You are on page 1of 29

MAKALAH TUGAS PKK III INDIVIDU

ASUHAN KEBIDANAN PADA KEGAWATDARURATAN


MATERNAL DENGAN KETUBAN PECAH DINI

Disusun Oleh :
Feni Anggraini
P37324112072

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III


PRODI DIII KEBIDANAN
2014-2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tugas kasus individu, asuhan kebidanan pada kegawatdaruratan maternal dengan

tepat waktu. Penyusunan makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
PKK III. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya makalah ini, yaitu :

1. Pembimbing rumah sakit Ibu Nessi Meilan, SST, MKes


2. Kakak-kakak bidan di RSUD Koja ruang VK
3. Teman-tema kebidanan Poltekkes Jakarta III

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.


Penulis juga menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis membutuhkan saran dari para pembacanya.

Jakarta, Maret 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu


selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu,
keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang
kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran,
tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan ternasuk pelayanan
prenatal dan obstetri. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan
sosial ekonomi yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan prenatal dan obstetri yang rendah pula.
Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke
pelayanan

kesehatan

ibu

yang

berkualitas,

terutama

pelayanan

kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatar belakangi oleh terlambat mengenal


tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas
kesehatan, serta terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan.
Selain itu penyebab kematian maternal juga tidak terlepas dari kondisii ibu itu
sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4 terlalu, yaitu terlalu tua
pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada saat melahirkan (<20
tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak kelahiran/paritas (<2
tahun).
Menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
menyebutkan rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per
100 ribu kelahiran hidup. Dalam upaya mempercepat penurunan AKI pada
dasarnya mengacu kepada intervensi strategi empat pilar safe motherhood
meliputi keluarga berencana, pelayanan antenatal, persalinan yang aman, dan
pelayanan obstetri esensial
Salah satu usaha yang dilakukan untuk menurunkan AKI adalah
memberi pelayanan pada ibu hamil dan ibu bersalin secara cermat dan tepat.
Dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, pemerintah menerapkan
strategi Making Pregnancy Safer (MPS) yang dimulai pada tahun 2000. MPS
mempunyai visi agar kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung
aman dan bayi yang dilahirkan hidup dan sehat (Prawirohardjo, 2010).

Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, ada


beberapa penyebab kematian ibu, salah satu diantaranya adalah infeksi
sebesar 11% (Depkes RI, 2008). Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan salah
satu masalah penting penyebab terbesar persalinan prematur. KPD juga dapat
menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi yang dapat meningkatkan morbiditas
dan mortalitas ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2010).
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya
(KPSW) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada
kehamilan preterm (Prawirohardjo, 2010). Insidensi KPD berkisar antara 810% dari semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi
antara 6-19%.
Sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua
kehamilan. Hampir semua KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum
aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban
pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh
prematuritas. KPD berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas
dengan insidensi 30-40% (Manuaba, 2002).
Penyebab KPD belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan yang
menjadi faktor predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada
selaput ketuban ataupun asenderen dari vagina atau serviks. Selain itu
fisiologi selaput ketuban yang abnormal, serviks inkompetensia, kelainan
letak janin, usia wanita kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, faktor
golongan darah, faktor multigraviditas/paritas, merokok, keadaan sosial
ekonomi, perdarahan antepartum, riwayat abortus dan persalinan preterm
sebelumnya, riwayat KPD sebelumnya, defisiensi gizi yaitu tembaga atau
asam askorbat, ketegangan rahim yang berlebihan, kesempitan panggul,
kelelahan ibu dalam bekerja, serta trauma yang didapat misalnya hubungan
seksual, pemeriksaan dalam dan amniosintesis (Prawirohardjo, 2010).

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan ketuban
pecah dini di RSUD Koja
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi ketuban pecah dini
b. Mengetahui etiologi ketuban pecah dini
c. Mengetahui patogenesis ketuban pecah dini
d. Mengetahui penyebab ketuban pecah dini
e. Mengetahui tanda gejala klinis ketuban pecah dini
f. Mengetahui diagnosis ketuban pecah dini
g. Mengetahui penatalaksanaan ketuban pecah dini
h. Mengetahui komplikasi ketuban pecah dini

C. Waktu dan Tempat


Tempat

: Ruang bersalin RSUD Koja

Waktu

: 25 03 - 2015

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini (KPD) adalah istilah untuk menyatakan pecahnya
selaput ketuban pada sembarang waktu sebelum tanda persalinan
(Cunningham, 2001). Para penulis barat menyebutnya dengan premature
rupture of membranes (PROM) atau premature Amniorhexis.

Pengertian KPD menurut WHO yaitu Rupture of the membranes


before the onset of labour. Hacker (2001) mendefinisikan KPD sebagai
amnioreksis sebelum permulaan persalinan pada setiap tahap kehamilan.
Sedangkan Mochtar (2002) mengatakan bahwa KPD adalah pecahnya
ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3
cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
2. Etiologi Ketuban Pecah Dini
Etiologi terjadinya ketuban pecah dini tetap tidak jelas, tetapi
berbagai jenis faktor yang menimbulkan terjadinya KPD yaitu infeksi vagina
dan serviks, fisiologi selaput ketuban yang abnormal, inkompetensi serviks,
dan defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin C). Mekanisme
kerja dari faktor-faktor ini hingga saat ini belum dapat dijelaskan (Hacker
2001). Menurut Manuaba (2002) penyebab terjadinya KPD adalah
multiparitas,

hidramnion,

kelainan

letak

(sungsang

atau

lintang),

sefalopelvik disproporsi, kehamilan ganda, pendular abdomen (perut


gantung). Manuaba (2002) mengatakan penyebab ketuban pecah dini
mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Serviks inkompete
b. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidramnion
Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.
c. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah
belum masuk PAP, sefalopelvik disproforsi.
d. Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
e. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
3. Patogenesis
a.Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban
pecah. Penyakit-penyakit : Pielonefritis, Sistitis, Servisitis, dan Vaginitis
terdapat bersama-sama dengan hipermotililtas rahim ini.
b. Ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
c.Infeksi (amnionitas) (Khorioamnionitis)

d. Faktor-faktor lain merupakan predis posisi adalah: multipara, malposisi,


disproporsi, cervik incompeten dll.
e.Artifisal (ammoniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.
4. Penyebab
Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang
disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur,
merokok, dan perdarahan selama kehamilan. Beberapa faktor risiko dari
KPD :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Inkompetensi serviks (leher rahim)


Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
Riwayat KPD sebelumya
Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
Kehamilan kembar
Trauma
Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu

h. Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis


5. Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat
dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena
terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri,
kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya "mengganjal" atau
"menyumbat" kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang
banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan
tanda-tanda infeksi yang terjadi.
6.

Diagnosia Ketuban Pecah Dini


Diagnosis KPD yang tepat sangat penting untuk menentukan
penanganan selanjutnya. Oleh karena itu usaha untuk menegakkan diagnosis
KPD harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Cara-cara yang dipakai untuk
menegakkan diagnosis menurut Departemen Kesehatan adalah :
a. Anamnesis

1) Pasien mengetahui cairan yang keluar atau tidak


2) Cairan keluar terus atau tidak
3) Warna cairan yang keluar
b. Pemeriksaan fisik
1) Periksa tanda-tanda vital pasien yaitu kesadaran, tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu badan. Apa ada tanda infeksi :
2) suhu badan meningkat dan nadi cepat.
c. Pemeriksaan obstetrik
1) Pemeriksaan palpasi untuk menentukan umur kehamilan dan
2)

mengetahui ada tidaknya kontraksi uterus.


Menentukan kondisi janin yaitu jumlah janin, letak, presentasi dan
taksiran berat janin. Dengan pemeriksaan auskultasi ditentukan janin
hidup ada, gawat janin atau tidak, atau mungkin janin mati.

d. Inspeksi vulva
1) Apa ada cairan yang keluar dan bila ada tentukan warnanya.
2) Apa terlihat tali pusat, bila ada perhatikan dengan teliti adakah pulsasi
pada tali pusat.
e. Pemeriksaan dengan spekulum
1) Salah satu pemeriksaan untuk menentukan ketuban pecah ialah dengan
tes nitrazin, yaitu dengan memeriksa kadar keasaman cairan vagina.
Kertas mustard emas yang sensitive pH ini akan berubah menjadi biru
tua pada keberadaan bahan basa. pH normal vagina selama kehamilan
adalah 4,5-5,5, pH cairan amniotik adalah 7-7,5. Tempatkan sepotong
kertas nitrazin pada mata pisau speculum setelah menarik spekulum
dari vagina. Selain dengan nitrazin juga dapat dilakukan dengan
menempatkan contoh bahan pada suatu kaca objek mikroskopik,
dikeringkan di udara, dan memeriksa untuk mencari ada tidaknya
gambaran seperti pakis (Hacker, 2001).
2) Pemeriksaan dalam spekulum juga digunakan untuk melihat porsio
masih tertutup atau sudah terbuka. Adakah air ketuban mengalir dari
porsio dan perhatikan warnanya.
3) Pada kehamilan aterm dapat dilakukan periksa dalam untuk
menentukan besar pembukaan. Pengaruh ketuban pecah dini terhadap

ibu dan bayi adalah meningkatnya mortalitas dan morbiditas perinatal.


Pengarung KPD terhadap janin dan ibu yaitu :
a) Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin
mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterine lebih
dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu
dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas dan morbiditas
perinatal. Janin yang mengalami takhikardi mungkin mengalami
infeksi intrauterin (Prawirohardjo, 2010).
b) Terhadap ibu
Karena jalan terlalu terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal,
apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat
dijumpai infeksi puerpuralis (nifas), peritonitis dan septikemia,
serta dry labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat
tidur, partus akan menjadi lama, nadi cepat dan nampaklah gejalagejala infeksi. Hal tersebut akan meninggikan angka kematian dan
angka morbiditas pada ibu (Mochtar, 2002).
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia
luar dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi
ascenden. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi
pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi
kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan
infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan
kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi atau janin dalam rahim
(Manuaba, 2002). Tanda adanya infeksi bila suhu ibu 38oC, air ketuban
yang keruh dan bau, lekosit darah >15.000/mm3 (Prawihardjo, 2010).
7. Penatalaksanaan ketuban pecah dini menurut Prawirohardjo (2010)
Penatalaksanaannyan dibagi menjadi aktif dan konservatif.
Penatalaksanaan aktif dilakukan pada KPD dengan kehamilan lebih dari 37
minggu.

a. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal dilakukan


Seksio Sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 g intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi,
dan persalinan diakhiri :
1) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesare.
2) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam. Menurut
Mochtar (2002) penanganan > 36 minggu lakukan induksi partus 6-12
jam setelah lag phase dan berikan antibiotika profilaksis. Pada kasuskasus tertentu dimana induksi partus dengan Prostaglandin E2 dan atau
drips oksitosin gagal, maka lakukan tindakan operatif. Mochtar (2002)
membagi penatalaksanaan KPD menurut ada tidaknya infeksi dan
umur kehamilan. Bila ada infeksi kehamilan segera diakhiri dengan
induksi dan pemberian antibiotika tanpa mempertimbangkan usia
kehamilan. Bila tidak ada infeksi penatalaksanaan ditentukan oleh usia
kehamilan.
3) Kehamilan lebih dari 36 minggu Karena 80 hingga 90 persen pasien
yang hamil aterm akan mengalami partus spontan dalam waktu 24 jam,
maka pada periode ini sebagian dokter kebidanan lebih menyukai
menunggu terjadinya persalinan spontan. Jika servik sudah matang,
penundaan persalinan tidak bermanfaat dan persalinan harus diinduksi.
Jika servix belum matang, periode laten sampai 24 jam diijinkan
sebelum dilakukan induksi persalinan.
4) Kehamilan 34 hingga 36 minggu Pada kelompok ini terdapat
peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas bayi akibat respiratory
distress syndrome (RDS). Ada bukti-bukti bahwa apabila ketuban
sudah pecah lama, maka insidensi RDS menurun. Jadi, induksi partus
ditunda selama 16 hingga 24 jam untuk membiarkan paru-paru
mencapai maturitasnya dahulu.
5) Kehamilan kurang dari 34 minggu dilakukan tindakan konservatif
selama tidak ada infeksi atau tanda-tanda gawat janin.
8. Komplikasi KPD

Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan


37 minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40%
bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu
hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan
terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu
kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD. Risiko
kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia
paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm.
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 23 minggu.

PATHWAYS

BAB III
TINJAUAN KASUS
Ny. I dengan G1P0A0 UK 39

+4

minggu pada tanggal 25 Maret 2015 pukul

15.00 WIB datang kerumah sakit karena air ketuban sudah merembes pada pukul
14.00 WIB dan ibu belum merasakan kenceng-kenceng. Ibu langsung ditangani di
bagian Ruang VK RSUD Koja langsung dilakukan pengkajian data diri secara
umum saja dan dilakukan pemeriksaan fisik (janin dan periksa dalam) untuk

mengetahui apakah sudah mengalami pembukaan atau belum. Dari hasil


pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa Ny. I belum mengalami pembukaan.
Kemudian Ny. I dibawa ke ruang bersalin untuk dilakukan tindakan selanjutnya
dan pengkajian data diri secara menyeluruh. Pemeriksaan fisik dan laboratorium
menunjukkan hasil normal. Dilakukan kolaborasi dengan dokter obsgin untuk
penanganan terhadap Ny. I yaitu berupa tindakan induksi persalinan.
Pengkajian data Ny. I

Tanggal

: 25 Maret 2015

Pukul

: 15.00 WIB

Ruang

: Bersalin

I. DATA SUBYEKTIF
1) Identitas Pasien
Nama Istri : Ny. I

Nama Suami : Tn. M

Umur

: 26 Tahun

Umur

: 27 Tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Suku

: Jawa

Pendidikan : SMA

Pendidikan : SMA

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Buruh

Alamat

: Jakarta Utara

Alamat

: Jakarta Utara

2) Anamnesa pada tanggal: 25 Maret 2015


1. Keluhan utama
Ibu mengatakan air ketubannya merembes sejak pukul 14.00 WIB dan
sempat merasa seperti kencing tetapi tidak bisa ditahan.
2. Tanda-tanda persalinan
Ibu mengatakan belum merasakan adanya tanda-tanda persalinan
seperti kenceng-kenceng dan pengeluaran lendir darah
3. Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang pertama.
4. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Siklus

: 30 hari

Lamanya : 6-7 hari


Keluhan

: tidak ada

Jumlah

: 2-3 kali ganti pembalut tiap harinya

HPHT

: 30 juni 2014

5. Pemeriksaan kehamilan
a. Trimester I
ANC

: 2 x di bidan

Keluhan

: sedikit merasa mual

Anjuran

: banyak istirahat

Terapi

: vitamin C, Fe

b. Trimester II
ANC

: 2 x di puskesmas

Keluhan

: tidak ada

Anjuran

: ANC secara teratur

Terapi

: Tablet Fe 1x 1 Tab/hari, Vit C, Kalk

c. Trimester III
ANC

: 3x di bidan

Keluhan

: ibu sering BAK dan nyeri pinggang

Anjuran

: ANC secara teratur

Terapi

: Tablet Fe 1x 1 Tab/hari, Vit C, Kalk

6. Riwayat Hamil, Bersalin Dan Nifas Yang Lalu


Ibu mengatakan bahwa ini merupakan hamil yang pertama.
7. Riwayat immunisasi
a. TT I

: usia kehamilan 4 bulan di puskesmas

b. TT II

: usia kehamilan 5 bulan di puskesmas

8. Riwayat Pernikahan
Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan yang pertama bagi ibu dan
suami, telah menikah selama 1 tahun 7 bulan.
9. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dari keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
seperti DM, hipertensi, jantung, TBC, maupun HIV Aids. Serta dalam
keluarga tidak ada keturunan kembar.
10. Riwayat kesehatan ibu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit DM, hipertensi,
jantung, TBC, HIV/AIDS, kanker, myoma, maag, asma.
Ibu mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat dan makanan.

Ibu mengatakan tidak pernah merokok, mengkonsumsi jamu dan obatobatan warung pada waktu sebelum dan saat kehamilan ini.
11. Riwayat kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat KB apapun.
12. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir
Lebih dari 12 kali dalam 24 jam.
13. Pola kebiasaan sehari-sehari
a. Nutrisi
Makan : ibu makan 3x sehari dengan porsi 1 piring, jenis makanan
nasi, sayur, dan lauk nasi, tidak ada keluhan selama makan
dan tidak ada alergi makanan. Makan terakhir pukul 12.30
WIB hari ini.
Minum : 7-8 gelas / hari, jenis air putih dan susu, tidak ada
keluhan selama minum. Minum terakhir pukul 14.30 WIB
hari ini.
b. Eliminasi
BAB : 1 X sehari, konsistensi lunak, warna kuning, bau khas feses
dan tidak ada keluhan. Ibu mengatakan BAB terakhir
pukul 07.00 WIB hari ini.
BAK : 6-8 X sehari, konsistensi cair, warna kuning jernih, bau khas
urin dan tidak ada keluhan. Ibu mengatakan BAK terakhir
pukul 14.30 WIB.
c. Istirahat dan tidur
1. Sebelum hamil

: ibu tidur malam 7-8

jam /hari, tidur siang 2 jam


2. Sesudah hamil

ibu

mengatakan

kurang bisa tidur, karena pegal pada


pinggang dan sering BAK. Sehari kurang
lebih 6-7 jam/hari.
d. Pola seksualitas
Selama hamil ibu melakukan hubungan seksual 1x/minggu

14. Psikologis
Ibu tampak gelisah dan cemas menghadapi persalinan karena
ketuban sudah pecah tetapi belum merasakan tanda-tanda
persalinan. Ibu dan suami telah mempersiapkan semua kebutuhan
dalam menghadapi persalinan.
Keluarga mengharapkan kehamilan ini dan merasa senang.
Ibu dan keluarga selalu berdoa demi kelancaran persalinan
Hubungan ibu, keluarga dengan masyarakat baik
II. DATA OBYEKTIF
1. Keadaan umum
Kesadaran

: baik
: compos mentis

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital


TD

: 110/70 mmHg

Suhu

: 36o C

Nadi

: 82 X/menit

RR

: 22 X/menit

3. Berat badan ibu


Sebelum hamil : 53 kg
Setelah hamil : 68 kg
Kenaikan

: 15 kg

Tinggi badan ibu : 157 cm


4. Pemeriksaan fisik
Rambut

: warna hitam, bersih, tidak rontok

Mata

: kanan kiri simetris, tidak ikterik, fungsi penglihatan baik,


konjungtiva merah

Muka

: simetris, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum.

Hidung

: bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada pembesaran


polip.

Mulut

: bentuk simetris, tidak ada nyeri pada gusi, keadaan mulut


bersih, fungsi pengecapan baik, kebersihan cukup, tidak ada
caries

Telinga

: bentuk simetris, keadaan bersih, fungsi pendengaran baik,


tidak ada nyeri tekan

Leher

: tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada


pembersaran vena jugularis

Dada

: bentuk dada simetris kanan kiri, pergerakan nafas teratur.

Payudara : simetris, putting susu menonjol, hyperpigmentasi, tidak


ada bekas luka operasi, dan kolostrum belum keluar.
Abdomen : simetris, pembesaran sesuai dengan usia kehamilan, letak
memanjang, tidak ada bekas luka operasi.
Palpasi : TFU : 30 cm
a. Leopold I : Teraba lunak dan tidak melenting, teraba bokong.
b. Leopold II : Bagian kiri teraba bulat, lebar dan keras yang
berarti punggung dan kanan teraba bagian-bagian kecil janin
c. Leopold III : Bagian bawah teraba bulat, keras, dan melenting
yang berarti presentasi kepala
d. Leopold VI : bagian bawah janin sudah merapat PAP dan
konvergen.
Auskultasi : DJJ terdengar jelas di bawah pusat sebelah kiri dengan
frekwensi 152x/menit teratur. Belum ada HIS.
Punggung : keadaan lordosis
Genetalia : cukup bersih, tidak ada lendir darah, air ketuban
merembes, tidak ada haemaroid, tidak oedema.
Ekstremitas : simetris, tidak ada cacat, tidak ada oedema.
Reflek patella
5.

: kanan (+) positif / kiri (+) positif

Pemeriksaan dalam jam 15.00 WIB


a.

Vulva / vagina

tenang

b.

Dinding vagina

licin, tidak ada benjolan

c.

Promantorium

tidak teraba

6.

d.

Portio

: tebal lunak, belum ada pembukaan

e.

Selaput Ketuban

f.

Air Ketuban : masih ada

g.

Presentasi

h.

Penurunan :

i.

STLD

tidak ada

kepala
hodge I, 4/5

: negatif

Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan Laboratorium dilakukan pada tanggal 25 Maret 2015
pukul 15.30 WIB. Dari hasil Lab Ny. I dalam batas normal semua, HB
11,7 gr%, Goldar A, HbSAg negatif, leukosit 10.000/MMK,
Trombosit 305.000/MMK.

III.

ASSESMENT
Ny. I, usia 26 tahun, G1 P0 A0, UK 39+4 minggu dengan ketuban pecah dini
IV. PLANNING
1.

Memberitahukan

pada

ibu

tentang

hasil

pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan bayinya baik.


- Ibu mengerti tentang keadaan dirinya dan bayinya.
2. Melakukan observasi keadaan umum ibu dilakukan pemeriksaan tiap 4 jam
sekali meliputi tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu selama fase laten
inpartu. (hasil pemeriksaan terlampir)
- Ibu sudah dilakukan observasi dan hasilnya baik.
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter obsgin dalam kasus Ny. I
- Advis dari dokter obsgin harus dilakukan induksi persalinan dengan 5k
syntocinon/500 mL RL dengan tetesan 20 tetes/menit. Serta pemberian
antibiotik Amoksillin 500 mg/oral untuk mencegah infeksi.
4. Memberitahu ibu dan suami mengenai advis dokter obsgin dan
menjelaskan bagaimana proses pemberian induksi persalinan serta efek
dari induksi tersebut nantinya bahwa akan timbul kenceng-kenceng dari
pemeberian obat melalui infus.
- Ibu dan suami paham serta setuju dilakukan induksi persalinan
- Terapi yang diberikan sesuai advis dokter sudah dilakukan.

5.

Memberi dukungan psikologis pada ibu untuk mengurangi rasa cemas dan
khawatirnya.
- Ibu tetap merasa cemas mengenai kemajuan persalinannya dan tampak
takut mengenai reaksi kenceng-kenceng yang timbul dari induksi

tersebut
6. Mengajari ibu cara mengurangi rasa nyeri dan relaksasi yaitu dengan cara
tarik nafas panjang bila reaksi obat mulai terasa
- Ibu bersedia menjalankan instruktur dari bidan untuk mengerangi rasa
sakit.
7. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang cukup serta
minum agar ibu memiliki cukup energi selama induksi persalinan
- Ibu bersedia mengkonsumsi makanan dan minuman yang telah
dianjurkan
8. Menganjurkan ibu untuk tidak jalan- jalan dan harus bedrest agar air
ketuban tidak banyak keluar. Boleh berbaring miring ke kanan atau ke kiri
-

sesuai kenyamanan ibu.


Ibu mengerti dan bersedia untuk istirahat.

PENGKAJIAN DATA
Tanggal 25 Maret 2015, Pukul 19.00 WIB
I. Data Subyektif
Ibu mengatakan sudah merasa kenceng-kenceng dan terasa sakit. Ibu merasa
tidak bisa menahan rasa sakitnya.
II. Data Obyektif
Tanda Vital
TD : 100/70 mmHg,
Suhu : 36,2o C,
Nadi : 80 X/menit,
RR

: 22 X/menit

DJJ : 148 x/menit teratur


HIS : 2 - 3x/10 menit dengan durasi 10 15 detik dan kuat
Pemeriksaan dalam :
a.

Vulva / vagina

tenang

III.

b.

Dinding vagina

licin, tidak ada benjolan

c.

Promantorium

tidak teraba

d.

Portio

e.

Selaput Ketuban

f.

Air Ketuban : masih ada

g.

Presentasi

h.

Penurunan :

i.

STLD

: tebal lunak, pembukaan 1 cm

tidak ada

kepala
hodge I, 4/5

: negatif

Assesment
Ny. I, usia 26 tahun, G1 P0 A0, UK 39+4 minggu, kala I fase laten dengan
ketuban pecah dini dalam induksi persalinan

IV.Planning
1.

Memberitahu hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan
- Ibu dan suami mengerti dengan hasil pemeriksaan
2.
Melaporkan hasil pemeriksaan kepada dokter
obsgin.
- Dokter obsgin memerintahkan untuk melanjutkan induksi bila botol
pertama sudah habis dengan botol RL kedua diisi 5K syntocinon dibuat
3.

20 tetes/menit
Pukul 19.20 botol induksi pertama habis dan dilanjutkan botol RL
induksi kedua
Ibu dan suami setuju dan telah terpasang
Memotivasi ibu untuk tetap semangat dan
melakukan relaksasi dengan mengambil nafas panjang bila merasakan

kenceng-kenceng
Ibu sudah mulai tidak kooperatif dalam melakukan relaksasi nafas
panjang dan selalu mengatakan tidak kuat menahan HIS yang muncul

PENGKAJIAN DATA
Tanggal 25 maret 2015 pukul 21.00 WIB
I. Data Subyektif
Ibu mengatakan sudah tidak kuat menahan kenceng-kenceng yang muncul
karena induksi dan meminta untuk dihentikan serta memilih dilakukan SC.

II. Data Obyektif


Tanda Vital
TD : 100/70 mmHg,
Suhu : 36,4o C,
Nadi : 80 X/menit,
RR

: 20 X/menit

DJJ : 152 x/menit teratur


HIS : 3-4x/10 menit dengan durasi 15 20 detik dan kuat
Pemeriksaan dalam :

III.

Vulva / vagina

: tenang

Dinding vagina

: licin, tidak ada benjolan

Promantorium

: tidak teraba

Portio

: tebal lunak, pembukaan 2 cm

Selaput Ketuban

: tidak ada

Air Ketuban

: masih ada

Presentasi

: kepala

Penurunan

: hodge I, 4/5

STLD

: negatif

Assesment
Ny. I, usia 26 tahun, G1 P0 A0, UK 39+4 minggu, kala I fase laten dengan
ketuban pecah dalam induksi persalinan

IV.Planning
1. Memberitahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
- Ibu dan suami mengerti dengan hasil pemeriksaan
2. Melaporkan hasil pemeriksaan kepada dokter obsgin dan memberitahu
bahwa pasien tidak kuat menahan kenceng-kenceng serta meminta
dilakukan operasi sesar.
Dokter memerintahkan untuk dipersiapkan operasi pukul 22.00 WIB
3. Meminta persetujuan tindakan operasi dan memberitahu rencana operasi
-

pukul 22.00 WIB


Pasien dan suami setuju dan telah mengisi lembar informed consent
4. Melakukan pemasangan DC dan memberikan injeksi antibiotik
-

ceftriaxone 2 gr vial secara IV

Telah dilakukan skintest terlebih dahulu sebelum pemberian injeksi


antibiotik dan telah dipasang DC.

Lembar observasi pasien


No Tanggal/Puk
.
1

DJJ

HIS

Duras

TD

Nad

Suh

RR

110/7

i
80

u
36

20

80

36

20

84

36,4

20

80

36,2

22

80

36

22

80

36

20

ul
25/3/2015

144x/m

1x/10

i HIS
5-

16.00 WIB

nt

10

17.00 WIB

Teratur
148x/m

1-2x/

10

100/7

nt

10

Teratur
150x/m

2x/10

nt

teratur
148x/m

2-3x /

10-

100/7

nt

10

15

teratur
148x/m

2-3x /

15

100/7

nt

10

Teratur
146x/m

3-4x/

nt

10

18.00 WIB

19.00 WIB

20.00 WIB

21.00 WIB

teratur

0
10

100/7
0

0
10

95/70

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus yang ditemukan di RSUD Koja bahwa Ny. I dengan G1P0A0Ah0
UK 39+4 minggu mengalami ketuban pecah dini. Kondisi tersebut sudah masuk
dalam usia aterm dan aman untuk dilakukan terminasi kehamilan. Namun dalam
kasus tersebut, Ny. I tidak merasakan adanya tanda-tanda persalinan seperti
kenceng-kenceng dan mengeluarkan lendir darah. Kondisi pada kasus tersebut
sesuai dengan yang dikatakan Cunningham (2001) bahwa ketuban pecah dini
(KPD) adalah pecahnya selaput ketuban pada sembarang waktu sebelum tanda
persalinan. Dan dalam kasus Ny.I, penyebab KPD tidak diketahui secara pasti.
Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah apabila
kehamilan sudah memasuki fase akhir. Tetapi jika memang sudah masuk tanggal
persalinan, dokter tidak akan menunggu lama untuk memberi induksi pada ibu,
karena menunda induksi bisa meningkatkan resiko infeksi. Dokter biasanya akan
menginduksi persalinan dengan pemberian oksitosin (perangsang kontraksi)
dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban.
Menurut Prawirohardjo (2010), pada ketuban pecah dini kehamilan > 37
minggu dilakukan induksi dengan oksitosin. Bila gagal dilakukan Seksio Sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 50 g intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.

Kolaborasi dengan dokter obsgin bahwa NY. I mendapatkan pemberian


antibiotik secara per oral. Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2
alasan. Yang pertama adalah penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi
setelah kejadian KPD. Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis bahwa KPD
dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD dapat menyebabkan infeksi.
Keuntungan didapatkan pada wanita hamil dengan KPD yang mendapatkan
antibiotik yaitu berkurangnya kejadian korioamnionitis serta sepsis neonatal
(infeksi pada bayi baru lahir).
Keberhasilan dalam terminasi kehamilan terhadap kasus KPD adalah induksi
persalinan segera setelah ketuban pecah dalam waktu 24 jam pada usia kehamilan
aterm. Berlangsungnya induksi persalinan tersebut harus dikomunikasn dengan
pasien dan keluarga karena induksi merupakan pemberian obat dari luar untuk
menimbulkan HIS. Proses ini akan berhasil bila selama perkembangannya ada
kemajuan dan pasien dapat kooperatif dalam pelaksanaannya.
Pada kasus Ny. I terlihat pada catatan perkembangan bahwa ada sedikit
kemajuan dalam pembukaan jalan lahir. Namun hal tersebut tidak seiring dengan
motivasi pasien yang pada akhirnya memilih untuk menghentikan induksi
persalinan dan memilih untuk tindakan operatif.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ketuban pecah dini adalah keadaan yang tidak bisa diperkirakan
kejadiannya pada kehamilan preterm, aterm atau posterm. Perlu penanganan
yang tepat dan komprehensif terhadap kasus ketuban pecah dini yang
disesuaikan dengan usia kehamilan pasien. Diperlukan juga penanganan
secara tepat untuk mencegah terjadinya infeksi atau penanganan terhadap
infeksi yang ditimbulkan karena ketuban pecah dini dengan pemberian
antibiotik.
B. SARAN
1. Mahasiswa kesehatan
Untuk lebih memperdalam ilmu kebidanan secara teori dengan tepat
agar disaat turun ke lapangan bisa menerapkan ilmu yang telah dipelajari
sesuai dengan kasus dan kondisi dari pasien khususnya terkait dengan
kasus ketuban pecah dini.
2. Tenaga kesehatan
Dengan adanya laporan studi kasus diharapkan selalu untuk
meningkatkan ketrampilan dalam penanganan kasus ketuban pecah dini

yang disesuaikan dengan usia kehamilan pasien dan keadaan waktu masuk
pasien tersebut. Penanganan terhadap pencegahan terjadinya infeksi atau
terhadap infeksi yang timbul dari komplikasi KPD harus menjadi perhatian
tepat agar keberhasilan dalam pertolongan ibu dan janin tercapai secara
maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Cunningham & MacDonald. 2006. Williams Obstetrics. 21rd Edition, Appleton &
Lange, New York, alih bahasa oleh EGC: Jakarta
Depkes RI. 2008. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Depkes RI :
Jakarta.
Hacker & Morce. 2001. Esensial Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates
Manuaba, 2002. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi.
Jakarta: EGC
Mochtar. 2002. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC
Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan, Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka

MAKALAH TUGAS PKK III KELOMPOK


ASUHAN KEBIDANAN PADA KEGAWATDARURATAN
MATERNAL DENGAN LETAK SUNGSANG

Disusun Oleh :
Erni Sumiati
Engelia Maria
Feni Anggraini
Firda Nurahmi

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

PRODI DIII KEBIDANAN


2014-2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tugas kasus kelompok, asuhan kebidanan pada kegawatdaruratan maternal dengan
tepat waktu. Penyusunan makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
PKK III. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya makalah ini, yaitu :

1. Pembimbing rumah sakit Ibu Nessi Meilan, SST, MKes


2. Kakak-kakak bidan di RSUD Koja ruang VK
3. Teman-tema kebidanan Poltekkes Jakarta III

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.


Penulis juga menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis membutuhkan saran dari para pembacanya.

Jakarta, Maret 2015

Penulis

You might also like