

dalam

makanan

dan

air

yang

terkontaminasi. Potensi penularan infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran


cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh berupa endemik. Masa inkubasi : 2-6
minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis. Populasi paling sering terinfeksi
adalah anak-anak dan dewasa muda.

2.2.2. Hepatitis B
Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum suntik,
atau hubungan seks. Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering
tranfusi darah, pengguna obat injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan
keamanan masyrakat yang terpajan terhadap darah; klien dan staf institusi
untuk kecatatan perkembangan, pria homoseksual, pria dan wanita dengan
pasangan heteroseksual, anak kecil yang terinfeksi ibunya, resipien produk darah
tertentu dan pasien hemodialisa. Masa inkubasi mulai 6 minggu sampai dengan
6 bulan sampai timbul gejala klinis.

2.2.3. Hepatitis C
Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab
tersering infeksi hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV
ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui tranfusi
darah. Populasi yang paling sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi,
individu yang menerima produk darah, potensial risiko terhadap pekerja

perawatan kesehatan

dan keamanan masyarakat yang terpajan pada darah.

Masa inkubasinya adalah selama 18-180 hari.

2.2.4. Hepatitis D
Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV
bertambah parah. Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individu
yang mengedap infeksi kronik HBV jadi dapat menyebabkan infeksi hanya bila
individu telah mempunyai HBV, dan darah infeksius melalui infeksi HDV. Populasi
yang sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipien tranfusi
darah multipel (infeksi hanya individu yang telah mempunyai HBV). Masa
inkubasinya belum diketahui secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko
timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan kematian

2.2.5. Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti
air yan tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup
pada atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi
buruk, dan paling sering pada dewasa muda hingga pertengahan.

2.2.6. Kemungkinan hepatitis F dan G


Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para
pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
Sedangkan hepatitis G gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan
dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun
hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.

2.3

Penyebab dan Cara Penularan Hepatitis

2.3.1. Hepatitis A

Hepatitis A pada umumnya dapat di tulari melalui mulut, misalnya


melalaui gelas atau sendok bekas yang di pakai penderita hepatitis A. Kadang
kadang dapat juga melalui keringat penderita atau melalui jarum suntik bekas
yang di pakai pada penderita pengdapa hepatitis A.

2.3.2. hepatitis B
Hampir semua jenis virus hepatitis dapat menyerang manusia. Pada ibu
hamil bila terserang virus ini dapat menularkan pada bayinya yang ada dalam
kandungan atau waktu menyusui bayi itu. Bentuk penularan seperti inilah yang
banyak di jumpai pada penyakit hepatitis B. Pada saat ini jenis hepatitis yang
paling banyak di pelajari ialah hepatitis B dan telah dapat pula di cegah melalui
vaksinasi. Walaupun infeksi virus ini jarang terjadi pada populasi orang dewasa,
kelompok tertentu dan orang yang memiliki cara hidup tertentu berisiko tinggi.
Kelompok ini mencakup:
1) Imigran dari daerah endemis hepatitis b
2) pengguna obat IV yang sering bertukar jarum dan alat suntik
3) Pelaku hubungan seksual dengan banyak orang atau dengan orang yang
terinfeksi
4) Pria homoseksual yaang secara seksual aktif
5) Pasien rumah sakit jiwa
6) Narapidana pria
7) Pasien hemodialisis dan penderita hemofilia yang menerima produk tertenu
dari plasma
8) Kontak serumah denag karier hepatitis
9) Pekerja sossial di bidang kesehatan, terutama yang banyak kontak dengan
darah

2.3.3. hepatitis C

Penularan hepatitis C dan Delta pada orang dewasa bisa terjadi melalui
kontak seksual dan bisa pula melalui makanan dan minuman, suntikan ataupun
transfusi darah. Virus hepatitis C juga berbahaya karena sebagian besar penyakit
Hepatitis C dapat berkembang menjadi kronis/menahun dan menjadi pengidap
yang selanjutnya akan menjadi sumber infeksi bagi orang sekitarnya.

2.3.4. Hepatitis Delta dan hepatitis E


Hepatitis delata dan hepatitis e didduga penularannya melalui mulut,
tetapi belum ada penelitian yang lebih mendalam.

2.4 Tanda dan Gejala


Semua hepatitis Virus mempunyai gejala yang hampir sama, sehingga
secara klinis hampir tidak mungkin dibedakan satu sama lain. Dokter hanya
dapat memperkirakan saja jenis hepatitis apa yang di derita pasiennya dan
untuk

membedakannya

secara

pasyi

masih

diperlukan

bantuan

melalui

pemeriksaan darah penderita.gejala penderita hepatitis virus mula mula


badanya terasa panas, mual dan kadang-kadang muntah, setelah beberapa hari
air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian matanya terlihat kuning, dan
akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis virus biasnya dapat
sembuh setelah satu bulan. Hampir semua penderita hepatitis A dapat sembuh
dengan sempurna, sedangkan penderita hepatitis C dapat menjadi kronis.
Mengenai hepatitis delta dan E belum dapat di ketahui sevara pasti bagaimana
perjalanan penyakitnya.
Sebagian besar penderita hepatitis B akan sembuh sempurna, tetapi
sebagian

kecil

(kira-kira

10%)

akan

mengalami

kronis

(menahun)

atau

meninggal.penderita hepatitis B yang menahun setelah 20-40 tahun kemudian


ada kemungkinan hatinya mengeras(sirosis), dan ada pula yang berubah
menjadi kanker hati.

Gambaran klinis hepatitis virus dapat berkisar dari asimtomatik sampai


penyakit yang mencolok, kegagalan hati, dan kematian. Terdapat tiga stadium
pada semua jenis hepatitis yaitu :

2.4.1

Stadium prodromal,
Disebut periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas virus
selesai dan pasien mulai memperlihatkan tanda-tanda penyakit. Stadium ini
disebut praikterus karena ikterus belu muncul. Antibodi terhadap virus biasanya
belum dijumpai, stdium ini berlangsung 1-2 minggu dan ditandai oleh :
- Malese umum
- Anoreksia
- Sakit kepala
- Rasa malas
- Rasa lelah
- Gejala-gejala infeksi saluran nafas atas
- Mialgia (nyeri otot)

2.4.2 Stadium ikterus.


Dapat berlangsung 2-3 minggu atau lebih, pada sebagia besar orang
stadium ini ditandai oleh timbulnya ikterus, manifestasi lainnya adalah:
- Memburuknya semua gejala yang ada pada stadium prodromal
- Pembesaran dan nyeri hati
- Splenomegali
- Mungkin gatal ( pruritus ) dikulit

2.4.3 Stadium pemulihan.


Biasanya timbul dalam 2-4 bulan, selama periode ini:

- Gejala-gejala mereda termasuk ikterus


- Nafsu makan pulih
- Apabila tedapat splenomegali, akan segera mengecil

2.5 Pencegahan
Pencegahan terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting karena
sampai saat ini belum ada obat yang dapat membunuh virus, sehingga satusatunya jalan untuk mencegah hepatitis virus adalah dengan vaksinasi, tetapi
pada saat ini baru ada vaksin hepatitis B saja, karena memang Hepatitis B
sajalah yang paling banyak diselidiki

baik mengenai perjalanan penyakitnya

maupun komplikasinya.
Saat ini di seluruh dunia terdapat 200 juta orang pengidap hepatitis B
yang tidak menampakkan gejala, tetapi merupakan sumber penularan bagi
manusia sehat. Agarc tubuh menjadi kebal diperlukan vaksinassi dasar mengenai
dasar sebanyak tiga kali vaksinassi hepatitis B. Mengenai jarak waktu pemberian
vaksinasi dasar tergantung dari jenis vaksinasi yang dipakai.
Ada dua vaksin hepatitis B yaitu vaksin yang dibuat dari darah manusia
yang telah kebal Hepatitis B dan vaksin hepatitis yang dibuat dari perekayasaan
sel ragi. Vaksin hepatitis yang di buat dari darah manusia kebal hepatitis di
suntikkan kepada orang sehat sekali sebulan sebanyak tiga kali, sedangan
vaksin hepatitis b yang di rekayasa dari sel ragi diberi kepada penderita sebulan
sekali sebanyak dua kali, lalu suntikan ke tiga baru di beri 5 bulan kemudian.
Untuk memperkuat kekbalan yang telah ada, perllu diberi vaksinasi
penguat. Caranya bermacam-macam ada vaksin yang perlu di ulang setahun
kemudian satu kali, lalu 4 tahun kemudian diberi sekali lagi, selanjutnya setiap 5
tahun sekali. Ada pula jenis vaksin yang perlu diberikan hanya setiap 5 tahun
sekali saja.
Vaksinasi

hepatitis B sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Bayi yang

lahir dari ibu yang mengidap penyakit hpatitis B, harus di vaksinasi hepatitis B
segera setelah lahir, sedangkan bayi lainnya boleh diberi setelah berumur
sebulan.

Secara keseluruhan tindakan pencegahan terhadap hepatitis adalah


dengan memakai sarung tangan bila berkontak dengan darah /cairan tubuh
lainnya, dan harus hati-hati memasang kembali tutup jarum suntik. Perhatikan
cara pembuangan bahan-bahan terkontaminasi dan pembersihan alat-alat dan
permukaan yang terkontaminasi. Bahan pemeriksaan untuk laboratorium harus
diberi label jelas bahwa bahan berasal dari pasien hepatitis. Perlu juga
menjelaskan pentingnya mencuci tangan kepada pasien, keluarga, dan lainnya.

BAB III
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
1. Hepatitis adalah suatu penyakit peradangan pada jaringan hati yang
disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan sel sel hati mengalami
kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Hepatitis terdiri dari beberap jenis, yaitu :
* hepatitis A
* hepatitis B

* hepatitis C
* hepatitis D
* hepatitis E
* kemungkinan hepatitis F dan G
3. Virus-virus yang menyebabkan hepatitis dapat menyebabkan cedera dan
kematian hepatosit dengan secara langsung membunuh sel dan dengan
merangsang reaksi peradangan dan imun yang mencederai atau
menghancurkan hepatosit. Reaksi peradangan melibatkan degranulasi sel mast
dan pelepasan histamin, pengaktivan komplemen, lisis sel-sel yang terinfeksi
dan sel-sel di sekitarnya, serta edema dan pembengkakan interstisium. Respon
imun yang timbul kemidian mendukung respon peradangan. Perangsangan
komplemen dan lisis sel serta serangan antibodi langsung terhadap antigenantigen virus menyebabkan destruksi sel-sel yang terinfeksi. Hati menjadi
edematosa sehingga kapiler-kapiler kolaps dan aliran darah berkurang yang
menyebabkan hipoksia jaringan, akhirnya terbentuk jaringan ikat dan fibrosis
dihati.
4. Semua hepatitis Virus mempunyai gejala yang hampir sama, sehingga secara
klinis hampir tidak mungkin dibedakan satu sama lain.
5. Terdapat tiga stadium pada semua jenis hepatitis yaitu :
a.

Stadium prodromal

b.

Stadium ikterus

c.

Stadium pemulihan
6. Pencegahan terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting karena

sampai saat ini belum ada obat yang dapat membunuh virus, sehingga satusatunya jalan untuk mencegah hepatitis virus adalah dengan vaksinasi.

1.2 SARAN
1.

biasakan untuk selalu hidup bersih dan sehat

2.

selalu periksa kesehatan atau vaksinasi jika sudah terjangkit penyakit

hepatitis

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Pendi. 2011. Makalah tentang Hepatitis (pbh-batusangkar.blogspot.com)


21

Nopember 2011

Posted by fery fe at 09:55


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
No comments:
Post a Comment
Newer PostOlder PostHome
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Blog Archive

2013(8)
o

April(4)

March(4)

Makalah Hepatitis

Makalah teori keperawatan Virginia Henderson

Genetika

About Me

fery fe
View my complete profile

Awesome Inc. template. Powered by Blogger.

Nurlaela Kurnia Rahayu


Kebidanan Harapan Kita - POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

Senin, 26 Maret 2012


Makalah hepatitis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Penyakit infeksi dalam kehamilan adalah penyakit yang disebabkan oleh virus atau

bakteri yang sangat membahayakan bagi ibu hamil. Penyakit ini akan semakin berisiko
apabila dan dapat menyebabkan kematian pada janin yang dikandung ibu hamil Penyakit ini
menjadi suatu masalah dalam kesehatan reproduksi di Indonesia, hal ini disebabkan karena
penyakit infeksi kehamilan dapat mengganggu kesehatan reproduksi dan perkembangan
janin dalam tubuh ibu hamil.
Dampak yang timbul akibat infeksi dalam kehamilan ini, khususnya bagi ibu hamil
tidak dapat diabaikan begitu saja. Masalah tersebut merupakan masalah besar yang
memerlukan penanganan khusus dengan biaya mahal tapi hasilnya tidak begitu
memuaskan.
Penyakit infeksi dalam kehamilan menjadi perhatian dari semua pihak, mengingat
pengaruhnya terhadap keselamatan manusia pada saat ini maupun keselamatan generasi

penerus atau keturunan. Maka dari itu diperlukan penanganan sedini mungkin dengan cara
menjaga kebersihan lingkungan dan makanan serta menghindarkan hubungan seksual yang
tidak sehat. Hepatitis dan penyakit hati lain yang terjadi selama kehamilan harus menjadi
perhatian karena dapat menimbukan masalah kesehatan serius, baik bagi ibu maupun bayi.

Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepa-titis virus adalah sama
dengan wanita tidak hamil pada umuryang sama.Kelainan hepar yang mempunyai
hubungan langsung dengan peristiwa kehamilan, ialah :Acute fatty liver of pregnancy
(Obstetric acute yellow-atrophy).Recurrent intra-hepatic cholestasis of pregnancy. (2)Infeksi
hepatitis virus pada kehamilan tidak berhubungan langsung dengan peristiwa kehamilan,
namun tetap memerlu-kan penanganan khusus, mengingat penyulit-penyulit yang mungkin
timbul baik untuk ibu maupun janin.
1.2 Rumusan Masalah

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengaruh hepatitis pada kehamilan yang akan dibahas pada makalah ini adalah:
Apakah pengertian hepatitis ?
Bagaimana fisiologi hati pada kehamilanan ?
Bagaimana timbulnya hepatitis pada kehamilan ?
Apa pengaruh hepatitis pada kehamilan ?
Bagaimana pengobatan hepatitis pada kehamilan ?
Bagaimana pencegahan hepatitis pada kehamilan ?
1.3 . Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui serta dapat memahami mengenai permasalahan dalam penyakit
hepatitis dalam kehamilan serta upaya penanggulangannya
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit hepatitis pada kehamilan
b. Untuk mengetahui kerja fisiologi hati pada kehamilan
c. Untuk dapat mengetahui penyebaran penyakit hepatitis dalam kehamilan
d. Untuk dapat mengetahui pengaruh penyakit hepatitis dalam kehamilan
e. Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan penyakit hepatitis pada kehamilan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hepatitis pada Kehamilan


Hepatitis merupakan suatu istilah umum untuk terjadinya peradangan pada sel-sel
hati. Hepatitis dapat disebabkan oleh kondisi non-infeksi seperti obat-obatan, alkohol, dan
penyakit autoimun, atau oleh adanya infeksi seperti hepatitis virus.

Penyakit hati biasanya jarang terjadi pada wanita hamil, namun apabila timbul ikterus
pada kehamilan, maka penyebabnya paling sering adalah hepatitis virus.

Adapun ikterus pada kehamilan sebenarnya dapat disebabkan oleh beberapa


keadaan :
a. Ikterus yang terjadi oleh karena kehamilan.
1. Perlemakan hati akut.
2. Toksemia.
3. Kolestatis Intrahepatik.
b. Ikterus yang terjadi bersama dengan suatu kehamilan.
1.Hepatitis Virus
2.Batu Empedu
3.Penggunaan obat-obatan hepatotoksik
4.Sirosis hati
Ikterus dapat timbul pada satu dari 1500 kehamilan, 41% di antaranya adalah
hepatitis virus, 21% oleh karena kolestasis intrahepatik, dan kurang dari 6% oleh obstruksi
saluran empedu di luar hati.

2.2 Fisiologi Hati dalam Kehamilan Normal

Pada kehamilan, hepar ternyata tidak mengalami pembesar-an.Hal ini bertentangan


dengan penelitian pada binatang yangmenunjukkan bahwa hepar membesar pada waktu
kehamilan. Bila kehamilan sudah mencapai trimester ke III, sukar untukmelakukan palpasi
pada hepar, karena hepar tertutup oleh pembesaran rahim. Oleh karena itu bila pada
kehamilan tri-mester ke III hepar dapat dengan mudah diraba, berarti sudah terdapat
kelainan-kelainan yang sangat bermakna.

Pada kehamilan normal, tes fisologi hati seperti bilirubin dan transaminase serum
biasanya tidak menunjukkan kelainan. Ekskresi BSP biasanya normal, dapat sedikit
terganggu pada trimester ke tiga.Peningkatan fosfatase alkali dalam serum dapat terjadi
pada bulan ke sembilan kehamilan peningkatan ini disebabkan oleh produksi dari
sinsisiotrofoblas dari plasenta.

Kolesterol serum total meningkat sejak bulan ke empat, biasanya mencapai


puncaknya sekitar 250 mg% pada bulan ke delapan, dan jarang melebihi 400 mg%.
Albumin serum menurun sampai maksimal 1 g% dari keadaan sebelum hamil pada
trimester ke tiga, yang biasanya berhubungan dengan status nutrisi orang hamil tersebut.
Globulin meningkat, demikian pula fibrinogen. Dengan pemeriksaan elektroforesis protein
serum penderita, tampak globulin alfa-2 dan beta meningkat, sedangkan globulin gama
sedikit menurun.

Perubahan-perubahan mikroskopik pada hepar akibat keha-milan adalah tidak


khas.Pengaliran darah ke dalam hepar tidak mengalami perubahan,meskipun terjadi
perubahan yang sangat menyolok pada sistem kardio vaskuler.Wanita hamil sering
menunjukkan tanda-tanda mirip adanyapenyakit-penyakit hepar, misalnya : spider naevi dan
eritema palmaris
Adanya spider nevi dan eritema palmaris bukan disebabkan oleh gangguan faal hati,
melainkan oleh karena estrogen yang meningkat pada kehamilan;tanda-tanda ini dapat
terjadi pada 2/3 wanita hamil yang berkulit putih, dan sedikit pada kulit berwama.
Pemeriksaan biopsi hati tidak menunjukkan kelainan, meskipun kadang-kadang
tampak infiltrasi limfosit yang ringan pada daerah portal, dan pada pemeriksaan dengan

mikroskop elektron terlihat peningkatan retikulum endoplasmik.Aliran darah ke hati juga


tidak mengalami perubahan yang berarti.
Semua protein serum yang disintese dalam hepar akan mengalami perubahan pada
waktu kehamilan. Jumlah protein serum menurun sekitar 20% pada trimester II, akibat
penurunan kadar albumin secara menyolok, sedang fibrinogen justru mengalami kenaikan.

2.3 Hepatitis virus pada Kehamilan

Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan
wanita tidak hamil pada usia yang sama. Sarjana lain mengatakan bahwa di negara sedang
berkembang, wanita hamil lebih mudah terkena hepatitis virus, hal ini erat hubungannya
dengan keadaan nutrisi dan higiene sanitasi yang kurang baik.
Hepatitis virus dapat timbul pada ketiga trimester kehamilan dengan angka kejadian
yang sama;tetapi Siegler dan Keyser mendapatkan angka 9.5% hepatitis virus terjadi pada
trimester I, 32% terjadi pada trimester II, dan 58,5% terjadi pada trimester III.
Gambaran klinik, laboratorium, dan histopatologi adalah sama dengan penyakit
hepatitis virus pada orang tidak hamil.

a. Gambaran Klinik
Penyakit ini biasanya memberikan keluhan demam, anoreksia, nyeri otot, gejalagejala mirip flu (flu-like syndrome), mual atau muntah, serta nyeri perut, yang kemudian
akan diikuti mata atau kulit berwarna kuning, serta buang air kecil akan berwarna
kecoklatan. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai ikterus dan hepatomegali, sedangkan
splenomegali hanya ditemukan pada 2025% penderita.

b. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium akan didapatkan gambaran kerusakan parenkim
hati. Bilirubin serum meningkat, demikian pula, transaminase serum.

c. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi menunjukkan nekrosis sel hati sentrilobuler, infiltrasi sel
radang di segitiga portal, sedangkan kerangka retikulin masih baik.
d. Diagnosis
Diagnosis hepatitis virus pada kehamilan ditegakkan atas dasar gambaran klinik dan
laboratorik yang cukup khas, serta pemeriksaan petanda serologik dari virus hepatitis.

Dalam membuat diagnosis,perlu dibedakan dengan penyakit lain seperti batu


saluran empedu, mononukleosis infeksiosa, leptospirosis, dan penyakit ikterus obstruktif
lainnya. Adanya ikterus yang berat, bilirubin dan transaminase serum yang sangat tinggi,
leukositosis, suhu tubuh meningkat, kesadaran yang menurun sampai koma, defisiensi
faktor pembekuan darah, serta tanda-tanda perdarahan, menggambarkan adanya nekrosis
sel parenkim hati yang luas, dan menunjukkan adanya suatu hepatitis virus tipe fulminan.

e. Pengelolaan
Pengelolaan secara konservatif adalah terapi pilihan untuk penderita hepatitis virus
pada kehamilan.

Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala ikterus hilang dan bilirubin
serum menjadi normal, makanan yang diberikan menzandung kaya kalori dan protein.
Obatobat hepatotoksik harus dihindari, termasuk alkohol dan obatobat yang diekskresi dan
dikonjungasi di hati. Obat-obat yang hepatotoksik antara lain adalah klorpromasin, derivat
fenotiasin, eritromisin estolat, PAS, halotan, klorpropamid, thiourasil, dan nitrofurantoin.
Bila diduga akan terjadi perdarahan pasca persalinan karena defisiensi faktor
pembekuan darah, perlil diberikan vitamin K dan transfusi plasma. Keseimbangan cairan
dan elektrolit harus diperhatikan.

Apabila terdapat tanpa-tanda menjurus ke arah hepatitis fulminan, diit penderita


harus diganti dengan rendah atau tanpa protein; tindakan sterilisasi usus perlu dilakukan
untuk mencegah timbulnya amoniak yang berlebihan.

Beberapa penelitian terakhir

menunjukkan bahwa pemakaian kortikosteroid pada hepatitis fulminan tidak bermanfaat


sama sekali.
Hepatitis virus pada kehamilan bukan merupakan indikasi untuk tindakan terminasi
kehamilan, dan tindakan anestesi serta pembedahan akan menambah morbiditas dan
mortalitas penderita.
f.

Prognosis
Prognosis tergantung pada status nutrisi penderita.4 Untuk hepatitis fulminan

prognosis biasanya jelek, angka kematian mencapai lebih dari 85%.

2.4 Pengaruh Hepatitis pada Kehamilan dan Janin


Bila hepatitis virus terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II maka gejalagejala nya akan sama dengan gejalamhepatitis virus pada wanita tidak hamil. Meskipun
gejala-gejala yang timbul relatif lebih ringan dibanding dengan gejala-gejala yang timbul
pada trimester III, namun penderita hendaknya tetap dirawat di rumah sakit.
Hepatitis virus yang terjadi pada trimester III, akan menimbulkan gejala-gejala yang
lebih berat dan penderita umumnya me-nunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase inilah
acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitasIbu yang sangat tinggi,
dibandingkan dengan penderita tidak hamil. Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo
tropikdisertai kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah
jatuh dalam acute hepatic necrosis Tampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan
prognose.
Penyelidik lain juga menyimpulkan, bahwa berat ringan gejala hepatitis virus pada
kehamilan sangat tergantung darikeadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi

protein,

ditambah

pula

me-ningkatnya

kebutuhan

protein

untuk

pertumbuhan

janin,menyebabkan infeksi hepatitis virus pada kehamilan memberi gejala-gejala yang jauh
lebih berat.Pengaruh kehamilan terhadap berat ringannya hepatitis virus,telah diselidiki oleh
ADAM, yaitu dengan cara mencari hubungan antara perubahan-perubahan koagulasi pada
kehamilan dengan beratnya gejala-gejala hepatitis virus. Diketahuibahwa pada wanita hamil,
secara fisiologik terjadi perubahan-perubahan dalam proses pembekuan darah, yaitu
dengan ke-naikan faktor-faktor pembekuan dan penurunan aktivitasfibrinolitik, sehingga
pada kehamilan mudah terjadi DIC(Disseminated Intra Vascular Coagulation).
Dalam penelitianini terbukti bahwa DIC tidak berperan dalam meningkatkanberatnya
hepatitis virus pada kehamilan.Tetapi sebaliknya, bila sudah terjadi gejala-gejala
hepatitisvirus yang fulminant, barulah DIC mempunyai arti.Hepatitis virus pada kehamilan
dapat ditularkan kepada ja-nin, baik in utero maupun segera setelah lahir. Penularan virus ini
pada janin, dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu :
- Melewati placenta
- Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
- Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
- Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi. Adanya kebocoran plasenta yang menyebabkan
tercampurnya darah ibu dengan darah fetus.
- Tertelannya cairan amnion yang terinfeksi.
- Adanya abrasi pada kulit selama persalinan yang menjadi tempat masuknya virus.
- Tertelannya darah selama persalinan.
- Penularan melalui selaput lendir.

Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis
virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal. Jenis
virus yang lebih banyak dilaporkan dapat menembus placenta, ialah virus type B. Beberapa
bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta, ialah ditemukannya hepatitis antigen
dalam tubuh janin in utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy
pada janin-janin yang mati pada periode neonatal akibat infeksi hepatitisvirus. Hasil autopsy

menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar
sampai suatubentuk cirrhosis. Perubahan-perubahan yang lanjut pada heparini, hanya
mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim. Kelainan yang
ditemukan pada hepar janin, lebih banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan,
bahwa penyebaran virus hepatitis dari Ibu ke janin dapat terjadi secarahematogen.Angka
kejadian penularan virus hepatitis dari Ibu ke janinatau bayinya, tergantung dari tenggang
waktu antara timbulnya infeksi pada Ibu dengan saat persalinan. Angka tertinggididapatkan,
bila infeksi hepatitis virus terjadi pada kehamilantrimester III. Meskipun pada Ibu-Ibu yang
mengalami hepatitis virus padawaktu hamil, tidak memberi gejala-gejala icterus pada bayinya yang baru lahir, namun hal ini tidak berarti bahwa bayi yang baru lahir tidak
mengandung virus tersebut.Ibu hamil yang menderita hepatitis virus B dengan gejala-gejala
klinik yang jelas, akan menimbulkan penularan pada janinnya jauh lebih besar dibandingkan
dengan Ibu-Ibu hamil yanghanya merupakan carrier tanpa gejala klinik.

Dilaporkan,bahwa Ibu hamil yang mengalami hepatitis virus B, dengan gejala yang
jelas, 48% dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya sebagai
carrier Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami viru sB antigenemia.
Meskipun hepatitis virus, belum jelas pengaruhnya terhadapkelangsungan kehamilan,
namun dilaporkan bahwa kelahiranprematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai
hepatitis virus B. Adanya icterus pada Ibu hamil tidak akan menimbulkan kern-icterus pada
janin. Kem icterus terjadi akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari
Ibu-Ibu hamil yang mengalami hemolitik jaundice. Bila penularan hepatitis virus pada janin
terjadi pada waktupersalinan maka gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga
bulan kemudian. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa hepatitisvirus pada Ibu
hamil dapat menimbulkan kelainan kongenitalpada janinnya. Pada pemeriksaan placenta,
dari kehamilan yang disertai hepatitis virus, tidak dijumpai perubahan-perubahan yang
menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan virus B in utero,
maka keadaan ini tidakmemberikan kekebalan pada janin dengan kehamilan berikutnya.
Bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis B akut maupun kronik, perlu diberi
pengobatan imunoprofilaksis

2.5 Pengobatan

Pengobatan infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak
hamil. Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan bilirubin
dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit mengandung lemak
tetapitinggi protein dan karbohydrat. Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya
dihindari.Kortison baru diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingatpada hepatitis virus yang
aktip dan cukup berat, mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan post-partum, karena
menurun-nya kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post
natal dengan dilakukan pemeriksaantransaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus
antigensecara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatankhusus bila tidak
mengalami penyulit-penyulit lain.

2.6 Pencegahan
Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis virus
A hendaknya diberi immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat badan. Gamma globulin
ternyata tidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Terhadap bayi baru lahir dari ibu
penderita hepatitis virus B, imunisasi pasif dengan menggunakan Immunoglobulin Hepatitis
B (HBIG) diberikan untuk mendapatkan antibodi secepat nya guna memerangi virus
hepatitis B yang masuk; selanjutnya disusul dengan imunisasi aktif dengan memakai vaksin.

HBIG diberikan selambat-lambatnya 24 jam pasca persalinan, kemudian vaksin


Hepatitis B diberikan selambat-lambatnya 7 hari pasca persalinan. Dianjurkan HBIG dan
vaksin Hepatitis B diberikan segera setelah persalinan (masing-masing pada sisi yang
berlawanan) untuk mencapai efektivitas yang lebih tinggi
Dosis HBIG yang dianjurkan adalah 0,5 ml i.m. waktu lahir; sedangkan untuk vaksin
dari MSD misalnya diberikan 10 ug (0,5 ml) i.m. bulan 0,1 dan 6 atau vaksin dari Pasteur 5
ug (1 ml) bukan 0, 1, 2 dan 12.
Selain itu, gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi
yang buruk mempermudah penularan hepatitis virus.Untuk kehamilan berikutnya hendaknya
diberi jarak sekurang-kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6
bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laborato-rium telah kembali normal.Setelah
persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukanpemeriksaan laboratorium dalam
waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Bahwa penyebaran penyakit infeksi dalam kehamilan telah sangat menghawatirkan dan perlu
penanganan yang serius
2. Penyakit infeksi dalam kehamilan sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang dan
kondisi kesehatan reproduksi
3. Penanggulangan Penyakit infeksi dalam kehamilan dapat lebih efektif dengan dilakukannya
upaya pencegahan dengan pemeriksaan khusus sedini mungkin sebelum terlambat.
4. Hepatitis dapat disebabkan oleh kondisi non-infeksi seperti obat-obatan, alkohol, dan
penyakit autoimun, atau oleh adanya infeksi seperti hepatitis virus.
5. Penularan virus ini pada janin, dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu :
- Melewati placenta
- Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
- Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
- Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi. Adanya kebocoran plasenta yang menyebabkan
tercampurnya darah ibu dengan darah fetus.
- Tertelannya cairan amnion yang terinfeksi.
- Adanya abrasi pada kulit selama persalinan yang menjadi tempat masuknya virus.
- Tertelannya darah selama persalinan.
- Penularan melalui selaput lendir.

6. Gejala penyakit hepatitis seperti keluhan demam, anoreksia, nyeri otot, gejala-gejala mirip flu
(flu-like syndrome), mual atau muntah, serta nyeri perut, yang kemudian akan diikuti mata
atau kulit berwarna kuning, serta buang air kecil akan berwarna kecoklatan.

7. Penderita hepatitis virus A hendaknya diberi immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat
badan. Gamma globulin ternyata tidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Terhadap
bayi baru lahir dari ibu penderita hepatitis virus B, imunisasi pasif dengan menggunakan
Immunoglobulin Hepatitis B (HBIG) diberikan untuk mendapatkan antibodi secepat nya guna
memerangi virus hepatitis B yang masuk; selanjutnya disusul dengan imunisasi aktif dengan
memakai vaksin.
3.2 Saran
1. Agar penyakit Penyakit infeksi dalam kehamilan dapat dicegah hendaknya ditingkatkan upaya
konseling melalui program KIE kepada masyarakat luas khususnya mereka yang
mempunyai risiko tinggi. Sehingga masyarakat menyadari bahaya yang ditimbulkan dari
penyakit tersebut.
2. Hendaknya kita menjaga agar diri kita bisa terbebas dari penyakit ini, serta petugas
kesehatan dapat memberikan penyuluhan dengan penekanan pada aspek perubahan
perilaku.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hans Tandra, Moh. Yogiantoro, Achmad Hassan, Widawati Soemarto, Hendra


Rahardja. Hepatitis Virus tipe Fulminan pada kehamilan. Acta Media Indon 1988;
XX : 3.
http://www.permatacibubur.com/en/see.php?id=Mar1b&lang=id
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/hepatitis-pada-kehamilan/

Diposkan oleh Nurlaela Kurnia Rahayu di 4:40 PM


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest
1 komentar:
1.

r1baca13 April 2012 17.36

I am very enjoyed for this blog. Its an informative topic. gejala hepatitis It help me
very much to solve some problems.promo diskon
Its opportunity are so fantastic and working style so speedy. jasa seo I think it may be
help all of you. Thanks.
Balas
Muat yang lain...
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Halaman

Beranda

Arsipku

Translate
Powered by

2013(1)

2012(9)

Pengunjung

Oktober(1)

33497

Juli(1)

About nK12

Mei(2)

Maret(4)

Satuan acara
penyuluhan pijat bayi

Materi Caput
Succedaneum

Makalah hepatitis

Tifoid

Februari(1)

2011(7)

2010(1)

Translate

Nurlaela Kurnia Rahayu


Nurlaela Kurnia Rahayu
adalah seorang yang baru
saja Lulus dari Kebidanan
Harapan Kita. Dilahirkan dari
seorang Ibu yang sangat luar
biasa dan mempunyai ayah
yang sangat sangat luar
biasa. Juara III Lomba KTI
antar mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Jakarta III tahun
2012
Lihat profil lengkapku

Pengikut
Kebidanan Harapan Kita

Harkit
Ada kesalahan di dalam gadget ini

Fish
Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.

Askep Hepatitis

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Infeksi virus hepatitis yang oleh masyarakat awam dikenal sebagai penyakit
kuningmasih merupakan masalah kesehatan serius sampai saat ini. Insidens hepatitis yang
terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit tersebut penting
karena mudah ditularkan dan memiliki morbiditas yang tinggi. 60-90% kasus hepatitis
diperkirakan

berlangsung

tanpa

dilaporkan.

Keberadaan

kasus-kasus

subklinis,

ketidakberhasialan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis


diperkirakan turut menjadi penyebab.
Diperlukan asuhan keperawatan yang komprehensif dan peripurna agar hepatitis dapat
sembuh dan yang lebih penting lagi adalah agar pasien mengetahui perawatan dan
pencegahannya di rumah. Dengan perawatan yang sesuai diharapkan hepatitis tidak menjadi
penyakit yang mematikan.
B. TUJUAN
Tujuan pembuatan Laporan Pendahuluan ini adalah :
1. Mengetahui tentang penyakit hepatitis
2. Mengetahui masalah keperawatan yang muncul pada kasus hepatitis.
3. Mengetahui proses keperawatan yang diberikan kepada pasiena hepatitis.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN

Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas/ menyebar , hepatitis virus
merupakan jenis yang paling dominan. Luka pada organ liver dengan peradangan bisa
berkembang setelah pembukaan untuk sejumlah farmakologi dan bahan kimia dari inhalasi ,
ingesti , atau pemberian obat secara parenteral ( IV ). Toxin dan Drug induced Hepatitis
merupakan hasil dari pembukaan atau terbukanya hepatotoxin , seperti : industri toxins ,
alkohol dan pengobatan yang digunakan dalam terapi medik.
Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama perjalanan infeksi dengan
virus-virus lainnya , seperti :
Cytomegalovirus
Virus Epstein-Barr
Virus Herpes simplex
Virus Varicella-zoster
Klien biasanya dapat sembuh secara total dari hepatitis, tetapi kemungkinan mempunyai
penyakit liver residu. Meskipun angka kematian dari hapetitis relatif lama atau panjang , pada
hepatitis virus akut bisa berakhir dengan kematian
B. ETIOLOGI
1. Infeksi Virus
Hepatitis merupakan hasil infeksi yang disebabkan oleh salah satu dari lima golongan
besar jenis virus , antara lain :
Virus Hepatitis A ( HAV )
Virus Hepatitis B ( HBV )
Virus Hepatitis C ( HCV )
Virus Hepatitis D ( HDV ) atau Virus Delta
Virus Hepatitis E ( HEV )
Hepatitis F dan G mempunyai kesamaan atau identitas tersendiri, tetapi jenis ini jarang ada.
2. Obat-obatan, bahan kimia, dan racun.
3. Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.
C. PATOFISIOLOGI
Setelah liver membuka sejumlah agen, seperti virus. Liver menjadi membesar dan mendesak
dengan meradangnya sel-sel hati, lymfosit-lymfosit, bertambahnya cairan, sehingga dalam
kuadran kanan atas terasa sakit dan tidak nyaman. Sebagai kemajuan dan kelanjutan proses

penyakit, pembelahan sel-sel hati yang normal berubah menjadi peradangan yang meluas,
nekrosis dan regenerasi dari sel-sel hepar. Meningkatnya penekanan dalam lintasan sirkulasi
disebabkan karena masuk dan bercampur dengan aliran darah kedalam pembelahan jaringanjaringan hepar ( sel-sel hepar ). Oedema dari saluran-saluran empedu hati yang terdapat pada
jaringan intrahepatik menyebabkan kekuningan.
Data spesifik pada patogenesis hepatitis A, hepatitis , hepatitisD , dan hepatitis E sangat
terbatas. Tanda-tanda investigasi mengingatkan pada manifestasi klinik dari peradangan akut
HBV yang ditentukan oleh respon imunologi dari klien. Komplex kekebalan Kerusakan
jaringan secara tidak langsung memungkinkan untuk manifestasi extrahepatik dari hepatitis
akut B. Hepatitis B diyakini masuk kedalam sirkulasi kekebalan tubuh tersimpan dalam
dinding pembuluh darah dan aktif dalam sistem pengisian. (Dusheiko,1990). Respon-respon
klinik terdiri dari nyeri bercampur sakit yang terjadi dimana-mana.
Phase atau tahap penyembuhan dari hepatitis adalah ditandai dengan aktifitas fagositosis dan
aktifitas enzym, perbaikan sel-sel hepar. Jika tidak sungguh-sungguh komplikasi
berkembang, sebagian besar penyembuhan fungsi hati klien secara normal setelah hepatitis
virus kalah. Regenerasi lengkap biasanya terjadi dalam dua sampai tiga bulan .

D. TANDA DAN GEJALA


Gejala dan tanda penyakit hepatitis adalah sebagai berikut :
-

Selera makan hilang

Rasa tidak enak di perut

Mual sampai muntah

Demam tidak tinggi

Kadang-kadang disertai nyeri sendi

Nyeri dan bengkak pada perut sisi kanan atas (lokasi hati)

Bagian putih pada mata (sklera) tampak kuning

Kulit seluruh tubuh tampak kuning

Air seni berwarna coklat seperti air the


Pada orang dewasa sebagian besar infeksi virus hepatitis akut akan sembuh dan hanya
sebagian kecil (5 10%) yang akan menetap/ menahun.
Pada kasus yang menahun :

Manifestasi bisa tanpa keluhan/ gejala atau dengan keluhan/ gejala ringan
Diagnosis umumnya ditemukan pada waktu mengadakan konsultasi ke dokter, hasil

laboratorium menunjukkan peninggian SGPT/ SGOT.


E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pengkajian Laboratorium.
Ditemukannya Hepatitis A dan B menunjukkan tingkatan nilai enzim hatinya yang akut,
ditunjukkan adanya kerusakan sel-sel hati dan khususnya nilai serologi.
2. Serum Enzim-enzim Liver.
Tingkatan alanine aminotransferase atau ALT bernilai lebih dari 1000 mU/mL dan mungkin
lebih tinggi sampai 4000 mU/mL dalam beberapa kasus virus Hepatitis nilai aspartat
aminotransferase atau AST antara 1000 2000 mU/mL. Alanine pospatase nilai normalnya
30 90 IU/L atau sedikit lebih tinggi. Nilai serum total bilirubin naik kepuncak 2,5 mG/dL
dan berlangsung ketat dengan tanda-tanda klinik penyakit kuning. Tingkatan nilai bilirubin
juga terdapat pada urine.
3. Pemeriksaan serologi.
Dinyatakan terkena Hepatitis A jika virus Hepatitis A anti body ( Anti-HAV ) terdeteksi dalam
darah. Peradangan pada liver yang terjadi secara terus menerus disebabkan oleh HAV
adalah bukti nyata munculnya antibody Imonoglobin M ( Ig M ) yang bertahan dalam darah 4
6 minggu. Infeksi senbelumnya diindikasi dengan munculnya antobodi Imonoglobin G atau
Ig G. Antobodi ini terdapat dalam serum dan melindungi kekebalan HAV secara permanen.
Kemunculan virus Hepatitis B ( HBV ) dapat dinyatakan jika test serologi memperkuat
kemunculan sistem antogen antibody Hepatitis B dalam darah. HBV adalah virus DNA
double shelled yang terdirri dari dalam intim dan diluar kerangka. Antigen terletak diatas
permukaan ataau kerangka virus ( HBSAG ) sangat penting bagi pemeriksaan serologi dan
mereka akhirnya memunculkan diagnosa Hepatitis B. Selama HBSAG terdapat dalam darah
maka klien diperkirakan dapat menularkan Hepatitis B. Ketakutan para peneliti selorogi
selama lebih dari 6 bulan menunjukkan faktor pembawa pada Hepatitis atau hepatitis kronik.
Secara normal tingkatan HBSAG akan mengalami kemunduran dan bahkan menghilang
setelah masa Hepatitis B akut. Munculnya antibody terhadap HBSAG dalam darah
menunjukkan kesembuhan dan kekebalan terhadap Hepatitis B. Hepatitis B bermula saat
antigen ( Hbe AG ) ditemukan didalam serum 1 minggu setelah kemunculan HBs AG,
kemunculan inilah yang menentukan kondisi klien. Seseorang klien yang hasil testnya pada
HbsAG dan HbeAG bernilai positif lebih menularkan penyakit dari pada klien yang testnya
untuk HbsAG positif ddan HbeAG negatif. Kemunculan Hepatitis D bisa dipastikan dengan

mengidentifikasi antigen D pada intrahepatik atau sering kali didapatkan dengan naiknya titer
antibody virus Hepatitis D ( Anti HD ). Penyebaran antigen Hepatitis D ( HDAG )
merupakan diagnosa penyakit akut, tetapi hanya dapat diketahui melalui laporan pemeriksaan
serum. Mereka mempunyai kecanggihan atau alat yang canggih untuk memeriksa test
serologi pada Hepatitis C. Penemuan perdana : Enzim ImonoAssay ( EIA ) yang digunakaan
untuk memriksa antibody virus Hepatitis C ( anti HCV ). Pengujian mereka tidak
membedakaan antara IgM dan IgG. Saat ini penemuan kedua : Enzim ImonoAssay dengan
kemampuan dapat mendeteksi antibody dengan menambahkan antigen sebelum digunakan
dan sekarang ini EIA tidak dapat diandalkan untuk test serologi scrining untuk mgidentifikasi
Hepatitis C. Hal ini akan menambahkan nomor hasil positif yang palsu dengan adanya test
screening yang dilakukan. Pada kejadian yang sama serokan versi dengan Hepatitis C akan
tertunda sanpai tahun depan. Meskipun meningkatnya hasil ImonoAssay akan menambah
spesifikasi dan sensitifitas untuk test. Anti HCV menentukan diagnosa yang tepat, merupakan
kombinasi dari pemeriksaan secara klinis biokimia dan hasil serologi. Hal ini bukan untuk
para peneliti serologi Hepatitis E.
4. Pengkajian Radiografi.
Hanya dengan penggunaan X-Ray dapat menemukan pembesaran liver dengan menempatkan
X-Ray tepat diatas bagian abdominal.
5. Pengkajian Diagnosa Yang Lain.
Hepatitis kronik merupakan diagnosa biasa biopsy jaringan perkutan pada liver. Biopsi
membedakan antara antif kronik dengan Hepatitis kronik persisten. Penemuan jaringan lemak
yang masuk pada spesimen biopsy liver dan peradangan dengan neutrofil yang tetap dengan
Hepatitis Laennecs ( yang disebabkan oleh alkohol ).
F. PENATALAKSANAAN
1. Penerangan Perawatan Pencegahan Hepatitis Virus
a.

Gunakan pencegahan umum atau pencegahan substansi tubuh untuk menjaga perpindaham
kuman antara klien atau antara klien dengan staf perawat kesehatan

b. Menghapuskan penggunaan jarum dan benda tajam lainnya dengan mengganti sistem
penggunaan jarum
c.

Ambil vaksin hepatitis B ( hepatovax-B, recombinex HB ) diberikan dengan tiga seri


suntikan. Vaksin ini juga untuk menjaga atau mencegah hepatitis B

d. Untuk postexposure mencegah hepatitis B, lihat atau cari segera perhatian medis untuk
kemungkinan administrasi imuno globulin hepatitis B ( HBIG ) atau imuno globulin ( IG)
e.

Laporkan semua kasus hepatitis pada DEPKES Daerah.

2. Pencegahan Hepatitis Virus


a.

Memelihara sanitasi yang baik dan kebersihan diri. Cuci tangan kamu sebelum makan dan
setelah dari toilet.

b. Minum air yang sudah masak oleh sistem pencucian air


c.

Jika transportasi tidak berkembang atau kota non industri, minum hanya dengan air botol.
Hindarkan makanan yang telah dicuci dengan air, seperti sayuran mentah, buah dan sop.

d. Pergunakan sanitasi yang baik untuk mencegah panyebaran kuman antar anggota keluarga.
Jangan menggunakan bagian tempat tidur dari linen, handuk, alat makan dan gelas minuman
sesama keluarga,
e.

Jangan berbagi jarum suntikan

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b. d agen injury biologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d intake yang kurang adekuan
disebsbkan karena faktor biologi
3. Konstipasi b. d aktifitas yang adekuat
4. Kurang pengetahuan b. D misinterpretasi informasi

DAFTAR PUSTAKA

Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan), Bandung.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung.,
Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim PSIK
UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk
perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M.,
Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta
Kuliah ilmu penyakit dalam PSIK UGM, 2004, Tim spesialis dr. penyakit dalam RSUP dr.Sardjito,
yogyakarta.
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-Year
book.Inc,Newyork
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia,
USA

ASKEP HEPATITIS

Askep Hepatitis

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Hepatitis virus akut merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat
yang penting tidak hanya di Amerika Serikat tapi seluruh dunia. The centers for
Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi
sekitar 3000.000 infeksi virus hepatitis B. Walaupun mortalitas penyakit hepatitis
rendah, faktor morbiditas yang luas dan ekonomi yang kurang memiliki kaitan

dengan penyakit ini. Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi yang
penyebarannya luas, walaupun efek utamanya pada hati.
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan berbagai macam
penyakit khususnya hepatitis. Hepatitis adalah suatu penyakit yang dapat
menimbulkan peradangan hati. Penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau
oleh toksin termasuk alcohol, dan dijumpai pada kanker hati. Gejala dan tanda
masing-masing jenis hepatitis serupa namun cara penularan dan hasil akhirnya
mungkin berbeda.

I.2 Tujuan
Maksud dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih banyak
lagi tentang penyakit hepatitis dan mengetahui bagaimana proses terjadinya
penyakit tersebut. Makalah tersebut juga dijadikan sebagai refrensi dalam proses
perkuliahan.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A.
1.

Konsep Dasar Medis

Pengertian
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau infeksi pada hati (Elizabeth J.
Corwin, 2001). Hepatitis ada yang akut dan ada juga yang kronik. Hepatitis akut
adalah penyakit infeksi akut dengan gejala utama yang berhubungan erat
dengan adanya nekrosis pada jaringan hati (Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3
Jilid I).

Hepatitis kronik adalah suatu sindrom klinis dan patologis yang disebabkan
oleh bermacam-macam etiologi yang ditandai oleh berbagai tingkat peradangan
dan nekrosis pada hati yang berlangsung terus-menerus tanpa penyembuhan
dalam waktu palaing sedikit 6 bulan (Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 3).

2.

Anatomi Fisiologi

a.

Anatomi
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar 1500 gr,
atau 2,5 % berat badan orang dewasa normal. Hati merupakan organ plastis
lunak yang tercetak oleh struktur sekitarnya. Permukaan superior adalah
cembung dan terletak di bawah kubah kanan diafragma dan sebagian kubah kiri.
Bagian bawah hati adalah cekung dan merupakan atap ginjal kanan, lambung,
pankreas, dan usus. Hati memiliki dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan
dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh fissura segmentalis kanan
yang tidak terlihat di luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral
oleh ligamentum falsiforme yang dapat dilihat dari luar. Ligamentum falsiforme
berjalan dari hati ke diafragma dan dinding depan abdomen. Permukaan hati
diliputi oleh peritoneum viseralis, kecuali daerah kecil pada permukaan posterior
yang melekat langsung pada diafragma. Beberapa ligamentum yang merupakan
lipatan peritoneum membantu menyokong hati. Dibawah peritoneum terdapat
jaringan penyambung padat yang dinamakan kapsul glisson, yang meliputi
seluruh permukaan organ ; kapsula ini pada hilus atau porta hepatis di
permukaan inferior, melanjutkan diri ke dalam massa hati, membentuk rangka
untuk cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, dan saluran empedu.
Struktur mikroskopik :
Setiap lobus hati terbagi menjadi struktur-struktur yang dinamakan
lobulus, yang merupakan unit mikroskopis dan fungsional organ (gambar). Setiap
lobulus merupakan badan heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel
hati yang berbentuk kubus, tersusun radial mengelilingi vena sentralis. Diantara
lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang dinamakan sinusoid, yang
merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika. Tidak seperti kapiler lain,
sinusoid dibatasi oleh sel fagositik atau sel kuffer. Sel kuffer merupakan sistem

monosit-makrofag yang lebih banyak daripada yang terdapat dalam hati, jadi
hati merupakan salah satu organ utama sebagai pertahanan terhadap invasi
bakteri dan agen toksik. Selain cabang-cabang vena porta dan arteria hepatica
yang melingkari bagian perifer lobulus hati, juga terdapat saluran empedu yang
sangat kecil yang dinamakan kanalikuli (tidak tampak), berjalan di tengahtengah lempengan sel hati. Empedu yang dibentuk dalam hepatosit dieksresi ke
dalam kanalikuli yang bersatu membentuk saluran empedu yang makin lama
makin besar, hingga menjadi saluran empedu yang besar (duktus koledokus).
Vena porta menerima aliran darah dari saluran limpa dan pankreas. Darah
vena porta ini berbeda dengan darah vena lain karena :
-

Tekanan sedikit lebih tinggi.

Oksigen lebih tinggi, karena aliran darah di daerah splanknikus ini relatif
lebih banyak.

Mengandung lebih banyak zat makanan.

Mengandung lebih banyak sisa-sisa bakteri dari saluran pencernaan.


Volume total darah yang melalui hati 100 1500 ml tiap menit dan
dialirkan melalui vena hepatica kanan dan kiri yang mengosongkannya ke vena
kava inverior.

b.

Fungsi Hati
Selain merupakan organ parenkim yang berukuran besar, hati juga
menduduki urutan pertama dalam hal banyaknya kerumitan dan ragam dari
fungsinya. Hati sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada
hampir setiap fungsi metabolik tubuh; pada tabel di bawah ini dapat dlihat
beberapa fungsi utama hati :

Fungsi Hati
1.

Pembentukan dan ekskresi empedu.

2.

Metabolisme pigmen empedu.

3.

Metabolisme protein.

4.

Metabolisme lemak.

5.

Penyimpanan vitamin dan mineral.

6.

Metabolisme steroid.

7.

Detoksifikasi.

8.

Ruang pengapung dan fungsi penyaring.

9.

Pembentukan urea.

10. Penyimpanan protein

Dari berbagai fungsi tersebut diatas, secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa fungsi dasar hati adalah :
1.)

Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu.

2.)

Fungsi metabolik

3.)

Fungsi pertahanan tubuh

4.)

Fungsi vaskular hati

Fungsi Pembentukan dan Ekskresi Empedu


Hal ini merupakan fungsi utama hati. Saluran empedu mengalirkan,
kandungan empedu menyimpan dan mengeluarkan ke dalam usus halus sesuai
yang dibutuhkan. Hati mengekskresikan sekitar 1 liter empedu tiap hari. unsur
utama empedu adalah air (97%), elektrolit, garam empedu fosfolipid, kolesterol
dan pigmen empedu (terutama bilirubin terkonjugasi). Garam empedu penting
untuk pencernaan dan absorbsi lemak dalam usus halus. Oleh bakteri usus halus
sebagian besar garam empedu direabsorbsi dalam ileum, mengalami sirkulasi ke

hati, kemudian mengalami rekonjugasi dan resekresi. Walaupun bilirubin (pigmen


empedu) merupakan hasil akhir metabolisme dan secara fisiologis tidak
mempunyai peran aktif, ia penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran
empedu, karena bilirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan yang
berhubungan dengannya.

Fungsi Metabolik
Hati memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan juga memproduksi energi dan tenaga. Zat tersebut di atas
dikirim melalui vena porta setelah diabsorbsi oleh usus. Monosaksarida dari usus
halus diubah menjadi glikogen dan di simpan dalam hati (glikogenesis). Dari
depot glikogen ini mensuplai glukosa secara konstan ke darah (glikogenesis)
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sebagian glukosa dimetabolisme dalam
jaringan unuk menghasilkan panas atau tenaga (energi) dan sisanya diubah
menjadi glikogen, disimpan dalam otot atau menjadi lemak yang disimpan dalam
jaringan subcutan. Hati juga mampu menyintetis glukosa dari protein dan lemak
(glukoneogenesis).
Peran hati pada metabolisme protein penting untuk hidup. Protein plasma,
kecuali globulin gamma, disintetis oleh hati. Protein ini adalah albumin yang
diperlukan untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid, fibrinogen dan
faktor-faktor pembekuan yang lain.

Fungsi Pertahanan Tubuh


Terdiri dari fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan, dimana fungsi
detoksifikasi oleh enzim-enzim hati yang melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisis
atau konjugasi zat yang memungkinkan membahayakan dan mengubahnya
menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif. Fungsi perlindungan dimana yang
berperanan penting adalah sel kuffer yang berfungsi sebagai sistem endoteal
yang berkemampuan memfagositosis dan juga menghasilkan immunolobulin.

Fungsi Vaskuler Hati


Setiap menit mengalir 1200 cc darah portal ke dalam hati melalui sinusoid
hati, seterusnya darah mengalir ke vena sentralis dan menuju ke vena hepatika
untuk selanjutnya masuk ke dalam vena kava inferior. Selain itu dari arteria
hepatika mengalir masuk kira-kira 350 cc darah. Darah arterial ini akan masuk
dan bercampur dengan darah portal. Pada orang dewasa jumlah aliran darah ke
hati diperkirakan mencapai 1500 cc tiap menit.

3.

Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional darah dari hepar disebut lobule karena memiliki suplai darah sendiri.
Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar. Pola normal pada hepar
terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, selsel hepar yang rusak dibuang dari tubuh oleh respon imune digantikan oleh selsel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya sebagian besar oleh pasien yang
mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal

4.

Etiologi

a.

Virus.

b.

Bakteri (salmonella typhi).

c.

Obat-obatan.

d.

Racun (hepatotoxic).

e.

Alcohol.

5.

Klasifikasi

Terdapat dua jenis virus yang menjadi penyebab yaitu RNA (Ribo Nucleic
Acid) dan DNA (Deoksi Nucleic Acid).

HepatitisA/Hepatitis

infeksius

Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala,


sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah,
demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan.
Penyakit ini ditularkan terutama melalui kontaminasi oral fekal akibat higyne
yang buruk atau makanan yang tercemar.Gejala hilang sama sekali setelah 6-12
minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit
tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke
hepatitis kronik. Masa inkubasi 30 hari.Penularan melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-buahan,
sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum
dengan

es

batu

yang

prosesnya

terkontaminasi.

Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu
setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan
vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk
homoseks merupakan risiko tinggi tertular hepatitis A.

HepatitisB/hepatitis

serum

Virus hepatitis B adalah suatu virus DNA untai ganda yang disebut partikel dane.
Virus ini memiliki sejumlah antigen inti dan antigen permukaan yang telah
diketahui

secara

rinci

dapat

diidentifikasikan

dari

sampel

darah

hasil

pemeriksaan lab.hepatitis B memiliki masa tunas yang lama, antara 1 7 bulan


dengan awitan rata-rata 1-2 bulan. Sekitar 5-10% orang dewasa yang terjangkit
hepatitis B akan mengalami hepatitis kronis dan terus mengalami peradangan
hati selama lebih dari 6 bulan. Gejalanya mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu
hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah
serta

demam.

terkontaminasi,

Penularan

dapat

transfusi

melalui

darah

jarum
dan

suntik
gigitan

atau

pisau

yang

manusia.

Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang


mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah
paparan. Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak
beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah
pecandu narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.
Hepatitis c

Hepatitis c diidentifikasi pada tahun 1989.cara penularan virus RNA tersebut


sama dengan hepatitis B dan terutama ditularkan melalui transfusi darah
dikalangan penduduk amerika serikat sebelum ada penapisan. Virus ini dapat
dijumpai dalam semen dan sekresi vagina tetapi jarang sekali pasangan seksual
cukup lama dari pembawa hepatitis C terinfeksi dengan virus ini. Masa tunas
hepatitis C berkisar dari

15 sampai 150 hari, dengan rata-rata 50 hari. Karena

gejalanya cenderung lebih ringan dari hepatitis B, invidu mugkin tidak menyadari
mereka mengidap infeksi serius sehingga tidak datang ke pelayanan kesehatan.
Antibody terhadap virus hepatitis C dan virus itu sendiri dapat di deteksi dalam
darah, sehingga penapisan donor darah efektif. Adanya antibody terhadap virus
hepatitis

tidak

berarti

stadium

kronis

tidak

terjadi.

saat ini belum tersedia vaksin hepatitis C.


Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak
lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan
melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit
hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau
amat progresif. agen hepatitis D ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis
Fulminan, kegagalan hati dan kematian. Pencegahan dapat dilakukan dengan
menghindari virus hepatitis B.
Hepatitis E
virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingesti

air

yang tercemar. Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu
makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ),
keculai

bila

terjadi

pada

kehamilan,

khususnya

trimester

ketiga,

dapat

mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.

Tabel Virus Hepatitis Yang Dikenali Saat Ini

Jenis

penularan

Prognosis

Diagnosis

Hepatitis A

Oral atau fekal

Biasanya sembuh

Antibody hepatitis A

sendiri

; IgM(stadium
dini),IgG(stadium
lanjut)

Hepatitis B

Ditularkan melalui

Biasanya sembuh

Antigen permukaan

darah,khususnya

sendiri.10%

hepatitis B (HbsAg)

dari ibu ke anak.

diantaranya dapat

dan antigen

Juga ditularkan

menjadi hepatitis B

inti(HbeAg) yang

melalui hubungan

kronis atau

diikuti dengan

seksual

fulminan.

antibody terhadap
antigen permukaan
hepatits B dan
antigen inti.

Heparitis C

Ditularkan melalui

50% dapat menjadi

darah ( angkat

infeksi kronis

Antibody hepatitis C

penularan melalui
hubungan
kelamin rendah).

Hepatitis D

Hepatitis E

Ditularkan melalui

Meningkatkan

Antigen hepatitis D,

darah.ko-infeksi

kemungkinan

antibody hepatitis

hanya dengan

perburukan hepatitis

D.

hepatitis B

Air tercemar, oral

Biasanya sembuh

Pengukuran virus

atau fekal

sendiri, tetapi

hepatitis E

menimbulkan angka
kematian tinggi
pada wanita hamil

6.

Manifestasi Klinik

Terdapat tiga stadium :


a.

Stadium pre ikterik


Berlangsung selama 4 7 hari, pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia,
mual, muntah, demam, nyeri otot, dan nyeri perut kanan atas, urine lebih coklat.

b.

Stadium ikterik, yang berlangsung selama 3 6 minggu. Ikterus mula-mula


terlihat pada sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan berkurang
tetapi pasien masih lemah, anoreksia dan muntah, tinja mungkin berwarna
kelabu atau kuning muda, hati membesar dan nyeri tekan.

c.

Stadium pasca ikterik (rekonvalensensi)


Ikterus mereda, warna urine dan tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan pada
anak-anak lebih cepat daripada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua.
Karena penyebab yang biasa berbeda.

7.

Penularan

HVA

Penularan

Fekal oral

Parenteral

HVB

HVC

Darah

Darah

Saliva

Saliva

Seksual

(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I)

HVD

Darah

HVE

Fekal oral

Resiko penularan untuk HVA yaitu : sanitasi buruk, institusi yang ramai seperti
rumah perawatan, rumah sakit jiwa, jasa boga, terinfeksi. Sedangkan resiko
penularan HVB aktivitas homoseksual, memiliki banyak pasangan seksual,
memakai obat-obatan melalui suntikan intravena, hemodialisis kronik, pekerja
sosial di bidang kesehatan, transfusi darah (sekarang sudah jarang karena ada
pemeriksaan rutin).

8.

Pencegahan
Karena

terbatasnya

pengobatan

hepatitis,

maka

penekanan

lebih

diarahkan pada pencegahan diataranya sebagai berikut :


a.

Kini tersedia globulin imun HBV tertinggi (HBIG) dan vaksin untuk pencegahan
dan pengobatan HBV, utamanya bagi petugas yang terlibat dalam kontak resiko
tinggi misalnya pada hemodialisis, transfusi tukar dan terapi parenteral perlu
sangat hati-hati dalam menangani peralatan parenteral tersebut.

b.

Hindari kontak langsung dengan barang yang terkontaminasi virus hepatitis


akut.

c.

Pelihara personal hygiene dan lingkungan.

d.

Gunakan alat-alat disposible untuk suntik.

e.

Alat-alat yang terkontaminasi disterilkan.

9.

Penatalaksanaan

a.

Tirah baring selama fase akut dengan diet yang cukup bergizi merupakan
anjuran yang lazim.

b.

Diet TKTP, pemberian makanan intravena mungkin perlu selama fase akut bila
pasien terus-menerus muntah.

c.

Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes
fungsi hati kembali normal.

d.

Terapi sesuai instruksi dokter.

e.

Jaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

f.

Alat-alat makan disterilkan.

g.

Alat-alat tenun sebelum dicuci direndam dahulu dengan antiseptik.

10. Komplikasi
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan
penyakit yang memanjang hingga 4 sampai 8 bulan. Keadaan ini dikenal sebagai
hepatitis kronis persisten. Sekitar 5 % dari pasien hepatitis virus akan mengalami
kekambuhan setelah serangan awal yang dapat dihubungkan dengan alkohol
atau aktivitas fisik yang berlebihan setelah hepatitis virus akut sejumlah kecil
pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronik aktif dimana terjadi
kerusakan hati seperti digerogoti (picce meal). Akhirnya satu komplikasi lanjut
dari

hepatitis

yang

cukup

bermakna

adalah

perkembangan

karsinoma

hepatoseluler.

11. Pemeriksaan Diagnostik


a.

Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH : meningkat pada kerusakan
sel hati dan pada keadaan lain terutama infark miokardium.

b.

Bilirubin direk : meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonyugasi.

c.

Bilirubin indirek : meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom gilbert.

d.

Bilirubin serum total : meningkat pada penyakit hepatoseluler

e.

Protein serum total : kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.

f.

Masa protrombin : meningkat pada penurunan sintetis protrombin akibat


kerusakan sel hati.

g.

Kolesterol serum : menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada


obstruksi duktus biliaris.

B.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Proses perawatan adalah suatu metode yang sistematik dan terorganisir

dalam pemberian askep yang difokuskan pada reaksi/respon manusia unik pada
suatu kelompok/perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami baik
aktual maupun resiko.
1. Pengkajian
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis
yang terorganisir yang meliputi tiga aktivitas dasar : mengumpulkan data,
menyortir dan mengatur data yang dikumpulkan, mendokumentasikan data yang
dikumpulkan, mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka
kembali. Dengan menggunakan beberapa teknik, anda berfokus pada
pendapatan profil pasien yang akan memungkinkan untuk mengidentifikasi
masalah-masalah pasien dan diagnosa yang cocok, merencanakan masalah,
mengimplementasikan intervensi dan mengevaluasi hasil. Profil ini disebut datadata pasien.
Data dasar pasien memberikan suatu pengertian tentang status
kesehatan pasien yang menyeluruh. Data tergantung pada penyebab dan
beratnya kerusakan/gangguan hati.
Data dasar pengkajian pasien
a.

Aktivitas/istirahat
Gejala

b.
Tanda

: Kelemahan, kelelahan, malaise umum.

Sirkulasi
:

Bradikardi (hiperbilirubinemia berat). Ikterik pada sklera, kulit

dan membran mukosa.


c.
Gejala

Eliminasi
:

Urine gelap, diare/konstipasi : faeces warna tanah liat,adanya/

berulangnya hemodialisa.
d.
Gejala

Makanan dan cairan


:

Hilang nafsu makan (anoreksia, penurunan berat badan atau

meningkat (oedema), mual/muntah.

e.
Tanda

Neurosensori
:

f.
Gejala

Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriktis.


Nyeri/kenyamanan

Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, artalgia,

mialgia, sakit kepala (pruritus).


Tanda

g.
Tanda

Otot tegang, gelisah.


Pernafasan

h.

Tidak minat/enggan merokok (perokok).


Keamanan

Gejala

Adanya transfusi darah/produk darah.

Tanda

Demam

Urtikaria, lesi makula papular, eritema tak beraturan eksaserbasi jerawat.


Angioma jaring-jaring, eritema palmar, ginekomastia (kadang-kadang ada pada
hepatitis alkoholik).
i.
Gejala

Seksualitas
:

Pola hidup/perilaku meningkatkan resiko terpanjang (contoh :

homoseksual aktif/biseksual pada wanita).

2. Identifikasi/Analisa masalah (Diagnosa Keperawatan)


Tahap kedua dari proses keperawatan sering disebut juga sebagai analisis, dan
juga identifikasi masalah atau diagnosa keperawatan. Proses ini amat penting
dan esensial karena proses ini merupakan satu bagian yang paling vital dalam
proses keperawatan.
Diagnosa keperawatan :
a.

Intolerans aktivitas berhubungan dengan :


Kelemahan umum : penurunan kekuatan/ketahanan : nyeri.

Mengalami keterbatasan aktivitas : depresi.


b.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kegagalan

masukan

untuk

memenuhi

kebutuhan

metabolik

anoreksia,

mua/muntah, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan :


penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.
c.

Kekurangan volume cairan dan diare, perpindahan area ke tiga (acites),


gangguan proses pembekuan

d.
Gejala

Harga diri rendah situasional berhubungan dengan


:

Jengkel/marah,

terkurung/isolasi,

sakit

lama/periode

penyembuhan.
e.

Potensial terjadi penularan pada orang lain serta staf medis berhubungan
dengan : kontak dengan pasien serta pengelolaan alat-alat.

f.

Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia,


akumulasi garam empedu dalam jaringan.

g.

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan salah interpretasi, tidak mengenal sumber informasi.
3. Perencanaan
Diagnosa keperawatan :

a. Aktivitas intoleran berhubungan dengan :


-

Kelemahan umum, penurunan kekuatan otot/ketahanan : nyeri.

Mengalami keterbatasan aktivitas.

a subyektif

Laporan kelemahan.

a objektif

Tampak lemah, kekuatan otot menurun, istirahat di

tempat tidur.
*
-

Tujuan
Menyatakan pemahaman situasi/faktor resiko dan program pengobatan
individu.

Kriteria

Menunjukkan teknik/perilaku kemampuan kembali melakukan aktivitas.

Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.

*
1.)

Tindakan keperawatan
Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung.
Rasional :
Meningkatkan

ketenangan,

menyediakan

energi

yang

digunakan

untuk

penyembuhan.
2.)

Ubah posisi dengan sering, perawatan kulit yang baik.


Rasional :
Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu
untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.

3.)

Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.


Rasional :
Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.

4.)

Tingkatkan aktivitas sesuai intoleransi, bantu melakukan rentang gerak sedikit


pasif/aktif.
Rasional :
Tirah baring yang lama dapat menurunkan kemampuan, ini dapat terjadi karena
keterbatasan aktivitas.

5.)

Berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh menonton TV, membaca,


mendengarkan radio.
Rasional :
Meningkatkan

relaksasi

dan

penghematan

energi,

memusatkan

perhatian, dan dapat meningkatkan koping.


6.)

Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati.


Rasional :

kembali

Menunjukkan kurangnya resolusi/eksaserbasi penyakit, memerlukan istirahat


lanjut, mengganti program terapi.
Kolaborasi :
Membantu menentukan kadar aktivitas yang tepat, sebagai peningkatan
prematur pada potensial resiko berulang.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual.

ta subjektif

Kurang nafsu makan, nyeri abdomen/kram.

ta obyektif

Porsi makan tidak dihabiskan, berat badan menurun,

muntah.
*

Tujuan

Menunjukkan berat badan yang meningkat atau kembali normal.

Diet yang dianjurkan dapat ditoleransi tanpa rasa tak nyaman.

*
-

Kriteria
Berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal
dan bebas tanda malnutrisi.

Tindakan keperawatan

1.)

Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makanan sedikit tapi sering


dalam frekuensi sering dan tawarkan makanan pagi paling besar.
Rasional :
Makanan banyak sulit mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling
buruk selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari.

2.)

Berikan perawatan mulut sebelum makan.


Rasional :
Menghilangkan rasa tidak enak, meningkatkan nafsu makan.

3.)

Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.


Rasional :
Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.

4.)

Dorongan pemasukan sari jeruk, minuman karbohidrat dan permen berat


sepanjang hari.
Rasional :
Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna, toleran bila
makanan lain tidak.

5.)

Berikan obat sesuai indikasi : Vit. B Comp, tambahan diet lain sesuai indikasi.
Rasional :
Memperoleh kekurangan dan membantu proses penyembuhan.
Kolaborasi :

6.)

Konsul pada ahli diet. Dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai
kebutuhan pasien dengan pemasukan lemak dan protein sesuai toleransi.

Rasional :
Berguna

dalam

membuat

program

diet

memenuhi

kebutuhan

individu.

Metabolisme lemak bervariasi tergantung pada produksi pengeluaran empedu


dan perlunya pembatasan masukan lemak bila terjadi diare. Bila toleransi
pemasukan

normal

atau

lebih

protein

akan

membantu

regenerasi

hati.

Pembatasan protein diindikasikan pada penyakit berat karena akumulasi produk


akhir protein dapat mencetuskan hepati ensefalopati.
7.)

Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.


Rasional :
Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan
terjadi/gejala memanjang.

c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


melalui muntah dan diare, ditandai dengan :

Data subyektif

: -

Data obyektif

: Muntah dan diare.

Tujuan
Mempertahankan hidrasi adekuat.

Kriteria

Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, masukan dan keluaran


seimbang.

*
1.)

Tindaka keperawatan
Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian, catat
kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare.
Rasional :
Memberikan informasi tentang kebutuhan pengganti/efek terapi.

2.)

Kaji tanda vital,

nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran

mukosa.
Rasional :
Indikator volume sirkulasi/perifer.
3.)

Periksa acites atau pembentukan oedema, ukur lingkar abdomen sesuai


indikasi.
Rasional :
Menerangkan kemungkingan perdarahan ke dalam jaringan.

4.)

Biarkan pasien menggunakan lap katun/spon dan pembersih mulut untuk sikat
gigi.
Rasional :
Menghindari trauma dan perdarahan gusi.

5.)

Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht, Na + albumin dan waktu pembekuan.


Rasional :
Menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium/kadar protein yang
dapat menimbulkan pembentukan oedema.

6.)

Berikan cairan IV, elektrolit.


Rasional :
Memberikan cairan dan penggantian elektrolit.

7.)

Protein hidrolisat : vitamin K


Rasional :
Memperbaiki kekurangan albumin/protein dapat membantu mengembalikan
cairan dari jaringan ke sistem sirkulasi, mencegah masalah koagulasi.

d. Harga diri rendah berhubungan dengan gejala jengkel/marah, terkurung/ isolasi,


sakit lama/periode penyembuhan.

ta subyektif :

Perasaan tak berdaya.

ta obyektif

Perawatan isolasi, icterus pada mata dan seluruh tubuh.

Tujuan
Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi negatif.

Kriteria

Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan/ kebutuhan isolasi.

Mengakui diri sebagai orang tua yang berguna.

*
1.)

Tindakan keperawatan
Kontak dengna pasien mengenai waktu untuk mendengar.
Rasional :

Penyediaan waktu meningkatkan hubungan saling percaya.


2.)

Dorong diskusi perasaan marah.


Rasional :
Kesempatan untuk mengekspresikan perasaan memungkinkan pasien untuk
merasa lebih mengontrol situasi. Pengungkapan menurunkan cemas dan depresi
memudahkan perilaku koping positif.

3.)

Hindari membuat penilaian neoral tentang pola hidup.


Rasional :
Pasien merasa marah/kesal dan mengalahkan diri : penilaian dari orang lain akan
merusak harga diri lebih lanjut.

4.)

Diskusikan harapan penyembuhan.


Rasional :
Periode penyembuhan mungkin lama/potensial stres keluarga/ situasi dan
memerlukan perencanaan, dukungan dan evaluasi.

5.)

Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi pasien/orang terdekat.


Rasional :
Masalah finansial dapat terjadi karena kehilangan peran fungsi pasien pada
keluarga/penyembuhan lama.

6.)

Tawarkan aktivitas senggang berdasarkan tingkat energi.


Rasional :
Memampukan pasien untuk menggungkan waktu dan energi pada cara
konstruktif yang meningkatkan harga diri dan meminimalkan cemas dan depresi.

7.)

Anjurkan pasien menggunakan warna merah terang atau biru/hitam daripada


kuning atau hijau.

Kolaborasi
8.)

Buat rujukan yang tepat untuk membantu, sesuai kebutuhan, contoh


perencanaan pulang, pelayanan masyarakat dan atau lembaga komunitas lain.

Rasional :
Dapat memudahkan pemecahan masalah dan membantu melibatkan individu
untuk mengatasi masalah.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahankan tubuh sekunder tak
adekuat dan malnutrisi.

a subyektif

a obyektif

- Klien dirawat di ruangan isolasi

Faeces warna dempul.

Urine warna pekat.

Tujuan
Mencegah penularan kepada orang lain.

Kriteria
Mendemonstrasikan/melakukan

teknik-teknik/cara

penularan

penyakit.

Perubahan-perubahan teknik ulang perilaku atau mencegah penularan penyakit


terhadap orang lain.
*
1.)
-

Tindakan keperawatan
Terapkan teknik isolasi dengan cara yang tepat
Gunakan celemek dan sarung tangan bila mengadakan kontak dengan klien
(berhati-hati terhadap kontaminasi dengan alat-alat suntik klien seperti darah
dan sekretnya).

Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.


Rasional :
Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain. Melalui cuci tangan yang efektif
dalam mencegah transmisi virus tipe C di transmisikan melalui terpajan pada
darah dan produk darah.

2.)

Jelaskan prosedur isolasi kepada klien dan keluarga.


Rasional :

Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain.


3.)
f.

Membahas pentingnya imunisasi kepada klien, keluarga dan tenaga kesehatan.


Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
zat kimia, akumulasi garam empedu dalam jaringan.

Data subyektif

: Pengungkapan rasa gatal.

Data obyektif

: Bilirubin meningkat.

Tujuan
Klien akan mengungkapkan tidak terjadi gangguan integritas kulit.

Kriteria

Jaringan kulit utuh tanpa lecet/luka.

Gatal-gatal berkurang/hilang.

*
1.)

Tindakan keperawatan
Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji. Hindari sabun mandi
alkali.
Rasional :

2.)

Anjurkan untuk menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk rasa gatal,


pertahankan kuku pendek.

Rasional :
Menurunkan resiko cedera kulit.
3.)

Beri massage pada waktu tidur.


Rasional :
Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan menurunkan iritasi kulit.

4.)

Hindari komentar tentang penampilan pasien.


Rasional :

Menimbulkan stres psikologik sehubungan dengan perubahan kulit.

Kolaborasi
5.)

Berikan obat sesuai indikasi ; antihistamin contoh : metdilazin, difenhidramin.


Rasional :
Menghilangkan gatal, catatan : gunakan terus-menerus pada hepatik hebat.

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber
informasi ditandai dengan :

Data subyektif

: Pernyataan yang salah konsepsi.

Data obyektif

: Pernyataaan/meminta informasi.

Tujuan
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.

*
-

Kriteria
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala penyakit dan hubungan dan gejala
dengan faktor penyebab.

*
1.)

Melakukan perubahan perilaku dan berpatisipasi pada pengobatan.

Tindakan keperawatan
Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan/prognosis, kemungkinan
pilihan pengobatan.
Rasional :
Mengidentifikasi area kekurangan/salah informasi dan memberikan kesempatan
untuk memberikan informasi tambahan yang sesuai keperluan.

2.)

Berikan informasi khusus tentang pencegahan/penularan penyakit.


Rasional :

Kebutuhan/rekomendasi akan bervariasi karena hepatitis dan situasi individu.


3.)

Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas pengalih.


Rasional :
Aktivitas yang dapat dinikmati akan dapat membantu menghindari pemusatan
pada penyembuhan panjang.

4.)

Diskusikan pembatasan donatur darah.


Mencegah penyebaran penyakit. Kebanyakan undang-undang negara bagian
menerima donor darah yang mempunyai riwayat berbagai tipe hepatitis.

5.)

Tekankan

pentingnya

mengevaluasi

pemeriksaan

fisik

dan

evaluasi

laboratorium.
Rasional :
Proses penyakit dapat memakai waktu berbulan-bulan untuk membaik. Bila
gejala ada lebih lama dari enam bulan. Biopsi hati diperlukan untuk memastikan
adanya hepatitis kronis.
6.)

Kaji ulang perlunya menghindari alkohol selama 6 12 bulan minuman atau


lebih lama sesuai toleransi individu.

Rasional :
Meningkatkan iritasi hepatik dan mempengaruhi pemulihan.

4. Implementasi
Merupakan tahan keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien.
Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan

masalah yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang


dilakukan yaitu :
a.

Tindakan mandiri

b.

Tindakan observasi

c.

Tindakan health education

d.

Tindakan kolaborasi

5. Evaluasi
Tahapan evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana
tujuan dapat dicapai, sehingga dalam mengevaluasi efektivitas tindakan
keperawatan. Perawat perlu mengetahui kriteria keberhasilan dimana kriteria ini
harus dapat diukur dan diamati agar kemajuan perkembangan keperawatan
kesehatan klien dapat diketahui Dalam evaluasi dapat dikemukakan 4
kemungkinan yang menentukan keperawatan selanjutnya yaitu :
a.

Masalah klien dapat dipecahkan .

b.

Sebagian masalah klien dapat dipecahkan.

c.

Masalah klien tidak dapat dipecahkan.

d.

Dapat muncul masalah baru.

HEPATITIS
2.2 Definisi
Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, seperti kimia atau obat ataupun agen
penyebab infeksi. (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau
alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada selsel hati yang merupakan kumpulan perubahan klinis , biokimia, serta seluler yang khas.
( Brunner & Suddarth .2001:1169).
Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penyakit hepatitis adalah
peradangan yang terjadi pada hati yang merupakan infeksi sistemik oleh virus atau oleh
toksin termasuk alkohol yang berhubungan manifestasi klinik yang berspektrum luas dari
infeksi tanpa gejala, melalui hepatitis ikterik sampai nekrosis hati yang menghasilkan
kumpulan perubahan klinis ,biokimia, seta seluler yang khas.

Hepatitis viral dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kronik dan akut. Klasifikasi hepatitis
viral akut dapat dibagi atas hepatitis akut viral yang khas, hepatitis yang tak khas
(asimtomatik), hepatitis viral akut yang simtomatik, hepatitis viral anikterik dan hepatitis
viral ikterik. Hepatitis virus kronik dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu :
1. Hepatitis Kronin persisten
Adalah suatu keadaan kekambuhan jinak, sembuh sendiri yang tidak dihubungkan dengan
kerusakan hati yang progresif, dan tidak menyebabkan gagal hati atau sirosis. Bentuk
penyakit ini dapat dengan ikterus yang nyata atau infeksi tanpa ikterus. Dalam masa
penyembuhan yang berkepanjangan, penderita menunjukan gejala-gejala : capek, malaise,
tidak nafsu makan, ikterus ringan, rasa tidak enak pada perut bagian atas atau mungkin sama
sekali tanpa gejala.
2. Hepatitis kronik lobular
Sering pula disebut hepatitis akut berkepanjangan karena perjalanan penyakit lebih dari 3
bulan. Pada tipe ini ditemukan adanya tanda peradangan dan daerah-daerah nekrosis di dalam
lobulus hati
3. Hepatitis Kronik Aktif
Adalah penyakit yang ditandai dengan destruksi hepatosit yang progresif yang
memerlukan waktu yang bertahun-tahun dilanjutkan dengan erosi dari cadangan
fungsi hati yang pada umumnya berkembang menjadi sirosis.
2.3 Etiologi
Penyebab hepatitis bermacam-macam akan tetapi penyebab utama hepatitis dapat dibedakan
menjadi dua kategori besar yaitu penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan
insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus. Hepatitis virus
dapat dibagi ke dalam hepatitis A, B, C, D, E, G. Hepatitis non virus disebabkan oleh agen
bakteri, cedera oleh fisik atau kimia.
1. Penyebab hepatitis non virus :
1)
Zat kimia dari obat dapat menimbulkan masalah yang sama dengan reaksi akibat infeksi
virus hepatitis. Gejala dapat terdeteksi dalam waktu 2 hingga 6 minggu setelah pemberian
obat. Pada sebagian besar kasus, gejala hepatitis menghilang setelah pemberian obat tersebut
dihentikan. Namun beberapa kasus dapat berkembang menjadi masalah hati serius jika
kerusakan hati (hepar) sudah terlanjur parah.
Obat-obatan yang cenderung berinteraksi dengan sel-sel hati (hepar) antara lain halotan
(biasa digunakan sebagai obat bius), isoniasid (antibiotik untuk TBC), metildopa (obat anti
hipertensi), fenitoin dan asam valproat (obat anti epilepsi) dan parasetamol (pereda
demam). Jika dikonsumsi sesuai dosis yang dianjurkan, parasetamol merupakan obat yang
aman. Namun jika dikonsumsi secara berlebihan parasetamol dapat menyebabkan kerusakan
hati (hepar) yang cukup parah bahkan kematian.

2)
Alkohol sangat dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati (hepar). Konsumsi alkohol
berlebihan membuat kerja hati lebih berat dan bisa merusak hati.Pemakaian alkohol yang
lama juga akan menimbulkan perubahan pada mitokondria, yang menyebabkan berkurangnya
kapasitas untuk oksidasi lemak. Semua yang tersebut di atas menyebabkan terjadinya
perlemakan hati (fatty lever). Perubahan pada MEOS yang disebabkan pemakaian alkohol
yang berlangsung lama dapat menginduksi dan meningkatkan metabolisme obat-obatan,
meningkatkan lipoprotein dan menyebabkan hiperlipidemia, berkurangnya penimbunan
vitamin A dalam hepar, meningkatkan aktivasi senyawa hepatotoksik, termasuk obat-obatan
dan zat karsinogen.
3)
Beberapa penyakit ataupun gangguan metabolisme tubuh dapat menyebabkan
komplikasi pada hati (hepar). Diabetes mellitus, hiperlipidemia (berlebihannya kadar lemak
dalam darah) dan obesitas sering menyebabkan penyakit hati (hepar). Ketiga kelainan
tersebut membebani kerja hati (hepar) dalam proses metabolisme lemak. Akibat yang biasa
timbul adalah kebocoran sel-sel hati (hepar) yang berlanjut menjadi kerusakan dan
peradangan sel hati (hepar) yang biasa disebut steatohepatitis.
4)
Hepatitis autoimun terjadi karena adanya gangguan pada sistem kekebalan yang
biasanya merupakan kelainan genetik. Sistem kekebalan tubuh justru menyerang sel atau
jaringan hati (hepar). Selain merupakan kelainan genetik, gangguan ini dapat pula dicetuskan
oleh virus ataupun zat kimia tertentu
KLIK DISINI BISNIS PRAKTIS LANGSUNG DAPAT Rp. 50.000,2. Penyebab Hepatitis adalah virus hepatitis yang dibagi menjadi :
1. Replikasi virus hepatitis A termasuk ke dalam jalur lisis. Pertama-tama virus akan
menempel di reseptor permukaan sitoplasma, RNA virus masuk pada saat kapsid yang
tetinggal di luar sel akan hilang, di dalam sel RNA virus akan melakukan translasi ,
hasil dari translasi terbagi menjadi dua yaitu kapsid baru dan protein prekusor untuk
replikasi DNA inang, DNA sel inang yang sudah dilekati oleh protein presukor virus
melakukan replikasi membentuk DNA sesuai dengan keinginan virus , DNA virus
baru terbentuk , kapsid yang sudah terbentuk dirakit dengan DNA virus menjadi
sebuah virion baru, virus baru yang sudah matang keluar dan mengakibatkan lisis oleh
sel-sel fagosit.( Brooks, 2005)
1. Hepatitis B. Varion menular melekat pada sel dan menjadi tidak terselubung . dalam
inti sebagian genom virus beruntai ganda dialihkan menjadi DNA untai ganda
sirkuler yang tertutup secara kovalen ( cccDNA). cccDNA berfungsi sebagai cetakan
untuk semua transkip virus, termasuk RNA pre-genom 3.5 kb. RNA pre-genom
menjadi terenkapsidasi dengan HbcAg yang baru disentesis. Dalam inti sintesis
polimerasi virus melalui transkripsi balik salinan DNA untai negatif. Polimerase
mulai mensintesis untai DNA positif, tetapi proses ini tidak lengkap . inti mungkin
bertunas dari sel, mendapatkan HbsAg yang mengandung selubung . sebagai alternatif
, inti dapat ditarik kembali ke dalam nukleus dan memulai lagi rangkaian replikasi
berkutnya dari sel yang sama.
1. Hepatitis C, disebabkan oleh virus hepatitis C ( HCV ) yangmerupakan virus RNA
kecil yang terbungkus lemak yang berdiameter sekitar 30 sampai 60 nm.

1. Hepatitis D , disebabkan oleh virus hepatitis D ( HDV ) yang merupakan virus RNA
detektif yang membutuhkan kehadiran hepatitis B yang berdiameter 35 nm.
1. Hepatitis E, disebabkan oleh virus hepatitis E ( HEV ) yang merupakan virus RNA
rantai tunggal yang tidak berselubung dan berdiameter kurang lebih 32-35 nm.
1. Hepatitis F, baru ada sedikit kasus yang dilaporkan , saat ini para pakar belum sepakat
bahwa hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
2. Hepatitis G adalah gejala serupa dengan hepatiis C, seringkali infeksi bersamaan
dengan hepatitis B dan atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan atau hepatitis
kronik. Penularan melalui tranfusi darah dan jarum suntik.

Tipe A
Metode
Transmisi

Fekal-oral
melalui
orang lain

Tipe B
Parenteral,
seksual,
perinatal

Keparahan Asimtomati parah


k

Sumber
Virus

Darah,
Darah,
feses, saliva saliva,
semen,
sekresi
vagina

Tipe C

Tipe D

Parenteral, Parenteral,
jarang
perinatal,
seksual,
memerlukan
orang ke
koinfeksi
orang,
dengantipe B.
perinatal
Menyebar Peningkatan
luas, dapat insiden kronis
berkembang dan gagal
sampai
hepar akut.
kronis.
Terutama Melalui darah
melalui
darah

Tipe E
oral

Akut

Feses yang
terkontaminas
i

2.4 Manifestasi Klinis


1. Masa Tunas
Virus A : 15-45 hari ( rata-rata 25 hari).
Virus B : 40-180 hari ( rata-rata 75 hari )
Virus non A dan non B : 15-150 hari ( rata-rata 50 hari 0
1. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas . keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 27 hari . nafsu makan menurun ( pertama kali timbul ) , nausea, vomiting, perut kanan atas
terasa sakit. Seluruh badan tersa pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, mudah lelah

terutama pada sore hari , suhu badan meningkat sekitar 39 derajat celcius berlangsung selama
2-5 hari , pusing, nyeri persendian.
1. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai
bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meniningkat pada minggu I, kemudian
menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari . kadang-kadang disertai gatal-gatal seluruh
badan, rasa lesu dan mudah lelah dirasakan selama 1-2 minggu
1. Fase Penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit ulu hati, disertai
bertambahnya nafsu makan , rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik . warna urne
tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun masih lemas dan mudah lelah.
2.5 Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh
reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Virus atau bakteri yang
menginfeksi manusia masuk melalui pembuluh darah dan menuju ke hati. Di hati agen infeksi
menetap dan mengakibatkan peradangan dan terjadi kerusakan sel-sel hati (hal ini dapat
dilihat pada pemeriksaan SGOT dan SGPT), akibat kerusakan ini maka terjadi penurunan
penyerapan dan konjugasi bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan mengakibatkan
ikterik. Peradangan ini akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh sehinga timbul gejala
tidak nafsu makan (anoreksia). Salah satu fungsi hati adalah sebagai penetralisir toksin, jika
toksin yang masuk berlebihan atau tubuh mempunyai respon hipersensitivitas, maka hal ini
merusak hati sendiri dengan berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai
penetral racun. Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi secara cepat dapat
menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat dan juga merupakan
hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan alkohol yang banyak dalam
waktu yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada alkoholik. Peradangan yang terjadi
mengakibatkan hiperpermea-bilitas sehingga terjadi pembesaran hati, dan hal ini dapat
diketahui dengan meraba / palpasi hati. Nyeri tekan dapat terjadi pada saat gejala ikterik
mulai nampak.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang
belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya
kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan
billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi.
Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi
retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi
(bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam
pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena
bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga
menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin

terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
2.6 Pemeriksaan Diagnostic
1.Laboratorium
a.Pemeriksaan pigmen

urobilirubin direk

bilirubun serum total

bilirubin urine

urobilinogen urine

urobilinogen feses

b. Pemeriksaan protein

protein totel serum

albumin serum

globulin serum

HbsAG

c. Waktu protombin

respon waktu protombin terhadap vitamin K

d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

AST atau SGOT

ALT atau SGPT

LDH Amonia serum

2. Radiologi

foto rontgen abdomen

pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel
radioaktif

kolestogram dan kalangiogram

arteriografi pembuluh darah seliaka

3. Pemeriksaan tambahan

laparoskopi

biopsi hati

2.7 Penatalaksanaan
Saat ini telah banyak jenis pengobatan yang diberikan pada pasien
penyakit hepatitis. Pengobatan yang diberikan dapat berupa tindakan medis (kedokteran)
maupun non medis. Tindakan non medis antara lain adalah akupunktur, akupresure,
reflesiologi, pengobatan herbal, dan lain-lain. Tindakan non medis ini dapat diberikan sebagai
tindakan komplementer dari tindakan medis ataupun alternatif.
Terapi secara medis dapat berupa terapi suportif, simtomatis dan kausatif. Terapi suportif
adalah terapi yang membantu agar fungsi-fungsi penting tubuh tetap bekerja dengan baik.
Terapi simtomatis diberikan pada pasien untuk meringankan gejala penyakit. Sedangkan
terapi kausatif berguna untuk menghilangkan penyebab dari penyakit hepatitis itu sendiri,
biasanya berupa antivirus pada kasus penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus.
Terapi medis untuk kasus hepatitis B kronis bertujuan untuk menekan replikasi virus hepatitis
B (HB). Tujuan jangka pendek pengobatan ini adalah membatasi peradangan hati dan
memperkecil kemungkinan fibrosis (jaringan ikat) pada hati maupun sirosis. Sementara
tujuan jangka panjangnya adalah mencegah meningkatnya kadar serum transminase dan
komplikasi hepatitis yang lebih buruk.
Terapi medis yang biasa diberikan pada penderita penyakit hepatitis diantaranya adalah
1. Tirah baring
Penderita penyakit hepatitis harus menjalani istirahat di tempat tidur saat mengalami fase
akut. Jika gejala klinis cukup parah, penderita perlu dirawat di rumah sakit. Penderita harus
mengurangi aktivitas hariannya.
Tujuan dari istirahat ini adalah memberi kesempatan
pada tubuh untuk
memulihkan sel-sel yang rusak.
1. Diet
Pada prinsipnya penderita seharusnya mendapat diet cukup kalori. Pada stadium dini
persoalannya ialah bahwa penderita mengeluh mual, dan
bahkan muntah, disamping
hal yang menganggu yaitu tidak nafsu makan.
Dalam keadaan ini jika dianggap perlu
pemberian makanan dapat dibantu dengan pemberian infus cairan glukosa.
1. Obat-obatan
Pada saat ini belum ada obat yang mempunyai khasiat memperbaiki
kematian/kerusakan sel hati dan memperpendek perjalanan penyakit hepatitis virus akut.

1. Dilarang makan dan minum yang mengandung alkohol. Biasanya penderita


penyakit hepatitis akut merasa mual di malam hari. Oleh karena itu sebaiknya asupan
kalori diberikan secara maksimal di pagi hari. Jika penderita mengalami rasa mual
yang hebat atau bahkan muntah terus menerus maka biasanya makanan diberikan
dalam bentuk cair melalui infus.
2. Penderita penyakit hepatitis diberi obat untuk mengatasi peradangan yang terjadi di
hati. Selain itu pada kasus penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus, penderita
diberi antiviral/antivirus dengan dosis yang tepat. Tujuan pemberian antivirus ini
adalah untuk menekan replikasi virus.Virus membutuhkan sel inang untuk melakukan
replikasi (menggandakan diri). Sel inang dalam kasus hepatitis adalah sel-sel hati.
Proses replikasi virus melalui beberapa tahapan. Tahap pertama virus melakukan
penetrasi (masuk) ke dalam sel inang (sel hati). Tahap kedua virus melakukan
pengelupasan selubung virus. Tahap ketiga adalah sintesis DNA virus. Tahap keempat
adalah tahap replikasi. Tahap terakhir adalah tahap pelepasan virus keluar dari sel
inang dalam bentuk virus-virus baru. Virus-virus baru inilah yang siap menginfeksi
sel-sel hati lainnya.
Antivirus bekerja menghambat salah satu tahapan tersebut, tergantung jenis antivirusnya.
Beberapa macam antivirus diantaranya adalahinterferon, lamivudin, ribavirin, adepovir
dipivoksil, entecavir, dan telbivudin. Antivirus diberikan berdasarkan hasil tes darah dan
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Hasil penelitian menunjukan bahwa terapi antivirus akan
lebih efektif pada kasus hepatitis aktif.
Fungsi hati dan ginjal harus terus di monitor selama terapi antivirus, sehingga efek samping
dapat dicegah sedini mungkin. Pada kasus hepatitis C, kombinasi
terapi interferon dan ribavirin adalah yang dianjurkan.
2.8 Komplikasi
Tidak setiap pasien dengan hepatitis virus akan mengalami perjalanan penyakit yang
lengkap. Sejumlah kecil pasien meperlihatkan kemunduran klinis yang cepat , adapun
komplikasi yang dapat terjadi pada klien hepatitis adalah ensefalopati hepatic terjadi pada
kegagalan hati berat yang oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium
lanjut ensefalopati hepatic. Kerusakan jaringan parenkim hati yang meluas akan
menyebabkan serosis hepatis, penyakit ini banayak ditemukan pada alkoholik.
KLIK DISINI BISNIS PRAKTIS langsung dapat Rp. 50.000,Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, maka di temukan beberapa diagnosa keperawatan
pada klien dengan hepetitis yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan absorbsi dan fungsi
metebolisme pencernaan makanan.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.


4. Resiko terjadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan.
5. Kurang pengetahuan tentang perawatan penderita hepatitis berhubungan dengan
kurangnya informasi
1. 3.

Intervensi keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan pembengkakan hepar
yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.

Tujuan : klien merasa nyeri berkurang atau hilang.


Kriteria hasil :

Tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri ( tidak mengeluh
kesakitan, menangis )

Intervensi :

Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk
intensitas nyeri .

Rasional: Nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena
terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang
mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.

Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri

Rasional : Klien yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia
mengalami nyeri

Kolaborasi dokter untuk penggunaan analgetik yang tak mengandung efek


hepatotoksi

Rasional : Kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.
( Carpenito Lynda Jual, 1999)
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan fungsi absorbsi dan
fungsi metebolisme pencernaan makanan.
Tujuan :
Mempertahankan intake makanan dan minuman yang adekuat untuk
mempertahankan atau meningkatkan BB.
Kriteria Hasil :

Adanya peningkatan berat badan

nilai laboratorium normal

bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.

Intervensi :

Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering
dan tawarkan makan pagi paling besar.

Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling
buruk pada siang hari, membuat asupan makanan yang sulit pada sore hari.

Berikan perawatan oral hygiene sebelum makan.

Rasional :

Anjurkan makan dalam posisi duduk tegak

Rasional :

Menurunkan rasa penuh abdomen dapat meningkatkan pemasukan.

Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permanen berat sepanjang hari.

Rasional :

Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan napsu makan.

Bahan ini merupakan bahan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna/toleran .

Konsul pada ahli gizi, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan
pasien, dengan masukan lemak dan protein yang sesuai toleransi

Rasional : Berguna untuk membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan individu,
metabolisme lemak. Metabolisme lemak bervariasi tergantung pada produksi dan
pengeluaran empedu dan perlunya pembatasan masukan lemak. Pembatasan protein
diindikasikan pada penyakit berat ( hepatitis kronis ) karena pada akumulasi akhir
metabolisme protein dapat mencetuskan hepatik ensefalopati.

Kolaborasi untuk terapi steroid, contoh prednison ( deltasone ) tunggal atau kombinasi
azatoprin ( imuran )

Rasional : steroid dikontraindikasikan karena meningkatkan resiko berulang terjadinya


hepatitis kronis pada pasien dengan hepatitis virus. Namun efek anti inflamasi mungkin
berguna pada hepatitis akhir kronik ( khusus idiopatik ) untuk menurunkan mual dan
muntah.(Carpenito Lynda Jual, 1999)
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan :

Menunjukan tehnik/perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.

Kriteria hasil :

Mengekspresikan pemahaman tentang pentingnya perubahan tingkat aktifitas.

Meningkatkan aktifitas yang dilakukan sesuai dengan perkembangan kekuatan otot.

Intervensi :

Tingkatkan tirah baring/duduk. Ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung


sesuai keperluan.

Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan energi yang digunakan


untuk penyembuhan. Aktivitsa dan posisi duduk yang tepat diyakini menurunkan aliran darah
kekaki yang mencegah sirkulasi optimal kehati.

Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.

Rasional :
Meningkatkan hasil pernapasan dan meminimalkan takanan pada area tertentu
untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.

Lakukan latihan dengan cepat dan sesuai toleransi.

Rasional :

Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.

Tingkatkan aktivitas sesuai toletansi, bantu klien untuk melakukan latihan rentang
gerak sendi pasif/aktif.

Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan aktivitas. Ini dapat terjadi
karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.

Dorong penggunaan teknik menejemen stress, contoh relaksasi progresif, visualisasi,


bimbingan imajinasi. Berikan aktivias hiburan yang tepat seperti nonton tv, radio,
membaca.

Rasional :
Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali latihan
dan dapat meningkatkan koping.
1. Resiko terjadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan.
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan intake dan ouput cairan menjadi
seimbang.
Kriteria hasil :

Tanda-tanda vital stabil.

Turgor kulit membaik.

Pengisian kapiler nadi perifer kuat.

Haluaran urine individu sesuai.

Intervensi :

Berikan cairan IV ( biasanya glukosa ) elektrolit.

Rasional : memberikan terapi cairan dan penggantian elektrolit

Awasi nilai laboraturium, contoh Hb/Ht, nat, albumin.

Rasional : menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasikan retensi natrium/ kadar protei yang
dapat menimbulkan pembentukan edema.

Kaji tanda-tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit.

Rasional : indikator volume sirkulasi/ perfusi.

Awasi intake dan output, bandingkan dengan BB . misal muntah.

Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan penggantian cairan / efek terapi.


1. Kurang pengetahuan tentang perawatan penderita hepatitis berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Tujuan : setelah diberikan pendidikan kesehatan diharapkan klien memahami tentang
perawatan dan kebutuhan pengobatan pasien hepatitis.
Kriteria hasil :

Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.

Berpartisipasi dalam pengobatan.

Intervensi :

Berikan informasi khusus tentang pencegahan/ penularan penyakit.

Rasional : kebutuhan atau rekomendasi akan bervariasi karena hepatitis ( agen penyebab )
dan situasi individu.

Diskusikan efek samping bahaya meminum obat yang dijual bebas.

Rasional : beberapa obat merupakan toksik bagi hati, dan menyebabkan efek kumulatif toksik
/ hepatitis kronis.

Berikan informasi tentang perlunya menghindari alkohol selama 6-12 bulan minimal,
atau lebih lama sesuai toleransi.

Rasional : alkohol dapat meningkatkan iritasi hepatik dan mempengaruhi pemulihan.

Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan, kemungkinan pilihan obat.

Rasional : mengidentifikasi area kekurangan dan pengetahuan/ salah informasi dan


memberikan kesempatan untuk memberikan informasi tambahan sesuai keperluan

ASKEP HEPATITIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh
walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori virus yang
menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus
Hepatitis C (HVC), Virus Hepatitis D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV).
Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi
kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan sub
klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total.
Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV (Hepatitis B).
kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis
serum, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral dan non parenteral.
Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B melalui
pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B (NANBH) dan saat ini
disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990). Selanjutnya ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2
macam, yang pertama dapat ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau
disebut PT-NANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara enteral (Enterically Transmitted)
disebut ET-NANBH (Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990). Tata nama terbaru
menyebutkan PT-NANBH sebagai Hepatitis C dan ET-NANBH sebagai Hepatitia E
(Bradley,1990; Purcell, 1990).
Virus delta atau virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus yang
menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi Hepatitis B, HDV dapat timbul
sebagai infeksi pada seseorang pembawa HBV.
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya di Amerika
tetapi juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara semua penyakit
menular yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat (hanya dibawah penyakit kelamin dan
cacar air dan merupakan penyakit epidemi di kebanyakan negara-negara dunia ketiga. Sekitar
60.000 kasus telah dilaporkan ke Center for Disease Control di Amerika Serikat setiap tahun,
tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali lebih banyak. Walaupun
mortalitas akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka
morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar.

2.
Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran secara nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien
hepatitis
Tujuan khusus
Untuk memperoleh gambaran nyata mengenai :

Pengkajian klien hepatitis


Diagnosa yang mungkin timbul pada klien hepatitis
Intervensi yang akan dilaksanakan pada klien hepatitis
Pelaksaan tindakan keperawatan pada klien hepatitis

Manfaat

Sebagai bahan pembelajaran untuk penderita hepatitis agar lebih menjaga kesehatannya
Sebagai tambahan membuat asuhan keperawatan
Sebagai sumber informasi bagi para pembaca

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. KOSEP DASAR TEORI
A. PENGERTIAN
Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia
atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus,
obat atau alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)

B. ANATOMI FISIOLOGI

a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.

a.
b.
c.
d.

C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


1. Hepatitis A
Virus hepetitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung berukuran 27 nm
Ditularkan melalui jalur fekal oral, sanitasi yang jelek, kontak antara manusia, dibawah
oleh air dan makanan
Masa inkubasinya 15 49 hari dengan rata rata 30 hari
Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi yang buruk dengan
penduduk yang sangat padat.
2. Hepetitis B (HBV)
Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang memiliki ukuran 42
nm
Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi akut, kontak
seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu kepada bayinya.
Masa inkubasi 26 160 hari dengan rata- rata 70 80 hari.
Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan terapis
respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta onkologi laki-laki biseksual serta
homoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan para pemaki obat-obat IV juga beresiko.
3. Hepatitis C (HCV)
Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak yang diameternya 30
60 nm.
Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga oleh kontak
seksual.
Masa inkubasi virus ini 15 60 hari dengan rata 50 hari
Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B
4. Hepatitis D (HDV)

a. Virus hepatitis B (HDP) merupakan virus RNA berukuran 35 nm


b. Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang memiliki memakai obat
terlarang dan kebiasaan penderita hemovilia
c. Masa inkubasi dari virus ini 21 140 hari dengan rata rata 35 hari
d. Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B.
5. Hepattitis E (HEV)
a. Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya + 32 36 nm.
b. Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia dimungkinkan meskipun
resikonya rendah.
c. Masa inkubasi 15 65 hari dengan rata rata 42 hari.
d. Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E dan makan makanan,
minum minuman yang terkontaminasi.
D. GEJALA KLINIS
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi
klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari masing amsing
stadium adalah sebagai berikut.
1. Stadium praicterik berlangsung selama 4 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala,
lemah,anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut kanan atas urin menjadi
lebih coklat.
2. Stadium icterik berlangsung selama 3 6 minggu. Icterus mula mula terlihat pada
sklera,kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan keluhan berkurang, tetapi klien masih
lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati
membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal
lagi. Penyebuhan pada anak anak menjadi lebih cepat pada orang dewasa, yaitu pada akhir
bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya berbeda
E. INSIDEN
1. Hepetitis A
Penyakit endemik dibeberapa bagian dunia, khususnya area dengan sanitasi yang
buruk. Walaupun epidemik juga terjadi pada negara negara dengan sanitasi baik.
2. Hepatitis B
Ditemukan dibeberapa negara insidennya akan meningkat pada area dengan populasi
padat dengan tingkat kesehatan yang buruk.
3. Hepatitis C
90 % kasus terjadi akibat post transpusi dan banyak kasus sporadik, 4 % kasus
hepatitis disebabkan oleh hepatitis virus dan 50 % terjadi akibat penggunaan obat secara intra
vena
4. Hepatitis D
Selalu ditemukan dengan hepatitis B, delta agent adalah indemik pada beberapa area
seperti negara mediterania, dimana lebih dari 80 % karier hepatitis B dapat menyebabkan
infeksi
5. Hepatitis E
Adalah RNA virus yang berbeda dari hepatitis A dan eterovirus biasanya terjadi di
India, Birma, Afganistan, Alberia, dan Meksiko.
G. PATOFISIOLOGI

H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan yang dilakukan terutama bersifat dukungan dan mencakup istirahat, hidrasi, dan
asupan makanan yang adekuat. Hospitalisasi diindikasikan bila terdapat muntah, dehidrasi,
faktor pembekuan abnormal, atau tanda-tanda gagal hati, yang membahayakan (gelisah,
perubahan kepribadian, letargi, penurunan tingkat kesadaran, dan perdarahan). Terapi IV,

studi laboratorium yang berulangkali, dan pemeriksaan fisik terhadap perkembangan penyakit
adalah tujuan utama penatalaksanaan di rumah sakit.
Berikut ini adalah obat-obat yang dapta digunakan :
1. Globulin imun (Ig) digunakan sebagai profilaksis sebelum dan sesudah terpajan hepatitis
A (diberikan dalam waktu 2 minggu setelah pemajanan)
2. HBIG diberikan sebagai profilaksis setelah pemajanan (tidak divaksinasi : diberikan per
IM dan mulai dengan vaksin HB. Divaksinasi : diberikan per IM ditambah dosis booster.
Perinatal : 0,5 ml per IM dalam 12 jam setelah kelahiran)
3. Vaksin Hepatitis B (Hevtavax B) digunakan untuk mencegah munculnya hepatitis B
(Perinatal : diberikan per IM dalam 12 jam setelah kelahiran, diulangi pada usia 1 dan 6
bulan. Anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun. Tiga dosis IM (paha anterolateral /
deltoid), dua dosis pertama diberikan berselang 1 bulan, dan booster diberikan 6 bulan setelah
dosis pertama. Anak-anak yang berusia lebih dari 10 tahun. Diberikan tiga dosis ke dalam
otot deltoid. Perhatikan bahwa anak yang menjalankan hemodialisis jangka panjang dan anak
dengan sindrom Down harus divaksinasi secara rutin karena tingginya resiko memperoleh
infeksi Hepatitis B ini).
2. KONSEP DASAR ASKEP
A. PENGKAJIAN
a. Biodata.
Identitas.
Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa medis.
Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat, pekerjaan,
penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, dan hubungan
dengan klien.
b. Keluhan utama
Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan dapat berupa nafsu
makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam
dan
kuning
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut kanan
atas

2. Riwayat Kesehatan Masa lalu


Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya,
kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah
sakit serta perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya
3. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan
dengan penyakit pencernaan.
4. Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
1. Aktivitas

Kelemahan

Kelelahan

Malaise

2. Sirkulasi

Bradikardi ( hiperbilirubin berat )

Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

3. Eliminasi

Urine gelap

Diare feses warna tanah liat

4. Makanan dan Cairan

Anoreksia

Berat badan menurun

Mual dan muntah

Peningkatan oedema

Asites

5. Neurosensori

Peka terhadap rangsang

Cenderung tidur

Letargi

Asteriksis

6. Nyeri / Kenyamanan

Kram abdomen

Nyeri tekan pada kuadran kanan

Mialgia

Atralgia

Sakit kepala

Gatal ( pruritus )

7. Keamanan

Demam

Urtikaria

Lesi makulopopuler

Eritema

Splenomegali

Pembesaran nodus servikal posterior

8. Seksualitas

Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman
di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan
masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar.

Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis


Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder
terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites
penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret
Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman
di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan
masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nutrisi pasien terpennuhi.
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
1. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
2. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan
tawarkan pagi paling sering
R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan
kapasitasnya.
3. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang
menurunkan nafsu makan.
4. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
5. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit
untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nyeri pasien berkurang atau
teratasi.
Kriteria hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
1. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk
intensitas nyeri

R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat
peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami
perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
2. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri

Akui adanya nyeri

Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya

R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami
nyeri
3. Berikan informasi akurat dan

Jelaskan penyebab nyeri

Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui

R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya
akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak
terdapat penjelasan)
4. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.
Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam suhu badan pasien normal
Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu
1. Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
2. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000
l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi
3. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan
merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan
4. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan
mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.

Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis


Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam keletihan pasien berkurang
Kriteria hasil : tidak terjadi keletihan
1. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang
2. Sarankan klien untuk tirah baring
R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat
digunakan untuk penyembuhan penyakit.
3. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan
dan minat-minat
R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting dan
meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting
4. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak energi,
waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan
keletihan
5. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif, teknik
relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder
terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi kerusakan
intergritas kulit dan jaringan.
Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
1. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering

Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin)

Keringkan kulit, jaringan digosok

R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf


2. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan
kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
R/ penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui
vasodilatasi

3. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada
area pruritus untuk tujuan menggaruk
R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus
4. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites
penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam pasien tidak mengalami
gangguan pola nafas.
Kriteria hasil : Pola nafas adekuat
Intervensi :
1. Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
R/ pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan dalam
abdomen
2. Auskultasi bunyi nafas tambahan
R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
3. Berikan posisi semi fowler
R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan
ukuran sekret
4. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak
5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi infeksi pada
pasien.
Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
1. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk menangani
semua cairan tubuh

Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen

Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh

Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat, jangan
menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun

R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis


2. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan tepat
untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi
R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi infeksius dan
mencegah transmisi penyakit
3. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan
pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi
4. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang tepat
R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan kemungkinan
orang lain terinfeksi
D. IMPLEMENTASI
Diagnosa 1:
1. Memabntau makanan yang dimakan oleh klien beserta jumlah dan bagaimanan pola
makan klien
2. Memberikan snack atau makanan yang mengundang selera pasien
3. Menjelaskan pentingnya nutrisi bagi metabolisme tubuh
4. Memberikan pola diet rendah lemak
Diagnosa 2:
1. Mengukur skala nyeri untuk mengetahui perkembangan kondisi klien
2. Mengompres bagian yang nyeri agar nyeri berkurang
3. Memberikan penjelasan mengenai proses infeksi hingga menyebabkan nyeri
4. Memberikan obat analgesic sesuai anjuran dokter
Diagnosa 3
1. Mengukur suhu tubuh klien
2. Mengompres aksila, kepala, dan lipat paha klien untuk mengurangi panas
3. Memberikan minum pada klien sedikitnya 8 gelas perhari
4. Memberikan obat antipiretik sesuai dosis dan tepat waktu
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

F. EVALUASI
Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal
dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan,
menangis intensitas dan lokasinya)
Tidak terjadi peningkatan suhu
Tidak terjadi keletihan
Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
Pola nafas adekuat
Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hepatitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus menyebakan peradangan
pada hati. Hepatitis selain disebakan oleh virus disebabkan juga alcohol dan juga obat-obatan
dan bahan-bahan kimia. Hepatitis pada anak-anak sebagian besar disebabkan oleh bahanbahan kimia yang terkandung dalam snack. Selain itu juga anak-anak kurang memperhatikan
akan kebersihan sehingga memudahkan virus untuk masuk ke dalam tubuh.
2. Saran
Orang tua harus memberikan perhatian khusus pada anak dalam pemilihan makanan
serta memberikan pendidikan akan pentingnya kebersihan agar tidak terkena virus yag dapat
menyebabkan penyakit hepatitis. Pada bayi sebaiknya ibu memberikan imunisasi secara tepat
waktu untuk mencegah terjadinya hepatitis.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan Penyakit, Gramedia
Pustaka Utama Jakarta.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, EGC, Jakarta.
Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih bahasa
Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.
Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I, jakarta,
Salemba Medika.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, Balai Penerbit
FKUI, jakarta.\

ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS


00.07 Teguh Subianto 3 comments
Share :

ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS


A. DEFINISI
Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi yang penyebarannya luas, walaupun efek
utamanya pada hati.( Syivia .A. price : 2005 hal : 485 )
Hepatitis virus akut adalah penyakit pada hati yang gejala utamanya berhubungan erat dengan
adanya nekrosis pad hati. Biasanya disebabkan oleh virus yaitu virus hepatitis A, virus
hepatitis B, virus hepatitis C, dll.( Arief Mansjoer, 2001 : 513 )
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono
Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia
serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)
B. ETIOLOGI
Type A

Type B

Type C

Type D

Type
E

Metod
e
transm
isi

Fekal
-oral
melal
ui
orang
lain

Parente
ral
seksual,
perinata
l

Parente
ral
jarang
seksual,
orang
ke

Parenteral
perinatal,
memerluk
an
koinfeksi
dengan

Fekal
oral

Keparahan

Tak
ikteri
k dan
asimt
omatik

Parah

Sumbe
r virus

Dara
h,
feces,
saliva

Darah,
saliva,
semen,
sekresi
vagina

orang,
type B
perinata
l
Menyeb Peningkat Sama
ar luas, an insiden deng
dapat
kronis
an D
berkem dan gagal
hepar
bang
akut
sampai
kronis
Terutam Melalui
Dara
a
darah
h,
melalui
feces,
darah
saliva

2.Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
3.Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.
C.TANDA DAN GEJALA
1.Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2.Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 27 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu
hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise,
lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5
hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
3.Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan
bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian
menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa
seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
4.Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul
bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine
tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
D.PATOFOSIOLOGI
Patways
Klik Untuk Melihat Pathway
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh usus disertai nkrosis dan inflamasi pada sel
sel hati yang menghsilkan kumpulan perubahanklinis, biokimia serta seluler yang khas.
Disini hepatitis dibagi menjadi dua yaitu hepatitis A dan hepatitis B. Hepatitis A dinamakan

hepatitis hepatitis infekglusa, dosebabkan oleh virus RNA dari vamili anterovirus. Cara
penularanya melalui fekal orl terutama lewat konsumsi makanan dan minuman yang tercemar
virus tersebt. Masa inkubasi diperkirakan 1 7 minggu dengan rata rata 30 hari. Ketika
gejala muncul, bentuknya berupa infeks saluran nafas atas yang ringan seperti flu dengan
panas yang tidak terlalu tinggi. Anoreksia merupakan gejala dini dan diperkirakan terjadi
akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak tersebut untuk melakukan detoksifikasi produk
yang abnormal. Sedangkan Hepatitis B berbeda dengan hepatitis A, ditularkan melalui darah
(jalur perkutan dan permukosa). Virus tersebut pernah ditemukan oleh darah, saliva, semen
serta sekretvagina dan dapat ditularkan lewat mmbran mukosa serta pada luka kulit. Memiliki
masa inkubasi panjang. Gejala dan tanda samar dan bervariasi. Panas dan gejala pernapasan
jarang ditemukan
E.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.Laboratorium
a.Pemeriksaan pigmen
- urobilirubin direk
- bilirubun serum total
- bilirubin urine
- urobilinogen urine
- urobilinogen feses
b.Pemeriksaan protein
- protein totel serum
- albumin serum
- globulin serum
- HbsAG
c. Waktu protombin
- respon waktu protombin terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
- AST atau SGOT
- ALT atau SGPT
- LDH
- Amonia serum
2. Radiologi
- foto rontgen abdomen
- pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel
radioaktif
- kolestogram dan kalangiogram
- arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
- laparoskopi
- biopsi hati
F. KOMPLIKASI
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi
amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan
jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih
banyak ditemukan pada alkoholik.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati


1.Aktivitas
- Kelemahan
- Kelelahan
- Malaise
2. Sirkulasi
- Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
- Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3. Eliminasi
- Urine gelap
- Diare feses warna tanah liat
4. Makanan dan Cairan
- Anoreksia
- Berat badan menurun
- Mual dan muntah
- Peningkatan oedema
- Asites/Acites
5. Neurosensori
- Peka terhadap rangsang
- Cenderung tidur
- Letargi
- Asteriksis
6. Nyeri / Kenyamanan
- Kram abdomen
- Nyeri tekan pada kuadran kanan
- Mialgia
- Atralgia
- Sakit kepala
- Gatal ( pruritus )
7. Keamanan
- Demam
- Urtikaria
- Lesi makulopopuler
- Eritema
- Splenomegali
- Pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas
- Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak
nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan,
kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan
muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis

5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus
G. INTERVENSI
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak
nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan,
kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan
muntah.
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
a.Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
R/keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
b.Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan tawarkan pagi
paling sering
R/adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan
kapasitasnya.
c.Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
R/akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang
menurunkan nafsu makan.
d.Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
e.Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R/glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit
untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.
2.Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Hasil yang diharapkan :
Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan,
menangis intensitas dan lokasinya)
a.Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk
intensitas nyeri
R/nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat
peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami
perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
b.Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
- Akui adanya nyeri
- Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia
mengalami nyeri
c.Berikan informasi akurat dan
- Jelaskan penyebab nyeri
- Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya
akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak
terdapat penjelasan)
d. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.

3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar.
Hasil yang diharapkan :
Tidak terjadi peningkatan suhu
a. Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari)
untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi
c. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan
merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan
d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan
mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang
b. Sarankan klien untuk tirah baring
R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat
digunakan untuk penyembuhan penyakit.
c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan dan
minat-minat
R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting dan
meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting
d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak energi,
waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat
menimbulkan keletihan
e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif, teknik
relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
Hasil yang diharapkan :
Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
- Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin)
- Keringkan kulit, jaringan digosok
R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf
b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan
kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
R/ penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui
vasodilatasi
c. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada area
pruritus untuk tujuan menggaruk
R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus

d. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin


R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites
penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Hasil yang diharapkan :
Pola nafas adekuat
Intervensi :
a. Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
R/ pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan dalam
abdomen
b. Auskultasi bunyi nafas tambahan
R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
c. Berikan posisi semi fowler
R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan
ukuran sekret
d. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak
e. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus
Hasil yang diharapkan :
Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
a. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk menangani semua
cairan tubuh
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen
- Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh
- Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat, jangan
menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun
R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis
b. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan tepat untuk
membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi
R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi infeksius dan
mencegah transmisi penyakit
c.Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan pengunjung
lain dan petugas pelayanan kesehatan.
R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi
d. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang tepat
R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan kemungkinan
orang lain terinfeksi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan Penyakit,
Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.

Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih
bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.
Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I,
jakarta, Salemba Medika.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, Balai
Penerbit FKUI, jakarta.

ASKEP HEPATITIS

HEPATITIS
Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas/ menyebar , hepatitis virus
merupakan jenis yang paling dominan . Dimana juga merupakan hasil infeksi yang
disebabkan oleh salah satu dari lima golongan besar jenis virus , antara lain :
Virus Hepatitis A ( HAV )
Virus Hepatitis B ( HBV )
Virus Hepatitis C ( HCV )
Virus Hepatitis D ( HDV ) atau Virus Delta
Virus Hepatitis E ( HEV )
Hepatitis F dan G mempunyai kesamaan atau identitas tersendiri , tetapi jenis ini jarang ada.
Luka pada organ liver dengan peradangan bisa berkembang setelah pembukaan untuk
sejumlah farmakologi dan bahan kimia dari inhalasi , ingesti , atau pemberian obat secara
parenteral ( IV ) . Toxin dan Drug induced Hepatitis merupakan hasil dari pembukaan atau
terbukanya hepatotoxin , seperti : industri toxins , alkohol dan pengobatan yang digunakan
dalam terapi medik.
Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama perjalanan infeksi dengan
virus-virus lainnya , seperti :
Cytomegalovirus
Virus Epstein-Barr
Virus Herpes simplex
Virus Varicella-zoster

Klien biasanya dapat sembuh secara total dari hepatitis , tetapi kemungkinan mempunyai
penyakit liver residu . Meskipun angka kematian dari hapetitis relatif lama atau panjang ,
pada hepatitis virus akut bisa berakhir dengan kematian
PATHOFISIOLOGI
Setelah liver membuka sejumlah agen , seperti virus. Liver menjadi membesar dan mendesak
dengan meradangnya sel-sel hati , lymfosit-lymfosit , bertambahnya cairan , sehingga dalam
kuadran kanan atas terasa sakit dan tidak nyaman . Sebagai kemajuan dan kelanjutan proses
penyakit , pembelahan sel-sel hati yang normal berubah menjadi peradangan yang meluas ,
nekrosis dan regenerasi dari sel-sel hepar . meningkatnya penekanan dalam lintasan sirkulasi
disebabkan karena masuk dan bercampur dengan aliran darah kedalam pembelahan jaringanjaringan hepar ( sel-sel hepar ) . Oedema dari saluran-saluran empedu hati yang terdapat pada
jaringan intrahepatik menyebabkan kekuningan.
Data spesifik pada patogenesis hepatitis A , hepatitis C , hepatitis D , dan hepatitis E sangat
terbatas . Tanda-tanda investigasi mengingatkan pada manifestasi klinik dari peradangan akut
HBV yang ditentukan oleh respon imunologi dari klien . Komplex kekebalan Kerusakan
jaringan secara tidak langsung memungkinkan untuk manifestasi extrahepatik dari hepatitis
akut B . Hepatitis B diyakini masuk kedalam sirkulasi kekebalan tubuh tersimpan dalam
dinding pembuluh darah dan aktif dalam sistem pengisian. (Dusheiko,1990) . Respon-respon
klinik terdiri dari nyeri bercampur sakit yang terjadi dimana-mana.
Phase atau tahap penyembuhan dari hepatitis adlah ditandai dengan aktifitas fagositosis dan
aktifitas enzym , perbaikan sel-sel hepar . Jika tidak sungguh-sungguh komplikasi
berkembang , sebagian besar penyembuhan fungsi hati klien secara normal setelah hepatitis
virus kalah . Regenerasi lengkap biasanya terjadi dalam dua sampai tiga bulan .
KLASIFIKASI HEPATITIS
Hepatitis Virus
Lima jenis penyakit hepatitis virus akut dengan melalui ragam penyerangan, ragam
permulaan dan masa inkubasi . Virus ini untuk jenis parenteral dan non parenteral
sehubungan dengan mekanisme transmisi (penyerangan).
Jenis non-parenteral : Hepatitis A dan Hepatitis E , penyebaran virus melalui route oral-fecal .
Jenis parenteral : Hepatitis B , Hepatitis C , dan Hepatitis D , penyebarannya melalui
transfusi darah melalui pembuluh darah vena dan hubungan sex.

Hepatitis A
Bahan penyebab yang dapat menjangkit Hepatitis A kemungkinannya adalah virus RNA dari
golongan enterovirus . Karakteristik Hepatitis A adalah sama dengan sifat khas dari syndroma
virus dan sering kali tidak dapat dikenali . Penyebaran Hepatitis A melalui route oral-fecal
dengan ingesti oral dari ketidakbersihan fecal.
Air yang tidak bersih mengandung sumber penyakit atau infeksi, kerang-kerang yang diambil
dari air yang tercemar , dan makanan yang tidak bersih karena terjamah oleh HAV . Virus
dapat juga tersebar melalui aktivitas sex oral-anal dan kadang-kadang melalui pembukaan
pengeluaran fecal dalam Rumah Sakit. Dalam kasus yang sama , Hepatitis A dapat juga
bertransmisi dalam aliran darah . Masa inkubasi Hepatitis A antara dua sampai enam minggu
dengan rata-rata waktu empat minggu . Penyakit ini dapat mengancam hidup manusia
( sangat berbahaya bagi hidup manusia ).
Hepatitis B
Hepatitis B berbentuk sebagai serum hepatitis . Virus Hepatitis B ( HBV ) adalah partikel
double-sheel berisi DNA yang terdiri dari antigen ( HBcAg ) , permukaan antigen ( HBsAg)
dan protein independent ( HBeAg ) dalam sirkulasi darah.
Jenis penyebaran HBV adalah route terkontaminasinya jaringan percutaneous dengan darah .
Selain itu juga penyebarannya melalui mukosa membran dengan lewat :
Kontak dengan cairan tubuh , seperti : semen , saliva , dan darah .
Kontaminasi dengan luka yang terbuka .
Peralatan dan perlengkapan yang terjangkit.
Contoh waktuterjadinya transmisi ( penyebaran ) , antara lain :
Jarum suntik ( secara sengaja atau kebetulan ).
Transfusi darah yang terkontaminasi dengan luka , goresan atau lecet
Mulut atau mata yang terkontaminasi selama irigasi luka atau suction.
Prosedur bedah mulut atau gigi.
HBV dapat terjadi klien yang menderita AIDS . HBV lebih menjangkit atau berbahaya dari
pada HIV , dimana sebagai penyebab AIDS . Untuk penyebab ini Hepatitis B mendapat
tempat terbesar untuk perawatan kesehatan profesional .
Hepatitis B dapat tersebar melalui hubungan sex dan khususnya para gay (male-homo)
(Dindzans,1992). Virus ini dapat juga tersebar dengan melalui penggunaan peralatan tato
dan pelubang daun telinga ; penggunaan yang terkontaminasi pada perlengkapan pembagian

obat ( terkontaminasinya perlenkapan pembagian obat ) ; berciuman ; dan perlengkapan


lainnya seperti : cangkir , pasta gigi , dan rokok.
Perjalanan penyakit Hepatitis B sangat beragam. Hepatitis B kemungkinan mempunyai
serangan tipuan dengan sinyal yang lemah dan sekumpulan penyakit atau komplikasi yang
serius , seperti : masa inkubasi 40 sampai dengan 180 hari , tetapi Hepatitis B secara umum
akan berkembang 60 sampai 90 hari setelah pembukaan (terserang) . Penyakit liver kronik
berkembang 5% pada klien dengan infeksi HBV akut.
Hepatitis C
Virus Hepatits C (HCV) sama dengan HBV, dan mempunyai pengurai seperti flavi-virus,
virus pemutus rantai RNA. HCV penebarannya melalui darah dan produksi darah dan
terindentitas pada gay , tersebar selama hubungan sex . Symptom berkembang 40 sampai 100
hari setelah penyerangan virus . Masa inkubasi adalah 2 sampai 22 minggu , dengan rata-rata
masa inkubasi 8 minggu.
Akibat meningkatnya Hepatitis C dan Hepatitis B pada klien yang sama , epidemiologi dan
hepatologi dipelajari dengan seksama . Klien yang menggunakan obat secara IV
menyebabkan 40% terjangkit HCV .
Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan karena terinfeksi HDV , virus RNA yang tidak sempurna
membutuhkan fungsi pembantu HBV. HDV bergabung dengan HBV dengan kehadirannya
dibutuhkan untuk replikasi virus. Virus delta dapat menjangkit pada klien secara simultan
dengan HBV atau bisa juga dengan meninfeksi secara superimpose pada klien yang terinfeksi
HBV super infeksi kemungkinan mempunyai waktu hidup yang sama dengan Hepatitis B
kronik dan mungkin juga berkembang dalam keadaan carrier yang kronik . Transmisi primer
penyakit ini melalui route non-percuntaneous , terutama hubungan personal yang tertutup
(selingkuh).
Durasi infeksi HDV ditentukan dengan durasi infeksi HBV tidak lebih lama dari infeksi HBV.
Bagaimanapun infeksi HDV kronik menunjukkan adanya kemajuan yang cepat dari penyakit
liver, penyebab penambah kerusakan hati yang telah siap disatukan dari infeksi HBV kronik.
Hepatitis E
Virus hepatitis sangat mudah dikenal dengan epidemis cairan dari hepatitis, sejak ditemukan
epidemi di Asia, Afrika dan Mexico. Di AS dan Canada hepatitis E terjadi pada orang orang

yang mengunjungi daerah endemic. Virus rantai tunggal RNA dikirimkan melalui rute oral
fecal dan menyerupai virus hepatitis A. HEV mempunyai periode inkubasi 2 9 minggu.
Hepatitis E tidak menuju infeksi kronik atau carier.
RACUN DAN PENGARUH OBAT ( KIMIA ) HEPATITIS
2 Tipe Utama Toxic Hepatitis Yang Dikenal :
1. Direct Toxic Hepatitis ( DTH )
DTH dihasilkan dalam nekrosis dan infiltrasi lemak dari liver. Penyebab racun
hepatitis adalah racun yang umum yang sistematis atau diubah di liver dari metabolisme
toxic. Masyarakat yang mempunyai kebiasaan buruk seperti alcoholic dapat memiliki DTH
sebagai contoh, Acetaminophen ( Tylenol, Exdol ), dalam penggunaan secara bersamaan
Over The Counter ( OTC ) analgesik dapat menyebabkan nekrosis hepatic yang hebat.
Industri toxin, seperti Carbon Tetrachloride, Trichloroethylene dan phosphor kuning, juga
memiliki efek direct toxic pada liver.
2. Iodiosyncratic Toxic Hepatitis ( ITH )
ITH dihasilkan dari pergantian morfologi liver yang sama ditemukan divirus hepatitis.
Dalam reaksi obat Iodiosyncratic, kasus hepatitis tidak terprediksi dan jarang. Ini mungkin
terjadi disetiap saat selama atau dalam waktu dekat setelah membuka obat.
Agen yang dihasilkan di ITH meliputi :

Halothane, agent anestesi.

Methyldopa ( Aldomet, Dopamet ), obat anti hipertensi.

Isoniazid ( INH, Isotamine ), agent anti tuberculosa.

Phenytoin ( Dilantin ), anti konvulsant.


KOMPLIKASI HEPATITIS
Kegagalan sel liver untuk regenerasi, dengan kemajuan proses nekrotik dihasilkan
secara hebat, sering membentuk hepatitis yang fatal yang lebih dikenal dengan hepatitis
fulminan. Bentuk nekrosis hepatitis secara besar besaran sangat jarang. Hepatitis kronik
terjadi seperti hepatitis B atau hepatitis C. Infeksi sangat tidak mungkin pada agent delta
hepatitis ( HDV ), dalam klien dengan penampakan antigen hepatitis B atau HbS Ag mungkin
menuju hepatitis kronik yang akut dan kemunduran klinis. Dalam beberapa kasus hepatitis
fulminan dengan kematian mungkin terjadi.

Pada seseorang dengan hepatitis kronik aktif ( CAH ) kerusakan liver yang meningkat
dan dikarakteristikkan oleh nekrosis hepatitis secara terus menerus, inflamasi akut dan
fibrosis. Klien mungkin tidak ada gejala untuk waktu yang lama dari proses penyakit liver
atau fibrosis yang terus menerus mungkin menuju ke kerusakan liver, sirosis, dan kematian.
Hepatitis kronik aktif mungkin di manifestasikan oleh :

Gejala klinik persistent dan hepatomegali.

Adanya kelanjutan dari HbS Ag.

Pengangkatan, turun naiknya tingkatan serum aspartate amino transferase ( AST ), billirubin
dan alkaline phospatase untuk 6 12 bulan setelah terjadi hepatitis akut.
Biopsi liver lebih mudah oleh keseimbangan diagnosa hepatitis kronik. Pada
seseorang dengan hepatitis kronik persistent dan hepatitis kronik lobar,kerusakan liver tidak
meningkat setelah tanda pengambilan.Tipe dari hepatitis dihasilkan dari infeksi dengan
dan virus hepatitis B dan hepatitis C. Pada kesalahan yang tidak meningkat, perkembangan
serosis jarang. Banyak klien dengan hepatitis kronik persisten tidak ada gejala dan fisiknya
terlihat normal. Data laboratorium mungkin menampakkan peningkatan serum AST dan
alkaline phospatase yang mungkin tetap bertahan sampai 1 tahun.
ETIOLOGI
Penyebab hepatitis meliputi :

Infeksi virus.

Obat-obatan, bahan kimia, dan racun.

Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.


PERBEDAAN TANDA-TANDA DARI 5 TIPE VIRUS HEPATITIS
Tanda

Hepatitis A

Hepatitis B

Hepatitis C

Delta

( non-A, non-

Hepatitis

Hepatitis E

B hepatitis)
Persamaan

*Infeksihepatiti *Serum
s.
*Inkubasi

hepatitis.
*Inkubasi

*Epidemi nonA, non-B


hepatitis atau

hepatitis yang

hepatitis yang

dengan

pendek.

panjang.

masuknya

transmisi
Diagnosa

Anti HAV Ig

penyakit akut. M dalam

hepatitis.
Anti HEV

HbS Ag

Anti HDV

dalam serum.

titer naik.
17 98 hari.

2 9 minggu

Pecandu obat.

Orang yang

Waktu

serum.
28 94 hari.

17 98 hari.

inkubasi
Kelompok

Lebih

Semua

Semua umur,

resiko tinggi

banyak pada

kelompok

terjadi setelah

tinggal pada

anak anak

umur

transfusi

daerah kumuh.

dan latar

beresiko,

darah.

belakang

terutama

institusional.

pecandu obat,
klien
hemodialisis
dan orang
orang

Musin

kesehatan.
Setiap tahun

Setiap tahun

Setiap tahun

Setiap tahun

kemarau.
Melalui oral

Melalui

Darah dan

Infeksi

Melalui oral

fecal antara

transfusi

cairan darah.

gabungan dari fecal,

seseorang

darah dan

hepatitis B,

transmisi dari

yang tinggal

produk darah.

non perkutan,

cairan yang

bersama

kontak

terkontaminasi

dengan

tertutup.

Penghujan
dan awal

Transmisi

kontak
langsung.
Peradangan virus pada hati umumnya dalam bentuk hepatitis. Hepatitis A disebabkan
oleh virus hepatitis A dan Hepatitis B juga terinfeksi oleh virus hepatitis B. Virus hepatitis C (
HCV ) belum dapat diidentifikasi. Ini menunjukkan bahwa sedikitnya dua virus dalam
klasifikasi ini. HCV negatif non A, hepatitis non B mungkin timbul karena infeksi oleh virus

yang belum terisolasi atau terinfeksi HCV yang tidak dapat teridentifikasi oleh penanda
serologi.
Empat tipe virus hepatitis, delta hepatitis hanya terjadi pada virus hepatitis B dan
disebabkan oleh virus hepatitis D. Hepatitis E disebabkan oleh virus hepatitis E.
Penyaringan rutin dari donor darah dan menghapuskan penjualan sumber darah
membuat penurunan terjadinya hepatitis B setelah transfusi darah. Bagaimanapun resiko vital
hepatitis setelah transfusi merupakan masalah penyebab utama dan tergantung pada metode
dimana produksi darah diproses. Berbagai macam produk darah membawa resiko besar klien
dengan hemodialisis juga membawa resiko tinggi terkena hepatitis B.
Laporan kasus pada DEPKES daerah untuk semua tipe hepatitis vital diketahui
jumlahnya untuk mencegah penyebaran.
PENERANGAN PERAWATAN PENCEGAHAN HEPATITIS VIRUS

Gunakan pencegahan umum atau pencegahan substansi tubuh untuk menjaga perpindaham
kuman antara klien atau antara klien dengan staf perawat kesehatan

Menghapuskan penggunaan jarum dan benda tajam lainnya dengan mengganti sistem
penggunaan jarum

Ambil vaksin hepatitis B ( hepatovax-B, recombinex HB ) diberikan dengan tiga seri


suntikan. Vaksin ini juga untuk menjaga atau mencegah hepatitis B

Untuk postexposure mencegah hepatitis B, lihat atau cari segera perhatian medis untuk
kemungkinan administrasi imuno globulin hepatitis B ( HBIG ) atau imuno globulin ( IG )

Laporkan semua kasus hepatitis pada DEPKES Daerah.


PENCEGAHAN HEPATITIS VIRUS

Memelihara sanitasi yang baik dan kebersihan diri. Cuci tangan kamu sebelum makan dan
setelah dari toilet.

Minum air yang sudah masak oleh sistem pencucian air

Jika transportasi tidak berkembang atau kota non industri, minum hanya dengan air botol.
Hindarkan makanan yang telah dicuci dengan air, seperti sayuran mentah, buah dan sop.

Pergunakan sanitasi yang baik untuk mencegah panyebaran kuman antar anggota keluarga.
Jangan menggunakan bagian tempat tidur dari linen, handuk, alat makan dan gelas minuman
sesama keluarga,

Jangan berbagi jarum suntikan.

KEJADIAN / PENGARUH
Hepatitis A umumnya kebanyakan tipe hepatitis virus dunia. Dan yang tertinggi
adalah hepatitis B. Dan jumlahnya 40 % tercatat kasus hepatitis vital (Dindanz, 1992 )
Ini meningkat kejadiannya pada wabah penggunaan obat IV. Kebersihan rendah merupakan
bentuk penyebab utama dari perpindahan pada kelompokm ini.
Sekitar 5 % dari populasi dunioa terinfeksi virus hepatitis B ( Wright, 1992). Hepatitis
B utamanya terjadi pada dewasa muda di USA. Dengan 75 % terjadi pada kasus antara umur
15 dan 39 tahun. Kejadian ini meningkat selama 1980 dan awal 1990. Kira kira 300.000
kasus baru dari terjadinya hepatitis B di USA setiap tahun 59 % dari semua kasus pengguna
obat IV, heteroseksual dengan gantai pasangan dan homoseksual laki-laki. 3 % dari semua
kasus terjadi pada pekerja perawat kesehatan.
Hepatitis C ( Infeksi HCV ) jumlahnya kira kira 20 % dari semua kasus hepatitis
vital yang tercatat oleh perawat kontrol kuman Amerika

(CDC) dan biasanya

ddisebabkan oleh penyebaran hepatitis. Penyebab 80 % dari kasus penyebarab hepatitis


kronik ( Dindanz, 1992 ).
Kejadian ini mungkin diremehkan karena belum terlaporkan / rendahnya laporan. Beberapa
klien dengan hepatitis kronik, 95 % terinfeksi dengan jalan transfusi darah. Hepatitis kronik
berkembang sekitar 50 % dari klien dengan infeksi HCV akut dan terjadinya sirosis 20 % dari
klien ini ( Wright, 1992 )
Pertimabangan Perubahan Bentuk
Infeksi dengan agen delta telah menyebar di seluruh dunia bagaimanapun di negara
Mediterania, Afrika Timur, Eropa Selatan dan Timur Tengah. Infeksi delta mewabah pada
beberapa orang dengan hepatitis B. Penyakit hepatitis E telah ditemukan di India dan telah
tercatat sedikit kasus di Asia, Afrika dan Meksiko (Herrera, 1993 )
MANAJEMEN KOLABORASI
TINDAKAN.
Riwayat :
Ketika diperoleh riwayat dari klien dengan dicurigai hepatitis vital perawat
mengatakan pada klien bahwa dia diketahui mengidap hepatitis A atau B. Pearawat
menanyakan apakah klien baru baru ini melakukan transfusi darah atau melakukan
hemodialisis untuk penyakit ginjal. Perawat bertanya tentang :

Aktifitas social termasuk hubungan seksual ( heteroseksual, biseksual atau homo seksual )

Penggunaan obat obatan

Menggunakan anting atau tattoo

Akomodasi kehidupan seperti barak militer yang penuh, institusi yang benar atau apartemen
yang padat, atau pusat penampungan orang dengan lambat mental.
Riwayat pekerjaan klien dimasukkan. Perawat mempunyai pertanyaan khusus tentang
pekerjaan sebagai berikut :

Pekerja perawat kesehatan seperti teknisi laboratorium

Perawat di area beresiko tinggi seperti ruangan operasi, ruangan darurat, klinik perawatan
kritis dan klinik hemodialisis dan feresis.

Seorang pegawai di pusat perkembangan lambat mental.


Perawat menanyakan pada klien apakah baru baru ini melakukan perjalanan ke
negara asinga atu daerah yang sanitasinya jelek / fasilitas air yang jelek. Juga ditanyakan
tentang penyerapan air dan kemungkinan sumber kontaminasi atau penyerapan dari kerang
kerangan seperti oister.
TINDAKAN FISIK / MANIFESTASI KLINIK
Hepatitis Vital
Sumber dan penyebab dari manifestasi klinik dari semua kelima tipe hepatitis vital
adalah sama. Perawat menetapkan keluhan subyektif klien secara umum, menentukan apakah
terjadi gejala akut ( hepatitis A atau E ) atau tipuan ( hepatitis B atau C )
Klien mungkin merasa lelah dan kehilangan selera. Selanjutnya perawat memeriksa
kelanjutan untuk mengira perjalanan klien ;

Perasaan umum yang tidak nyaman

Lemah

Mialgias ( nyeri otot )

Sakit kepala

Arthritis

Intabilitas

Depresi

Nausea

Muntah

Perawat menanyakan pada klien apakah kehilangan selera pada akhir akhir ini.
Makan makanan kotor. Perokok yang tidak suka sigaret.
Perawat palpasi pada kuadran kanan atas abdominal untuk melihat hati tidak lembut
dan letaknya. Klien mungkin merasa nyeri hati dengan pergerakan kulit, sclera, dan membran
mucus diperiksa untuk melihat penyakit kuning. Klien mungkin melakukan perawatan medis
hanya setelah terlihat penyakit kuning, dipercaya bahwa gejala samar yang lain adalah
sindrom seperti influenza yang terus menerus.
Penyakit kuning pada hepatitis dihasilkan dari penyumbatan intra hepatic dan
disebabkan oleh oedema dari saluran empedu hati. Urine gelap dan berwarna seperti tanah
liat sering dialami oleh klien tersebut. Perawat mengambil urine dan contoh spesimen untuk
inspeksi visual dan analisis laboratorium.
Perawat juga melihat kulit apakah timbul kudis ( gatal ) pada klien dengan diagnosa
hepatitis B dan C. Benjolan tidak teratur dari erythema, berwarna merah atau urtycaria
mungkin terjadi. Klien sering mengalami pruritus ( gatal ) dan mungkin mempunyai abrasi
kulit karena garukan.
Klien dengan hepatitis A biasanya merasa demam, suhunya mungkin diantara 38C
40C. Demam mungkin dalam grade rendah atau tidak dengan hepatitis B / C
RACUN DAN OBAT PENYEBAB HEPATITIS
Penggambaran klinik pada racun dan obat penyebab hepatitis tergantung pada agen
kausatif. Reaksi idiosyncratic mungkin menghasilkan manifestasi klinik yang tidak dapat
dibedakan dari beberapa hepatitis vital atau mungkin seolah olah merupakan gejala pipa
empedu ekstrahepatik seperti sakit kuning yang keras, kudis, arthalgias dan demam.
TINDAKAN PSIKOSOSIAL
Hepatitis vital biasanya terjadi pada penderita akut. Gejala ini mungkin meringankan
dan mengurangi dengan cepat atau tidak diketahui. Manifestasi klinik dari hepatitis B dapat
tetap dalam usaha selama 6 bulan.
Problem emosional untuk menyenangkan klien sering terpusat pada perasaan mereka
atau marah karena sakit dan merasa lelah dari pengungkapan selera. Perasaan tidak umum
secara umum tidak aktifitas dan keluhan samar menunjukkan depresi dan keputusasaan. Klien
khawatir tentang efek panas dan komplikasi.

Klien dengan hepatitis vital sering merasa bersalah bahwa mereka membawa virus
untuk orang lain. Injfeksi adanya penyakit hepatitis dapat menyebabkan kesenjangan sosial,
kien akan merasa malu dengan adanya tindakan isolasi dan perasaan kesehatan yang
diberikan oleh pihak rumah sakit dan akhirnya berkelanjutan di rumah. Adanya ras malu
inilah menyebabkan klien membatasai interaksi sosial dengan lingkungan sekitar. Klien takut
akan penyebarab virus kepada keluarga dan teman.
Anggota keluarga klien setiap takut kontak dengan penyakit dan mereka akan
menjaga jarak dengan klien. Perawat memberi ijin kepada klien beserta keluarganya untuk
saling mengungkapkan perasaannya dan mengetahui penyebab penyebarannya. Tindakan
pencegahan berupa isolasi membuat klien beserta keluarganya menjadi gelisah.
Jika penyebarab Hepatitis B disebabkab oleh tindakan tingkah laku sosial yang buruk
seperti ; penggunaan obat-obatan terlarang dan perilaku homoseksual maka klien akan
merasa malu dan bersalah. Klien tidak dapat kembali bekerja sampai hasil tes darah yang
menunjukkan serologi bernilai negatif. Kerugian biaya pengobatan dan rawat inap bagi klien
dengan tampa adanya asuransi kesehatan menyebabkan pasien beserta keluarganya sangat
cemas akan keuangan yang harus ditanggung.

Pengkajian Laboratorium.
Ditemukannya Hepatitis A dan B menunjukkan tingkatan nilai enzim hatinya yang
akut, ditunjukkan adanya kerusakan sel-sel hati dan khususnya nilai serologi.
Serum Enzim-enzim Liver.
Tingkatan alanine aminotransferase atau ALT bernilai lebih dari 1000 mU/mL dan
mungkin lebih tinggi sampai 4000 mU/mL dalam beberapa kasus virus Hepatitis nilai
aspartat aminotransferase atau AST antara 1000 2000 mU/mL. Alanine pospatase nilai
normalnya 30 90 IU/L atau sedikit lebih tinggi. Nilai serum total bilirubin naik kepuncak
2,5 mG/dL dan berlangsung ketat dengan tanda-tanda klinik penyakit kuning. Tingkatan nilai
bilirubin juga terdapat pada urine.
Pemeriksaan serologi.
Dinyatakan terkena Hepatitis A jika virus Hepatitis A anti body ( Anti-HAV )
terdeteksi dalam darah. Peradangan pada liver yang terjadi secara terus menerus disebabkan
oleh HAV adalah bukti nyata munculnya antibody Imonoglobin M ( Ig M ) yang bertahan

dalam darah 4 6 minggu. Infeksi senbelumnya diindikasi dengan munculnya antobodi


Imonoglobin G atau Ig G. Antobodi ini terdapat dalam serum dan melindungi kekebalan HAV
secara permanen.
Kemunculan virus Hepatitis B ( HBV ) dapat dinyatakan jika test serologi
memperkuat kemunculan sistem antogen antibody Hepatitis B dalam darah. HBV adalah
virus DNA double shelled yang terdirri dari dalam intim dan diluar kerangka. Antigen
terletak diatas permukaan ataau kerangka virus ( HBSAG ) sangat penting bagi pemeriksaan
serologi dan mereka akhirnya memunculkan diagnosa Hepatitis B. Selama HBSAG terdapat
dalam darah maka klien diperkirakan dapat menularkan Hepatitis B. Ketakutan para peneliti
selorogi selama lebih dari 6 bulan menunjukkan faktor pembawa pada Hepatitis atau hepatitis
kronik. Secara normal tingkatan HBSAG akan mengalami kemunduran dan bahkan
menghilang setelah masa Hepatitis B akut. Munculnya antibody terhadap HBSAG dalam
darah menunjukkan kesembuhan dan kekebalan terhadap Hepatitis B.
Hepatitis B bermula saat antigen ( Hbe AG ) ditemukan didalam serum 1 minggu
setelah kemunculan HBs AG, kemunculan inilah yang menentukan kondisi klien. Seseorang
klien yang hasil testnya pada HbsAG dan HbeAG bernilai positif lebih menularkan penyakit
dari pada klien yang testnya untuk HbsAG positif ddan HbeAG negatif.
Kemunculan Hepatitis D bisa dipastikan dengan mengidentifikasi antigen D pada
intrahepatik atau sering kali didapatkan dengan naiknya titer antibody virus Hepatitis D ( Anti
HD ). Penyebaran antigen Hepatitis D ( HDAG ) merupakan diagnosa penyakit akut, tetapi
hanya dapat diketahui melalui laporan pemeriksaan serum.
Mereka mempunyai kecanggihan atau alat yang canggih untuk memeriksa test
serologi pada Hepatitis C. Penemuan perdana : Enzim ImonoAssay ( EIA ) yang digunakaan
untuk memriksa antibody virus Hepatitis C ( anti HCV ). Pengujian mereka tidak
membedakaan antara IgM dan IgG. Saat ini penemuan kedua : Enzim ImonoAssay dengan
kemampuan dapat mendeteksi antibody dengan menambahkan antigen sebelum digunakan
dan sekarang ini EIA tidak dapat diandalkan untuk test serologi scrining untuk mgidentifikasi
Hepatitis C. Hal ini akan menambahkan nomor hasil positif yang palsu dengan adanya test
screening yang dilakukan. Pada kejadian yang sama serokan versi dengan Hepatitis C akan
tertunda sanpai tahun depan. Meskipun meningkatnya hasil ImonoAssay akan menambah
spesifikasi dan sensitifitas untuk test. Anti HCV menentukan diagnosa yang tepat, merupakan
kombinasi dari pemeriksaan secara klinis biokimia dan hasil serologi. Hal ini bukan untuk
para peneliti serologi Hepatitis E.

rencanaan

tervensi

Pengkajian Radiografi.
Hanya dengan penggunaan X-Ray dapat menemukan pembesaran liver dengan
menempatkan X-Ray tepat diatas bagian abdominal.
Pengkajian Diagnosa Yang Lain.
Hepatitis kronik merupakan diagnosa biasa biopsy jaringan perkutan pada liver.
Biopsi membedakan antara antif kronik dengan Hepatitis kronik persisten.
Penemuan jaringan lemak yang masuk pada spesimen biopsy liver dan peradangan
dengan neutrofil yang tetap dengan Hepatitis Laennecs ( yang disebabkan oleh alkohol ).
ANALISA
Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan digunakan pada klien dengan Hepatitis virus akut yang
disebabkan oleh :
1. Intoleransi aktifitas sehubungan dengan ketidaknyamanan ataau rasa tidak nyaman.
2. Berubahnya nutrisi yang masuk kedalam tubuh atau kurang dari kebutuhan tubuh
sehubungan dengan anoreksia, nausea dan vomiting.
Diagnosa Keperawataan Tambahan.
Klien dengan Hepatitis virus merupakan bukti problem sekunder yang disebabkan
oleh :
1. Anxietas sehubungan dengan rawat inap dirumah sakit dan waktu sakit yang cukup lama.
2. Nyeri sehubungan dengan peradangan pada liver.
3. Berubahnya aktifitas yang semakin berkurang sehubungan dengan isolasi sosial.
4. Resiko tinggi kerusakan integritas jaringan kulit sehubungan dengan kekurangan dan
kruritus.
5. Isolasi sosial sehubungan dengan resiko penyebarab infeksi.
RENCANA DAN TINDAKAN
A. Intoleransi Aktifitas.
: Meningkatkan aktifitasnya ssampai seperti pada saat sebelum sakit.
:
Klien dengan Hepatitis virus akut diyakini adanya peradangan yang ganas pada liver. Klien
yang tidak dirawat inap untuk Hepatitis virus tidak perlu mendapatkan perawatan secara

spesifik kecuali Hepatitis C. Hepatitis C diobati dengan menggunakan alpha interferon,


dimana berguna untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Rencana keperawatan untuk semua klien-klien dengan Hepatitis virus didasarkan ukuran liver
yang normal, maningkatkan regenerasi selular dan mencegah adanya komplikasi.
Selama stadium akut pada hepatitis virus interensi ditujukan menghentikan peradangan liver
sampai meningkatkan regenerasi sel hepar. Istirahat merupakan interensi yang penting untuk
mengurangi permintaan metabolis liver dan meningkatkan suplay darah. Keperawatan
biasanya berupa dukungan.

ecara Fisik :
Perawat mengkaji respon klien terhadap aktifitas dan periode istirahat. Bedrest secara total
dianjurkan selama fase ikteri halus pada Hepatitis. Klien biasanya lelah dan tampak malas,
tetapi waktu istirahat diselang-seling dengan waktu aktifitas dianjurkan dan biasanya sekalikali dilakukan untuk meningkatkan penyembuhan hepar.
Rencana keperawatan pada klien dan perubahan-peruahan yang dibutuhkan untuk
menunjukkan sekumpulan gejala-gejala keganasan dan hasil dari test fungsi hati ddan
menentukan enzim-enzim. Masa istirahaat tetap dilakukan aktifitas sepeerti perawataan diri
sendiri berjalan-jalan dilakukan sampai dapat ditoleransi sebagai aktifitas tetap.

ecara Psikis :

encanaan

Istirahat secara psikis dan emosional sangatlah penting. Karena bedrest dan in aktifitas
menyebabkan ansietas. Perawat memasukkan pengalihan aktifitas dalam rencanaa
keperawatannya misalnya, perawat menanyakan keperluan klien dengan membawa sesuatu
materi bacaan : majalah, buku, Koran. Rumah sakit menyediakan TV dan telephon. Perawat
juga menganjurkan pada staf dan anggota keluarga untuk meluangkan waktu untuk masuk
kekamar klien.
B. Perubahan Nutrisi Yang Masuk Kurang Dari Kebutuhan Tubuh.
:

Intake nutrisi dan kalori yang optimal pada klien sehingga meningkatkan

penyembuhan jaringan liver.

ervensi

: Dorongan terapi nutrisi ditujukan untuk meningkatkan regenerasi sel-sel


hepar atau oleh kelebihan cairan seperti biasanya dan diet balance yang baik. Hal ini tidaklah
selalu tepat karena nausea dan vomiting, anoreksia dan biasanya tidak suka terhadap
makanan.
Tindakan keperawatan untuk meningkatkan intake nutrisi yang baik dengan :
1. Terapi diet.

2. Obat-obat pengontrol nausea.


3. Perlakuan menyenangkan yang biasa dilakukan.
Terapi Diet .
Diet spesial biasanya tidak dikehendaki. Diet tinggi karbohidrat dan kalori dengan
kualitas lemak dan protein yang layak sedikitnya, sering makan akan lebih baik dari pada tiga
kali makan dalam porsi besar. Perawaat bertanya tentang makaanan pilihan klien karena
makanan favorit ditoleransi lebih baik dari pada makanan yang diberikan secara acak. Klien
dianjurkan menyiapkan menu diet, menyelaksi makanan yang menarik. Perawat berkonsultasi
dengan ahli gizi tentang sumber-sumber gizi yang mengandung kalori tinggi seperti susu.
Dokter spesialis memerintahkan untuk tambahan vitamin jika intake kalori sangat
kurang seperti ensure. Jika klien tidak dapat menerima makanan secara oral, makanan
diberikan secara sonde.
Erawat menanyakan kepada keluarga klien apkah menyiapkan makanan favorit dari
rumah dan membawanya ke RS jika mungkin. Makanan yang berlemak dan makanan yang
digoreng perlu dihindari dan menyediakan makanan tinggi karbohidrat dan protein.
Terapi Obat.
Dokter menulis resep obat anti-emetic untuk menghilangkan rasa mual seperti :
trimethobenzamide hydrochorida (Tigon,Tegamide ) dan Dimenhydrinate ( Dramaamine,
Travomine ), Proclhorperazine maleate ( Compazine )

, Phenothiazine, dilarang atau

dihindari karena potensial akan efek hepatotoxic.


Perlakuan Yang Menyenangkan.
Setia makanan dan aroma kemungkinan merangsang nausea. Perawaat menghentikan
atau menghilangkan penyebab pendorong nausea bila perlu. Suatu usaha untuk mendorong
napsu makan.. Pasien menyediakan atau perawatan mulut atau melatih melakukan oral higine
sebelum makan . Hindarkan makan dengan tidur, klien makan dengan duduk di kursi di atas
meja. Ini sulit dilakukan dirumah sakit tapi harus dilakukan dirumah. Perawat menyediakan
bedpan, urinal didekat klien dan menyediakan penyegar ruangan.
RENCANA PEMULANGAN
* Persiapan perawatan di rumah

Jika mungkin klien disedikan kamar mandi sendiri untuk personal higien, mesin cuci
sendiri, handuk sendiri, alat makan dan minum sendiri, pisau cukur sendiri, dan makanan
klien disendirikan.
*Pendidikan kesehatan
Perawat mengajarkan klien dan keluarga untuk mengobservasi pencegahan transmisi
infeksi. Perawat menganjurkan klien untuk menghindari alkohol dan minum obat yang tidak
diresepkan oleh dokter. Misal acetominophen (Tylenol,Exdol) selama 3-12 bulan. Klien harus
mengukur pola istirahat dari toleransi fisik peningkatan aktivitas. Perawat menganjurkan
klien beraktivitas untuk mencegah kelelahan. Klien makan makanan ringan, tinggi
karbohidrat dan rendah lemak. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diit dan perencanaan
menu. Perawat mengajarkan klien tentang penyebab penyakit dan menghindari aktivitas
seksual sampai test HBsAg negatif.
Panduan pendidikan virus hepatitis
-

Hindari obat-obatan yang tidak diresepkan oleh dokter

Hindari alkohol

Istirahat yang cukup dan tidur di malam hari secara adekuat

Makan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak

Hindari aktivitas seksual sampai test antibody negatif

Ikuti panduan pencegahan transmisi penyakit


* Persiapan Psikososial
Dirumah, klien mermerlukan peningkatan aktivitas social tapi terjadi isolasi social
karena penyebab. Perawat memberikan dukungan emosional. Perawat menjelaskan klien
dapat kontak dengan orang lain selama personal hygine baik. Kontak yang dekat seperti
berpelukan, berciuman harus dicegah sampai tes HbsAg negatif
* Sumber Perawatan Kesehatan
Klien dengan virus hepatitis dan keluarga harus kontak dengan pelayanan kesehatan
untuk mendapatkan informasi dalam mengontrol infeksi. Klien dirumah diberi batasan
toleransi aktivitas/ dukungan keluarga minimal dalam melakukan aktivitas sehari- hari,
persiapan makanan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum


Kriteria hasil : Klien dapat meningkatkan aktivitasnya.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah

Kriteria hasil : Klien mendapatkan intake nutrisi dan kalori secara optimal untuk
meningkatkan penyembuhan jaringan liver.
INTERVENSI
Diagnosa no 1
1. Beri waktu pada klien untuk istirahat
2. Lakukan perawatan yang tidak melelahkan
3. Anjurkan bedtrest untuk masa penyembuhan
4. Beri jadwal aktivitas pada klien , misal : perawatan diri sebelum ambulasi
Rasional no 1- 4 :
Istirahat meningkatkan penyembuhan liver, mengurangi radang Sel hepatic.
5. Berikan aktivitas yang disukai klien , misal : membaca, menoton Tv
6. Anjurkan pada keluarga dan pengunjung untuk tidak terlalu lama menjenguk
Rasional no 5 6 :
Kunjungan dan aktivitas independaen menurunkan kecemasan. Perawat harus mencegah
kunjungan yang terlalu lama karena menimbulkan kelelahan.

Diagnosa no 2
1. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet TKTPRL
Rasional no 1: Diet tinggi karbohidrat memberikan energi, protein memberikan regenerasi Sel
hepatic.
2. Berkan makanan ringan ( camilan )
3. Berikan makanan yang disukai klien dan diizinkan oleh menu
4. Berkan makanan tinggi protein misal : susu
5. Berikan suplemaen vitamin dan makanan cair seperti Ensure/Ensure plus
6. Hindari makanan berlemak dan kering yang dapat menimbulkan mual
Rasional no 2 6 : Makanan berat menyebabkan anoreksia, makan terlalu banyak
menyebabkan distensi abdomen, mual dan muntah.
7. Beri anti antiemetic seperti trimothobensamide hydrochloride ( Tigan ) sesuai resep dokter
Rasional no 7: Antiemetic untuk menurunkan mual dan muntah .

8. Hindarkan bau yang tidak enak dari klien


Rasional no 8 : Bau yang tidak enak menyebabkan mual .
EVALUASI
Pada diagnosa keperwatan dan dukungan intervensi perawatan kesehatan, perawat
mengevaluasi perawatan pada klien :
1. Klien akan membatasi aktivitas fisik
2. Klien akan melakukan isolasi yang diperlukan
3.

Klien akan meningkatkan intake nutrisi

4. Klien akan
adalah adalah penyakit yang menyerang salah satu organ penting dalam tubuh kita yaitu
organ hati. Penyakit Hepatitis atau penyakit kuning adalah segala hal bentuk peradangan yang
menyerang organ tubuh yang disebut dengan hati ataupun liver. Demikian kurang lebih dari
pengertian hepatitis.
Tadi di atas adalah pengertian penyakit hepatitis menurut tinjauan medisnya.Nah kali ini Blog
Keperawatan akan sedikit berbagi mengenai askep hepatitis yang tentunya akan dibahas
menurut tinjauan dari keperawatan dan semoga hal mengenai askep hepatitis ini bisa berguna
serta dapat bermanfaat. Dan bagi sahabat yang ingin mengetahui akan artikel mengenai
hepatitis anak dan cara mencegahnya sahabat bisa membacanya di hepatitis pada anak
Langsung saja sahabat menginjak kedalam asuhan keperawatan hepatitis ini. Seperti
biasanya dalam melakukan asuhan keperawatan yang dilakukan pertama kali adalah dengan
melakukan pengkajian.

Pengkajian Asuhan Keperawatan Hepatitis.


Data yang diambil dalam melakukan pengkajian ini tergantung dari penyebab dan berat
ringannya kerusakan / gangguan hati yang diderita.
1. Aktifitas. Yang dikaji dalam hal ini diantaranya yaitu : kelemahan, kelelahan, malaise.
2. Sirkulasi. Yang dikaji dalam hal ini diantaranya yaitu : bradikardi ( hiperbilirubin
berat ), ikterik pada sklera kulit, membran mukosa.
3. Eliminasi. data yang didapatkan pada pengkajian ini yaitu : urine gelap, diare feses
warna tanah liat.

4. Makanan dan Cairan. Data yang dikaji diantaranya yaitu : anoreksia, berat badan
menurun, mual dan muntah, peningkatan oedema, asites (acites).
5. Neurosensori. Data yang dikaji diantaranya yaitu : peka terhadap rangsang, cenderung
tidur, letargi, asteriksis.
6. Nyeri / Kenyamanan. Data yang dikaji pada pengkajian ini diantaranya yaitu : adanya
kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan, mialgia, atralgia, sakit kepala, rasa
gatal ( pruritus ).
7. Keamanan. data yang dikaji pada pengkajian ini berupa : demam, urtikaria, lesi
makulopopuler, eritema, splenomegali, pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas. Data yang dikaji diantaranya yaitu : Pola hidup / perilaku meningkat
resiko terpajan.
Selanjutnya kita melangkah kepada diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan pada
pasien dengan hepatitis adalah sebagai berikut :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan
tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan
makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena
anoreksia, mual dan muntah.
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
Intervensi Keperawatan :
1. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
2. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan
tawarkan pagi paling sering.
3. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan.
4. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
5. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak
meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
Intervensi Keperawatan :
1. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk
intensitas nyeri.
2. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri : Akui adanya
nyeri, dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya.

3. Berikan informasi akurat dan jelaskan penyebab nyeri, tunjukkan berapa lama nyeri
akan berakhir, bila diketahui.
4. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
Hasil yang diharapkan : Tidak terjadi peningkatan suhu.
Intervensi Keperawatan :
1. Monitor tanda vital : terutama dalam hal ini adalah suhu badan.
2. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000
l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
3. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur.
4. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat.
4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
Hasil yang diharapkan : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
Intervensi Keperawatan :
1. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering.
2. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan
kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal.
3. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada
area pruritus untuk tujuan menggaruk.
4. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
5. Resiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus.
Hasil yang diharapkan : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Intervensi Keperawatan :
1. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk menangani
semua cairan tubuh. Dengan cara cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
semua klien atau spesimen. Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan
cairan tubuh. Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang
tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun
2. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan tepat
untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi.
3. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan
pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.

4. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang tepat.
5.

BAB II
PEMBAHASAN
6.

7.

8.
9. A. Definisi Hepatitis Akut
10.
11. Hepatitis atau lebih dikenal dengan "Penyakit Hati" adalah terjadinya peradangan
pada hati karena toxin. Bisa disebabkan oleh kimia atau obat ataupun agen penyebab
infeksi karena Pola Hidup Sehat yang diabaikan. Bila hepatitis yang berlangsung
kurang dari 6 bulan disebut "hepatitis akut".
12. Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan
oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan
kimia. (Sujono Hadi, 1999).
13. Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi yang penyebarannya luas, walaupun efek
utamanya pada hati.( Syivia .A. price : 2005 hal : 485).
14. Hepatitis virus akut adalah penyakit pada hati yang gejala utamanya berhubungan
erat dengan adanya nekrosis pad hati. Biasanya disebabkan oleh virus yaitu virus
15.

hepatitis A, virus hepatitis B, virus hepatitis C, dll.( Arief Mansjoer, 2001 : 513
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan

klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)


16. B. Jenis-jenis Hepatitis
17. 1. Hepatitis A
18.
Hepatitis A adalah satu-satunya hepatitis yang tidak serius dan sembuh secara
spontan tanpa meninggalkan jejak. Penyakit ini bersifat akut, hanya membuat kita
sakit sekitar 1 sampai 2 minggu. Virus Hepatitis A (HAV) yang menjadi penyebabnya
sangat mudah menular, terutama melalui makanan dan air yang terkontaminasi oleh
tinja orang yang terinfeksi. Kebersihan yang buruk pada saat menyiapkan dan
menyantap makanan memudahkan penularan virus ini. Karena itu, penyakit ini hanya
berjangkit di masyarakat yang kesadaran kebersihannya rendah. Hepatitis A dapat
menyebabkan pembengkakan hati, tetapi jarang menyebabkan kerusakan permanen.
Anda mungkin merasa seperti terkena flu, mual, lemas, kehilangan nafsu makan,
nyeri perut dan ikterik (mata/kulit berwarna kuning, tinja berwarna pucat dan urin
berwarna gelap) atau mungkin tidak merasakan gejala sama sekali. Virus hepatitis A
biasanya menghilang sendiri setelah beberapa minggu. Untuk mencegah infeksi HAV,
ada vaksin hepatitis A untuk menangkalnya.
19.
20. 2. Hepatitis B

21.

Hepatitis B adalah jenis penyakit liver berbahaya dan dapat berakibat


fatal. Virus Hepatitis B (HBV) ditularkan melalui hubungan seksual, darah
(injeksi intravena, transfusi), keringat, peralatan medis yang tidak steril atau dari ibu
ke anak pada saat melahirkan. Pada 90% kasus HBV menghilang secara alami, tetapi
pada 10% kasus lainnya virus tersebut tetap bertahan dan mengembangkan penyakit
kronis, yang kemudian bisa menyebabkan sirosis atau kanker hati. Banyak bayi
dan anak-anak

yang

terkena

hepatitis

tidak

betul-betul

sembuh,

sehingga mendapatkan masalah liver di usia dewasa. Anda perlu berhati-hati dengan
virus HBV karena dapat ditularkan oleh orang yang sehat (yang tidak
mengembangkan penyakit hepatitis B) tetapi membawa virus ini. Hepatitis B
seringkali tidak menimbulkan gejala. Bila ada gejala, keluhan yang khas dirasakan
adalah nyeri dan gatal di persendian, mual, kehilangan nafsu makan, nyeri perut, dan
ikterik. Hepatitis

dapat

ditangkal

dengan

vaksin.

Anak-anak

biasanya

mendapatkan vaksin ini sebagai bagian dari program vaksinasi anak.


22.
23. 3. Hepatitis C
24.
Hepatitis C menular terutama melalui darah. Sebelumnya, transfusi
darah bertanggung jawab atas 80% kasus hepatitis C. Kini hal tersebut tidak
lagi terjadi berkat kontrol yang lebih ketat dalam proses donor dan transfusi darah.
Virus ditularkan

terutama

melalui

penggunaan

jarum

suntik

untuk

menyuntikkan obat-obatan, pembuatan tato dan body piercing yang dilakukan dalam
kondisi tidak higienis. Penularan virus hepatitis C (HCV) juga dimungkinkan melalui
hubungan seksual dan dari ibu ke anak saat melahirkan, tetapi kasusnya lebih jarang.
Seperti halnya pada hepatitis B, banyak orang yang sehat menyebarkan virus ini
tanpa disadari. Gejala hepatitis C sama dengan hepatitis B. Namun, hepatitis C
lebih berbahaya karena virusnya sulit menghilang. Pada sebagian besar pasien (70%
lebih), virus HCV terus bertahan di dalam tubuh sehingga mengganggu fungsi liver.
Evolusi

hepatitis

tidak

dapat

diprediksi.

Infeksi

akut

sering

tanpa

gejala (asimtomatik). Kemudian, fungsi liver dapat membaik atau memburuk


selama beberapa

bulan

atau

bahkan

bertahun-tahun.

Pada

sekitar

20%

pasien penyakitnya berkembang sehingga menyebabkan sirosis. Saat ini belum ada
vaksin yang dapat melindungi kita terhadap hepatitis C.
25.
26. 4. Hepatitis D
27.
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak
lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan

melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis
D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat
progresif.
.
28.
29. 5. Hepatitis E
30.
Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan
sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), keculai bila terjadi
pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui air
yang terkontaminasi feces.

31.
32.
33.
34.
35.
36.
37. C. Etiologi Hepatitis Akut
38. 1. Berdasarkan Tipe :
Tipe A
Metode
Fekal-oral
transmisi
melalui
orang lain

Tipe B
Parenteral
seksual,
perinatal

Tipe C
Parenteral
jarang
seksual,
orang ke
orang,
perinatal
Menyebar
luas, dapat
berkembang
sampai
kronis
Terutama
melalui
darah

Keparahan

Tak ikterik
dan
asimtomatik

Parah

Sumber
virus

Darah,
feces,
saliva

Darah,
saliva,
semen,
sekresi
vagina

Tipe D
Parenteral
perinatal,
memerluk
an
koinfeksi
dengan
type B
Peningkat
an insiden
kronis dan
gagal
hepar akut
Melalui
darah

Tipe E
Fekaloral

Sama
dengan D

Darah,
feces,
saliva

39.
40. 2. Zat kimia dari obat
41. Zat kimia atau obat-obatan dapat menimbulkan masalah yang sama dengan reaksi
akibat infeksi virus hepatitis. Gejala dapat terdeteksi dalam waktu 2 hingga 6 minggu
setelah pemberian obat. Pada sebagian besar kasus, gejala hepatitis menghilang

setelah pemberian obat tersebut dihentikan. Namun beberapa kasus dapat berkembang
menjadi masalah hati serius jika kerusakan hati (hepar) sudah terlanjur parah.
42. Obat-obatan yang cenderung berinteraksi dengan sel-sel hati (hepar) antara lain
halotan (biasa digunakan sebagai obat bius), isoniasid (antibiotik untuk TBC),
metildopa (obat anti hipertensi), fenitoin dan asam valproat (obat anti epilepsi) dan
parasetamol (pereda demam). Jika dikonsumsi sesuai dosis yang dianjurkan,
parasetamol merupakan obat yang aman. Namun jika dikonsumsi secara berlebihan
parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati (hepar) yang cukup parah bahkan
kematian.
43. 3. Alkohol
44. Alkohol sangat dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati (hepar). Konsumsi alkohol
berlebihan membuat kerja hati lebih berat dan bisa merusak hati.Pemakaian alkohol
yang lama juga akan menimbulkan perubahan pada mitokondria, yang menyebabkan
berkurangnya kapasitas untuk oksidasi lemak. Semua yang tersebut di atas
menyebabkan terjadinya perlemakan hati (fatty lever). Perubahan pada MEOS yang
disebabkan pemakaian alkohol yang berlangsung lama dapat menginduksi dan
meningkatkan metabolisme obat-obatan, meningkatkan lipoprotein dan menyebabkan
hiperlipidemia, berkurangnya penimbunan vitamin A dalam hepar, meningkatkan
aktivasi senyawa hepatotoksik, termasuk obat-obatan dan zat karsinogen.
45. D. Tanda dan Gejala Hepatitis Akut
46.
47. 1. Masa Tunas
48.

Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)

Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)

Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)


49.
50. 2. Fase Pre-Ikterik
51.
.
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus
berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea,
vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal
terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan
meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian.
Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
52.
53.

54.
55. 3. Fase Ikterik
56.

Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada
minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang
disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2
minggu.
57.
58. 4. Fase Penyembuhan
59.

Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu
hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun
lemas dan lekas capai.
60.
61.
62.
63. E. Patofisiologi Hepatitis Akut
64.
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh usus disertai nkrosis dan
inflamasi pada sel sel hati yang menghsilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia
serta seluler yang khas. Disini hepatitis dibagi menjadi dua yaitu hepatitis A dan
hepatitis B. Hepatitis A dinamakan hepatitis hepatitis infekglusa, dosebabkan oleh
virus RNA dari vamili anterovirus. Cara penularanya melalui fekal orl terutama lewat
konsumsi makanan dan minuman yang tercemar virus tersebt. Masa inkubasi
diperkirakan 1 7 minggu dengan rata rata 30 hari. Ketika gejala muncul,
bentuknya berupa infeks saluran nafas atas yang ringan seperti flu dengan panas yang
tidak terlalu tinggi. Anoreksia merupakan gejala dini dan diperkirakan terjadi akibat
pelepasan toksin oleh hati yang rusak tersebut untuk melakukan detoksifikasi produk
yang abnormal. Sedangkan Hepatitis B berbeda dengan hepatitis A, ditularkan melalui
darah (jalur perkutan dan permukosa). Virus tersebut pernah ditemukan oleh darah,
saliva, semen serta sekretvagina dan dapat ditularkan lewat mmbran mukosa serta
pada luka kulit. Memiliki masa inkubasi panjang.
65. Pathway hepatitis A

66.

67.
68.
69.
70.
71.
72.

73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.

123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.

F. Komplikasi
Ensefalopati hepatik terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan

oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
134.
135.
G. Pemeriksaan Penunjang
136.
1. Laboratorium
137.
a. Pemeriksaan pigmen
138.
1) Urobilirubin direk
139.
2) Bilirubun serum total
140.
3) Bilirubin urine
141.
4) Urobilinogen urine
142.
5) Urobilinogen feses
143.
b. Pemeriksaan protein
144.
1) Protein totel serum
145.
2) Albumin serum
146.
3) Globulin serum
147.
4) HbsAG
148.
HBsAG
adalah antigen hepatitis
B permukaan

yang

merupakan

protein virus yang pertama muncul setelah infeksi. Keberadaan HBsAg selama 6
bulan menunjukkan infeksi kronis. Apabila

hasil yang didapat adalah negatif

mengindikasikan orang tersebut belum pernah terpapar terhadap virus atau tengah
pulih dari infeksi hepatitis akut dan telah berhasil bebas dari virus (atau jika ada maka
itu infeksi yang tersembunyi). Nilai positif (reaktif) mengindikasikan sebuah infeksi
aktif namun tidak mengindikasikan apakah virus itu bisa ditularkan atau tidak.
149.
5) HbeAG
150.
HBeAG adalah antigen e Hepatitis yang merupakan protein dari virus dan
menunjukkan bahwa virus secara aktif mereplikasi dalam hati dan bahwa darah
seseorang dan cairan tubuhnya sangat menular. Hasil positif (reaktif) mengindikasikan
adanya virus yang bisa ditularkan pada orang lain. Hasil negatif berarti virus tidak
bisa ditularkan pada orang lain, kecuali di belahan dunia di mana strain virus tidak
memproduksi protein e-antigen adalah hal yang umum.
151.
c. Waktu protombin

152.
153.
154.
155.

Respon waktu protombin terhadap vitamin K


d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
1) SGPT
SGPT (Serum Glutamic Pyruvate Transaminase): merupakan suatu enzim

yang terdapat di dalam sel hati. Ketika sel hati mengalami kerusakan, akan terjadi
pengeluaran enzim SGPT dari dalam sel hati ke sirkulasi darah dan akan terukur
melalui pemeriksaan laboratorium.
156.
2) SGOT
157.
SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) : seperti halnya SGPT,
SGOT merupakan enzim hati yang terdapat di dalam sel parenkim hati. SGOT akan
meningkat kadanya di dalam darah jika terdapat kerusakan sel hati. Namun
SGOT tidak spesifik hanya terdapat di dalam hati. SGOT juga dapat ditemukan di sel
darah, sel jantung dan sel otot, karena itu peningkatan SGOT tidak selalu
menunjukkan adanya kelainan di sel hati.
158.
3) LDH (Laktat Dehidrogenase)
159.
Laktat dehidrogenase (LDH) adalah enzim intraseluler yang terdapat pada
hampir semua sel rmetabolisme, dengan konsentrasi tertinggi yang ditemukan di
jantung, otot rangak, hati, ginjal, otak dan sel darah merah.
160.
4) Amonia serum
161.
Amonia serum merupakan indicator yang sensitive untuk menunjukkan cedera
selhati sangat membantu dalam pendeteksian penyakit hati yang akut seperti hepatitis.
162.
2. Radiologi
163.
a. Foto rontgen abdomen
164.
b. Pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose bengal
yang berlabel radioaktif
165.
c. Kolestogram dan kalangiogram
166.
d. Arteriografi pembuluh darah seliaka
167. 3. Pemeriksaan tambahan
168.
a. Laparoskopi
169.
b. Biopsi hati
170.
H. Penatalaksanan
171.
1. Tirah baring (bed rest)
172.
Biasanya direkomendasikan tanpa memperhitungkan bentuk terapi yang lain
sampai gejala hepatitis sudah mereda. Selanjutnya,aktifitas pasien harus dibatasi
sampai gejaola pembesaran hati dan kenaikan kadar bilirubin serta enzim-enzim hati
dalam serum kembali normal.
173.
2. Nutrisi yang adekuat
174.
Nutrisi yang adekuat harus dipertahanakan; asupan nutrisi dibatasi bila
kemampuan hati untuk memetabolisasi produk sampingan protein terganggu
175.
3. Upaya kuratif

176.

Untuk mengendalikan gejala dispepsia dan malaise umum mencakup

penggunaan antasid, beladonna, serta preparat antiemetik. Apabila muntah tetap


terjadi klien mendapat terafi cairan.
177.
4. Masa Pemulihan
178.
Pemulihan gejala yang lengkap kadang-kadang membutuhkan waktu 3 atau 4
bulan atau lebih lama lagi. Selama stadium ini pengembalian aktivitas fisik yang
berangsur-angsur diperbolehkan dan harus dianjurkan sesudah gejal ikterus
menghilang.
179.
180.
5. Pertimbangan psikososial
181.
Pertimbangan psikososial harus dikenali oleh perawat, khususnya akibat
pengisolasian dan pemisahan pasien dari keluarga serta sahabat mereka selama
stadium akut dan infektif. Prencanaan khusus diperlukan unutk meminimalkan
perubahan dalam persepsi sensorik. Keluarga perlu diikutsertakan dalam perencanaan
untuk mengurangi rasa takut dan cemas dalam diri pasien tentang penularan penyakit
tersebut.
182.
I. Pencegahan Hepatitis Akut
183.
1. Personal Hygiene
184.
Selalu cuci tangan, menjaga kebersihan dan lingkungan.
185.
2. Persedian air
186.
Menjaga persediaan air agar tidak terkontaminasi dengan virus hepatitis.
187.
3. Restoran
188.
Orang yang sudah terkontaminasi virus hepatitis tidak boleh bekerja direstoran
karena dapat ditularkan melalui makanan.
189.
4. Imunisasi pasif
190.
Imunisasi serum diberikan pada orang yang tinggal atau berkunjung di daerah
yang mempunyai resiko tinggi hepatitis A dimana dapat memberikan perlindungan
selama 2 bulan.

191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.

J. Asuhan Keperawatan Hepatitis Akut


1. Pengkajian
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
a. Aktivitas
1) Kelemahan
2) Kelelahan
3) Malaise
b. Sirkulasi
1) Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
2) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
c. Eliminasi
1) Urine gelap
2) Diare feses warna tanah liat

204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
213.
214.
215.
216.
217.
218.
219.
220.
221.
222.
223.
224.
225.
226.
227.
228.
229.
230.
231.
232.
233.

d. Makanan dan Cairan


1) Anoreksia
2) Berat badan menurun
3) Mual dan muntah
4) Peningkatan edema
5) Asites
e. Neurosensori
1) Peka terhadap rangsang
2) Cenderung tidur
3) Letargi
4) Asteriksis
f. Nyeri / Kenyamanan
1) Kram abdomen
2) Nyeri tekan pada kuadran kanan
3) Mialgia
4) Atralgia
5) Sakit kepala
6) Gatal ( pruritus )
g. Keamanan
1) Demam
2) Urtikaria
3) Lesi makulopopuler
4) Eritema
5) Splenomegali
6) Pembesaran nodus servikal posterior
h. Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
2. Diagnosa Keperawatan :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia dan mual/muntah.


234.
b. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
235.
c. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum, penurunan kekuatan atau
ketahanan dan nyeri.
236.
d. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan akumulasi pigmen
bilirubin dalam garam empedu.
237.
238.
Rencana Asuhan Keperawatan :
239.
No
.
1.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Dan Kriteria

Intervensi

Perubahan nutrisi kurang

Hasil
Setelah dilakukan

dari kebutuhan tubuh b/d

tindakan

diet/jumlah kalori.

anoreksia dan mual/muntah

keperawatan selama

Berikan makanan

- Awasi pemasukan

3 X 24 jam,

sedikit dalam

diharapkan pasien

frekuensi sering dan

dapat menunjukkan

tawarkan makan

status gizi dengan


kriteria hasil :
- Menunjukkan
perubahan pola
makan yang
meningkat
- Menunjukkan
peningkatan berat
badan mencapai
tujuan

pagi paling besar.


- Berikan perawatan
mulut sebelum
makan
- Anjurkan makan
pada posisi tegak
- Konsultasi pada
ahli diet, dukung
tim nutrisi untuk
memberikan diet
sesuai kebutuhan
pasien.
- Awasi glukosa
darah
- Berikan tambahan
makanan dukungan

2.

total bila perlu


- Meringankan atau

Nyeri b/d pembengkakan

Setelah dilakukan

hepar yang mengalami

tindakan

mengurangi nyeri

inflamasi hati dan

keperawatan selama

sampai pada tingkat

bendungan vena porta.

3 X 24 jam,

kenyamanan yang

diharapkan pasien
dapat menunjukkan
pengurangan rasa
nyeri dengan
kriteria hasil:
- Memperlihatkan
teknik relaksasi
secara individual
yang efektif untuk
mencapai
kenyamanan.
- Melaporkan nyeri

didapat oleh pasien


- Instruksikan paien
untuk
menginformasikan
kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak
dapat dicapai
- Gunakan tindakan
pengendalian nyeri
sebelum nyeri
menjadi lebih berat
- Bantu pasien

kepada penyedia
layanan kesehatan
- Menggunakan
tindakan meredakan
nyeri dengan
analgesic dan
nonanalgesik secara
tepat.
3.

tindakan
kenyamanan yang
efektif di masa lalu
seperti, distraksi,
relaksasi, atau
kompres
hangat/dingin
- Bantu arahkan

Intoleransi aktivitas b/d

Setelah dilakukan

kelemahan umum,

tindakan

pasien untuk

penurunan kekuatan atau

keperawatan selama

melakukan aktivitas

ketahanan dan nyeri

3 x 24 jam,

kehidupan sehari-

diharapkan pasien
mampu melakukan
tugas-tugas fisik
yang paling dasar
dengan kriteria
hasil:
Melaporkan
kemampuan
melakukan
peningkatan
intoleransi aktivitas
Menunjukkan
perilaku yang
mampu melakukan
aktivitas
4.

mengidentifikasi

hari
- Bantu pasien untuk
mengubah posisi
secara berkala
- Rencanakan
aktivitas bersama
pasien dan keluarga
untuk meningkatkan
kemandirian dan
ketahanan
- Evaluasi motivasi
dan keinginan
pasien untuk
meningkatkan
aktivitas

Kerusakan integritas

Setelah dilakukan

Gunakan air mandi

kulit/jaringan b/d akumulasi

tindakan

dingin dan soda kue

pigmen bilirubin dalam

keperawatan selama

atau mandi kanji.

garam empedu.

3 x 24 jam,

Hindari sabun alkali


Anjurkan

diharapkan jaringan
kulit utuh dan
penurunan pruritus

menggunakan bukubuku jari untuk

dengan kriteria

menggaruk bila

hasil:
Keutuhan struktur

tidak terkontrol
Hindari komentar

dn fungsi fisiologis

tentang penampilan

normal kulit
Mendemonstasikan

pasien

aktivitas perawatan
kulit rutin yang
efektif
Pasien akan
melaporkan tak ada
penurunan pruritus
atau
lecet

240.
241.
242.
243.
244.
245.
246.
247.
248.
249.
250.
251.
252.
253.
254.
255.
256.
258.
259.

1.

BAB III
PENUTUP

257.
Kesimpulan
Hepatitis adalah penyakit yang menyerang hati yang disebabkan oleh

virus atau obat-obatan. Penyakit ini dapat menyerang laki-laki maupun perempuan
dengan gejala-gejala klinis seperti lelah, demam, mual, muntah, diare, mata kuning,
dan lain-lain atau dapat pula penyakit ini timbul tanpa gejala sehingga tidak
terdeteksi. Penyakit hepatitis ini merupakan penyakit yang dapat menular melalui air
liur, kontak seksual, transfusi darah, jarum suntik dan alat-alat yang terkontaminasi
oleh virus hepatitis.
260.

261.
262.

2.

Saran
Sebaiknya setiap orang dapat berhati-hati dan selalu menjaga

kebersihan lingkungan agar terhindar dari virus-virus yang dapat mengakibatkan


hepatitis. Tentunya sebagai petugas kesehatan yang rentan tertular dari penderita kita
herus lebis sigap dan memperhatiakan kesterilan.

Hepatitis dan Askep Hepatitis


Diposkan oleh Nur " RETTA " Kayat.

Liver
Fungsi utama dari hati atau liver adalah menyaring racun-racun yang ada pada darah. Selain
itu, masih ada sekitar 500 fungsi lain dari hati. Jika seseorang menderita hepatitis, yang
merupakan peradangan pada hati atau liver ini, dapat menghancurkan kesehatan orang
tersebut secara keseluruhan karena racun tetap mengendap pada darah dan merusak atau
mengganggu kerja organ lain. Akibat lainnya adalah hati menolak darah yang mengalir
sehingga tekanan darah menjadi tinggi dan pecahnya pembuluh darah.
Rusaknya fungsi hari atau liver ini dapat disebabkan karena seseorang mengkonsumsi
alkohol secara berlebihan atau karena termakan racun yang membebani kerja liver dan
mengakibatkan fungsi hati menjadi rusak. Tetapi, pada kebanyakan kasus, hepatitis
disebabkan oleh virus yang ditularkan penderita hepatitis.
Ada 5 macam virus hepatitis yang dinamai sesuai abjad. Kelima virus itu adalah virus
hepatitis A (VHA), virus hepatitis B (VHB), virus hepatitis C (VHC), virus hepatitis D
(VHD) dan virus hepatitis E (VHE). Virus-virus ini terus berkembang dan bahkan
diperkirakan sedikitnya masih ada 3 virus lagi yang dapat menyebabkan hepatitis.
Virus yang paling banyak menjangkiti manusia adalah VHB, penyebab hepatitis B.
Diperkirakan 1 dari 3 orang yang ada di bumi pernah terinfeksi. Sekitar 350 juta hidup
dengan virus mengendap pada tubuhnya dan berpotensi menulari orang lain. Sekitar 78%
pengidap hepatitis menimpa penduduk Asia dan pulau-pulau di daerah Pasifik. Virus ini
menyebabkan kematian sedikitnya 600.000 orang per tahun.
Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, seperti kimia atau obat ataupun agen
penyebab infeksi. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut,
hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis.

Gejala Hepatitis
Beberapa gejala yang umum dari hepatitis adalah rasa nyeri atau sakit pada perut bagian
kanan, badan lemas, mual, demam dan diare. Pada beberapa kasus juga ditemukan gejala
seperti akan flu dan sakit kuning yang ditandai kulit dan mata yang terlihat kuning. Tetapi,

gejala penyakit hepatitis tidak selalu tampak, khususnya pada kebanyakan kasus yang
menimpa anak-anak.
Virus dapat berpindah dari seorang penderita ke orang yang sehat. Jika kekebalan tubuh
seseorang sedang lemah, virus akan menjangkiti tubuh orang yang sehat. Walau sebenarnya,
virus dapat dibersihkan oleh antibodi manusia itu sendiri jika sistem kekebalan tubuhnya
baik.

Hepatitis A
Virus hepatitis A biasa terdapat pada kotoran penderitanya. Virus dapat hidup pada air atau es
batu. Cara penyebaran virus ini adalah karena meminum air yang tercemar VHA. Bisa juga
karena mengkonsumsi makanan yang tidak dimasak dengan benar sehingga virus tetap hidup
pada makanan atau karena orang yang mempersiapkan makanan tidak terbiasa cuci tangan
dengan benar terlebih dahulu, padahal mungkin saja pada tangannya terdapat virus hepatitis
A. Tidak mencuci tangan sehabis menggunakan toilet juga menyebabkan virus ada pada
kotoran manusia ini akhirnya berpindah. Hepatitis A adalah salah satu dari tipe hepatitis yang
ada. Pada kesempatan kali ini kita hanya menekankan pada tipe A termasuk pengobatan
hepatitis A. Penyakit ini di sebabkan oleh hepatitis A virus (HAV). HAV dapat ditularkan
dengan makan makanan atau minum air yang telah terkontaminasi oleh kotoran individu yang
terinfeksi.
Wabah bisa terjadi di negara-negara di mana pasokan air tercemar oleh limbah. Pada
beberapa Negara, kontaminasi kerang telah menyebabkan wabah besar. Kontak erat dengan
individu yang terinfeksi juga dapat menularkan infeksi hepatitis A, ini merupakan perhatian
khusus di sekolah tempat anak-anak untuk berhati-hati dan pemberitahuan tentang cara
mencuci tangan setelah menggunakan fasilitas toilet sebagai upaya pencegahan. Hal ini
tentunya lebih efektif ketimbang harus melakukan pengobatan hepatitis A kepada mereka
yang menderita.
HAV memiliki masa inkubasi 10 sampai 40 hari. Ini adalah waktu dari paparan virus sampai
timbulnya penyakit ini. Gejala pertama termasuk hilangnya nafsu makan, membenci rokok,
mual, sakit otot dan sendi dan demam ringan. Kemudian termasuk gejala menguningnya kulit
(dalam istilah kedokteran disebut jaundice), selaput lendir, dan urin gelap. Lamanya penyakit
ini biasanya dua sampai tiga minggu, tetapi setiap orang dapat tetap bergejala untuk beberapa
bulan.
Sebelum berbicara pengobatan hepatitis A, tentunya kita harus tahu dulu bagaimana tipe
hepatitis A dapat dicegah. Pertimbangkan vaksinasi hepatitis A, hal ini biasanya digalakkan
oleh negara-negara dengan kebersihan terbatas. Kebersihan yang baik mengurangi risiko
infeksi.
Sebagai langkah lanjut pengobatan hepatitis A, dokter biasanya akan memberi nasihat
tentang vaksinasi untuk rumah tangga dan kontak dekat lainnya. Selanjutnya langkah
diagnosis dibuat berdasarkan tes antibodi, yang akan menunjukkan adanya antibodi terhadap

virus hepatitis A dalam darah pasien. Antibodi IgM menunjukkan infeksi baru (atau vaksin)
dan antibodi IgG menunjukkan infeksi sebelumnya atau vaksinasi yang sukses. Tes darah
untuk fungsi hati akan mengungkapkan keparahan kerusakan hati dan dimonitor sampai
pemulihan. Mereka dengan hepatitis berat mungkin membutuhkan pemantauan masuk rumah
sakit untuk rawat inap.

Hepatitis B
Penularan virus hepatitis B (VHB) biasanya melalui darah atau cairan tubuh seperti air liur,
cairan vagina, atau air mani yang masuk dalam aliran darah orang sehat. Ini karena hepatitis
B terdapat dalam darah dan cairan tubuh tersebut. Tranfusi darah, darah pada pisau cukur,
perawatan gigi, gunting kuku, jarum suntik atau jarum yang digunakan untuk membuat tato
dapat memindahkan sejumlah kecil darah yang terinfeksi virus hepatitis. Bahkan noda darah
yang sudah mengering dapat menulari orang lain selama 1 minggu sejak menempel pada
suatu benda. Cara lain penyebaran virus ini adalah karena terbawa dari sejak kandungan dari
seorang ibu yang terinfeksi dan karena hubungan seks. Penyakit Hepatitis B disebabkab oleh
virus Hepatitis, merupakan penyakit kronis (menahun) dan sangat menular. Intensitas
penularan Hepatitis B seratus kali lebih menular daripada penularan Virus HIV AIDS
Uniknya sipenderita hampir tidak merasakan gejala yang khas, sehingga mereka merasa sehat
sehat saja.
Keadaan ini sangat berbahaya karena dengan diam diam Hepatitis B menular ke semua orang
tanpa diwaspadai oleh orang sekitarnya. Gejala yang khas yang perlu diwaspadai adalah
warna urine (air kencing) menjadi keruh seperti air teh. Komplikasi Hepatitis B bisa
mengakibatkan berkerutnya jaringan hati atau bisa juga menjadi kanker hati. Lebih parah
lagi sel hati akan meletus, membengkak dan menyebabkan kerusakan organ hati.

Cara Penularan :

Ibu yang mengandung menderita Hepatitis B dapat dipastikan menular


kepada janinnya.

Melalui Jarum suntik, Jarum tindik,Jarum akupuntur, atau alat sejenisnya


bekas penderita.

Melalui Transfusi darah yang tercemar virus hepatitis.

Melalui hubungan intim.

Melalui media cairan tubuh : Sperma, air liur, tinja.

Cara Pencegahan :

Imunisasi bayi dengan Vaksin Hepatitis B sebanyak 3 kali.

Melaksanakan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari


hari.

Rumah sehat dan lingkungan sehat sangat efektip dalam pencegahan.

Dengan BAB ( Buang Air Besar) di jamban akan membantu pencegahan


penularan penyakit Hepatitis B.

Catatan :
Hepatitis jenis lain yaitu Hepatitis A,C,D,E,F dan G, namun yang sering dijumpai adalah
Hepatitis A dan Hepatisis B. Sampai kini masih belum ditemukan obat penyembuh Hepatitis.

Hepatitis C
Pengindap hepatitis C biasanya ditularkan dengan cara yang hampir sama dengan penularan
hepatitis B, tetapi pada kebanyakan orang adalah karena jarum suntik. Hepatitis C sama
seperti hepatitis B, yang disebabkan virus hepatitis C yang ditularkan melalui darah atau
cairan tubuh yang lain. Seperti halnya hepatitis B, hepatitis C juga dapat menyebabkan sirosis
hati atau kanker hati. Hepatitis C merupakan jenis hepatitis yang paling serius. Penderita
Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang jelas, akan tetapi pada penderita
Hepatitis C kronik menyebabkan kerusakan/kematian sel-sel hati dan terdeteksi sebagai
kanker (cancer) hati. Sejumlah 85% dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara
perlahan merusak hati bertahun-tahun.
Seringkali, penderita hepatitis C tidak menunjukkan gejala walaupun telah terinfeksi
bertahun-tahun lamanya. Namun beberapa gejala yang samar adalah lelah, hilang selera
makan, sakit perut, urin menjadi gelap dan kulit atau mata menjadi kuning yang disebut
jaundice (jarang terjadi). Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan enzyme hati
pada pemeriksaan urine, namun demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang
enzyme hati fluktuasi bahkan normal.
Hepatitis C kronis dapat diobati dengan Pegylated Interferon dan Ribavirin. Pengobatan
Hepatitis C sedini mungkin sangatlah penting. Meskipun tubuh penderita telah melakukan
perlawanan terhadap infeksi, tetapi hanya 15% yang berhasil, pengobatan tetap diperlukan
untuk mencegah Hepatitis C kronis dan membantu mengurangi kemungkinan hati menjadi
rusak. Kadangkala, pengobatan Hepatitis C memerlukan waktu yang lama, dan tidak dapat
membantu. Tetapi karena penyakit ini dapat menjadi parah sepanjang waktu, sangatlah
penting untuk mencari pengobatan yang tepat dari dokter.
Untuk mencegah agar tidak terjangkiti hepatitis C maka harus tetap menjaga kesehatan dan
kebersihan diri, diantaranya adalah beberapa hal berikut ini:

Cara penyebaran yang paling efesien Hepatitis C adalah melalui suntikan


yang terkontaminasi oleh darah, misalnya di saat memakai obat suntik.
Maka hanya pergunakan jarum suntik dan alat suntik yang steril

Lakukan kehidupan seks yang aman, atau dengan kata lain jangan
melakukan hubungan seks secara bebas.

Jangan pernah berbagi alat seperti jarum, alat cukur, sikat gigi, dan
gunting kuku, dimana dapat menjadi tempat potensial penyebaran virus
Hepatitis C. Bila melakukan manicure, tato dan tindik tubuh pastikan alat
yang dipakai steril dan tempat usahanya resmi.

Orang yang terpapar darah dalam pekerjaannya, seperti pekerja


kesehatan, teknisi laboratorium, dokter gigi, dokter bedah, perawat,
pekerja ruang emergensi, polisi, pemadam kebakaran, paramedis, tentara
atau siapapun yang hidup dengan orang yang terinfeksi, seharusnya
sangat berhati-hati agar tidak terpapar darah yang terkontaminasi.

Juga termasuk menggunakan peralatan tajam dan jarum dengan benar,


mencuci tangan secara teratur dan menggunakan sarung tangan dalam
pekerjaannya. Jika anda pernah mengalami luka karena jarum suntik, anda
harus melakukan tes ELISA atau RNA HCV setelah 4-6 bulan terjadinya
luka untuk memastikan tidak terinfeksi penyakit Hepatitis C.

Pernah sembuh dari salah satu penyakit Hepatitis tidak mencegah


penularan penyakit Hepatitis lainnya. Orang yang menderita penyakit
Hepatitis C dan juga menderita penyakit Hepatitis A memilki resiko tinggi
terkena penyakit hepatits fulminant, suatu penyakit hati yang mematikan
dan perkembangannya sangat cepat.

Dengan demikian, ahli kesehatan sangat merekomendasikan penderita


penyakit Hepatitis C juga melakukan vaksinasi Hepatitis A dan Hepatitis B.

Menangangi Hepatitis
Perawatan dini harus segara dilakukan agar penderita dapat disembuhkan, karena semakin
lambat ditangani, virus akan semakin merusak hati dan bahkan menjadi kanker. Tetapi,
kadangkala karena tidak menampakkan gejala yang jelas, kebanyakan orang tidak menyadari
kalau dalam tubuhnya sudah berdiam virus hepatitis dan terlanjur hati sudah menjadi rusak
parah.
Vaksinasi dapat diberikan agar seseorang mendapatkan antibodi dari virus hepatitis A (VHA)
dan virus hepatitis B (VHB). Namun, untuk hepatitis C tidak ada vaksinasi untuk
mencegahnya. Walau seseorang belum terindikasi virus ini tetapi pemberian vaksin dapat
mencegah virus merusak hati karena gejala hepatitis bisa saja baru muncul puluhan tahun
kemudian. Pemberian vaksin khususnya perlu diberikan pada anak-anak karena kekebalan
tubuh mereka lebih lemah untuk membersihkan virus hepatitis dibandingkan orang dewasa.

Jika kondisi hati sudah rusak parah, pilihannya adalah melakukan pencangkokkan hati.
Tetapi, ini akan sulit karena donor hati yang ada lebih sedikit dibandingkan daftar tunggu dari
penderita yang membutuhkan hati.
Penderita hepatitis seharusnya mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup
agar tubuh mampu bertahan menghadapi virus ini dan mencegah jumlah virus semakin
banyak yang akan menggeroti kesehatan penderitanya.
Gizi dan istirahat yang baik juga harus dipenuhi untuk semua, karena bisa saja tanpa
sepengetahuan kita, virus menulari dan menyerang hati atau liver. Tetapi, dengan kekebalan
tubuh yang kuat, tubuh akan mampu menangani virus hepatitis yang membahayakan ini.

Asuhan Keperawatan Pasien dengan Hepatitis

PENGERTIAN
Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia atau
obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)

Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau
alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)
B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
1. Hepatitis A
1. Virus hepetitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung
berukuran 27 nm
2. Ditularkan melalui jalur fekal oral, sanitasi yang jelek, kontak antara
manusia, dibawah oleh air dan makanan
3. Masa inkubasinya 15 49 hari dengan rata rata 30 hari
4. Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi
yang buruk dengan penduduk yang sangat padat

2. Hepetitis B (HBV)
1. Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang
memiliki ukuran 42 nm
2. Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita
infeksi akut, kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu
kepada bayinya.
3.

Masa inkubasi 26 160 hari dengan rata- rata 70 80 hari.

4. Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi,
perawat dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis
serta onkologi laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif dalam
hubungan seksual dan para pemaki obat-obat IV juga beresiko

3. Hepatitis C (HCV)
1. Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak yang
diameternya 30 60 nm.
2. Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga
oleh kontak seksual.
3. Masa inkubasi virus ini 15 60 hari dengan rata 50 hari
4. . Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B

4. Hepatitis D (HDV)
1. Virus hepatitis B (HDP) merupakan virus RNA berukuran 35 nm
2. Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang
memiliki kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita hemovilia

3. Masa inkubasi dari virus ini 21 140 hari dengan rata rata 35 hari
4. Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B.

5. Hepattitis E (HEV)
1. Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya + 32
36 nm.
2. Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia
dimungkinkan meskipun resikonya rendah.
3. Masa inkubasi 15 65 hari dengan rata rata 42 hari
4. . Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E dan
makan makanan, minum minuman yang terkontaminasi.

C. INSIDEN
1. Hepetitis A
Penyakit endemik dibeberapa bagian dunia, khususnya area dengan sanitasi yang buruk.
Walaupun epidemik juga terjadi pada negara negara dengan sanitasi baik.
2. Hepatitis B
Ditemukan dibeberapa negara insidennya akan meningkat pada area dengan populasi padat
dengan tingkat kesehatan yang buruk.
3. Hepatitis C
90 % kasus terjadi akibat post transpusi dan banyak kasus sporadik, 4 % kasus hepatitis
disebabkan oleh hepatitis virus dan 50 % terjadi akibat penggunaan obat secara intra vena
4. Hepatitis D
Selalu ditemukan dengan hepatitis B, delta agent adalah indemik pada beberapa area seperti
negara mediterania, dimana lebih dari 80 % karier hepatitis B dapat menyebabkan infeksi
5. Hepatitis E
Adalah RNA virus yang berbeda dari hepatitis A dan eterovirus biasanya terjadi di India,
Birma, Afganistan, Alberia, dan Meksiko.
D. PATOFISIOLOGI
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hepatocytes
oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel perenchyn hati.
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati,
sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan
empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga
meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan
kulit hapatoceluler jaundice.

Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan gejala ringan.
Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat bila
dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat
permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan
sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker
hati
E. MANIFESTASI KLINIK
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi klinik
dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari masing amsing stadium
adalah sebagai berikut.
1. Stadium praicterik berlangsung selama 4 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah,
anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut kanan atas urin menjadi lebih
coklat.
2. Stadium icterik berlangsung selama 3 6 minggu. Icterus mula mula terlihat pada sklera,
kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan keluhan berkurang, tetapi klien masih lemah,
anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar
dan nyeri tekan.
3. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi
normal lagi. Penyebuhan pada anak anak menjadi lebih cepat pada orang dewasa, yaitu
pada akhir bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya berbeda
F. TES DIAGNOSTIK
1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak
menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim enzim intra seluler yang terutama berada
dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada
kerusakan sel hati
2. Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau
mengakibatkan perdarahan.
3. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5. Alkali phosfatase
Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7. Albumin Serum
Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan
karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
8. Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).

9. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11. Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat
absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
12. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan
peningkatan nekrosis seluler)
13. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
14. BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan
dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
15. Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
16. Skan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
17. Urinalisa
18. Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena bilirubin
terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.
G. PENATALAKSANAAN MEDIK
Tidak ada terpi sfesifik untuk hepatitis virus. Tirah baring selama fase akut dengan diet yang
cukup bergizi merupakan anjuran yang lazim. Pemberian makanan intravena mungkin perlu
selama fase akut bila pasienterus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi
hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian a
Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis virus.Identitas.
- Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa medis.
- Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat,
pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
- Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan hubungan dengan klien.
b. Keluhan utama
Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan dapat berupa nafsu makan
menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning
c. Riwayat kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam,
nyeri perut kanan atas
2. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya,
kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah
sakit serta perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya
3. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular
khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
2.Diagnosa keperawatan yang lazim muncul .
9 a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/muntah.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan yang berlebihan melalui muntah dan diare.
d. Isolasi sosial berhubungan dengan perawatan isolasi.
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat.
f. Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kontak pada anak yang
terinfeksi.
g. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam
empedu dalam jaringan.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dengan proses
penyakit.
i. Hipertermi berhunbungan dengan proses infeksi.
j. Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus.
k. Konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktifitas.
l. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar.
m. Kehilangan kontrol berhubungan dengan perubahan aktifitas rutin.
3. Rencana keperawatan.
DX.I . Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : Klien menunjukkan perbaikan terhadap aktifitas.
Kriteria hasil :
Mengekspresikan pemahaman tentang pentingnya perubahan tingkat
aktifitas.
Meningkatkan aktifitas yang dilakukan sesuai dengan perkembangan
kekuatan otot.
Intervensi
Rasional
1.Tingkatkan tirah baring, ciptakan lingkunga yang tenang.
2.Tingkat aktifitas sesuai
Meningkatkan ketenangan istirahat dan menyediakan energi yang digunakan untuk
penyembuhan.

Tiarah baring lama dapat menurunkan toleransi


3. Awasi kadar enzim hepar.
kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktifitas yang mengganggu periode
istirahat.
Membantu menurunkan kadar aktifitas tepat, sebagai peningkatan prematur pada potensial
resiko berulang.
DX . II. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/ muntah
Tujuan : Klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil :
Nafsu makan baik.
Tidak ada keluhan mual/muntah.
Mencapai BB , mengarah kepada BB normal .
Intervensi
Rasional
1. Awasi keluhan anoreksia,
mual/muntah.
2. Awasi
pemasukan
diet/jumlah
kalori. Berikan makanan sedikit dalam frekwensi sering.
3. Lakukan
perawatan
mulut sebelum makan.
4. Timbang berat badan.
5. Berikan obat vit. B kompleks, vit c dan tambahan diet lain sesuai indikasi.
Berguna dalam mendefinisikan derajat luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.
Makan banyak sulit untuk mengatur bila klien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk pada
siang hari, membuat masukan makanan sulit pada sore hari.
Menghilangkan rasa tidak enak dan
meningkatkan nafsu makan.
Penurunan BB menunjukkan tidak adekuatnya nutrisi klien.
Memperbaiki kekurangan dan membantu proses penyembuhan.
DX. III. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare.
11 Tirah baring selama fase akut dengan diet yang cukup bergizi merupakan anjuran yang
lazim. Pemberian makanan intravena mungkin perlu selama fase akut bila pasien terus
menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes
fungsi hati kembali normal.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Biodata.
o Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal masuk

rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa medis.


o Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat, pekerjaan,
penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
o Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, dan hubungan
dengan klien.
b) Keluhan utama
Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan dapat berupa nafsu makan
menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning
c) Riwayat kesehatan
o Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut kanan
atas
o Riwayat Kesehatan Masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya,
kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah
sakit serta perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya
o Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan
dengan penyakit pencernaan.
2. Diagnosa keperawatan
a) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan
metabolik, anoreksia, mual/muntah.
c) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang berlebihan
melalui muntah dan diare.
d) Isolasi sosial berhubungan dengan perawatan isolasi.
e) Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
f) Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kontak pada anak yang terinfeksi.
g) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam
jaringan.
h) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dengan proses penyakit.
i) Hipertermi berhunbungan dengan proses infeksi.
j) Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus.
k) Konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktifitas.
l) Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar
3. Rencana keperawatan.
Diagnosa I : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : Klien menunjukkan perbaikan terhadap aktifitas.
Kriteria hasil :
o Mengekspresikan pemahaman tentang pentingnya perubahan tingkat aktifitas.
o Meningkatkan aktifitas yang dilakukan sesuai dengan perkembangan kekuatan otot.
Intervensi :

a) Tingkatkan tirah baring, ciptakan lingkunga yang tenang.


Rasional : Meningkatkan ketenangan istirahat dan menyediakan energi yang digunakan untuk
penyembuhan.
b) Tingkat aktifitas sesuai toleransi
Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena
keterbatasan aktifitas yang mengganggu periode istirahat.
c) Awasi kadar enzim hepar
Rasional : Membantu menurunkan kadar aktifitas tepat, sebagai peningkatan prematur pada
potensial resiko berulang.
Diagnosa II : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/ muntah
Tujuan : Klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil :
o Nafsu makan baik.
o Tidak ada keluhan mual/muntah.
o Mencapai BB , mengarah kepada BB normal
Intervensi :
a) Awasi keluhan anoreksia, mual/muntah.
Rasional : Berguna dalam mendefinisikan derajat luasnya masalah dan pilihan intervensi
yang tepat.
b) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makanan sedikit dalam frekwensi sering.
Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila klien anoreksia. Anoreksia juga paling
buruk pada siang hari, membuat masukan makanan sulit pada sore hari.
c) Lakukan perawatan mulut sebelum makan.
Rasional : Menghilangkan rasa tidak enak dan meningkatkan nafsu makan
d) Timbang berat badan.
Rasional : Penurunan BB menunjukkan tidak adekuatnya nutrisi klien
e) Berikan obat vit. B kompleks, vit c dan tambahan diet lain sesuai indikasi.
Rasional : Memperbaiki kekurangan dan membantu proses penyembuhan
Diagnosa III : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang
berlebihan melalui muntah dan diare.
Tujuan : Klien akan menunjukkan status cairan adekuat.
Kriteria hasil :
o Tanda tanda vital stabil :
TD : 90/50 120/70 mmhg
N : 85 100 x/mnt
S : 36 37C
P : 15 25 x/mnt
o Turgor kulit normal ( cepat kembali )
o Intake dan output seimbang.
Intervensi :
a) Monitor intake dan output
Rasional : Memberikan informasi tentang penggantian /efek terapi.

b) Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler , turgor kulit dan membran mukosa.
Rasional : Indikator volume sirkulasi / perfusi
c) Berikan cairan IV (biasanya glukosa), elektrolit.
Rasional : Memberikan cairan dan penggatian elektrolit.
Diagnosa IV: Isolasi sosial berhubungan dengan perawatan isolasi.
Tujuan : Klien memperlihatkan perilaku yang menimbulkan interaksi sosial.
Kriteria hasil :
o Klien berpartsipasi dalam aktifitas.
o Klien dapat mengungkapkan perasaan / persepsi.
Intervensi
a) Tingkatkan hubungan sosial.
Rasional : Partisipasi orang lain dapat meningkatkan rasa kebersamaan
b) Jelaskan tentang tujuan dari perawatan .
Rasional : Pemahaman alasan untuk perlindungan dari mereka sendiri dan oranmg lain dapat
mengurangi perasaan isolasi.
c) Dorong klien / keluarga untuk mengeksperisikan perasaan dan permasalahan
Rasional : Membantu mengidentiufikasi dan memperjelas alasan kesulitan berinteraksi
Diagnosa V: Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
Tujuan : Klien akan menunjukkan tehnik melakukan perubahan pola hidup untuk
menghindari infeksi ulang dan transmisi ke orang lain.
Kriteria hasil :
o Memperlihatkan pengertian tentang tindakan kewaspadaan dengan mengikuti petunjuk.
o Mempertahankan suhu tubuh yang normal , pernapasan jelas dengan tidak ada bukti lain
terjadinya infeksi.
Intervensi
a) Lakukan tehnik isolasi untuk infeksi enterik dan pernapasan sesuai kebijakan rumah sakit
termasuk cuci tangan efektif.
Rasional : Mencegah transmisi virus ke orang lain. Melalui cuci tangan efektif dalam
mencegah transmisi virus.
b) Awasi / batasi pengunjung sesuai indikasi
Rasional : Klien terpajan terhadap proses infeksi (khususnya respiratorius) dan potensial
resiko komplikasi sekunder.
c) jelaskan prosedur isolasi pada klien/orang terdekat.
Rasional : Pemahaman alasan untuk perlindungan diri sendiri dan orang lain.
d) Berikan antibiotik untuk agen pencegahan.
Rasional : Pengobatan hepatitis virus dan bacterial untuk mencegah/membatasi infeksi
sekunder
Diagnosa VI : Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kontak pada anak yang
terinfeksi.
Tujuan : Keluarga dan orang lain tidak tertular infeksi.
Kriteria hasil :

o Keluarga mengerti tentang cara penularan.


o Orang tua menerapkan pola hidup yang sehat dan bersih.
Intervensi :
a) Ajarkan tehnik mencuci tangan yang benar.
Rasional : Cuci tangan mencegah transmisi virus.
b) Ajarkan tentang kebersihan perorangan.
Rasional : Infeksi hepatitis dapat terjadi didalam lingkungan dengan hygiene dan sanitasi
yang buruk.
c) Imunisasi bila indikasi ketularan
Rasional : Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan lebih diarahkan
pada pencegahan melalui imunisasi.
Diagnosa VII : Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam
empedu dalam jaringan .
Tujuan : Klien menunjukkan jaringan kulit yang utuh.
Kriteria hasil :
o Melaporkan penurunan proritus atau menggaruk.
o Ikut serta dalam aktifitas untuk mempertahankan integritas kulit.
Intervensi :
a) Lakukan perawatan kulit dengan sering, hindari sabun alkali.
Rasional : Mencegah kulit kering berlebihan. Memberikan penghilang gatal
b) Pertahankan kuku klien terpotong pendek. Instruksikan klien menggunakan ujung jari atau
menggunakan ujung jari untuk menekan pada kulit bila sangat perlu menggaruk.
Rasional : Untuk menurunkan resiko kerusakan kulit bila menggaruk.
c) Pertahankan liner dan pakaian kering.
Rasional : Pakaian basah dan berkeringat adalah sumber ketidaknyamanan .
Diagnosa VIII : Kurang pengetahuan berhubungan kurangnya informasi tentang proses
penyakit.
Tujuan : Klien dan keluarga mengetahui tentang proses penyakitnya.
Kriteria hasil :
o Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit.
o Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan
Intervensi :
a) Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan /prognosis, kemungkinan pilihan
pengobatan.
Rasional : Mengidentifikasi area kekurangan/salah informasi dan memberikan informasi
tambahan sesuai keperluan.
b) Berikan informasi khusus tentang penyakitnya.
Rasional : Kebutuhan atau rekomendasi akan bervariasi karena tipe hepatitis dan situasi
individu.
c) jelaskan pentingnya istirahat dan latihan
rasional : Aktifitas perlu dibatasi sampai hepar kembali normal.

Diagnosa IX : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.


Tujuan : Klien menujukkan suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil :
o Klien tidak mengeluh panas
o Badan tidak teraba hangat
Suhu tubuh 36 370C
Intervensi :
a) Kaji adanya keluahan tanda tanda peningkatan suhu tubuh
Rasional : Peningkatan suhu tubuh akan menujukkan berbagai gejala seperti luka merah,
badan teraba hangat.
b) Monitor tanda tanda vital terutama suhu tubuh
c) Berikan kompres hangat pada aksila/ dahi
Rasional : Demam disebabkan efek efek dari endotoksin pada hipotalamus dan efinefrin
yang melepaskan pirogen Akxila merupakan jaringan tipis dan terdapat pembulu darah
sehingga akan mempercepat pross konduksi dan dahi berada didekat hipotalamus sehingga
cepat memberikan respon dalam mengatur suhu tubuh.
Diagnosa X : Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Klien akan menujukkan pola eliminasikembali sperti biasa
Kriteria hasil :
o Klien tidak mengluh sering buang air besar
o Feses tidak encer
Intervensi :
a) Observasi, catat frekwensi defekasi, karakteritik dan jumlah proses penyakit,
harapan/prognosis,kemungkinan pilihan pengobatan.
Rasional : Membantu menentukan berat episode (diare)
b) Berikan diet yang tepat, hindari makanan tinggi lemak,makanan dengan kandunganserat
tinggi
Rasional : Stimulan GI yang meningkatkan mobilitas/ frekensi defekasi.
c) Berikan anti diare yang ditentukan dan evaluasi keevektipan
Rasional : Untuk mengontrol diare. Diare tidak terkontrol dapat menyebabkan kekurangan
cairan
Diagnosa XI : Konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktivitas
Tujuan : Klien akan menujukkan pola eliminasikembali seperti biasa
Kriteria hasil :
o Konsistensi feses lembek
o Buang air besar setiap hari
Intervensi :
a) Monitor ferkwensi, karakteristik dan jumlah feses
Rasional : Mengidentifikasi derajat gangguan dan kemungkinan bantuan yang diperukan
b) Tingkatkan diet pasien dengan banyak makan makanan berserat dan buah
Rasional : Meningkakan konstintensi fekal untuk dapat melewati usus dengan mudah dan
menurunkan konstipasi

c) Tingkatkan pemenuhan cairan dengan minum banyak minimal 1.000ml/hari


Rasional : Dapat melembekkan feses dan mefasilitasi eliminasi
d) Berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasi
Rasional :Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan pelahan / evaluasi feses
Diagnosa XII : Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar
Tujuan : klien mengungkapkan nyeri berkurang / teratasi
Kriteria hasil :
o Tidak ada keluhan nyeri
o Ekspresi wajah ceria
o Tanda tanda vital dalam batas normal
TD : 90 / 50 120 / 70 mmHg
N : 85 100 / menit
P : 15 25 / menit
SB : 36 370 C
Intervensi :
a) Kaji tingkat nyeri
Rasional : Mengetahui persepsi dan reaksi klien terhadap nyeri serta sebagai dasar
keefektifan untuk intervensi selanjutnya
b) Monitor tanda tanda vital
Rasional : Perubahan frekwensi jantung atau TD menujukkan bahwa pasien mengalami nyeri,
khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital talah terlihat
c) Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi relaksasi
Rasional : Tindakan non analgetik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan

AsKep Hepatitis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat
disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker
hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus,
identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F
dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut. (Ester Monica, 2002 :
93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati
diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit
hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap
tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang
menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian
besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun

kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan
terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah
beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning
dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru
sembuh dalam waktu satu bulan.
Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
yang juga ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman,
virus hepatitis menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari
1.300.000 orang meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya. Prevalensi
di Indonesia sekitar 10-15 persen jumlah penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari
jumlah yang terinfeksi, kurang dari 10 persen yang terdiagnosis dan diobati.
Sebanyak 90 persen lain tidak menimbulkan gejala sehingga tidak terdiagnosis.
Karena itu, pemeriksaan menjadi penting.
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki
morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau
pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus
diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis,
ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan
diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan
sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami
Anoreksia atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat
pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang
abnormal sehingga klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat
memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak mudah lelah. Secara khusus
terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute parenteral atau enteral bila
penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak mungkin untuk
mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih ditujukan pada
pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu mengkonsumsi masukan
nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status perubahan metabolik atau
bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal mencegah
pemberian makan enteral. Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan
elektrolit dapat diinfuskan melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes,
1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada
anggota keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan
klien siap menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis beserta komplikasinya
sehingga penderita mampu menyiapkan diri dengan pencegahan dan pengobatan
yaitu: penyediaan makanan dan air bersih yang aman, sistem pembuangan sampah
yang efektif, perhatikan higiene secara umum, mencuci tangan, pemakaian kateter,
jarum suntik dan spuit sekali pakai serta selalu menjaga kondisi tubuh dengan
sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak dilakukan dengan benar dan teratur berarti
keluarga dan penderita harus siap menerima resiko komplikasi lainnya dan bahkan
dapat menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan
yang tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat

dihindari seperti memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda
dan gejala, pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau
pengobatan tidak dilakukan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Hepatitis merupakan istilah umum yang berarti peradangan pada sel-sel hati.
Peradangan hati ini dapat disebabkan oleh infeksi, paparan alcohol, obat-obatan
tertentu, bahan kimia, atau racun, atau dari system kekebalan tubuh. ( Arif Muttaqin,
2011 )
Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi yang penyebarannya luas, walaupun
efek utamanya pada hati.( Syivia .A. price, 2005 )
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia
serta seluler yang khas. ( Brunner & Suddarth, 2001 )
Jadi, Hepatitis virus akut adalah penyakit pada hati yang gejala utamanya
berhubungan erat dengan adanya nekrosis pad hati. Biasanya disebabkan oleh virus
yaitu virus hepatitis A, virus hepatitis B, virus hepatitis C, dll.
Jenis-jenis Hepatitis
Hepatitis A : yang dahulu dinamakan hepatitis infeksiosa, disebabkan oleh virus
RNA dari family enterovirus. Cara penularan penyakit ini adalah melalui jalur fekaloral, terutama lewat konsumsi makanan atau minuman yang tercemar virus tersebut.
Umumnya terjadi didaerah kumuh berupa endemik. Masa inkubasi : 2-6 minggu,
kemudian menunjukkan gejala klinis. Populasi paling sering terinfeksi adalah anakanak dan dewasa muda.( Brunner & Suddarth, 2001 )
Hepatitis B : yang dahulu dinamakan hepatitis serum. Disebabkan oleh virus
hepatitis B ( HBV ), Cara penularan penyakit ini adalah parental atau lewat kontak
dengan karier atau penderita infeksi akut, kontak seksual dan oral-oral. Penularan
perinatal dari ibu kepada bayinya. Ancaman kesehatan kerja yang penting bagi
petugas kesehatan. ( Brunner & Suddarth, 2001 ) Golongan yang beresiko tinggi
adalah mereka yang sering tranfusi darah, pengguna obat injeksi. Masa inkubasi
mulai 6 minggu sampai dengan 6 bulan sampai timbul gejala klinis.
Hepatitis C : yang dahulu dinamakan non-A, non-B. suatu peradangan pada selsel hati yang disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV ). cara penularan HCV sama
dengan HBV, tetapi terutama transfuse darah dan produk darah, terkena darah yang
terkontaminasi lewat peralatan atau parafenalia obat. ( Brunner & Suddarth, 2001 ).
Populasi yang paling sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, individu yang
menerima produk darah, potensial risiko terhadap pekerja perawatan kesehatan

dan keamanan masyarakat yang terpajan pada darah. Masa inkubasinya adalah
selama 18-180 hari.
Hepatitis D : yang dahulu sering disebut hepatitis delta, suatu peradangan pada
sel-sel hati yang disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV ). Cara penularan sama
seperti HBV. Antigen permukaan HBV diperlukan untuk replikasi, pola penularan
serupa dengan pola penularan hepatitis B. (Brunner & Suddarth, 2001 ; Arief
Muttaqin, 2011). Populasi yang sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi,
hemofili, resipien tranfusi darah multipel (infeksi hanya individu yang telah
mempunyai HBV). Masa inkubasinya belum diketahui secara pasti. HDV ini
meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan kematian
Hepatitis E : mengacu pada peradangan pada sel-sel yang disebabkan oleh
infeksi virus hepatitis E (HEV). Cara penularan melalui jalur-jalur fekal-oral, kontak
antar manusia dimungkinkan menskipun resikonya rendah. (Brunner & Suddarth,
2001 ; Arief Muttaqin, 2011). . populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang
yang hidup pada atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana
sanitasi buruk, dan paling sering pada dewasa muda hingga pertengahan.
Kemungkinan Hepatitis F dan G : Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang
hepatitis F. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit
hepatitis yang terpisah. Sedangkan hepatitis G gejala serupa hepatitis C, seringkali
infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis
fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
a) Anatomi
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia dengan berat 1500
gram. Hati merupakan organ lunak yang lentur dan tercetak oleh struktur sekitarnya.
Hati memiliki permukaan superior yang cembung dan terletak di bawah kubah kanan
diafragma dan sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati berbentuk cekung dan
merupakan atap dari ginjal kanan, lambung, pankreas, dan usus.
Hati memiliki dua lobus utama yaitu, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi
menjadi segmen anterior dan psterior oleh fisura segmentalis kanan yang tidak
terlihat dari luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh
ligamentum falsiformis yang terlihat dari luar. Ligamentum falsiformis berjalan dari
hati ke diafragma dan dinding depan abdomen. Permukaan hepar diliputi oleh
peritoneum viseralis, kecuali daerah kecil pada permukaan posterior yang melekat
langsung pada diafragma.
Saluran saluran hepar terdiri dari:
1. Arteria hepatikum adalah salah satu cabang dari arteria seliaka dari aorta. Arteria ini
menyuplai darah ke hepar.
2. Vena porta hepatika membawa darah vena dari seluruh traktus gastrointestinal ke
hepar. Darah ini mengandung zat zat makanan yang telah diserap oleh vili usus
halus.
3. Vena hepatika membawa darah vena dari hepar ke vena inferior.

4. Saluran saluran bilier juga disebut kanalikuli empedu, dibentuk oleh kapiler-kapiler
empedu yang menyatu dan menyalurkan empedu yang dihasilkan oleh sel-sel hepar.
(mary Baradero, 2008)
Sirkulasi darah ke dalam dan keluar hati sangat penting dalam
penyelenggaraan fungsi hati. Darah yang mengalir ke dalam hati berasal dari dua
sumber. Kurang lebih 75% suplai darah datang dari vena porta yang mengalirkan
darah yang kaya akan nutrien dari traktus gastrointestinal. Bagian lain suplai darah
tersebut masuk ke dalam hati lewat arteri hepatika dan banyak mengandung
oksigen. Cabang-cabang terminalis kedua pembuluh darah ini bersatu untuk
membentuk capillary beds bersama yang merupakan sinusoid hepatik. Dengan
demikian, sel-sel hati (hepatosit) akan terendam oleh campuran darah vena dan
arterial. Sinusoid hepatik kemudian mengosongkan isinya ke dalam venule yang
berada pada bagian tengah masing-masing lobulus hepatik dan dinamakan vena
sentralis. Vena sentralis bersatu membentuk vena hepatika yang merupakan
drainase vena dari hati dan akan mengalirkan isinya ke dalam vena inferior di dekat
diafragma. Jadi, terdapat dua sumber yang mengalirkan darah masuk ke dalam hati
dan hanya terdapat satu lintasan keluarnya. (Susanne C. Smeltzer, 2001)
b) Fungsi
- Pembentukan empedu
- Penyimpanan dan pelepasan karbohidrat
- Pembentukan urea
- Metabolisme kolesterol
- Pembentukan protein plasma
- Detoksifikasi
1. Metabolism Karbohidrat Hati
o Penyimpanan glikogen
o Mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa
o Glukoneogenesis
o Pembentukan berbagai bahan kimia penting dari metabolisme karbohidrat
2. Metabolism Lemak Hati
o Melakukan oksidasi asam lemak dgn cepat untuk kebutuhan energi tubuh
o Membentuk sebagian besar lipoprotein
o Sintesa kolesterol dan fosfolipid dlm jumlah besar
o Mengubah karbohidrat dan protein dlm jumlah besar menjadi lemak
3. Metabolism Protein Hati
o Deaminasi asam protein
o Pembentukan urea utk membuang amonia dari cairan tubuh
o Pembentukan protein plasma
o Interkonversi diantara berbagai asam amino dan komponen penting lainnya
Fungsi hati lainnya yaitu : Penyimpanan vitamin, Penyimpanan Fe, dan Proses
pembekuan darah, pembentukan empedu, metabolism obat, dan eksresi bilirubin.
C. ETIOLOGI
1. Virus
Type A

Type B

Type C

Type D

Type E

Metode
transmisi

Fekaloral
melalui
orang
lain

Parenteral
seksual,
perinatal

Keparahan

Tak
ikterik
dan
asimtomatik

Parah

Sumber
virus

Darah,
feces,
saliva

Darah,
saliva,
semen,
sekresi
vagina

Parenteral
jarang
seksual,
orang ke
orang,
perinatal
Menyebar
luas, dapat
berkembang
sampai
kronis
Terutama
melalui
darah

Parenteral
perinatal,
memerlukan
koinfeksi
dengan type B

Fekaloral

Peningkatan
insiden kronis
dan gagal
hepar akut

Sama
dengan
D

Melalui darah

Darah,
feces,
saliva

2. Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
3. Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan
hepatitis akut.
D. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai
darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal
pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar
ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, selsel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan
digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien
yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman
pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual
dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi
kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan
melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan
regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek),
maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang
timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi
dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam
kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.

Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam


empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
HEPATITIS A :
Virus hepatitis A merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang
dapat dideteksi didalam feses pada akhir masa inkubasi dan fase praikterik. HAV
merupakan jenis infeksi hepatitis virus yang paling sering di Amerika Serikat. HAV
lazim terjadi pada anak dan dewasa muda. Terdapat peningkataninsidensi pada
musim tertentu, yaitu musim gugur dan musim dingin.
HAV terutama ditularkan melalui per oral dengan menelan makanan yang
sudah terkontaminasi dengan feses, penularan melalui tranfusi darah jarang terjadi.
Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak atau terjadi akibat kontak dengan orang
yang terinfeksi melalui kontaminasi feses pada makanan atau air minum, atau
dengan menelan karang yang mengandung virus yang tidak dimasak dengan baik.
Kasus yang timbul dapat bersifat sporadic, sedangkan epidemi dapat timbul pada
daerah yang sangat padat seperti pada pusat perawatan dan rumah sakit jiwa.
Penularan ditinjau oleh sanitasi yang buruk, dan kontak yang intim ( tinggal serumah
atau seksual). Masa inkubasi sekitar 30 hari. Masa penularan tertinggi adalah pada
minggu kedua segera sebelum timbulnya ikterus. .( Syivia .A. price, 2005 )
HEPATITIS B :
Virus hepatitis B ( HBV ) merupakan virus DNA berselubung ganda
berukuran 42 nm yang memiliki lapisan permukaan dan bagian inti.
Hepatitis B memiliki masa inkubasi yang panjang. Virus hepatitis B mengadakan
replikasi pada hati dan tetap berada dalam serum selama periode yang relative lama
sehingga memungkinkan penularan virus tersebut. Dengan demikian, indifidu yang
berisiko terhadap hepatitis B adalah para dokter bedah, pekerja laboratorium klinik,
dokter gigi, perawat dan terapis respiratorik. (Brunner & Suddarth, 2001 ).
Infeksi HBV merupakan penyebab utama hepatitis akut, kronis, sirosis dan kanker
hati diseluruh dunia. Cara utama penularan HBV adalah melalui perenteral, dan
menembus mukosa, terutama melalui hubungan seksual. Masa inkubasi rata-rata
adalah sekitar 60 hingga 90 hari. ( Syivia .A. price, 2005 )
HEPATITS C :
HCV merupakan virus RNA untai tunggal, linear berdiameter 50 sampai 60 nm.
( Syivia .A. price, 2005 ).
Kasus-kasus ini diklasifikasikan sebagai hepatitis C ( yang dahulunya disebut
hepatitis non-A, non-B atau hepatitis NANB ). Orang-orang dengan resiko khusus
untuk terkena hepatitis C mencangkup anak-anak yang sering mendapatkan
transfuse atau individu yang memerlukan darah dalam jumlah yang besar. Hepatitis
lebih besar kemungkinannya untuk ditularkan dari donor komersial atau donor
bayaran ketimbang donor relawan. Masa inkubasi hepatitis C bervariasi dan dapat
berkisar dari 15 sampai 160 hari. Perjalanan klinis hepatitis C yang akut serupa
dengan hepatitis B; gejala hepatitis C biasanya ringan. Meskipun demikian, status
karier yang kronis sering terjadi dan terdapat peningkatan resiko untuk menderita
penyakit hati yang kronis sesudah hepatits C, termasuk sirosis atau kanker hati.
(Brunner & Suddarth, 2001 ).
HEPATITIS D :
Virus hepatitis D ( HDV, virus delta ) merupakan virus RNA berukuran 35 hingga 37
nm yang tidak biasa karena membutuhkan HBsAg untuk berperan sebagai lapisan
luar partikel yang infeksius. Sehingga hanya penderita positif HBsAg yang dapat

terinfeksi HDV. Penularan terjadi terutama melalui serum, dan di Amerika Serikat
penyakit ini terutama menyerang pengguna obat melalui intravena. ( Syivia .A. price,
2005 ).
Gejala hepatitis D serrupa dengan gejala hepatits B, kecuali pesiennya lebih
cenderung untuk menderita hepatitis fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif
yang kronis serta sirosis hati. (Brunner & Suddarth, 2001 ).
Masa inkubasi diyakini menyerupai HBV yaitu sekitar 1 hingga 2 bulan. HDV dapat
timbul sendiri sebagai infeksi akut, infeksi kronis, atau ko-infeksi atau superinfeksi
dengan HBV. ( Syivia .A. price, 2005 ).
HEPATITIS E :
HEV adalah suatu virus RNA untai-tunggal yang kecil berdiameter kurang lebih 32
sampai 34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B yang
ditularkan secara enteric melalui jalur fekal-oral. Penyakit ini paling sering
menyerang usia dewasa muda sampai pertengahan dengan angka mortalitas
sebesar 1 hingga 2 % dalam popilasi umum dan memiliki angka mortalitas yang
sangat tinggi (20%) pada wanita hamil. Masa inkubasi sekitar 6 minggu. ( Syivia .A.
price, 2005 ).
Kemungkinan HEPATITIS F dan G :
Masih terdapat perdebatan dalam penelitian hepatitis mengenai kemungkinan
adanya virus hepatitis F. dilakukan penelitian ditemukannya beberapa partikel virus
(non-A, non-B,non-C,non-D, non-E), yang disuntikan ke kera rhesus Indian. Oleh
karena itu meskipun telah dapat system klasifikasi nama HFV, masih belum
dipastikan bahwa virus hepatitis F benar-benar ada.
Virus hepatitis G (HGV) adalah suatu flavivirus RNA yang mungkin menyebabkan
hepatitis fulminan. HGV ditularkan terrutama melalui air, namun juga dapat
ditularkan melalui hubungan seksual. Kelompok yang berisiko adalah individu yang
telah menjalani transfusi darah, tertusuk jarum suntik secara tidak sengaja,
penggunaan obat melalui intravena atau pasien hemodialisis. ( Syivia .A. price, 2005
).
E. MANIFESTASI KLINIS
Hepatitis A :
- dapat terjadi dengan atau tanpa gejala ; sakit mirip flu
- fase praikterik : sakit kepala, malaise, fatigue, anoreksia, febris.
- Fase ikterik : urin yang berwarna gelap, gejala ikterus pada sclera dan kulit, nyeri
tekan pada hati.
Hepatits B : dapat terjadi tanpa gejala, dapat timbul artlargia, ruam.
Hepatitis C : serupa dengan HBV, tidak begitu berat dan anikterik
Hepatitis D : serupa dengan HBV
Hepatitis E : serupa dengan HAV, sangat berat pada wanita yang hamil.
(Brunner & Suddarth, 2001 ).
F.
1.
a.
-

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Laboratorium
Pemeriksaan pigmen
urobilirubin direk
bilirubun serum total
bilirubin urine
urobilinogen urine
urobilinogen feses

b.
-

Pemeriksaan protein
protein totel serum
albumin serum
globulin serum
HBsAg
Ig.M anti HBc

akut da kronis

hepatitis B

akut

c. Waktu protombin
respon waktu protombin terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
- AST atau SGOT
- ALT atau SGPT
- LDH
- Amonia serum
2. Radiologi
- foto rontgen abdomen
- pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel
radioaktif
- kolestogram dan kalangiogram
- arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
- laparoskopi
- biopsi hati
G. KOMPLIKASI
Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik. Hiperbilirubinemia.

H. PENATALAKSANAAN MEDIK
Saat ini telah banyak jenis pengobatan yang diberikan pada pasien
penyakit hepatitis. Pengobatan yang diberikan dapat berupa tindakan medis
(kedokteran) maupun non medis. Tindakan non medis antara lain adalah akupunktur,
akupresure, reflesiologi, pengobatan herbal, dan lain-lain. Tindakan non medis ini
dapat diberikan sebagai tindakan komplementer dari tindakan medis ataupun
alternatif.
Terapi secara medis dapat berupa terapi suportif, simtomatis dan kausatif.
Terapi suportif adalah terapi yang membantu agar fungsi-fungsi penting tubuh tetap
bekerja dengan baik. Terapi simtomatis diberikan pada pasien untuk meringankan
gejala penyakit. Sedangkan terapi kausatif berguna untuk menghilangkan penyebab
dari penyakit hepatitis itu sendiri, biasanya berupa antivirus pada kasus
penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus.
Terapi medis untuk kasus hepatitis B kronis bertujuan untuk menekan
replikasi virus hepatitis B (HB). Tujuan jangka pendek pengobatan ini adalah
membatasi peradangan hati dan memperkecil kemungkinan fibrosis (jaringan ikat)

pada hati maupun sirosis. Sementara tujuan jangka panjangnya adalah mencegah
meningkatnya kadar serum transminase dan komplikasi hepatitis yang lebih buruk.
Terapi medis yang biasa diberikan pada penderita
penyakit hepatitis diantaranya adalah
1. Tirah baring
Penderita penyakit hepatitis harus menjalani istirahat di tempat tidur saat
mengalami fase akut. Jika gejala klinis cukup parah, penderita perlu dirawat di
rumah sakit. Penderita harus mengurangi aktivitas hariannya.
Tujuan dari
istirahat ini adalah memberi kesempatan pada tubuh untuk
memulihkan sel-sel
yang rusak.
2. Diet
Pada prinsipnya penderita seharusnya mendapat diet cukup kalori. Pada
stadium ini persoalannya ialah bahwa penderita mengeluh mual dan bahkan
muntah, disamping hal mengganggu yaitu tidak nafsu makan. Dalam keadaan ini jika
dianggap perlu pemberian makanan dapt dibantu dengan pemberian infuse cairan
glukosa.
.
3. Obat-obatan
Pada saat ini belum ada obat yang mempunyai khasiat memperbaiki
kematian / kerusakan sel hati dan memperpendek perjalanan penyakit hepatitis virus
akut.
1. Dilarang makan dan minum yang mengandung alkohol. Biasanya penderita
penyakit hepatitis akut merasa mual di malam hari. Oleh karena itu sebaiknya
asupan kalori diberikan secara maksimal di pagi hari. Jika penderita mengalami rasa
mual yang hebat atau bahkan muntah terus menerus maka biasanya makanan
diberikan dalam bentuk cair melalui infus.
2. Penderita penyakit hepatitis diberi obat untuk mengatasi peradangan yang terjadi di
hati. Selain itu pada kasus penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus, penderita
diberi antiviral/antivirus dengan dosis yang tepat. Tujuan pemberian antivirus ini
adalah untuk menekan replikasi virus.Virus membutuhkan sel inang untuk
melakukan replikasi (menggandakan diri). Sel inang dalam kasus hepatitis adalah
sel-sel hati. Proses replikasi virus melalui beberapa tahapan. Tahap pertama virus
melakukan penetrasi (masuk) ke dalam sel inang (sel hati). Tahap kedua virus
melakukan pengelupasan selubung virus. Tahap ketiga adalah sintesis DNA virus.
Tahap keempat adalah tahap replikasi. Tahap terakhir adalah tahap pelepasan virus
keluar dari sel inang dalam bentuk virus-virus baru. Virus-virus baru inilah yang siap
menginfeksi sel-sel hati lainnya.
Antivirus bekerja menghambat salah satu tahapan tersebut, tergantung jenis
antivirusnya. Beberapa macam antivirus diantaranya
adalahinterferon, lamivudin, ribavirin, adepovir dipivoksil, entecavir, dan telbivudin.
Antivirus diberikan berdasarkan hasil tes darah dan pemeriksaan fisik dan
laboratorium. Hasil penelitian menunjukan bahwa terapi antivirus akan lebih efektif
pada kasus hepatitis aktif.
Fungsi hati dan ginjal harus terus di monitor selama terapi antivirus, sehingga
efek samping dapat dicegah sedini mungkin. Pada kasus hepatitis C, kombinasi
terapi interferon dan ribavirin adalah yang dianjurkan.
I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HEPATITIS

1. Pengkajian

Anamnesis
Identitas
Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosis medis.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh adanya ikterus, anoreksia, mual, muntah, kulit gatal, dan
gangguan pola tidur. Pada beberapa pasien juga mengeluh demam ringan, nyeri
otot, nyeri dan merasa ada benjolan pada abdomen kanan atas, keluhan nyeri
kepala, keluahan riwayat mudah mengalami perdarahan, serta bias didapatkan
adanya perubahan kesadaran secara progresif sebagai respons dari hepatic
ensefalopati, seperti agitasi (gelisah), tremor, disorientasi, confussion, kesadaran
delirium sampai koma.
Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat menderita hepatitis virus, khususnya hepatitis B dan C, riwayat
penggunaan alcohol, dan riwayat penyakit kuning yang penyebabnya belum jelas.
Riwayat penyakit psikososialspiritual
Akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya pemenuhan informasi
intervensi keperawatan dan pengobatan. Pada pasien dalam kondisi terminal,
pasien dan keluarga membutuhkan dukungan perawat atau ahli spiritual sesuai
dengan keyakinan pasien.

Riwayat kesehatan
1. Aktivitas
Kelemahan
Kelelahan
Malaise
2. Sirkulasi
Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3. Eliminasi
Urine gelap
Diare feses warna tanah liat
4. Makanan dan Cairan
Anoreksia
Berat badan menurun
Mual dan muntah
Peningkatan oedema
Asites
5. Neurosensori
Peka terhadap rangsang
Cenderung tidur
Letargi

Asteriksis
6. Nyeri / Kenyamanan
Kram abdomen
Nyeri tekan pada kuadran kanan
Mialgia
Atralgia
Sakit kepala
Gatal ( pruritus )
7. Keamanan
Demam
Urtikaria
Lesi makulopopuler
Eritema
Splenomegali
Pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia dan gangguan
gastrointestinal.
b. Intoleransi aktivitas b/ d kelemahan fisik.
c. Kelebihan volume cairan b/d asites dan pembentukan edema.
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ikterus dan status imunologi yang
terganggu.
e. Resiko tinggi Pola napas tidak efektif b/d asites.
3. Intervensi Keperawatan
a.

Perubahan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia dan gangguan
gastrointestinal.

Tujuan : Perbaikan status nutrisi.


yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi.

ensi :
Mandiri
i.

Awasi pemasukan diet / jumlah kalori. Tawarkan makanan dengan porsi

sedikit tapi sering.


R / Makanan dengan porsi kecil dan sering lebih ditolerir oleh penderita anoreksia.
ii.

Berikan perawatan mulut sebelum makan.

R / Menghilangkan rasa tak enak, meningkatkan nafsu makan.

iii.

Anjuran makan pada posisi duduk tegak.

R / Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan


iv. Pantang alkohol.
R / Menghilangkan makanan dengan kalori kosong dan menghindari iritasi
lambung oleh alkohol.
v.

Hidangkan makanan yang menimbulkan selera dan menarik dalam

penyajiannya.
R / Mengurangi citarasa yang tidak enak dan merangsang selera makan.
Kolaborasi
4. Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan
klien, dengan memasukkan lemak dan protein sesuai toleransi.
R / Berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan individu.
Metabolisme lemak bervariasi tergantung pada produksi dan pengeluaran empedu
dan

perlunya

pembatasan

lemak

jika

terjadi

diare.

Pembatasan

protein

diidentifikasikan pada hepatitis kronis karena akumulasi produk akhir dapat


mencetuskan hepatic ensefalopati.
5. Awasi glukosa darah.
R / Hiperglikemia/hipoglikemia dapat terjadi, memerlukan perubahan diet.
6. Berikan obat sesuai indikasi
R / beberapa obat bersifat hepatotoksik, selain itu kerusakan hati telah menurunkan
kemampuan metabolisme obat, meningkatkan kecenderungan perdarahan.s
b. Intoleransi aktivitas b/ d kelemahan fisik.

ngkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas.


harapkan : Menunjukkan teknik atau perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
i.

Kaji tingkat kemampuan pasien dalam beraktivitas.

R / sebagai acuan dalam menentukan tindakan keperawatan.


ii.

Tingkatkan tirah baring, berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung.

R / Meningkatkan istirahat dan ketenangan.


iii.

Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan gerak pasif /

aktif.
R / Peningkatan nadi dan penurunan TD menunjukkan kehilangan volume darah
sirkulasi

iv. Observasi TTV.


R / Peningkatan tekanan darah biasanya berhubungan dengan volume cairan.
v. Catat perubahan mental dan tingkat kesadaran.
R / Perubahan dapat menunjukkan penurunan perfusi jaringan serebral sekunder
terhadap hipovolemia, hipoksemi.
c. Kelebihan volume cairan b/d asites dan pembentukan edema.
Tujuan

: Pemulihan kepada volume cairan yang normal.

Intervensi :
i.

Batasi asupan natrium dan cairan jika diinstruksikan.

R / Meminimalkan pembentukan asites dan edema.


ii. Berikan diuretik, suplemen kalium dan protein seperti yang di indikasikan.
R / Meningkatkan ekskresi cairan lewat ginjal dan mempertahankan keseimbangan cairan
serta elektrolit yang normal.
iii. Catat intake dan output
R / Menilai efektivitas terapi dan kecukupan asupan cairan.
iv. Ukur dan catat lingkar perut setiap hari.
R / Memantau perubahan pada pembentukan asites dan penumpukan cairan.
v. Jelaskan rasional pembatasan natrium dan cairan.
R / Meningkatkan pemahaman dan kerjasama pasien dalam menjalani dan
melaksanakan pembatasan cairan.
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ikterus dan status imunologi yang
terganggu
Tujuan : Memperbaiki integritas kulit dan meminimalkan iritasi kulit Intervensi:
i.

Observasi dan catat derajat ikterus pada kulit dan sklera.

R / Memberikan dasar untuk deteksi perubahan dan evaluasi intervensi.


ii.

Lakukan perawatan yang sering pada kulit, mandi tanpa menggunakan sabun

dan melakukan masase dengan losion pelembut (emolien).


R / Mencegah kekeringan kulit dan meminimalkan pruritus
iii.

Jaga agar kuku pasien selalu pendek

R / Mencegah ekskoriasi kulit akibat garukan


e. Resiko tinggi pola napas yang tidak efektif b/d asites
Tujuan : mempertahankan pola napas efektif.

Intervensi :
i. Kaji frekuensi, kedalaman dan upaya pernafasan.
R / Pernafasan dangkal/cepat kemungkinan ada sehubungan dengan hipoksia atau
akumulasi cairan dalam abdomen.
ii. Auskultasi bunyi nafas.
R / adanya bunyi nafas tambahan kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi
cairan.
iii.

Berikan posisi semi fowler.

R / Memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma.


4.

Evaluasi
Toleransi terhadap makanan dan diet yang dianjurkan
Penanganan yang tepat tehadap masalah yang muncul.
Tidak terjadi komplikasi yang lebih lanjut

5. Discharge planning

Hindari minuman beralkohol

Berikan penyuluhan pada pasien untuk membatasi aktivitas

Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang terapi yang di


berikan , dosis serta efek samping.

Tekankan kepada pasien untuk control sesuai dengan waktu yang di


tentukan.

Anjurkan pasien banyak minum air putih dan konsumsi makanan sehat
seperti sayur dan buah.

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Hepatitis adalah penyakit hati kronik yang di sebabkan oleh virus yang ditandai
dengan hilangnya sebagian besar fungsi hati
2. Penanganan untuk mengatasi masalah pada pasien dengan Hepatitis harus
dilakukan melalui tindakan keperawatan yang berurutan dan sistematis yang terdiri

dari pengkajian, perumusan masalah, diagnosa keperawatan, perencanaan,


implementasi, dan evaluasi
3. Peningkatan pengetahuan penyakit, perawatan dan pengobatan pada keluarga dan
masyarakat untuk mengenal manifestasi klinik yang dialami pasien Hepatitis serta
cara untuk mengatasinya.
b. Saran
Diharapakan mahasiswa/i agar lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
khususnya seluruh komponen proses keperawatan seiring dengan perkembangan
penemuan baru di dunia keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Mutaqin Arif, Sari kumala 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta : Salemba


Medical

2. Fahrial syam, Ari, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009, Jilid 1,Edisi Ke-5.
Jakarta : Interna Publishing
3. Mansjoer arief, Kuspuji Triyanti, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi
Ke-3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Media Aesculapius
4. Rubenstein David, David Wayne, dan John Bradley. 2005. Kedokteran Klinis, edisi
Ke-6. Jakarta : Erlangga
5. Smeltzer,C.Suzanne. dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajaran Keperawatan MedikalBedah (Brunner & Suddarth), Edisi 8, vol 2. Jakarta : EGC
6. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit, Volume, Edisi Ke-6, . Jakarta : EGC
7. Doenges, Marilynn E 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
.

Penyakit Hepatitis
Posted by Penyakit Hepatitis

Penyakit Hepatitis merupakan penyakit cikal bakal dari kanker hati. Hepatitis dapat
merusak fungsi organ hati dan kerja hati sebagai penetral racun dan sistem pencernaan
makanan dalam tubuh yang mengurai sari-sari makanan untuk kemudian disebarkan ke
seluruh organ tubuh yang sangat penting bagi manusia.
Hepatitis merupakan penyakit peradangan hati karena berbagai sebab. Penyebab tersebut
adalah beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan dan kerusakan
pada sel-sel dan fungsi organ hati. Hepatitis memiliki hubungan yang sangat erat dengan
penyakit gangguan fungsi hati. Hepatitis banyak digunakan sebagai penyakit yang masuk
ke semua jenis penyakit peradangan pada hati (liver). Banyak hal yang menyebabkan
hepatitis itu dapat terjadi yang tidak hanya dikarenakan adanya infeksi virus dari suatu
sumber tertentu. Penyebab hepatitis juga dapat berasal dari jenis obat-obatan tertentu, jenis
makanan tertentu atau bahkan pada hubungan seksual yang salah satu dari pasangan memiliki
penyakit hepatitis.
Penyakit hepatitis dapat menyerang siapa saja tak pandang usia. Hepatitis jugat dapat terjadi
pada bayi, anak-anak, orang dewasa dan orang tua. Hepatitis yang juga banyak melanda pada
bayi dari usia 0-12 bulan, pada anak-anak diperkirakan terjadi dari mulai usia 2- 15 tahun,
orang dewasa 15-20 tahun dan orang tua diatas usia 40 tahun keatas.
Namun hepatitis yang banyak terjadi dan dialami oleh penduduk Indonesia adalah
hepatitis B.

Gambar : virus dari


jenis hepatitis yang kemudian akan merusak fungsi organ hati

Berikut ini adalah cara penularan virus dari hepatitis B yang banyak terjadi dan
dialami khususnya jika terjadi pada anak.
1. Penularan hepatitis B pada bayi dan anak-anak
- Jika seorang ibu yang memiliki riwayat penyakit hepatitis ketika dalam mengandung sangat
memungkinkan janin atau bayi yang dikandung juga terjangkit jenis hepatitis yang sama,
bahkan resiko lebih besar terjadi pada bayi dibanding ibunya.
- Juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan salah satu anggota keluarga yang
menderita hepatitis B.
2. Pengaruh Infeksi Virus Hepatitis B
- Virus hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan peradangan yang bersifat akut atau kronis
merupakan salah satu penyebab awal kanker hati.
- Jika infeksi yang terjadi pada bayi sebelum bayi berusia kurangd ari 1 tahun memiliki resiko
lebih tinggi sekitar 90 % mengidap hepatitis akut atau kronis, namun sebaliknya jika infeksi
hepatitis B terjadi pada bayi setelah berusia 2-5 tahun maka resiko dari penyakit hepatitis B
akan berkurang sekitar 50 % bahkan apabila infeksi terjadi diatas usia 5 tahun resiko penyakit
hepatitis ini hanya 5-10 %.
- Diperkirakan sekitar 25 % dari anak yang teridentifikasi penyakit hepatitis kronis dapat
berlanjut mejadi dan berkembang menjadi sirosis ( kerusakan pada organ hati dan pengerutan
hati ) dan atau kanker hati dan pada orang dewasa hanya 15 % yang berkembang menjadi
sirosis atau kanker hati.
Posted in Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit hepatitis,
artikel hepatitis, artikel penyakit hepatitis, cara penularan hepatitis, cara
penularan penyakit hepatitis, gambar virus hepatitis, hepatitis, hepatitis adalah,
hepatitis akut, hepatitis b akut, hepatitis kronis, hepatitis menular, jenis virus
hepatitis, kanker hati, komplikasi hepatitis, komplikasi hepatitis b, pengertian
penyakit hepatitis, penularan hepatitis, penularan hepatitis a, penularan
hepatitis b, penyakit gangguan fungsi hati, penyakit hepatitis, penyakit hepatitis
b, penyakit peradangan hati, penyebab hepatitis, penyebab penyakit hepatitis,
sakit hepatitis, sirosis, sirosis hepatitis, tentang hepatitis, virus hepatitis, virus
penyebab hepatitis | Leave a comment

Sakit Hepatitis
Posted by Penyakit Hepatitis

Problem penyakit hati sangat besar, 1 dari 10 masyarakat Indonesia terserang hepatitis B.
Kurang lebih 20 juta masyarakat Indonesia menderita hepatitis, 15 juta diantaranya
menderita hepatitis B dan 5 juta hepatitis C. Sayangnya, tingginya angka ini tidak diikuti
dengan kesadaran dari masyarakat. Bahkan sebelumnya pemerintah pun juga tidak banyak

menaruh perhatian. Hepatitis B seperti fenomena gunung es yang hanya nampak sebagian
kecil saja, yaitu hanya sekitar 30%. Sementara menurut catatan Kementrian Kesehatan sekitar
5-10 %. Sedangkan sisanya 70% tidak terjamah atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan.

Hepatitis B dan C bila dibiarkan akan menjadi cikal bakal kanker hati. Dan pengobatannya
hanya bisa dilakukan dengan transplantasi. Penyait hepatitis bukanlah penyakit yang baru.
Tapi karena banyaknya penyakit lain, hepatitis seolah-olah ter-masking atau tertutup dari
perhatian pemerintah ataupun head provider.
Hepatitis adalah penyakit yang tidak memberikan gejala dan keluhan pada
penderitannya. Oleh sebab itu disebut sillent killer. Liver adalah organ yang kuat dan
tidak cengeng berbeda dengan flu yang menimbulkan gejala begitu virus masuk.
Sementara hepatitis tidak sama saat virus masuk, tubuh tidak memberikan rekasi
sampai 15-20 tahun kemudian. Hanya saja, saat pergi ke dokter telah terjadi sirosis
pada liver. Bentuknya sudah berenjolan dan bahkan sudah mencapai kanker hati.
Hanya orang yang ringkihyang akan ccepat terdeteksi adanya virus hepatitis.
Angka penyebaran virus hepatitis di Indonesia yaitu berkisar 3-15%. Slain itu,
tingginya angka penyebaran virus hepatitis juga berkaitan degan kondisi kebersihan
dan kepadatan penduduk yang mempermudah penularan. Mahalnya pengobatan masih
menjadi kendala utama. Terutama pada kasus hepatitis B dan C. Untuk periksa darah
saja sekitar 2 juta. Apalagi pengobatan hepatitis. Pada hepatitis C, harga obatnya
sangat mahal, bisa sampai ratusan juta. Untuk satu suntikan yang tiap 9 juta.
Sebetulnya kalau mengenai pelayanan untuk diagnosisi Indonesia tidak terlalu ketinggalan
jauh dengan negara tetangga artinya, ilmu yang sedang dikembangkan di luar negeri saat ini
juga sedang diikuti Indonesia. Terkecuali, beberapa teknis yang Indonesia sendiri tidak bisa
misalnya transplantasi hati. Namun bukan berarti kemampuan dokter Indonesia tidak
mumpuni. Bahkan untuk kemampuan, dokter Indoensia terkenal sangat prigel dalam

melakukan tindakan pengobatan. Namun, cangkok hati merupakan suatu tindakan atau
prosedur yang sangat sulit. Sehingga dibutuhkan keterampilan khusus dan persiapan yang
sangat kompleks dalam melalukan transplantasi hati. Sementara biaya yang diberikan
pemerintah memang sangat kecil.

Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis |


Tagged gejala hepatitis, gejala hepatitis b, hepatitis, hepatitis adalah, penyakit
hepatitis, penyakit hepatitis b, penyebab hepatitis, virus hepatitis | Leave a
comment

Penyakit Hepatitis Menular atau Tidak


Posted by Penyakit Hepatitis

Gangguan pada hati dapat terjadi misalnya karena terkena infeksi. Hepatitis merupakan
salah satu contoh penyakit hati yang disebabkan oleh virus. Virus ini dapat menular
melalui makanan, minuman, jarum suntik dan transfusi darah.
Penderita hepatitis mengalami kerusakan pada sel hatinya sehingga zat warna empedu
beredar ke seluruh tubuh. Akibatnya, warna tubuh menjadi kekuningan. Oleh karena itu,
penyakit hepatitis yang biasa disebut sebagai penyakit kuning.
Hepatitis berarti radang atau pembengkakan hati. Hepatitis dapat disebabkan oleh virus
alkohol, narkoba, obat-0batan (termasuk obat yang diresepkan) atau racun. Hepatitis
merupakan penyakit yang sangat umum, bahkan dapat terjadi pada orang yang sistem
kekebalannya baik. Hepatitis juga dapat mengakibatkan goresan/ pengerasan hati (sirosis)
sehingga fungsi hati menjadi gagal dan berakibat kematian.
Banyak penyakit lain yang jauh lebih mudah menular melalui keagiatan sosial,
misalnya tuberkulosis paru. Banyak virus yang kebih tahan berada di luar tubuh
manusia sehingga lebih mudah menular, misanya hepatitis B. Banyak virus lain yang
dapat menyebabkan penderitaan dan kematian dan belum ditemukan obat yang efektif
misalnya hepatitis C.
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis |
Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel
penyakit hepatitis, cara mencegah hepatitis, hepatitis menular, pengertian
penyakit hepatitis, penularan hepatitis, penyebab hepatitis adalah, penyebab
penyakit hepatitis, sakit hepatitis, tentang hepatitis, virus penyebab hepatitis |
Leave a comment

Penyakit Hepatitis Fulminan Akut


Posted by Penyakit Hepatitis

Istilah hepatitis fulminan akut lebih banyak dikenal sebagai gagal hati fulminan yang
merupakan suatu keadaan yang jarang ditemukan, disebabkan oleh karena kerusakan dan
kematian sel-sel hati yang masif.
Kemampuan fungsi sintesis hati menjadi berkurang (waktu protrombin memanjang setelah
pemberian vitamin K), kegagalan ekskresi bilirubin (serum bilirubin > 20mg/100ml),
glukoneogenesis menurun (hipoglikemia), kesadaran menurun (prekoma atau koma) dan
keseimbangan air maupun elektrolit terganggu (serum natrium dan kalium menurun).
Gagal hati fulminan ditandai oleh ensefalopati yang terjadi dalam 8 minggu setelah adanya
gejala pertama penyakit hati dijumpai. Tanda-tanda ensefalopati mulai tampak setelah periode
8-24 minggu serangan, dahulu keadaan ini disebut sebagai gagal hati yang timbul pada fase
lanjut.
Penyakit gagal hati fulminan bisa timbul pada masa neonatus atau masa setelah
neonatus (masa kanak-kanak) biasanya disebabkan oleh berbagai virus, toksin,
gangguan metabolisme, obat-obatan dll seperti tersebut di bawah ini :
1. Virus hepatitis A, B, C (NANB post tranfusi), D dan E (NANB menular melalui air)
2. Virus Epstein-Barr dan Sitomegalovirus serta penyakit Demam Kuning (yellow fever),
Ekovirus dan Adenovirus
3. Leptospirosis
4. Metabolik (penyakit wilson, tirosinemia, intolerans fruktosa, galaktosemia, defisiensi alfa
1-antiripsin dan sindroma Zellweger).
5. Toksin (Amanita phalloides, alkaloid pyrrolizidine, aflatoksin, karbon tetraklorida dan
fosfor)
6. Obat-obatan (halotan, parasetamol, INH, rifampisin, sistotoksik, sodium valporat,
metildopa, tetrasiklin dan amiodaron).
7. Vaskuler (sindroma Budd-Chairi, post cardiac bypass dan sumbatan vena),
iskemia/hipotensi, leukemia/limfoma.
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis |
Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel
penyakit hepatitis, cara mencegah hepatitis, cara penularan hepatitis, penyebab
penyakit hepatitis, sakit hepatitis, tentang hepatitis, virus penyebab hepatitis |
Leave a comment

Penyakit Hepatitis Pada Anak


Posted by Penyakit Hepatitis

Penyakit hepatitis virus merupakan penyakit hati yang


seirng ditemukan. Penyakit hepatitis fulminan akut dengan gejala yang biasanya berat
sehingga harus tetap tinggal di tempat tidur selama stadium akut, menu makanan tergantung
dari nafsu makannya, lemak diijinkan bila penderita tidak mual atau muntah. Biasanya
mengandung cukup kalori untuk memperbaiki berat badan yang menurun selama sakit.
Penyakit hati kronis yang memerlukan perencanaan diit sehingga anak mencapat cukup
energi, makanan tidak mengandung banyak lemak dan pada isrosis membatasi jumlah protein
yang masuk.
Hepatitis virus adalah infeksi sistemik yang berakibat tidak baik terhadap fungsi normal selsel hati. Peneybab dari hepatitis virus akut adalah hepatitis A, B, C atau Non A Non B (water
borne epidemic dan post transfusion) dan D (delta virus). Beberapa virus lainnya dapat
menimbulkan hepatitis seperti virus sitomegalo, virus herpes, virus Epstein-Barr, virus rubela
dan virus koksaki dll.
Hepatitis akut sering menimbulkan keluhan mual dan nafsu makan menjadi berkurang,
makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan nafsu makannya dalam porsi kecil dan
sering. Bilamana anak tidak mau/tidak bisa makan dengan baik perlu ditpertimbangkan
pemberian makan lewat sonde lambung.
Hepatitis yang terjadi pada anak juga dapat diakibatkan oleh penurunan gen orangtua yang
memiliki risiko hepatitis atau penderita hepatitis. Hepatitis pada anak dapat juga disebabkan
oleh kelainan sewaktu masa kehamilan, oleh ibu yang menderita hepatitis atau kelainan
tertentu yang berdampak pada janin atau bayi. Untuk mencegah penyakit hepatitis ini, anak
akan diberikan vaksin anti hepatitis yang diadakan setiap 3-6 bulan sekali.
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis |
Tagged apa itu penyakit hepatitis, artikel penyakit hepatitis, cara mencegah
hepatitis, gejala penyakit hepatitis, hepatitis adalah, pengertian penyakit
hepatitis, penularan hepatitis, tentang hepatitis, virus penyebab hepatitis | Leave
a comment

Hepatitis
Posted by Penyakit Hepatitis

Hepatitis merupakan penyakit peradangan


pada hati (liver) penyebabnya dapat bermacam-macam, mulai dari virus sampai
dengan obat-obatan. Penyakit hepatitis ada beberapa jenis yaitu hepatitis A, B, C, D, E,
F, dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus dapat akut (hepatitis A) dapat
krnonis (hepatitis B dan C) atua dapat juga kemudian menjadi kanker hati.
Virus yang menyebabkan penyakit ini terdapat dalam cairan tubuh yang sewaktu-waktu dapt
ditularkan kepada orang lain. Sebagian orang yang terinfeksi virus ini dapat sembuh dengan
sendirinya. Namun demikian, virus ini akan tetap berada dalam tubuh seumur hidup.
Hepatitis berasal dari dua kata yaitu hepa (hepar/hati) dan itis (radang). Hepatitis
merupakan radang yang terjadi pada organ hati. Karena hampir seluruh tubuh
penderita berwarna kekuning-kuningan maka dalam masyarakat dikenal dengan
istilah penyakit kuning (jaundice). Namun, sebenarnya istilah sakit kuning dapat
menimbulkan kerancuan karena tidak semua sakit kuning disebabkan radang hati.
Dapat juga terjadi karena gangguan ada saluran empedu sehingga cairan mepedu tidak dapat
masuk ke dalam usus melainkan ke darah. Gejala kuning juga dapat terjadi karena pemecahan
sel darah merah yang terlalu berlebihan sehingga zat bilirubin menyebar dalam darah.
Gangguan pada organ tertentu, seperti tumor pada pankreas dan kantung empedu atau ketidak
sesuaian transfusi darah jug dapat menimbulkan warna kuning.
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis |
Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit hepatitis, artikel penyakit hepatitis,
cara mencegah hepatitis, cara penularan hepatitis, definisi virus hepatitis b,
gambar virus hepatitis, gejala hepatitis c, hepatitis adalah, penyebab penyakit
hepatitis, virus penyebab hepatitis | Leave a comment

Penyakit Hepatitis C
Posted by Penyakit Hepatitis

Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV=
Hepatitis C virus). Virus Hepatitis C masuk ke sel hati, menggunakan mesin genetik dalam
sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian menginfeksi banyak sel lainnya.
15% dari kasus infeksi Hepatitis C adalah akut, artinya secara otomatis tubuh
membersihkannya dan tidak ada konsekuensinya. Sayangnya 85% dari kasus, infeksi

Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun. Dalam waktu
tersebut, hati bisa rusak menjadi sirosis (pengerasan hati), stadium akhir penyakit hati dan
kanker hati.

Hepatitis C adalah penyakit menular yang mempengaruhi hati, yang disebabkan oleh virus
hepatitis C (HCV). Infeksi ini sering tanpa gejala, tetapi sekali didirikan, infeksi kronis dapat
berkembang menjadi jaringan parut hati (fibrosis), dan maju jaringan parut (sirosis) yang
umumnya terlihat setelah bertahun-tahun.
Gejala khusus sugestif penyakit hati biasanya hadir sampai parut pada hati substansial telah
terjadi. Namun, hepatitis C adalah penyakit sistemik dan pasien mungkin mengalami
spektrum yang luas dari manifestasi klinis mulai dari tanpa gejala pada penyakit lebih gejala
sebelum perkembangan penyakit hati lanjut. Tanda-tanda umum dan gejala yang
berhubungan dengan hepatitis C kronis termasuk kelelahan, gejala seperti flu, nyeri sendi,
gatal, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, mual, dan depresi.
Sekali hepatitis C kronis telah berkembang ke sirosis, tanda dan gejala mungkin muncul yang
umumnya disebabkan oleh salah satu fungsi hati menurun atau meningkatnya tekanan dalam
sirkulasi hati, kondisi yang dikenal sebagai hipertensi portal. Kemungkinan tanda dan gejala
sirosis hati termasuk asites (penimbunan cairan di perut), memar dan berdarah
kecenderungan, varises (vena membesar, terutama di perut dan kerongkongan), sakit kuning,
dan sindrom gangguan kognitif yang dikenal sebagai ensefalopati hepatik. Ensefalopati
hepatik adalah karena akumulasi amonia dan zat lain yang biasanya dibersihkan oleh hati
yang sehat.
Posted in Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit hepatitis,
artikel hepatitis, artikel penyakit hepatitis, definisi virus hepatitis c, hepatitis c
adalah, hepatitis c akut, komplikasi hepatitis, penularan hepatitis c, penyakit
hepatitis c, penyecac hepatitis, virus hepatitis c | Leave a comment

Penyakit Hepatitis B
Posted by Penyakit Hepatitis

Indonesia merupakan daerah endemis infeksi virus hepatitis B, didaerah tertentu pada setiap
100 penduduk di jumpai 8 pengidap virus hepatitis B.
Seseorang dikatakan menderita infeksi virus hepatitis B apabila dalam pemeriksaan
ditemukan HBsAg positif. Sumber penularan virus hepatitis B di Indonesia terutama melalui
ibu hamil ke bayinya sehingga setiap ibu yang hamil dianjurkan untuk melakukan skrining
HBsAg.

Ibu Hamil dengan HBsAg dan HBeAg positif akan menularkan virus hepatitis dengan
peluang lebih dari 90%. Dalam keadaan demikian bayi perlu mendapatkan vaksinasi dan
pemberian imunoglobulin.
Pada meraka yang terinfeksi VHB akut, 90% pada anak-anak dan 70% pada dewasa tidak
menampakkan gejala sama sekali. Hanya sepertiga dari yang terinfeksi memperlihatkan
keluhan, terutama mata kuning.
Infeksi VHB yang diperoleh pada masa bayi akan menyebabkan 95% bayi di antaranya
menjadi penderita hepatitis kronis. Sementara kelompok dewasa yang terinfeksi virus ini,
95% akan sembuh dan hanya 5% yang berkembang menjadi hepatitis B kronis.
Posted in Penyakit Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit hepatitis,
artikel hepatitis, artikel penyakit hepatitis, definisi virus hepatitis b, hepatitis b
adalah, hepatitis b akut, penularan hepatitis b, penyakit hepatitis b, penyebab
hepatitis, virus hepatitis b | Leave a comment

Penyakit Hepatitis A
Posted by Penyakit Hepatitis

Penyakit akan semakin dikenali apabila memberikan dampak yang besar, baik menyangkut
aspek sosial ekonomi maupun risiko kesakitan dan kematian atau karena jumlah kejadiannya

sangat tinggi. Hepatitis A, suatu penyakit yang menyerang hati yang disebabkan oleh
virus hepatitis A, meskipun tidak mengakibatkan risiko kematian yang besar, namun
berisiko menimbulkan kejadian yang luar biasa atau outbreak. Oleh karena itulah,
penyakit ini mendapat perhatian besar baik dari masyarakat kesehatan maupun pemerintah
dan publik secara umum.

Seseorang menjadi panik karena penyakit hepatitis A, biasanya karena tidak mengetahui
karakteristik dan perjalanan penyakit tersebut. Apabila serang penderita hepatitis A atau
keluarga terdekat mengenal tipikal penyakit ini maka kecemasan dan kepanikan tidak perlu
terjadi. Pada dasarnya penyakit ini bersifat self limited disease (dapat sembuh dengan
sendirinya).
Hepatitis A dapat dibagi menjadi 3 stadium:
- Pendahuluan (prodromal) dengan gejala letih, lesu, demam, kehilangan selera makan dan
mual;
- Stadium dengan gejala kuning (stadium ikterik); dan
- Stadium kesembuhan (konvalesensi). Gejala kuning tidak selalu ditemukan. Untuk
memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan enzim hati, SGPT, SGOT. Karena pada
hepatitis A juga bisa terjadi radang saluran empedu, maka pemeriksaan gama-GT dan alkali
fosfatase dapat dilakukan di samping kadar bilirubin.
Tanda dan gejala Hepatitis A yaitu:

- Kelelahan
- Mual dan muntah
- Nyeri perut atau rasa tidak nyaman, terutama di daerah hati (pada sisi kanan bawah tulang
rusuk)
- Kehilangan nafsu makan
- Demam
- Urin berwarna gelap
- Nyeri otot
- Menguningnya kulit dan mata (jaundice).
Posted in Jenis - Jenis Virus Hepatitis, Pencegahan Hepatitis, Penyakit Hepatitis |
Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit hepatitis, artikel hepatitis, artikel
penyakit hepatitis, hepatitis a, hepatitis adalah, komplikasi hepatitis, penyakit
hepatitis a, penyebab hepatitis | Leave a comment

Cara Mencegah Hepatitis


Posted by Penyakit Hepatitis

Umumnya, masyarakat sering menganggap bahwa sakit kuning adalah hepatitis karena
timbulnya warna kuning pada kulit, kuku, dan bagian putih bola mata. Kondisi ini hanyalah
salah satu gejala dari hepatitis. Peradangan ini dapat menyebabkan kerusakan sel-sel,
jaringan, bahkan semua bagian organ hati. Hepatitis dapat terjadi karena penyakit yang
memang menyerang sel-sel hati atau penyakit lain yang menyebabkan komplikasi pada hati.
Pemahaman hepatitis dapat ebih mudah jika kita mengenal lebih dahulu mengenai organ hati.
Hepatitis dapat berlangsung singkat (akut) kemudian sembuh total atau malah berkembang
menjadi menahun (kronis). Tingkatan keparahan hepatitis bervariasi, mulai dari kondisi yang
dapat sembuh sendiri (self limited) dengan penyembuhan total, kondisi yang mengancam
jiwa, menjadi penyakit menahun, hingga kondisi organ hati yang tidak berfungsi lagi (yang
disebut kegagalan fungsi hati). Jika kondisi terakhir ini terjadi maka untuk penanganannya
membutuhkan transplantasu atau cangkok hati.
Serangan hepatitis akut dapat terjadi tiba-tiba tanpa gejala awal atau bertahap. Umumnya,
hepatitis akut berlangsung dalam periode waktu 1-2 bulan. Kerusakan hati yang terjadi pada
heoatitis akut biasanya hanya mengenai sebagian kecil jaringan saja. Namun pada kasus yang
jarang, misalnya pada saat daya tahan tubuh pasien terlalu rendah, hepatitis akut dapat
mengancam jiwa.

Sementara hepatitis kronis terjadi jika sebagian hati yang


terserang dapat menjadi tidak aktif atau berkembang sangat lambat, tetapi sebagian lain dapat
juga menjadi aktif dan terus memburuk dalam hitungan tahun. Komplikasi dari hepatitis
kronis yang memburuk adalah terjadinya sirosis atau kanker hati. Kedua komplikasi ini
sering berakhir dengan kematian.
Dibawah ini adalah tips sehat untuk mencegah terserang penyakit hepatitis adalah :

Hindari konsumsi alkohol

Hindari obat-obatan yang dapat merusak hati, misalnya acetaminophen

Diet sehat dan seimbang

Perbanyak buah, sayur, whole grains, dan protein bebas lemak

Latihan fisik secara teratur

Istirahat cukup

Posted in Pencegahan Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, apa itu penyakit
hepatitis, artikel hepatitis, artikel penyakit hepatitis, cara mencegah hepatitis,
cara penularan hepatitis, cara penularan penyakit hepatitis, definisi virus
hepatitis b, gambar virus hepatitis, hepatitis adalah, hepatitis akut, hepatitis b
adalah, pencegahan hepatitis, pengertian penyakit hepatitis, penyebab hepatitis,
tentang hepatitis, virus hepatitis c, virus penyebab hepatitis | Leave a comment

Cara Mencegah Hepatitis B


Posted by Penyakit Hepatitis

Hepatitis B dapat di cegah dengan imunisasi aktif atau pasif. Imunisasi aktif adalah istilah
yang digunakan untuk proses dimana anda membangun perlindungan jangka panjang
terhadap infeksi yang bari dari produksi antibodi. Antibodi ini dapat berkembang secara
alami ketika anda menderita penyakit ini, atau secara artifisial setelah menerima vaksin.
Imunisasi pasif adalah istilah yang digunakan untuk proses dimana anda

mengembangkan perlindungan jangka pendek terhadap infeksi yang baru. Perlindungan


pasif dapat berkembang ketika :

Seorang bayi yang belum lahir menerima suntikan antibodi dari ibunya.

Seorang bayi yang baru lahir menerima antibodi dari kolostrum, ASI
pertama yang dikeluarkan oleh ibu setelah persalinan.

Suatu vaksin yang mengandung antobodi yang disuntikkan ke dalam


tubuh.

Ada dua jenis vaksin yang kini tersedia untuk imunisasi


aktif terhadap hepatitis B yakni :
1. Vaksin hepatitis B rekombinan : Vaksin ini disintetis di dalam sel-sel khamir
(yeast). Vaksin ini sangat aman dan efektif. Vaksin ini memberikan sekitar
90% perlindungan terhadap infeksi hepatitis B. Vaksin ini biasanya lebih
disukai ketimbang vaksin yang diperoleh dari plasma.
2. Vaksin yang diperoleh dari plasma : Vaksin ini diperoleh dari darah yang
merupakan pembawa virus hepatitis B. Ini berarti orang-orang ini memiliki
viorus di dalam darah mereka tetapi tidak mengalami gejala apapun.
Vaksin yang diperoleh dari plasma sama amannya dan efektifnya dengan
vaksin hepatitis B rekombinan.

Imunisasi terhadap hepatitis B kini dianjurkan bagi semua anak yang baru lahir dan bagi
orang yang beresiko tinggi terkena infeksi. Kotak 4 akan membuat daftar orang-orang yang
beresiko tinggi karena infeksi hepatitis B. Satu suntikan vaksin hepatitis B diberikan pada
otot lengan bagian atas luar pada saat lahir, pada usia satu bulan, pada usia enam bulan. Dosis
penguat direkomendasikan pada usia lima tahun.
Imunisasi pasif dilakukan melalui suntikan imunoglobulin hepatitis B. Ini adalah suatu
protein dalam darah yang mengandung antibodi terhadap virus hepatitis B. Imunisasi pasif
dianjurkan untuk dilakukan sesegera mungkin setelah paparan yang terhadap infeksi hepatitis
B. Paparan teradap virus hepatitis B bisa saja disebabkan oleh sebuah tusukan dari jarum
yang terinfeksi atau paparan pada darah atau produk darah yang terinfeksi. Dalam waktu
tujuh hari setelah paparan, suatu suntikan imunoglobulin hepatitis B harus diberikan. Vaksin

hepatitis B juga harus duberikan bersama-sama imunoglobulin tetapi pada lokasi yang
berbeda.

Posted in Pencegahan Hepatitis | Tagged apa itu hepatitis, cara penularan


hepatitis, hepatitis, hepatitis adalah, hepatitis akut, hepatitis b adalah,
pencegahan hepatitis, pencegahan hepatitis B, penularan hepatitis, penularan
hepatitis a, penyakit hepatitis, penyakit hepatitis b, penyebab hepatitis,
penyebab penyakit hepatitis, vaksin aktifvaksin pasif, virus hepatitis | Leave a
comment

Hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada hati. Penyakit ini sangat berbahaya karena
dapat merusak kesehatan secara keseluruhan. Racun yang harusnya dilawan oleh hati tetap
berada dalam darah dan mengendap kemudian merusak dan mengganggu organ lainnya.

Gejala Hepatitis
Sebelum kita membahas tentang jenis virus hepatitis, kita akan membahas gejala hepatitis
pertama. Pada awalnya, seorang pasien hepatitis umumnya akan merasakan sakit di perut
bagian kanan, kelemahan, mual, demam dan diare. Dalam beberapa kasus juga ditemukan
gejala seperti flu dan penyakit kuning yang ditandai kulit dan mata terlihat kuning. Namun,
gejala hepatitis tidak selalu terlihat, terutama dalam kasus yang terjadi pada anak-anak.
Virus hepatitis
Jika seseorang menderita hepatitis, virus dapat ditransfer pada orang sehat dengan kekebalan
tubuh yang lemah. Setidaknya ada 5 virus hepatitis, yaitu hepatitis A, virus hepatitis B virus
hepatitis C , virus hepatitis D dan hepatitis E . Dari kelimanya, virus hepatitis B menginfeksi
kebanyakan orang, bahkan diperkirakan 1 diantara 3 orang di bumi pernah terinfeksi. Sekitar
78% dari penderita hepatitis menimpa orang-orang Asia dan Kepulauan Pasifik. Virus ini
menyebabkan kematian sedikitnya 600 ribu orang per tahunnya.
Hepatitis A
Hepatitis A dapat menyebar ke orang lain melalui air yang terkontaminasi oleh virus. juga
dapat ditularkan melalui makanan yang dimasak tidak sempurna, atau melalui tangan yang
tidak dicuci dengan benar. Anda harus mencuci tangan setelah menggunakan toilet, hal itu

bertujuan untuk mencegah penularan.


Hepatitis B
Virus hepatitis B dapat menular dengan mudah melalui transfusi darah, darah pada pisau
cukur, perawatan gigi, gunting kuku, jarum suntik atau jarum yang digunakan untuk tato.
Hepatitis C
Secara umum, hepatitis C ditularkan melalui jarum, tetapi juga dapat ditularkan seperti pada
hepatitis B.
Penanganan Hepatitis
Jika seseorang telah didiagnosis menderita hepatitis, maka ia perlu mendapatkan perawatan.
Pengobatan harus dipercepat supaya virus tidak menyebar. Jika tindakan penanganan lambat
membuat kerusakan lebih besar pada hati dan menyebabkan kanker. Namun, sebagian besar
orang dengan hepatitis tidak menyadari bahwa mereka menderita hepatitis,sebagian besar
justru tahu ketika hatinya sudah rusak dan sulit untuk mendapatkan bantuan.
Untuk MENCEGAH VIRUS HEPATITIS, maka diperlukan vaksin, vaksin hepatitis A dan
vaksin virus hepatitis B. Namun, untuk hepatitis C tidak ada vaksin untuk mencegahnya.
vaksinasi dilakukan sejak kecil, karena akan lebih efektif dibandingkan bila diberikan ketika
seseorang telah dewasa.
Jika seseorang menderita hepatitis berat, maka satu-satunya cara untuk menyembuhkan
adalah dengan melakukan transplantasi hati, dan hal iu sangat sulit untuk dilakukan. Oleh
karenanya, penderita hepatitis berat akan berujung pada kematian. Untuk memperlambatnya,
dianjurkan untuk pasien dengan hepatitis untuk makan makanan bergizi sehingga sistem
kekebalan tubuh menjadi lebih kuat.
Sebuah sistem kekebalan yang kuat adalah salah satu kunci untuk tetap sehat dan terhindar
dari berbagai penyakit. Memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari dan disertai dengan istirahat
yang cukup. Lakukan vaksinasi kepada anak-anak sedini mungkin untuk mencegah hepatitis.

Hati-hati dengan gejala hepatitis ini


Berikut informasi yang dapat membantu anda untuk mengetahui hepatitis dab gejalanya.
Ada 5 macam virus hepatitis yang dinamai sesuai abjad. Kelima virus itu adalah virus
hepatitis A (VHA), virus hepatitis B (VHB), virus hepatitis C (VHC), virus hepatitis D
(VHD) dan virus hepatitis E (VHE). Virus-virus ini terus berkembang dan bahkan
diperkirakan sedikitnya masih ada 3 virus lagi yang dapat menyebabkan hepatitis.
Gejala Hepatitis
Gejala-gejala umum dari hepatitis ini adalah rasa nyeri atau sakit pada perut bagian kanan,
badan lemas, mual, demam dan diare. Pada beberapa kasus juga ditemukan gejala seperti
akan flu dan sakit kuning yang ditandai kulit dan mata yang terlihat kuning. Namun, gejala

penyakit hepatitis tidak selalu tampak, khususnya pada kebanyakan kasus yang menimpa
anak-anak.
Virus dapat berpindah dari seorang penderita ke orang yang sehat. Jika kekebalan tubuh
seseorang sedang lemah, virus akan menjangkiti tubuh orang yang sehat. Walau sebenarnya,
virus dapat dibersihkan oleh antibodi manusia itu sendiri jika sistem kekebalan tubuhnya
baik.
Hepatitis A
Virus hepatitis A biasanya terdapat pada kotoran si penderita, dan virus ini dapat hidup pada
air atau es batu. Virus ini menyebar karena
seseorang meminum air yang tercemar VHA atau mengkonsumsi makanan yang tidak
dimasak dengan benar sehingga virus tetap hidup pada makanan atau bisa juga karena orang
yang mempersiapkan makanan tidak mencuci tangan dengan benar terlebih dahulu, padahal
mungkin saja pada tangannya terdapat virus hepatitis A. Tidak mencuci tangan sehabis
menggunakan toilet juga menyebabkan virus ada pada kotoran manusia ini akhirnya
berpindah.
Hepatitis B
Virus Hepatitis B (VHB) biasanya menular melalui darah atau cairan tubuh seperti air liur,
cairan vagina, atau air mani yang masuk dalam aliran darah orang sehat. Ini karena hepatitis
B terdapat dalam darah dan cairan tubuh tersebut. Tranfusi darah, darah pada pisau cukur,
perawatan gigi, gunting kuku, jarum suntik atau jarum yang digunakan untuk membuat tato
dapat memindahkan sejumlah kecil darah yang terinfeksi virus hepatitis. Bahkan noda darah
yang sudah mengering dapat menulari orang lain selama 1 minggu sejak menempel pada
suatu benda. Cara lain penyebaran virus ini adalah karena terbawa sejak dari kandungan oleh
seorang ibu yang terinfeksi (keturunan) dan karena hubungan seks.
Hepatitis C
Cara penularan virus ini hampir sama dengan penularan hepatitis B, tetapi pada kebanyakan
orang adalah karena jarum suntik.
Semoga informasi di atas dapat bermanfaat bagi anda

Obat Alami Penyakit Hepatitis


obat alami penyakit hepatitis >> Informasi Obat alami penyakit heptitis yang aman dan
juga ampuh dengan bahan-bahan alami tanpa efeksamping!

Penyakit hepatitis dalam garis besarnya adalah penyakit yang


biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis, yaitu A, B, C, D
atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis
infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang
utama adalah alkohol dan obat-obatan.

Pengobatan alami penyakit hepatitis

Banayak bahan alami penyakit hepatitis terdapat di bumi Indonesia, hanya saja masyarakat
yang kurang meneliti dan belum bisa mengolah bahan alami menjadi sebuah produk
kesehatan.
Bahan alami yang bisa dimanfaatkan sebagai obat alami penyakit hepatitis
diantaranya:

Ginseng (Panax quinquefolius/Panax ginseng)


Ada dua jenis ginseng yaitu ginseng Amerika (Panax quinquefolius) dan ginseng Asia (Panax
ginseng) yang berasal dari Cina, Jepang, dan Korea.Tes pada hewan dan manusia
menunjukkan ginseng dapat membantu sistem imunitas tubuh. Pengujian pada hewan juga
menunjukkan ginseng dapat membantu memperbaiki cara kerja hati dan mengurangi
kerusakan jaringan hati yang disebabkan oleh hepatitis. Namun, penelitian mengenai manfaat
ginseng untuk hepatitis masih terbatas.
Kunyit (Curcuma domestica)
Kunyit adalah bumbu dapur yang cukup banyak pemakaiannya. Selama ribuan tahun, kunyit
telah digunakan oleh praktisi pengobatan Ayurweda sebagai obat untuk penyakit hati.
Komponen aktif kunyit adalah kurkumin yang berkhasiat antioksidan. Dalam penelitian pada
hewan percobaan, kunyit terlihat menghambat kerusakan hati dari aflatoksin dan racun hati
lainnya. Karena kunyit adalah bumbu utama pada kari India, mungkin itulah sebabnya
penduduk India memiliki insiden penyakit hati terendah di dunia. Namun hal ini perlu
pembuktian lebih lanjut.
Kulit manggis
Menurut Dr Ir Raffi Paramawati, M.Si, dari Balai Besar Pengembangan Mekanisasi
Pertanian, semua buah-buahan mengandung antioksidan, namun yang paling tinggi
kandungan antioksidannya hanya dalam buah manggis dan itu terdapat pada kulitnya. Lebih
jauh ia mengatakan bahwa tidak semua antioksidan yang ada dalam buah-buahan bersifat
menyembuhkan penyakit, berbeda dengan manggis, kalau manggis kandungan
antioksidannya mampu menyembuhkan berbagai penyakit.
Hasil penelitian di Tokyo pada tahun 2003, menunjukkan bahwa antioksidan xanthone dalam
manggis juga memiliki efek anti bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme seperti Mycobacterium tuberculosis (penyebab TBC) dan Staphylococcus
aureus(penyebab infeksi dan gangguan pencernaan). Ekstrak kulit manggis juga dipercaya
dapat mengobati arthritis, asma, Alzheimer, alergi, dyspepsia(gangguan pencernaan), jerawat,
dan eksim.

Beberapa penelitian tentang manfaat senyawa xanthone memperlihatkan bahwa xanthone


bersifat antimikroba terhadap MRSA(methicillin resistant staphylococcus aureus), yaitu
bakteriyang telah kebal terhadap obat antibiotic yang dapat menyebabkan infeksi parah.

Tentang Penyakit Hepatitis A, B,C, D, Dan E

Liver
Fungsi utama dari hati atau liver adalah menyaring racun-racun yang ada pada darah. Selain
itu, masih ada sekitar 500 fungsi lain dari hati. Jika seseorang menderita hepatitis, yang
merupakan peradangan pada hati atau liver ini, dapat menghancurkan kesehatan orang
tersebut secara keseluruhan karena racun tetap mengendap pada darah dan merusak atau
mengganggu kerja organ lain. Akibat lainnya adalah hati menolak darah yang mengalir
sehingga tekanan darah menjadi tinggi dan pecahnya pembuluh darah
Rusaknya fungsi hati atau liver ini dapat disebabkan karena seseorang mengkonsumsi alkohol
secara berlebihan atau karena termakan racun yang membebani kerja liver dan
mengakibatkan fungsi hati menjadi rusak. Tetapi, pada kebanyakan kasus, hepatitis
disebabkan oleh virus yang ditularkan penderita hepatitis.
Ada5 macam virus hepatitis yang dinamai sesuai abjad. Kelima virus itu adalah
virushepatitis A (VHA), virus hepatitis B (VHB), virus hepatitis C (VHC), virus hepatitis
D(VHD) dan virus hepatitis E (VHE). Virus-virus ini terus berkembang dan bahkan
diperkirakan sedikitnya masih ada 3 virus lagi yang dapat menyebabkan hepatitis..
Virus yang paling banyak menjangkiti manusia adalah VHB, penyebab hepatitis B.
Diperkirakan 1 dari 3 orang yang ada di bumi pernah terinfeksi. Sekitar 350 juta hidup
dengan virus mengendap pada tubuhnya dan berpotensi menulari orang lain. Sekitar 78%
pengidap hepatitis menimpa pendudukAsia dan pulau-pulau di daerah Pasifik. Virus ini
menyebabkan kematian sedikitnya 600.000 orang per tahun.

Gejala Hepatitis
Beberapa gejala yang umum dari hepatitis adalah rasa nyeri atau sakit pada perut bagian
kanan, badan lemas, mual, demam dan diare. Pada beberapa kasus juga ditemukan gejala
seperti akan flu dan sakit kuning yang ditandai kulit dan mata yang terlihat kuning. Tetapi,
gejala penyakit hepatitis tidak selalu tampak, khususnya pada kebanyakan kasus yang
menimpa anak-anak.
Virus dapat berpindah dari seorang penderita ke orang yang sehat. Jika kekebalan tubuh
seseorang sedang lemah, virus akan menjangkiti tubuh orang yang sehat. Walau sebenarnya,
virus dapat dibersihkan oleh antibodi manusia itu sendiri jika sistem kekebalan tubuhnya
baik.

Hepatitis A
Virus hepatitis A biasa terdapat pada kotoran penderitanya. Virus dapat hidup pada air atau es
batu. Cara penyebaran virus ini adalah karena meminum air yang tercemar VHA. Bisa juga
karena mengkonsumsi makanan yang tidak dimasak dengan benar sehingga virus tetap hidup
pada makanan atau karena orang yang mempersiapkan makanan tidak terbiasa cuci
tangan dengan benar terlebih dahulu, padahal mungkin saja pada tangannya terdapat virus
hepatitis A. Tidak mencuci tangan sehabis menggunakan toilet juga menyebabkan virus ada
pada kotoran manusia ini akhirnya berpindah.

Hepatitis B
Penularan virus hepatitis B (VHB) biasanya melalui darah atau cairan tubuh seperti air liur,
cairan vagina, atau air mani yang masuk dalam aliran darah orang sehat. Ini karena hepatitis
B terdapat dalam darah dan cairan tubuh tersebut. Tranfusi darah, darah pada pisau cukur,
perawatan gigi, gunting kuku, jarum suntik atau jarum yang digunakan untuk membuat tato
dapat memindahkan sejumlah kecil darah yang terinfeksi virus hepatitis. Bahkan noda darah
yang sudah mengering dapat menulari orang lain selama 1 minggu sejak menempel pada
suatu benda. Cara lain penyebaran virus ini adalah karena terbawa dari sejak kandungan dari
seorang ibu yang terinfeksi dan karena hubungan seks.

Hepatitis C
Pengindap hepatitis C biasanya ditularkan dengan cara yang hampir sama dengan penularan
hepatitis B, tetapi pada kebanyakan orang adalah karena jarum suntik

Penanganan Hepatitis C
Perawatan dini harus segara dilakukan agar penderita dapat disembuhkan, karena semakin
lambat ditangani, virus akan semakin merusak hati dan bahkan menjadi kanker. Tetapi,
kadangkala karena tidak menampakkan gejala yang jelas, kebanyakan orang tidak menyadari
kalau dalam tubuhnya sudah berdiam virus hepatitis dan terlanjur hati sudah menjadi rusak
parah.

Vaksinasi dapat diberikan agar seseorang mendapatkan antibodi dari virus hepatitis A (VHA)
dan virus hepatitis B (VHB). Namun, untuk hepatitis C tidak ada vaksinasi untuk
mencegahnya. Walau seseorang belum terindikasi virus ini tetapi pemberian vaksin dapat
mencegah virus merusak hati karena gejala hepatitis bisa saja baru muncul puluhan tahun
kemudian. Pemberian vaksin khususnya perlu diberikan pada anak-anak karena kekebalan
tubuh mereka lebih lemah untuk membersihkan virus hepatitis dibandingkan orang dewasa.
Jika kondisi hati sudah rusak parah, pilihannya adalah melakukan pencangkokkan hati.
Tetapi, ini akan sulit karena donor hati yang ada lebih sedikit dibandingkan daftar tunggu dari
penderita yang membutuhkan hati.
Penderita hepatitis seharusnya mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup
agar tubuh mampu bertahan menghadapi virus ini dan mencegah jumlah virus semakin
banyak yang akan menggeroti kesehatan penderitanya.
Gizi dan istirahat yang baik juga harus dipenuhi untuk semua, karena bisa saja tanpa
sepengetahuan kita, virus menulari dan menyerang hati atau liver. Tetapi, dengan kekebalan
tubuh yang kuat, tubuh akan mampu menangani virus hepatitis yang membahayakan ini.
Hepatitis A Penyebab Dan Penanganannya
Hepatitis A
merupakan infeksi virus pada hati. Virus Hepatitis A ditularkan melalui jalur anus dan mulut.
Media penularanya adalah makanan atau air tercemar, atau melalui kontak langsung dengan
orang yang terinfeksi.
Diagnosis Hepatitis A
Berdasarkan tanda/ gejala pasien dan diperkuat dengan pemeriksaan penunjang, seperti tes
darah yang menunjukkan antibodi IgM terhadap hepatitis A.
Penderita Hepatitis A akan mengalami tanda/gejala kurang enak badan, demam, mual, nafsu
makan menurun, perut terasa kurang enak, diikuti dengan air seni berwarna pekat, tinja pucat,
mata dan kulit menjadi kuning (Penyakit Kuning), penyakit biasanya berlanjut selama satu
sampai tiga minggu. Walaupun gejala tertentu dapat berlanjut lebih lama dan hampir selalu
diikuti dengan penyembuhan sepenuhnya. Anak-anak kecil yang terinfeksi biasanya tidak
menderita gejala seperti orang dewasa.
Hepatitis A tidak mengakibatkan penyakit hati jangka panjang (kronis) dan kematian akibat
hepatitis A jarang terjadi. Jangka waktu antara kontak dengan virus dan timbulnya gejala
biasanya empat minggu, tetapi dapat berkisar antara dua sampai tujuh minggu, orang
yang terinfeksi virus Hepatitis A dapat menularkan virus ini kepada orang lain dari dua
minggu sebelum timbulnya gejala sampai seminggu setelah timbulnya penyakit kuning (kirakira tiga minggu secara keseluruhan).

Jumlah virus yang besar ditemui dalam tinja (cirik) orang yang terinfeksi selama waktu
penularan. Hepatitis A biasanya ditularkan sewaktu virus dari orang yang terinfeksi tertelan
oleh orang lain melalui, makanan dan minum air tercemar, seprai dan handuk yang dikotori
tinja dari orang yang terinfeksi virus hepatitis A, Hubungan Seksual dengan orang yang
terinfeksi juga dapat kena Penyakit Hepatitis A. Orang yang belum menderita Hepatitis A dan
belum divaksinasi sangat beresiko terjangkit penyakit tersebut.
Penyakit Hepatitis A dapat dicegah dengan Vaksinasi. Vaksin ini mungkin memakan waktu
sampai dua minggu untuk memberikan perlindungan.Vaksinasi direkomendasikan untuk
kelompok-kelompok berikut yang menghadapi risiko tinggi:
1.

Orang yang berkunjung ke negara di mana hepatitis A umum terjadi


(kebanyakan negara sedang berkembang).

2. Orang yang sering berkunjung ke masyarakat pribumi di luarkotadan


daerah terpencil
3. Pria yang berhubungan kelamin dengan pria
4. Petugas penitipan anak siang hari dan prasekolah
5. Beberapa petugas kesehatan yang bekerja di Pelayanan Kesehatan
6. Pengguna narkoba suntik
7. Pasien yang menderita penyakit hati kronis

Cara mencegah hepatitis A.


Semua orang harus selalu mencuci tangan dengan baik dengan sabun dan air mengalir selama
sekurang-kurangnya 10 detik dan dikeringkan dengan handuk bersih. Cuci tangan dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Setelah menggunakan kakus
2. Sebelum makan
3. Sebelum menyiapkan makanan atau minuman

Pencegahan yang dapat dilakukan oleh penderita hepatitis A, di samping mencuci tangan
dengan bersih adalah harus menjauhi dari kegiatan berikut sekurang-kurangnya seminggu
setelah timbulnya penyakit, tanda dan gejala:
1. Jangan menyiapkan makanan atau minuman untuk orang lain
2. Jangan menggunakan alat makan atau alat minum yang sama dengan
orang lain
3. Jangan menggunakan seprai dan handuk yang sama dengan orang lain

4. Jangan berhubungan kelamin


5. Cuci alat makan dalam air bersabun, dan cuci seprai dan handuk dengan
mesin cuci.

Orang berikut yang menderita hepatitis A harus tidak menghadiri tempat kerja atau sekolah
ketika dapat menularkan penyakit:
1. Orang yang mengendalikan makanan atau minuman dirumah tangga atau
restoran.
2. Orang yang pekerjaannya melibatkan hubungan pribadi secara dekat,
misalnya petugas penitipan anak dan petugas kesehatan.
3. Staf, anak-anak dan kaum remaja harus tidak menghadiri fasilitas
penitipan anak atau sekolah ketika dapat menularkan penyakit
4. Semua pasien harus berkonsultasi kepada petugas kesehatan yang
menanganinya sebelum kembali bekerja, sekolah atau melakukan aktivitas
harian.

Tidak ada perawatan khusus untuk penderita hepatitis A. Kontak di rumah dengan pasangan
seksual dapat menularkan penyakit, biasanya memerlukan suntikan Imunoglobulin. Obat
tersebut dapat mencegah atau mengurangi penyakit jika diberikan dalam waktu dua minggu
setelah kontak dengan orang yang dapat menularkan penyakit.
Kesimpulan Tentang penyakit Hepatitis A
Penyakit Hepatitis A adalah penyakit menular yang dapat dicegah dan diobati. virus Hepatitis
A dapat menginfeksi manusia melalui rute anus-mulut. Jika seseorang terdiagnosis Hepatitis
A, pencegahan yang baik adalah istirahat total, menghindari kontak dengan orang lain dan
mengkonsumsi makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, serta
menghindari makanan yang berlemak dan berminyak agar tidak mual dan muntah.
Kemudian, menjalani terapi sesuai program.
Hepatitis B
Adalah suatu penyakit hati yang di sebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) suatu anggota
famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada
sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi ironis hati atau kanker hati, mula-mula di kenal
sebagai serum hepatitis dan telah menjadi epidemi pada sebagian Asia dan Afrika hepatitis B
telah menjadi endemik di tiongkok dan berbagao Negara asia
Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus Keracunan obat dan paparan berbagai
macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine,chloroform, arsen, fosfor, dan
zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga
menyebabkan Hepatitis Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap

melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah
pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa
saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.

Diagnosis Hepatitis B
Dibandingkan virus HIV, virus Hepatitis B (HBV) seratus kali lebih ganas (infectious), dan
sepuluh kali lebih banyak (sering) menularkan. Kebanyakan gejala Hepatitis B tidak nyata.
Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan oleh
infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg positif (> 6
bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses
nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten
hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis
yang ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN).
Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi,
biokimiawi dan histologi. Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan
evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA (4,5).
Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat penting
karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus Pemeriksaan biokimiawi yang penting
untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT
menggambarkan adanya aktivitas kroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini
dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang
menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal.
Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang kurang baik pada terapi
antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak
diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif.
Sedangkan tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati,
menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen anti viral.
Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala tersebut dapat berupa selera
makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang
disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah satu minggu akan timbul
gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak
kuning dan air seni berwarna seperti teh. Ada3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang
diberikan oleh tubuh terhadap virus Hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama,
jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien
sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan
menjadi carrier inaktif. Ketiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di
atas) maka penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis.

Penularan
Hepatitis B merupakan bentuk Hepatitis yang lebih serius dibandingkan dengan jenis
hepatitis lainnya. Penderita Hepatitis B bisa terjadi pada setiap orang dari semua golongan
umur. Adabeberapa hal yang dapat menyebabkan virus Hepatitis B ini menular.

Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap
virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan
atau segera setelah persalinan.

Secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang


tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau
cukur dan sikat gigi secara bersama-sama (Hanya jika penderita memiliki
penyakit mulut (sariawan, gusi berdarah,dll) atau luka yang mengeluarkan
darah) serta hubungan seksual dengan penderita.

Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor akan di tes
terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif terhadap Hepatitis, Sipili dan HIV.
Sesungguhnya, tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti. Dari hasil pemeriksaan
darah, dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena dan sekarang sudah kebal, atau
bahkan virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang hendak menikah, tidak ada salahnya
untuk memeriksakan pasangannya untuk menenularan penyakit ini.

Perawatan
Hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus menyebabkan sel-sel hati mengalami kerusakan
sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada umumnya, sel-sel hati dapat
tumbuh kembali dengan sisa sedikit kerusakan, tetapi penyembuhannya memerlukan waktu
berbulan-bulan dengan diet dan istirahat yang baik.
Hepatitis B akut umumnya sembuh, hanya 10% menjadi Hepatitis B kronik (menahun) dan
dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.Saat ini ada beberapa perawatan yang
dapat dilakukan untuk Hepatitis B kronis yang dapat meningkatkan kesempatan bagi seorang
penderita penyakit ini. Perawatannya tersedia dalam bentuk antiviral seperti lamivudine
dan adefovir dan modulator sistem kebal seperti InteAlfa( Uniferon)
Selain itu, ada juga pengobatan tradisional yang dapat dilakukan. Tumbuhan obat
atau herbal yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan Hepatitis
diantaranya mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari
pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel hati, juga bersifat anti radang, kolagogum dan
khloretik, yaitu meningkatkan produksi empedu oleh hati. Beberapa jenis tumbuhan obat
yang dapat digunakan untuk pengobatan Hepatitis, antara lain yaitu temulawak (Curcuma
xanthorrhiza), kunyit (Curcuma longa), sambiloto (Andrographis
paniculata), meniran (Phyllanthus urinaria), daun serut/mirten, jamur
kayu/lingzhi (Ganoderma lucidum), akar alang-alang (Imperata cyllindrica), rumput mutiara
(Hedyotis corymbosa), pegagan(Centella asiatica), buah kacapiring (Gardenia
augusta), buah mengkudu (Morinda citrifolia), jombang (Taraxacum
officinale).selain itu juga ada pengobatan alternatif lain Hepatitis B Dari Wikipedia
seperti hijamah/bekam yang bisa menyembuhkan segala penyakit hepatitis, asal dilakukan
dengan benar dan juga dengan standar medis.

Penyakit Hepatitis C
Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV=
Hepatitis C virus). Virus Hepatitis C masuk ke sel hati, menggunakan mesin genetik dalam
sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian menginfeksi banyak sel lainnya.
15% dari kasus infeksi Hepatitis C adalah akut, artinya secara otomatis tubuh
membersihkannya dan tidak ada konsekwensinya. Sayangnya 85% dari kasus, infeksi
Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun. Dalam waktu
tersebut, hati bisa rusak menjadi sirosis (pengerasan hati), stadium akhir penyakit hati dan
kanker hati.
Penyebab Hepatitis C

Hepatitis berarti pembengkakan pada hati.Banyak macam dari virus Hepatitis C. Dalam
banyak kasus, virus yang masuk ke dalam tubuh, mulai hidup di dalam sel hati, mengganggu
aktivitas normal dari sel tersebut, lalu menggunakan mesin genetik dalam sel untuk
menduplikasi virus Hepatitis C kemudian menginfeksi sel lain yang sehat.
Jika anda penderita Hepatitis C, sangat penting untuk mengkonsumsi makanan sehat dan
menghindari alkohol. Alkohol akan memperparah kerusakan hati anda, baik anda dalam
pengobatan ataupun tidak.
Salah satu gejala umum dari Hepatitis C adalah kelelahan kronis. Kelelahan juga bisa sebagai
efek samping pengobatan Hepatitis C. Rasa lelah akibat Hepatitis C dapat diatasi dengan
istirahat cukup dan menjalankan olah raga yang rutin.
Virus Hepatitis C sangat pandai merubah dirinya dengan cepat. Sekarang ini ada sekurangkurangnya enam tipe utama dari virus Hepatitis C (yang sering disebut genotipe) dan lebih
dari 50 subtipenya.

Hal ini merupakan alasan mengapa tubuh tidak dapat melawan virus dengan efektif dan
penelitian belum dapat membuat vaksin melawan virus Hepatitis C. Genotipe tidak
menentukan seberapa parah dan seberapa cepat perkembangan penyakit Hepatitis C, akan
tetapi genotipe tertentu mungkin tidak merespon sebaik yang lain dalam pengobatan.
Gejala Hepatitis C

Sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi
telah terjadi bertahun-tahun lamanya.
Jika gejala-gejala di bawah ini ada yang mungkin samar :

Lelah

Hilang selera makan

Sakit perut

Urin menjadi gelap

Kulit atau mata menjadi kuning (disebut jaundice) jarang terjadi

Dalam beberapa kasus,Hepatitis C dapat menyebabkan peningkatan enzim tertentu pada hati,
yang dapat dideteksi pada tes darah rutin. Walaupun demikian, beberapa penderita Hepatitis
C kronis mengalami kadar enzim hati fluktuasi ataupun normal.
Meskipun demikian, sangat perlu untuk melakukan tes jika anda pikir anda memiliki resiko
terjangkit Hepatitis C atau jika anda pernah berhubungan dengan orang atau benda yang
terkontaminasi. Satu-satunya jalan untuk mengidentifikasi penyakit ini adalah dengan tes
darah.
Penularan Hepatitis C

Penularan Hepatitis C biasanya melalui kontak langsung dengan darah atau produknya dan
jarum atau alat tajam lainnya yang terkontaminasi. Dalam kegiatan sehari-hari banyak resiko
terinfeksi Hepatitis C seperti berdarah karena terpotong atau mimisan, atau darah menstruasi.
Perlengkapan pribadi yang terkena kontak oleh penderita dapat menularkan virus Hepatitis C
(seperti sikat gigi, alat cukur atau alat manicure). Resiko terinfeksi Hepatitis C melalui
hubungan seksual lebih tinggi pada orang yang mempunyai lebih dari satu pasangan.
Penularan Hepatitis C jarang terjadi dari ibu yang terinfeksi Hepatitis C ke bayi yang baru
lahir atau anggota keluarga lainnya. Walaupun demikian, jika sang ibu juga penderita HIV
positif, resiko menularkan Hepatitis C sangat lebih memungkinkan. Menyusui tidak
menularkan Hepatitis C.
Jika anda penderita Hepatitis C, anda tidak dapat menularkan Hepatitis C ke orang lain
melalui pelukan, jabat tangan, bersin, batuk, berbagi alat makan dan minum, kontak biasa,

atau kontak lainnya yang tidak terpapar oleh darah. Seorang yang terinfeksi Hepatitis C dapat
menularkan ke orang lain 2 minggu setelah terinfeksi pada dirinya.
Penanganan dan Pengobatan Hepatitis C
Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti Interferon alfa,
Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Adapun tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah
menghilangkan virus dari tubuh, mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk
dan stadium akhir penyakit hati. Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu
yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu perlu
penanganan pada stadium awalnya.
Hepatitis D
Hepatitis D , juga disebut virus delta, adalah virus cacat yang memerlukan pertolongan virus
hepatitis B untuk berkembang biak sehingga hanya ditemukan pada orang yang terinfeksi
hepatitis B. Virus hepatitis D (HDV) adalah yang paling jarang tapi paling berbahaya dari
semua virus hepatitis.
Pola penularan hepatitis D mirip dengan hepatitis B. Diperkirakan sekitar 15 juta orang di
dunia yang terkena hepatitis B (HBsAg +) juga terinfeksi hepatitis D. Infeksi hepatitis D
dapat terjadi bersamaan (koinfeksi) atau setelah seseorang terkena hepatitis B kronis
(superinfeksi).
Orang yang terkena koinfeksi hepatitis B dan hepatitis D mungkin mengalami penyakit akut
serius dan berisiko tinggi mengalami gagal hati akut. Orang yang terkena
superinfeksi hepatitis D biasanya mengembangkan infeksi hepatitis D kronis yang berpeluang
besar (70% d- 80%) menjadi sirosis.
Tidak ada vaksin hepatitis D, namun dengan mendapatkan vaksinasi hepatitis B maka
otomatis Anda akan terlindungi dari virus ini karena HDV tidak mungkin hidup tanpa HBV.
Hepatitis E
Hepatitis E mirip dengan hepatitis A. Virus hepatitis E (HEV) ditularkan melalui kotoran
manusia ke mulut dan menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Tingkat tertinggi infeksi hepatitis E terjadi di daerah bersanitasi buruk yang mendukung
penularan virus.
Hepatitis E menyebabkan penyakit akut tetapi tidak menyebabkan infeksi kronis. Secara
umum, penderita hepatitis E sembuh tanpa penyakit jangka panjang. Pada sebagian sangat
kecil pasien (1-4%), terutama pada ibu hamil, hepatitis E menyebabkan gagal hati akut yang
berbahaya. Saat ini belum ada vaksin hepatitis E yang tersedia secara komersial. Anda hanya
dapat mencegahnya melalui penerapan standar kebersihan yang baik.

Tags: hepatitis, hepatitis a, hepatitis b, hepatitis c, liver, pengobatan alternatif hepatitis,


pengobatan hepatitis, pengobatan herbal hepatitis, penyakit hepatitis, penyakit liver, terapi
penyakit hepatitis
Kuranji, PadekPenyakit hepatitis mewabah di Kecamatan Kuranji. Setelah menyerang 21
murid SDN 47 Koronggadang, virus ini kian meluas hingga ke SDN 42, yang juga di
Koronggadang. Belasan murid SD positif terjangkit hepatitis. Informasi yang dihimpun
Padang Ekspres di Puskemas Kuranji, kemarin (28/2), tercatat 24 murid SD telah menjalani
tes urine. Dari jumlah tersebut, 18 murid berasal dari SDN 47, 12 di antaranya positif
terjangkit hepatitis.

Sementara itu, 6 murid dari SDN 42, dua positif terjangkit penyakit yang dikenal sakit kuning
itu. Kalau yang tidak positif itu hanya demam biasa, ujar Zulnasri, petugas Analisis Laboratorium Puskesmas Kuranji, kemarin.

Arda menambahkan, petugas Surveilans, mewakili kepala Puskesmas Kuranji, rata-rata yang
terjangkit virus hepatitis itu murid kelas enam. Antisipasi agar tak mewabah, kami telah
mendatangi SD-SD di Koronggadang. Kami minta agar kepala sekolah, beserta guru-guru
lebih memperhatikan kebersihan lingkungan dan jajanan sekolah, paparnya.

Dia mengatakan, penyakit


hepatitis yang menyerang puluhan murid SD itu tergolong hepatitis A, masih dapat diantisipasi dengan istirahat total bagi penderitanya.

Penyebaran virusnya cepat dan terjadi karena makanan yang terkontaminasi tinja lalat atau
WC kumuh. Makanya kami sarankan murid yang positif hepatitis diberi waktu istirahat total
14 hari di rumah. Agar penyebaran virus tidak semakin luas, paparnya.

Eri, 38, orangtua Kanaya Rahma, 7, murid kelas dua SDN 47 yang tengah mengantar anaknya melakukan pemeriksaan di laboratorium, tidak menduga anaknya terjangkit hepatitis.

Saya menduga Kanaya demam biasa, sebab kakaknya yang duduk di kelas tiga SD 47, baikbaik saja. Tapi, karena disuruh gurunya tes urine, baru saya bawa anak saya ke puskesmas,
jelas Eri.

Eri menerangkan, anaknya memang sering jajan di tempat pedagang asongan di depan
sekolah. Kalau penyebabnya kelelahan tidak mungkin, karena anak saya baru kelas dua.
Saat ini, saya tidak beri Kanaya jajan, agar dia bisa makan di rumah saja dan tidak jajan
sembarangan, papar Eri yang terkejut saat anaknya dinyatakan positif hepatitis. Kepala
Dinas Kesehatan Padang, Frisdawati, mengatakan tengah berupaya melakukan pencegahan
penyebaran virus hepatitis tersebut. Saya sudah minta puskemas lakukan penyuluhan,
khususnya pihak Puskemas Kuranji, dengan lebih memperhatikan kebersihan lingkungan
sekolah di sana, jelas Frisdawati.

Soal penyebaran virus penyakit hepatitis itu dari makanan yang tidak bersih, dia enggan
berkomentar. Kita tunggu hasil dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan dulu. Jika memang virus itu tersebar karena makanan kurang bersih, baru kita lakukan penertiban pedagang yang sering berjualan di sana. Untuk mengantisipasinya, saat ini kita telah mewanti-wanti
pihak sekolah, agar memperhatikan jajanan murid, dan kebersihan sekolah, paparnya. (cr4)
Apakah penyakit hepatitis berbahaya bagi kita, mukin Penyakit hepatitis merupakan salah
satu penyakit yang menyerang organ hati yang merupakan organ penting didalam tubuh hati
ini berfungsi sebagai saringan atas setiap masuknya partikel berbahaya yang masuk ke dalam
tubuh.Penyakit hepatitis ini dapat menyerang siapa saja tanpa terkecuali tanpa memandang
usia atau jenis kelamin perlu anda ketahui pula bahwa hepatitis dapat terjadi kurang dari 6
bulan yang disebut hepatitis akut serta lebih dari 6 bulan yang disebut hepatitis kronis
penyakit ini sangat berbahaya salah satu bahaya hepatitis jika dibiarkan virus akan
menyerang organ hati serta lama kelamaan akan menjadi kanker dan jika sudah demikian
dapat pula menyebabkan kematian sangat mengerikan sekali bukan

Gejala Umum Penyakit Hepatitis

Perlu anda ketahui ada beberapa gejala hepatitis yang perlu anda ketahui salah satu
diantaranya sering merasa nyeri atau sakit pada perut bagian kanan, badan lemas, mual,
demam dan diare. Pada beberapa kasus juga ditemukan gejala seperti akan flu dan sakit
kuning yang ditandai kulit dan mata yang terlihat kuning. Tetapi, gejala penyakit hepatitis
tidak selalu tampak, khususnya pada kebanyakan kasus yang menimpa anak-anak. Virus
dapat berpindah dari seorang penderita ke orang yang sehat. Jika kekebalan tubuh seseorang
sedang lemah, virus akan menjangkiti tubuh orang yang sehat. Walau sebenarnya, virus dapat
dibersihkan oleh antibodi manusia itu sendiri jika sistem kekebalan tubuhnya baik.

Bahaya Hepatitis Yang Perlu anda Ketahui


Karena bahaya hepatitis ini tidak bisa dianggap amin-main perlu anda ketahui apabila
hepatitis semakin lambat ditangani, virus akan semakin merusak hati dan bahkan menjadi
kanker.Namun terkadang hepatitis tidak menampakkan gejala yang jelas, kebanyakan orang
tidak menyadari kalau dalam tubuhnya sudah berdiam virus hepatitis dan terlanjur hati sudah
menjadi rusak parah.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan memberikan vaksinasi agar
seseorang mendapatkan antibodi dari virus hepatitis A (VHA) dan virus hepatitis B (VHB).
Namun, untuk hepatitis C tidak ada vaksinasi untuk mencegahnya. Walau seseorang belum
terindikasi virus ini tetapi pemberian vaksin dapat mencegah virus merusak hati karena gejala
hepatitis bisa saja baru muncul puluhan tahun kemudian.
Pemberian vaksin khususnya perlu diberikan pada anak-anak karena kekebalan tubuh mereka
lebih lemah untuk membersihkan virus hepatitis dibandingkan orang dewasa. Jika kondisi
hati sudah rusak parah, pilihannya adalah melakukan pencangkokkan hati. Tetapi, ini akan
sulit karena donor hati yang ada lebih sedikit dibandingkan daftar tunggu dari penderita yang
membutuhkan hati.
Penderita hepatitis seharusnya mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup
agar tubuh mampu bertahan menghadapi virus ini dan mencegah jumlah virus semakin
banyak yang akan menggeroti kesehatan penderitanya. Gizi dan istirahat yang baik juga harus
dipenuhi untuk semua, karena bisa saja tanpa sepengetahuan kita, virus menulari dan
menyerang hati atau liver. Tetapi, dengan kekebalan tubuh yang kuat, tubuh akan mampu
menangani virus hepatitis yang membahayakan ini.
Mukin artikel di atas sudah membahas tentang penyakit hepatitis berbahaya dan cara
mencegahnya, maka dari itu obat hepatitis b kronis ini dapat mengatasi penyakit hepatitis
berbahaya, waspada dan jangan di biarkan penyakit hepatitis menjadi penyakit yang sangat
mematikan
Penyakit hepatitis seperti yang kita ketahui memang menimblkan dampak yang sangat
berpengaruh terhadap kehidupan manusia, penyakit hepatitis termasuk salah satu penyakit
yang berbahaya karena bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya. Dan hepatitis b ini
bisa menularkan pada seorang yang tidak terkena dampaknya yaitu bisa melalui dari virus
hepatitis itu sendiri.
Akibat terkena penyakit hepatitis itu sangat berdampak buruk sekali karena organ hati yang
rusak dapat mengganggu kemampuan tubuh manusia dalam memecah sel darah merah dari

toksin atau racun yang terkandung di dalamnya. Bilirubin pada darah serta racun atau toxin
lain yang ada pada darah pun tidak mampu dikeluarkan tubuh sehingga menetap di dalam
tubuh.
Kerusakan hati yang parah dapat dikenali dengan perubahan warna bola mata dan kulit
menjadi kuning dan juga membuat air seni atau kencing menjadi gelap. Hati yang telah rusak
akan berdampak pada kemampuan tubuh dalam memecah protein.
Jadi bilamana anda terkena pada penyakit hepatitis ini harus tahu apa yang akan terjadi
apabila dampak dari penyakit hepatitis itu memang sangat berbahaya jika melekat pada
tubuh. Dan anda harus tahu bagaimana cara yang baik dan aman untuk menghindari penyakit
tersebut. Sebenarnya dampak penyakit hepatitis supaya tidak terjadi pada diri anda itu sangat
mudah sekali dilakukan, karena itu tergantung pada diri anda masing-masing. Dengan cara
berpola hidup sehat yang baik dan sering berolahraga, mengatur pola makan yang sehat
seperti makan buah dan sayuran itu sangat membantu dalam menjaga kesehatan agar
terhindar dari dampak penyakit hepatitis.
Seperti kita ketahui dampak penyakit hepatitis bisa menularkan melalui virus seperti air ludah
dan jarum suntik akibat dipakai bersama, atau juga bisa dengan akibat memakai sikat gigi
yang secara bersamaan. Dll. Menggunakan bahan-bahan yang terbiasa dilakukan dengan
secara bersamaan seharusnya jangan dilakukan atau harus punya diri sendiri saja. Karena
anda tahu dari akibat melakukan hal yang seperti itu sangat berdampak buruk sekali bagi
kesehatan tubuh anda, selain akan tercemar dan melekat pada organ tubuh pastinya damapak
hepatitis tidak akan mudah hilang dan itu sangat susah sekali.
Bila sudah begitu mungkin sangat patal sekali dan akan mengakibatkan pada hati mengalami
kerusakan yang berulang-ulang dan itu dapat menjadi kerusakan permanen dalam bentuk
koreng besar di hati serta ukurannya akan mengecil atau mengerut. Hati tidak akan lagi
memiliki kemampuan untuk untuk menyaring racun, kotoran, obat, dsb. Pada darah juga tidak
akan mampu menghasilkan zat clotting factor untuk pengehenti pendarahan saat terluka.
Selain itu dapat menyebabkan pendarahan usus, penurunan kemampuan mental, dan ada
cairan tubuh pada abdomen pada kaki. Seperti meminum minuman keras yang beralkohol
dapat menyebabkan kerusakan hati yang sangat parah dan itu akan mengakibatkan hati
menjadi panas seperti terbakar akhirnya hati menjadi rusak.
Dari informasi dampak penyakit hepatitis ini jangan anda abaikan dan risawkan, karena
artikel ini sangat bermanfaat untuk kita ketahui sebagai salah satu informasi ilmu
pengetahuan untuk menambah wawasan yang lebih bisa mengetahui tentang seputar dampak
penyakit hepatitis.
Itulah yang bisa saya jelaskan sedikit tentang dari dampak penyakit hepatitis b yang sering
kita kenal dengan sebutan penyakit kuning, semoga dengan informasi ini anda bisa
menyimaknya dan mengerti betapa bahayanya dampak penyakit hepatitis ini.Maka solusi

terbaik untuk menangani penyakit hepatitis B ini dengan obat hepatitis b kronis yang sangat
baik untuk penyembuhan dan menjaga daya tahan tubuh anda.

Bahaya penyakit hepatitis


Mengenal Bahaya Penyakit Hepatitis

Bahaya penyakit hepatitis sudah tidak diragukan lagi.hepatitis adalah suatu penyakit yang
menyerang organ hati. Penyakit ini menyebabkan peradangan jaringan dan sel-sel hepar
(hati). Organ hati merupakan bagian sangat vital dalam tubuh kita. Jika hati telah terserang
penyakit ini, maka fungsi hati akan terganggu dan menyebabkan munculnya penyakitpenyakit lain, bahkan kematian.
Fungsi dan Proses Kerusakan Hati :
Organ hati berada di bagian kanan atas lambung atau di bagian kanan bawah
dada. Hati yang normal akan berwarna merah segar, halus, dan kenyal. Hati
mempunyai fungsi yang sangat penting, antara lain:
1. mengatur zat-zat penting dalam tubuh seperti gula darah, kolesterol,
hormon dan enzim
2. menghasilkan empedu untuk metabolisme
3. menyimpan nutrisi yang penting bagi tubuh seperti vitamin dan mineral
4. menghasilkan zat-zat penting yang berperan dalam proses pembekuan
darah jika terjadi luka
5. menetralkan racun yang masuk dalam tubuh kita
6. sebagai tempat penyimpan energi dan disimpan di otot

Jika hati terinfeksi oleh suatu penyakit maka hati akan membengkak. Kerusakan
hati dapat menyebabkan keluarnya enzim alanin amonitransferase (ALT) dari sel
hati ke darah. Jika konsentrasi enzim dalam darah lebih tinggi dari normal,
menandakan adanya kerusakan dalam hati. Sewaktu penyakit hati berkembang,
perubahan dan kerusakan hati meningkat.

Setelah terjadinya infeksi, maka hati dapat melawan patogen dan


mengembalikan fungsinya yang tergganggu dengan membentuk fibrosis. Fibrosis
merupakan luka kecil (parut) yang terbentuk untuk memperbaiki diri setelah
terjadi inflamasi akibat infeksi. Jika terjadi infeksi kembali baik disebabkan oleh
patogen yang sama maupun yang berbeda maka luka yang terbentuk akan
semakin meluas sehingga terbentuk lubang dan darah tidak dapat mengalir.
Kerusakan hati yang demikian disebut sirosis hati. Sirosis ini dapat berkembang
menjadi kanker hati atau kegagalan fungsi hati yang mana hati tidak dapat
menjalankan fungsinya seperti pada hati yang sehat.
Penyebab Hepatitis Ada beberapa penyebab hepatitis, antara lain:

Virus, merupakan penyebab utama hepatitis. Virus yang menyerang hati


dibedakan menjadi virus hepatitis A, B, C, D, E, dan G. Keenam virus ini
berbeda secara genetika, cara penularan, dan dampak yang ditimbulkan.
Virus hepatitis B dan C menyebabkan hepatitis kronik yang dapat
berkembang menjadi kanker hati. Hingga saat ini, vaksinasi yang tersedia
hanya untuk menanggulangi virus hepatitis A dan B.

Alkohol. Organ hati dapat terjangkit hepatitis akibat konsumsi minuman


beralkohol secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Alkohol
dapat menyebabkan gangguan hati seperti perlemakan, peradangan dan
sirosis. Pada perlemakan hati, terjadi pembengkakan hati karena
penumpukan lemak dalam sel hati. Pemeriksaan laboratorium dapat
dilakukan dengan melihat peningkatan aktivitas enzim gamma
glutamiltranspeptidase (GTP).

Obat-obatan. Selain alkohol, konsumsi obat-obatan dalam jangka waktu


lama dapat menyebabkan hepatitis. Obat-obatan yang masuk ke dalam
tubuh, akan mengalami proses kimiawi di dalam hati. Semakin banyak
jenis dan dosis obat serta lamanya waktu pemakaian obat akan
menyebabkan berkurangnya fungsi hati, bahkan kerusakan hati.

Gejala Hepatitis :

Penderita hepatitis seringkali tidak menunjukkan gejala khusus walaupun telah bertahuntahun terinfeksi. Pada umumnya penderita hepatitis akan mengalami perubahan warna kulit
dan mata menjadi kuning sehingga seringkali hepatitis dikenal sebagai penyakit kuning.
Namun, gejala ini dapat muncul atau terjadi hanya dalam waktu yang singkat.
Jika penderita sudah berada pada fase prodormal (sebelum badan menjadi kuning), biasanya
mengalami gejala badan lemas, cepat lelah, lesu, tidak nafsu makan, mual, muntah, perasaan
tidak enak dan nyeri di perut, demam dan kadang menggigil, sakit kepala, nyeri pada
persendian, pegal di seluruh tubuh, terutama pinggang dan bahu, serta diare. Kadang
penderita seperti akan pilek dan batuk dengan atau tanpa sakit tenggorokan.
Bila sudah sampai fase kuning (ikterik), penderita akan menemui air kencingnya berwarna
kuning pekat seperti teh. Selain itu, bagian putih bola mata, selaput lendir langit-langit mulut,
dan kulit berubah menjadi kekuningan. Dan bila terjadi hambatan aliran empedu yang masuk
ke dalam usus, tinja akan berwarna pucat seperti dempul (feces acholis).

Tidak semua hepatitis memiliki gejala seperti yang sudah disebutkan. Ada penderita hepatitis
tanpa gejala sama sekali atau mungkin hanya dengan gejala ringan, dan ada yang benar-benar
berat dalam waktu singkat yang kemudian diakhiri kematian.
Penularan Hepatitis :
Hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus dapat menular dengan beberapa cara. Hepatitis A
dan E, sangat erat kaitannya dengan higene dan sanitasi yang kurang baik. Hepatitis ini dapat
menular melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi virus tersebut.
Hepatitis B dan C dapat menular melalui cairan tubuh, antara lain darah, urin, dan selaput
lendir. Hepatitis D terjadi bersamaan dengan hepatitis B (ko-infeksi hepatitis B). Penularan
ketiga hepatitis ini dapat terjadi melalui transfusi darah, pemakaian jarum suntik yang tidak
steril dan digunakan secara berganti-gantian, aktivitas seksual yang berganti-ganti, penular
dari ibu ke janinnya, dan lain-lain.
Orang-orang yang beresiko tinggi untuk tertular hepatitis, adalah:

Pengguna
narkoba
yang
memakai
jarum
suntik
secara
bergantian.

Orang
yang
melakukan
seks
bebas
dengan
berganti-ganti
pasangan
Penerima transfusi darah atau organ yang terkontaminasi virus hepatitis
Pekerja kesehatan yang terkena cairan tubuh atau menggunakan alat-alat yang telah
terkontaminasi virus hepatitis.
Pembahasan di atas tentang Bahaya penyakit hepatitis, obat hepatitis b kronis
yang dapat membatu anda dalam mengobati penyakit hepatitis b,dan sangat
berbahaya maka dari itu cegahlah dan belaja

Cara penularan penyakit hepatitis b

Cara Penulara

n Penyakit Hepatitis B

sering tidak disadari, padahal ada sekitar 2 milyar orang di dunia yang menderita penyakit
Hepatitis B ini. Data dari WHO menunjukkan bahwa sejumlah 400 juta orang di dunia
menderita Hepatitis B akut yang berpotensi menjadi sirosis yaitu pengerasan hati bahkan

berpotensi menjadi kanker hati. Paling tidak ada satu juta orang meninggal setiap tahunnya
karena penyakit ini.
Penularan Hepatitis B lebih tinggi dibandingkan dengan penularan virus HIV. Menurut data
yang diperoleh dari WHO, Penularan Hepatitis B lebih mudah sekitar 50 hingga 100 kali
dibanding penularan virus HIV. Penularan Hepatitis B dapat terjadi melalui kontak darah dan
atau pertukaran cairan tubuh. Penularan Hepatitis B antara lain dapat terjadi melalui transfusi
darah, melalui jarum suntik yang digunakan lebih dari satu kali, jarum tato, jarum bor gigi,
atau alat kebersihan pribadi seperti pemakaian bersama pisau cukur, sikat gigi atau handuk.
Penularan Hepatitis B lebih sering terjadi melalui kulit atau selaput lendir, bagian tubuh yang
mengalami luka terbuka, ciuman atau hubungan seks dengan orang yang menderita penyakit
Hepatitis B. Jadi Penularan Hepatitis B bukan melalui makanan dan minuman serta kontak
langsung (seperti bersalaman, berbicara saling berhadapan) layaknya virus penyakit hepatitis
A ( VHA ).
Mengingat Penularan Hepatitis B sendiri sebenarnya cukup masif, seharusnya setiap orang
dapat menjadi waspada akan resiko tertular penyakit ini. Hepatitis B sebetulnya terbagi dalam
dua kelompok, yaitu Hepatitis B akut dan Hepatitis B kronis. Hepatitis B akut biasanya
berjangka pendek yaitu kurang lebih 6 bulan dan masih dapat direspon oleh sistem kekebalan
tubuh. Sedangkan Hepatitis B kronis umumnya berjangka panjang dan lebih sulit direspon
oleh sistem kekebalan tubuh manusia.
Penularan Hepatitis B terjadi dengan sangat mudah yaitu melalui cairan tubuh penderita,
misalnya lewat air mani, air liur, serta cairan tubuh lainnya. Mereka yang beresiko
mengalami Penularan Hepatitis B ini antara lain adalah bayi yang baru lahir, orang yang
melakukan hubungan seksual yang tidak aman; dalam hal ini mereka yang sering berganti
pasangan atau homoseksual. Hubungan seksual memang merupakan salah satu cara
penularan hepatitis B ke pasangan. Pintu masuknya adalah lender pada vagina dan atau air
mani pengidap virus hepatitis B ( VHB ).
Namun penularan cara ini kebanyakan terjadi di negara dengan endemisitas infeksi virus
hepatitis B ( VHB ) rendah. Menurut sebuah penelitian, pasangan penderita infeksi Virus
Hepatitis B ( VHB ) kronis berisiko tertular VHB. Dan sektiar 70% homo seksual terinfeksi
penyakit hepatitis B setelah lima tahunmelakukan hubungan seksual aktif. Para pengidap
virus hepatitis B umumnya tidak memperlihatkan gejala atau keluhan, sehingga mereka
umumnya tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap VHB. Dengan demikian, jika mereka
ini (pembawa carrier) setiap kali berganti pasangan, maka potensi penularan hepatitis B ke
pasangan-pasangan seksualnya tinggi.
Selain dari itu penularan hepatitis B juga beresiko terhadap mereka yang terbiasa
menggunakan alat kebersihan secara bersama, jarum suntik, tindik, tato, dan lain sebagainya.
Penularan hepatits B ini disebut penularan parenteral. Bisa juga penularan melalui goresan
atau abrasi kulit.

Penularan Hepatitis B menjadi sangat mudah karena virus Hepatitis B dapat bertahan hidup
di luar tubuh manusia hingga beberapa minggu. Pencegahannya Penularan Hepatitis B di
antaranya adalah dengan menjalani gaya hidup sehat dan melakukan vaksinasi atau imunisasi
terutama untuk bayi secara lengkap yaitu tiga kali suntikan dalam durasi yang berbeda.
Vaksin Hepatitis B sendiri telah ditetapkan menjadi salah satu dari lima vaksin dasar yang
wajib diberikan pada bayi baru lahir, mulai usia 0 hingga 7 hari. Hal ini sangat penting karena
bayi baru lahir belum memiliki kemampuan untuk memproduksi antibodi sebagai sistim
kekebalan tubuhnya. Jika ditemukan kasus anak yang mengidap Hepatitis B, maka bisa
dipastikan Penularan Hepatitis B anak tersebut terjadi pada saat ia masih bayi.
Bagaimana kondisi di Indonesia? Indonesia telah diketahui merupakan salah satu daerah
endemis infeksi virus hepatitis B. Menurut hasil penelitian, ada daerah di mana setiap 100
penduduk terdapat 8 pengidap virus hepatitis B ( VHB ). Sedangkan sumber penularan
hepatitis B di Indonesia terutama melalui ibu hamil (yang mengidap VHB) ke janin yang
dikandungnya atau ke bayi yang dilahirkannya. Karena itu, dianjurkan setiap ibu hamil
melakukan skrining uji laboratorium HBsAg, yaitu hepatitis B suface antigen, suatu protein
yang merupakan selubung luar partikel virus hepatitis B, atau antifen yang berasal dari
permukaan virus hepatitis B. Jika HBsAg ibu hamil positif, berarti ia mengidap infeksi virus
hepatitis B.
Jika ibu hamil dengan HBsAg dan HBeAg positif, maka peluang penularan hepatitis B lebih
besar dari 90%. HBeAg adalah hepatitis B envelope antigen, yaitu suatu protein antigen
nonstructural virus hepatitis B (bukan bagian dari VHB). Jika HBeAg itu hamil positif, maka
resiko penularan hepatitis B sangat tinggi, karena virus tersebut aktif menggandakan diri dan
merusak sel organ hati. Dilaporkan bahwa di beberapa kota seperti Jakarta, Surabaya,
Yogyakarta, Surakarta, Denpasar, dan Mataram, angka kejadian ibu hamil yang mengidap
VHB antara 2,1-5,2%. Dari jumlah itu 50%-nya berstatus HBeAg positif, sehingga risiko
bayinya tertular hepatitis B sangat tinggi. Dengan demikian, si bayi perlu mendapat vaksinasi
dan pemberian immunoglobulin.
Di wilayah Asia Pasifik, kebanyakan kasus Penularan Hepatitis B terjadi pada saat lahir atau
pada masa kanak-kanak. Sembilan dari sepuluh anak yang terinfeksi penyakit tersebut
bertahan sampai dewasa. Sementara Penularan Hepatitis B pada orang dewasa adalah seperti
yang telah dijelaskan di atas. Selain bayi, orang-orang yang rentan Penularan Hepatitis B
adalah pekerja kesehatan, penghuni asrama, tahanan, dan pengguna narkoba suntik. Dari
beberapa cara Penularan Hepatitis B yang sudah kita bahasa di atas, kita harus mewaspadai
semua itu demi keamanan dan kesehatan bersama.
Dari hasil penelitian di China, diketahui banyak bayi yang terinfeksi virus hepatitis B
( VHB ) yang didapat dari ibunya. Penularan hepatitis B dari ibu ke janin dikenal sebagai
penularan transmisi perinatal atau vertical. Virus hepatitis B tersebut menular dari ibu ke
janin yang dikandungnya atau di bayi yang dilahirkannya melalui peredaran darah tali pusat,
atau saat proses melahirkan, atau setelah melahirkan. Diduga penularan semacam ini banyak
terjadi di negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia.

setelah melihat panjang lebar penjelasan tentang penularan penyakit hepatitis b ada baiknya
kita waspada, maka dari itu bagi anda yang terkena penyakit hepatitis segera obati dengan
Obat hepatitis b kronis karena bila mana anda tida segera mengobati maka penyakit
hepatitis akan bertambah parah dan susah untuk sembuh normal.

You might also like