You are on page 1of 19

ABSTRAK

Adsorpsi merupakan proses pemisahan komponen dimana sejumlah komponen


dimana sejumlah komponen gas atau cairan diserap pada bagian permukaan
padatan penyerapan (adsorbent). Percobaan ini bertujuan untuk memisahkan
metyl orange dalam air dengan menggunakan karbon aktif. Analisa adsorbansi
menggunakan alat spektrofotometer dan mengetahui berapa adsorbansi yang
terjadi pada beberapa larutan metyl orange dengan beberapa konsentrasi yang
berbeda. Hasil pada percobaan ini menunjukkan bahwa penyerapan terjadi pada
permukaan adsorbent di beberapa lapisan sesuai asumsi Freundlich.
Kata Kunci : Adsorpsi, Adsorbent dan Metyl Orange

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum:


1.2

Tanggal Praktikum

1.3

Tujuan Praktikum

:
:

Adsorpsi
21 Maret 2015

1. Dapat mengetahui bagaimana proses adsorpsi dan factor-faktor yang


mempengaruhi adsorpsi
2. Dapat menghitung kapasitas penyerapan dengan menggunakan persamaan
3. Dapat menghitung konsentrasi dengan menggunakan grafik kalibrasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Adsorpsi
Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi adalah

suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas) terikat pada
suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan
padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi dimana fluida terserap oleh fluida
lainnya dengan membentuk suatu larutan.
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut
(soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap,
dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan pada
lapisan permukaan atau antar fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul
pada bahan pengadsorpsi atau adsorben.
Adsorpsi adalah pengumpulan dari adsorbat diatas permukaan adsorben,
sedang absorpsi adalah penyerapan dari adsorbat kedalam adsorben dimana
disebut dengan fenomena sorption. Materi atau partikel yang diadsorpsi disebut
adsorbat, sedang bahan yang berfungsi sebagai pengadsorpsi disebut adsorben.
(Atkins.1997 )
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan
oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk
cairan) yang ada pada permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi
antara zat yang diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi
tergantung pada sifat khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan
suhu). (Atkins.1997)
2.1.1 Adsorpsi fisika
Berhubungan dengan gaya Van der Waals. Apabila daya tarik menarik antara
zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik menarik antara zat terlarut
dengan pelarutnya, maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan

adsorben. Adsorpsi ini mirip dengan proses kondensasi dan biasanya terjadi pada
temperatur rendah pada proses ini gaya yang menahan molekul fluida pada
permukaan solid relatif lemah, dan besarnya sama dengan gaya kohesi molekul
pada fase cair (gaya van der waals) mempunyai derajat yang sama dengan panas
kondensasi dari gas menjadi cair, yaitu sekitar 2.19-21.9 kg/mol. Keseimbangan
antara permukaan solid dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat
reversibel.
2.1.2

Adsorpsi Kimia
Yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang

teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang jauh lebih
besar daripada Adsorpsi fisika. Panas yang dilibatkan adalah sama dengan panas
reaksi kimia. Menurut Langmuir, molekul teradsorpsi ditahan pada permukaan
oleh gaya valensi yang tipenya sama dengan yang terjadi antara atom-atom dalam
molekul. Karena adanya ikatan kimia maka pada permukaan adsorbent akan
terbentuk suatu lapisan atau layer, dimana terbentuknya lapisan tersebut akan
menghambat proses penyerapan selanjutnya oleh batuan adsorbent sehingga
efektifitasnya berkurang (Atkins,1997 ).
2.2 Kinetika Adsorpsi
Seperti halnya kinetika kimia, kinetika adsorpsi juga berhubungan dengan
laju reaksi. Hanya saja, kinetika adsorpsi lebih khusus, yang hanya membahas
sifat penting dari permukaan zat. Kinetika adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu
fluida oleh adsorben dalam suatu jangka waktu tertentu. Kinetika adsorpsi suatu
zat dapat diketahui dengan mengukur perubahan konsentrasi zat teradsorpsi
tersebut, dan menganalisis nilai k (berupa slope/kemiringan) serta memplotkannya
pada grafik. Kinetika adsorpsi dipengaruhi oleh kecepatan adsorpsi. Kecepatan
adsorpsi dapat didefinisikan sebagai banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan
waktu. Kecepatan atau besar kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya :

a.

Jenis adsorben

b.

Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate)

c.

Luas permukaan adsorben

d.

Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate)

e.

Temperatur

2.3 Adsorben
Adsorben ialah zat yang melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik
cairan maupun gas) pada proses adsorpsi. Umumnya adsorben bersifat spesifik,
hanya menyerap zat tertentu. Dalam memilih jenis adsorben pada proses adsorpsi,
disesuaikandengan sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi. Adsorben yang
paling banyak dipakai untuk menyerap zat-zat dalam larutan adalah arang. Karbon
aktif yang merupakan contoh dari adsorpsi, yang biasanya dibuat dengan cara
membakar tempurung kelapa atau kayu dengan persediaan udara (oksigen) yang
terbatas. Tiap partikel adsorben dikelilingi oleh molekul yang diserap karena
terjadi interaksi tarik menarik. Zat ini banyak dipakai di pabrik untuk
menghilangkan zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan bersifat selektif, yang
diserap hanya zat terlarut atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas oleh
zat padat. Beberapa jenis adsorben yang biasa digunakan yaitu :
2.3.1

Karbon aktif/ arang aktif/ norit


Sejak perang dunia pertama arang aktif produksi dari peruraian kayu sudah

dikenal sebagai adsorben atau penyerap yang afektif sehingga banyak dipakai
sebagai adsorben pada topeng gas Arang aktif adalah bahan berupa karbon bebas
yang masing-masing berikatan secara kovalen atau arang yang telah dibuat dan
diolah secara khusus melalui proses aktifasi, sehingga pori-porinya terbuka dan
dengan demikian mempunyai daya serap yang besar terhadap zat-zat lainnya, baik
dalam fase cair maupun dalam fase gas. Dengan demikian, permukaan arang aktif
bersifat non-polar. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, dimana
semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin
besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan
kecepatan adsorpsi, dianjurkan menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan.

Karbon aktif ini cocok digunakan untuk mengadsorpsi zat-zat organik. Komposisi
arang aktif terdiri dari silika (SiO2), karbon, kadar air dan kadar debu. Unsur
silika merupakan kadar bahan yang keras dan tidak mudah larut dalam air, maka
khususnya silika yang bersifat sebagai pembersih partikel yang terkandung dalam
air keruh dapat dibersihkan sehingga diperoleh air yang jernih (Brady,1999).
Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah maupun
mineral yang mengandung karbon dapat dibuat menjadi arang aktif yaitu dibuat
melalui proses pembakaran secara karbonisasi (aktifasi) dari semua bahan yang
mengandung unsur karbon dalam tempat tertutup dan dioksidasi/ diaktifkan
dengan udara atau uap untuk menghilangkan hidrokarbon yang akan
menghalangi/ mengganggu penyerapan zat organik Bahan tersebut antar lain
tulang, kayu lunak maupun keras, sekam, tongkol jagung, tempurung kelapa,
ampas penggilingan tebu, ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, dan batubara.
2.3.1

Gel Silika
Merupakan bahan yang terbuat dari add treatment dari larutan sodium silikat

yang dikeringkan. Luas permukaanya 600-800 m2/g dengan diameter pori antara
20-50. Gel silika cocok digunakan untuk mengadsorpsi gas dehidrat dan untuk
memisahkan hidrokarbon.
2.3.2

Alumina Aktif
Alumina aktif cocok digunakan untuk mengadsorpsi gas kering dan Liquid.

Luas permukaannya 200-500 m2/g dan diameter porinya 20-140.


2.4

Metyl Orange
Metyl orange adalah indikator pH sering digunakan dalam titrasi .Hal ini

sering digunakan dalam titrasi karena perubahan warna yang jelas dan yang
berbeda. Karena perubahan warna pada pH asam pertengahan kekuatan, biasanya
digunakan dalam titrasi untuk asam. Tidak seperti indikator yang universal , metil
orange tidak memiliki spektrum penuh perubahan warna, tetapi memiliki titik
akhir yang lebih tajam. Dalam larutan menjadi kurang asam, bergerak metil
oranye dari merah menjadi oranye dan akhirnya ke kuning dengan sebaliknya

terjadi untuk solusi peningkatan keasaman. Perubahan warna terjadi pada seluruh
kondisi asam. Dalam asam itu kemerahan dan alkali itu adalah kuning. Metil
oranye memiliki pKa sebesar 3,47 dalam air pada 25 derajat Celcius
(Wikipedia.2012).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1

Alat dan Bahan

3.1.1 Alat alat digunakan


a. Beaker glass
b. Labu ukur
c. Stirred
d. Magnetic stirrer
e. Alat spektrofometer
3.1.2 Bahan bahan digunakan
a. Metyl Orange
b. Karbon aktif
c. Aquades
3.2

Prosedur Kerja

1. Alat dan bahan disiapkan


2. Membuat larutan dengan konsentrasi metyl orange 9 ppm, 12 ppm, 16 ppm,
dan 20 ppm
3. Kedalam larutan ditambahkan karbon aktif 3,5 gr, kemudian dilakukan
pengadukan selama 1 menit
4. Larutan yang sudah ditambahkan karbon aktif didiamkan selama 90 menit
kemudian setelah 90 menit karbon aktif dipisahkan dari larutan dengan
disaring
5. Tahap akhir adalah larutan dianalisa dengan menggunakan alat
spektrofotometer untuk mengetahui Adsorbansinya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil

Tabel 1. Hasil Percobaan Adsorpsi


No

co

ce

qe

Ce/qe

Log ce

Lo qe

penyerapan
1

5,625

837,5

0,3696

15,2191

0,7501

-o,4322

12

8,815

26,0417

0,0446

198,8127

0,9481

-1,3502

16

10,563

33,9843

0,0776

135,9920

1,0237

-1,1097

20

15,875

20,625

0,0589

269,5296

1,2007

-1,2298

4.2

Pembahasan
Adsorpsi adalah proses pemisahan komonen dimana sejumlah komponen

gas atau cairan diserap pada permukaan padatan (adsorbent). (Penuntun


Praktikum, 2012)
Adsorpsi biasanya menyerap partikel-parikel kecil yang ditempatkan pada suatu
hamparan tetap, partikel partikel akan diserap oleh karbon aktif sampai akhirnya
karbon akan jenuh hingga penyerapan tidak berlangsung lagi.(GeanKoplis, 1983)
Pada percobaan ini, adsorpsi dilakukan dalam skala kecil dan secara batch yaitu
dalam beaker dengan konsentrasi limbah 9,12,16 dan 20 ml larutan metyl orange.
Dalam percobaan ini adsorben yang di gunakan adalah karbon aktif.
Karbon aktif adalah karbon yang mempunyanyi banyak pori, daya serap atau
daya adsorpsi yang tinggi. Dimana proses penyerapan dinyatakan dengan proses
adsorpsi.
Dalam percobaan ini menggunakan karbon aktif sebagai adsorben dan
larutan organic yang dicairkan dengan ditambahkan aquades dengan berbagai
variasi konsentrasi diantaranya 9, 12, 16 dan 20. Absorbansi awal yang diperoleh
0.158, 0.212, 0.245 dan 0.345 sedangkan absorbansi akhir yang diperoleh 0.099,
0.151, 0.178 dan 0.263.

4.2.1

Penyerapan di Permukaan (Adsorpsi) Berdasarkan Persamaan Langmuir


25

20

f(x) = - 139.84x + 28.67


R = 0.7

15
1/qe
10
Linear ()
5

0
0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2
1/Ce

Gambar 4.1.2 Grafik 1/qe vs 1/ce Berdasarkan Persamaan Langmuir Linie


Langmuir mengembangkan suatu model kuantitatif untuk menjelaskan
suatufenomena isoterm suatu adsorpsi dengan pendekatan kinetika. (Lingga.2007)
Langmuir mengasumsikan bahwa permukaan adsorbent terdapat situs-situs
aktif yang proporsional dengan luas permukaan. Penurunan persamaan isotherm
adsorpsi Langmuir system cair-padat didasarkan pada proses kesetimbangan
proses adsorpsi dan desorpsi adsorbat dipermukaan padatan. Pada percobaan ini
grafik menunjukkan bahwa adanya nilai slope intersept sehingga dapat kita hitung
harga ukuran kapasitas adsorpsi (q) dan intensitas adsorpsi (a). pada lampiran
perhitungan dapat dilihat langkah perhitungan sehingga harga qm didapat 0,3489,
kl adalah -0,0202 dan yang yang diperoleh 0,698 Ini menunjukkan bahwa proses
adsorpsi menurut persamaan Langmuir yang mengemukakan penyerapan terjadi
hanya pada lapisan permukaan saja memiliki kemungkinan yang besar, artinya
asumsi Langmuir dapat dipakai pada percobaan ini.

4.2.2

Penyerapan di Permukaan (Adsorpsi) Berdasarkan Persamaan Freundlich


0
0.7 0.8 0.9
-0.2

1.1 1.2 1.3

-0.4
-0.6
loq qe(mg/gr) -0.8

f(x) = - 1.67x + 0.61


R = 0.58

-1

Linear ()

-1.2
-1.4
-1.6
loq ce(mg/l)

Gambar 2. Grafik ln qe vs ln CeFreundlich Linier


Berdasarkan Gambar 4.2.2dapat di lihat Nilai R 2 yang di peroleh adalah
0.577. Jika dibandingkan dengan penyerapan berdasarkan persamaan Langmuir,
nilai R2 = 0.698. Model adsopsi yang paling sesuai dengan percobaan ini adalah
metode adsorpsi Langmuir karena nilai R 2 nya lebih mendekati 1 dibandingkan
dengan adsorpsi freundlich.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan

1. Penyerapan menggunakan karbon aktif merupakan adsorpsi fisika


2. Waktu dan besar konsentrasi zat yang akan diserap sangat mempengaruhi
roses adsorpsi
3. Proses adorbsi dapat terjadi secara Langmuir dan Freundlich, yakni adsorbat
berada dipermukaan adsorbent dan berlapis-lapis

4. Proses adsorpsi pada percobaan ini terjadi pada beberapa lapisan pada
permukaan adsorbent karena asumsi merujuk pada Freundlich.
5.2

Saran

1. Sebaiknya konsentrasi absorbat yang dimasukkan untuk diserap oleh karbon


aktif

harus dipastikan akuurat karena apabila salah akan terlihatt jelas

perbedaan antara konsentrasi rendah dan konsentrasi tinggi akan


menghasilkan data yang tidak sesuai
2. Proses analisa dengan menggunakan spektrofotometer sebaiknya dilakukan
dengan hati-hati, selain dapat merusak alat juga dapat mempengaruhi hasil
analisis tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W., 1997, Kimia Fisika Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Brady, James, 1999, Kimia Untuk Universitas, Erlangga, Jakarta.

Christie, J. Gean Koplis. 1987. Transport Process and Valve Operation 2 nd. Allyn
and Bacon Inc.
Marudutta, Jester Lingga. 2007. Adsorpsi ion Logam Cu dengan Fly Ash dan
Zeolit Alat, Laporan Hasil Penelitian. Laboratorium Teknologi Konservasi
Energi dan Pencegahan Pencemaran, Jurusan Teknik Kimia, Fakulas Teknik,
Universitas Gajah Mada; Yogyakarta

Mc Cabe and Smitch and Harriot E. Josifi. 1989. Operasi Teknik Kimia Jilid 1
dan 2 serta 3 Edisi Ke-4. Erlangga;Jakarta
Penuntun Praktikum Proses Teknik Kimia II. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Malikussaleh ; Lhokseumawee

LAMPIRAN II
PERHITUNGAN
Konsentrasi
9
12
16
20

a. Perhitungan
Diketahui :
Co : 9 ppm

Abs awal
0.158
0.212
0.254
0.345

penyerapan

Abs akhir
0.099
0.151
0.178
0.263

Ce : 5.625 ppm
Pada konsentrasi 9 ppm
=

CoCe
Co

x 100

95.625
9

128,875
12

x 100

= 37, 5

Dik : Co = 12 ppm
Ce = 8,875 ppm
Pada konsentrasi 12 ppm

x 100

x 100

= 26,0417

Dik : Co = 16 ppm
Ce = 10,5625 ppm
Pada konsentrasi 16 ppm
=

CoCe
Co

CoCe
Co

x 100

1610,5625
16

2015,875
20

x 100

= 33,9843

Dik : Co = 20 ppm
Ce = 15,875 ppm
Pada konsentrasi 20 ppm
=

CoCe
Co

x 100

x 100

= 20,625

b. kapasitas pemyerapan

Pada 9ppm
Dik : Co = 9 ppm
Ce = 5,625 ppm
V
= 50 ml => 0,05 L
Adsorbant = 3,5 gr
CoCe
Maka : Qe = gr absorbant x V =
Pada 12 ppm

95,625
3,5

x0,05 = 0,3696

Dik : Co
Ce
V
Adsorbant

= 12 ppm
= 8,875 ppm
= 50 ml => 0,05 L
= 3,5 gr
CoCe
Maka : Qe = gr absorbant x V =

128,875
3,5

Pada 16 ppm
Dik : Co = 16 ppm
Ce = 10,5625 ppm
V
= 50 ml => 0,05 L
Adsorbant = 3,7 gr
CoCe
Maka : Qe = gr absor bant x V =

1610,5625
3,5

Pada 20 ppm
Dik : Co = 20 ppm
Ce = 15,875 ppm
V
= 50 ml => 0,05 L
Adsorbant = 3,5 gr
CoCe
Maka : Qe = gr absorbant x V =

2015,875
3,5

c. Ce/Qe

5,625
0,3696

Pada 9 ppm

Pada 12 ppm : Ce/Qe =

8,875
0,04464

= 198,8127

Pada 16 ppm : Ce/Qe =

10,5625
0,07767

= 135,9920

Pada 20 ppm : Ce/Qe =

15,875
0,0589

d. log Ce
pada 9 ppm
pada 12ppm

: Ce/Qe =

: log 5,625 ppm


: log 8,875 ppm

= 15,2119

= 269,5246

= 0,7501
= 0,9481

x0,05 = 0.04464

x0,05 = 0,07767

x0,05 = 0,00589

pada 16 ppm : log 10,5625 ppm


pada 20 ppm : log 15,875 ppm

= 1,02376
= 1,20071

e. log Qe
pada 9 ppm
pada 12 ppm
pada 16 ppm
pada 20 ppm

= -0,43226
= -1,35027
= -1,10974
= -1,2298

: log 0,3696 ppm


: log 0,04464 ppm
: log 0,07767 ppm
: log 0,0589 ppm

Langmuir
25

20

f(x) = - 139.84x + 28.67


R = 0.7

15
1/qe
10
Linear ()
5

0
0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2
1/Ce

f.menghitung Ce
Y = 0,016 x + 0,009
pada 9 ppm
y = abs1
0,099 = 0,016 x + 0,009
-0.016 x = 0,099 +0,009
0,099+0.009
x=
0,016
x = 5,625

pada 12 ppm
y = abs2
0,151 = 0,016 x + 0,009
-0.016 x = - 0,151 +0,009
0,151+0,009
x=
0,016
x = 8,875

pada 16 ppm
y = abs3
0,178 = 0,016 x + 0,009
- 0.016 x = 0,178 -0,009
0,178+ 0.009
x=
0,016
x = 10,5625

pada 20 ppm
y = abs4
0,263 = 0,016 x + 0,009
0.016 x = -0,263 +0,009
0,263+0,009
x=
0,016
x = 15,87

freundlich

0
0.7 0.8 0.9
-0.2

1.1 1.2 1.3

-0.4
-0.6
loq qe(mg/gr) -0.8

f(x) = - 1.67x + 0.61


R = 0.58
Linear ()

-1
-1.2
-1.4
-1.6
loq ce(mg/l)

= Kf.Ce 1/a

qe

Log qe = log Kf +
Y
Y
B
a

1
n

log Ce

= ax + b => Y = b + ax
= log Qe
= log Kf
1
= a

Maka :
=

1
a

b = log Kf

-0,0337 =

1
a

0,610 = log Kf

1
= 1,672

= -0,5980

Kf = e0,610
Kf = 1,8404

langmuir

qe =

qm. KL .Ce
1+ KL .Ce

1
qm

1+. KL. Ce
qe+ KL. Ce

1
qm

1
qm . KL .Ce

= ax + b

1
Q

.a=

1
qm. Kl

.b=

1
qm

Maka :
qm =

1
28,66

qm = 0,3489

kl = 1/a. 1/qm
kl = (1/139,8) (1/0,348)= -0,-0204
LAMPIRAN III
GAMBAR ALAT

You might also like