You are on page 1of 14

Penyakit tanama

n adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh mikroorganisme.


jasad patogen yang biasa menyebabkan tanaman menjadi sakit adalah jenis
jamur atau cendawan, bakteri, virus, protozoa, nematoda dan lain lain. Menurut
Semangu (2009), Penyebab penyakit tanaman bisa karena lingkungan biotik
maupun abiotik. penyakit tanaman yang disebabkan karena faktor biotik adalah
penyakit yang diakibatkan oleh organisme penganggu misalanya cendawan,
bakteri dan lain sebagainya. sedangkan penyakit yang disebabkan oleh faktor
abiotik misalnya defisensi hara, kerusakan yag timbul akibat terlalu lembab,
terlalu kering dan sebagainya. cara untuk membedakan antara penyakit biotik
dan penyakit abiotik adalah pada penyakit abiotik biasanya gejala kerusakan
rata pada satu hamparan tanaman sedangkan pada penyakit yang diakibatkan
faktor biotik gejala serangan cenderung tidak merata. Penyebaran penyakit ini
dapat melalui angin, air, serangga dan faktor lingkungan (kelembapan dan
suhu). selain itu juga dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan tanaman
yang sakit ataupun alat alat pertanian yang sudah terkontaminasi. manusia pun
dapat menjadi penyebar patogen yang efektif. Dalam Diganosis seringkali dijumpai

tanda-tanda, yaitu kenampakan makroskopis pathogen yang memegang peranan penting.


bahkan lebih penting dari gejala. Tanda-tanda umumnya terbatas pada penyakit yang
disebabkan oleh jamur dan bakteri. Jamur-jamur parasit tertentu akan membentuk strukturstruktur di luar badan tumbuhan, khususnya yang menghasilkan spora, karena dengan
demikian spora akan lebih mudah tersebar. Tanda-tanda yang sering muncul adalah dalam
bentuk miselium, karat, tepung, jamur hitam, smut (gosong bengkak), cacar putih, bercak ter,
tubuh buah, sklerotium dan lendir bakteri.
Plant disease is a disorder in plants caused by microorganisms. the
body of common pathogens causing plant becomes ill is a type of fungus or
fungi, bacteria, viruses, protozoa, nematodes and others. According Semangu
(2009), causes a plant disease could be due to biotic and abiotic
environment. plant diseases caused by biotic factors are diseases caused by
organisms , such as fungi, bacteria and so forth. while the disease caused
by abiotic factors eg nutrient defisensi, yag damage arising from too
humid, too dry and so on. how to differentiate between disease biotic and
abiotic diseases are on abiotic disease symptoms would usually mean at the
plant, while the overlay on diseases caused by biotic factors attack
symptoms tend to be uneven. The spread of this disease can be through wind,
water, insects and environmental factors (humidity and temperature). but it
also can be transmitted through direct contact with diseased or means of
agricultural equipment that was contaminated. humans can become effective
spreaders of pathogens. In Diganosis often encountered signs, namely the
macroscopic appearance of pathogens play an important role. even more
important than the symptoms. The signs are generally limited to diseases
caused by fungi and bacteria. Mushrooms certain parasites will form
structures outside the body of plants, especially those that produce
spores, because then the spores will be more easily spread. Signs that
often arises is in the form of mycelium, rust, flour, black mildew, smut
(Hirst swelling), white pox, tar spots, fruiting bodies, sclerotia and
slime.

Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua
bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya. Penyebaran
jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air, serangga, atau sentuhan tangan. Atau
Jamur adalah tubuh buah yang tampak di permukaan media tumbuh dari sekelompok fungi
(Basidiomycota) yang berbentuk seperti payung: terdiri dari bagian yang tegak (batang)
dan bagian yang mendatar atau membulat. Menurut Kronstad (2000), Penyakit ini menyebabkan

bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah, akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian
ranting dan permukaan daun, akan menyebabkan bercak bercak kecokelatan. Dari bercak
bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh
permukaan ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok. Jika jamur ini
mengganggu proses fotosintesis karena menutupi permukaan daun. Batang yang terserang
umumnya akan membusuk, mula mula dari arah kulit kemudian menjalar ke dalam, dan
kemudian membusukkan jaringan kayu. Jaringan yang terserang akan mengeluarkan getah
atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu akan membusuk, kemudian seluruh
dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati.
Mushrooms are one of the disease-causing organism that attacks almost all
parts of the plant, from the roots, stems, twigs, leaves, flowers or
fruits. The spread of these diseases can be caused by wind, water, insects,
or a touch of the hand. Or Mushrooms are the fruiting body visible on the
surface of the growing medium from a group of fungi (Basidiomycota) shaped
like an umbrella: it consists of a straight section ( "trunk") and part
flat or rounded. According Kronstad (2000), this disease causes infected
plant parts, such as fruits, will be rotten. If you attack the twigs and
leaves the surface, will cause patches - patches of brown. From spotting these spots will come out white or orange fungi that can extend to the
entire surface of the twig or leaf and eventually dry and fall off. If this
fungus disrupt the photosynthesis process for covering the surface of the
leaves. The stems are generally attacked by rot, first - first from the
direction of the skin and then spread to the inside, and then rotting the
wood tissue. Networks are attacked will sap or liquid. If this condition is
left, the wood will rot network, then the whole branch on it will wither
and die.

Menurut Suhartati dan Kurniaty (2013), jumlah bakteri adalah yang paling berkelimpahan
dari semua organisme. Mereka tersebar di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme
lain Bakteri dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan. Bagian tumbuh tumbuhan
yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh, baunya sangat menusuk, dan lengket
jika disentuh. Setelah membusuk, lama kelamaan tumbuhan akan mati. Tumbuhan yang
diserang bakteri dapat diatasi dengan menggunakan bakterisida.
According Suhartati and Kurniaty (2013), the number of bacteria is the most
abundant of all organisms. They are spread in soil, water, and as a
symbiosis of other organisms to decompose the bacteria can be leaves,
stems, and roots of plants. Section grow plants that are attacked bacterial
slime will issue murky, it smelled very piercing, and sticky to the touch.
After rotting, long - eventually the plant will die. Plants are attacked
bacteria can be overcome by using a bactericide

Menurut Hartati et.al (2013) ,Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel
organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan
menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan
selular untuk bereproduksi sendiri Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat,
tumbuhan
dapat terserang oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena
dapat menular dan menyebar ke seluruh tumbuhan dengan cepat. Tumbuhan yang sudah
terlanjur diserang sulit untuk disembuhkan. Penularan penyakit oleh virus diperantarai oleh
serangga
According Hartati et.al (2013), Viruses are microscopic parasite
that infects cells in biological organisms. Viruses can only reproduce

inside the material by invading and utilizes living cells as they lack the
cellular machinery to reproduce itself addition to bacteria and fungi, in a
healthy condition, the plant can be attacked by viruses. Diseases caused by
viruses is quite dangerous because it can spread and spread throughout the
plant quickly. Plants that have already attacked difficult to cure.
Transmission of the disease by viral mediated by insect

Menurut Ni Wayan dan Retno (2015), salah satu kendala dalam usaha ini adalah
adanya OPT baik hama maupun penyakit. Salah satu penyakit yang menyerang adalah Soft
rots yang disebabkan oleh Erwinia carotovora yang tidak hanya menyerang tanaman yang
masih berada dalam perkebunan tetapi juga pada saat penyimpanan atau
pemasaran. Gejala yang umum pada tanaman wortel (Daucus Carota )adalah busuk basah,
berwarna coklat atau kehitaman, pada daun, batang, dan umbi. Pada bagian yang terinfeksi
mula-mula terjadi bercak kebasahan. Bercak- bercak tersebut membesar dan mengendap
(melekuk), bentuknya tidak teratur, berwarna coklat tua kehitaman. Jika kelembaban tinggi
jaringan yang sakit tampak kebasahan, berwarna krem atau kecoklatan, dantampak agak
berbutir-butir halus. Disekitar bagian yang sakit terjadi pembentukan pigmen coklat tua atau
hitam. Suhu yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri ini yaitu berkisar 2730 C. E. carotovora dapat mempertahankan diri dalam tanah dan sisa-sisa tanaman dilapang.
Suhu yang optimal untuk perkembangan bakteri yaitu 27 C. Pada keadaan suhu rendah dan
kelembaban yang rendah bakteri akan terhambat pertumbuhannya. Pada umunya infeksi
terjadi melalui luka atau lentisel. Infeksi dapat terjadi melalui luka-luka karena gigitan
serangga atu alat-alat pertanian yang tertempel dengan bakteri tersebut. Larva dan imago lalat
buah dapat menularkan bakteri karena serangga ini membuat luka dan mengandung bakteri
dalam tubuhnya. Untuk mengendalikan penyakit ini digunakan beberapa cara antara lain,
Melakukan sanitasi, Menjaga kebersihan kebun khususnya dari sisa- sisa tanaman sakit
sebelum penanaman, Menanam dengan jarak yang tidak terlalu rapat untuk menghindarkan
kelembaban yang terlalu tinggi, terutama di musim hujan. Pada waktu memelihara tanaman
diusahakan untuk sejauh mungkin menghindari terjadinya luka yang tidak perlu.
According to Ni Wayan and Retno (2015), one of the obstacles in
this effort is the absence of pests both pests and diseases. One of the
diseases that attack is Soft rots caused by Erwinia carotovora which not
only attack plants that are still in the plantation but also during storage
or marketing. The common symptoms in plants carrots (Daucus Carota) are wet
rot, brown or blackish, on leaves, stems and tubers. At the infected part
occurs first spotting wetness. The enlarged patches and settle (curved),
irregularly shaped, dark brown-black. If the humidity is high diseased
tissue visible wetness, beige or brown, somewhat grainy dantampak fine.
Around the diseased part the formation of dark brown or black pigment. The
suitable temperature for the growth and development of this bacterium which
ranges from 27-30 C. E. carotovora can defend itself in the soil and
plant debris dilapang. Optimum temperature for bacterial growth at 27 C.
In a state of low temperature and low humidity, the bacteria will be
stunted. In general, the infection occurs through wounds or lenticels.
Infection can occur through injuries due to insect bites or in the
agricultural equipment is attached to the bacteria. Imago larvae and fruit
flies can transmit bacteria because these insects make cuts and bacteria in
the body. To control this disease used several ways, among others, Doing
sanitation, Keeping gardens, especially from the remains of diseased plants
before planting, Planting distances are not too tight to avoid the humidity
is too high, especially in the rainy season. At the time of cultivated

plants to maintain as far as possible avoid unnecessary injuries.

Menurut Hardiyanto (2010), Bakteri Erwinia carotovora pv. carotovora (Jones) Dye.
Adalah satu-satunya bakteri patogenik tumbuhan yang bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini
mempunyai aktivitas pektolitik yang kuat dan menyebabkan busuk lunak pada tanaman
famili solanaceae. Bakteri ini menyerang jaringan tanaman pada umumnya melalui pelukaan
dan juga dapat melalui lubang alami. Pathogen ini dapat memperbanyak diri pada ruang
intraseluler serta menghasilkan sekresi berupa enzim pektolitik dalam jumlah besar. Ciri khas
bakteri tersebut terlihat dari sel bakteri yang berbentuk batang dengan ukuran (1,5-2,0) x
(0,6-0,9) micron, umumnya membentuk rangkaian sel seperti rantai, tidak mempunyai kapsul
dan tidak berspora. Bakteri bergerak menggunakan flagella yang terdapat di sekeliling sel
bakteri (flagella peritrichous). Bakteri bersifat gram negative. Suhu optimal untuk
perkembangan bakteri adalah 170C pada kondisi kelembapan rendah dan suhu yang rendah
maka perkembangan bakteri akan terhambat.
According Hardiyanto (2010), the bacterium Erwinia carotovora pv.
carotovora (Jones) Dye. Is the only plant pathogenic bacteria that are
facultative anaerobes. These bacteria have a strong pektolitik activity and
causes soft rot in plants solanaceae family. These bacteria invade plant
tissue usually through the wounding and also through natural openings.
These pathogens can multiply in the intercellular spaces as well as the
form of the enzyme secretion pektolitik produce in large quantities.
Characteristic of the bacteria visible from rod-shaped bacterial cell with
size (1.5-2.0) x (from 0.6 to 0.9) micron, generally form a series of cells
such as chains, has no capsule and not berspora. Bacteria move using
flagella that are around the bacterial cells (flagella peritrichous). Are
gram-negative bacteria. The optimal temperature for bacterial growth is
170C on the condition of low humidity and low temperatures, the bacteria
growth is inhibited.

Menurut Suharto et.al (2010), Gejala yang timbul pada buah akibat penyakit ini
adalah

Mula-mula timbul bercak kecil kehijau-hijauan, membusuk, berbentuk

bulat, selanjutnya bercak berubah warna menjadi coklat dan terdapat bintikbintik berwarna hitam. Pada akhirnya warna buah menjadi oranye. di bawah kulit

terdapat bagian yang warnanya berubah menjadi coklat muda. Bagian ini melebar dan
pusatnya mengendap, sehingga mirip dengan kerucut. Infeksi yang terjadi di kebun
menjelang buah dipetik dapat berkembang terus selama buah diangkut dan disimpan sebagai
penyakit pascapanen. Penyakit dapat menyerang batang juga dan menyebabkan terjadinya
kanker yang jorong dan mengendap . Mekanisme jamur dalam mengadakan infeksi langsung
dengan menembus kutikula setelah pembentukan apresorium. Meskipun demikian, jamur
sering mengadakan infeksi melalui lentisel. Kanker pada batang, kayu-kayu mati dan mummi
buah dapat bertindak sebagai sumber infeksi. Konidium terutama dipencarkan oleh air hujan
yang memercik. Tetapi disamping itu dapat juga dipencarkan oleh serangga atau burung , dan
dalam keadaan kering juga dipencarkan oleh angin. Pengendalian Gloeosporium sp secara
kultur teknis dapat dilakukan antara lain dengan memetik buah apel tidak terlalu masak.
Selain itu, juga dapat dilakukan dengan menanam tanaman apel menggunakan varietas yang

tahan penyakit Gloeosporium sp, yaitu varietas Manalagi. Hal lain yang dapat dilakukan ialah
dengan mengatur kelembaban kebun dengan melakukan pemangkasan untuk perbaikan
sirkulasi udara. Pengendalian biologi alternatif salah satunya adalah dengan pemanfaatan
agens hayati seperti virus, jamur atau cendawan, bakteri atau aktiomisetes. Beberapa jamur
atau cendawan mempunyai potensi sebagai agens hayati dari dari jamur patogenik
diantaranya adalah Trichoderma spp. Jamur ini digunakan sebagai jamur atau cendawan
antagonis

yang

mampu

menghambat

perkembangan

patogen

melalui

proses

mikroparasitisme,antibiosis, dan kompetisi


Suharto et.al (2010), The symptoms on the apple fruit (Malus sylvestris
Mill) of the disease is at first raised small patches of greenish, rot,
globular, then spotting turns brown and there are black spots. At the end
of the fruit color orange. under the skin there is a section which is
lightly browned. This section widens and its sediment, so similar to the
cone. Infections that occur in the garden before the fruit can be picked
grown steadily over the fruit is transported and stored as a post-harvest
disease. The disease can also attack the stem and cause cancer ellipse and
settles. Mechanisms mushrooms in holding direct infection by penetrating
the cuticle after forming apresorium. Nonetheless, fungal infections often
hold through lenticels. Cancer stem, dead wood and mummified fruit can act
as a source of infection. Konidium especially dipencarkan by rainwater
splashing. But besides that it can also dipencarkan by insects or birds,
and in the dry state also dipencarkan by the wind. Control Gloeosporium sp
is technical culture can be done for example by picking apples are not too
ripe. In addition, it can also be done by planting resistant varieties of
apples using sp Gloeosporium disease, ie varieties Manalagi. Another thing
that can be done is to adjust humidity garden with pruning to improve air
circulation. Biological control alternatives one is to use biological
agents such as viruses, fungi or fungi, bacteria or aktiomisetes. Some
fungi or fungi have potential as a biological agent of fungal pathogenic
include Trichoderma spp. This fungus is used as a mold or fungus antagonist
capable of inhibiting the development of pathogens through a process
mikroparasitisme, antibiosis, and competition

Busuk buah pada apel termaksud antraknos yang disebabkan oleh jamur
Gloeosporium sp.,. Ukuran aservulus tidak menentu, kadang-kadang sampai bergaris tengah
50 nm. Konidium seperti tabung dengan ujung-ujung tumpul, kadang-kadang berbentuk bulat
telur dengan ujung yang membulat, dengan pangkal yang agak mendatar, hialin, bersel 1,
berukuran 9-24 x 3-6nm
According Sunarjono dan Hendro (2007 )Rotten fruit on the said
apple anthracnose caused by the fungus Gloeosporium sp.,. Aservulus size
erratic, sometimes up to 50 nm in diameter. Konidium like a tube with blunt
ends, sometimes oval-shaped with a rounded tip, with the base of a rather
flat, hyaline, one-celled, measuring 9-24 x 3-6nm

Penyakit mosaik kuning pada ka


cang panjang (Vigna sinensis) disebabkan oleh Bean common mosaic virus (BCMV).
Gejala yang ditimbulkan pada tanaman kacang panjang jika terserang penyakit mosaik
kuning adalah pertama kali muncul berupa pemucatan tulang daun (vein clearing) pada daundaun muda, mengakibatkan jaringan sekitarnya mengalami klorosis, menjadi hijau muda,

kemudian berkembang menjadi mosaik kuning disertai dengan malformasi daun, Tulang daun
mengerut sehingga daun bergelombang dan permukaan daun tidak merata, Terjadi lepuhan,
pengerdilan, dan akhirnya layu pada daun.Akibat yang ditimbulkan pada tanaman kacang
panjang yang terserang penyakit mosaik kuning adalah Terhambatnya proses pembungaan,
Penurunan bobot polong dari 27.5% hingga 85.15%, Mekanisme penyakit mosaik kuning
pada kacang panjang yang disebebkan oleh BCMV sebagian dapat ditularkan oleh kutu daun
(A. Craccivora) yang diawali dengan terjadinya pemucatan tulang daun (vein banding),
mosaik, dan malformasi daun. Efisiensi penularan BCMV berkolerasi positif dengan jumlah
kutu daun yang terdapat pada tanaman. Penularan oleh kutu daun yang mengandung virus
tidak terjadi jika kutu daun tidak menghisap jaringan tanaman
Bean yellow mosaic disease in length (Vigna sinensis) caused by the bean
common mosaic virus (BCMV). Symptoms caused to crops of beans if the
disease mosaic of yellow was first appeared in the form of bleaching bones
leaf (vein clearing) on young leaves, causing the surrounding tissue to
experience chlorosis, green light, and then developed into a mosaic of
yellow accompanied by malformations of leaves, the veins constrict so that
leaves leaf surface bumpy and uneven, blisters occurred, stunting, and
eventually wither on daun.Akibat inflicted on the plant long beans yellow
mosaic disease is Terhambatnya flowering, pod weight decline from 27.5% to
85.15%, yellow mosaic disease mechanisms in long beans disebebkan by BCMV
portion can be transmitted by aphids (A. craccivora) that begins with the
bleaching bones leaf (vein banding), mosaic and leaf malformation. BCMV
transmission efficiency is positively related to the number of aphids found
in plants. Transmission by aphids containing the virus does not occur if
aphids do not suck plant tissue

Hamdayanty (2014)

Bean c
ommon mosaic virus (BCMV) merupakan salah satu virus penting yang
menginfeksi kacang panjang karena menyebabkan produksi menurun dan bersifat
tular benih. Penelitian bertujuan menentukan terjadinya infeksi BCMV pada umur
tanaman berbeda terhadap efisiensi BCMV terbawa benih serta pengaruhnya pada
pertumbuhan vegetatif dan produksi kacang panjang. Inokulasi BCMV dilakukan
secara mekanis pada tanaman berumur 1, 2, 3, dan 4 minggu setelah tanam (MST).
Pengamatan dilakukan terhadap periode inkubasi, insidensi dan keparahan
penyakit, persentase BCMV terbawa benih, tinggi tanaman, dan produksi polong.
Virus dideteksi dengan metode indirect ELISA. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda tanaman terinfeksi BCMV, periodeinkubasi semakin cepat,
gejala penyakit semakin parah, pertumbuhan tanaman semakin terhambat, dan
produksi polong semakin menurun.

Bean common mosaic virus (BCMV) is one of the important virus that infects
long beans for causing production to decline and are borne seeds. The study
aims to determine the occurrence of infection at the age BCMV different
plants against seed-borne BCMV efficiency and its influence on vegetative
growth and production of beans. Inoculation BCMV done mechanically on old
plants 1, 2, 3, and 4 weeks after planting (MST). Observations were made of

the incubation period, the incidence and severity of disease, the


percentage of seed-borne BCMV, plant height, and pod production. Virus was
detected by indirect ELISA method. The results showed that the younger the
infected plants BCMV, periodeinkubasi the faster, the more severe symptoms
of the disease, the more stunted plant growth and pod production decreases

ean common mosaic virus - BCMV merupakan salah satu virus anggota famili
Potyviridae, genus Potyvirus dengan genom ssRNA (utas tunggal), positive
sense, berbentuk filamen dengan panjang 750 nm dan lebar 14 nm. Badan
inklusi Potyvirus berbentuk cakra atau beberapa bentuk yang lain . Vektor BCMV
yang paling penting pada tanaman kacang panjang adalah A. craccivora karena
A. craccivora merupakan hama utama pada tanaman kacang panjang di
Indonesia. BCMV ditularkan kutudaun ke tanaman secara nonpersisten.
Penularan virus tipe ini menunjukkan bahwa virus dalam vektor hanya terdapat
di alat mulut dan tidak dapat memperbanyak diri dalam vektor. Virus ini
mempunyai kisaran inang yang cukup luas, dapat ditularkan oleh kutudaun
secara nonpersisten dan bersifat terbawa benih.
Acording Harwan dan Sri (2014). ean common mosaic virus - is a virus BCMV
family members Potyviridae, genus Potyvirus with genomic ssRNA (singlestranded), positive sense, shaped filaments with a length of 750 nm and 14
nm wide. Inclusion bodies Potyvirus disc-shaped or some other shape. Vector
BCMV most important in the long bean crop is A. craccivora because A.
craccivora is a major pest in crops of beans in Indonesia. BCMV transmitted
to plant nonpersisten aphids. Transmission of the virus shows that the type
of virus in the vector is only found in the mouth of the tool and can not
reproduce themselves in the vector. This virus has pretty broad host range,
can be transmitted by aphids in nonpersisten and are seed-borne.

Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea e. Jamur ini termasuk ke dalam
Ascomycetes, konidia berbentuk bulat, lonjong, tembus cahaya, dan bersekat dua. Jamur ini
bersifat kosmopolit, yaitu dapat menyerang tanaman padi di seluruh dunia.
Blast disease caused by the fungus Pyricularia grisea e. This fungus
belongs to the Ascomycetes, conidia are round, oval, opaque and insulated
two. This fungus is cosmopolitan, that can attack rice plants worldwide

Secara morfologi, cendawan Pyricularia oryzae mempunyai Satu daur penyakit dimulai
ketika spora cendawan menginfeksi dan rnenghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan
berakhir ketika cendawan bersporulasi dan rnenyebarkan spora baru rnelalui udara. Apabila
kondisi lingkungan menguntungkan, satu daur dapat terjadi dalam waktu sekitar 1 minggu.
Selanjutnya dari satu bercak dapat rnenghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam satu
malam dan dapat terus rnenghasilkan spora selama lebih dari 20 hari. Pada kondisi
kelembapan dan suhu yang mendukung, cendawan blas dapat mengalami banyak daur

penyakit dan menghasilkan kelimpahan spora yang dahsyat pada akhir musim. Tingkat
inokulum yang tinggi ini sangat berbahaya bagi tanaman padi yang rentan patogen
Penyebaran spora terjadi selain oleh angin juga oleh biji dan jerami. Cendawan ini mampu
bertahan dalam sisa jerami sakit dan gabah sakit. Dalam keadaan kering dan suhu kamar,
spora masih bertahan hidup sampai satu tahun, sedangkan miselia mampu bertahan sampai
lebih dari 3 tahun. Sumber inokulasi primer di lapang pada umumnya adalah jerami. Sumber
inokulasi benih biasanya memperlihatkan gejala awal pada pesemaian. Untuk daerah tropis,
sumber inokulasi selalu ada sepanjang tahun, karena adanya spora di udara dan tanaman
inang lain selain padi
According Dwinita (2006)The morphology, Pyricularia oryzae fungus have one
disease cycle begins when spores of the fungus infects and rnenghasilkan a
spot on rice crops and ends when the fungus sporulation and new spores
rnelalui rnenyebarkan air. If the environmental conditions favorable, the
cycle can occur in about 1 week. Furthermore, one can spot rnenghasilkan
hundreds to thousands of spores in the evening and may continue
rnenghasilkan spores for more than 20 days. In conditions of humidity and
temperature favor, blast fungus disease can experience many cycle and
produce spores tremendous abundance at the end of the season. This high
level of inoculum that is very dangerous for the rice plants vulnerable to
pathogenic spread of spores occur apart by the wind as well as by seed and
straw. This fungus can survive in the rest of the hay and grain sick sick.
Dry and room temperature, the spores still survive up to one year, while
the mycelia able to survive for more than 3 years. Sources of primary
inoculation in the field in general is straw. Source inoculation seed
usually show symptoms early in the nursery. For the tropics, there is
always the inoculation source throughout the year, because of the spores in
the air and other host plants other than rice

Gejala penyakit blas dapat tampak pada hampir seluruh bagian tanaman padi. Gejala dapat
berupa bercak pada daun, malai, batang, dan bulir padi. Blas daun berupa bercak-bercak
berbentuk belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau putih
dengan tepi berwarna cokelat kemerahan. Infeksi pada malai menyebabkan gejala yang khas
berupa membusuknya tangkai malai yang umum disebut sebagai busuk leher (neck rot). Jika
busuk leher terjadi sebelum masa pengisian bulir, maka gabah akan hampa. Gejala serangan
pada batang berupa busuk dan mudah rebah. Penyakit blas leher dapat menurunkan
hasil secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau
patah sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir
padi hampa. Gangguan penyakit blas leher di daerah endemis sering
menyebabkan tanaman padi menjadi puso
Blast disease symptoms can be seen in almost all parts of the rice plant.
Symptoms can include spots on leaves, panicle, stem, and grain. Blas leaf
form of patches rhombic with a pointed end. Fitness spotting gray or white
with reddish brown edges. Infection in panicles causing symptoms are
typical of the decay of the stem panicle commonly referred to as rotten
neck (neck rot). If the foul occurs before the neck of the grain filling
period, then the grain would be empty. Symptoms of an attack on the trunk
form and easily fall foul. Neck blast disease can be significantly lower
revenues for causing panicle neck suffered rotten or broken so that the
charging process interrupted panicle and many grains formed hollow.

Disorders of the neck blast disease in endemic areas often cause the plant
to become parched rice Sudir et.al(2014)

Pembengkakan akar merupakan ciri khas penyakit akar gada .Bentuk dan
letak tergantung pada spesies inang dan tingkat infeksi. Pada Brassica mulamula pembengkakan berbentuk "spindel" (kurus panjang) yang sangat kecil
pada akar-akar utama dan lateral. Dengan pertumbuhan jaringan inang yang
tidak terkendali, akar-akar menjadi sangat besar dan berubah bentuk, dan
akhirnya bersatu membentuk gada . Makin lama akar yang membengkak
makin besar dan biasanya hancur sebelum akhir musim tanam karena
serangan bakteri dan cendawan lain. pembengkakan dapat mencapai ukuran
kepalan tinju manusia dan warnanya nampak kelabu dan kuning pucat
Warna kekuning-kuningan berbeda dengan akar-akar yang sehat berwarna
putih
ACCORDING DjatnikA Swelling is a characteristic root root disease .Bentuk
mace and layout depending on the host species and the rate of infection. In
Brassica swelling initially shaped "spindle" (the long skinny) is very
small on the roots of the main and lateral. With the growth of host tissue
uncontrolled, roots become very large and deformed, and eventually united
to form a club. The longer roots that swell bigger and usually destroyed
before the end of the growing season for bacteria and other fungi. swelling
can reach the size
the clenched fist of humans and the colors appear gray and pale yellow
Yellowish color in contrast to the healthy roots are white

Kelayuan bibit atau tanaman adalah tanda pertama dari infeksi. Hal ini
menunjukkan bahwa akar telah rusak. Gejala pertama kali terlihat pada akar adalah
pembengkakan yang berkembang menjadi distorsi besar atau seperti gada. Keseriusan
bergantung kepada usia tanaman dan waktu bersentuhan dengan penyakit tersebut. Awalnya,
ladang
-ladang tanaman yang sangat kerdil akan muncul diladang. Pada tanaman di waktu-waktu
selanjutnya, ladang -ladang tanaman akan meluas hingga seluruh ladang terinfeksi. Semakin
banyak spora yang ada di dalam tanah, maka semakin parah gejalanya.
Kelayuan seeds or plants are the first signs of infection. This indicates
that the roots have been damaged. The symptoms first look at the root is
the swelling that developed into distortion large or as a club. The
seriousness depends on the age of the plant and the time of contact with
the disease. Initially, the fields -ladang very dwarf plants that will
appear the fields. At the plant in later times, the fields -ladang plant
will extend to the entire infected fields. The more spores in the soil, the
more severe the symptoms. Cabbage plants may grow without head

Spora Penyakit akar gada dapat bertahan hidup di dalam tanah hingga 20 tahun. Ini berarti
jika penyakit akar gada masuk ke ladang hampir tidak mungkin untuk benar-benar
menyingkirkannya.Spora bangun dan kemudian berkecambah dengan hadirnya akar keluarga
kubis. Mereka mengeluarkan spora berenang yang tertarik ke akar kubis dan berenang ke
arah mereka ketika tanah sangat basah.Spora melekat pada akar di mana mereka tumbuh dan
menyebabkan pembengkakan.Penyakit akan memburuk dengan meningkatnya kelembaban
tanah dan suhu tanah naik di atas 20 C.Kondisi ideal untuk infeksi penyakit akar gada
termasuk tanah asam (pH kurang dari 7), tanah basah,suhu hangat (20-25C) dan tanaman
inang rentan.Penyebaran spora yang dorman ke ladang adalah dengan obyek yang dapat
membawa tanah yang terkontaminasi, seperti alat pertanian, sepatu kotor, bibit terinfeksi,
hewan pemakan rumput dan air permukaan. Penyebaran jarak jauh pada umumnya adalah
dengan bibit ditanam di tanah pada tanah terkontaminasi.
The disease spores can survive mace roots in the soil up to 20
years. This means that if the root disease bludgeon entered into the fields
is almost impossible to completely menyingkirkannya.Spora up and then
germinate in the presence of the cabbage family roots. They issued a
swimming spores are attracted to the roots of cabbage and swam toward them
when the soil is very basah.Spora attached to the roots where they grow and
cause pembengkakan.Penyakit will deteriorate with increasing soil moisture
and soil temperature rises above 20 C.Kondisi ideal for infectious
diseases including ground mace roots acidic (pH less than 7), wet soils,
warm temperatures (20-25 C) and host plants rentan.Penyebaran dormant
spores into fields is an object that can bring contaminated land, such as
tool agriculture, dirty shoes, infected seedlings, animal grazing and
surface water. Spreading distance generally is planted in the ground in
contaminated soil.

Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang penting di Indonesia.


Penyakit hawar daun yang disebabkan oleh jamur Phytophthora infestans adalah
penyakit yang sangat penting pada tanaman kentang di Indonesia. penyakit ini
telah menjadi kendala utama produksi kedua komoditas pertanian tersebut di
dunia,
terutama
di
daerah
yang
beriklim
sejuk
dan
lembab.
Pada kentang, patogen hawar daun mula-mula dideskripsi di Perancis pada tahun
1845 oleh Montagne. Pada tahun 1876, setelah melakukan penelitian selama
bertahun-tahun, Anton de Bary mengukuhkan nama patogen Phytophthora
infestans sebagai penyebab penyakit hawar daun pada kentang. Penyakit hawar
daun sangat merusak dan sulit dikendalikan, karena Phytophthora infestans
merupakan jamur patogen yang memiliki patogenisitas beragam. Pada
umumnya, patogen ini berkembangbiak secara aseksual dengan zoospora, tetapi
dapat juga berkembangbiak secara seksual dengan oospora. Jamur ini bersifat
heterotalik, artinya perkembangbiakan secara seksual atau pembentukan
oospora hanya terjadi apabila terjadi mating (perkawinan silang) antara dua
isolat Phytophthora infestans yang mempunyai mating type (tipe perkawinan)
berbeda. Cara ini dilakukan tanpa penggabungan sel kelamin betina dan sel
kelamin jantan, tetapi dengan pembentukan spora yaitu zoospora yang terdiri
dari masa protoplasma yang mempunyai bulu bulu halus yang bisa bergetar
dan disebut cilia, tetapi dapat juga berkembangbiak secara seksual dengan
oospora, yaitu penggabugan dari gamet betina besar dan pasif dengan gamet
jantan kecil tapi aktif.

Gardner

2011 Potatoes are one of the important vegetable crops in


Indonesia. Leaf blight caused by the fungus Phytophthora infestans is a
very important disease in potato crops in Indonesia. This disease has

become the main obstacle of the second production of agricultural


commodities in the world, especially in cool climates and humid.
Potato late blight pathogen initially be described in France in 1845 by
Montagne. In 1876, after doing research for many years, Anton de Bary
confirmed the name of the pathogen Phytophthora infestans causing leaf
blight in potatoes. Leaf blight is very damaging and difficult to control,
because it is a fungus Phytophthora infestans pathogen has varied
pathogenicity. In general, these pathogens multiply asexually by zoospores,
but can also reproduce sexually with oospore. This fungus is heterotalik,
meaning that proliferation of sexually or oospore formation occurs only in
the event of mating (cross-breeding) between the two isolates of
Phytophthora infestans having a mating type (type of marriage) is
different. How this is done without the incorporation of sex cells and
female sex cell of a male, but with the formation of spores that zoospores
which consists of a period of protoplasm that have feathers - fuzz that can
vibrate and called cilia, but can also reproduce sexually with oospore,
namely penggabugan of gametes large female and male gametes passive with a
small but active.

Penyakit hawar daun kentang disebabkan oleh cendawan XANTHOMONAS


ORYZAE, yang semula disebut Botrytis infestans Mont. Miselium interseluler tidak
bersekat, mempunyai banyak houstorium. Konidiofor keluar dari mulut kulit,
berkumpul 1-5, dengan percabangan simpodial, mempunyai bengkakan yang
khas. Konidium berbentuk buah peer, 22-32 x 16-24 m, berinti banyak 7-32.
Konidium berkecambah secara tidak langsung dengan membentuk hifa (benang)
baru, atau secara tidak langsung dengan membantuk spora kembara, konidium
dapat juga disebut sebagai sporangium atau zoosporangium. Cendawan ini
dapat membentuk oospora meskipun agak jarang. Jamur P. infestans diketahui
mempunyai
banyak
ras
fisiologi.
Gejala awal bercak pada bagian tepi dan ujung daun, bercak melebar dan
terbentuk daerah nekrotik yang berwarna coklat. Bercak dikelilingi oleh massa
sporangium yang berwarna putih dengan belakang hijau kelabu. Serangan dapat
menyebar ke batang, tangkai dan umbi. Perkembangan bercak penyakit pada
daun paling cepat terjadi pada suhu 18C - 20C. Pada suhu udara 30C
perkembangan bercak terhambat.. Daun-daun yang sakit mempunyai bercakbercak nekrotik pada tepi dan ujungnya. Kalau suhu tidak terlalu rendah dan
kelembaban cukup tinggi, bercak-bercak tadi akan meluas dengan cepat dan
mematikan seluruh daun. Bahkan kalau cuaca sedemikian berlangsung lama,
seluruh bagian tanaman di atasakan mati. Dalam cuaca yang kering jumlah
bercak terbatas, segera mengering dan tidak meluas. Umumnya gejala baru
tampak bila tanaman berumur lebih dari satu bulan, meskipun kadang-kadang
sudah terlihat pada tanaman yang berumur 3 minggu. Pembentukan penyakit
busuk daun ini bervariasi sesuai kondisi lingkungan. Kelembaban relative, suhu,
intensitas cahaya, dan pemeliharaan kentang itu sendiri akan mempengaruhi
gejala yang timbul. Daun yang sakit terlihat berbecak bercak pada ujung dan
tepi daunnya dan dapat meluas ke bawah serta mematikan seluruh daun dalam
waktu 1 sampai 4 hari; hal ini terjadi jika udara lembab. Bila udara kering jumlah
daun yang terserang terbatas, bercak bercak tetap kecil dan jadi kering dan
tidak menular ke daun lainnya.

Friend. J, D.R. Threlfall

2006
Potato leaf blight caused by Xanthomonas
oryzae fungus, which was originally called Botrytis infestans Mont.
Intercellular
mycelium
is
not
insulated,
has
a
lot
houstorium.
Conidiophores out of the mouth of the skin, gathered 1-5, with branching
simpodial, has a distinctive swelling. Konidium shaped fruit peer, 22-32 x

16-24 m, multinucleated 7-32. Konidium germinate indirectly by forming


hyphae (threads) are new, or indirectly by membantuk spores wanderer,
konidium can also be referred to as sporangium or zoosporangium. This
fungus can form oospore though rather sparse. P. infestans fungus known to
have many physiological races.
The initial symptoms spots on the edges and tips of the leaves, spotting
widened and formed brown necrotic area. Spotting surrounded by masses
sporangium white with gray green background. Attacks may spread to the
trunk, stems and tubers. The development of leaf spot diseases of the
fastest occurs at a temperature of 18C - 20C. At air temperature 30C
spotting hampered development .. The leaves are sick have necrotic patches
on the edges and ends. If the temperature is not too low and humidity is
high enough, blotches were going to spread rapidly on and off all the
leaves. Even if the weather is so long, the entire plant in atasakan dead.
In dry weather a limited number of spots, dries quickly and does not
extend. Generally, new symptoms appear when the old plant over a month,
although sometimes it has been seen in plants aged 3 weeks. Formation of
late blight will vary according to environmental conditions. Relative
humidity, temperature, light intensity, and the maintenance of the potato
itself will affect the symptoms. Sick leaves look berbecak - spots on the
leaf tips and edges and may extend to the bottom and turn off all the
leaves within 1 to 4 days; this occurs when moist air. When dry air limited
number of affected leaves, spots - spots remain small and dry and do not
spread to other leaves.

T Penyakit sapu setan menyerang kacang tanah. Penyakit ini disebabkan oleh mycoplasma
like organism (MLO). Tanaman yang terserang sapu setan terlihat tumbuh kerdil kekuningan,
daun daun mengecil, bertunas banyak, dan ginofor berubah bentuk menjadi seperti kait,
membelok ke atas tidak masuk ke dalam tanah. Pengendalian penyakit ini dengan cara
mencabut tanaman terserang melakukan rotasi tanaman, dan memupuk tanaman secara
seimbang. tanaman yang terserang mempunyai cabang lateral atau cabang
yang tumbuh pada buku-buku batang/cabang dalam jumlah banyak.
Ginofor mengalami geotropi negatif atau tumbuh ke atas Cabang lateral
ini ruasnya pendek, daun-daun yang tumbuhpun kecil-kecil sehingga
penampakan tanaman seperti sapu Phytoplasma adalah organisme satu
sel, tidak mempunyai dinding sel sehingga bentuknya berubah-ubah. Di
dalam tanaman, phytoplasma terbatas pada jaringan phloem. Wereng
Orosius argentatus adalah vektor yang efektif menyebarkan di lapangan.
Sanitasi dengan mencabut tanaman kacang tanah yang tumbuh liar dan
tanaman yang terserang sudah cukup untuk mengendalikan penyakit
yang tidak berbahaya ini
Evans (2014)..T Disease broom vicious attack peanuts. The disease is
caused by a mycoplasma like organism (MLO). Plants are attacked by a
vicious look broom yellow stunting, leaf leaves shrinking, sprout a lot,
and ginofor transformed into such as hooks, turned up no sign into the
ground. Control of this disease by uprooting infected plants crop rotation,
and cultivate crops in a balanced manner. the affected plants have a
lateral branch or branches that grow on the books stems / branches in large
quantities. Ginofor experiencing negative geotropi or grow up this lateral
branch ruasnya short, tumbuhpun leaves into small pieces so that the
appearance of plants such as broom Phytoplasma is a single-celled organism,

does not have a cell wall so that its shape changes. Inside the plant,
phytoplasma limited to the phloem tissue. Wereng Orosius argentatus are
vector-effectively deploy in the field. Sanitation by unplugging the peanut
plants that grow wild and affected plants is enough to control the disease
is not dangerous

Mikroorganisme yang mirip dengan bakteri penyebab sakit pada tanaman ialah
mycoplasma-like organism (MLO) dan spiroplasma.
MLO adalah mikroorganisme yang bersel satu, bentuknya bervariasi,
sering berubah-ubah karena tidak mempunyai dinding sel, selnya mengandung
protoplasma yang terdiri dari ribosom dan inti sel.
Diameter selnya hanya 100 nanometer (1 nm = 1/1.000.000 mm),
termasuk makhluk hidup yang sangat kecil, lebih kecil dari virus.
Mikroorganisme ini menyerang floem dengan gejala tajuk kerdil dan menyapu,
ukuran daun mengecil dan klorosis. Kalau intensitas serangan telah berat, maka
pohon dapat mati. Penularan MLO dari satu pohon yang lain terjadi dengan
perantara serangga vektor dan dari pembiakan secara vegetatif (stek, cangkok,
sambungan dll).

Anderson (2008)The microorganisms similar to bacteria that cause illness in


crops is mycoplasma-like organism (MLO) and Spiroplasma.
MLO is a single-celled microorganisms, shape varies, often capricious
because it has no cell wall, the cell contains protoplasm consisting of
ribosomes and the cell nucleus.
Cell diameter of only 100 nanometers (1 nm = 1 / 1,000,000 mm), living
creatures that are very small, smaller than a virus.
These microorganisms attacking the phloem with symptoms of stunted canopy
and rake, smaller leaf size and chlorosis. If the intensity of the attack
was heavy, then the tree can die. MLO transmission from one tree else
happens with intermediaries and insect vectors of vegetative propagation
(cuttings, grafts, connections, etc.).

Dwarf banana disease caused by the 'Banana Bunchy Top Virus' (BBTV). The
early symptoms are characterized by the presence of symptoms of dark green
stripes on the stalk and leaves the bone resembles Morse code. On a leaf near
the midrib are spots / dark green bent lines. When the older the plant, the leaves
become stunted growth, small, rigid and pointing up, the plants become stunted.
The disease is caused by a virus. Transmission through vector Pentalonia
negronervosaCoq. The symptoms are the young leaves appear straighter,
shorter, narrower and shorter stems than normal, leaf yellowing along the edges
and then dries, the leaves become brittle and easily broken, late Plant growth
and the leaves form a rosette at the end of his false stem. Rolls new young
leaves began to open up straighter and narrower than the previous leaf.
Furthermore, the edge of the leaves turn yellow and lose its elasticity so easily
torn. Leaves the bone was losing strength so fragile and easily broken. Dark
green colored grooves appear on leaves and leaf veins desist. Advanced stage,
new leaves grow tapered and bumpy. Chlorosis appears on the edges of the
leaves. The leaves look clustered shoots section. Control is done by planting
healthy seeds and garden sanitation by cleaning the host plants such as abaca
(Musa textiles), Heliconia spp danCanna spp, demolition clumps sick, then cut
into small pieces so that no live buds. Another way is to use a systemic
insecticide to control the vector, especially in the nursery
Banana bunchy top is a viral disease caused by a single-stranded DNA virus
called the Banana Bunchy Top Virus (BBTV). It was first identified in Fiji in 1889,

and has spread around the world since then. [1] Like many viruses, BBTV was
named after the symptoms seen, where the infected plants are stunted and have
"bunchy" leaves at the top.[2] The disease is transmitted from plant-to-plant in
tropical regions of the world by banana aphids, which can also feed on Heliconia
and flowering ginger (from the Zingiberaceae family), which is an important
factor in control of the disease. There are no resistant varieties, so controlling the
spread by vectors and plant materials are the only management methods. [1]
Symptoms include spotting any deformed plant appearance

You might also like