Professional Documents
Culture Documents
A. Konsep penyakit
1. Definisi
Hipotiroid adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi
hormone tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur. Hipotirod merupakan
keadaan kurang aktifnya kelenjar tiroid yang menyebabakan sekresi hormon
tiroid tidak terjadi atau mengalami penurunan. Hipotiroid adalah suatu penyakit
akibat penurunan fungsi hormon tiroid yang dikikuti tanda dan gejala yang
mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Faktor penyebabnya akibat
penurunan fungsi kelanjar tiroid, yang dapat terjadi kongenital atau seiring
perkembangan usia. Pada kondisi hipotiroid ini dilihat dari adanya penurunan
konsentrasi hormon tiroid dalam darah disebabkan peningkatan kadar TSH
(Tyroid Stimulating Hormon).
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif
dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroid yang sangat berat
disebut miksedema.
2. Etiologi
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu :
a. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis
hormone yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat
anti tiroid, pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme,
penyakit inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan
sarcoidosis.
b. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak
memadai dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid
stimulating hormone (TSH) meningkat, ini mungkin awal dari suatu mal
fungsi dari pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh
resistensi perifer terhadap hormone tiroid.
c. Hipotiroid tertier / pusat
Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk
memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat
Tiroiditis
Hashimoto,
kelenjar
tiroid
seringkali
membesar
dan
radioaktif
hipotiroidisme.
maupun
Kekurangan
pembedahan
yodium
jangka
cenderung
panjang
menyebabkan
dalam
makanan,
3. Manifestasi klinis
a. Kulit dan rambut
- Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
- Pembengkakan tangan, mata dan wajah
- Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk
- Tidak tahan dingin
- Pertumbuuhna kuku buruk, kuku menebal
b. Muskuloskeletal
- Volume otot bertambah, glosomegali
- Kejang otot, kaku, paramitoni
e. Gastrointestinal
- Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
- Obstruksi usus oleh efusi perioneal
- Aklohidra, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
f. Renalis
- Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
- Retensi air (volume plasma berkurang)
- Hipokalsemia
g. Hematologi
- Anemia normokrom normositik
- Anemia mikrositik/makrositik
- Gangguan koagulasi ringan
h. Sistem endokrin
- Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore/ masa
menstruasi
yang
memanjang,
menoragi
dan
hiperprolektemi
Gangguan fertilitas
Gangguan hormone pertumbuhan dan
galaktore
dan
perilaku maniak
Manifestasi klinis lain berupa: edema perordita, wajah seperti bulan (moon
face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas
terhadap opioid, haluaran urine menurun, lemah, ekspresi wajah kosong
dan lemah
4. Patofisiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan pada
pengobatan tirotoksikosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis
kelenjar tiroid dan atropi kelenjar tiroid yang bersifat idiopatik. Prevalensi
penderita hipotiroidisme meningkat pada usia 30-60 tahun, empat kali lipat
angka kejadiannya pada wanita dibandingkan pria. Hipotiroidisme congenital
dijumpai satu orang pada empat ribu kelahiran hidup.
Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan
berkompensasi
untuk
meningkatkan
kompensesi
untuk
meningkatkan
5. Pathway
6.
7. Pemeriksaan penunjang
8.
Pemeriksaan laboratoruim yang didapat pada pasien hipotiroidisme
Aliran darah turun terus-menerus
didapatkan hasil sebagai berikut:
a. T3 dan T4 serum menurun.
b. TSH meningkat pada hipotiroid primer.
c. TSH rendah pada hipotiroid sekunder.
- Kegalan hipofisis: respon TSH terhadap TRH
mendatar.
Ketidakefektifan
pola napas
Kontraksi jantung
menurun
- Penyakit Hipotalamus: TSH dan TRH meningkat.
d. Titer autoantibody tiroid tinggi pada >80% kasus.
e. Peningkat kolestrol.
f. Pembesaran jantung pada sinar X dada.
g. EKG menunjukan sinus bradikardi
rendahnya
kompleks QRS dan
Penurunan
curah voltase
jantung
gelombang T datar atau inverse.
9.
10. Penatalaksanaan
11.
Pada pasien yang sudah mendapatkan suplementasi
levotiroksin sebelumnya, dilakukan penilaian status fungsional tiroidnya. Selain
dapat diketahui dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, dapat pula dilakukan
pemeriksaan
laboratorium.
Pada
pasien
yang
baru
dicurigai
adanya
kontak atau pekerjaan fisik yang berat dan monitoring tanda vital, asupan /
keluaran cairan dan hasil laboratorium (kadar T3, T4 dan Natrium).
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
B. Konsep Askep
1. Pengkajian
a.
21. Merupakan
Identitas klien
biodata klien yang
meliputi
nama,
umur, jenis
dideritanya.
Secara
umum,
hipotiroid
ini
adalah
akibat
dari
Pola Peran-Hubungan
44.
f.
Pemeriksaan Fisik
54.
Head to toe
1) Kepala
a) Rambut
55.
Inspeksi: rambut kering, kasar, dan rontok.
b) Mata
56.
Inspeksi: mata exofthalmus
2) Leher
57. Palpasi: ada benjolan pada leher depan, dan ada nyeri tekan.
3) Dada
a) Paru
58.
Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan
kanan, frekuensi napas pasien ireguler.
59.
Palpasi : vokal fremitus normal
60.
Auskultasi : dipsneu
61.
Perkusi : sonor
b) Jantung
62.
Inspeksi: denyutan jantung tidak normal (bradikardi)
63.
Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5
64.
Auskultasi: Bunyi jantung normal S1 dan S2
65.
Perkusi: terdengar pekak di sepanjang batas ICS 3-5
toraks sinistra karena terdapat kardiomegali (pembesaran
jantung)
4) Abdomen
66. Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit
disekitarnya, tidak ada distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak
terdapat kolostomi.
67. Auskultasi: peristaltik usus 3 x/ menit
68. Perkusi: timpani
5) Otot
69. Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan, penurunan
g.
refleks tendon
6) Integumen
70. Inspeksi: pucat, kering, bersisik, dan menebal
71. Palpasi : kulit dingin
72. CRT : Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
7) Persyarafan
a) Tingkat kesadaran: Letargi
b) GCS:
(1) Eye: Membuka secara spontan 4
(2) Motorik : mengikuti perintah 6
(3) Verbal: Orientasi lama, 4
73.
Total GCS: Nilai 14
74.
Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan volume
sekuncup akibat bradikardi dan arteriosklerosi arteri koronia.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.
c. Resiko Tinggi Terhadap Konstipasi berhubungan dengan Faktor Penurunan
peristaltik, penurunan tingkat aktivitas.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor
penurunan metabolisme sekunder terhadap hipotiroidisme.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan faktor penurunan metabolisme
sekunder terhadap hipotiroidisme.
f. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan
perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
76.
3. Intervensi
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan volume
sekuncup akibat bradikardi dan arteriosklerosi arteri koronia.
77. Tujuan :
78. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam, diharapkan
fungsi kardiovaskuler tetap optimal yang ditandai dengan tekanan darah,
irama jantung dalam batas normal.
79. Kriteria hasil :
80. Denyut nadi klien normal.
81. Intervensi:
1) Pantau tekanan darah, denyut dan irama jantung setiap 2 jam untuk
82.
mengidentifikasi
kemungkinan
terjadinya
gangguan
hemodinamik jantung seperti hipotensi.
83.
R/ : Memudahkan menilai fungsi kardiovaskuler.
2) Catat warna kulit dan kaji kualitas nadi
84.
R/ : Sirkulasi perifer turun jika curah jantung turun. Membuat kulit
pucat atau warna abu-abu dan menurunnya kekuatan nadi
3) Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.
85.
R/ : Penghematan energy membantu menurunkan beban
jantung
4) Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian
obat-obatan anti disritmia
86.
R/ : Untuk hasil penunjang dan pengobatan lebih lanjut
87.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.
88. Tujuan :
89. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam diharapkan
perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas menjadi
normal.
105.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor
penurunan metabolisme sekunder terhadap hipotiroidisme.
106.
Tujuan :
107.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam,
diharapkan kebutuhan nutrisi klien adekuat.
108.
Kriteria hasil :
109.
Tidak terjadi penurunan berat badan, melaporkan peningkatan
masukan makanan,
110.
Intervensi:
1) Pantau:
a) Laporan JDL, khususnya SDM, hemoglobin, hematokrit
b) Presentase makanan yang dikonsumsi pada setiap makan
c) Berat badan setiap minggu.
111. R/ : Untuk mengevaluasi keefektifan terapi.
2) Pertahankan ruangan tetap hangat agar tidak mengalami hipotermi.
Biarkan pasien mengetahuibahwa toleransi dingin berkurang setalah
obat-obatan hormon tiroid mulai menunjukkan efeknya, biasanya 2-3
minggu.
112. R/ : Untuk mencegah kehilangan panas. Pada hipotiriodisme,
produksi panas kurang karena penurunan metabolisme
113.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan faktor penurunan metabolisme
sekunder terhadap hipotiroidisme.
114.
115.
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,
laju
metabolisme
121.
f. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan
perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
122.
123.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam
normal.
konstipasi tidak terjadi.
kebutuhan nutrisi klien adekuat.
toleran terhadap aktivitas.
proses berpikir klien kembali ketingkat yang optimal.
134.
DAFTAR PUSTAKA
137.
135.
136.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
138.
139.
EGC.
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
140.