Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Flavia Angelina Satopoh, S.Ked
04101401088
Pembimbing:
Dr. Hasri Salwan, Sp.A (K)
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk adalah untuk mengkarakteristik gejala pada
anak dengan NUD yang terinfeksi H.pylori.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit St. Antoine dan Rumah Sakit Universitas
Lille Perancis. Waktu penelitian antara Maret 2001 April 2002.
Metode
Sebuah studi prospektif, bicentric, double-blind dilakukan pada anak-anak
dengan NUD yang dirujuk dari dokter anak setelah penilaian klinis dan biologis untuk
endoskopi GI atas karena nyeri epigastrium. Sebuah kuesioner terstandarisasi
diberikan secara acak oleh ahli gastroenterologi anak pada hari yang sama untuk
endoskopi (sebelum prosedur dilakukan) dan oleh karena itu sebelum kami memiliki
pengetahuan apapun mengenai status pasien dengan infeksi H.pylori. Hanya pasien
berusia 6 tahun yang terdaftar, dengan asumsi bahwa mereka cukup dewasa untuk
memberikan riwayat yang akurat tentang karakteristik rasa sakit mereka.
Sebuah gambar yang memperlihatkan lokalisasi daerah epigastrium, pertama kali
ditampilkan dan dijelaskan kepada semua anak yang terdaftar. Nyeri epigastrium dan
nyeri tekan diidentifikasi oleh ahli gastroenterologi anak setelah penilaian klinis yang
cermat. Kemudian kuesioner diberikan yang berisi permintaan untuk menggambarkan
karakteristik nyeri epigastrium mereka, yaitu intensitas, menggunakan skala visual
analog (dari 0 - 100-mm ujung ekstrim, 0 menunjukkan tidak adanya nyeri, dan 100
menunjukkan tingkat tertinggi rasa sakit), dan frekuensi (hari per minggu). Item
lainnya termasuk mengenai kapan terjadinya nyeri, siang hari atau terbangun malam
hari; nyeri tekan epigastrium; hubungan munculnya rasa sakit dengan makan (sebelum,
selama, atau setelah); mual, adanya muntah, atau kehilangan berat badan (>5% dari
berat badan terakhir). Kuesioner juga mencatat setiap kejadian hematemesis, setiap
obat yang diminum selama bulan lalu (antispasmodik atau analgesik), setiap absen
sekolah, dan riwayat keluarga dengan penyakit ulkus peptikum.
Tingkat sosial ekonomi dari anak-anak yang terdaftar dan jumlah orang di
rumah mereka juga dicatat. Latar belakang etnis setiap anak didefinisikan sebagai
Eropa ("putih"), Afrika Utara, Timur Tengah, Afrika, Asia, atau Timur Jauh, sesuai
dengan tempat lahir ibu. Tingkat pendidikan ibu diidentifikasi sebagai tidak sekolah,
sekolah primer dan sekunder (SMA), atau tersier. Tingkat sosial ekonomi ayah
didefinisikan sebagai pengangguran, rendah, menengah, atau tinggi sesuai dengan
sistem klasifikasi sosial nasional Perancis.
Kriteria eksklusi adalah anak-anak berusia <6 tahun; orang-orang yang sudah
menderita infeksi lambung H.pylori; institutionalized encephalopathic children; dan
anak-anak yang telah menerima antibiotik, obat-obatan yang mensupresi asam, atau
obat antiinflamasi nonsteroid selama evaluasi bulan sebelumnya.
Infeksi H.pylori dikonfirmasi melalui hasil kultur yang positif dan dengan
pemeriksaan histologis (klasifikasi Sydney) dari antral lambung dan spesimen biopsi
fundus. Anak-anak yang tidak terinfeksi didefinisikan sebagai mereka yang memiliki
hasil kultur H.pylori negatif dan temuan histologis negatif dari mukosa lambung
mereka. Kultur dan pemeriksaan histologis dari sampel biopsi dilakukan secara acak.
Informed consent diperoleh dari orang tua dari semua pasien yang terdaftar.
Semua uji statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak StatView
(Abacus, CA). Mean, SD, median, dan ekstrem dihitung untuk semua parameter
kuantitatif.
Perbedaan
antara
kualitatif
parameter
adalah
dianalisis
dengan
Tidak ada perbedaan antara prevalensi infeksi H.pylori atau distribusi usia, rasio
gender, karakteristik gejala, pendidikan, atau tingkat sosial ekonomi. Tidak ada anakanak yang mengalami penyakit maag selama masa studi.
Tidak ada perbedaan untuk sebagian karakteristik gejala ketika membandingkan
anak-anak terinfeksi dan yang tidak terinfeksi. Karakteristik ini termasuk riwayat mual
(12 dari 26 [46,1%] vs 35 dari 74 [47,2%]), muntah (10 dari 26 [38,1%] vs 27 dari 74
[36,1%]), penurunan berat badan (1 dari 26 [3,8%] vs 6 dari 74 [8,1%]), hematemesis
(1 dari 26 [3,8%] vs 2 dari 74 [2,7%]), tidak ada obat yang dikonsumsi (10 [38,1%] vs
36 [48,6%]), riwayat keluarga penyakit ulkus peptikum positif (16 dari 26 [61,5%] vs
36 dari 74 [48,6%]), atau jangka waktu tidak masuk sekolah (2.6 4.2 vs 4.510,1
hari) (Tabel 1).
Sebaliknya, anak yang terinfeksi H.pylori menunjukkan nyeri epigastrium
selama makan lebih jarang daripada anak-anak yang tidak terinfeksi (1 dari 26 [3,8%]
vs 19 dari 74 [25,6%]; P<0.01) (Tabel 1).
Seperti yang diduga, infeksi H .pylori lebih sering pada yang tidak berkulit putih
dibandingkan pada anak-anak kulit putih (15 dari 26 [57,6%] vs 9 dari 74 [12,2%]; P<
0,0003) dan di antaranya memiliki latar belakang pendidikan dan sosial ekonomi
rendah (26 dari 26 [100%] vs 62 dari 74 [83,7%] dan 19 dari 26 [73%] vs 32 dari 74
[43,2%], masing-masing; P< 0.05 untuk keduanya).
Pada akhirnya, anak yang terinfeksi H.pylori menunjukkan beberapa esofagitis
erosif dibandingkan dengan anak yang tidak terinfeksi (7 dari 74 [9,4%]; P= tidak
signifikan), dan anak terinfeksi H.pylori lebih sering menunjukkan gastritis nodular
(19 dari 26 [73%]) dibandingkan dengan anak-anak yang tidak terinfeksi (7 dari 74
[9,4%]; P< 0.001). Herannya, anak-anak tidak terinfeksi lebih sering memperlihatkan
aspek makroskopik gastritis pada endoskopi (55 dari 74 [74,4%]) daripada histologis
gastritis ringan (Tabel 2). Anak yang terinfeksi H.pylori menunjukkan bulbitis nodular
dan duodenitis (5 dari 26 [19,2%]) dibandingkan dengan anak yang tidak terinfeksi (3
dari 74 [4,1%]; P= tidak signifikan).
f. Diskusi
Meskipun seleksi ketat pada penduduk kita, dengan fokus pada anak-anak dengan
epigastric-like NUD, kita tidak bisa mendeteksi gejala spesifik pada anak-nonulcer
dispepsia yang terinfeksi H. Pylori.
Tidak diketahui apakah gastritis H.pylori menyebabkan gejala-gejala pada
anak-anak dengan ulkus kecil gaster atau duodenum. Dua jenis penelitian telah
berusaha untuk mencari hubungan antara infeksi H.pylori dengan RAP dan dispepsia
pada anak-anak dan dewasa. Pendekatan pertama menyelidiki kemungkinan hubungan
antara infeksi H.pylori dan RAP; studi pendekatan kedua menyelidiki apakah eradikasi
infeksi H. pylori berdampak pada perbaikan gejala.
Kami menemukan bahwa anak-anak yang tidak terinfeksi lebih sering merasakan
nyeri epigastrium saat makan daripada yang terinfek si. Namun, gejala klinis ini tidak
signifikan secara klinis pada kelompok yang tidak terinfeksi, karena hanya 26%
dengan nyeri epigastrium saat makan dan 74% tidak. Ketiadaan karakteristik khusus
dari RAP diantara 2 kelompok dalam penelitian kami mungkin berhubungan dengan
kesulitan anak dalam menggambarkan gejala mereka dengan tepat atau pilihan yang
tidak sesuai dengan penduduk kita berdasarkan gejala mereka, yang bisa i
menyebabkan bias terhadap kelompok reflux-like. Namun, prevalensi esofagitis
endoskopik sangat sedikit pada anak-anak yang diteliti dan bervariasi dari tidak ada
pada anak-anak yang terinfeksi dan hanya 9,4% pada yang tidak terinfeksi. Selain itu,
mengingat hasil, kami mengamati bahwa perhitungan kekuatan statistik yang
diperlukan dari jumlah anak yang diterima untuk menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara kedua kelompok, tidak menunjukkan perbedaan mengenai sebagian
manifestasi klinis dispepsia.
Di sisi lain, dalam studi ini kami mendapatkan prevalensi gastritis makroskopik
yang sangat tinggi pada anak-anak yang tidak terinfeksi. Bahkan, hasil kami pada
populasi anak yang dipilih dari anak-anak dengan nyeri epigastrium sama dengan
Snyder dkk, dimana gastritis antral primer ditemukan pada ~20% dari 4 kelompok usia
yang berbeda dari 408 anak yang diteliti, berbeda dengan hanya 4 dari 39 anak-anak
berusia <10 tahun dengan gastritis antral primer yang memiliki bukti infeksi H.pylori.
Gambaran utama dari studi ini adalah bahwa kita hanya memilih anak-anak
dengan epigastric-like NUD dan kami merinci karakteristik nyeri perut mereka.
Dengan demikian, penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah
dipublikasi dimana karakteristik dari RAP tidak sepenuhnya dideskripsikan atau
terbatas pada suatu definisi tidak tepat mengenai RAP. Hipotesis kami adalah bahwa
penggunaan karakteristik klinis halus untuk menggambarkan RAP bisa membantu
dalam mengidentifikasi subkelompok pasien dengan kondisi ini di antaranya infeksi H
pylori mungkin perlu diselidiki dan diobati. Penelitian kami juga menggunakan
pendekatan
double-blind
yang
ketat,
dengan
mempertimbangkan
dan
frekuensi RAP atau gejala yang lain. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada bukti
mengenai hubungan antara infeksi ini dengan RAP bahkan dalam subkelompok anakanak yang mengalami NUD tipe epigastric.
Wever dkk melakukan studi tatalaksana double blind untuk menjelaskan
apakah gejala menghilang pada anak dengan
eradikasi bakteri. Tingkat eradikasi adalah 81% (30 dari 37) dalam kelompok secara
keseluruhan dan 74% (17 dari 23) pada blind group; namun, tidak ada korelasi terlihat
antara eradikasi H pylori dan menghilangnya RAP setelah 3 atau 6 bulan pengamatan
pada kelompok total atau dalam blind group dari anak yang diteliti. Dengan demikian,
penelitian ini tidak dapat membuktikan hubungan kausal antara RAP dan infeksi H.
pylori.
g. Kesimpulan
Penelitian ini tidak mengungkap adanya karakteristik khusus gejala-gejala pada
anak terinfeksi H.pylori dengan dispepsia non-ulcer. Hasil penelitian kami
menyediakan bukti kuat untuk tidak adanya hubungan kausal langsung antara NUD
epigastrium dan infeksi H. pylori. Dikarenakan anak terinfeksi H.pylori tidak dapat
dibedakan dari mereka yang tidak terinfeksi berdasarkan gejala yang muncul, tidak
terdapat indikasi untuk menskrining secara sistematis adanya infeksi H.pylori pada
anak-anak dengan RAP dan NUD. Definisi NUD yang lebih baik memungkinkan kita
untuk menentukan kelompok anak-anak yang sangat kecil (mungkin, seperti pada
orang dewasa,<5%) yang mungkin bermanfaat dari regimen eradikasi.
3.
Telaah Kritis
Critical appraisal merupakan bagian dari kedokteran berbasis bukti (evidence-based
medicine) diartikan sebagai suatu proses evaluasi secara cermat dan sistematis suatu
artikel penelitian untuk menentukan reabilitas, validitas, dan kegunaannya dalam praktik
klinis (jurnal Critical Appraisal on Journal of Clinical Trials:2012). Komponen utama
yang dinilai dalam critical appraisal adalah validity, importancy, dan applicability.
Tingkat kepercayaan hasil suatu penelitian sangat bergantung dari desain penelitian
dimana uji klinis menempati urutan tertinggi. Telaah kritis meliputi semua komponen dari
suatu penelitian dimulai dari komponen pendahuluan, metodologi, hasil dan diskusi.
Masing-masing komponen memiliki kepentingan yang sama besarnya dalam menentukan
apakah hasil penelitian tersebut layak atau tidak digunakan sebagai referensi.
Evaluasi Jurnal
Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu penelitian dimulai dari komponen
pendahuluan, metodologi, hasil dan diskusi. Masing-masing komponen memiliki
kepentingan yang sama besarnya dalam menentukan apakah hasil penelitian tersebut
layak atau tidak digunakan sebagai referensi.
a. Latar Belakang
Komponen-komponen yang harus dipenuhi pada latar belakang jurnal antara lain:
Secara garis besar, latar belakang jurnal ini telah memenuhi komponenkomponen yang harusnya terpapar dalam latar belakang. Pada latar belakang jurnal,
telah dijelaskan bahwa belum ada data mengenai penelitian sejenis. Pada jurnal tidak
dipaparkan hipotesis penelitian namun sudah dipaparkan mengenai tujuan dari
penelitian.
b. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitan ini sudah cukup baik karena peneliti telah
memaparkannya
secara
jelas
dilakukannya
penelitian
ini,
yaitu
untuk
Metode jurnal tidak lengkap. Pada metode jurnal tidak djelaskan secara detail
mengenai populasi dan sampel dan hanya menjelaskan mengenai kriteria inklusi dan
eksklusi yaitu anak anak-anak dengan NUD yang dirujuk dari dokter anak setelah
penilaian klinis dan biologis untuk endoskopi GI atas karena nyeri epigastrium.
Kriteria eksklusi adalah anak-anak berusia <6 tahun; orang-orang yang sudah
menderita infeksi lambung H.pylori; institutionalized encephalopathic children; dan
anak-anak yang telah menerima antibiotik, obat-obatan yang mensupresi asam, atau
obat antiinflamasi nonsteroid selama evaluasi bulan sebelumnya. Desain penelitian
telah disebutkan dengan jelas yaitu sebuah studi prospektif, bicentric, double-blind.
Cara mengolah data dan metode analisis data juga telah dipaparkan dengan jelas
yaitu dengan menggunakan perangkat lunak StatView (Abacus, CA). Mean, SD,
median, dan ekstrem dihitung untuk semua parameter kuantitatif. Perbedaan antara
kualitatif parameter adalah dianalisis dengan menggunakan tes x 2. Nilai P <0,05
diartikan signifikan secara statistik. Variabel yang akan digunakan dalam penelitian
ini cukup jelas dipaparkan.
d. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dalam jurnal ini, telah memenuhi komponen-komponen yang harus
ada dalan hasil penelitian jurnal. Dalam hasil penelitian, telah dipaparkan jumlah dan
persentasi masing-masing variabel, apakah data di bandingkan dengan data yang
didapatkan sebelumnya, bagaimana hasil keluaran, apakah angka yang didapat
signifikat secara statistik dan secara klinis.
e. Diskusi
Pada jurnal, terdapat hasil penelitian, perbandingan dengan penelitian sebelumnya dan
sesuai dengan tujuan penelitian.
Study validity
Research question
--Is the research question well-defined that can be answered using this study design?
Ya, penelitian dengan menggunakan desain penelitian pada jurnal ini dapat menjawab
tujuan dari dilakukannya penelitian.
--Does the author use appropriate methods to answer their questions?
Ya, peneliti menggunakan metode deskriptif analitik yang dapat menjawab tujuan dari
penelitian.
--Is the data collected in accordance with the purpose of research?
Ya, data dikumpulkan melalui lembar kuesioner pasien kemudian dilakukan analisis.
Randomization
--Was the randomization list concealed from patients, clinicians and researchers?
Ya, pada jurnal disebutkan bahwa peneliti mengambil data dari lembar kuesioner yang
dibagikan kepada anak dengan NUD yang akan dilakukan tindakan endoskopi saluran
pencernaan atas oleh ahli gastroenterologi anak. Oleh karena itu sampel pada penelitian ini
tidak diketahui oleh pasien, klinisi, maupun peneliti itu sendiri.
Interventions and co-interventions
--Were the performed interventions described in sufficient detail to be followed by others?
Pada penelitian ini tidak ada intervensi dari peneliti karena peneliti menggunakan data dari
lembar kuesioner yang telah terstandarisasi.
--Other than intervention, were the two groups cared for in similar way of treatment?
Tidak ada intervensi dalam perlakuan terhadap kedua kelompok karena kuesioner
dibagikan kepada seluruh anak sebelum diketahui status pasien apakah terinfeksi
Helicobacter pylori atau tidak.
II. Applicability
Using results in your own setting
--Are your patient so different from those studied that the results may not apply to them?
Ya, karena di tempat ini jarang dilakukan tindakan endoskopi ataupun pemeriksaan kultur dan
histologis untuk mengidentifikasi kuman H.pylori pada pasien dengan dispepsia. Diagnosis
lebih berdasarkan klinis yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
--Is your environment so different from the one in the study that the methods could not be use
there?
Ya, karena pemeriksaan lanjutan seperti endoskopi dan kultur ataupun histologis jarang
dilakukan untuk indikasi dispepsia.
III. Importance
--Is this study important?
Ya, penelitian ini penting karena hasil penelitian ini dapat membantu residen dan dokter
spesialis Anak dalam mendiagnosis pasien dispepsia.
Kesimpulan : Penelitian pada jurnal ini Valid, Important dan not Applicable.