You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Nanopartikel yang banyak menarik perhatian adalah nanopartikel logam

karena aplikasinya yang luas antara lain di bidang optik, elektronik, biologi,
katalis dan kedokteran. Salah satu logam yang paling banyak diteliti adalah perak
(Ag). Aplikasi yang paling luas dari Ag nanopartikel adalah sebagai antibakteri
dan antijamur. Nanopartikel Ag banyak digunakan sebagai antibakteri dan
antijamur dalam berbagai produk seperti pada kaos kaki, tisu basah, wadah
penyimpan makanan dan lain-lain (Khaydarov et al., 2009).
Logam perak sudah sejak lama diketahui memiliki aktivitas antibakteri.
Dalam bentuk ionnya, Ag merupakan antibakteri yang kuat dan juga bersifat
toksik bagi sel. Logam perak memiliki kemampuan merusak dinding sel bakteri,
mengganggu metabolisme sel dan menghambat sintesis sel bakteri. Metabolisme
sel dapat dihambat karena adanya interaksi antara perak dengan makromolekul di
dalam sel, seperti protein dan DNA.
Perkembangan nanoteknologi yang pesat memungkinkan logam perak
dibuat dalam skala nano. Nanopartikel Ag secara kimia lebih reaktif dan lebih
mudah terionisasi dibandingkan partikel perak yang lebih besar. Selain itu, rasio
luas permukaan terhadap volume juga semakin meningkat dengan semakin
kecilnya ukuran partikel. Oleh karena itu, nanopartikel Ag diindikasikan memiliki
kemampuan antibakteri yang lebih kuat.
Keunggulan koloid Ag nanopartikel juga telah diteliti oleh Cho et al. (2005)
yang mempelajari aktivitas antibakteri Ag nanopartikel dan Pt nanopartikel
terhadap bakteri S. aureus dan E. coli dengan metode cup diffusion. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri hanya teramati pada
Ag nanopartikel, sedangkan Pt nanopartikel tidak menunjukan penghambatan
pertumbuhan bakteri.

Ruparelia et al. (2008) membandingkan aktivitas antibakteri dari


Ag nanopartikel dengan Cu nanopartikel terhadap bakteri E. coli, S. aureus dan
B. subtilis. Nanopartikel Ag terbukti memiliki aktivitas antibakteri yang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan Cu nanopartikel dengan nilai MIC rata-rata di bawah
200 g/mL.
Aktivitas antibakteri Ag nanopartikel dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti
konsentrasi Ag nanopartikel, bentuk Ag nanopartikel, ukuran Ag nanopartikel,
jenis bakteri, jumlah koloni bakteri dan waktu kontak Ag nanopartikel dengan
bakteri (Sondi et al., 2004). Ukuran Ag nanopartikel akan mempengaruhi proses
penetrasi ke dalam sel bakteri.
Berbagai metode telah dikembangkan untuk mendapatkan Ag nanopartikel
dengan berbagai ukuran dan bentuk yang stabil dalam waktu yang cukup lama.
Metode sintesis Ag nanopartikel, diantaranya metode reduksi thermal, reduksi
kimia, iradiasi ultrasonik, radiasi elektron, radiasi gamma, pembentukan misel dan
lain-lain. Metode yang paling umum dilakukan adalah metode reduksi kimia,
metode ini banyak dipakai karena dapat memberikan hasil yang cukup baik,
sederhana dan mudah.
Metode reduksi kimia berkembang dengan berbagai macam variasi reduktor
dan stabilizer. Beberapa reduktor yang telah digunakan dalam sintesis
Ag nanopartikel, diantaranya natrium borohidrida, hidrazin, forlmaldehid,
alkohol, sitrat, askorbat, hidroquinon dan lain-lain. Stabilizer yang paling efektif
digunakan adalah polimer yang berfungsi untuk mencegah terjadinya aglomerasi.
Beberapa polimer yang telah digunakan sebagai stabilizer, diantaranya poli vinil
alkohol (PVA), poli vinil pirolidin (PVP), poli etilen glikol (PEG), poli stiren
sulfonat (PSS), kitosan dan lain-lain.
Bryaskova et al. (2011) mengkaji aktivitas antibakteri dan antifungi dari
Ag nanopartikel dengan PVP sebagai stabilizer dan reduktor NaBH4. Dalam
penelitiannya Bryaskova et al. (2011) menyatakan bahwa Ag nanopartikel mampu
menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus, E. coli, P. aeruginosa dan B. subtilis
pada konsentrasi Ag nanopartikel 0,015 mg/mL. Selain menghambat pertumbuhan
bakteri Ag nanopartikel juga mampu menghambat pertumbuhan jamur

Candida albicans, Candida krusei, Candida tropicalis, Candida glabrata dan


Aspergillus brasiliensis pada konsentrasi yang berbeda-beda.
Prinsip green synthesis berhasil diterapkan oleh Cao et al. (2010) dalam
mensintesis Ag nanopartikel dengan menggunakan kitosan sebagai stabilizer dan
asam askorbat sebagai reduktor.

Kitosan

merupakan polimer alam yang memiliki

sifat antibakteri, biokompatibel dan mudah terdegradasi. Reduktor asam askorbat


merupakan reduktor yang kuat dan bersifat non toksik. Nilon yang dilapisi
Ag nanopartikel mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus
dengan diameter zona bening 2 mm dan 1,5 mm.
Penggunaan bahan-bahan alam dalam sintesis Ag nanopartikel mulai
dikembangkan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan zat-zat yang
berbahaya, toksik dan mengurangi pencemaran lingkungan. Prinsip biosintesis
Ag nanopartikel ialah memanfaatkan tumbuhan maupun mikroorganisme sebagai
reduktor. Mikroorganisme yang digunakan, seperti bakteri, khamir dan jamur.
Biosintesis Ag nanopartikel menggunakan mikroorganisme memiliki kelemahan,
seperti pemeliharaan kultur yang sulit dan waktu sintesis yang lama. Biosintesis
menggunakan tumbuhan memberikan keuntungan, seperti ramah lingkungan,
biokompatibel dan mudah diperoleh.
Pada penelitian ini akan disintesis Ag nanopartikel menggunakan kitosan
sebagai stabilizer dan ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) sebagai reduktor.
Minyak atsiri dari daun sirih hijau mengandung senyawa turunan fenol sebanyak
82,8% (Achmad et al., 2009). Senyawa turunan fenol dalam daun sirih memiliki
kemampuan sebagai reduktor karena gugus OH nya mudah teroksidasi. Dalam
penelitian ini akan dipelajari pengaruh penggunaan reduktor ekstrak daun sirih
terhadap kecepatan reduksi ion Ag+ menjadi Ag0, pengaruh konsentrasi awal
AgNO3 sebagai prekursor terhadap bentuk dan ukuran Ag nanopartikel serta
pengaruh konsentrasi Ag nanopartikel terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus
dan E. coli.

1.2

Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian

ini, sebagai berikut:


1. Sintesis dan karakterisasi Ag nanopartikel menggunakan prekursor AgNO3,
stabilizer kitosan dan reduktor ekstrak daun sirih hijau.
2. Mengetahui pengaruh Ag nanopartikel terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus
dan E. coli.

1.3

Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini, antara lain:

1. Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang sintesis


nanomaterial menggunakan bahan alam.
2. Memanfaatkan bahan alam asli Indonesia sebagai bioreduktor.
3. Nanopartikel Ag dapat dijadikan salah satu alternatif senyawa antibakteri.

You might also like