You are on page 1of 28

PERFORMA TERHADAP KENYAMANAN THERMAL

BAGI PENGHUNI PADA BANGUNAN RUMAH TINGGAL


DI KOTA PALU
Fitrah Akbar

F 221 14 021

Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik


Universitas Tadulako
Email : fitrahakbararch14@gmail.com
Muhajir

F 221 14 023

Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik


Universitas Tadulako
Email :ajirmuh28@gmail.com
Ahmad Syafii

F 221 14 017

Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik


Universitas Tadulako
Email :
Muammar Maruf

F 221 14 018

Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik


Universitas Tadulako
Email :
Indrawirawan

F 221 14 022

Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik


Universitas Tadulako
Email :

ABSTRAK
Perubahan suhu yang terjadi secara
global mengakibatkan perubahan pola hidup
manusia termasuk pula di bidang perancangan
arsitektur. Untuk mengatasi kondisi itu, rumah
masyarakat kota tropis pada umumnya
menggunakan sistem penghawaan buatan demi
mendapatkan kenyamanan termal, seperti AC
atau kipas angin. Cara ini tentu mengakibatkan
pemborosan energi dan memicu kondisi global itu
lebih buruk lagi. Secara umum, rumah tinggal
mempunyai halaman depan dan belakang
bangunan serta pada bagian ruang dalam dibuat
tertutup. Untuk mendapatkan kenyamanan termal
secara alami maka diupayakan terjadi
pergerakan angin dari luar ke dalam bangunan
melalui bukaan yaitu berupa pintu dan jendela
pada bagian depan dan belakang rumah. Rumah
yang menjadi tempat penelitian, merupakan

rumah milik Bapak Moh. Yusuf yang dibangun


pada tahun 2013. Rumah ini terletak di jalan
samratulangi, lorong 3 no 33 dan berada
dikawasan permukiman penduduk yang cukup
padat. Tujuan penelitian ini adalah berupaya
membangun konsep desain yang membantu
memecahkan permasalahan kenyamanan termal
pada rumah tinggal di kota Palu dengan cara
menguji kenyamanan termal pada rumah tinggal
tersebut. Penelitian ini dilakukan melalui uji
kenyamanan termal dengan cara mengukur suhu,
kelembaban udara dan kecepatan angin pada
area teras (Outdoor), dan ruang dalam (Indoor).
Alat ukur kenyamanan termal yang digunakan
adalah Alat digital Thermometer dan
Anemometer. Pengukuran dilakukan pada tanggal
2-4 Juli 2016.

Kata Kunci : Hemat energi, Kondisi Iklim, Rumah Tinggal.

Program Studi Arsitektur Universitas Tadulako

BAB 1
PENDAHULUAN
Peningkatan jumlah Rumah Tinggal di

usia dan jenis kelamin, tingkat kegemukan,

kota Palu akhir-akhir ini meningkat pesat, seiring

tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman

dengan pertambahan jumlah penduduk.

yang dikonsumsi, serta warna kulit.

Khususnya dalam ilmu arsitektur, rumah tinggal


tidaklah cukup hanya mempelajari bentuk atap,

1.1 Kondisi WilayahKota Palu, Sulawesi Tengah

struktur maupun massa bangunan, tetapi mesti


Letak

mendalami tentang kenyamanan termal dan

Geografis

kota

Palu

penghawaan alami. Kenyamanan thermal sangat

Provinsi Sulawesi Tengah terletak di antara

dibutuhkan agar manusia dapat beraktifitas

2 22 Lintang Utara dan 4 48 Lintang

dengan baik (di rumah, sekolah ataupun di

Selatan serta 119 22 dan 124 22 Bujur

kantor/tempat bekerja). Szokolay dalam Manual

Timur.

of Tropical Housing and Building menyebutkan

membentang memanjang dari Timur ke

kenyamanan tergantung pada variabel iklim

Barat dengan luas wilayah 395,06 Km2.

(matahari/radiasinya, suhu udara, kelembaban

Secara astronomis, Kota Palu terletak pada

udara, dan kecepatan angin) dan beberapa faktor

posisi 119,45 - 121,15 BT dan 0,36 - 0,56

individual/subyektif seperti pakaian, aklimatisasi,

LS.

Bentang

alam

Kota

Program Studi Arsitektur Universitas Tadulako

Palu

Gambar. Peta Indonesia (Kota Palu, Sulteng)


Sumber: Gambar Google, 2016

1.2 Kondisi Iklim Di Kota Palu


KET .
Bulan

Tertinggi
Terendah

Gambar. Tabel Iklim di Kota Palu


Sumber: CLIMATE-DATA.ORG

Kondisi iklim mikro ini meliputi data

Kondisi temperatur maksimum dan minimum

tentang temperatur udara maksimum dan

menjadi faktor penting dalam pengukuran.

minimum, tingkat kelembaban maksimum

Dimana dicapai toleransi puncak terhadap

dan minimum, jumlah curah hujan (mm).

masalah kenyamanan termal.

A. Suhu dan Kelembaban Udara

terendah terjadi pada bulan April yaitu

B.

sebesar 21C, sedangkan bulan-bulan lainnya

Sebagaimana dengan daerah-

daerah lain di Indonesia, Kota Palu memiliki

suhu udara berkisar antara 22-27C.

dua musim, yaitu musim panas dan musin

Kelembaban udara rata-rata tertinggi terjadi

hujan. Musim panas terjadi antara bulan

pada bulan Agustus yang mencapai 83%

AprilSeptember dan musim hujan terjadi

sedangkan kelembaban udara ratarata

pada bulan OktoberMaret. Berdasarkan data

terendah terjadi pada bulan Februari yang

BPS Kota Palu bahwa pada tahun 2015rata-

mencapai 75%. 61.

rata suhu udara adalah 23-24C. Suhu udara


C.
D.
E.
F.
G.

Bulan

H.
I.
J.

Gambar. Grafik Iklim di Kota Palu


Sumber: CLIMATE-DATA.ORG

K.
L.

Dengan rata-rata 27.7 C,

Oktober adalah bulan terhangat. Juli

adalah bulan terdingin, dengan suhu ratarata 25.7 C.

M.
N. Curah Hujan dan Keadaan Angin
Program Studi Arsitektur Universitas Tadulako

O. Curah hujan pada tahun 2014-2015 rata-rata berkisar 102,9 mm dimana curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu 12,8 mm. Dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli
yaitu 18,8 mm.
P.
Q.
R.
S.
T.
U.
V.
W.
X.
Y.
Z.
AA.
AB.
AC.
AD.
AE.
AG.

AF.
Gambar. Peta Curah Hujan DiKota Palu
Sumber: Sistem Informasi Penanaman Modal Kota Palu

AH.
AI.

Sedangkan kecepatan angin

angin pada tahun 2015 sama dengan tahun

rata-rata berkisar 4,18 knots dan kecepatan

2014 yaitu masih berada pada posisi dari arah

angin maksimum mencapai 7 knots. Arah

Utara.

Program Studi Arsitektur Universitas Tadulako

AJ.
AK.
AL.
AM.
AN.
AO.
AP.
AQ.
AR.
AS.
AT.
AU.
AV.
AW.Gambar. Skema Pergerakan Angin Muson
AX. Sumber: Atlas lengkap 2001
AY.
AZ.
BA.
BB.
BC.
BD.
BE.
BF.
BG.
BH.
BI.
BJ.
BK.
BL.
BM.

1.3 Lokasi Penelitian


BN.
BO.
BP.
BQ.
BR.
BS.
BT.
BU.
BV.
BW.
BX.
BY. Gambar. Lokasi Penelitian
BZ. Sumber: Google map dan Dokumentasi Pribadi, 2016
CA.

CB.

1.3 Tujuan Penelitian

CC.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat

kenyamanan termal yang meliputi temperatur udara, kelembaban udararelatif, dan kecepatan
angin yang terjadi di dalam maupun di luar bangunan pada Rumah tinggal dikota Palu.
CD.
1.4 Metode Pengumpulan Data
CE.
Teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung terhadap objek
penelitian yang bersangkutan,dilakukandengan cara observasi dan wawancara.Penelitian
dilaksanakan pada tanggal 2-4 Juli 2016. Untukmendapatkan denah rumah tinggal
danpengukuran data lapangan. Pengukuran suhudilakukan dengan menggunakan alat ukurdijital,
yaitu Thermometeruntuk mengukurkelembaban udara dan suhu udara.Sementara itu, untuk
mengukur kecepatanangin digunakan alat Digital Anemometer.
CF.
CG.
CH.

1.5 Metode Pengolahan Data


Data yang diperoleh diolah dengan metode grafik. Data primer di tabulasi dan

digambarkan secara grafik. Data yang digrafikkan tersebut pengukuran fakor yang berpengaruh
terhadap kenyamanan termal: suhu udara (Ta), kecepatan udara (Va), kelembaban udara (RH).
CI.
CJ.
CK.
CL.
CM.
CN.

DATA BANGUNAN
CO.
CP.
CQ.
CR.
CS.
CT.
CU.
CV.
CW.
CX.
CY.
CZ. Gambar. Foto Rumah Tinggal
DA. Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016

DB.
DC.

DD.
DE.
DF.
DG.
DH.
DI.
DJ.
DK.
DL.
DM.
DN.
DO.
DP.
DQ.
DR.
DS. Gambar. Denah Rumah Tinggal
DT. Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016
DU.

DV.Data Pengukuran
DW.

Pengukuran suhu udara, kelembaban udaradan pergerakan udara

menggunakan alat pengukuran yaitu thermometer untuk mengukur suhu dan kelembaban.
dan Anemometer untuk mengukur kecepatan angin.
DX.
DY.
DZ.
EA.
EB.
EC.
ED.
EE.

Ruang Tamu

Ruang Keluarga

EF.
EG.
EH.
EI.
EJ.
EK.
EL.

EM.

Ruang Makan

Dapur

EN.
EO.
EP.
EQ.
ER.
ES.
ET.
EU.

Kamar Tidur

Teras Depan

EV.
EW.
EX.
EY.
EZ.
FA.
FB.
FC.

Halaman Depan

Halaman Samping

FD.
FE.
FF. Gambar. Foto-foto Jenis Ruangan pada rumah tinggal
FG. Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016
FH.

BAB II

FI. TINJAUAN PUSTAKA


FJ.
FK.

2.1 RUMAH TINGGAL

FL. 2.1.1 Pengertian Rumah


FM.

Pengertian rumah menurut istilah Kamus Bahasa Indonesia adalah bangunan

untuk tempat tinggal. Selain untuk tempatbernaung, rumah juga menampung berbagai
macam kegunaan sepertimelindungi manusia dari kondisi Iingkungan yang tidak diinginkan
termasuk kegiatannya dan gangguan musuh.Menurut Rapoport dalam Santi (2006), rumah
merupakan prosesbermukim karena kehadiran dan aktivitas dan pola perilaku
manusiasehingga rumah dalam suatu Iingkungan permukiman dapat diungkapkandengan
baik apabila rumah dikaitkan dengan manusia yangmenempatinya.
FN.
FO.

2.1.2Tingkat Kenyamanan Pada Rumah Tinggal

FP.

Panennungi (2002:18) Perancangan ruang dapatmempengaruhi kondisi

kualitas udara dalam ruang. Rancangan yangtepat diharapkan akan membantu menjaga
kondisi kualitas udaradalam ruang.Syarat-syarat rumah yang sehat seperti pemilihan
bahanmaterial yang tepat, terdapat ventilasi udara, terdapat cahaya yangcukup (luas jendela
15 - 20 % dari luas Iantai), luas bangunan yangoptimum 2,5 - 3 m 2/orang, dan ada fasilitas
dalam ruang.Kualitas ruang-ruang dalam rumah, dalam perkantoran, tempattempatperbelanjaan dan ruang-ruang lain yang (dihuni oleh manusia,harus selalu dijaga agar
memenuhi persyaratan sebagai ruang yangsehat bagi manusia yang berada dalam ruang
tersebut.
FQ.

Kondisi ruangyang sehat dapat dicapai dengan perancangan yang benar,

misalnyadengan membuat lubang ventilasi, pintu dan jendela yang cukup,disertai perletakan
yang benar, sehingga udara segar dapat masuk kedalam ruang.Ruang yang dibuat harus dapat
mewadahi aktifitas penggunaruang. Untuk daerah tingkat kenyamanan termal, terbagi atas 2
yaitu :
FR.

A. Daerah nyaman fisik manusia, untuk tipeudara diam (kecepatan angin 0 m/detik),dapat

dicapai pada kondisi bersuhu 21-27oC dan berkelembaban 20-70 %.


FS.

B. Daerah nyaman fisik manusia, untuk tipeudara bergerak (kecepatan angin 0,1-1,0m/dt),

daerah nyaman dapat dicapai padakondisi bersuhu 25-35 oC dan berkelembaban 5-85 %.
FT.

Persyaratan agar manusia yang bekerja atau tinggal dalamruang merasa

nyaman, adalah sebagai berikut :


FU.

1. Kenyamanan udara dalam ruang, diperlukan kualitas udara yangmemenuhi persyaratan

udara bersih untuk dapat dihisap olehmanusia.


FV.

2. Kenyamanan panas dalam ruang dimana manusia tidak merasasuhu udara terlalu panas

atau terlalu dingin. Bila suhu udara terlalupanas, maka kualitas udara akan terpengaruh.
FW.

3. Kenyamanan tingkat kebisingan, di mana manusia merasa tidakterganggu

oleh kebisingan.
FX.

4. Kenyamanan penerangan dalam ruang, tempat manusia dapatmembaca atau mengerjakan

pekerjaan lain secara baik, karenaadanya penerangan atau cahaya yang cukup. Tidak terjadi
silaukarena penyinaran langsung cahaya matahari yang masuk kedalam ruang atau karena terlalu
banyak cahaya terang langit yangmasuk ke dalam ruang.
FY.

5. Kenyamanan beraktifitas sehingga tidak terganggu oleh manusiaatau aktifitas lain (privacy

cukup). Ruang yang terlalu padat dapatmengurangi kualitas udara dalam ruang, karena panas yang
FZ. dihasilkan dari metabolisme manusia yang berada dalam ruang.Angin dan pengudaraan
ruangan kontinu mempersejukruangan. Udara yang bergerak menghasilkan penyeguran
terbaikkarena dengan penyegaran tersebut terjadi proses penguapan yangmenurunkan suhu pada

kulit manusia. Dengan demikian juga dapatdigunakan angin untuk mengatur udara di dalam
ruang.
GA.

Mangunwijaya (1994), menjelaskan bahwa pergantian udaraideal apabila

volume ruangan 5 m3/orang udara dapat digantisebanyak 15 m3/orang/jam. Bila volume


kecil dari 5 m3/orang, maka
GB.

pergantian udara adalah 25 m3/jam.

GC.
GD.

2.2 KENYAMANAN TERMAL

GE.

2.2.1 Defenisi kenyamanan termal


GF.

Dalam kaitannya dengan bangunan, kenyamanan didefinisikan sebagai suatu

kondisi tertentu yang dapat memberikan sensasi yang menyenangkan bagi pengguna
bangunan. Manusia dikatakan nyaman secara termal ketika ia tidak dapat meyatakan apakah
ia menghendaki perubahan suhu yang lebih panas atau lebih dingin dalam suatu ruangan.
Sementara itu, Standard Amerika (ASHRAE 55-1992) mendefinisikan kenyamanan termal
sebagai perasaan dalam pikiran manusia yang mengekspresikan kepuasan terhadap
lingkungan termalnya. Dalam standard ini juga disyaratkan bahwa suatu kondisi dinyatakan
nyaman apabila tidak kurang dari 90 persen responden yang diukur menyatakan nyaman
secara termal.
GG.
GH.
GI.
GJ.
GK.
GL.
GM.
GN.
GO.
GP.

Gambar. Daerah Nyaman (Comfort Zone)


GQ.
Sumber: Rekonstruksi Frick, 2008
GR.

GS.2.2.2 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal


GT.

Menurut Fanger (1982), kenyamanan termal mengacu pada

tingkatmetabolisme manusia yang dipengaruhi oleh kegiatan, insulasi pakaian,temperatur


udara, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas cahaya. Sementaraitu menurut
Humphreys dan Nicol (2002), ada dua kelompok variabel yangmempengaruhi kenyamanan
termal, yaitu yang pertama adalah variabel fisiologisatau pribadi manusia itu sendiri yang
meliputi metabolisme tubuh, pakaian yangdikenakan, dan aktivitas yang dilakukan, dan yang

kedua adalah variabel iklimyang meliputi temperatur udara, kecepatan angin, kelembaban,
dan radiasi.
GU.

Menurut Auliciems dan Szokolay (2007), kenyamanan dipengaruhi

olehbeberapa faktor, yakni temperatur udara, pergerakan angin, kelembaban udara,radiasi,


faktor subyektif, seperti metabolisme, pakaian, makanan dan minuman,bentuk tubuh, serta
usia dan jenis kelamin. Faktorfaktor yang mempengaruhikenyamanan termal yaitu,
temperatur udara, temperatur radiant, kelembabanudara, kecepatan angin, insulasi pakaian,
serta aktivitas.
GV.a. Temperatur udara
GW. Temperatur udara merupakan salah satu faktor yang paling dominan
dalammenentukan kenyamanan termal. Satuan yang digunakan untuk temperaturudara adalah
Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin. Manusia dikatakannyaman apabila suhu tubuhnya
sekitar 37%. Temperatur udara antara suatudaerah dengan daerah lainnya sangat berbeda. Hal ini
disebabkan adanyabeberapa faktor, seperti sudut datang sinar matahari, ketinggian suatu
tempat,arah angin, arus laut, awan, dan lamanya penyinaran.
GX.

b. Temperatur radiant
GY. Temperatur radiant adalah panas yang berasal dari radiasi objek yangmengeluarkan

panas, salah satunya yaitu radiasi matahari.


GZ.c. Kelembaban udara
HA. Kelembaban udara merupakan kandungan uap air yang ada di dalam
udara,sedangkan kelembaban relatif adalah rasio antara jumlah uap air di udar dengan jumlah
maksimum uap air dapat ditampung di udara pada temperatu tertentu. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kelembaban udara, yakn radiasi matahari, tekanan udara, ketinggian tempat, angin,
kerapatan udara serta suhu.
HB.

d. Kecepatan angin
HC. Kecepatan angin adalah kecepatan aliran udara yang bergerak secara mendataratau

horizontal pada ketinggian dua meter di atas tanah. Kecepatan angindipengaruhi oleh karakteristik
permukaan yang dilaluinya. Adapun faktor-faktoryang mempengaruhi kecepatan angin (Resmi,
2010), antara lain berupagradien barometris, lokasi, tinggi lokasi, dan waktu.
HD.
HE.
HF. e. Insulasi Pakaian
HG. Jenis dan bahan pakaian yang dikenakan juga dapat mempengaruh kenyamanan
termal. Salah satu cara manusia untuk dapat beradaptasi dengankeadaan termal di lingkungan
sekitarnya adalah dengan cara berpakaian.Misalnya, mengenakan pakaian tipis di musim panas dan
pakaian tebal dimusim dingin. Pakaian juga dapat mengurangi pelepasan panas tubuh.

HH.

f. Aktivitas
HI.

Aktivitas yang dilakukan manusia akan meningkatkan metabolisme

tubuhnya.Semakin tinggi intensitas aktivitas yang dilakukan, maka semakin besar pulapeningkatan
metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, sehingga makin besarenergi dan panas yang dikeluarkan.
HJ.
HK.

Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi kenyamanan termal ruangan

dari segi arsitektural (Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M.
Siahaan, 2013), yakni :
A. Desain Bangunan
HL.

Pada iklim tropis, fasad bangunan yang berorientasi Timur-Barat merupakan

bagian yang paling banyak terkena radiasi matahari (Mangunwijaya, 1980). Oleh karena itu,
bangunan dengan orientasi ini cenderung lebih panas dibandingkan dengan orientasi lainnya.
Selain orientasi terhadap matahari, orientasi terhadap arah angin juga dapat mempengaruhi
kenyamanan termal, karena orientasi tersebut dapat mempengaruhi laju angin ke dalam
ruangan (Boutet, 1987). Dimensi dan bentuk dari suatu bangunan juga dapat mempengaruhi
lebar bayangan angin (Boutet, 1987)
HM.
HN.
HO.
HP.
HQ.
HR.
HS.
HT.
HU.
Gambar. Orientasi bangunan persegi terhadap arah angin (Boutet, 1987 dalam
Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013)

HV.
HW.
HX.
HY.
HZ.
IA.
IB.
IC.
ID.
Gambar. Pengaruh dimensi dan bentuk dari bangunan terhadap ukuran bayangan angin
(Boutet, 1987 dalam Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013)
IE.
IF.

B. Desain Bukaan
IG.

Perletakan dan orientasi inlet berada pada zona bertekanan positif,

sedangkan outlet berada pada zona bertekanan negatif. Inlet dapat mempengaruhi kecepatan
dan pola aliran udara di dalam ruangan, sedangkan pengaruh outlet hanya pengaruh kecil
saja (Mclaragno, Michele, 1982 dalam Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan
Oswald P.M. Siahaan, 2013. Bukaan berfungsi untuk mengalirkan udara ke dalam ruangan
dan mengurangi tingkat kelembaban di dalam ruangan. Bukaan yang baik harus terjadi cross
ventilation, sehingga udara dapat masuk dan keluar ruangan.
IH.

II.
IJ.
IK.
IL.
IM.
IN.
Gambar. Pengaruh perletakan dan orientasi bukaan terhadap angin(Sumber:
Melaragno, Michele, 1982, dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald
P.M. Siahaan, 2013)

IO.
IP.
IQ.
IR.
IS.
IT.
IU.
IV.
Gambar. Pengaruh lokasi bukaan terhadap pola aliran udara dalam ruang (Sumber:
Melaragno, Michele, 1982, dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald
P.M. Siahaan, 2013)
IW.

IX.

Semakin besar perbandingan luas outlet terhadap inlet, maka kecepatan

angin di dalam ruangan lebih tinggi sehingga ruangan lebih sejuk (Latifah, N.L.,Harry
Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013). Tipe bukaan yang berbeda akan
memberikan sudut pengarah yang berbeda pula dalam menentukan arah gerak udara dalam
ruang.
IY.
IZ.
JA.
JB.
JC.

JD.
JE.
JF.

Gambar. Tipe-tipe bukaan (Sumber: Beckett, 1974 dalam Latifah, Latifah, N.L.,
Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M. Siahaan, 2013)

C. Pengaruh Luar
JG.

Perletakan vegetasi di area sekitar bangunan dapat mengurangi radiasi panas

matahari ke bangunan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut White R.F
(dalam Egan, 1975 dalam Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M.
Siahaan, 2013), semakin jauh jarak pohon dari suatu bangunan, maka pergerakan udara di
dalam bangunan yang tercipta akan menjadi lebih baik
JH.
JI.
JJ.
JK.
JL.
JM.
JN.
Gambar. Jarak pohon terhadap bangunan dan pengaruhnya terhadap ventilasi alami
(Sumber: Egan, 1975 dalam Latifah, Latifah, N.L., Harry Perdana, Agung Prasetya, dan Oswald P.M.
Siahaan, 2013).
JO.

D. Pelindung Terhadap Radiasi Matahari


JP.

Apabila orientasi bangunan harus Timur Barat, maka jendela-jendela yang

berada di sisi ini harus dilindungi dari radiasi panas dan dari efek silau yang muncul pada
saat sudut matahari rendah yang dapat mengganggu aktivitas di dalam ruangan. Berikut ini
adalah elemen arsitektur yang sering digunakan sebagai pelindung terhadap radiasi matahari
(solar shading devices).
JQ.
JR.
JS.
JT.
JU.
JV.
JW.
JX.
JY.
JZ.
KA.
KB.

KC.
KD.
KE.
KF.
Gambar. Jenis - jenis solar shading devices sebagai pelindung terhadap radiasi
matahari (Sumber: http://www.bembook.ibpsa.us/index.php?title=Solar_Shading)

KG.

2.2.3 Standar kenyamanan thermal dalam ruang


KH.

Lippsmeier (1997) menyatakan bahwa batas kenyamanan untuk kondisi

khatulistiwa berkisar antara 19C TE-26C TE dengan pembagian berikut:

Suhu 26C TE : Umumnya penghuni sudah mulai berkeringat.


Suhu 26C TE30C TE : Daya tahan dan kemampuan kerja penghuni

mulaimenurun.
Suhu 33,5C TE35,5 C TE : Kondisi lingkungan mulai sukar.
Suhu 35C TE36C TE : Kondisi lingkungan tidak memungkinkan lagi.
KI.
KJ. Sedangkan Temperatur dalam ruangan yang sehat berdasarkan
MENKESNO.261/MENKES/SK/II/1998 adalah temperatur ruangan yang berkisar
antara18C-26C. Selain itu, berdasarkan standar yang ditetapkan oleh SNI 03-6572-2001,
ada tingkatan temperatur yang nyaman untuk orang Indonesia atas tigabagian yang dapat
dilihat pada Tabel berikut.
KK.
KL.
KM.
KN.
KO.
KP.
KQ.
KR.
KS.
KT.
KU.
KV.
KW.
KX.
KY.
KZ.
LA.
LB.
LC.

LD.
LE.
LF.
LG.
LH.
LI. 2.3 Kategori Bagunan Tropis
LJ.

Prinsip desain bangunan yang diterapkan pada rumah tropis

dapatmenciptakan sistem udara alami yang ideal.Ada 3 prinsip desain yang saling
mendukung terciptanya sistem pengudaraanalami pada rumah tropis, yakni penerapan model
atap bertingkat, bukaan yangtepat (seperti letak jendela, lubang ventilasi, dan klerestori), dan
ruang-ruangber-void. Model bangunan tropisbertujuan memudahkan dibuatnya bukaan untuk
mengalirkan udara. Setiap atappanjangnya dilebihkan untuk menghindari tampias
karena adanya bukaan-bukaan.
A. Memakai Sopi-Sopi
LK.
Struktur desain bangunan utama atap bertingkat tropis menggunakan dinding
sopi-sopi beton. Sebenarnya kuda-kuda atap kayu atau baja juga bisadigunakan, namun
sopi-sopi dipilih karena plafon interior dirancang mengikutikemiringan atap. Penggunaan
sopi-sopi diharapkan dapat memberikan kesanbersih dan luas.
LL.
B. Meletakkan Lubang Ventilasi / Ventilation holes placed
LM.

Prinsip mengalirkan udara di bangunan rumah adalah adanya ventilasi silang

yang dapatdicapai dengan meletakkan bukaan-bukaan yang saling berseberangan dan


berbeda ukuran. Cara tersebut dapat menciptakanperbedaan tekanan sehingga udara bisa
mengalir (prinsip terjadinya angin).Pergerakan udara pada desain rumah tropis agar bisa
mengalir secara horizontalmaupun vertikal. Aliran horizontal pada desain rumah
tropis terjadi karena adanya jendela dan lubang-lubang ventilasi yang letaknya saling
berseberangandi dua sisi dinding.
LN.
C. Membuka Sebagian Lantai / Opening Some
LO.

Lantai Perlu ada void untuk mengalirkan udara secara vertikal.Selain untuk

mengalirkan udara, void berguna untuk memasukkan cahaya alamiyang diteruskan sampai ke
lantai bawah. Efek dari hilangnya sebagian lantai, dapat menciptakan suasana yang luas dan
terbuka.
LP.
LQ.
LR.
LS.

LT.
LU.
LV.
LW.
LX.
LY. BAB IV
LZ.HASIL DAN PEMBAHASAN
MA.
MB.
MC.
MD.
ME.
MF.
MG.
MH.
MI.
MJ.
MK.
ML.
MM.
MN.
MO.
MP.
MQ.
MR.
MS.
MT.
MU.
MV.
MW.
MX.
MY.
MZ.
NA.
NB.
NC.
ND.
NE.
NF.
NG.
NH.
NI.
NJ.
NK.
NL.
NM.

NO.
NP.
NQ.

Gambar. Prakiraan Cuaca Provinsi Sulteng (Kota Palu)


NN.
Sumber: Badan Meteo.bmkg.go.id

NR.
NS.
NT.
NU.
NV.
NW.
NX.
NY.
NZ.
OA.
GRAFIK PENGUKURAN ALAT ANEMOMETER PADA AREA INDOOR BANGUNAN
OB.
OC.
OD.
0.40
0.35
0.30
0.25
VELOCITY MIN

0.20

VELOCITY MAX

0.15
0.10
0.05
0.00
14.00 17.20 21.45 08.20 13.30 17.45 22.00 08.00

OE.
OF. Kecepatan angin tertinggi mencapai 0,37 m/s
OG.
Kecepatan angin terendah yaitu 0.00 m/s
OH.
OI.
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00

OJ.

0.00
14.0017.2021.4508.2013.3017.4522.0008.00

TEMPERATUR (C )
KELEMBABAN (%)

OK.
OL.
Kelembaban tertinggi mencapai 69 %
OM.
Kelembaban terendah 55 %
ON.
Temperatur tertinggi mencapai 35 c
OO.
Temperatur terendah 29 c
OP.
OQ.
OR.
OS.
OT.GRAFIK PENGUKURAN ALAT ANEMOMETER PADA AREA OUT-DOOR
BANGUNAN
OU.
OV.
OW.
OX.
3.50
3.00
2.50
2.00
VELOCITY MIN
1.50
1.00
0.50
0.00
14.00 17.20 21.45 08.20 13.30 17.45 22.00 08.00

OY.
OZ.
PA. Kecepatan angin tertinggi mencapai 3,30 m/s
PB.Kecepatan angin terendah yaitu 0.00 m/s
PC.
PD.
PE.
PF.

VELOCITY MAX

PG.
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00

TEMPERATUR (C )

30.00

KELEMBABAN (%)

20.00
10.00
0.00

PH.
Kelembaban tertinggi mencapai 69 %
PI. Kelembaban terendah 54 %
PJ. Temperatur tertinggi mencapai 37 c
PK.Temperatur terendah 29 c
PL.
PM.
PN.
GRAFIK PENGUKURAN ALAT TERMOMETER IN-DOOR (KAMAR
TIDUR)
PO.
PP.
140
120
100
80
60
40
20
0

RH(%)
Wet (c)
Dry (c)

PQ.
PR.
PS.Kelembaban tertinggi mencapai 59 %
PT. Kelembaban terendah 57 %
PU.
Temperatur tertinggi mencapai 34 c
PV. Temperatur terendah 27 c
PW.
PX.
PY.
PZ.

140
120
100
80
60
40
20
0

RH(%)
Wet (c)
Dry (c)

QA.
QB.
QC.
Kelembaban tertinggi mencapai 59 %
QD.
Kelembaban terendah 57 %
QE.
Temperatur tertinggi mencapai 34 c
QF. Temperatur terendah 27 c
QG.
QH.
QI.
QJ.
QK.

GRAFIK PENGUKURAN ALAT TERMOMETER IN-DOOR (RUANG


KELUARGA)

QL.
QM.
140
120
100
80
60
40

RH(%)

20

Wet (c)

Dry (c)

QN.
QO.
Kelembaban tertinggi mencapai 59 %
QP.Kelembaban terendah 57 %
QQ.
Temperatur tertinggi mencapai 34 c
QR.
Temperatur terendah 25 c
QS.
QT.

140
120
100
80
60
40
20
0

RH(%)

Wet (c)

Dry (c)

QU.
QV.
QW.
Kelembaban tertinggi mencapai 59 %
QX.
Kelembaban terendah 57 %
QY. Temperatur tertinggi mencapai 34 c
QZ.
Temperatur terendah 25
RA.
RB.
RC.
RD.
RE.

GRAFIK PENGUKURAN ALAT TERMOMETER OUT-DOOR (TERAS


DEPAN)

RF.
RG.
140
120
100
80
60
40
20
0

RH.
RI. Kelembaban tertinggi mencapai 59 %
RJ. Kelembaban terendah 58 %
RK.
Temperatur tertinggi mencapai 35 c
RL.Temperatur terendah 24 c
RM.

RH(%)
Wet
Dry

RN.
RO.
140
120
100
80
60
40
20
0

RH(%)
Wet
Dry

RP.
RQ.
Kelembaban tertinggi mencapai 59 %
RR.
Kelembaban terendah 58 %
RS.
Temperatur tertinggi mencapai 35 c
RT. Temperatur terendah 24 c
RU.
RV.
RW.
RX.
RY.
RZ.

GRAFIK PENGUKURAN ALAT TERMOMETER OUT-DOOR (TERAS


BELAKANG)
SA.
SB.
SC.
140
120
100
80
60
40
20
0

RH(%)
Wet
Dry

SD.
SE.Kelembaban tertinggi mencapai 59 %
SF. Kelembaban terendah 58 %
SG.
Temperatur tertinggi mencapai 34 c

SH.
SI.
SJ.

Temperatur terendah 24 c

SK.
SL.
140
120
100
80

RH(%)

60

Wet
Dry

40
20
0

SM.
SN.
SO.
Kelembaban tertinggi mencapai 59 %
SP. Kelembaban terendah 57 %
SQ.
Temperatur tertinggi mencapai 34 c
SR.Temperatur terendah 24 c
SS.
ST.
SU. BAB V
SV. KESIMPULAN
SW.
SX. Tinggal di wilayah tropis harusnya membuat kita semua sadar arti penting
merancang bangunan yang sesuaiiklim. Artinya, iklim setempat dapat diolah dengan
semaksimal mungkin sehingga bermanfaat bagi kehidupan kita. Salah satunya
dengan menerapkan metode konstruksi yang alami dan bersahaja. Dari hasil
penelitian yang di lakukan pada salah satu rumah tinggal di jalan Ahmad Yani di
kota Palu, tingkat kenyamanan thermal pada rumah tinggal tersebut telah memenuhi
kriteria dalam standar kenyamanan thermal di kota palu.
SY.
SZ.
TA.
TB.
TC.
TD.
TE.
TF.
TG.

TH.
TI.
TJ.
TK.
TL.
TM.
TN.
TO.
TP.
TQ.
TR.
TS.
TT.
TU.
TV.
TW.
TX.
TY.
TZ.
UA.
UB.
UC.
UD.
UE.
UF.
UG.
UH.
UI.
UJ.
UK.
UL.
UM.
UN.
UO.
UP.
UQ.
Penelitian
UR.
US.
UT.
UU.
UV.
UW.
UX.
UY.
UZ.
VA.
VB.
VC.

Lampiran1. Gambar Kegiatan Pengukuran di Lokasi

VD. Gambar Pengukuran Temperatur pada Indoor Rumah tinggal (Ruang Keluarga)

VE.
VF.
VG.
VH.

VI.
VJ.
VK.
VL.
VM.
VN.
VO.
VP.
VQ. Gambar Pengukuran Temperatur pada Indoor Rumah tinggal (Kamar Tidur)

VR.
VS.
VT.
VU.
VV.
VW.
VX.
VY.
VZ.
WA.
WB.
WC.
WD.

Gambar Pengukuran Temperatur pada Outdoor Rumah tinggal


(Teras Depan)
WE.
WF.
WG.
WH.
WI.
WJ.
WK.
WL.
WM.
WN.
WO.
WP.
WQ.

WR.
WS. Gambar Pengukuran Temperatur Pada Outdoor(Teras belakang)
WT.
WU.
WV.
WW.
WX.
WY.
WZ.
XA.
XB.
XC.
XD.
XE. Gambar Pengukuran Kecepatan Angin Pada Indoor Bangunan (Ruang Keluarga)
XF.
XG.
XH.
XI.
XJ.
XK.
XL.

XM.
XN.
XO.
XP.
XQ.
XR.
XS.
XT. Gambar Pengukuran Kecepatan Angin Pada Outdoor (Halaman Samping)
XU.
XV.
XW.
XX.
XY.
XZ.
YA.
YB.
YC.
YD.
YE.
YF.
YG.
YH. Anemometer (Ruang Keluarga)
Thermometer (Ruang Keluarga)
YI.
YJ. Gambar Pengukuran Kelembaban Relatif Pada Indoor Bangunan
YK.
YL.
YM.
YN.
YO.
YP.
YQ.
YR.
YS.
YT.
YU.
YV.
YW.

Anemometer (Halaman Samping)

Thermometer (Teras Belakang)

YX.
YY. Gambar Pengukuran Kelembaban Relatif Pada Outdoor Bangunan
YZ.
ZA. Lampiran 2. Tampak Bangunan Lokasi Penelitian (a dan b)

ZB.
ZC.
ZD.
ZE.
ZF.
ZG.
ZH.
ZI.
ZJ.
ZK.
ZL.
ZM.
ZN.
ZO.
ZP.
ZQ.

ZR.
ZS.
(A) Tampak Depan
ZT.
ZU.
ZV.
ZW.
ZX.
ZY.
ZZ.
AAA.
AAB.
AAC.
AAD.
AAE.
AAF.
AAG.
AAH.
AAI.
AAJ.
AAK.
(B) Perspektif
AAL.

You might also like