Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Stratigrafi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi, yang berasal dari
bahasa
Latin,
Strata
(perlapisan,
hamparan)
dan
Grafia
(memerikan,
1.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang
fosil
(biostratigrafi),
dan
umur
relatif
maupun
absolutnya
Pada suatu bidang perlapisan, terdapat bidang batas antara satu lapisan dengan
lapisan yang lain. Bidang batas itu disebut sebagai kontak antar lapisan.
Terdapat dua macam kontak antar lapisan, yaitu :
Kontak Tajam, yaitu kontak antara lapisan satu dengan lainnya yang
menunjukkan perbedaan sifat fisik yang sangat mencolok sehingga dapat
dengan mudah diamati perbedaannya antara satu lapisan dengan lapisan lain.
Perbedaan mencolok tersebut salah satu contohnya berupa perubahan litologi.
1. Kontak Progradasi
2. Kontak Interkalasi
Untuk skala yang lebih luas, kontak antar formasi ataupun antar satuan batuan yang
memiliki karakteristik yang sama, dikenal dengan istilah hubungan stratigrafi.
Kontak / hubungan stratigrafi ini terdiri dari dua jenis, yaitu kontak selaras dan
kontak tidak selaras.
Kontak Selaras atau disebut Conformity yaitu kontak yang terjadi antara dua
lapisan yang sejajar dengan volume interupsi pengendapan yang kecil atau
tidak ada sama sekali. Jenis kontak ini terbagi dua, yaitu kontak tajam dan
kontak berangsur.
tidak terdapat tanda-tanda fisik untuk membedakan bidang sentuh dua lapisan
berbeda. Untuk menentukan perbedaannya harus dilakukan analisis
Paleontologi (dengan memakai kisaran umur fosil).
A.
Satuan Litodemik
Pembagian Satuan Litodemik dimaksudkan untuk menggolongkan batuan
beku, metamorf dan batuan lain yang terubah kuat menjadi satuan-satuan bernama
yang bersendi kepada ciri-ciri litologi.
Batuan penyusunan Satuan Litodemik tidak mengikuti kaidah Hukum
Superposisi dan kontaknya dengan satuan litostratigrafi dapat bersifat extrusif,
intrusif, metamorfosa atau tektonik.
B.
Batas antar Satuan Litodemik berupa sentuhan antara dua satuan yang berbeda
ciri litologinya, dimana kontak tersebut dapat bersifat extrusi, intrusi, metamorfosa,
tektonik atau kontak berangsur.
Batuan kontak antara dua Satuan Litodemik yang berangsur/bergradasi, dimana
ciri
litologinya
cukup
berbeda
dan
memenuhi
persyaratan
Sandi
dapat
adalah : Supersuite, Suite dan Litodem. Litodem adalah satuan dasar dalam
pembagian Satuan Litodemik, satuan di bawah litodem merupakan satuan tidak
resmi.
Litodem harus mempunyai keseragaman ciri litologi yang dapat berupa batuan
intrusi, extrusi atau metamorf dan sedapat mungkin mempunyai keseragaman
litologi. Satuan ini dapat tersingkap di permukaan dan dapat berlanjut ke bawah
permukaan serta dapat dipetakan.
Satuan yang didefenisikan berdasarkan analisis kimia/sifat kimiawi maupun
geofisika merupakan satuan tidak resmi.
Suite adalah satuan litodemik resmi yang setingkat lebih tinggi dari pada
Litodem, oleh karenanya terdiri dari dua atau lebih asosiasi litodem yang serumpun.
Pengelompokkan ke dalam Suite ditujukan untuk Satuan Litodemik yang
memperlihatkan hubungan secara alamiah dari asosiasi satuan litodemik yang
mempunyai kesamaan ciri litologinya yang sejenis dan kesamaan genesa, misalnya
Suite Metamorfosa Bayat terdiri dari Litodem Filit, Litodem Sekis dan Litodem
Genis.
Supersuite adalah satuan Litodemik setingkat lebih tinggi dari pada Suite, oleh
karenanya Supersuite terdiri dari dua Suite atau lebih.
Nama yang populer seperti zona pada zona mineralisasi adalah nama satuan tidak
resmi.
D.
E.
dinyatakan secara terbuka dan tertulis dan pernyataan harus meliputi hal-hal seperti :
a. pernyataan tentang maksud pengusulan suatu satuan resmi;
b. nama dan tingkat satuan yang diusulkan;
c. adanya stratotipe atau lokasi tipe dan pemerian ciri-ciri litologi satuan pada
umumnya;
d. lokasi geografi stratotipe atau lokasi tipe;
e. hubungan antara satuan yang diusulkan dengan satuan lin dan keterangan
tentang batas satuan;
f. penyebaran satuan ke arah tegak (ketebalan) dan lateral (pelamparan);
g. umur-umur geologi sampai tingkat satuan Zaman atau lebih kecil;
h. keterangan mengenai nama-nama yang dipergunakan sebelumnya;
i. prosedur penerbitan harus resmi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
flysch Kapur Atas yang dipetakan sebagai Formasi Marada (Km) Batuan malihan (s)
belum diketahui umurnya, apakah lebih tua atau lebih muda dari pada Formasi
Marada; yang jelas diterobos oleh granodiorit yang diduga berumur Miosen (19 2
juta tahun). Hubungan Formasi Marada dengan satuan batuan yang lebih muda, yaitu
Formasi Salo Kalupang dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan tidak begitu jelas,
kemungkinan tak selaras.
Formasi Salo Kalupang (Teos) yang diperkirakan berumur Eosen Awal
-Oligosen Akhir berfasies sedimen laut, dan diperkirakan setara dalam umur dengan
bagian bawah Formasi Tonasa (Temt). Formasi Salo Kalupang terjadi di sebelah
timur Lembah Walanae dan Formasi Tonasa terjadi di sebelah baratnya.
Satuan batuan berumun Eosen Akhir sampai Miosen Tengah menindih
takselaras batuan yang lebih tua. Berdasarkan sebaran daerah singkapannya,
diperkirakan batuan karbonat yang dipetakan sebagai Formasi Tonasa (Temt) tenjadi
pada daerah yang luas di lembah ini. Formasi Tonasa ini diendapkan sejak Eosen
Akhir berlangsung hingga Miosen Tengah, menghasilkan endapan karbonat yang
tebalnya tidak kurang dan 1750 m. Pada kala Miosen Awal rupanya terjadi endapan
batuan gunungapi di daerah timur yang menyusun Batuan Gunungapi Kalamiseng
(Tmkv).
Satuan batuan berumur Miosen Tengah sampai Pliosen menyusun Formasi
Camba (Tmc) yang tebalnya mencapai 4.250 m dan menindih tak selaras batuan-
batuan yang lebih tua. Formasi ini disusun oleh batuan sedimen laut berselingan
dengan klastika gunungapi, yang menyamping beralih menjadi dominan batuan
gunungapi (Tmcv). Batuan sedimen laut berasosiasi dengan karbonat mulai
diendapkan sejak Miosen Akhir sampai Pliosen di cekungan Walanae, daerah timur,
dan menyusun Formasi Walanae (Tmpw) dan Anggota Salayar (Tmps).
Batuan gunungapi berumur Pliosen terjadi secara setempat, dan menyusun
Batuan Gunungapi Baturape - Cindako (Tpbv). Satuan batuan gunungapi yang
termuda adalah yang menyusun Batuan Gunungapi Lompobatang (Qlv), berumur
Plistosen. Sedimen termuda lainnya adalah endapan aluvium dan pantai (Qac).
Batuan Gunungapi Lompobatang yang terdiri dari aglomerat, lava, breksi, endapan
lahar dan tufa, membentuk kerucut gunungapi strato dengan puncak tertinggi 2950 m
di atas muka laut; batuannya sebagian besar berkomposisi andesit dan sebagian basal,
lavanya ada yang berlubang-lubang seperti yang disebelah barat Sinjai dan ada yang
berlapis lava yang terdapat kira-kira 2 km sebelah utara Bantaeng berstruktur
bantal setempat breksi dan tufanya mengandung banyak biotit.
Terobosan Trakit dan Andesit berupa retas dan stok. Trakit berwarna putih,
bertekstur porfiri dengan fenokris sanidin sampai sepanjang 1 cm. Andesit berwarna
kelabu tua, bertekstur porfiri dengan fenokris amfibol dan biotit. Batuan ini
tersingkap di daerah sebelah baratdaya Sinjai, dan menerobos batuan gunungapi
Formasi Camba (Tmc).
Terobosan basal berupa retas, sill dan stok, bertekstur porfir dengan fenokris
piroksen kasar mencapai ukuran lebih dan 1 cm, berwarna kelabu tua kehitaman dan
kehijauan sebagian dicirikan oleh struktur kekar meniang, beberapa di antaranya
mempunyai tekstur gabro. Terobosan basal di sekitar Jene Berang berupa kelompok
retas yang mempunyai arah kira- kira radier memusat ke Baturape dan Cindako
sedangkan yang di sebelah utara Jeneponto berupa stok.
3.2
3.2.2
Litodem Andesit
kesebandingan
terhadap
stratigrafi
regional
daerah
penelitian.
Pengamatan secara makroskopis ditentukan secara langsung terhadap ciri fisik yang
batuan yang dijumpai di lapangan dan komposisi mineralnya.
stratigrafi
antara
litodem andesit
dengan
litodem
yang
menindihnya yaitu litodem trakit yaitu keduanya termasuk ke dalam jenis intrusi
lelehan dan berada pada lingkungan pembentukan yang sama yaitu kerak benua.
3.2.3
Litodem Trakit
Batuan yang menyusun litodem ini yaitu trakit. Adapun ciri ciri fisik dari
litologi ini yang ditemukan di lapangan diantaranya kondisi segar berwarna merah
muda, dalam kondisi lapuk berwarna kecoklatan, tekstur terdiri dari kristalinitas
hipokristalin, granularitas afanitik, bentuk subhedral - anhedral, dan komposisi
mineral terdiri dari orthoklas dan kuarsa.
3.2.3.4 Lingkungan Pembentukan dan Umur
Lingkungan pembentukan diperkirakan berada pada Kerak Kontinen yang
diinterpretasi dari kandungan mineral pada batuan. Sedang umur satuan ini
didasarkan kesebandingan dengan stratigrafi regional daerah penelitian yakni
berumur Plistosen.
BAB IV
SEJARAH GEOLOGI
Sejarah geologi daerah penelitian ini dimulai pada kala Plistosen, ketika pada
kerak benua terjadi proses erupsi yang sifatnya efusif dan mengeluarkan magma
berkomposisi basa, lalu membeku membentuk batuan beku basalt.
Kemudian pada kala yang sama yaitu plistosen setelah pembentukan basalt,
terjadi erupsi gunung api pada kerak benua yang bersifat efusif mengakibatkan
gunung api lompobattang menngalirkan magma yang berkomposisi intermediet, lalu
membeku sehingga menghasilkan batuan beku andesit.
Masih pada kala yang sama, setelah pembentukan andesit terjadi erupsi
gunung api pada kerak benua yang bersifat efusif mengakibatkan gunung api
lompobattang kembali mengalirkan magma namun kali ini magma yang
berkomposisi asam, lalu membeku sehingga menghasilkan batuan beku trakit.
Pada Post Plistosen, terjadi struktur geologi pada daerah penelitian berupa
sesar geser yang bersifat dextral yang mensesarkan Litodem Basal, Litodem Andesit
dan Litodem Trakit pada daerah penelitian.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini, adalah :
1. Pengelompokkan batuan secara litodemik didasarkan pada ciri dan
karakteristik litologi.
2. Batuan yang terdapat pada daerah penelitian dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
satuan litodemik, yaitu :
1. Litodem Trakit
2. Litodem Andesit
3. Litodem Basal
5.2
Saran
5.2.1
5.2.2
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012. http://bumi-myearth.blogspot.co.id/2012/01/geologi-regional-lembarujungpandang-benteng-sinjai.html. Diakses pada tanggal 25 Oktober
2015 pukul 23.00 WITA.
Tim Penyusun. 2015. Penuntun Praktikum Prinsip Stratigrafi. Makassar : Universitas
Hasanuddin
Ikatan Ahli Geologi Indonesia, 1996, Sandi Stratigrafi Indonesia
L
A
M
P
I
R
A
N
PERHITUNGAN KETEBALAN
(Kontur tertinggi Kontur terendah)
SAYATAN A-B
Satuan basal
= 1425 m 1200 m
= 225 meter
Satuan andesit
= 1800 m 1425 m
= 375 meter
Satuan trakit
=1975 m 1800 m
= 175 meter