You are on page 1of 17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kadar Air
Air tanah merupakan salah satu bagian penyusun tanah. Air tanh hamper seluruhnya
berasal dari udara dan atau atmosfer terutama didaerah tropis air hujan itu dapat mrembes ke
dalam tanah yang disebut infiltrasi. Sedangkan sisanya mengalir di permukaan tanah sebagai
aliran permukaan tanah (run off). Air infiltrasi tadi bila dalam jumlah banyak dan terus
merembes kedalam tanah secara vertical dan meninggalkan daerahnya perakaranya yang disebut
perkolasi, yang akhirnya sampai pada lapisan yang kedap air yang kemudian ekumpul disitu
menhjadi air tanah atau sering disebut ground water. Mengetahui banyaknya air di dalam tanah
yang tersedia bagi tanaman adalah penting sekali terutama dalam hal penentuan pemberian air
pada tanaman atau pengairan tanaman agar supaya tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan
air (Poewidodo;1991)
Banyaknya air yang tersedia bagi tanaman dicari dengan jalan penentuan kandungan air
pada tanaman lapang (Pf 2,53) dikurangi dengan persentase keadaan tanah padaa titik layu
permanen (Pf 4,2). Dalam hal ini nilai-nilainya sangat ditentukan terutama oleh tekstur tanah.
Tekstur tanah yang lebih tinggi mempunyai tekstur yang halus, sebaliknya tekstur yang rendah
mempunyai teksttur yang kasar nilainya akan lebih rendah lagi dibandingkan dengan hal yang
tadi (Hanifah;2004)
Kapasitas kandungan air tanah maksimum adalah jumlah air maksimal yang dapat
ditampung oleh tanah setelah hujan turun dengan sangat lebat atau besar. Semua pori-pori tanah
baik makro maupun mikro, dalam keadaan terisi oleh angin sehingga tanah menjadi jenuh
dengan air. Jika terjadi penambahan air lebih lanjut, maka akan terjadi penurunan air gravitasi
yang bergerak lurus terus kebawah. Pada keadaan ini air tanah ditahan oleh tanah dengan
kandunga atau kekuatan Pf=0 atau 0 atm (Tejowiyono;1999)
Untuk pertumbuhan yang baik atau optimum bagi tanaman diperluakn suatu keadaan taat
air yang baik dan seimbang sehingga akar tanaman dengan mudah akan menyerap unsure hara.

Tata air dan udara yang baik ini adalah jika pori terisi air minimum 10% dan pori terisi udara
minimal 10% atau lebih. Air tanah merupakan salah satu bagian penyusun pada tanaman. Air
tanah hamper seluruhnya berada pada udara atau atmotsfer. Tanah mempunyai kapilaritas yang
berbeda-beda untuk menyerap dan mempertahankan kelembapannya tergantung kepada struktur,
tekstur, dan kandungan bahan organic yang terdapat di dalam tanah (Kemas, Ali;2007)
Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap
volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang
ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat
dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C 1100 C
untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang
terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan
udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak
melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Air tambahan berikutnya akan
bergerak ke bawah melalui proses penggerakan air jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi
secara vertikal tetapi juga horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan
horizontal (Hakim, dkk, 1986).
Menurut Hanafiah (2007) bahwa koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang
menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari :
1. Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori tanah terisi
oleh air.
2.

Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai
menipis,

sehingga

tegangan

antarair-udara

meningkat

hingga

lebih

besar

darigaya gravitasi.
3. Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang ketersediaannya
sudah

lebih

rendah

ketimbang

kebutuhan

tanaman

untuk

aktivitas,

dan

mempertahankan turgornya.
4. Koefisien Higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat kuat
oleh gayamatrik tanah.
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah
bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh
karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada

tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya curah
hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan
langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik
tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan
tanah (Madjid, 2010).
Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas lapangan dan
koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga bergantung pada pertumbuhan
tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang dapat digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk
kebanyakan mendekati titik layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat
mempertahankan pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik
layunya telah ditunjukkan dengan baik (Buckman and Brady, 1982).
Kadar air dalam tanah Alfisol dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persen
volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan
gambaran tentang ketersediaan air pada pertumbuhan pada volume tanah tertentu. Cara
penetapan kadar air tanah dapat digolongkan dengan beberapa cara penetapan kadar air tanah
dengan gravimetrik, tegangan atau hisapan, hambatan listrik dan pembauran neutron. Daya
pengikat butir-butir tanah Alfisol terhadap air adalah besar dan dapat menandingi kekuatan
tanaman yang tingkat tinggi dengan baik begitupun pada tanah Inceptisol dan Vertisol, karena itu
tidak semua air tanah dapat diamati dan ditanami oleh tumbuhan (Hardjowigeno, S., 1993).

2.2 PH Tanah
Reaksi tanah adalah salah satu sifat kimia tanah yang melingkupi berbagai unsur-unsur
dan senyawa-senyawa kimia yang lengkap. Reaksi tanah menunjukkan tentang status atau
keadaan kimia yang terkandung di dalam tanah dan merupakan faktor yang mempengaruhi
proses-proses biologis pada pertumbuhan tanaman. Bila keadaan kimia tanah dalam proses
biologis yang terganggu maka biasanya ditunjukkan dengan reaksi atau pH yang ekstrim
(Pairunan dkk, 1985).
Sumber kemasaman tanah dalam kandungan bahan-bahan organik dan anorganik.
Ionisasi asam menghasilkan ion H+yang bebas dalam larutan tanah. Sumber lain dari kemasaman

tanah adalah H+dan Al3+ yang dapat ditukar dengan koloid tanah. Kemampuan suatu tanah dalam
mempertahankan pH dari perubahan karena terjadinya penambahan Alkalisatau masam biasa
dinamakan sebagai daya sanggah pada tanah (Hadjowigeno, 1987).
Kemasaman suatu tanah ditentukan oleh dinamika ion H+ yang terdapat di dalam tanah
dan berada pada kesetimbangan dengan ion H+yang terjerap. Kemasaman tanah merupakan
suatu sifat yang penting sebab terdapat hubungan antara pH dengan ketersediaan unsur hara dan
juga terdapatnya hubungan antara pH tanah dengan proses pertumbuhan (Foth, 1989).
Kisaran suatu pH yang terdapat dalam tanah dapat dibatasi dengan dua elekstin. Kisaran
pH untuk tanah mineral biasanya terdapat diantara 3,5 10,0. kebanyakan toleransi tanah pada
pH yang ekstrim atau tinggi, asalkan dalam tanah tersebut tersedia banyak unsur-unsur hara yang
cukup untuk kesuburan tanah sehingga kadar untuk kemasaman tadi dapat seimbang (Hakim,
1985).
Kemasaman atau pH tanah yang tinggi biasanya mengakibatkan terjadinya kerusakan
atau terhambatnya pertumbuhan akar pada tanaman. Pengaruh tidak langsung ketidakstabilan
pada pH tanah, mengakibatkan keracunan pada tanaman (Hakim, 1985).
Tanah yang terlalu masam, dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan kapur ke
dalam tanah, sedangkan pH tanah yang terlalu alkalis atau mempunyai nilai pH yang tinggi dapat
diturunkan dengan cara menambahkan belerang atau dengan cara pemupukan pada tanah
(Hadjowigeno, 1987).
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang dinyatakan dengan
nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen H+ di dalam tanah. Makin
tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, maka semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain
H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH- yang jumlahnya berbading terbalik dengan ion H+.
Kemasaman tanah terdapat pada daerah dengan curah hujan tinggi, sedangkan pengaruhnya
sangat besar pada tanaman, sehingga kemasaman tanah harus diperhatikan karena merupakan
sifat tanah yang sangat penting (Foth, 1991).
Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat penting sebab terdapat hubungan pH
dengan ketersediaan unsur hara juga terdapat beberapa hubungan antara pH dan semua
pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh pencampuran satu

bagian air suling untuk mendapatkan tanah dan air samapai mendekati keseimbangan dan setelah
itu baru diukur pH suspensi tanah (Poerwowidodo, 1991).

Kemasaman pH tanah secara sederhana merupakan ukuran aktivitas H+ dan dinyatakan


sebagai log 10 (H+). Secara praktikal ukuran logaritma aktivitas atau konsentrasi H+ ini berarti
setiap perubahan satu unit pH tanah berarti terjadi perubahan 10 kali dari kemasaman atau
kebasahan. Pada tanah yang mempunyai pH 6,0 berarti tanah tersebut mempunyai H+ aktif
sebanyak 10 kali dibandingkan dengan tanah yang mempunyai pH 7,0. Sebagian besar tanahtanah produktif, mulai dari hutan humid dan sub humid hingga padang rumput di semiarid
mempunyai pH bervariasi antara 4,0 hingga 8,0. Nilai di atas atau dibawah variasi tersebut
disebabkan oleh garam Na, dan Ca atau ion H+ dan Al +3dalam larutan tanah (Brady, 1990).
Pada umumnya pada larutan pertanian, penggunaan pH secara rutin dilakukan untuk
memonitor pengaruh raktek pengelolaan pertanian terhadap efisiensi penggunaan N, kelarutan
Al, dan hubungannya dengan dampak lingkungan. Sebagian besar lahan yang mempunyai pH
sangat rendah atau tinggi menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman. Apabila tanah bersifat
masam dinetralisir dengan pemberian kapur. Sebaliknya apabila tanah terlalu basa dapat
diturunkan pHnya dengan pemberian belerang. Tanah masam khususnya di daerah tropika
mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui beberapa cara. Apabila tanah (pH) rendah, maka
satu atau lebih faktor tanah yang tidak menguntungkan muncul dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman terhambat (Gaur, 1981)
Kesuburan tanah adalah Suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur hara dalam
keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan biologi
tanah (Syarif Effendi, 1995).
Kesuburan tanah adalah kondisi suatu tanah yg mampu menyediakan unsur hara essensial
untuk tanaman tanpa efek racun dari hara yang ada (Foth and Ellis ; 1997).
Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman yang
sangat dalam) melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah, pH 6-6,5, mempunyai aktivitas jasad
renik yang tinggi (maksimum). Kandungan unsur haranya yang tersedia bagi tanaman adalah

cukup dan tidak terdapat pembatas-pembatas tanah untuk pertumbuhan tanaman (Sutejo.M.M,
2002)
pH adalah tingakat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur dengan
menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan
sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14. Sebagai contoh, jus jeruk dan air aki mempunyai pH
antara 0 hingga 7, sedangkan air laut dan cairan pemutih mempunyai sifat basa (yang juga di
sebut sebagai alkaline) dengan nilai pH 7 14. Air murni adalah netral atau mempunyai nilai pH
7 (Anonima,2010)
pH secara umum dibagi kedalam tiga keadaan, yaitu reaksi tanah masam, reaksi tanah
netral, dan reaksi tanah basa atau alkali. Reaksi tanah ini secara umum dinyatakan dengan pH
tanah berkisar 0 14, sedangkan untuk pertanian pH ini berkisar antara 4 9. Pengetahuan
mengenai reaksi tanah (pH) ini penting sekali karena banyak dipertimbangkan dalam
pemupukan, pengapuran, dan perbaikan keadaan kimia dan fisik tanah ( Sarief ,1986)
Konsentrasi H+ dan OH- di dalam tanah sebenarnya sangat kecil. Sebagai contoh tanah
yang bereaksi netral kandingaan ion H+ adalh sebanyak 1/ 10.000.000 mole per liter atau 10-7
mole per liter. Nilai pH berkisar 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedang pH kurang dari 7
disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis (Hardjowigeno, 2007).
Ada 2 metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran pH tanah yaitu kertas
lakmus dan pH meter. Kertas lakmus sering di gunakan di lapangan untuk mempercepat
pengukuran pH. Penggunaan metode ini di perlukan keahlian pengalaman untuk menghindari
kesalahan.Lebih akurat dan secara luas di gunakan adalah penggunaan pH meter, yang sangat
banyak di gunakan di laboratorium. Walaupun pH tanah merupakan indikator tunggal yang
sangat baik untuk kemasaman tanah, tetapi nilai pH tidak bisa menunjukkan berapa kebutuhan
kapur. Kebutuhan kapur merupakan jumlah kapur pertanian yang dibutuhkan untuk
mempertahankan variasi pH yang di inginkan untuk sistem pertanian yang digunakan
(Anonimb,2010).
Pentingnya pH adalah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman.
pada umumnya unsur hara mudah disserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena
pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Pada tanah masam unsur P tidak
dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al, sedang pada tanah alkalis unsur P juga
tidak dapat diserap tanaman karena difiksasi oleh Ca (Hardjowigeno, 2007).

pH tanah menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun. Pada tanah-tanah


masam banyak ditemukan ion-ion Al di dalam tanah, yang kecuali memfiksasi unsur P juga
merupakan racun bagi tanaman. pada reaksi tanah yang masam, unsur mikro juga mudah larut,
sehingga unsur mikro ditemukan lebih banyak dan berpotensi menjadi toksik bila dalam keadaan
over.( Hardjowigeno, 2007)
2.3 penetapan Al-dd
Didalam tanah yang ber-pH rendah yang menjadi masalah utama adalah kelarutan Al, Fe, Mn
dan unsur mikro lainnya yang cukup tinggi, yang bersifat toksik atau racun pada tanaman. Selain
itu akan terjadi interaski antara ion Al dan P dimana Al akan mengikat P tanah maupun dari
pupuk dalam bentuk persenyawaan. Alumunium didalam tanah berasal dari pelarutan mineral
silikat. Ion Al3+ sangat reaktif didalam larutan tanah. Ion alumunium akan selalu terhidrolisis
membentuk komplek Al (OH)6 pada reaksi dibawah ini:
Al3+ + H2O ---------- Al(OH)3 + 3 H+

Pengapuran adalah istilah pertanian yang digunakan untuk menyatakan penambahan bahan kapur
dari senyawa oksida, hidroksida atau carbonat dan magnesium (Mg) didalam tanah. Jumlah Aldd dan yang terlarut dalam air tanah menghambat pertumbuhan, didalam hal ini ditetapkan
jumlahnya menurut reaksi:
Liat- Al + K+

___________

Liat- K Al3+

Al3+ + 3 H2O

_______

Al(OH)3 + 3 H+

H + + OH-

_______

H2 O

Al(OH)3 + 6 F- _______

AlF63+

OH- + H+

H2O

_______

+ 3 OH-

Tanah menjadi asam karena kelebihan ion hidrogen menggantikan kation yang sifatnya
basa. Prosesnya menjadi reversible bila kapur (Ca dan Mg) ditambahkan. Dengan cara aksi
massa, Ca dan Mg mengganti kembali kedudukan ion-ion hidrogen dan Al. Al itu berasal dari
mineral-mineral yang larut dalam keadaan masam. Sedangkan hidrogen berasal dari asam-asam
yang banyak sekali sumbernya (air hujan, pupuk, masam, eksudat akar, dsb).

Dua masalah utama tanah adalah keracunan Al dan kejenuhan Al yang terlalu tinggi. Keracunan
Al langsung melukai akar tanaman, menghambat pertumbuhannya, dan menghalangi
pengambilan serta translokasi kalsium maupun fosfor. Kejenuhan Al yang ada sangat tergantung
pada tanaman. Ion OH- yang dihasilkan segera menetralkan H+ dan Al3+, sehingga pH tanah
dpat mengikat dan Al mengendap sebagai aluminium hidroksida, kompleks jerapan yang bebas
dari Al dapat diisi oleh kation. Kation dari Ca dari kapur atau kation-kation lain yang berasal
dari pupuk atau mineral.
Tujuan utama pengapuran adalah menaikkkan pH tanah hingga tingkat yang dikehendaki dan
mengurangi atau meniadakan keracunan Al. Di samping itu juga meniadakan keracunan Fe dan
Mn serta hara Ca. Pengaruh utama kapur terhadap tanah adalah menaikkan pH, mengurangi
kandungan dan kejenuhan Al serta meningkatkan serapan hara dan produksi tanaman pangan
pada umumnya (padi, kedelai, jagung, kacangan lainnya, tomat, cabai). Pengaruh kapur dapat
dinikmati selama beberapa kali panen (4-5 kali) (Komprat, 1970).
Kalsium merupakan kation yang sering dihubungkan dengan kemasaman tanah, karena
dapat mengurangi efek kemasaman. Sebagai sumber utama kalsium tanah adalah kerak bumi
yang didalamnya terkandung 3,6% Ca. Mineral utama yang banyak mengandung kalsium antara
lain kalsit (CaCO3) dan dolomit [CaMg(CO3)2] yang merupakan penyusun batuan sedimen
limestone dan dolomit (Hakim, 1986).
Adanya kandungan kapur (CaCO3) bebas, di dalam tanah dapat diketahui dengan
meneteskan asam Chlorida 10% (HCl 2 N). Adanya percikan menandakan adanya kapur bebas,
makin banyak percikannya makin banyak kandungan kapur dalam tanah. Reaksi yang terjadi
(Bale, 2000) :
CaCO3 + 2HCl CaCl2 + H2O + CO2

Bahan kapur pertanian ada 3 macam, yaitu CaCO3 atau CaMg(CO3)2 atau MgO dan
Ca(OH)2atau Mg(OH)2. Kapur yang disarankan adalah CaCO3 atau [CaMg(CO3)2] yang digiling
dengan kehalusan 100% melewati saringan 20 mesh dan 50% melewati 80-100 mesh (Hakim,
1986).
Setelah kapur diberikan ke tanah, ia akan segera mengubah sifat dan ciri tanah,
perubahan sifat dan ciri tanah tersebut akan mempengaruhi serapan hara. Selanjutnya
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Sifat dan ciri tanah yang dominan
dipengaruhi reaksi kapur adalah kemasaman tanahnya yang meliputi pH dan Al-dd serta
kejenuhannya (Soepardi, 1983).
Kapur telah lama diketahui sebagai yang efektif dalam menurunkan kemasaman tanah
yaitu meningkatkan pH tanah, menurunkan Al dapat ditukar (Al-dd) dan kejenuhan Al. Namun,
pergerakan vertikal CaCO3 yang diaplikasi pada permukaan sangat lambat, kemungkinan karena
kapur melepaskan ion OH` yang dengan cepat dinetralisasi oleh keemasan tanah, yang
meninggalkan Ca2+ tak berteman. Ion Ca2+ tersebut dapat diserap oleh tapak pertukaran pada
permukaan tanah. Dengan demikian inkorporasi permukaan CaCO3 atau Ca(OH)2 mempunyai
pengaruh yang kecil terhadap Al subsoil dan Al atau Ca. Oleh karena itu, untuk memperbaiki
subsoil masam perlu inkorporasi kapur sampai kedalaman itu (deep liming) (Hakim, 1982).

2.4 Kapur Pertanian


Pengapuran adalah istilah pertanian yang digunakan untuk menyatakan penambahan
bahan kapur dari senyawa oksida, hidroksida atau carbonat dan magnesium (Mg) didalam tanah.
Jumlah Al-dd dan yang terlarut dalam air tanah menghambat pertumbuhan, Aldd adalah kadar
Aluminium dalam tanah.Al dalam bentuk dapat ditukarkan (Al-dd) umumnya terdapat pada
tanah-tanah yang bersifat masam dengan pH < 5,0. Aluminium ini sangat aktif karena berbentuk
Al3+ ,monomer yang sangat merugikan dengan meracuni tanaman atau mengikat fosfor. Oleh
karena itu untuk mengukur sejauh mana pengaruh Al ini perlu ditetapkan kejenuhannya.
Semakin tinggi kejenuhan aluminium, akan semakin besar bahaya meracun terhadap tanaman.
Kandungan aluminium dapat tukar (Al3+) mempengaruhi jumlah bahan kapur yang diperlukan
untuk meningkatkan kemasaman tanah dan produktivitas tanah (Anonimous, 2009).

Kalsium dan magnesium mudah diperoleh dan tersedia dalam jumlah banyak, serta
berpengaruh baik terhadap keadaan fisik tanah. Oksida, karbonat, dan hidroksidanya termasuk
lemah dibandingkan dengan alkali lainnya (Na dan K).
Di dalam tanah yang lembab (udik) atau mengalami jenuh air (akuik), kandungan Ca dan Mg
relatif sangat kecil sekali dibandingkan dengan ion H dan Al yang biasanya menguasai kompleks
koloid. Oleh karena itu tanah-tanah demikian bereaksi masam, dan sudah sewajarnya
membutuhkan penambahan kation-kation basa. Selain untuk mening-katkan jumlah kation basa
juga mempunyai efek terhadap peningkatan pH atau menurun-kan tingkat kemasaman tanah.
Untuk menghindari efek yang kurang baik, tidaklah tepat menggunakan bahan kapur (Ca dan
Mg) dari senyawa oksida asam, seperti CaSO4 atau MgSO4. Karena kalsium dan magnesium
sulfat tersebut akan meningkatkan ion H dan oksida asam sulfat dalam larutan tanah. Jadi
meskipun jumlah ion kalsium dan magnesium meningkat, namun kemasaman tanah tidak
berkurang bahkan bertambah masam
Pada tanah bereaksi netral dapat digunakan kalsium dan magnesium sulfat, karena
diperlukan banyak Ca dan Mg tetapi tidak menaikkan pH tanah. Dalam parkteknya di lapangan
senyawa magnesium karbonat, oksida atau hidroksidanya jarang dipergunakan. Karena selain
efeknya lebih rendah dibandingkan dengan Ca, juga deposit magnesium karbonat, oksida atau
hidroksidanya sangat kecil dan sukar diperoleh.
Lazimnya senyawa kalsium dan magnesium karbonat terdapat sebagai deposit dolomit
yang perbandingan Ca-karbonat dan Mg-karbonatnya bervariasi sekali. Karena CaCO3 dan
dolomit banyak digunakan di sektor pertanian maka bahan tersebut disebut sebagai kapur
pertanian. Dua senyawa ini memberikan keuntungan, dan tidak meninggal-kan efek yang
merugikan dalam tanah.
Kapur banyak mengandung unsure Ca maupun Mg tetapi pemberian kapur kedalam tanah
pada umumnya bukan karena tanah kekurangan unsure Ca tetapi karena tanah terlalu masam.
Oleh karena itu pH tanah perlu dinaikkan agar unsur-unsur hara seperti P mudah diserap tanaman
dan keracunan Al dapat dihindarkan. Pengapuran adalah pemberian pemberian kapur untuk
meningkatkan pH tanah yang bereaksi masam menjadi mendekati netral yaitu sekitar ph 6,ph 57.Salah satu faktor penghambat meningkatnya produksi tanaman adalah karena adanya masalah
keasaman tanah. Tanah asam memberikan pengaruh yang buruk pada pertumbuhan tanaman

hingga hasil yang dicapai rendah. Untuk mengatasi keasaman tanah perlu di lakukan usaha
pemberian kapur kedalam tanah.
Manfaat Pengapuran
1. Menaikkan pH tanah
2.Menambah unsur unsur Ca dan Mg
3.Menambah ketersediaan unsur-unsur P dan Mo
4.Mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al.
Memperbaiki

kehidupan

5.

mikroorganisme

dan

memperbaiki

pembentukan

bintil- bintil akar


Pangapuran pada tanah masam
Tanah masam adalah tanah dengan Ph rendah karena kandungan ion H+ yangtinggi.Dalam tanah
masam (lahan kering) banyak ditemukan ion Alyang bersifat masam karena dengan air ion
tersebut dapat menghasilkan H+.Pada umumnya, pH tanah yang di kehendaki untuk
pertumbuhan tanaman agar optimal adalah pH tanah netral yaitu 6,5-7,0 karena pada kondisi pH
netral unsur hara dapat tersedia secara optimal dan mikroorganisme dapat berkembang dengan
maksimal.
Masalah Tanah Masam
Masalah tanah masam sangat kompleks. Mulai dari kandungan hara hingga mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Masalah yang umumnya terjadi pada tanah masam antara lain :
1.
2.

Terakumulasinya ion H+pada tanah sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.


Tingginya kandungan Al3+ sehingga mearcun bagi tanaman.

3.

Kekurangan unsur hara Ca dan Mg

4.

Kekurangan unsur hara P karena terikat oleh Al3+

5.

Berkurangnya

unsur

Mo

sehingga

proses

fotosintesis

terganggu,

dan
6.

Keracunan unsur mikro yang memiliki kelarutan yang tinggi pada ranah masam.

Untuk tanah-tanah yang bersifat masam agar pH-nya meningkat mendekati netral, maka di
perlukan pengapuran. Besarnya pengapuran tergantung dari :

1. pH tanah yang diperlukan oleh tanaman. Setiap macam tanaman memerlukan pH yang relatif
berbeda.
2. Bentuk kapur dan kehalusaannya. Sehingga dipertimbangkan beberapa hal yang sangat
penting, yaitu:
(1) Jaminan kimia dari kapur yang bersangkutan
(2) Harga tiap ton yang diberikan pada tanah.
(3) Kecepatan bereaksi dengan tanah.
(4) Kehalusan batu kapur.
(5) Penyimpanan, pendistribusian, penggunaan karung atau curahan.
3. Jumlah kapur yang diberikan harus ditetapkan berdasarkan perkiraan yang tepat berapa
kenaikan pH yang diinginkan, tekstur, struktur dan kandungan bahan organik tanah lapisan olah.
Tekstur tanah yang semakin berat akan memerlukan jumlah kapur yang semakin banyak.
Struktur tanah lapisan olah yang dibentuk dengan pengolahan tanah tidak selalu seragam bagi
masing-masing jenis tanah, ha ini juga mempengaruhi jumlah kapur yang diberikan. Makin halus
butiran agregat tanah, makin banyak kapur yang dibutuhkan. Demikian pula pH, tekstur dan
struktur lapisan bawah tanah (subsoil), karena pH yang rendah atau lebih tinggi dari pH lapisan
olah menjadi pertimbangan berapa jumlah kapur yang harus diberikan.
4. Cara pemberian kapur. Biasanya pemberian kapur dilakukan 1 2 minggu sebelum tanam
bersamaan dengan pengolahan kedua (penghalusan agregat tanah) sehingga tercampur merata
pada separuh permukaan tanah olah. Kecuali pada tanah padang rumput yang tidak dilakukan
pengolahan tanah diberikan di permukaan tanah olah. Pemberian kapur dengan alat penebar
mekanik bermotor atau traktor akan lebih efektif dan efisien pada lahan pertanian yang luas.

5. Pengapuran harus disertai pemberian bahan organik tanah atau pengembalian sisa panen ke
dalam tanah. Hal ini sangat penting untuk menghindari pemadatan tanah dan pencucian, serta
meningkatkan efek pemupukan. Selain itu efek bahan organik terhadap pH tanah menyebabkan
reaksi pertukaran ligand antara asam-asam organik dengan gugus hidroksil dari besi dan
aluminium hidroksida yang membebaskan ion OH. Di samping itu, elekrton yang berasal dari
dekomposisi bahan organik dapat menetralkan sejumlah muatan positif yang ada dalam sistem
kolid sehingga pH tanag meningkat (Hue, 1992; Yu, 1989).
Bentuk-bentuk kapur
Bahan kapur untuk pertanian umumnya berupa kalsium karbonat,beberapa berupa kalsium
magnesium karbonat,dan hanya sedikit yang berupa CaO.Dalam Ilmu kimia kapur adalah
CaO,tetapi dalam bidang pertanian kapur umumnya berupa CaCO3.
Beberapa jenis bahan pengapur :
1. Kapur Kalsit (CaCO3)
Terdiri dari batu kapur kalsit yang ditumbuk (digiling) sampai kehalusan tertentu.
2. Kapur Dolomit
Terdiri dari batu kapur dolomit yang ditumbuk (digiling) sampai kehalusan tertentu.
3. Kapur Bakar,quick lime (CaO)
Merupakan batu kapur yang dibakar sehingga terbentuk CaO.
4. Kapur Hidrat, slaked lime
Mutu Kapur
Kapur

terdiri

dari

beberapa

jenis,yang

masing-masing

mempunyai

susunan

kimia

yangberbeda.Mutu kapur pada umumnya didasarkan atas garansi kimia dan garansi fisik.
Ada beberapa cara untuk menyatakan mutu kapur secara kimia (garansi kimia) antara lain :
Kalsium karbonat ekivalen , Kadang disebut daya menetralkan dari kapur.Kapur yang terdiri
dari kalsium karbonat murni mempunyai kalsium karbonat ekivalen 100 %.

Kalsium oksida ekivalen , Pengertian didasarkan pada anggapan bahwa kalsium oksida (CaO)
murni mempunyai CaO ekivalen 100%.Dengan menggunakan perhitungan-perhitungan seperti
tersebut terdahulu,maka mutu jenis-jenis kapur yang lain dapat pula dinyatakan dengan CaO
Ekivalen.
Kandungan oksida , Menunjukkan adanya banyak kandungan oksida (CaO, MgO)dalam
kapur .Hal ini diperoleh dengan mengkonversikan kandungan Ca dan Mg.

Persentase unsure , Yaitu persentase dari unsur Ca dan Mg.Jika CaCO3 murni akan dinyatakan
dengan kandungan unsur Ca.
Garansi fisik dari kapur terutama dinyatakan dari kehalusan (ukuran) butir-butir kapur makin
halus makin cepat bereaksi didalam tanah.
2.5 Bahan Organik
Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan bahan-bahan mineral
yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari timbunan
mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk selama jangka
waktu tertentu.bahan organik dapat digunakan untuk menentukan sumber hara bagi tanaman,
selain itu dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah (Soetjito, 1992).

Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan
belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan didalam
tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik merupakan sumber
energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia akan terhenti
(Doeswono,1983).
Sumber primer bahan organik dalam tanah Alfisol adalah jaringan tanaman berupa akar,
batang, ranting dan daun. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut
ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah tersebut (Islami,1995).

Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik kandungan karbon
(C) bahan organik bervariasi antara 45%-60% dan konversi C-organik menjadi bahan = % Corganik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus
dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan,
timbunan, dan praktik pertanian).
Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan.
Pengukuran kandung bahan organik tanah dengan metode walkey and black ditentukan
berdasarkan kandungan C-organik (Foth,1994).
Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang
sedang atau telah mengalami proses dekomposisi baik berupa humus hasil humifikasi maupun
senyawa-senyawa organik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik organik
dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya (Madjid,2007).
Bahan organik tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri atas flora dan fauna, perakaran
tanaman yang hidup dan yang mati, yang terdekomposisi dan mengalami modifikasi serta hasil
sintesis baru yang berasal dari tanaman dan hewan. Humus merupakan bahan organik tanah
yang sudah mengalami prubahan bentuk dan bercampur dengan mineral tanah (Sutanto,2005).

DAFTAR PUSTAKA
Anonym.2010.Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Jurusan Tanah Fakultas Pertanian:
Bogor.
Buckman, H. O., and Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara : Jakarta.
B.Ibrahim, H. Asamadi. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. BKS PTN Intim, Makassar
Bale, A. 2000. Ilmu Tanah. Fakultas Kehutanan. UniverSitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Doeswono,1983. Ilmu-Ilmu Terjemahan. Bhtara Karya Aksara. Jakarta.
Foth, Henry D.1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah; edisi keenam. PT. Gelora AksarAPertama;
Jakarta
Foth, Henry. D,. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Foth, Henry. D, 1994 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah Jilid ke Enam . Erlangga. Jakarta.
Hanifah. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah; PT. Raja Gravindo; Jakarta
Hakim. N., dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung : Lampung.
Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Rajawali Pers : Jakarta.
Hardjowigeno. S., 1993. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.
Hardjowigeno. S. 2003. Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Hakim, N. 1982. Kandungan Kapur Dalam Tanah. http://www.tanindo.com/abdi12/hal
2501_htm. Diakses tanggal 8 Oktober 2005 pukul 13.00 WIB.
Hakim, N., Y. Nyakpa, dan . Lubis. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Lampung.

Hardjowigeno.2007.Ilmu Tanah.Akademika Pressindo : Jakarta.


Islami, T. 1995. Klasifikasi Tanah. Aka press. Jakarta.
Kemas, Ali.2007. Proses Pembentukan Genesis Tanah. PT. Gravindo; Jakarta
Komprat, E. J. 1970. Exchange Able Alumunium as Creation for Liming Leached Mineral Soils.
Soilsci, soc. Amer Proc.
Madjid. 2010. http://repository.usu.ac.id.pdf//Kadar-Air-Tanah diakses tanggal 29 November
2010
Madjid, Abdul. 2007. Bahan Organik Tanah. Universitas Sriwijaya. Palembang.
Notohadiprawiro, Tejowiyono.1994. Tanah dan Lingkungannya. Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi; Jakarta
Poerwowidodo. 1991. Genesis Tanah; proses Oembentukan Tanah Dan Morfologi Tanah. CV.
Rajawali; Jakarta
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sarief.1986.Ilmu Tanah . Akapress:Jakarta.
Syarief, effendi.1995.Fisika Kimia Tanah Pertanian.Pustaka Buana : Bandung.
Sutejo,M.,M.2002.Pengelolaan Kesuburan Tanah.Bumi Aksara:Jakarta.
Soetjipto,dkk . 1992 . Dasar-Dasar Irigasi . Erlangga . Jakarta.
Sutanto, Rachman . 2005 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Kenyataan . Kanisius. Yogyakarta.

You might also like