Professional Documents
Culture Documents
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
REFLEKSI KASUS
Desember 2015
Disusun Oleh :
Arastinur
(10-777-018)
Pembimbing:
dr. Nurhaedah T, Sp.A
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN ANAK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT
PALU
2015
PENDAHULUAN
KASUS
A.IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama
: By. Imam
Agama
: Islam
Tgl Pemeriksaan
: 22-11-2015
Umur
: 11 bulan
Ruangan
: Nuri Bawah
Alamat
: Jl. Diponegoro
ANAMNESIS
Keluhan Utama
: BAB cair
Riwayat Kelahiran
Pasien lahir spontan, cukup bulan, langsung menangis dengan berat badan
lahir sekitar 3 kg.
Riwayat Makanan :
Usia 1-4 bulan
: ASI
9 bulan-sekarang
Thorax :
Inspeksi : Bentuk dada simetris, penggunaan otot bantu napas (-), retraksi (-),
Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, Vocal fremitus sama di kedua hemithorax, Ictus
cordis teraba
Perkusi : Sonor +/+, tidak terdapat pembesaran jantung
Auskultasi : Bunyi paru bronkovesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-, bunyi jantung
S1, S2 murni, reguler, murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
: Organomegali (-)
Perkusi
: Bunyi Tympani
RESUME
Bayi laki-laki usia 11 bulan datang dibawa ke RSU Anutapura dengan
keluhan BAB cair sudah 2 hari. Pasien sangat rewel dan hari ini sudah BAB lebih
dari 10 kali sejak pagi dengan volume sedikit-sedikit tetapi sering. BAB pasien
cair, berampas, tidak berlendir, berwarna kuning kehijauan dan tidak bercampur
darah. Pasien juga mengalami muntah sudah 2 kali sejak pagi disertai kehausan
dan BAK berkurang. Pasien mengalami demam dan tidak mengalami batuk.
Nafsu makan menurun. Riwayat pemberian makan, pasien diberikan ASI sampai
usia 4 bulan kemudian ditambahkan susu Formula sampai usia 6 bulan, dan
sekarang diberikan Susu Formula dan nasi. Dari pemeriksaan tanda vital didapatkan
tekanan darah : 90/60 MmHg, frekuensi nadi: 120x/menit, irregular, frekuensi
nafas : 30 x/menit, suhu tubuh : 37,9oC. Pemeriksaan fisik didapatkanmata tampak
cekung, mukosa bibir kering, peristaltik usus meningkat dan turgor kulit kembali
lambat.
Skor Dehidrasi modifikasi UNHAS:
Kriteria
Keadaan Umum
Mata
Mulut
Pernapasan
Turgor
Nadi
Interpretasi
Baik
Lemas
Biasa
Cekung
Biasa
Kering
<30x/menit
30-40x/menit
Baik
Kurang
<120x/menit
120-140x/menit
11 Dehidrasi ringan sedang.
DIAGNOSIS KERJA
Diare akut + Dehidrasi ringan sedang
TERAPI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
ANJURAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan kultur feses
FOLLOW UP
Tanggal 23 Desember 2015
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Status gizi
3
Gelisah, lemas,
mengantuk, syok.
Sangat cekung
Sangat kering
>40x/menit
Jelek
>140x/menit
Keluhan
: BAB 3 kali tadi subuh, cair, ampas (+), lendir (-), warna
biasa.
Tanda Vital :
Tekanan darah
: 90/60 MmHg
Frekuensi nadi
Frekuensi nafas
: 30 x/menit
Suhu tubuh
: 37,30C
Pemeriksaan fisik
Kepala - Leher :
Normocephali, Rambut hitam.
Mata tampak cekung (-), anemis -/-.
Mukosa bibir agak kering, Lidah kotor (-), Tonsil T1/T1 hiperemis (-).
Abdomen :
Inspeksi
Palpasi
: Organomegali (-),
Perkusi
: Bunyi Tympani
Auskultasi
Diagnosis Kerja
Diare akut tanpa dehidrasi.
Terapi
1.
2.
3.
4.
5.
Tanggal 24 /11/2012
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, Kesadaran : Compos mentis
Keluhan : Tanda Vital :
DISKUSI
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair atau tanpa lendir dan
darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.2
Organisme penyebab diare biasanya berbentuk renik dan mampu
menimbulkan diare yang dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan gejala
klinisnya. Jenis yang pertama adalah diare cair akut dimana balita akan
kehilangan cairan tubuh dalam jumlah yang besar sehingga mampu menyebabkan
dehidrasi dalam waktu yang cepat. Jenis kedua adalah diare akut berdarah yang
sering disebut dengan disentri. Diare ini ditandai dengan adanya darah dalam tinja
yang disebabkan akibat kerusakan usus. Balita yang menderita diare berdarah
akan menyebabkan kehilangan zat gizi yang berdampak pada penurunan status
gizi. Jenis yang ketiga adalah diare persisten dimana kejadian diare dapat
berlangsung 14 hari. Diare jenis ini sering terjadi pada anak dengan status gizi
rendah, AIDS, dan anak dalam kondisi infeksi (WHO, 2010).3
Diare akut adalah buang air besar 3 kali atau lebih dalam satu hari dengan
konstitensi cair tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.
Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali
perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau
normal. Selama berat badan bayi tidak meningkat normal, hal tersebut tidak
tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum
sempurnanya perkembangan saluran cerna.2
Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan informasi bahwa
pasien sudah 2 hari BAB dengan frekuensi kurang lebih 10 kali dengan
konsistensi cair, sedikit berampas, berwarna kuning kehijauan dan tidak
bercampur darah. Selain itu didapatkan juga muntah dan demam yang menyertai
keluhan pasien. Hal ini menunjukkan bahwa pasien sedang mengalami diare akut
dimana frekuensi BAB > 3 kali dalam sehari disertai muntah dan demam.
Pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum
yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit, Akan tetapi berbagaai penyakit
lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindrom malabsorpsi. Diare
karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek terpenting yang harus
diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama
kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan pertumbuhan
akibat diare.2
Beberapa jenis diare sering disebabkan oleh organisme renik seperti
bakteri dan virus. Bakteri patogen seperti E.coli, Shigella, Campylobacter,
Salmonella dan Vibrio cholera merupakan beberapa contoh bakteri patogen yang
menyebabkan epidemi diare pada anak. Kolera merupakan salah satu contoh kasus
epidemik dan sering diidentikkan dengan penyebabkan kematian utama pada
anak. Namun sebagian besar kejadian diare yang disebabkan oleh kolera terjadi
pada dewasa dan anak dengan usia yang lebih besar. Diare cair pada anak
sebagian besar disebabkan oleh infeksi rotavirus , V. cholera dan E.coli. Diare
berdarah paling sering disebabkan oleh Shigela (UNICEF dan WHO, 2009).
Sedangkan diare cair akut pada anak di bawah lima tahun paling banyak
disebabkan oleh infeksi rotavirus. 2,3
Pada kasus ini kemungkinan besar diare pada pasien disebabkan oleh
rotavirus. Hal ini dapat dilihat dari masa tunas 17-22 jam, panas (+), mual muntah
(+), nyeri perut (+), volume BAB sedang, frekuensi 5-10x/hari, konsistensi cair,
tidak bercampur darah, bau langu, warna kuning kehijauan.
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : 2
1) Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral meliputi :
- Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella,
-
lain-lain.
- Infeksi parasit : Cacing, Protozoa, Jamur.
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan,
seperti
Tonsilofaringitis,
Otitis
Media
Bronkopneumonia,
Akut
(OMA),
Ensefalitis
dan
Neuroblastoma,
Phaeochromocytoma,
Sindroma
Zollinger Ellison
Sifat Tinja
Rotavirus
Shigella
Salmonella
Volume
Frekuensi
Sedang
5-10 /hari
Sedikit
>10/
Sedikit
Sering
Konsistensi
Darah
Bau
Cair
Langu
hari
Lembek
Sering
Warna
Kuning
Merah-
hijau
hijau
ETEC
EIEC
KOLE
Banyak
Sering
Sedikit
Sering
RA
Banyak
Terus
Lembek
Kadang
Busuk
Cair
+
Lembek
+
Tidak
menerus
Cair
Amis
Kehijauan
Tak
Merah-
khas
Seperti
berwarna
hijau
air
cucian
Leukosit
Lain-lain
Anoreksia
+
Kejang
+
Sepsis
meteoris
Infeksi
mus
sistemik
beras
KLASIFIKASI
DIARE
DEHIDRASI
BERAT
DIARE
DEHIDRASI
RINGAN/
SEDANG
DIARE TANPA
DEHIDRASI
Baik, sadar
*gelisah, rewel
Mata
Air mata
Mulut dan lidah
Rasa haus
Normal
Ada
Basah
Minum biasa
tidak haus
Cekung
Tidak ada
Kering
*haus, ingin
minum banyak
Periksa : turgor
kulit
Hasil
pemeriksaan
Kembali cepat
*kembali lambat
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi
ringan/sedang bila
ada 1 tanda *
ditambah 1 atau
lebih tanda lain
Rencana terapi B
Terapi :
Rencana terapi A
C
*lesu, lunglai atau
tidak sadar
Sangat cekung
Kering
Sangat kering
*malas minum
atau tidak bisa
minum
*kembali sangat
lambat
Dehidrasi berat
Bila ada 1 tanda *
ditambah 1 atau
lebih tanda lain
Rencana terapi C
ringan sedang (tabel 2) dimana gejala yang didapatkan pada pasien sesuai dengan
kategori B (tabel 3).
Departemen kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi
semua kasus diare yang diderita anak balita baik dirawat dirumah maupun sedang
dirawat dirumah sakit, yaitu: 3
1.
2.
3.
4.
5.
ml/kgBB
1-5 tahun 30 menit pertama 30 ml/kgBB, 2 jam 70 ml/kgBB
Berikan juga tablet Zink
Pada kasus ini, rencana penanganan yang dianjurkan adalah rencana terapi
B. Hal ini dilakukan karena pada kasus diare jumlah cairan yang dibutuhkan oleh
tubuh banyak yang keluar. Oleh karena itu prioritas managemen diare akut dengan
dehidrasi ringan sedang adalah menggantikan jumlah kebutuhan cairan yang
diperlukan tubuh.
1. Rehidrasi
Berikan oralit sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam. Jumlah oralit
yang diperlukan = berat badan (dalam kg) x 75 ml.
Setelah 3 jam:
1. Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasi
2. Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
3. Melanjutkan memberi makan pasien
Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai:
1. Mengajarkan ibu cara menyiapkan cairan oralit di rumah.
2. Mengajarkan ibu berapa banyak oralit yang harus diberikan di rumah
untuk
3. Menyelesaikan 3 jam pengobatan.
Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6
bungkus lagi sesuai yang di anjurkan dalam rencana terapi A.
4. Menjelaskan aturan perawatan diare di rumah:
1) Beri cairan tambahan (susu low atau free laktosa)
2) Lanjutkan pemberian tablet zinc sampai 10 hari
3) Lanjutkan pemberian makan
Pada kasus ini diberikan 7 x 75 ml = 525 ml/ 3 jam. Jika anak masih
menginginkan, bisa diberikan lebih banyak. Cara memberikan larutan oralit
yaitu dengan meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/ mangkuk/
gelas. Jika anak muntah, tunggu 10 menit kemudian berikan lagi lebih lambat
serta lanjutkan pemberian ASI. Selain diberikan oralit, pasien juga diberikan
terapi infus Ringer Laktat 30 tetes/menit selama 3 jam pertama. Hal ini
mungkin dimaksudkan untuk membantu mengatasi kekurangan cairan jika
dalam 3 jam pertama pasien tidak bisa minum atau mengalami muntah.
diperkirakan penyebab diare pada pasien ini bukan hanya akibat virus tetapi
juga bakteri. Selain pemberian antibiotik, pasien juga diberikan obat antipiretik
yang bertujuan untuk menurunkan keluhan demam pada pasien.
dari kedua
DAFTAR PUSTAKA
1.
Endang Poerwati. Determinan Lama Rawat Inap Pasien Balita dengan Diare.
2.
3.
118.
Depkes. RI Buku saku petugas kesehatan Lintas Diare. Jakarta; Depkes RI:
4.
2011.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Buku Bagan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS). Departemen Kesehatan RI: Jakarta. Hal 3, 1618, 29.