Professional Documents
Culture Documents
Rhizobium masuk ke dinding rambut akar yang pecah dan Rhizobium terperangkap
sampai rambut akar yang telah berubah bentuk terbungkus kembali (Dewi, 2007).
Dewi (2007) menyatakan terbentuknya nodula akar dimulai dengan
masuknya infeksi benang dan berpenetrasi ke dalam akar dari sel ke sel. Sel ini
terbagi membentuk jaringan nodula di mana bakteri ini membelah dan
menggandakan diri. Batas pemisah pun berkembang, lokasi pusat di mana bakteri
berada dinamakan zona bakteri yang ditandai dengan adanya nodula dari bakteri
yang menyerangnya, sedangkan jaringan bebas dinamakan korteks nodula.
Jaringan nodula tumbuh dalam berbagai ukuran, mendorong dirinya melalui akar
dan kemudian muncul sebagai tambahan dalam sistem perakaran. Ukuran dan
bentuknya bergantung pada spesies dan tanaman legumnya.
Pada jurnal Mekanisme Penambatan Nitrogen Udara oleh bakteri
Rhizobium Menginspirasi Perkembangan Teknologi Pemupukan Organik yang
Ramah Lingkungan yang ditulis oleh Adnyana (2012) mekanisme bakteri Rhizobium
menginfeksi tanaman jenis legume tepatnya pada daerah rizosfer, daerah ini
merupakan tempat ideal bagi tempat berkumpulnya mikroba karena di daerah ini
terdapat banyak jenis substrat organik yang dikeluarkan tanaman seperti hormon,
lektin dan enzim-enzim perombak senyawa organik (Battisti et al., 1992; Singh et al.,
2008). Semakin tinggi jumlah bahan organik, populasi mikroorganisme juga semakin
tinggi. Dugaan bahwa sebelum sel bakteri menginfeksi tanaman inang didahului oleh
adanya senyawa protein spesifik yang disebut inducer yang dikeluarkan tanaman
sebagai signal yang dikenal bakteri (Battisti et al., 1992; Long, 1995; Singh et al.,
2008). Selanjutnya, bakteri mengeluarkan senyawa lipo-oligosakarida atau
selanjutnya disebut nod factor. untuk perintah pembelahan sel inang. Oleh karena
itu, diduga simbiosis dapat terjadi ditentukan oleh kecocokan masing-masing
substrat yang dihasilkan (Long, 1995; Foyer dan Noctor, 2004; Werner dan Newton,
2005).
Mekanisme penambatan nitrogen secara biokimia belum dipahami secara
pasti. Walaupun demikian, dalam reaksi reduksi nitrogen menjadi amonia dibutuhkan
komponen-komponen utama seperti: (i) N2 sebagai elektron akseptor; (ii) ATP
sebagai sumber energi, (iii) NADPH2 sebagai rantai transfer elektron, feredoksin
merupakan sumber elektron, (iv) nitrogenase (enzim yang mengkatalis reaksi)
(Lawn, 1975; Foyer dan Noctor, 2004; Werner dan Newton, 2005).
Bakteroid membutuhkan sejumlah energy untuk membentuk tenaga reduksi
(misalnya NDPH2, feredoksin) dan ATP untuk mengendalikan reaksi. Energi
didapatkan dari fotosintat tanaman inang. Sukrose, glukose, dan asam-asam organik
ditranslokasikan ke dalam nodul dan oksidasi dari bahan-bahan ini menghasilkan
energi (fosforilasi oksidatif). Proses respirasi ini membutuhkan sejumlah oksigen,
yang diikat oleh leghaemoglobin di sekitar bakteroid. Mekanisme kerjanya sama
dengan leghaemoglobin yang terdapat pada darah mamalia yaitu sebagai pembawa
oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi. Enzim nitrogenase, yang
mengkatalis reduksi N2 terdiri atas dua komponen yaitu protein Fe-Mo dan protein
Fe-S. Hasil akhir dari reaksi reduksi N2 adalah amonia (NH3) melalui hasil antara
berupa senyawa diimida dan hidrasin (Goodwin dan Mercer, 1983). Faktor-faktor
yang mempengaruhi penambatan nitrogen adalah (i) suplai fotosintat, (ii) aerasi, (iii)
temperatur, (iv) pH tanah dan (v) ketersediaan hara nitrogen.
Lintasan reaksi amonia menjadi nitrogen organik diperankan oleh aktivitas
dua jenis enzim yaitu glutamin sintetase (GS) dan glutaminamida (2-oksoglutarat
aminotransferase)-oksidoreduktase NADP (Gambar 2). Reaksi ini terjadi di dalam
sel tanaman. Di dalam sel tanaman, terdapat inti yang bertanggung jawab terhadap
terlaksananya sintesis protein. Senyawa nitrogen organik yang menjadi dasar
penyusun protein adalah gugus asam amino (Goodwin dan Mercer, 1983).
Selain pemanfaatan bakteri Rhizobium pada jurnal Pengujian Kapasitas
Penambat Nitrogen Azotobacter sp Indigen dan Eksogen Secara In-Vitro pada
Tanah Andisol Areal Pertanaman Teh yang ditulis oleh Pranoto dan Mieke (2014)
Mikroba tanah pemfiksasi nitrogen mempunyai peranan penting dalam membantu
tersedianya berbagai hara nitrogen yang berguna bagi tanaman. Keberadaan
mikroorganisme tanah sangat penting dalam proses mobilisasi dan mineralisasi hara
sehingga tersedia untuk tanaman.
Penelitian ini dibatasi pada Azotobacter sp sebagai mikroorganisme
penambat nitrogen non-simbiotik. Penambatan nitrogen terjadi karena adanya enzim
nitrogenase. Zinniel et al. (2002) menginformasikan bahwa bakteri penambat
nitrogen juga dapat meningkatkan penyerapan mineral, fiksasi nitrogen, mengurangi
kerusakan akibat perubahan cuaca dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
penyakit, serta menghasilkan fitohormon asam asetat indole-3 (IAA) dan sitokinin
yang dapat memacu pertumbuhan akar dan tajuk (Setiawati et al., 2009).
Bakteri penambat N2 Azotobacter adalah bakteri aerob yang mudah
ditemukan di rizosfer berbagai tanaman. Rhizobacteria azotobacter dapat menambat
N2 secara bebas meskipun kapasitas fiksasinya lebih rendah daripada bakteri
simbiotik yang dapat menyediakan N terfiksasi sampai 100-300 kg N/ha (Wani et al.,
1995). Kontribusi N terfiksasi di tanah oleh bakteri pemfiksasi non-simbiotik hanya
10% dari total N terfiksasi (Roper and Ladha, 1995). Menurut Arjjumend (2006),
Azotobacter dapat menyumbang N. Azotobacter chroococcum pada konsentrasi 108
CFU/ml meningkatkan perkecambahan benih jagung (Sachin & Misra, 2009).
Respon positif telah diperlihatkan pula oleh tanaman serealia lain, yaitu gandum
(Triticum aestivum), inokulasi meningkatkan hasil sekitar 15% (Abbasdokht, 2008).
Konsorsium Bradyrhizobium dan Azotobacter telah dibuktikan meningkatkan berat
kering dan kandungan nitrogen tanaman kedelai (Milic et al., 2002).
Bahan penelitian yang dipergunakan dalam penelitian adalah Azotobacter sp
indigen dan eksogen yang merupakan isolat terpilih hasil dari penelitian pertama,
Azotobacter vinelandii, Azotobacter N.D.93 (eksogen) dan Azotobacter kedelai II,
serta Azotobacter sp. Serta tanah Andisol yang telah disterilkan dengan autoclave
pada suhu 212C selama 30 menit. Metode Metode yang digunakan adalah metode
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, Gede Menaka. 2012. Mekanisme Penambatan Nitrogen Udara oleh
bakteri Rhizobium Menginspirasi Perkembangan Teknologi Pemupukan
Organik yang Ramah Lingkungan. Program Studi Agroekoteknologi. Fakultas
Pertanian. Universitas Udayana. Bali.
Mardiana, Rizky N., T. Sabrina dan Fauzi. 2014. Pemanfaatan Jamur Pelarut Fosfat
dan Mikoriza untuk Meningkatkan Ketersediaan dan Serapan P Tanaman
Jagung pada Tanah Alkalin. Program Studi Agroekoteknologi. Fakultas
Pertanian. Universitas Sumatra Utara. Medan. Vol.2(3): 1003-1010
Pranoto, Eko dan Mieke Rochimi Setiawan. 2014. Pengujian Kapasitas Penambat
Nitrogen Azotobacter sp Indigen dan Eksogen Secara In-Vitro pada Tanah
Andisol
Areal
Pertanaman
Teh.
Online.
http://tcrjournal.com/index.php/tcrj/article/download/43/pdf. Diunduh tanggal 15
Oktober 2016
Sari, Ramdana dan Retno Prayudyaningsih. 2015. Rhizobium: Pemanfaatannya
sebagai Bakteri Penambat Nitrogen. Balai Penelitian Kehutanan Makasar.
Vol.12(1) 14p.
Yani, Rakhma. 2011. Karakteristik Kemampuan Melarutkan Fosfat Bakteri Pelarut
Fosfat Asal Tithonia diverssifolin pada Media Agar Ekstrak Tanah. Fakultas
Pertanian. Universitas Andalas. Padang.