Professional Documents
Culture Documents
dan
sejahtera
menjadi
cita-cita
bersama.
Ketidakmampuan
jauh dari ibukota negara, yaitu di propinsi Banten, masih ada 27 desa yang
belum mengenal lampu.
Di desa-desa yang sudah termasuki listrik, tidak semua rumah
tangga terlayani karena ketidaksanggupan bayar, kesulitan teknis, dll.
Diperkirakan ada sebanyak 18 juta rumah tangga yang belum mendapat
pelayanan listrik (BPPT, 2004). Jika dari jumlah ini, 60% diantaranya akan
dapat terlayani PLN melalui perluasan jaringannya, maka ada sejumlah 7,2
juta rumah tangga yang perlu mendapat layanan listrik non-jaringan.
Rumah tangga ini umumnya berada di pedalaman, pulau-pulau terpencil,
perbatasan negara, dll.
Mungkinkah menyediakan listrik bagi seluruh rumah tangga
tersebut dalam beberapa tahun saja? Dengan asumsi bahwa listrik yang
disediakan berupa sistem listrik rumah tenaga surya (solar home system)
maka diperlukan biaya sekitar Rp. 32 triliun. Jika 60% dari harga listrik
surya ini sanggup dicicil oleh penduduk yang belum terlayani listrik itu,
sebagaimana yang telah diujicobakan oleh BPPT di berbagai daerah
beberapa tahun yang lalu, maka diperlukan biaya dari anggaran
pemerintah sebanyak Rp. 12 triliun.
Selanjutnya jika pemerintah dapat mengupayakan dana hibah
untuk pengadaan listrik bersih ini dari lembaga-lembaga internasional,
misalnya dari Global Environmental Facilities (GEF), maka anggaran
pemerintah yang diperlukan menjadi lebih sedikit. Jika sebagian listrik
dapat diperoleh dari pembangkit listrik yang lebih murah, seperti tenaga
mikro hidro, tenaga bayu atau tenaga gelombang, yang potensinya tersebar
di berbagai daerah juga, maka biaya penyediaan listrik untuk penduduk di
desa-desa terpencil semakin sedikit. Umpamakan saja kebutuhan totalnya
akhirnya menjadi Rp. 10 triliun. Darimana dana sebesar ini berasal? Tanpa
perlu menambah pinjaman luar negeri, sebenarnya dana itu dapat
dialokasikan dari APBN. Pada pembahasan Rancangan APBN 2005 yang
lalu, setelah melalui pembahasan yang cermat antara Pemerintah dan DPR,
ditemukan ada kelebihan dana sebesar Rp. 7 triliun, jumlah ini merupakan
hasil dari pengurangan rancangan pengeluaran dan penambahan rancangan
yang
diajukan
Pemerintah,
bukan
setelah
tercapai
energi ini tidak akan menimbulkan emisi gas CO2 dan suplai energinya
bisa memenuhi kebutuhan nasional.
Di Inggris, pembangkit energi alternatif bahkan sudah menjadi
perlengkapan rumah tangga. Banyak rumah di London selatan, misalnya,
sudah dilengkapi dengan sistem pembangkit listrik tenaga surya dan
tenaga angin. Rumah dengan pembangkit listrik domestik seperti itu kini
menjadi tren di Inggris dan di berbagai negara. Pemerintah Inggris sejauh
ini belum menunjukkan isyarat akan mewajibkan pemasangan pembangkit
listrik domestik seperti itu di setiap rumah. Namun, pemerintah sudah
meluncurkan program jangka tiga tahun dengan dana 60 juta poundsterling
Rp 135 miliar) untuk mengembangkan dan mendukung microgeneration
(pembangkit mikro, alat pembangkit listrik rumah tangga).
Sekitar 80.000 rumah di Inggris kini bisa menghasilkan listrik
sendiri dengan unit pembangkit energi mikro. Menurut perkiraan Energy
Saving Trust, penggunaan turbin domestik akan mensuplai empat persen
kebutuhan listrik di Inggris. Pembangkit listrik tenaga angin itu
mengurangi emisi karbondioksida sampai enam persen. Limbah karbon
dari penggunaan listrik di Uni Eropa mencapai 8,5 ton sementara alat
pembangkit listrik ini hanya menghasilkan limbah karbon kurang dari
setengah ton. Menurut Energy Saving Trust, generasi energi ramah
lingkungan itu bisa mensuplai lebih dari sepertiga kebutuhan energi dalam
kurun waktu beberapa puluh tahun.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah daerah dalam
mengatasi krisis listrik. Pemerintah Kota Balikpapan berencana akan
membentuk perusahaan daerah (perusda) kelistrikan. Pendirian perusda
tersebut dimaksudkan untuk mengatur pendistribusian pasokan listrik di
Kawasan Industri Kariangau KIK) Balikpapan, bersama-sama dengan
Gunung Bayan Group. Rencana pembentukan perusda itu sebagai tindak
lanjut pascapembangunan PLTU batu bara 2X25 MW dengan nilai
investasi mencapai US$ 60 juta yang pembangunannya ditargetkan
rampung awal 2009. Pembangkit listrik tenaga uap batu bara yang
merupakan konsorsium antara Gunung Bayan Group dan Pemkot
OLEH :