You are on page 1of 3

A.

Biodiversitas dan macam-macamnya


Keanekaragaman

hayati

adalah

keanekaragaman

makhluk

hidup

yang

menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada
dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik (biotik) dan faktor
luar (abiotik). Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap
morfologi organisme. Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap
morfologi organisme. Lingkungan atau faktor eksternal seperti makanan, suhu,
cahaya matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor
menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip
suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi
antara genotip dengan lingkungannya Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada
berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme
tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel banyak dan
tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya
dari spesies sampai ekosistem (Trijoko, 2006).
Keanekaragaman hayati mencakup tiga tingkatan yaitu (Aryulina, 2007):
1. Keanekaragaman genetik, merupakan keanekaragaman yang paling hakiki, karena
keanekaragaman ini dapat berlanjut dan bersifat ditunkan. Keanekaragaman
genetik ioni berhubungan dengan keistimewaan ekologi dan proses evolusi.
2. Keanekareagaman jenis, meliputi flora dan fauna. Beraneka ragam jenis memiliki
perilaku, strategi hidup, bentuk, rantai makanan, ruang dan juga ketergantungan
antara jenis satu dengan yang lainnya. Adanya keanekaragaman yang tinggi akan
menghasilkan kestabilan lingkungan yang mantap.
3. Keanekaragaman Ekosistem, tercakup didalamnya genetik, jenis beserta
lingkungannya. Keanekaragaman ekosistem merupakan keanekaragaman hayati
yang paling kompleks. Berbagai keanekaragaman ekosistem yang ada di Indonesia
misalnya ekosistem hutan dan pantai, hutan payau (mangrove), hutan tropika
basah, terumbu karang, dan beberapa ekosistem pegunungan, perairan darat

maupun lautan. Pada setiap ekosistem terdapat berbagai jenis organisme, baik flora
maupun fauna, dan mereka memiliki tempat hidup yang unik.
B. Hutan gugur
Bioma hutan gugur (Deciduous Forest) adalah bioma yang banyak terdapat di
bagian belahan bumi utara dan sebagian belahan bumi selatan. Antara lain di negara
Canada, Swedia, Finlandia, Norwegia, Rusia, sebagian Amerika Serika yang meliputi
daerah yang luas, mulai dari sungai Mississippi hingga pantai Atlantik dan dari
Florida hingga Kanada bagian Selatan, Chili, Kazakhstan, Cina dan Jepang.
Sedangkan di Indonesia, bioma ini dapat ditemukan di Jawa Barat hingga Jawa
Timur. Penaman bioma ini berdasarkan atas ciri ciri umum dari ditemukannya
tumbuhan di sekitarnya yang menggugurkan daunnya pada musim gugur
(Sulistyorini, 2009).
Ciri-ciri bioma hutan gugur (Sulistyorini, 2009):
1. Mempunyai 4 musim. Panas, gugur, dingin, dan semi.
Pada musim panas, bioma hutan gugur menerima sinar matahari yang cukup
tinggi. Sehingga curah hujan dan kelembapan pada saat itu juga meningkat.
Hal ini menyebabkan pohon pohon tinggi dapat hidup dengan baik dan subur.
Menjelang musim dingin sinar matahari mulai berkurang dan suhu mulai turun
dan tumbuhan pun mulai sulit mencari air. Sehingga daun menjadi merah
kecoklatan dan akhirnya gugur. Pada saat musim dingin, tumbuhan menjadi
layu dan tidak berfotosintesis. Beberapa hewan melakukan tidur panjang
selama musim dingin atau yang disebut hibernasi. Menjelang musim panas,
suhu menjadi naik, menyebabkan salju mencair, dan tumbuhan mulai bersemi
kembali.
2. Curah hujan merata sepanjang tahun antara 75 100 cm / tahun
3. Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih sedikit daripada bioma hutan tropis.
Ini dikarenakan unsur cahaya matahari yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan
hanya terjadi pada musim panas dan semi. Sedangkan pada bioma tropis
sepanjang tahun mendapatkan sinar matahari.

4. Tumbuhan yang dapat bertahan pada bioma hutan gugur jumlahnya tidak
terlalu banyak. Hanya tumbuhan yang berdaun lebar seperti pohon oak, elm,
maple, ataupun beach yang dapat bertahan.
5. Suhu hutan rata rata 50 F

Daftar pustaka:
Aryulina, Dian. 2007. Biologi 1. Jakarta: Esis Erlangga
Sulistyorini, Ari. 2009. Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional
Trijoko, 2006. Biologi. Erlangga: Jakarta.

You might also like