Professional Documents
Culture Documents
HALUSINASI
Pengertian
Halusinasi adalah ketidakmampuan klien menilai dan merespon pada realitas,
klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal, tidak dapat
membedakan lamunan dan kenyataan, klien tidak mampu memberikan respon secara
akurat sehingga terlihat berlaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan
(Keliat,2006).
Halusinasi adalah pengalaman tanpa ransang external (Cook dan Fontaine, 1987).
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa dari seluruh pasien diantaranya mengalami halusinasi.Gangguan jiwa
lain yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan maniak
degresif dan aterium.
2.2.2 Etiologi
Perubahan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik,sterss berat
yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri (Townsend, M.C,
1998). Menurut Carpetino, L.J (1998) isolasi sosial merupakan keadaan dimana
individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk
meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat
kontak. Sedangkan menurut Rawlins, R.P dan Heacock, P.E (1998), isolasi sosial
menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan
orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan
dalam berpikir, berperasaan. Berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.
Respon maladaptif
Pikiran logis
- pikiran kadang
Menyimpang
- ilusi
- emosial berlebih
dengan pengalaman
kurang
- perilaku ganjil
- menarik diri
- kelainan pikiran
Persepsi akurat
Emosi konsisten
Perilaku sesuai
- ketidakteraturan
Hubungan sosial
- isolasi sosial
Harmonis
Keterangan
a Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma norma sosial
- halusinasi
- ketidakmampuan
emosi
budaya yang berlaku dengan kata lain individu terebut dalam batas normal jika
menghadapi sesuatu akan dapat memecahkan masalah tersebut.
a) Pikiran logis dalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
b) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c) Emosi konsisten merupakan manifestasi perasaan yang konsisten atau efek
keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak
lama.
d) Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas yang
wajar.
e) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dangan orang lain dan
b
lingkungan.
Respon psikososial meliputi :
a) Proses pikir terganggu
b) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang yang benarbenar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indra
c) Emosi berlebihan atau kurang
d) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas untuk
menghindari interaksi dengan orang lain
e) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
Halusinasi Pendengaran
Karakteristinya meliputi mendengar suara-suara atau kebisingan, paling
sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai katakata yang jelas berbicara tentang klien bahkan sampai ke percakapan lengkap
antara 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh melakukan
sesuatu yang kadang-kadang dapat membahayakan.
Halusinasi Penglihatan
Karakteristiknya meliputi stimulus visual dalam bentuk kuatan cahaya,
gambar geometrik, gambar kartoon, bayangan yang rumit atau kompleks,
bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
Halusinasi Penghidu
Karakteristiknya meliputi membaui bau tertentu seperti bau darah,
kemenyan atau faeces yang umumnya tidak menyenangkan.
Halusinasi Pengcapan
Merasa mengecap, seperti rasa darah, urine, dan faeces
Halusinasi Derabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan berupa stimulus yang jelas, rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang.
Halusinasi Cenesthehe
Dimana klien merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine.
7
Halusinasi Kinestetic
Merasakan pergerakan sementara, berdiri tanpa bergerak
2.2.5
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stres, perasaan yang terpisah, kesepian
klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan
untuk menglilangkan kecemasan dan stres. Cara ini menolong untuk sementara.
2
Fase Ketiga
Halusinasi menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tidak
berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan rasa aman yang
sementara.
dalam dunia yang menakutkan dalam waktu yang singkat, beberapa jam atau
selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
2.2.6Faktor Presipitasi
1. Faktor Predisposisi
Kaji faktor predisposisi yang pada munculnya biologi seperti pada halusinasi antara
lain :Faktor genetis
a. Faktor neurobiologi
b. Faktor neurotransiniter
c. Teori virus
d. Psikologi
2. Faktor Presipitasi
Kaji gejala-gejala pencetus neurobiologis meliputi :
a. Kesehatan
2.2.7Mekanisme koping
Kaji mekanisme koping yang sering digunakan klien, meliputi :
d. Regresi
e. Proyeksi
f.
Menarik Diri : sulit mempercayai orang lain dan dengan stimulus internal
B.
Dari pohon masalah diatas maka dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan
yang terdapat pada klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi adalah
sebagai berikut:
a) Gangguan sensori persepsi halusinasi
b) Isolasi sosial
c) Resiko perilaku kekerasan
2.4 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien halusinasi :
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2. Perubahan sensori persepsi halusinasi
3. Isolasi sosial
2.5. Rencana Tindakan
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi adalah sebagai berikut :
Tujuan umum:
Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.
Tujuan khusus:
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria evaluasi:
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan :
a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan.
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d) Jelaskan tujuan pertemuan.
e) Jujur dan menepati janji.
f)
Intervensi
2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
Rasional :
Kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan saling percaya juga dapat
memutuskan halusinasinya.
2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya. Bicara dan tertawa tanpa
stimulus, memandang ke kiri dan ke kanan seolah-olah ada teman bicara.
Rasional:
Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memudahkan perawat dalam melakukan
intervensi.
2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya dengan cara :
a) Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada suara yang di dengar.
b) Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dikatakan.
c) Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak
mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa menuduh/menghakimi).
d) Katakan pada klien bahwa ada juga klien lain yang sama seperti dia.
e) Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
Rasional :
Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindari faktor timbulnya
halusinasi.
2.4 Diskusikan dengan klien tentang :
a) Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi.
b) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam atau jika sendiri,
jengkel, sedih)
Rasional :
halusinasinya.
b) Klien dapat menyebutkan cara baru.
c) Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yangtelah didiskusikan dengan
klien.
d) Klien dapat melakukan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi.
e) Klien dapat mengetahui aktivitas kelompok.
Intervensi
3.1 Identifikasi bersama klien tindakan
yang
dilakukan jika
klien
memilih
cara
dan
melatih
cara
Rasional :
Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba memilih salah satu cara
untuk mengendalikan halusinasi dan dapat meningkatkan harga diri klien.
3.6 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih.
Evaluasi : hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
Rasional :
Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang telah dipilih.
3.7 Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita dan stimulasi
persepsi.
Rasional :
Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interprestasi realitas akibat halusinasi.
TUK IV : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasinya.
Kriteria evaluasi
a) Keluarga dapat saling percaya dengan perawat.
b) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendalikan
halusinasi.
Intervensi
4.1 Membina hubungan saling percaya dengan
menyebutkan
Pengertian halusinasi
Gejala halusinasi yang dialami klien.
Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.
Cara merawat anggota keluarga yang berhalusinasi di rumah, misalnya : beri kegiatan,
Kriteria evaluasi
a) Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat.
b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
c) Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat.
d) Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsutasi.
e) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
Intervensi
5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan frekuensi serta manfaat minum
obat.
Rasional :
Dengan menyebutkan dosis, frekuensi dan manfaat obat diharapkan klien melaksanakan
program pengobatan.
5.2 Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.
Rasional :
Menilai kemampuan klien dalam pengobatannya sendiri.
5.3 Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang mafaat dan efek samping obat yang
dirasakan.
Rasional :
Dengan mengetahui efek samping klien akan tahu apa yang harus dilakukan setelah minum
obat.
5.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
Rasional :
Program pengobatan dapat berjalan dengan lancar.
5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar dosis, benar obat, benar
waktunya, benar caranya, benar pasiennya).
Rasional :
Dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka kemandirian klien untuk pengobatan
dapat ditingkatkan secara bertahap.
VI. Implementasi
a
orang lain
Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA
Boyd,
M.A
&
Nihart,
M.A,
1998. Psychiatric
Nursing
cotemporary
W.1997. Dari A
sampai
Kedaruratan
Psiciatric
dalam
Praktek,
Saku
Diagnosa
Keperawatan
Pada
Keperawatan