You are on page 1of 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Definisi Air
Air merupakan unsur alami yang memiliki sifat-sifat kimia maupun fisika di
dalam struktur atomnya, jika diamati dengan stereoskop terlihat bahwa air mempunyai
ketertarikan antar unsur hidrogen dengan oksigen yang membentuk persenyawaan,
sehingga dapat dituliskan dengan rumus kimia H2O. Pada kondisi standar yaitu pada
tekanan 100 Kpa (1 bar) dan temperatur 273,15K (0C), air tidak berwarna, tidak
berbau maupun tidak berasa Air dalam kondisi normal berbentuk cair merupakan suatu
pelarut yang penting, yaitu melarutkan banyak zat kimia lainnya seperti garam, gula,
asam dan beberapa macam molekul organik (Thohiron, 2012).
Sifat-Sifat Air
Menurut Thohiron (2012), air memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a. Air menempati ruang sesuai dengan wadahnya.
Sejumlah air jika ditempatkan pada suatu tempat atau wadah, maka maka akan
menempati ruang tersebut sesuai wadahnya.
b. Air mengalir dari tempat yang tinggi menuju permukaan rendah.
Air mengalir dari tempat yang tinggi menuju permukaan rendah merupakan
salah satu sifat dari air. Sedangkan contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari
terlihat pada tandon air dibuat lebih tinggi dari pipa air, Atap dibuat miring agar air
dapat mengalir dari genting ke bawah, Saluran irigasi dibuat miring agar air dapat
mengalir dengan lancar.
c. Air memberi tekanan
Air memberi tekanan maksudnya air akan memberikan tekanan ke segala arah
apabila ada suatu lubang disetiap wadah airnya. Hal ini sesuai dengan Hukum Pascal
II1

Laboratorium Teknologi Pengolahan Air


yang berbunyi tekanan di dalam zat cair akan diteruskan oleh zat cair itu ke segala
arah. Contohnya alat penyiram tanaman, air akan menekan ke segala arah melalui
lubang air, sedangkan tekanan yang diberikan oleh air bisa beragam tergantung dari
letak lubangnya.
d. Air meresap melalui celah kecil
Kemampuan zat cair untuk meresap melalui celah-celah kecil disebut
Kapilaritas. Contohnya kain yang dicelupkan sebagian pada bak yang diisi air, kain
akan menyerap air karena kain memiliki celah-celah kecil, kertas tisu yang digunakan
untuk menyerap keringat dan air. Sedangkan contoh untuk bahan yang tidak dapat
menyerap air adalah plastik dan alumunium foil. Kedua benda itu sangat kedap terhadap
air sehingga proses kapilaritas tidak bisa berlaku.
e. Bentuk permukaan air selalu tenang dan datar
Bentuk permukaan air selalu tenang dan datar terlihat jika kita menuangkan air
ke dalam ember, maka kedudukan air akan datar, begitu pula jika ember di miringkan
maka kedudukan air tetap datar. Water pas adalah contoh dari prinsip bahwa bentuk
permukaan air selalu tenang dan datar.
f. Air dapat melarutkan benda tertentu
Zat cair melarutkan benda tertentu contohnya garam, gula. Sedangkan contoh zat
yang tidak bisa larut dalam cair adalah tanah, pasir dan minyak. Fakor yang
mempengaruhi suatu pelarutan benda adalah
1) Suhu air.
Suhu air yang tinggi akan lebih cepat melarutkan daripada suhu air yang rendah,
2) Kecepatan mengaduk.
Mengaduk dengan cepat akan lebih cepat pula benda larut.
Program studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
II2

Laboratorium Teknologi Pengolahan Air


Air disebut Pelarut universal (sedunia) karena air melarutkan lebih banyak zat
daripada cairan apapun. Ini berarti bahwa di mana air mengalir, baik melalui tanah
maupun melalui badan kita, air itu membawa serta zat-zat berharga seperti zat kimia, zat
mineral (tambang) dan bahan gizi.
g. Air dapat berubah wujud.
Pada kisaran suhu 0-1000 C berwujud cair. Suhu 0 oC meupakan titik beku
(freezing point) dan suhu 100 oC merupakan titik didih (boiling point). Jika seandainya
air tidak mepunyai sifat cair tersebut, air yang terdapat dalam jaringan tubuh makhluk
hidup maupun air yang terdapat di laut, sungai, danau dan badan air yang lain akan
berada dalam bentuk gas atau padatan sehingga tidak akan terdapat kehidupan di muka
bumi ini, karena sekitar 60% 90% bagian sel makhluk hidup adalah air.
h. Air memiliki berat.
i. Air merupakan penyimpan panas yang baik.
Air sebagai penyimpan panas yang baik sehingga perubahan suhunya
berlangsung lambat. Sifat air ini memungkinkan air tidak menjadi panas atau dingin
secara tiba tiba / dalam seketika.
Manfaat dari sifat perubahan suhu air yang lambat ini :
1) dapat mencegah stress pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu mendadak
2) memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup
3) sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.
j. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan.
Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap. Proses
penguapan air memerlukan energi panas dalam jumlah besar. Sebaliknya proses
Program studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
II3

Laboratorium Teknologi Pengolahan Air


perubahan dari uap menjadi cair (kondensasi) melepaskan energi panas yang besar. Sifat
air yang dapat melepaskan energi maupun menyerap energi ini bermanfaat pada:
mengapa kita merasa sejuk pada saat berkeringat.
Merupakan salah satu faktor utama dalam prose penyebaran / distribusi air di bumi.
k. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi
Suatu cairan dikatakan memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan
antara molekul cairan tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan
air memiliki sifat membasahi suatu bahan secara baik (higher wetting ability).
Tegangan permukaan yang tinggi juga memungkinkan terjadinya sistem kapiler, yaitu
kemampuan untuk bergerak dalam pipa kapiler (pipa dengan lubang kecil). Dengan
adanya sistem kapiler dan sifat pelarut yang baik, air dapat membawa nutrien dari dalam
tanah ke jaringan tumbuhan (akar, batang dan daun).
Adanya tegangan permukaan memungkinkan beberapa organisme, misalnya jenis-jenis
insekta dapat merayap di permukaan air.
l. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku.
Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki nilai densitas
(massa/volume) yang lebih rendah daripada air. Hal ini menyebabkan es mengapung di
atas permukaan air. Sifat ini mengakibatkan danau-danau di daerah yang beriklim
dingin hanya membeku pada bagian permukaannya saja (pada bagian bawah permukaan
masih berupa cairan) sehingga kehidupan organisme akuatik tetap berlangsung di bawah
permukaan yang membeku.

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih
adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun
Program studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
II4

Laboratorium Teknologi Pengolahan Air


persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi
kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak
menimbulkan

efek

samping

(Ketentuan

Umum

Permenkes

No.416/Menkes/PER/IX/1990 (USU, 2011).


Berikut ini adalah beberapa masalah yang terdapat dalam air yang dipakai dalam
industri :
1. Kekeruhan dan warna
Agar mudah mengenali rupa air yang layak dikonsumsi. Kekeruhan dan warna
adalah bentuk cemaran yang paling mudah dikenali dalam air.
2. Bau
Demikian juga bau, setiap ada tanda-tanda bau dari air, pasti adalah bentuk
cemaran akan kemurnian air. Karena air yang tidak tercemar sama sekali tidak
berbau.
3. Rasa
Rasa adalah rasa yang terasa di kulit ataupun rasa pada lidah. Air yang tidak
tercemar tidak memberikan sensasi rasa baik pada kulit maupun lidah.
(Anonim 2013)

4.

Kesadahan
Kesadahan merupakan jumlahan semua kation kation polyvalen (mg/l CaCO 3).
Di

lapangan merupakan jumlah ion ion Kalsium, dan ion ion Magnesium,

merupakan kation kation dominan dalam air. Kesadahan dalam air dapat disebabkan
oleh ion-ion Ca2+dan Mg2+, juga oleh ion Mn2+, Fe2+ dan semua kation yang bermuatan
dua positif (divalent). Air yang kesadahannya tinggi biasanya terdapat pada air tanah
di daerah yang bersifat kapur, darimana Ca2+dan Mg2+ berasal. Pengukuran biasanya
dilakukan secara volumetric menggunakan reagent EDTA. Berikut ini adalah macammacam jenis kesadahan:
a.

Kesadahan magnesium : Kesadahan yang tersisa setelah

pengendapan

kalsium dengan ammonium oksalat.


b. Kesadahan karbonat : Jumlah kadar ion kalsium dan magesium yang sama
besarnya dengan jumlah kadar bikarbonat dan karbonat dinyatakan dalam satuan
yang sama.
Program studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
II5

Laboratorium Teknologi Pengolahan Air


c. Kesadahan kalsium : Biasanya dihitung berdasarkan titrasi dengan EDTA.
d. Kesadahan non - karbonat : Selisih antara kesadahan (total) dengan kesadahan
karbonat. Kesadahan ini menunjukkan besar ion kalsium dan magnesium yang
berasosiasi dengan anion sulfat, klorida dan nitrat.
e.

Kesadahan tetap : Kesadahan yang tersisa setelah air dipanasi dalam waktu
yang lama.

f. Kesadahan sementara : Selisih antara kesadahan total dengan kesadahan tetap.


Bikarbonat dalam kadar tinggi akan terurai menjadi karbonat dan bersama dengan
ion Ca mengendap sebagai CaCO3.
(Anonim 2013)

Tabel II.1 Klasifikasi air berdasarkan derajat kesadahannya


Mg/l CaCO3
0 75

Derajat kesadahan
Lunak (Soft)

75 100

Cukup sadah (Moderately hard)

150-300

Sadah (Hard)

>300

Sangat sadah (Very hard)

(Agung Subyakto,1997)

Komponen-komponen dalam air akan menyebabkan terjadinya kerak pada boiler


tekanan rendah. Komponen-komponen ini dapat dihilangkan dari air dengan pengolahan
pelunakan (softening). Resin penukar ion yang dipergunakan dalam cara ini adalah
senyawa Na+ dari penukar kation asam kuat. Jadi bila air dilewatkan pada bed resin ini
dalam air akan digantikan oleh ion-ion Na+ dari resin hingga diperoleh air lunak (Agung
Subyakto,1997).

Masalah pergerakan karena komponen-komponen kesadahan diatas dapat dicegah


dengan memakai air umpan boiler berupa air lunak. Walaupun sudah dengan
menggunakan proses pelunakan air namun kadang-kadang masih saja terbentuk kerak di
boiler, hal ini disebabkan masih adanya kebocoran komponen kesadahan oleh karena
kurangnya pengawasan operasional (Agung Subyakto,1997).
5. Derajad Keasaman (pH)

Program studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS


II6

Laboratorium Teknologi Pengolahan Air


Secara ilmiah mungkin banyak orang mengenal istilah pH sebagai indikasi derajat
keasaman dengan skala nol untuk kondisi asam sampai empat belas untuk kondisi basa.
Angka tujuh adalah kondisi netral air dengan keadaan tanpa tercemar. Alat ukur derajat
keasaman yang paling mudah adalah dengan menggunakan kertas yang disebut kertas
lakmus bisa anda dapatkan di hampir setiap apotik atau toko bahan kimia. Caranya
celupkan dalam air yang diuji, anda bandingkan hasil perubahan warna kertas akibat
pencelupan dengan indikasi angka pH yang biasanya terdapat di kemasannya. Bila
derajatnya ada disekitar enam sampai delapan, cukup amanlah air tersebut dari segi
derajat keasamannya (Agung Subyakto,1997).
6. Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
penurunan nilai pH larutan. Sama halnya dengan larutan buffer, alkalinitas ini
merupakan merupakan pertahanan air terhadap pengasaman.
Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat, bikarbonat, hidroksida,
borat, fosfat, silikat dan sebagainya. Dalam air sebagian besar alkalinitas ini desebabkan
oleh ion bikarbonat, dan sisanya adalah ion karbonat dan hidroksida.
(Agung Subyakto,1997)

Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam air, Secara khusus alkalinitas


sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pembufferan dari ion
bikarbonat, dan tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut
dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan
menaikkan pH (Agung Subyakto,1997).
Alkalinitas optimal pada nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan
pengapuran dosis 5 ppm. Dan jenis kapur yang digunakan disesuaikan kondisi pH air
sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat pH air tinggi, serta disesuaikan dengan
keperluan dan fungsinya (Agung Subyakto,1997).
Perbedaan antara basa tingkat tinggi dengan alkalinitas yang tingga adalah sebagai
berikut :

Program studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS


II7

Laboratorium Teknologi Pengolahan Air


1. Tingkat basa tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi;
2. Alkalinitas tinggi ditunjukkan dengan kemampuan menerima proton tinggi.
Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung
pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan :
1. Pengaruh system buffer dari alkalinitas;
2. Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organic. Sehingga
alkalinitas diukur

sebagai factor kesuburan air.

(Anonim 2013)

Ukuran jumlah ion bikarbonat, karbonat, dan hidroksida dalam air ini
pengukurannya menggunakan titrasi volumetrik menggunakan asam kuat (asam klorida
atau asam sulfat) dengan indikator asam basa. Dikenal dua macam alkalinitas yaitu
alakalinitas Penolphtalen dan alkalinitas methyl orange. Alakalinitas penolphtalen
didapat dengan titrasi asam kuat dengan indikator penolphtalein (PP). Sedangkan
alkalinitas Methyl orange menggunakan indikator methyl orange (MO).
(Agung Subyakto,1997)

Dengan indikator PP pH akhir yang terbentuk adalah 8,3 dengan reaksi yang
berjalan sempurna
OH- + H+ H2O ...................................................(II.1)
CO32- + H+ HCO3.................................................(II.2)
Sedangkan titrasi dengan MO pH akhirnya 4,3 dan akan menyempurnakan reaksi
netralisasi
HCO3- + H+ H2O + CO2 .....................................(II.3)
(Agung Subyakto,1997)

Dari kedua parameter diatas (p dan m alkalinitas) dapat dihitung kadar ion OH -,
CO=, HCO3- sbb :
Tabel II.2 P dan M Alkalinitas
1. Palk = 0
2. Palk < 0,5
3. Palk = 0,5

OH0
0
0

CO3=
0
2 Palk
Malk

Program studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS


II8

HCO3Malk
Malk 2. Palk
0

Laboratorium Teknologi Pengolahan Air


Malk
4. Palk > 0,5
Malk
5. Palk = Malk

2 Palk - Malk

2 (Palk - Malk)

Malk

(Agung Subyakto,1997)

7.

Konduktifitas
Konduktifitas adalah sifat menghantarkan listrik dalam air. Sifat ini dipengaruhi
dengan jumlah kandungan apa yang disebut sebagai ion bebas. Air murni adalah air
yang bebas kandungan ion bebas sehingga tidak menghantarkan listrik. Tapi, pengertian
untuk air yang layak konsumsi bagi kita manusia justru bukan air murni, tapi air murni
dengan sifat konduktifitas pada taraf wajar. Karena sifat konduktifitas wajar ini
diperlukan bagi metabolisme tubuh kita.

8.

Kontaminasi mikrobiologi
Ada batas-batas kandungan mikrobiologi atau mungkin dengan bahasa sederhana
bisa diartikan makluk hidup yang sangat kecil tak tampak oleh mata pada air yang kita
minum sehingga masih dapat diterima sistem kekebalan tubuh kita yang justru akan
melatih tubuh kita agar semakin canggih dalam membentengi diri dari penyakit. Tapi
selebih batas tersebut, dan bahkan mungkin pada jenis mikrobiologi tertentu dimana
sistem kekebalan tubuh kita rentan dan tak mampu untuk mengakomodasinya, cemaran
ini bisa sangat membahayakan bagi tubuh kita.

9.

Zat- zat terlarut dalam air


Zat-zat ini bisa dalam bentuk padat, cair atau gas. Karena sifatnya yang larut
dalam air, zat-zat ini kadang tidak mudah kita kenali wujudnya dalam air. Sehingga
diperlukan metode-metoda pengujian tertentu untuk mengetahu kandungan zat-zat
terlarut ini di dalam air.

10. Kandungan radioaktif


Air pada dasarnya tidak bersifat radioaktif. Tapi air bisa mengandung zat-zat yang
bersifat radioaktif. Ada alat indikator radioaktif yang bisa dengan mudah mengenali
sifat radioaktif dari sebuah zat.
(Anonim 2013)

Parameter Analisa Air Sanitasi


Program studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
II9

Laboratorium Teknologi Pengolahan Air


a. pH
pH merupakan suatu ekspresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air.
Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Sebagai contoh,
kalau ada pernyataan pH 6, itu artinya konsentrasi H dalam air tersebut adalah 0,000001
bagian dari total larutan. Tidak semua makhluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai
pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisma yang unik agar perubaha tidah terjadi
atau terjadi tetapi dengan cara perlahan, sistem pertahanan ini dikenal sebagai kapasitas
pembufferan. Penanganan nilai pH akan lebih efektif apabila alkalinitas ditanganai
terlebih dahulu. Berikut adalah beberapa cara penanganan pH, yang kalau diperhatikan
lebih jauh, cenderung mengarah pada penanganan kesadahan atau alakalinitas.
(Misnanidulhadi, 2010)

b. Alkalinitas
Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion ion karbonat

(CO32-), bikarbonat

(HCO3-), hidroksida (OH-) dan juga borat (BO32-), fosfat (PO43- ), silikat (SiO44-) dan
sebagainya. Dalam air alam alkaliniti sebagian besar disebabkan oleh adanya
bikarbonat, dan sisanya oleh karbonat dan hidroksida. Pada keadaan tertentu kadar
karbonat dan hidroksida naik sehingga menyebabkan pH larutan pun naik.
Tujuan pengolahan air sanitasi meliputi penstabilan alkalinitas pada range
tertentu yang cukup baik untuk mencegah korosi. Untuk menentukan alkalinitas,
menggunakan perhitungan sebagai berikut :

B
Alkalinitas (mg CaCO3/l) = A x C x 1000 x 50,4
A
= C x 1000 (jika B=0,02N)

Dalam percobaan analisa alkalinitas, perhitungan pertama yang digunakan.


(G. Alaerts, 1984)

c. Ca Hardness
Kesadahan kalsium perlu diketahui untuk menentukan jumlah kapur dan soda abu yang
dibutuhkan dalam proses pelunakan air.
A
B
Ca Hardness (mg CaCO3/lt) = 1,0009 x 1000 x
xf

Dimana:
A

= ml titran EDTA yang digunakan,

Program studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS


II10

Laboratorium Teknologi Pengolahan Air


B
f

= ml sampel (sebelum diencerkan),


= faktor perbedaan antara kadar larutan EDTA 0,01 M menurut standarisasi
dengan CaCO3 (f 1)

1,0009 = ekuivalensi antara 1 ml EDTA 0,01 M dan 1 mg


kesadahan sebagai CaCO3
(G. Alaerts, 1984)

d. Total Hardness
Total hardness adalah sejumlah ion kalsium dan magnesium yang terlarut dalam
air. Kalsium dan magnesium adalah komponen yang membuat makeup water menjadi
sadah (susah dicuci). Materialmatterial hardness bereaksi dengan sabun sehingga
membutuhkan lebih banyak sabun untuk melakuknan pencucian. Kesadahan air harus
dimonitor karena material dalam larutan akan membentuk deposit yang keras, terutama
pada heat exchanger (alat pemanas). (Anonim,2013)
Kesadahan pada air menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dalam
konsentrasi. Zat-zat mineral tersebut antara lain kalsium, magnesium, dan logam seperti
Fe dan Mn. Akibatnya, apabila kita menggunakan air sadah untuk mencuci, sabun yang
kita gunakan tidak akan berbusa dan bila diendapkan akan berbentuk endapan semacam
kerak. (nisiskalam, 2011)
Total Hardness dalam air dapat ditentukan dengan dua metode, yakni metode
titrasi penyabunan dan metode titrasi EDTA.
A

Hardness

= 1,0009 x B x 1000 x f

Dimana :
A
= volume titran EDTA yang digunakan (ml)
B
= volume sampel sebelum diencerkan (ml)
f
= faktor perbedaan antara kadar larutan EDTA 0,01 M menurut
standarisasi dengan CaCO3 (f 1)
1,009 = ekuivalensi antara 1 ml EDTA 0,01 M dan 1 mg kesadahan sebagai CaCO3
(G. Alaerts, 1984)

e. Turbidity
Turbidity atau kekeruhan adalah adanya partikel koloid dan supensi dari suatu
bahan pencemar antara lain beberapa bahan organik dan bahan anorgnik dari buangan
Program studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
II11

Laboratorium Teknologi Pengolahan Air


industri, rumah tangga, budidaya perikanan dan sebagainya yang terkandung dalam
perairan. (Suraiwira, 1993)
Kekeruhan dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik yang dihasilkan
oleh buangan industri. Kekeruhan dapat disebabkan bahan-bahan tersupensi yang yang
bervariasi dari ukuran koloidal sampai dispersi kasar, tergantung derajat turbelensinya.
Alat untuk mengukur kekeruhan pada suatu air disebut turbidymeter.
(Saeni, 1989)

f. TDS (Total Disolve Solid)


Total disolve solid adalah benda padat yang terlarut yaitu semua mineral, garam,
logam, serta kation-anion yang terlarut di air. Termasuk semua yang terlarut diluar
molekul air murni (H2O). Secara umum, konsentrasi benda-benda padat terlarut
merupakan jumlah antara kation dan anion didalam air. TDS terukur dalam satuan Parts
per Million (ppm) atau perbandingan rasio berat ion terhadap air.
(Rio S,2008)

Tabel II.3 Parameter Kimia Standar SNI 01-0220-1987

Parameter Analisa

SNI
01-0220-1987

pH

9,2

TDS

1500

Turbidity

25

P-Alkalinitas

M-Alkalinitas

Ca Hardness

10

Total Hardness

10

Karena adanya masalah tersebut maka terdapat beberapa cara pengolahan air
sanitasi yang terdiri dari :

Program studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS


II12

Laboratorium Teknologi Pengolahan Air

Pengolahan
secara fisika

Sumber air
Penyaringan kasar

Pengolahan
secara kimia

Koagulasi
Plain Sedimentasi

Flokulasi
Sedimenasi

Air sanitasi

Pengolahan
khusus

Pengolahan
secara fisika

Pelunakan dengan kapur


Desinfiction

Adsorbsi

Gambar II.1 Skema Pengolahan Air Sanitasi


A. Pengolahan secara fisika
Pengolahan secara fisika seperti saringan, pengendapan karena beratnya (plain
sedimentation) terutama sekali ditujukan untuk :
1. Memisahkan padatan yang kasar
Padatan yang kasar seperti pasir, lumpur, dapat diendapkan tanpa penambahan
koagulan misalkan dalam bakyang berfungsi juga sebagai bak penampungsebelum
di pompa ke unit klarifikasi.
2. Memisahkan padatan yang terapung
Padatan yang terapung, seperti plastik sering dijumpai pada air permukaan
terutama air permukaan yang melalui pemukiman penduduk. Untuk memisahkan
padatan yang terapung, umumnya digunakan screen maupun bak penampung dengan
mengatur pengeluaran eflucat di bawah permukaan air dan kotoran terapung dapat
dipisahkan secara manual.
3. Memisahkan minyak dan lemak
Minyak dan lemak merupakan kontaminan yang sangat mengganggu dalam
penggunaan air dalam industri maupun pada usaha penjernihan air secara kimia. Untuk
Program studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
II13

Laboratorium Teknologi Pengolahan Air


memisahkan minyak maupun yang bersifat terapung sering digunakan : skiming, CPI,
floatation.
(Agung Subyakto,1997)

4. Proses klarifikasi secara kimia


Pengolahan secara kimia atau klarifikasi meliputi proses koagulasi, flokulasi dan
sedimentasi. Ketiga proses tersebut pada prinsipnya ditujukan untuk menghilangkan
material-material yang terlarut dengan pengendapan dengan menambahkan bahan kimia
yang bersifat sebagai koagulan / flokulan yang dinamakan juga sebagai proses koagulasi
flokulasi. Disini koagulasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana bahanbahan kimia ditambahkan dalam air yang mengandung material- material halus yang
terdispersi yang mempunyai kecepatan pengendapan lambat sekali agar menimbulkan
gumpalan (flok) yang mempunyai kecepatan pengendapan yang auh lebih cepat. Pada
proses pengendapan (sedimentasi) pengawasan harus dilakukan terhadap flok agar
jangan sampai pecah selama proses pengendapan. Partikel flok dapat mengadsorpsi
partikel- pertikel lainnya seperti silika (Agung Subyakto,1997).
5. Filtrasi
Air yang keluar dari proses klarifikasi yang masih mengandung flok- flok halus
masih memerlukan penyaringan melalui suatu medium yang berpori dimana flok
atau zat padat ditahan sedangkan air jernih diteruskan. Sesuai dengan ukuran
partikel yang halus sebenarnya pori- pori filter tidak dapat menahannya, tetapi
karena adanya lapisan berlendir yang menutupi permukaan, filter dapat menahan
partikel yang lebih halus tersebut. Sampai berapa jauh zat padat menembus filter
tergantung dalam banyak hal, seperti : rate filtrasi, ukuran filter medium,
kesempurnaan proses klarifikasi, susun filter medium, tinggi/ kedalaman (bed) filter
(Agung Subyakto,1997).

6.

Desinfektan
Proses desinfektan adalah proses yang bisa berdiri sendiri tidak tergantung dari

urutan proses pemurnian air seperti

diatas. Pada intinya proses desinfektan ini

dimaksudkan untuk membunuh kandungan makluk hidup di dalam air yang bisa
menimbulkan

infeksi

penyakit

bagi

manusia.

Program studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS


II14

Terutama

untuk

pemanfaatan

Laboratorium Teknologi Pengolahan Air


pengkonsumsian secara umum, dimana beberapa kandungan makluk hidup mikro baik
itu jamur, bakteri ataupun virus dalam air bisa berbahaya bagi tubuh manusia, sedang
pilihan proses penyaringan fisik sampai tahap tertentu relatif mahal.
(Agung Subyakto,1997)

Sebagai contoh misalnya untuk menghilangkan kandungan virus dalam air, secara
penyaringan fisik diperlukan proses sampai dengan proses R.O yang relatif mahal. Pada
konsep desinfectan, tanpa sampai ke proses R.O, cukup diupayakan agar virus tersebut
mati. Sehingga secara fisik virus masih terkandung di dalam air tetapi tidak dalam
kondisi aktif sehingga membahayakan tubuh (Agung Subyakto,1997).
Proses desinfektan sendiri banyak sekali macamnya, diantaranya adalah :
a. Memasak air sampai mendidih
Ini adalah proses desinfektan yang paling sederhana, yaitu memasak air sampai
mendidih yaitu pada suhu seratus derajat celcius. Pada suhu tersebut telah dibuktikan
akan memaktikan semua makluk hidup di dalam air yang dimasak tersebut. Hanya saja
masih terdapat beberapa jenis bakteri yang masih di awal pertumbuhannya dalam
bentuk spora dapat melapis dirinya dengan perlindungan sehingga hanya mati pada suhu
seratus enam puluh derajat celsius. Ini tentunya tidak mungkin karena air pada suhu
tersebut telah menjadi uap kecuali kita memasaknya pada tekanan diatas satu atmosfer.
(Agung Subyakto,1997)

Sehingga yang perlu diperhatikan disini adalah walaupun kita telah memasak air
sampai mendidih, kemudian kita masukkan dalam wadah yang kedap tidak ada interaksi
dengan udara luar. Saat ketika lebih dari dua hari dimana kemungkinan spora telah
tumbuh menjadi bakteri, untuk amannya bila akan diminum sebaiknya direbus kembali
hingga mendidih. (Agung Subyakto,1997)
b. Proses Desinfektan dengan cara Kimia
Yaitu dengan cara memberi larutan kimia ke dalam air yang akan diproses
desinfektan, dengan harapan akan mematikan makluk hidup yang terkandung dalam air.
Banyak sekali jenis bahan kimia untuk membunuh kuman dan bakteri dalam air ini.
(Agung Subyakto,1997)

c. Proses Ozonasi dan Ultraviolet.

Program studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS


II15

Laboratorium Teknologi Pengolahan Air


Proses Ozonasi adalah kandungan oksigen di udara, diambil dan dilewatkan
melalui loncatan arus listrik sehingga secara alami akan berubah menjadi zat bernama
ozon. Ozon ini kemudian disemprotkan ke dalam air. Segala macam makluk hidup
mikro yang terkandung dalam air ini tiba- tiba akan berada dalam lingkungan air yang
penuh dengan ozon. (Agung Subyakto,1997)
Sehingga sel-sel mereka menjadi rusak dan mati. Daya rusak ozon terhadap
kandungan makluk hidup mikro dalam air ini tentunya tergantung dari daya kelarutan
ozon dalam air tersebut, yang tentunya tergantung dari kandungan oksigen dalam air
tersebut karena pada dasarnya ozon hanya menempati tempat-tempat kosong yang
seharusnya diisi oksigen. Karena ozon sendiri cukup berbahaya bagi tubuh manusia bila
masuk ke dalam tubuh, maka setelah membunuh makluk hidup mikro, dilakukan proses
pemberian sinar ultra-violet kedalam air yang mengalir untuk merusak ozon dan
mengurainya menjadi oksigen kembali yang terlarut dalam air. Ada juga beberapa
proses desinfectan hanya dengan cara pemberian sinar ultra-violet pada air yang
mengalir. Karena sinar ultra-violet ini bersifat membakar bagi makluk hidup mikro yang
terkandung dalam air (Agung Subyakto,1997).
Hanya saja keefektifan proses desinfektan ini baik proses ozonasi maupun proses
penyinaran ultraviolet masih banyak tergantung dari jumlah makluk hidup mikro
sebelum dilakukan desinfectan, lama waktu proses baik dengan ozonasi maupun
penyinaran ultra-violet, debit aliran alir, kelarutan oksigen dalam air tersebut yang
biasanya tergantung dari temperatur udara sekitar dimana air berasal (air dari
pegunungan biasanya mengandung oksigen lebih banyak dibanding air yang didapat
dari sumur di daerah dekat pantai) (Anonim 2013).
II.1 Aplikasi Industri
DETERMINAN KUALITAS AIR SUMUR GALI UMUM DAN HUBUNGANNYA
TERHADAP KEJADIAN DIARE
Studi di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur
Endah Nurul Kumarijati1, Hanang Suyudi2, Soedjajadi Keman3
Pendahuluan

Program studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS


II16

Laboratorium Teknologi Pengolahan Air


Hingga saat ini penyakit karena air , salah satunya diare, masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Tuban (Dinkes dan KB Kab. Tuban, 2005).
Penyakit diare merupakan penyakit dengan jumlah penderita tertinggi. Dengan
demikian secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor
konstruksi, sanitasi lingkungan dan kebiasaan masyarakat dengan kualitas air sumur gali
umum dan hubungannya terhadap kejadian diare di Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban,
Jawa Timur.
Metode Penelitian
Terhadap sampel sumur gali umum dilakuk an pemeriksaan kualitas fisik dan
bakteriologis airnya, kemudian masing masing sumur dilakukan observasi meliputi
konstruksi, keadaan sanitasi lingkungan di sekitarnya dan kebiasaan masyarakat
konsumennya dalam cara pengambilan air sumur serta jumlah kejad ian diare. Pengaruh
variabel konstruksi, sanitasi lingkungan dan kebiasaan masyarakat dengan kualitas air
sumur gali umum dilakukan secara simultan untuk menentukan besarnya kontribusi
masing - masing variabel dilakukan dengan uji regresi logistik berganda. Untuk
mengetahui hubungan antara kualitas air sumur dengan terjadinya kejadian penyakit
diare dilakukan uji chi-square. Nilai probabilitas (p) < 0.05 dipertimbangkan sebagai
hasil yang signifikan.
Hasil dan Pembahasan
Seluruh sumur gali umum sebanyak 31 buah (100%) memenuhi persyaratan
fisik

air

bersih

sesuai

dengan

standar

dari

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Nomor416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat -syarat dan Pengawasan Kualitas Air


Minum, untuk kategori air bersih bukan perpipaan. Pada beberapa daerah di Jawa Timur
memang kualitas air sumur dan air minum isi ulang sangat bening dan memenuhi syarat
fisik air bersih.
Sebanyak 9 (29,03%) sumur gali umum memenuhi persyaratan bakteriologis
kualitas air bersih sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menkes
/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, untuk kategori air
bersih bukan perpipaan (jumlah bakteri E. Coli 50/100ml). Sedangkan 22 (70,97%)
sumur gali umum tidak memenuhi syarat sebagai air bersih.

Program studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS


II17

Laboratorium Teknologi Pengolahan Air


Kualitas air memenuhi syarat lebih banyak terdapat pada sumur gali umum
dengan sanitasi lingkungan baik yaitu 8 buah sumur (66,7%). Kualitas air tidak
memenuhi syarat banyak terdapat pada sumur gali umum dengan s anitasi lingkungan
kurang yaitu 18 buah sumur (94,7%).
Selanjutnya dengan melihat signifikansinya diketahui bahwa variabel sanitasi
lingkungan mempunyai nilai yang terkecil (p = 0,030) dibandingkan dengan variabel
yang lain (variabel konstruksi p = 0,049), artinya sanitasi lingkungan adalah faktor yang
paling besar pengaruhnya terhadap kualitas air sumur gali umum, dimana sumber
pencemar terbanyak adalah air limbah.
Kesimpulan
Disimpulkan bahwa konstruksi dan sanitasi lingkungan yang kurang baik dapat
menurunkan kualitas bakteriologis air sumur gali umum di Kecamatan Jenu Kabupaten
Tuban. Sanitasi Lingkungan adalah faktor determinan yang pengaruhnya paling besar.
Sebalik nya, faktor kebiasaan masyarakat tidak berhubungan dengan kualitas
bakteriologis air minum sumur gali umum. Kualitas bakteriologis air sumur gali umum
yang memenuhi syarat dapat menurunkan kejadian diare di Kecamatan Jenu Kabupaten
Tuban (Kumarijati, Suyudi, & Keman, 2006).

Program studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS


II18

You might also like