Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Tanggal Praktikum
1.3
Tujuan Praktikum
:
:
Adsorpsi
21 Maret 2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Adsorpsi
Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi adalah
suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat pada
suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan
padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi dimana fluida terserap oleh fluida
lainnya dengan membentuk suatu larutan.
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut
(soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap,
dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan pada
lapisan permukaan atau antar fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul
pada bahan pengadsorpsi atau adsorben.
Adsorpsi adalah pengumpulan dari adsorbat diatas permukaan adsorben,
sedang absorpsi adalah penyerapan dari adsorbat kedalam adsorben dimana
disebut dengan fenomena sorption. Materi atau partikel yang diadsorpsi disebut
adsorbat, sedang bahan yang berfungsi sebagai pengadsorpsi disebut adsorben.
(Atkins.1997 )
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan
oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk
cairan) yang ada pada permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi
antara zat yang diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi
tergantung pada sifat khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan
suhu). (Atkins.1997)
2.1.1 Adsorpsi fisika
Berhubungan dengan gaya Van der Waals. Apabila daya tarik menarik antara
zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik menarik antara zat terlarut
dengan pelarutnya, maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan
adsorben. Adsorpsi ini mirip dengan proses kondensasi dan biasanya terjadi pada
temperatur rendah pada proses ini gaya yang menahan molekul fluida pada
permukaan solid relatif lemah, dan besarnya sama dengan gaya kohesi molekul
pada fase cair (gaya van der waals) mempunyai derajat yang sama dengan panas
kondensasi dari gas menjadi cair, yaitu sekitar 2.19-21.9 kg/mol. Keseimbangan
antara permukaan solid dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat
reversibel.
2.1.2
Adsorpsi Kimia
Yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang
teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang jauh lebih
besar daripada Adsorpsi fisika. Panas yang dilibatkan adalah sama dengan panas
reaksi kimia. Menurut Langmuir, molekul teradsorpsi ditahan pada permukaan
oleh gaya valensi yang tipenya sama dengan yang terjadi antara atom-atom dalam
molekul. Karena adanya ikatan kimia maka pada permukaan adsorbent akan
terbentuk suatu lapisan atau layer, dimana terbentuknya lapisan tersebut akan
menghambat proses penyerapan selanjutnya oleh batuan adsorbent sehingga
efektifitasnya berkurang (Atkins,1997 ).
2.2 Kinetika Adsorpsi
Seperti halnya kinetika kimia, kinetika adsorpsi juga berhubungan dengan
laju reaksi. Hanya saja, kinetika adsorpsi lebih khusus, yang hanya membahas
sifat penting dari permukaan zat. Kinetika adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu
fluida oleh adsorben dalam suatu jangka waktu tertentu. Kinetika adsorpsi suatu
zat dapat diketahui dengan mengukur perubahan konsentrasi zat teradsorpsi
tersebut, dan menganalisis nilai k (berupa slope/kemiringan) serta memplotkannya
pada grafik. Kinetika adsorpsi dipengaruhi oleh kecepatan adsorpsi. Kecepatan
adsorpsi dapat didefinisikan sebagai banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan
waktu. Kecepatan atau besar kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya :
a.
Jenis adsorben
b.
c.
d.
e.
Temperatur
2.3 Adsorben
Adsorben ialah zat yang melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik
cairan maupun gas) pada proses adsorpsi. Umumnya adsorben bersifat spesifik,
hanya menyerap zat tertentu. Dalam memilih jenis adsorben pada proses adsorpsi,
disesuaikandengan sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi. Adsorben yang
paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam larutan adalah arang. Karbon
aktif yang merupakan contoh dari adsorpsi, yang biasanya dibuat dengan cara
membakar tempurung kelapa atau kayu dengan persediaan udara (oksigen) yang
terbatas. Tiap partikel adsorben dikelilingi oleh molekul yang diserap karena
terjadi interaksi tarik menarik. Zat ini banyak dipakai di pabrik untuk
menghilangkan zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan bersifat selektif, yang
diserap hanya zat terlarut atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas oleh
zat padat. Beberapa jenis adsorben yang biasa digunakan yaitu :
2.3.1
dikenal sebagai adsorben atau penyerap yang afektif sehingga banyak dipakai
sebagai adsorben pada topeng gas Arang aktif adalah bahan berupa karbon bebas
yang masing-masing berikatan secara kovalen atau arang yang telah dibuat dan
diolah secara khusus melalui proses aktifasi, sehingga pori-porinya terbuka dan
dengan demikian mempunyai daya serap yang besar terhadap zat-zat lainnya, baik
dalam fase cair maupun dalam fase gas. Dengan demikian, permukaan arang aktif
bersifat non-polar. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, dimana
semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin
besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan
kecepatan adsorpsi, dianjurkan menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan.
Karbon aktif ini cocok digunakan untuk mengadsorpsi zat-zat organik. Komposisi
arang aktif terdiri dari silika (SiO2), karbon, kadar air dan kadar debu. Unsur
silika merupakan kadar bahan yang keras dan tidak mudah larut dalam air, maka
khususnya silika yang bersifat sebagai pembersih partikel yang terkandung dalam
air keruh dapat dibersihkan sehingga diperoleh air yang jernih (Brady,1999).
Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah maupun
mineral yang mengandung karbon dapat dibuat menjadi arang aktif yaitu dibuat
melalui proses pembakaran secara karbonisasi (aktifasi) dari semua bahan yang
mengandung unsur karbon dalam tempat tertutup dan dioksidasi/ diaktifkan
dengan udara atau uap untuk menghilangkan hidrokarbon yang akan
menghalangi/ mengganggu penyerapan zat organik Bahan tersebut antar lain
tulang, kayu lunak maupun keras, sekam, tongkol jagung, tempurung kelapa,
ampas penggilingan tebu, ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, dan batubara.
2.3.1
Gel Silika
Merupakan bahan yang terbuat dari add treatment dari larutan sodium silikat
yang dikeringkan. Luas permukaanya 600-800 m2/g dengan diameter pori antara
20-50. Gel silika cocok digunakan untuk mengadsorpsi gas dehidrat dan untuk
memisahkan hidrokarbon.
2.3.2
Alumina Aktif
Alumina aktif cocok digunakan untuk mengadsorpsi gas kering dan Liquid.
Metyl Orange
Metyl orange adalah indikator pH sering digunakan dalam titrasi .Hal ini
sering digunakan dalam titrasi karena perubahan warna yang jelas dan yang
berbeda. Karena perubahan warna pada pH asam pertengahan kekuatan, biasanya
digunakan dalam titrasi untuk asam. Tidak seperti indikator yang universal , metil
orange tidak memiliki spektrum penuh perubahan warna, tetapi memiliki titik
akhir yang lebih tajam. Dalam larutan menjadi kurang asam, bergerak metil
oranye dari merah menjadi oranye dan akhirnya ke kuning dengan sebaliknya
terjadi untuk solusi peningkatan keasaman. Perubahan warna terjadi pada seluruh
kondisi asam. Dalam asam itu kemerahan dan alkali itu adalah kuning. Metil
oranye memiliki pKa sebesar 3,47 dalam air pada 25 derajat Celcius
(Wikipedia.2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1
Prosedur Kerja
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
co
ce
qe
Ce/qe
Log ce
Lo qe
penyerapan
1
5,625
837,5
0,3696
15,2191
0,7501
-o,4322
12
8,815
26,0417
0,0446
198,8127
0,9481
-1,3502
16
10,563
33,9843
0,0776
135,9920
1,0237
-1,1097
20
15,875
20,625
0,0589
269,5296
1,2007
-1,2298
4.2
Pembahasan
Adsorpsi adalah proses pemisahan komonen dimana sejumlah komponen
4.2.1
20
15
1/qe
10
Linear ()
5
0
0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2
1/Ce
4.2.2
-0.4
-0.6
loq qe(mg/gr) -0.8
-1
Linear ()
-1.2
-1.4
-1.6
loq ce(mg/l)
Kesimpulan
4. Proses adsorpsi pada percobaan ini terjadi pada beberapa lapisan pada
permukaan adsorbent karena asumsi merujuk pada Freundlich.
5.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W., 1997, Kimia Fisika Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Brady, James, 1999, Kimia Untuk Universitas, Erlangga, Jakarta.
Christie, J. Gean Koplis. 1987. Transport Process and Valve Operation 2 nd. Allyn
and Bacon Inc.
Marudutta, Jester Lingga. 2007. Adsorpsi ion Logam Cu dengan Fly Ash dan
Zeolit Alat, Laporan Hasil Penelitian. Laboratorium Teknologi Konservasi
Energi dan Pencegahan Pencemaran, Jurusan Teknik Kimia, Fakulas Teknik,
Universitas Gajah Mada; Yogyakarta
Mc Cabe and Smitch and Harriot E. Josifi. 1989. Operasi Teknik Kimia Jilid 1
dan 2 serta 3 Edisi Ke-4. Erlangga;Jakarta
Penuntun Praktikum Proses Teknik Kimia II. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Malikussaleh ; Lhokseumawee
LAMPIRAN II
PERHITUNGAN
Konsentrasi
9
12
16
20
a. Perhitungan
Diketahui :
Co : 9 ppm
Abs awal
0.158
0.212
0.254
0.345
penyerapan
Abs akhir
0.099
0.151
0.178
0.263
Ce : 5.625 ppm
Pada konsentrasi 9 ppm
=
CoCe
Co
x 100
95.625
9
128,875
12
x 100
= 37, 5
Dik : Co = 12 ppm
Ce = 8,875 ppm
Pada konsentrasi 12 ppm
x 100
x 100
= 26,0417
Dik : Co = 16 ppm
Ce = 10,5625 ppm
Pada konsentrasi 16 ppm
=
CoCe
Co
CoCe
Co
x 100
1610,5625
16
2015,875
20
x 100
= 33,9843
Dik : Co = 20 ppm
Ce = 15,875 ppm
Pada konsentrasi 20 ppm
=
CoCe
Co
x 100
x 100
= 20,625
b. kapasitas pemyerapan
Pada 9ppm
Dik : Co = 9 ppm
Ce = 5,625 ppm
V
= 50 ml => 0,05 L
Adsorbant = 3,5 gr
CoCe
Maka : Qe = gr absorbant x V =
Pada 12 ppm
95,625
3,5
x0,05 = 0,3696
Dik : Co
Ce
V
Adsorbant
= 12 ppm
= 8,875 ppm
= 50 ml => 0,05 L
= 3,5 gr
CoCe
Maka : Qe = gr absorbant x V =
128,875
3,5
Pada 16 ppm
Dik : Co = 16 ppm
Ce = 10,5625 ppm
V
= 50 ml => 0,05 L
Adsorbant = 3,7 gr
CoCe
Maka : Qe = gr absor bant x V =
1610,5625
3,5
Pada 20 ppm
Dik : Co = 20 ppm
Ce = 15,875 ppm
V
= 50 ml => 0,05 L
Adsorbant = 3,5 gr
CoCe
Maka : Qe = gr absorbant x V =
2015,875
3,5
c. Ce/Qe
5,625
0,3696
Pada 9 ppm
8,875
0,04464
= 198,8127
10,5625
0,07767
= 135,9920
15,875
0,0589
d. log Ce
pada 9 ppm
pada 12ppm
: Ce/Qe =
= 15,2119
= 269,5246
= 0,7501
= 0,9481
x0,05 = 0.04464
x0,05 = 0,07767
x0,05 = 0,00589
= 1,02376
= 1,20071
e. log Qe
pada 9 ppm
pada 12 ppm
pada 16 ppm
pada 20 ppm
= -0,43226
= -1,35027
= -1,10974
= -1,2298
Langmuir
25
20
15
1/qe
10
Linear ()
5
0
0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2
1/Ce
f.menghitung Ce
Y = 0,016 x + 0,009
pada 9 ppm
y = abs1
0,099 = 0,016 x + 0,009
-0.016 x = 0,099 +0,009
0,099+0.009
x=
0,016
x = 5,625
pada 12 ppm
y = abs2
0,151 = 0,016 x + 0,009
-0.016 x = - 0,151 +0,009
0,151+0,009
x=
0,016
x = 8,875
pada 16 ppm
y = abs3
0,178 = 0,016 x + 0,009
- 0.016 x = 0,178 -0,009
0,178+ 0.009
x=
0,016
x = 10,5625
pada 20 ppm
y = abs4
0,263 = 0,016 x + 0,009
0.016 x = -0,263 +0,009
0,263+0,009
x=
0,016
x = 15,87
freundlich
0
0.7 0.8 0.9
-0.2
-0.4
-0.6
loq qe(mg/gr) -0.8
-1
-1.2
-1.4
-1.6
loq ce(mg/l)
= Kf.Ce 1/a
qe
Log qe = log Kf +
Y
Y
B
a
1
n
log Ce
= ax + b => Y = b + ax
= log Qe
= log Kf
1
= a
Maka :
=
1
a
b = log Kf
-0,0337 =
1
a
0,610 = log Kf
1
= 1,672
= -0,5980
Kf = e0,610
Kf = 1,8404
langmuir
qe =
qm. KL .Ce
1+ KL .Ce
1
qm
1+. KL. Ce
qe+ KL. Ce
1
qm
1
qm . KL .Ce
= ax + b
1
Q
.a=
1
qm. Kl
.b=
1
qm
Maka :
qm =
1
28,66
qm = 0,3489
kl = 1/a. 1/qm
kl = (1/139,8) (1/0,348)= -0,-0204
LAMPIRAN III
GAMBAR ALAT