You are on page 1of 8

Ketika sel telur dibuahi oleh sperma, sel ini mulai membelah menjadi kelompok selsel yang dikenal

sebagai blastokista, yaitu tahap awal embrio. Selanjutnya,


beberapa sel membentuk inner cell mass (massa sel bagian dalam), yang akan
berkembang menjadi janin, dan beberapa sel membentuk dinding luar, yang
menjadi plasenta. Sel-sel yang berada di dalam inner cell mass akan direset atau
diprogram ulang untuk menjadi sel punca (stem cell), yaitu sel yang memiliki
potensi untuk berkembang menjadi semua jenis sel di dalam tubuh. Sejumlah kecil
sel-sel ini menjadi sel germinal primordial (PGCs / primordial germ cells), yaitu sel
yang memiliki potensi untuk menjadi sel germinal (sperma dan sel telur), yang di
kemudian hari akan menyampaikan informasi genetik ke generasi selanjutnya.
PGCs
Oogenesis
Ketika PGCs memasuki gonad seseorang yang secara genetika adalah seorang
perempuan, PGCs akan berdiferensiasi menjadi oogonia (oogonia adalah germ cell
diploid yang memiliki kemampuan untuk menjadi ova). Oogonia diproduksi ketika
bayi perempuan belum lahir, bahkan saat umur 1-2 bulan sebelum kelahiran bayi,
oogonia yang berjumlah sekitaran 7 juta akan mati sebagian besar.
Jumlah oogonium pada wanita berdasarkan umur adalah sebagai berikut:

Bayi baru lahir: 750.000

Umur 6-15 tahun: 439.000

Umur 16-25 tahun: 159.000

Umur 26-35 tahun: 59.000

Umur 35-45 tahun: 34.000

Masa menopause: semua hilang

Oogenium yang tersisa akan memasuki tahap Meiosis 1 dan akan menjadi Oosit
Primer pada bulan ketiga perkembangan. Oosit primer ini kemudian akan masuk ke
tahap profase pembelahan meiosis 1. Profase ini dapat berkembang selama 40
tahun atau lebih dan berakhir hanya saat sel-sel memulai maturasi akhirnya.
Hormon yang mempengaruhi proses oogenesis yaitu :
1. Hormon FSH ( Follicle Stimulating Hormone ), yang berfungsi sebagai perangsang
pertumbuhan pada sel-sel folikel.
2. Hormon LH ( Luteinizing Hormone ), yang berfungsi sebagai perangsang
terjadinya ovulasi, yaitu proses pengeluaran sel telur.
3. Hormon Estrogen, yaitu berfungsi menimbulkan sifat kelamin sekunder.
4. Hormon Progesteron, yaitu berfungsi untuk menebalkan dinding endometrium.
Proses Oogenesis :
1. Oogonium
Oogonium merupakan sel induk dari sel telur yang terdapat didalam sel folikel yang
ada dalam ovarium.
2. Oogonium mengalami pembelahan mitosis yang berubah menjadi oosit primer
yang mempunyai 46 kromosom. Oosit primer akan melakukan meiosis yang
menghasilkan dua sel anak yang memiliki ukuran tidak sama.
3. Sel anak yang lebih besar merupakan oosit sekunder yang bersifat haploid. Oosit
sekunder memiliki ukuran yang lebih besar dari ukuran oosit primer, karena oosit
sekunder memiliki banyak sitoplasma.
4. Sel anak yang lebih kecil sering disebut badan polar pertama yang memiliki
sitoplasma yang lebih sedikit dan kemudian membelah diri lagi dan mengalami
degradasi
5. Oosit sekunder akan meninggalkan tuba ovarium menuju tuba fallopi. Jika oosit
sekunder dibuahi oleh sel sperma, maka akan terjadi pembelahan meiosis yang
kedua. Demikian juga dengan badan polar pertama membelahn 2 badan polar
kedua yang nantinya akan mengalami degenerasi. Namun, jika tidak terjadinya
fertilasi, maka menstruasi akan cepat terjadi dengan siklus oogenesis yang diulang
kembali.
6. Pada saat pembelahan meiosis kedua, oosit sekunder akan berubah bersifat
haploid yang memiliki kromosom 23 yang disebut dengan ootid. Pada saat ovum
dan inti nukleus sudah siap melebur menjadi satu, maka saat itu juga akan
mencapai perkembangan final menjadi sel telur yang matang. Peristiwa
pengeluaran sel telur dikenal dengan ovulasi. Setiap ovulasi hanya memiliki satu sel
telur yang matang sehingga dapat hidup 24 jam. Apabila sel telur yang matang
tersebut tidak dibuahi, maka sel telur tersebut akan mati dan luruh bersama dinding
rahim pada awal siklus menstruasi.

1. Pranatal
Setelah migrasi sel benih primordial menuju kelenjar kelamin, pada individu betina
sel benih primordial akan segera berdiferensiasi menjadi oogonia. Setelah
mengalami sejumlah pembelahan mitosis, sel tersebut akan tersusun dalam
kelompok-kelompok yang dikelilingi oleh sel epitel pipih yang berasal dari epitel
pada lapisan permukaan kelenjar kelamin (pada akhir bulan ketiga). Sebagian besar
oogonia membelah terus secara mitosis, sementara beberapa diantaranya
berdiferensiasi menjadi oosit primer.
Selama beberaoa bulan kemudian, jumlah oogonia meningkat pesat dan pada bulan
kelima perkembangan prenatal, jumlahnya mencapai jumlah maksimal yaitu sekitar
7 juta. Namun akan terjadi banyak kematian sel dan oosit primer yang bertahan
hidup memasuki tahap profase dari pembelahan meiosis pertama. Sebuah oosit
primer bersama dengan sel epitel pipih yang mengelilinginya dikenal sebagai folikel
primordial (Djuwita, 2000).

2. Postnatal
Menjelang kelahiran, semua oosit primer telah memulai tahap profase
pembelahan meiosis pertama, tetapi tidak memasuki tahap metafase melainkan
akan mengalami masa istirahat pada tahap diploten (diktioten), suatu tahap
istirahat selama tahap profase (meiosis I) yang ditandai oleh adanya jalinan halus
kromatin. Pada tahap diploten, membran inti masih utuh dan nucleolus tampak jelas
yang dikenal dengan tahap germinal vesicle (GV). Oosit primer tetap dalam tahap
profase dan tidak menyelesaikan pembelahan meiosis pertamanya sebelum
mencapai masa pubertas (Djuwita, 2000). Keadaan tertahan ini disebabkan oleh
oocyte maturation inhibitor (OMI) yang disekresikan oleh sel folikel.
Jumlah total oosit primer saat lahir diperkirakan sekitar 600.000-800.000.
Saat masa kanak-kanak akan berkurang dan saat permulaan masa pubertas hanya
ada kurang lebih 40.000, dan hanya 500 yang akan diovulasikan.
Saat pubertas, terbentuk cadangan folikel yang sedang tumbuh dan terus
dipertahankan oleh
pasokan folikel primordial. Setiap bulan, 15 hingga 20 folikel yang dipilih dari
cadangan ini menjadi
matur. Beberapa kemudian mati, sementara lainnya mulai mengumpulkan cairan
folikular di dalam rongga yang disebut antrum, sehingga masuk pada tahap antral
atau vesicular. Cairan terus
berakumulasi sedemikian rupa, sehingga sesaat sebelum ovulasi, folikel cukup
membesar dan
disebut folikel vesikular matur atau folikel Graaf. Tahap antral adalah tahap
terlama, sedangkan tahap vesikular matur berlangsung sekitar 37 jam sebelum
ovulasi.
Ketika folikel primordial mulai tumbuh, sel-sel folikular di sekitarnya berubah dari
gepeng menjadi kuboid dan berproliferasi menghasilkan epitel sel granulosa yang

berlapis, dan unit yang terbentuk disebut folikel primer. Sel granulosa terletak di
membrana basalis yang memisahkannya dari jaringan ikat ovarium (sel stroma) di
sekitarnya yang membentuk teka folikuli. Sel-sel granulosa dan oosit juga
menyekresikan lapisan glikoprotein di permukaan oosit, membentuk zona
pelusida.
Seiring dengan pertumbuhan folikel, sel-sel teka folikuli tersusun membentuk
lapisan bagian dalam
sel-sel sekretorik, disebut teka interna, dan kapsul fibrosa di bagian luar, disebut
teka eksterna. Selsel
folikular juga membentuk tonjolan kecil seperti jari yang menembus zona pelusida
dan berjalin
dengan mikrovilus membran plasma oosit. Penonjolan ini penting untuk transpor
material dari
sel folikular ke oosit.
Seiring dengan berlanjutnya perkembangan, muncul
ruang berisi cairan di antara sel-sel granulosa.
Penyatuan ruang-ruang ini membentuk antrum, dan
folikelnya disebut folikel vesikular atau antral. Mulamula,
antrum berbentuk bulan sabit, namun seiring
dengan waktu, antrum ini membesar (Gambar 2.19).
Sel-sel granulosa yang mengelilingi oosit tetap utuh dan
membentuk kumulus ooforus. Saat masa maturitas,
folikel vesikular matur (Graaf) dapat berdiameter 25
mm atau lebih. Folikel ini dikelilingi oleh teka interna,
yang terdiri dari sel-sel dengan ciri-ciri menyekresi
steroid, kaya pembuluh darah, dan teka eksterna, yang
secara bertahap menyatu dengan jaringan ikat ovarium
(Gambar 2.19).
Pada setiap siklus ovarium, sejumlah folikel mulai
berkembang, tetapi biasanya hanya satu yang mencapai
maturitas sepenuhnya. Folikel lainnya berdegenerasi
dan menjadi atresia. Ketika folikel sekunder menjadi
matur, lonjakan luteinizing hormone (LH) memicu fase
pertumbuhan praovulasi. Meiosis I tertuntaskan,
menghasilkan pembentukan dua sel anak dengan ukuran
yang berbeda, masing-masing memiliki 23 kromosom
berstruktur ganda (Gambar 2.20A,B). Satu sel, oosit
sekunder, menerima sitoplasma paling banyak; lainnya,
badan polar pertama, nyaris tidak mendapatkan sama
sekali. Badan polar pertama terletak di antara zona
pelusida dan membran sel oosit sekunder di dalam
ruang perivitelina (Gambar 2.20B). Kemudian sel
memasuki meiosis II tetapi terhenti pada tahap metafase
sekitar 3 jam sebelum ovulasi. Meiosis II tertuntaskan
hanya jika oosit mengalami fertilisasi; bila tidak, sel
berdegenerasi dalam waktu 24 jam sesudah ovulasi.
Badan polar pertama dapat mengalami pembelahan

kedua (Gambar 2.20C).

Tahapan-tahapan proses spermatogenesis :


1. Spermatogonium diploid yang asli hanya terletak pada tubulus seminiferus mempunyai dua
kali jumlah sel kromosom yang mereplikasi secara mitosis saat interface sebelum meiosis 1
agar membentuk 46 pasang kromatid. Sel ini dipengaruhi oleh sel sertoli yang akan memberi
nutrisi pada spermatogonium yang dapat berkembang menjadi spermatotid.
2. Kromatid akan bertukar informasi genetik dengan proses sinapsis melalui meiosis
menjadi spermatosit haploid.
3. Tahapan divisi meiosis, yaitu dimana kedua anak sel baru akan membagi diri
menjadi empat spermatid yang berisi kromosom unik yang memiiki setengah dari
jumlahnya dengan spermatogenesis asli.
4. Tahapan selanjutnya yaitu, sel akan bergerak melaui lumen testis menuju
epididimis. Mereka akan tumbuh menjadi empat sel sperma yang akan
menumbuhkan mikrotubulus pada sel sentriol, kemudian akan membentuk
axoneme yaitu : beberapa sel sentriol yang memanjang untuk membentuk ekor
sperma yang di fasilitasi oleh testosterone, serta membentuk tubuh basal.

You might also like