You are on page 1of 8

Naskah Drama cerita Rakyat " Sawunggaling"

Narator:
Cerita rakyat Jaka Berek atau Sawunggaling atau Raden Mas Tumenggung Sawunggaling
merupakan
salah
satu
cerita
legenda
Surabaya.
Konon kabarnya ia dikenal sebagai tokoh sejarah, yang masih belum banyak diceritakan
sejarah Indonesia. Oleh karena itu
kita saksikan tentang kisahnya dalam sebuah drama. Selamat menyaksikan....
Adegan 1
(terdengar keributan suara anak-anak)
Anak-anak:
(sambil menunjuk ke arah Jaka Berek)
Anak haram! Anak haram! Anak haram!
Jaka Berek:
Heh! Aku bukan anak haram ! aku punya ibu
Anak-anak:
Iya! Betul kamu memang punya ibu. Tapi tidak punya ayah! Alias anak haram!
Jaka Berek:
Heh! Kalian jahat sekali padaku! Awas! Aku adukan ke ibuku!
Narator:
Jaka Berek marah kemudian pulang meninggalkan teman-temannya yang selalu
mengejeknya dan penasaran bukan kepalang karena teman-temannya selalu mengejek
bahwa ia tak punya ayah sah alias anak haram.
lalu mengadukan ke ibunya, Sesampai di rumah,
Adegan 2
Jaka Berek:
Ibu! Ibu! Ibu! Aku sungguh tak tahan lagiii!
Dewi Sangkrah/Ibu:
Ada apa, Anakku ? Kenapa teriak-teriak dan wajahmu cemberut begitu?
Jaka Berek:
Ibu harus menjelaskan, siapakah sebenarnya ayahku?..Kalau sudah meninggal dimana
kuburnya biar aku mengirim doa di pusaranya dan jika masih hidup, sudilah ibu
menunjukkan tempatnya padaku!(merengek)
Narator:
Hati Dewi sangkrah berdebar, Ia sudah menduga hal ini akan terjadi.Tak bisa tidak dia
harus menjawabnya dengan gamblang.

Dewi Sangkrah/Ibu:
Ayahmu adalah....
Jaka Berek:
Siapa ayahku ibu? Katakan padaku ibu!
Dewi Sangkrah/Ibu:
Anakku Jaka Berek, karena kau telah dewasa, sudah sepatutnya kau bertanya tentang
ayahmu. Ketahuilah anakku, ayahmu adalah seorang Adipati di Kadipaten Surabaya.
Namanya Jayengrana. Bila ingin bertemu dengannya datanglah kesana.
Jaka Berek:
Terima kasih bu. Baiklah bu, kalau begitu aku akan segera ke kadipaten sekarang juga. Jaka
Pamit ya, bu.
Dewi Sangkrah/Ibu:
Ya, anakku. Hati-hati ya anakku. Doa ibu menyertaimu.
Narator:
Dengan bekal seadanya, Jaka Berek berangkat ke Kadipaten Surabaya untuk menjumpai
ayahnya. Ketika hendak memasuki pintu gapura kadipaten, Jaka Berek dicegat oleh seorang
prajurit yang sedang berjaga.
Adegan 3
Prajurit:
Berhenti kamu! mau apa berani datang ke kadipaten ini?
Jaka Berek:
(wajah polos) Saya ingin bertemu dengan sang Adipati.
Prajurit:
(membentak)Hai anak muda! ketahuilah aku adalah prajurit yang sedang berjaga. Kau tidak
boleh masuk ke kadipaten. Kau harus pergi dari sini sebelum ku usir!
Jaka Berek:.
Aku tak mau pergi sebelum bertemu dengan Adipati Jayengrana.
Prajurit:
(jengkel sambil memukul) Hei anak muda! Dasar pemuda kampung! Tidak mau
mendengarkan perintahku!
Jaka Berek:
Aku tetap akan melawanmu prajurit sebelum aku bertemu sang Adipati! Panggil Adipatimu
aku ingin bertemu dengan dia!
Narator:
Jaka Berek bukannya pergi malah melawan dengan berani. Untunglah perkelahian itu
diketahui oleh dua orang putera Adipati Jayengrana yang bernama Sawungsari dan
Sawungrana.oleh mereka perkelahian itu dilerai.

Sawungrana:
Hei! Berhenti! Berhentiiii! Ada apa ini kalian berkelahi dan membuat keributan disini!?
Prajurit:
Maaf pangeran, pemuda ini hendak memaksa masuk kadipaten. Saya cegah tetapi dia malah
melawan.
Narator:
Mendengar laporan dari prajuritnya keduanya bertanya pada Jaka Berek,
Sawungrana:
Hemmm...Maaf, siapakah saudara dan ada keperluan apa hendak memaksa masuk kadipaten?
Jaka Berek:
Aku hendak menghadap Adipati Jayengrana. Ada yang ingin ku sampaikan kepada beliau.
Sawungsari:
Heh! Orang kampung.Tak ada orang luar yang boleh menemui ayahku. Sebaiknya kau pulang
saja atau aku yang memaksamu pulang .
Jaka Berek :
(tegas) Aku tetap pada pendirianku, mau menemui Adipati Jayengrana!
Sawungsari:
Heh! Pemuda masih membandel juga. Ayo kakang, kita usir pemuda ini beramai ramai!
Narator:
Melihat kenekatan Jaka, kedua putera Adipati itupun segera mengeroyoknya, dengan
tangkas Jaka Berek melawan.
Belum lama perkelahian itu, Adipati Jayengrana keluar dan melihatnya dan iapun segera
menghampiri.
Adipati Jayengrana:
(teriak) Hei..hentikan perkelahian ini! Ada apa dan kenapa kalian berkelahi?
Sawungrana:
Ampun ayahanda. Pemuda ini ingin menemui ayahanda. Sudah saya cegah, tapi tetap nekad
ingin bertemu langsung dengan ayahanda.
Adipati Jayengrana:
Apa benar kamu yang bernama Jaka Berek yang mau menemuiku, sekarang katakan apa
keperluanmu?
Jaka Berek:
Hamba hanya ingin mencari ayah hamba yang menjadi Adipati di sini yang bernama Adipati
Jayengrana. Kalau memang tuan orangnya, tentu tuanlah ayah hamba.
Adipati Jayengrana:
Nanti dulu. Siapa nama ibumu dan apa buktinya kalau kau memang anakku?

Jaka Berek:
Hamba adalah putera dari ibu Dewi Sangkrah. Sebagai buktinya, ibu memberi hamba sebuah
selendang Cinde Puspita ini.
Adipati Jayengrana:
Oh ya benar. selendang itu adalah selendang Cinde Puspita yang dulu pernah kuberikan pada
ibumu. Dewi Sangkrah.
Kalau begitu kau memang anakku(memeluk Jaka Berek)
Sawungrana dan Sawungsari, kenalkan ini Jaka Berek adalah saudara kandungmu
juga(bersalaman).
Nah Jaka Berek, mulai saat ini kamu tinggal di kadipaten bersama saudara-saudaramu yang
lain juga dan namamu aku ganti menjadi Sawunggaling.
Narator:
Suatu hari Kadipaten Surabaya kedatangan kompeni Belanda yang dipimpin oleh Kapten
Knol yang membawa surat dari Jenderal De Boor yang isinya mengatakan bahwa
kedudukan Adipati di Surabaya akan dicabut karena Adipati Jayengrana tak mau
bekerjasama dengan kompeni Belanda. Tetapi pada saat itu,ada pengumuman bahwa di
alun-alun Kartasura akan diadakan sayembara sodoran (perang tanding prajurit berkuda
dengan bersenjata tombak) dengan memanah umbul-umbul yang bernama umbul-umbul
Tunggul Yuda.
Adegan 4
Adipati Jayengrana:
Anak-anakku Sawungrana dan Sawungsari, di alun-alun Kartasura akan diadakan sayembara.
Pemenangnya akan diangkat menjadi Adipati di Suarabaya. Kalian berdua harus ikut
sayembara tersebut. Kalian harus merebut kembali kedudukan ayahanda sebagai Adipati
Surabaya.
Sawungrana:
Iya. Ayahanda.
Adipati Jayengrana:
Dan ingat! Kalian harus terus berlatih agar bisa memenangkan sayembara tersebut.
Sawungrana:
Iya Ayahanda. Nasehat ayahanda akan kami laksanakan
Narator:
Pada hari sayembara diadakan, tanpa memberitahu Sawunggaling, Jayengrana dan kedua
puteranya pergi ke Kartasura.dan tanpa setahu merekapun Sawunggaling juga pergi ke
Kartasura. Sebelum berangkat Sawunggaling pulang ke desa meminta doa restu dari ibu,
kakek dan neneknya.
Sayembara memanah umbul-umbul itu ternyata hanya diikuti oleh Sawungrana dan
Sawungsari, tetapi keduanya gagal tak bisa menjatuhkan umbul-umbul Tunggul Yuda yang
dipasang di Menara Galah. Karena tak ada pemenangnya, Sosro Adiningrat yang bertindak
sebagai panitia pelaksana lomba, segera mengadakan pendaftaran lagi.

Sosro Adiningrat:
Wahai para pemuda segeralah mendaftar lagi. Pendaftaran sayembara masih dibuka karena
belum ada yang memenangkan sayembara! Ayo kemarilah ramai-ramai mendaftar lomba!
Narator:
Setelah panitia mengumumkan dan membuka pendaftaran lagi, tiba-tiba datang seorang
pemuda datang mendaftar. Dan dia adalah....
Sawunggaling:
Permisi Tuan. Saya hendak mendaftar sayembara tersebut.
Sosro Adiningrat:
Oh ya. Siapa namamu pemuda?
Sawunggaling:
Nama hamba Sawunggaling,Tuan.
Sosro Adiningrat:
Ya bagus. Sawunggaling, kamu adalah satu-satunya pemuda yang berani mendaftar. Kalau
begitu segera panahlah umbul-umbul tunggal yuda itu.
Sawunggaling:
Baiklah, Tuan. Akan saya panah umbul-umbul itu sekarang.
Narator:
Setelah Sawunggaling memanah umbul-umbul tunggul yuda.ternyata dia berhasil umbulumbul tersebut. Dan....terdengar suara tepuk tangan para penonton lomba.
Pada saat itu ada seorang pemuda yang ikut mendaftar
dan ternyata dialah Sawunggaling dan dia pulalah satu-satunya yang bisa menjatuhkan
umbul-umbul Tunggul Yuda.
Sosro Adiningrat:
Kau hebat anak muda. Kau pemuda satu-satunya yang mendaftar lomba dan kaulah satusatunya pemuda yang bisa menjatuhkan umbul-umbul Tunggul Yuda. Ku umumkan
sekarang...,
Dengan ini pemenangnya adalaaaahh Sawunggaling.
Selamat Sawunggaling. Karena kau telah memenangkan lomba, jadi kau berhak menjadi
Adipati Surabaya.
Sawunggaling:
Terima kasih, Tuan.
Narator:
Panitia langsung mengangkat dan memakaikan mahkota sebagai kemenangan dan menjadi
Adipati Surabaya. Setelah Sawunggaling dinyatakan sebagai Adipati Surabaya, ia
dinikahkan dengan puteri dari Amangkurat Agung di Kartasura yang bernama Nini Sekar
Kedaton.
Keberhasilan sawunggaling itu membuat iri dua saudaranya.

Adegan 5
Sawungsari:
kakang, Sawunggaling bisa memenangkan lomba dan kini dia yang menjadi Adipati
Surabaya. Aku tidak ingin dia menduduki bupati Surabaya.
Sawungrana:
Iya betul. Aku juga kurang setuju jika dia jadi bupati.
Sawungsari:
Kita harus menyingkirkan dia kakang.
Sawungrana:
Iya aku juga ingin menyingkirkan dia dari kadipaten Surabaya. Gimana caranya ya?
Sawungsari:
Kakang ikuti saja nanti ideku untuk menyingkirkan sawunggaling
Sawungrana:
Ya, baik dinda aku ikuti saranmu
Narator:
Beberapa hari kemudian, pada saat pesta besar-besaran untuk merayakan pengangkatan
Sawunggaling sebagai Adipati di Surabaya,
Adegan 6
Sawungsari:
Kakang, hari ini diadakan pesta besar-besaran. Ayo kita laksanakan rencana kita untuk
menyingkirkan Sawunggaling. Kita masukkan bubuk racun ke dalam minuman
Sawunggaling.
Sawungrana:
Iya betul! Bagus dinda. Hati-hati ya Dinda jangan sampai ada yang melihat sewaktu Dinda
memasukkan bubuk racun itu ke dalam minuman Sawunggaling.
Sawungsari:
Beres Kakang!
Narator:
Tanpa sepengetahuan Sawungsari dan Sawungrana, dari belakang mereka ada sepasang
mata memperhatikan gerak gerik mereka...
Adipati Cakraningrat:
(bergumam)Wuaah apa yang dilakukan kedua orang itu ya? Mencurigakan sekali. Seperti
mereka sedang memasukkan sesuatu ke dalam gelas minuman. Siapa yang akan diracuni oleh
mereka itu? Loh? Loh? Gawat! Gelas minuman yang berisi racun itu, akan disodorkan pada
Adipati Sawunggaling. Aku harus segera menolong Adipati Sawunggaling sebelum minuman
itu diminum oleh Adipati.

Adipati Cakraningrat dari Madura.


Narator:
Sesaat kemudian terdengar bunyi....Prang! (gelas terjatuh)
Adipati Cakraningrat pura-pura menubruk Sawunggaling yang mengakibatkan terjatuhnya
gelas berisi racun itu.
Sawunggaling:
Apa-apaan ini! Memalukan!
Sawungrana:
(sangat marah)Dinda Sawunggaling, lihatlah ulah Adipati dari Madura itu, dia tidak
menghormatimu karena telah menjatuhkan minuman. Ini penghinaan !
Sawunggaling:
Ayo, Paman. Ikut saya segera!
Narator:
Dengan cepat, disambarnya tangan Adipati Cakraningrat dan ditariknya keluar dari
kadipaten.
Adegan 7
Sawunggaling:
Paman, katakan! mengapa paman menghinaku di hadapan para tamu. Apakah paman ingin
menantangku berkelahi?!
Adipati Cakraningrat:
Tenang anakku, ketahuilah bahwa minuman yang hendak kau minum itu sebenarnya telah
diberi racun oleh Sawungrana, aku melihat sendiri perbuatan mereka. Oleh karena itu, aku
ingin menyelamatkanmu dari perbuatan mereka
Sawunggaling:
Oooh! Jadi begitu. Mereka sungguh sangat kejam ingin membunuhku dengan cara
meracuniku.Paman, maafkan aku. Aku sangat merasa menyesal telah tergesa-gesa menuduh
Adipati Cakraningrat yang bukan-bukan.
Adipati Cakraningrat:
Dan semua itu memang telah direncanakan oleh para kompeni belanda. Kedua kakakmu telah
bergabung dengan para kompeni karena menginginkan kedudukan sebagai Adipati di
Surabaya.
Sawunggaling:
Oooh jadi begitu ya, paman. Aku baru tahu niat akal busuk mereka. Kalau begitu, mulai
sekarang aku bertekad akan memerangi Belanda!
Narator:
Dalam memerangi belanda, Sawunggaling selalu menambah kekuatan laskarnya.
Tiba saatnya terjadi peperangan melawan Belanda...

Adegan 8
Sawunggaling:
Hei! Para Kompeni belanda, aku siap menantangmu! Ayo berperang, segera pergilah dari
tanah airku!
Laskar Sawunggaling:
(serentak)
Ayo! ayo! ayo! kita serang para kompeni belanda....!
Narator:
Terjadilah peperangan yang sengit antara Laskar Sawunggaling dan para kompeni Belanda.
Akhirnya....
Laskar Sawunggaling:
Hore! Hore! Hore! Menang! Menang! Jenderal De Boor terbunuh!
Narator:
Akhirnya peretempuran melawan laskar Belanda dimenangkan oleh pasukan laskar
Sawunggaling
Demikianlah tadi cerita Sawunggaling dari tanah Jawa, yaitu Surabaya. Dari cerita tadi,
semoga bisa dijadikan pelajaran bagi kita semua.
Para pelaku:
Sawunggaling diperankan oleh
Dewi Sangkrah diperankan oleh
Sawungrana diperankan
Sawungsari diperankan oleh
Adipati Cakraningrat diperankan oleh
Adipati Jayengrana diperankan oleh
Prajurit diperankan oleh oleh
Anak-anak diperankan oleh
Panitia/ Sosro Adiningrat diperankan oleh
Beberapa tokoh pembantu

You might also like