You are on page 1of 6

Sistem informasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Ini adalah versi yang telah diperiksa dari halaman initampilkan/sembunyikan detail
Sistem Informasi (SI) [1] adalah kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas
orang yang menggunakan teknologi itu untuk mendukung operasi dan manajemen.
[2] Dalam arti yang sangat luas, istilah sistem informasi yang sering digunakan
merujuk kepada interaksi antara orang, proses algoritmik, data, dan teknologi.
Dalam pengertian ini, istilah ini digunakan untuk merujuk tidak hanya pada
penggunaan organisasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK), tetapi juga untuk
cara di mana orang berinteraksi dengan teknologi ini dalam mendukung proses
bisnis.[3]

Ada yang membuat perbedaan yang jelas antara sistem informasi, dan komputer
sistem TIK, dan proses bisnis. Sistem informasi yang berbeda dari teknologi
informasi dalam sistem informasi biasanya terlihat seperti memiliki komponen TIK.
Hal ini terutama berkaitan dengan tujuan pemanfaatan teknologi informasi. Sistem
informasi juga berbeda dari proses bisnis. Sistem informasi membantu untuk
mengontrol kinerja proses bisnis.[4]

Alter berpendapat untuk sistem informasi sebagai tipe khusus dari sistem kerja.
Sistem kerja adalah suatu sistem di mana manusia dan/atau mesin melakukan
pekerjaan dengan menggunakan sumber daya untuk memproduksi produk tertentu
dan/atau jasa bagi pelanggan. Sistem informasi adalah suatu sistem kerja yang
kegiatannya ditujukan untuk pengolahan (menangkap, transmisi, menyimpan,
mengambil, memanipulasi dan menampilkan) informasi.[5]

Dengan demikian, sistem informasi antar-berhubungan dengan sistem data di satu


sisi dan sistem aktivitas di sisi lain. Sistem informasi adalah suatu bentuk
komunikasi sistem di mana data yang mewakili dan diproses sebagai bentuk dari
memori sosial. Sistem informasi juga dapat dianggap sebagai bahasa semi formal
yang mendukung manusia dalam pengambilan keputusan dan tindakan.

Sistem informasi merupakan fokus utama dari studi untuk disiplin sistem informasi
dan organisasi informatika.[6]

Sistem informasi adalah gabungan yang terorganisasi dari manusia, perangkat


lunak, perangkat keras, jaringan komunikasi dan sumber data dalam
mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam organisasi.[7]

Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang


mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi,
bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan
pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.[8]

Sistem informasi adalah kumpulandari sub-sub sistem baik phisik maupun non
phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara
harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang
berguna.[9]

Tujuan Sistem Informasi[sunting | sunting sumber]


Tujuan dari sistem informasi adalah menghasilkan informasi. Sistem informasi
adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna bagi para pemakainya. Data
yang diolah saja tidak cukup dapat dikatakan sebagai suatu informasi. Untuk dapat
berguna, maka informasi harus didukung oleh tiga pilar sebagai berikut: tepat
kepada orangnya atau relevan (relevance), tepat waktu (timeliness), dan tepat
nilainya atau akurat (accurate). Keluaran yang tidak didukung oleh tiga pilar ini
tidak dapat dikatakan sebagai informasi yang berguna, tetapi merupakan sampah
(garbage).

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi

Sistem informasi rumah sakit


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sistem informasi rumah sakit (SIRS) ( bahasa Inggris: Hospital information systems, HIS) adalah
suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data rumah sakit se-Indonesia. Sistem
Informasi ini mencakup semua Rumah Sakit umum maupun khusus, baik yang dikelola secara
publik maupun privat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.SIRS ini merupakan penyempurnaan dari SIRS Revisi V yang
disusun berdasarkan masukan dari tiap Direktorat dan Sekretariat dilingkungan Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan. Hal ini diperlukan agar dapat menunjang pemanfaatan data yang optimal
serta semakin meningkatnya kebutuhan data saat ini dan yang akan datang. [1].

Dasar Hukum[sunting | sunting sumber]

Rumah sakit di Indonesia wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua
kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit sebagaimana ketentuan dalam pasal 52 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit .
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Public (KIP) maka
tersedianya data dan informasi mutlak dibutuhkan terutama oleh badan layanan umum seperti
rumah sakit.

Dasar Pelaksanaan[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan SK Menkes No. 1410 Revisi V, Tentang Sistem Informasi Rumah Sakit (Sistem
Pelaporan Rumah Sakit) Revisi V, tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada sehinnga
perlu disesuaikan. Paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun setelah peraturan ini
diundangkan. Dengan berlakunya peraturan ini, maka keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1410/MENKES/SK/X/2003 Revisi V , dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Agar setiap
orang mengetahui Peraturan ini, Pemerintah mengundangkan Peraturan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan PERMENKES No. 1171 Tahun 2011, Pasal 1 (satu) ayat 1 (satu) Tentang
Sistem Informasi Rumah Sakit, yaitu Setiap rumah sakit wajib melaksanakan Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS).
Berdasarkan kesepakatan dengan Dinas Kesehatan RL (tahunan) dikirimkan mulai Januari
2012 untuk data tahun 2011 dan RL 5 (bulanan) dikirimkan mulai tahun berjalan.

Aplikasi[sunting | sunting sumber]


SIRS merupakan aplikasi sistem pelaporan rumah sakit kepada Kementerian Kesehatan yang
meliputi :

Data identitas rumah sakit.


Data ketenagaan yang bekerja di rumah sakit.

Data rekapitulasi kegiatan pelayanan kompilasi penyakit/morbiditas pasien rawat inap.

Data kompilasi penyakit/morbiditas pasien rawat jalan.

Penerapan[sunting | sunting sumber]

Untuk dapat menggunakan aplikasi SIRS ONLINE , setiap rumah sakit wajib melakukan
registrasi pada Kementerian Kesehatan.
Registrasi digunakan untuk pencatatan data dasar rumah sakit pada Kementerian
Kesehatan untuk mendapatkan Nomor Identitas Rumah Sakit yang berlaku secara Nasional.
Registrasi dilakukan secara online pada situs resmi Direktorat Bina Upaya Kesehatan.

Tujuan[sunting | sunting sumber]


Penyelenggaraan SIRS bertujuan untuk :

Merumuskan Kebijakan dibidang perumahsakitan


Menyajikan informasi rumah sakit secara nasional
Melakukan pemantauan, pengendalian, dan evaluasi penyeleggaraan rumah sakit secara
nasional.

Sifat Pelaporan[sunting | sunting sumber]


Sifat pelaporan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan

Pelaporan yang bersifat terbaru, setiap saat (updated), ditetapkan berdasarkan kebutuhan
informasi untuk pengembangan program dan kebijakan dalam bidang perumahsakitan.
Pelaporan yang bersifat periodic dilakukan 2(dua) kali dalam 1(satu)tahun yang terdiri dari
laporan tahunan dan rekapitulasi laporan bulanan (otomatis).

Pengisian Laporan[sunting | sunting sumber]


Pengisian laporan SIRS mengacu pada pedoman system informasi rumah sakit yaitu :

Direktorat Jenderal Bina Upaya kesehatan bersama Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten /Kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
SIRS di rumah sakit.
Pembinaan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan , dilakukan melalui bimbingan
teknis pelaksanaan SIRS kepada rumah sakit dan Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten /Kota.

Pengawasan pelaksanaan SIRS dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya


Kesehatan bersama-sama seluruh DinasKesehatan Provinsi dan Dinans Kesehatan
Kabupaten/Kota.

Dalam rangka pembinaan dan pengawasan untuk meningkatkan efektifitas pelaporan SIRS,
Direktorat Jenderal dapat memberikan penghargaan kepada rumah sakit maupun Dinas
Kesehatan Provinsi dan /atau Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota.

Pengembangan[sunting | sunting sumber]


Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah bertumpu dalam 2 hal penting yaitu
kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS dan sasaran pengembangan SIRS tersebut. Adapun
kriteria dan kebijakan yang umumnya dipergunakan dalam penyusunan spesifikasi SIRS adalah
sebagai berikut :
1. SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional dalam
memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.
2. SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus informasi dalam jajaran
Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu.
3. SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses perencanaan maupun
pengambilan keputusan operasional pada berbagai tingkatan.
4. SIRS yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap
usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah sakit yang telah ada maupun yang
sedang dikembangkan.
5. SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap perubahan
dan perkembangan dimasa datang.
6. Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu dengan biaya
investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan hasil dan manfaat yang berarti
(rate of return) dalam waktu yang relative singkat.
7. SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini mungkin.
8. Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing
subsistem serta sesuai dengan kriteria dan prioritas.

9. SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas, bahkan bagi petugas
yang awam sekalipun terhadap teknologi komputer (user friendly).
10. SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin perubahan,
karena keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di Indonesia, untuk melakukan adaptasi
dengan sistem yang baru.
11. Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat terhadap
pengembangan SIRS.

Sasaran Pengembangan[sunting | sunting sumber]


Atas dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS tersebut di atas, selanjutnya
ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran dari Sasaran Jangka Pendek
Pengembangan SIRS, sebagai berikut :
1.

2.

Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan atau pengawasan
(auditable) maupun dalam hal pertanggung-jawaban penggunaan dana (accountable) oleh
unit-unit yang ada di lingkungan rumah sakit.
Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan, akan tetapi
cukup lengkap dan terpadu.

3.

Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan akan informasi
yang relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan data yang bersifat dinamis.

4.

Meningkatkan daya guna dan hasil guna seluruh unit organisasi dengan menekan
pemborosan.

5.

Terjaminnya konsistensi data.

6.

Orientasi ke masa depan.

7.

Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi yang telah ada


maupun sedang dikembangkan, agar dapat terus dikembangkan dengan
mempertimbangkan integrasinya sesuai Rancangan Global SIRS. [2]

Tahapan pengembangan[sunting | sunting sumber]


SIRS merupakan suatu sistem informasi yang, cakupannya luas (terutama untuk rumah sakit tipe A
dan B) dan mempunyai kompleksitas yang cukup tinggi. Oleh karena itu penerapan sistem yang
dirancang harus dilakukan dengan memilih pentahapan yang sesuai dengan kondisi masing-masing
subsistem, atas dasar kriteria dan prioritas yang ditentukan. Kesinambungan antara tahapan yang
satu dengan tahapan berikutnya harus tetap terjaga. Secara garis besar tahapan pengembangan
SIRS adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SIRS.
2. Penyusunan Rancangan Global SIRS.
3. Penyusunan Rancangan Detail/Rinci SIRS.
4. Pembuatan Prototipe, terutama untuk aplikasi yang sangat spesifik.
5. Implementasi, dalam arti pembuatan aplikasi, pemilihan dan pengadaanperangkat keras
maupun perangkat lunak pendukung.
6. Operasionalisasi dan Pemantapan

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_rumah_sakit

You might also like