You are on page 1of 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mesin Penanam Biji-bijian (Grain Seeder)
Penanaman merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam budi
daya palawija. Sampai saat ini penanaman umumnya masih dikerjakan secara
tradisional dengan menggunakan alat seadanya, yaitu tugal. Selain melelahkan,
penanaman dengan tugal memerlukan waktu lama dan biaya yang mahal. Untuk
mengatasi masalah tersebut, telah tersedia mesin penanam biji-bijian. Mesin
penanam tersebut memiliki keunggulan dapat melakukan kegiatan menugal,
menjatuhkan benih, dan menutup lubang benih sekaligus sehingga menghemat
waktu, tenaga, dan biaya. Salah satu mesin penanam adalah seeder, yaitu untuk
menanam benih dalam bentuk biji-bijian.
Alat penanam (seeder) berfungsi untuk meletakkan benih yang akan
ditanam pada kedalaman dan jumlah tertentu dengan keseragaman yang relatif
tinggi. Sebagian besar alat penanam dilengkapi dengan alat penutup tanah. Bila
benih dengan

menggunakan alat tanam, maka mekanisme kerja alat akan

mempengaruhi penempatan benih di dalam tanam, yaitu berpengaruh pada


kedalaman tanam, jumlah benih tiap lubang, jarak antar lubang dalam baris, dan
jarak antar baris. Di samping itu ada kemungkinan kerusakan benih dalam proses
aliran benih dalam alat tanam. Benih tanaman yang berupa biji-bijian ada
bermacam-macam, seperti kacang tanah, jagung, kedelai, kacang hijau,dll, yang
masing-masing memiki bentuk, ukuran, kekuatan agronomis yang berbeda-beda.
Untuk itu diperlukan alat tanam yang memiliki kekuatan tanam yang berbeda
pula. Beberapa sifat fisis benih yang mempengaruhi alat tanam, yaitu ukuran,
bentuk, keseragaman bentukdan ukuran, density per satuan volume, dan tekanan
terhadap tekanan dan gesekan. Penebaran benih dan pola pertanaman dengan alat
penanam (seeder) ini dapat digolongkan menjadi 5 macam diantaranya :
a. Broadcasting (benih disebar pada permukaan tanah)
b. Drill seedling (benih dijatuhkan secara random dan diletakkan pada
kedalaman tertentu dalam alur sehingga diperoleh jalur tanaman tertentu).
c. Pesicion drilling (benih ditanam secara tunggal dengan interval yang sama
dengan alur)

d. Hill dropping (kelompok benih dijatuhkan secara random dengan interval


yang hampir sama dengan alur)
e. Chezktow planting (benih diletakkan pada tempat tertentu sehingga diperoleh
lajur tanaman dengan dua arah yang sama)
Mesin atau peralatan yang digunakan sebagai penanaman benih adalah
sebagai berikut :
1) Mesin tanam sebar (broadcast seeder)
Pada alat ini penjatahan benih dari hoper melalui satu lubang variabel
(variable orifice). Suatu agitator ditempatkan diatas lubang variabel tersebut untuk
mencegah macet karena benih-benih saling mengunci (seed bridging), juga agar
aliran benih dapat kontinyu.
Kadang-kadang suatu roda bercoak (fluted wheel) digunakan sebagai
penjatah benih. Benih hasil penjatahan ini kemudian dijatuhkan pada piringan
yang berputar. Karena bentuk dari piringan ini, benih tersebut akan dipercepat dan
dilempar mendatar karena adanya gaya sentrifugal. Lebar sebaran tergantung pada
diameter piringan, bentuk penghalang, dan desitas dari benih. Dua buah disk
berputar dengan arah putaran yang berlawanan (counter disk spinning) dapat
dipergunakan agar jangkauan sebaran lebih lebar.
Laju benih dikontrol dari ukuran bukaan, kecepatan maju traktor, lebar sebaran.
Centrifugal spreader merupakan alat yang cukup fleksibel karena dapat
dipergunakan untuk menyebar benih, pupuk, pestisida dan material lain yang
berupa butiran. Setelah operasi tanam sebar kemudian dilakukan operasi
pengolahan tanah kedua untuk menutup benih dengan tanah.
2) Mesin tanam acak dalam lajur (drill seeder)
Mesin tanam benih secara acak dalam lajur, biasanya pada setiap alur
tanam, benih dijatah dari hoper oleh suatu silinder bercoak yang digerakkan
dengan roda anah (ground wheel). Jumlah benih per satuan waktu atau laju benih
dikontrol melalui lebar bukaan yang dapat diatur. Benih tersebut melewati tabung
penyalur benih jatuh secara gravitasi ke lubang tanam yang dibuat oleh pembuka
alur, bisa berupa disk atau bentuk lain.

Umumnya jarak antar benih berkisar antara 150 - 400 mm. Metoda
penutupan benih dapat dilakukan dengan rantai tarik, yang ditempatkan
dibelakang pembuka alur (furrow opener). Setelah benih tertutup tanah, maka
tanah diatas dan disamping benih tersebut akan diperkeras menggunakan roda
tekan. Jenis-jenis pembuka alur dan roda tekan.
3) Mesin tanam presisi dalam lajur (precision seeder)
Mesin tanam presisi (memberikan penempatan yang tepat dari setiap benih pada
interval yang sama dalam setiap alur tanam. Jarak antar alur tanam atau sering
juga disebut jarak antar barisan, umumnya dibuat cukup lebar untuk keperluan
penyiangan. Mesin tanam presisi tersedia dalam bermacam-macam variasi.
Dimana sumber tenaga tarik yang digunakan dapat menggunakan orang, hewan,
traktor roda-2 maupun trator 4-roda. Secara umum ada 4 bagian utama yang selalu
ada dalam alat tanam presisi, yaitu 1) pembuka alur (furrow opener) untuk
mengontrol kedalaman tanam, 2) penjatah benih (metering seed) untuk menjaga
interval jarak benih dalam alur dapat seragam, 3) penutup alur, untuk menutup
alur tanam, dan 4) roda tekan (pressing wheel), untuk memadatkan tanah disekitar
benih agar kontak antara benih dan tanah cukup baik.
2.2 Bagian dari mesin penanam (Ciptohadijoyo, 2008) :
1. Seed-matering devices
Merupakan alat untuk membagi benih dalam jumlah tertentu sesuai
dengan persyaratan yang dituntut oleh pertumbuhan tanam. Terdapat
bermacam-macam bentuk tergantung dari sifat karakteristik benih dan
jarak yang dikehendaki.
2. Tabung penyalur (seed-tube)
Ini akan menyalurkan benih ke alur yang dibuat furrow opener.
Bentuk, panjang dan kekasaran mempengaruhi pengaliran benih. Dalam
pengalirannya diharapkan benih dapat dialirkan dengan kecepatan yang
sama dan continare. Untuk itu harus diperhatikan pemantulannya pada
dinding saluran, hambatan dan panjang saluran.
3. Alat pembuat alur (furrow opener)
Untuk pertumbuhan tanaman yang baik suatu kedalaman tertentu.
Kedalaman penanaman ditentukan oleh jenis tanaman, kelengasan,

temperatur tanah. Bentuk alat disesuaikan dengan keadaan permukaan


tanah (jenis tanah, vegetasi, seresah dan kekasaran permukaan) hal ini
bertalian dengan penetrasi, pemotongan oleh alat dan bentuk alur.
Macamnya : runner, hoe, disk
4. Alat penutup alur (seed-covering-devices)
Alat tersebut mempunyai fungsi menutup benih yang sudah berada
dalam alur dengan tanah kembali. Hal ini bertalian denga pertumbuhan
kecambah, akan baik bila benih tersebut berada dalam lingkungan tanah
yang lembab dan bertalian dengan iklim. Dalam penutupan ini diharapkan
tanah yanh menutupi dalam keadaan yang cukup baik untuk dapat
ditembus oleh tanaman.
Menurut Sukirno (1999, hal. 51) Selain itu juga ada alat yag
digunakan untuk menyebar dan membuat lubang sekaligus untuk tempat
benih yang akan ditanam, alat tersebut menggunakan tenaga manusia dan
alatnya disebut job seeder. Alat ini merupakan salah satu jenis alat hand
seeder. Pada dasarnya alat dan mesin penanam benih (seeder) atau seed
drill ini terdiri dari:
" tempat penampung benih (seed box)
" penyendok benih (untuk mengatur jumlah dan saat keluarnya benih dari seed
box)
" pengarah benih (seed tube),
" pembuat alur pada tanah (furrow opener)
" penutup alur (cover chain)
2.3 Prinsip Kerja Alat Tanam
Pada umumnya bahwa prinsip dasar kerja dari alat tanam adalah sama,
baik jenis yang didorong/ditarik tenaga manusia, ditarik hewan atau traktor.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut:

Pembukaan alur atau lubang (khusus tugal)


Mekanisme penjatuhan benih
Penutupan alur atau lubang ( khusus tugal) ( Purwadi, 1990 ).

2.4 Matering Device

Seed matering device merupakan bagian dari alat tanah yang berada pada
posisi tengah ataupun bawah yang berfungsi untuk mengatur pengeluaran benih
sehingga benih dapat jatuh dengan jumlah tertentu dan jarak tertentu sehingga
proses penanaman bisa berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku dalam
penanaman benih ( Purwadi, 1990 ).
Seed-matering devices merupakan alat untuk membagi benih dalam
jumlah tertentu sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh pertumbuhan tanam.
Alat ini mempunyai fungsi sebagai pembagi benih dalam jumlah tertentu sesuai
dengan persyaratan yang dituntut oleh pertumbuhan tanaman. Terdapat
bermacam-macam bentuk tergantung dari sifat karakteristik benih dan jarak yang
dikehendaki. Jenis seed matering devices seeder yang diamati adalah horizontal
feed / rotor matering devices (Ciptohadijoyo, 2008).
Alat ini mempunyai fungsi sebagai pembagi benih dalam jumlah tertentu
sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh pertumbuhan tanaman. Jenis seed
matering devices seeder yang diamati adalah horizontal feed / rotor matering
devices (Ciptohadijoyo, 2008). Seed Matering Device adalah alat untuk membagi
benih dalam jumlah tertentu sesuai dengan persyaratan yang diituntut oleh
pertumbuhan tanaman ( Rahmat, 2010). Jenis-Jenis Seed Matering Device

Horizontal Feed/Rotor matering devices


Vertical Feed/Rotor matering devices
Faktor yang mempengaruhi banyaknya yang disalurkan
Kekecepatan perputaran

2.5 Kalibrasi Seed Drill


Suatu seed drill dinyatakan telah dikalibrasi secara tepat jika jumlah benih yang
disalurkan per unit luasan sama dengan jumlah benih dari mesin yang telah
ditetapkan sebelumnya. Berikut ini prosedur kalibrasi di lababoratorium
1. Dongkrak naik seed drill untuk mengatur roda penggerak bebas.
2. Mengukuran diameter roda D dan hitung keliling roda (phiD).
3. Menghitung lebar seed drill W (jumlah pembuka alur dikali jarak antar
tanaman pembuka alur.
4. Menghitung panjang L yang diperlukan untuk melayani misalnya 0,1 Ha,
luas layanan = WL; 1 Ha = 10000m2; o,1 Ha = 1000m2; jadi panjang yang
harus dilayani = 1000/W = L

5. Menghitung jumlah putaran N yang diperlukan untuk melayani panjang L:


N=L/phi D
6. Meletakkan benih dalam hopper dan putarlah roda (pada kecepaan yang
sama dengan kecepatan di lapangan) N kali, setelah meletakkan kantong
atau nampan (untuk mengumpulkan benih) di bawah tiap2 pembukaan
alur.
7. Mengukur dan catat jumlah benih
8. Menghitung jumlah benih yang terkumpuk dengan mengalikan pada
langkah no 7 dengan 10 untuk memperoleh laju benih per hektar
9. Membandingkan laju benih yang diperoleh pada langkah no 8 dengan laju
benioh yang telah ditetapkan
10. Jika kedua laju benih tersebut tidak sama, atur poros pemberian (fluted
roller) untuk meningkatkan atau menurunkan laju yang diperlukan, dan
ulangi proses tersebut sampai kedua laju benih tersebut adalah sama.
Kalibrasi lapangan dapat dilaksanakan dengan cara yang sama, dengan
mengikat kantung npada tabung benih untuk mengumpulkan benih yang
disalurkan dan melakukan pengukuran di lapangan untuk satu atau dua lintasan
yang diketahui.
2.6 Mesin Pemupukan Tanaman
Pemupukan merupakan usaha memasukkan usaha zat hara kedalam tanah
dengan maksud memberikan/menambahkan zat tersebut untuk pertumbuhan
tanaman agar didapatkan hasil (produksi) yang diharapkan. Disamping itu pupuk
dapat diberikan melalui batang atau daun sebagai larutan. Pupuk diperlukan
apabila tanah sudah miskin akan zat hara, karena telah lama diusahakan.
Cara penempatan pupuk dan pemberian pupuk dalam tanah yang tepat merupakan
hal sangat penting. Agar pupuk dapat dimanfaatkan tanaman secara baik, pupuk
harus berada dalam daerah perakaran. Pupuk tanaman dapat berbentuk padat, cair
atau gas. Pupuk tersebut dapat diberikan melalui beberapa cara. Pemberian dapat
dilakukan dengan menggunakan alat penyebar pupuk.
Alat/mesin pemupukan di Indonesia masih belum berkembang. Umumnya
pemupukan masih dilakukan secara tradisional oleh para petani. Atas dasar

sumber tenaga yang dipergunakan untuk menggerakkan alat, alat pemupukan


dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Alat pemupukan dengan sumber tenaga manusia
2. Alat pemupukan dengan sumber tenaga hewan
3. Alat pemupukan dengan sumber tenaga traktor
4. Alat pemupukan dengan sumber tenaga manusia
Dari keterangan di atas maka dapat dilihat bermacam-macm alat untuk
pemupukan dan bagaimana cara penggunaannya sebagai berikut.
a. Penyebaran (Spreading)
Alat penyebar bahan dapat dibagi dalam tiga katagori: 1) sentrifugal, 2)
gravitasi, dan 3) hembusan udara. Penyebaran pada distributor sentrifugal
menggunakan spiner diperlihatkan pada Gambar 1. Spiner dengan sudu-sudu yang
lurus maupun lengkung biasa digunakan. Spiner diputar untuk menyebarkan
pupuk ke arah samping dan belakang dengan gaya sentrifugal dari putarannya.
Kadang-kadang untuk aplikator bahan kimia tepung dengan penyebaran
bahan yang tidak terlalu lebar, digunakan difuser seperti diperlihatkan pada
Gambar di bawah ini. Difuser menyebarkan pupuk yang keluar dari lubang
keluaran penjatah, dalam bentuk alur di permukaan yang relatif lebar.
b. Penempatan (Placement)
Alat penempatan bahan dapat dibagi ke dalam penempatan di atas
permukaan dan di bawah permukaan tanah. Aplikasi di atas permukaan tanah
biasanya dicampurkan ke dalam tanah dengan alat pengolahan tanah (lihat video
penggaruan) sebelum penanaman. Pada tanaman yang sudah tumbuh, bahan kimia
diaplikasikan sebagai top dressing dan tidak dicampurkan ke dalam tanah,
khususnya pada penanaman rapat/padat. Kadang-kadang pupuk ditempatkan
cukup dalam di bawah permukaan tanah dengan sebuah penanam atau kultivator.
Pupuk juga ditempatkan di kedalaman yang cukup dalam tanah menggunakan
bajak chisel atau di dasar alur pembajakan seperti diperlihatkan pada Gambar 15.
Penempatan dalam barisan saat penananaman dalam barisan dilakukan
dengan aplikator yang independen dari pembuka alur untuk benih. Pembuka alur
yang mirip untuk penananaman seperti piringan ganda (double disk), piringan
tunggal (single disk), dan pemuka alur tipe runner sering digunakan untuk

penempatan pupuk dalam alur. Gambar 3 menunjukkan contoh sebuah mesin


pemupuk dan penanam ditarik traktor tangan, di mana pembuka alur pupuk berada
di depan untuk membuat alur pupuk dengan kedalaman lebih dalam dari alur
benih.
2.7 Kalibrasi Mesin Pemupuk
Ada sedikit jenis peralatan untuk menerapkan pupuk butiran atau pestisida
daripada ada untuk menerapkan cairan. Penyebar Granular digunakan untuk
menerapkan pupuk granular dan pestisida granular, seperti fungisida, herbisida,
dan insektisida, dan untuk pembibitan siaran dan overseeding dari turfgrass. Ada
beberapa kerugian untuk menggunakan peralatan aplikasi granular. Misalnya,
volume pembawa tidak dapat disesuaikan karena dapat dalam aplikasi cair, karena
itu, kalibrasi individu diperlukan untuk setiap produk granular, dan produk yang
sebenarnya harus digunakan selama kalibrasi. Selain itu, produk lebih sedikit
tersedia dalam bentuk granular dibandingkan dalam bentuk cair, dan beberapa
produk granular, terutama herbisida postemergence, bisa kurang efektif daripada
rekan-rekan mereka cair. Terlepas dari kekurangan ini, biasanya banyak
menggunakan produk granular karena aplikasi granular memang memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan aplikasi cair. Satu keuntungan adalah paparan
kurang untuk produk selama penanganan, pencampuran, dan aplikasi.
Metode untuk kalibrasi peralatan aplikasi granular agak mirip dengan
aplikasi untuk peralatan cair kecuali untuk beberapa perbedaan halus. Misalnya,
pestisida dan pupuk granular diformulasikan dengan pembawa inert, sehingga
konsentrasi yang tetap dan tidak dapat disesuaikan. Hal ini memerlukan kalibrasi
yang dilakukan untuk setiap produk granular yang berbeda digunakan dan bahwa
pupuk aktual atau butiran pestisida digunakan selama kalibrasi. Setiap produk
granular memiliki penyebar menyarankan pengaturan untuk merek tertentu
penyebar, namun, pengaturan ini hanya untuk digunakan sebagai titik awal!
Penyebar tetap harus dikalibrasi sebelum setiap aplikasi. Salah satu alasan untuk
ini adalah bahwa kelembaban relatif dapat mempengaruhi penyebaran produk
granular.Oleh karena itu, dianjurkan bahwa kalibrasi diulang dalam kondisi

kelembaban relatif mirip dengan kondisi yang diharapkan atau hadir selama
aplikasi.
Pada dasarnya ada dua jenis aplikator granular: drop penyebar (aliran
gravitasi) dan penyebar putar atau sentrifugal.
Penyebar

penurunan

beroperasi

dengan

"menjatuhkan"

atau

mendistribusikan produk granular melalui aliran gravitasi antara roda penyebar


seperti yang didorong atau ditarik di turfgrass tersebut. Tingkat aplikasi
dikendalikan oleh lebar pembukaan di bagian bawah penyebar drop dan dengan
kecepatan berjalan dari operator. Pengukuran diperlukan untuk mengkalibrasi
penyebar penurunan meliputi jarak operator mencakup dan berat produk yang
diterapkan, sehingga Anda akan perlu skala untuk menimbang produk granular.
Untuk mengkalibrasi penyebar drop, operator harus menentukan jumlah
bahan produk atau butiran yang tersebar per satuan luas pada pengaturan penyebar
tertentu dan kecepatan konstan. Operator yang akan membuat aplikasi yang
sebenarnya harus mendorong penyebar atau mengemudi traktor sehingga
kecepatan saat aplikasi yang sebenarnya adalah sama dengan kecepatan yang
digunakan selama kalibrasi. Kalibrasi adalah proses trial-and-error dan harus
diulang sampai hasil yang diinginkan diperoleh. Jika penyebar awalnya berlaku
terlalu banyak produk, pengaturan atau pembukaan harus dikurangi, dan jika
penyebar berlaku terlalu sedikit produk, pengaturan atau pembukaan harus
ditingkatkan.
Untuk mengkalibrasi penyebar drop, membuat beberapa melewati selama
jarak untuk membangun kecepatan yang konsisten dan praktis, dan kemudian load
penyebar dengan produk yang sebenarnya untuk diterapkan dan membuat lulus,
menjadi yakin untuk pergi ke kedua garis awal dan akhir yang menandai
jarak.Pastikan untuk melakukan perjalanan pada kecepatan yang konsisten saat
melintasi garis awal dan akhir. Jangan mulai berjalan di garis awal dan berhenti di
garis berakhir - berjalan pada kecepatan konstan, dan cukup membuka penyebar
di garis awal dan menutup penyebar di garis akhir.
Beberapa penyebar penurunan memiliki panci kalibrasi atau nampan yang
menempel di bawah pembukaan di bagian bawah spreader. Dalam hal ini, operator
hanya menghubungkan panci atau baki untuk spreader, mengisi spreader dengan

produk granular yang sebenarnya, dan membuat lulus lebih dari jarak tertentu
dengan spreader terbuka. Produk dikumpulkan dalam panci atau baki kemudian
ditimbang. Jika tidak ada panci kalibrasi atau nampan, operator harus
mempertimbangkan produk yang awalnya dimasukkan ke spreader dan kemudian
menyebarkan produk granular atas permukaan bersih seperti plastik atau lantai
beton. Produk tersebut kemudian dikumpulkan dan ditimbang, dan berat yang
dikurangi dari berat awal untuk menentukan jumlah yang diterapkan di wilayah
tertentu. Gunakan salah satu dari persamaan berikut untuk menghitung tingkat
aplikasi, dan bandingkan dengan tingkat yang ditargetkan.

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini melakukan kegiatan kaliberasi untuk mesin penanaman
beneih dan pemupukan granular. Kegiatan ini sangat penting dilakukan sebelum
melakukan penanaman dan pemupukan di lapangan, yang dimaksudkan untuk
menghitung besarnya kebutuhan benih dan pupuk, serta berkaitan dengan laju
pemupukan sehingga dapat membantu dalam memperkirakan waktu kegiatan
tersebut.
Parameter yang diamati selama kalibrasi agar dapat menghitung kebutuhan
benih dan laju pemupukan diantaranya adalah jarak antar barisan, diameter roda
penggerak, diameter lubang, diameter tabung benih, jumlah putaran piringan
untuk setiap putaran roda penggerak, jumlah butiran benih dan pupuk yang keluar
dalam N putaran. Berdasarkan parameter yang diamati tersebut, dengan
melakukan berbagai perhitungan didapatkan jumlah kebutuhan benih per hektar
mencapai 211.377 kg/ha butir, sedangkan jarak antar benih mencapai 0.042 meter.
Hasil pengukuran dan perhitungan tersebut tergantung dari kecepatan putar roda
penggerak, kecepatan yang baik adalah konstan sehingga menghasilkan jumlah
benih dan pupuk yang konstan, pemutaran yang dilakukan secara manual oleh
praktikan menyebabkan jumlah pupuk dan benih tidak konstan keluarannya pada
setiap putaran roda penggerak. Namun demikian praktek dilapangan dengan
menggunakan traktor langsung hal tersebut dapat diatasi dengan laju traktor yang
konstan pada kecepatan yang optimal.
Mesin pemupukan yang telah dikalibrasi tidak akan terjadi perubahan pada
jarak antar benih dan laju pemupukan saat dilakukan dilapangan, namun hal
tersebut bergantung pada kecepatan laju traktor, apabila kecepatan sama dengan
saat dilakukan kalibrasi maka tidak akan terjadi perubahan, tetapi apabila berbeda
tentu akan terjadi perubahan dikarenakan transmisi mesin penanaman benih dan
pemupukan berhubungan dengan roda penggerak, sehingga kecepatan traktor akan
berpengaruh langsung terhadap jarak antar benih dan laju pemupukan. Dengan
demikian kecepatan putaran roda penggerak saat kalibrasi seharusnya diusahakan
mendekati kecepatan optimal di lapangan sehingga saat setelan hasil kalibrasi
tidak akan merubah jarak antar benih dan laju pemupukan saat dilakukan di
lapangan.

Dalam hal ini mesin penanaman dan pemupukan biasanya bersatu dalam
satu implement yang digandeng oleh traktor, namun transmisi keduanya terpisah
satu sama lain, sehingga terdapat transmisi penanaman benih dan pemupukan. Hal
tersebut bertujuan untuk memudahkan pengaturan jumlah keluaran benih dan
pupuk, karena tentu saja kebutuhan benih dan pupuk akan berbeda, apabila sam
transmisi antara mesin penanaman dan pemupukan akan terjadi kesamaan jumlah
pupuk dean benih yang keluar dari mesin, sedangkan tentunya jumlah kebutuhan
keduanya berbeda.
Dalam pengoperasian mesin penanam benih dan pemupukan ini
bergantung pada kecepatan traktor, karena trasmisi keduanya berhubungan atau
digerakan oleh roda penggerak yang mengikuti kecepatan traktor. Sehingga
diperlukan pengetahuan mengenai kecapatan traktor optimum yang dapat
mengatur jumlah benih dan laju pemupukan yang optimal dan sesuai dengan
kebutuhan. Namun perlu adanya perancangan agar dapat bekerja dapat kecepatan
tinggi untuk menghemat waktu penanaman dan pemupukan tetapi hasilnya tetap
baik. Untuk melakukan hal tersebut dalam mesin penanaman dan pemupukan
perlu dilengkapi dengan gear box yang dapat mengatur jumlah putaran transmisi
mesin penanaman dan pemupukan, sehingga meskipun traktor berjalan dengan
kecepatan tinggi, putaran putaran roda penggerak akan disesuaikan oleh gear box
yang sebelumnya telah dilakukan penyetelah hingga transmisi pada mesin
penanaman dan pemupukan akan pada kecepatan optimal.

BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang data diambil pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Kebutuhan benih per hektar mencapai 211.377 kg/ha, dan jarak antar benih
mencapai 0.042 meter
2. Mesin pemupukan yang telah dikalibrasi tidak akan terjadi perubahan pada
jarak antar benih dan laju pemupukan saat dilakukan dilapangan, namun hal
tersebut bergantung pada kecepatan laju traktor.
3. Perbedaan transmisi antara mesin penanam dan pemupukan karena keduanya
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda sehingga dipasang transmisi yang
terpisah.
4. Pemasangan gear box dapat membantu pengaturan transmisi pada mesin
penanaman dan pemupukan agar pada kecepatan optimal meskipun traktor
selalu berubah-ubah kecepatannya atau dalam kecepatan tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Alihamsyah, T., E. E. Ananto dan I. G. Ismail. 1997. Penelitian dan
Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian Menunjang Pertanian Tanaman
Pangan di Lahan Pasang Surut. Prosiding Simposium Penelitian 'I'anaman
Pangan 111 JakartalBogor 23-25 Agustus 1997.
Ciptohadijoyo, Sunarto dan Bambang Purwantana. 1991. Alat dan Mesin
Pertanian II. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Higgins. 1998. Calibration Of Equipment For Applying Fertilizers. Departement
of Agronomy and Soils, Auburn University
Irwanto, A. Kohar, Ir. 1980. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. LTAS Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian. Departemen
Mekanisasi Pertanian. Bogor.
Purwadi, T. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Edisi keenam. Gadjah Mada
University Prees. Yogyakarta.
Soedianto, dkk. 1982. Bercocok Tanam Jilid I. CV Yasaguna. Jakarta. Sukirno, Ir.
1999. Diktat Kuliah Mekanisasi Pertanian. Jurusan Mekanisasi Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

You might also like